• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Obat Di Puskesmas Gerung. Dini Mardiana D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penanganan Obat Di Puskesmas Gerung. Dini Mardiana D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 6 Volume 1. No. 1 – April 2017

Penanganan Obat Di Puskesmas

Gerung

Dini Mardiana

D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengantisipasi carapenanganan obat rusak/kadaluarsa yang menyalahi ketentuan yang telah berlaku di Puskemas. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.Objek penelitian adalah obat rusak/kadaluarsa.Data yang diperoleh kemudian dalam bentuk tabulasi dan dianalisis.Berdasarkan Hasil penelitian yang dilakukan terkait dengan cara penanganan obat rusak/kadaluarsa di Puskesmas Gerung dapat dijelaskan sebagai berikut : Memisahkan dan mengumpulkan obat rusak dari setiap sub unit Puskesmas, Membuat daftar nama obat rusak/kadaluarsa untuk dilaporkan ke Instalasi Farmasi Kabupaten, Membuatkan berita acara pengembalian obat rusak/kadaluarsa. Hasil dari semua data tersebut menunjukkan bahwa,di Puskesmas Gerung terdapat beberapa item obat yang kadaluarsa tingkat penggunaannya cenderung lebih kecil sehingga obat menumpuk dan menjadi kadaluarsa sedangkan obat yang yang kondisinya tidak baik atau rusak hal ini berhubungan dengan kondisi penyimpanan obat yang tidak sesuai dan sistem distribusi yang tidak baik. Selain itu adanya obatyang mengalami kadaluarsa pada setiap bulan dipengaruhi oleh sistem penyimpanan yang kurang tepat dan tidak didukung pencatatan identitas obat yang tidak memadai, sehingga distribusi obat tidak efektif.

Kata Kunci: Puskesmas, Penanganan obat rusak/kadaluarsa, Standar Operasional Prosedur.

PENDAHULUAN

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.Oleh karena itu, untuk mencapai taraf kesehatan yang baik maka perlu dilaksanakan upaya kesehatan yang baik.Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

(2)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 7 Volume 1. No. 1 – April 2017

pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat karena cukup efektif membantu masyarakat dalam memberikan pertolongan pertama dengan standar pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang dikenal murah seharusnya menjadikan Puskesmas sebagai tempat

pelayanan kesehatan utama bagi masyarakat, namun pada kenyataannya banyak masyarakat yang lebih memilih pelayanan kesehatan pada dokter praktek swasta atau petugas kesehatan praktek lainnya .

Obat rusak atau kadaluarsa adalah kondisi obat bila konsentrasinya sudah berkurang antara 25-30% dari konsentrasi awalnya serta bentuk fisik yang mengalami perubahan.

Obat yang sudah melewati masa kadalursa dapat membahayakan karena berkurangnya stabilitas obat tersebut dan dapat mengakibatkan efek toksik (racun). Hal ini dikarenakan kerja obat sudah tidak optimal dan kecepatan reaksinya telah menurun, sehingga obat yang masuk kedalam tubuh hanya akan mengendap dan menjadi racun. Sebenarnya obat yang belum kadaluarsa juga dapat menyebabkan efek buruk yang sama. Hal ini disebabkan karena penyimpanannya yang salah yang menyebabkan zat didalam obat tersebut rusak.Tanda-tanda kerusakan zat tersebut biasanya disertai dengan perubahan bentuk, warna, bau, rasa atau konsistensi. Maka dari itu harus diperhatikan juga cara penyimpanan obat yang baik.

Permasalahan yang terjadi dalam penanganan obat rusak/kadaluarsa disebabkan karena kurang diperhatikannya baik atau buruk penanganan obat rusak/kadaluarsa, pendataan mengenai cara penanganan obat kadaluarsa di Puskesmas perlu ditangani secara baik dan benar.

Berdasarkan hasil observasi awal jumlah obat kadaluarsa yang ada di Puskesmas Gerung adalah sebanyak 27 jenis obat kadaluarsa dengan jumlah sediaan obat kadaluarsanya, yaitu : Tablet sebanyak 4.618, Tube sebanyak 33, Botol sebanyak 51, Ampul sebanyak 36, dan Vial sebanyak 80, sehingga total sediaan obat rusak/kadaluarsa sebanyak 4.818.Cara penanganan obat rusak atau kadaluarsa yang ada di Puskesmas Gerung dengan cara memilah dan mengelompokkan obat-obat

(3)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 8 Volume 1. No. 1 – April 2017

yang sudah rusak/kadaluarsa kemudian melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluarsa kepada kepala IFK Kabupaten untuk kemudian dibuatkan berita acara sesuai ketentuan yang berlaku.

Dalam mengantisipasi carapenanganan obat rusak/kadaluarsa yang menyalahi ketentuan yang telah berlaku, Puskesmas harus mempunyai standar penanganan obat rusak/kadaluarsa yang sesuai dengan prosedur tetap.Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis mengangkat judul “Penanganan Obat Kadaluarsa di Puskesmas Gerung”.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini termasuk dalam jenis penelitiandeskriptif kualitatif.Deskriptif Kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.Yang menjadi populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 242 jenis obat di Puskesmas Gerung.Sesuai dengan judul penelitian ini tentang Penanganan Obat Kadaluarsa di Puskesmas Gerung, dari 242 jenis obat yang ada di Puskesmas Gerung ditentukan kriteria obat yang kadaluarsa berjumlah 27 jenis obat, dengan jumlah

sediaan obatnya adalah 4.818 obat kadaluarsa.

Untuk memperoleh sampel yang sesuai dengan kriteria ini penulis menentukan teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive samplingyakni pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri kriteria) sampel yang diperlukan.

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah : Kriteria Inklusi :

a. Perubahan warna, bau, rasa, konsistensi pada obat (ada 2 jenis obat)

b. Obat dilihat dari tanggal expired date (ada 25 jenis obat)

Sehingga jumah sampel dalam penelitian ini adalah 27 obat kadaluarsa.Analisa data dimulai dengan menelaah sejumlah data yang tersedia dari berbagai data yang diperoleh.Kemudian dilakukan pengolahan data sesuai metode pengambilan data secara manual.Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian mendeskripsikan sesuai dengan permasalahan untuk memperoleh hasil yang akurat.

(4)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 9 Volume 1. No. 1 – April 2017

Berikut daftar obat rusak/kadaluarsa yang berdasarkan berita acara pengembalian barang di Puskesmas Gerung tahun 2015. 1. Data pengembalian pada bulan Maret

tahun 2015

Berdasarkan berita acara pengembalian barang Nomor : 64/PKMG/III/2015 pada hari senin Tanggal 31 Bulan Maret Tahun 2015. Berikut daftar obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan ke Instalansi Farmasi Kabupaten.

Tabel 1. Daftar Obat rusak/kadaluarsa berdasarkan berita acara pengembalian barang bulan Maret 2015

Data diolah,2016

Hasil penelitian, menujukkan bahwa jumlah obat rusak/kadaluarsa yang

dikembalikan pada bulan maret tahun 2015 adalah sebanyak 4 (Empat) jenis Sediaan atau 175 tablet dan 29 tube dengan rata-rata expired. Jenis obat yang paling banyak dikembalikan berdasarkan berita acaranya adalah Perphenazin 4 Mg yakni sebanyak 130 tablet sedangkan yang paling sedikit adalah Diazepam INJ yakni sebanyak 16 tablet.

2. Data pengembalian pada bulan Juli tahun 2015

Berdasarkan berita acara pengembalian barangNomor : 127/PKM.G/VII/2015 pada hari senin Tangagal 01 Bulan Juli Tahun 2015, Berikut daftar obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan ke Instalansi Farmasi Kabupaten.

Tabel 2. Daftar Obat rusak/kadaluarsa berdasarkan berita acara pengembalian barang bulan Juli 2015

No. Nama obat Jumlah Satuan Ket. 1 Vitamin A 100.00 IU (Biru) 17 Tablet ED /jamu ran 2 Vitamin A 200.00 IU (Merah) 44 Tablet ED /jamu ran Juml ah 2 61 Tablet ED /jamu ran Data diolah,2016

No Nama obat Jumlah Satuan Ket.

1 Perphenazin 4 Mg

130 Tablet ED

2 Diazepam INJ 16 Tablet ED

3 Oksitetrasiklin SM

29 Tube ED

4 VIT K INJ 29 Tablet ED

Jum lah

(5)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 10 Volume 1. No. 1 – April 2017

Hasil penelitian, menujukkan bahwa jumlah obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan pada bulan juli tahun 2015 adalah sebanyak 2 (Dua) jenis sediaan atau 61 tablet dengan rata-rata expired/jamuran. Jenis obat yang paling banyak dikembalikan berdasarkan berita acaranya adalah Vitamin A 200.00 IU (Merah) yakni sebanyak 44 tablet sedangkan yang paling sedikit adalah 3. Data pengembalian pada bulan Agustus

tahun 2015

Berdasarkan berita acara pengembalian barangNomor : 144/PKM.G/VIII/2015 pada hari senin Tanggal 04 Bulan Agustus Tahun 2015, Berikut daftar obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan ke Instalansi Farmasi Kabupaten.

Tabel 3. Daftar Obat rusak/kadaluarsa berdasarkan berita acara pengembalian barang bulan Agustus 2015

Data diolah,2016

Hasil penelitian, menujukkan bahwa jumlah obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan pada bulan Agustus tahun 2015 adalah sebanyak 4 (Empat) jenis sediaan atau 3.000 tablet dan 4 Ampul dengan rata-rata expired. Jenis obat yang paling banyak dikembalikan berdasarkan berita acaranya adalah Acyclovir 200 mgyakni sebanyak 2200 tablet sedangkan yang paling sedikit adalah MgSO4 40%yakni sebanyak 2 tablet dan AquaPro yakni sebanyak 2 tablet

4. Data pengembalian pada bulan Agustus tahun 2015

Berdasarkan berita acara pengembalian barangNomor : 194/PKM.G/VIII/2015 pada hari senin Tanggal 29 Bulan Agustus Tahun 2015, Berikut daftar obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan ke Instalansi Farmasi Kabupaten.

Tabel 4. Daftar Obat rusak/kadaluarsa berdasarkan berita acara pengembalian barang bulan Agustus 2015

No. Nama obat Jumlah Satuan Ket. 1 Benzatil

Benzil Penisilin

80 Vial ED

2 Atropine INJ 15 Ampul ED 3 Ketokenazole 49 Tablet ED No. Nama obat Jumlah Satuan Ket.

1 Acyclovir 200 mg 2200 Tablet ED 2 Cotrimoxazol e 480 mg 800 Tablet ED 3 MgSO4 40% 2 Ampul ED 4 AquaPro 2 Ampul ED jum lah 4 3.004 Tablet, Ampul ED

(6)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 11 Volume 1. No. 1 – April 2017

4 Etam Butol 800 Tablet ED 5 Anti Malaria 72 Tablet ED 6 Metil Prednisolon 16 mg 44 Tablet ED Jml 6 1.060 Vial, tablet, ampul ED Data diolah,2016

Hasil penelitian, menujukkan bahwa jumlah obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan pada bulan Agustus tahun 2015 adalah sebanyak 6 (Enam) jenis sediaan atau 965 tablet, 80 vial, 15 Ampul dengan rata-rata expired. Jenis obat yang paling banyak dikembalikan berdasarkan berita acaranya adalah Etam Butol yakni sebanyak 800 tablet sedangkan yang paling sedikit adalah Atropine INJ yakni sebanyak 15 tablet. 5. Data pengembalian pada bulan November

2015

Berdasarkan berita acara pengembalian barang Nomor : 274/PKM.G/XI/2015 pada hari senin Tanggal 02 Bulan November Tahun 2015, Berikut daftar obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan ke Instalansi Farmasi Kabupaten.

Tabel 5. Daftar Obat rusak/kadaluarsa berdasarkan berita acara pengembalian barang bulan November 2015

No. Nama obat Jumlah Satuan Ket. 1 Glukosa 5% 44 Botol ED

2 Dexa Inj 9 Ampul ED

3 Calcil Gluconas 3 Ampul ED 4 MgSO4 1 Botol ED 5 Metoclorpami d HCL 5 MG 5 Ampul ED 6 Owytetracycli ne 1% 4 Tube ED 7 Metoclorprami de 10 mg 117 Tablet ED Juml ah 7 183 Botol, Ampul , Tube, Tablet ED Data diolah,2016

Hasil penelitian, menujukkan bahwa jumlah obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan pada bulan November tahun 2015 adalah sebanyak 7 (Tujuh) jenis sediaan atau 117 tablet, 45 Botol, 17 Ampul, 4 Tube dengan rata-rata expired. Jenis obat yang paling banyak dikembalikan berdasarkan berita acaranya adalah Metoclorpramide 10 mg yakni sebanyak 117 tablet sedangkan yang paling sedikit adalah MgSO4 yakni sebanyak 1 Botol.

6. Data pengembalian pada bulan Desember 2015

Berdasarkan berita acara pengembalian barang Nomor :319/PKM.G/XII/2015 pada hari senin Tanggal 01 Bulan Desember Tahun 2015,

(7)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 12 Volume 1. No. 1 – April 2017

Berikut daftar obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan ke Instalansi Farmasi Kabupaten.

Tabel 6.Daftar Obat rusak/kadaluarsa berdasarkan berita acara pengembalian barang bulan Desember 2015

No. Nama obat Jumlah Satuan Ket.

1 Turk 1 Botol ED 2 metokclorpa mid 300 Tablet ED 3 Glucose 5% 1 Botol ED 4 MgSO4 40% 1 Botol ED Jumla h 4 303 Botol, Tablet ED Data diolah,2016

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel di atas, menujukkan bahwa jumlah obat rusak/kadaluarsa yang dikembalikan pada bulan Desember tahun 2015 adalah sebanyak 4 (Empat) jenis sediaan atau 300 tablet, 3 Botol dengan rata-rata expired. Jenis obat yang paling banyak dikembalikan berdasarkan berita acaranya adalah Metoclorpramide yakni sebanyak 300 tablet sedangkan yang paling sedikit adalah Turk yakni sebanyak 1 Botol, Glucose 5% yakni sebanyak 1 Botol, MgSO4 40% yakni sebanyak 1 Botol

PEMBAHASAN

Untuk dapat member pelayanan obat secara efektif, efisien dan rasional diperlukan sistem pengelolaan obat secara tertib dan benar sesuai standar yang ada.Untuk mengelola obat diperlukan tenaga dalam jumlah dan mutu yang tepat, metode atau prosedur kerja yang jelas dan terperinci serta dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai.

Depkes (2003) memberikan ruang lingkup pengelolaan obat sebagai suatu rangkaian kegiatan yang mencakup perencanaan, permintaan obat, penerimaan obat, penyimpanan, distribusi, pengendalian, pelayanan obat, serta pencatatan dan pelaporan. Fungsi-fungsi pada pengelolaan obat membentuk suatu siklus dimana setiap fungsi sangat berperan dalam menunjang fungsi yang lainnya.

Dalam rangka pengelolaan obat, Puskesmas Gerung telah melaksanakan kegiatan perencanaan, permintaan, penerimaan obat, penyimpanan, distribusi, pengendalaian pelayanan serta pencatatan dan pelaporan.

Berdasarkan hasil pengamatan, dan wawancara dengan tenaga kefarmasian tentang penanganan obat rusak/kadalursa di Puskesmas menujukkan adanya kegiatan pencatatan, penyimpanan serta pelaporan

(8)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 13 Volume 1. No. 1 – April 2017

obat yang rusak/kadaluarsa baik dari segi sediaan obat, jenis obat, bentuk kerusakan, maupun jangka waktu pengecekan masa kadaluarsanya. Dari sediaan dan jenis obat yang rusak/kadaluarsa, menujukkan bahwa ada27 jenis sediaan dan 4.618 dalam bentuk tablet, Ampul, Botol, maupun Tube yang rusak/kadaluarsa yang terdiri dari Perphenazin 4 Mg Tablet ; Oksitetrasiklin SM Tube ; VIT K INJ Tablet; Diazepam INJ Tablet; Vitamin A 100.00 IU (Biru) Tablet; Vitamin A 200.00 IU (Merah) Tablet; Acyclovir 200 mg Tablet; Cotrimoxazole 480 mg Tablet; MgSO4 40% Ampul;AquaPro Ampul; Benzatil Benzil Penisilin Vial; Atropine INJ Ampul ; Ketokenazole Tablet ; Etam Butol Tablet; Anti Malaria Tablet ;Metil Prednisolon 16 mg Tablet; Glukosa 5%; Dexa Inj botol; Calcil Gluconas Ampul; MgSO4 Ampul; Metoclorpamid; Botol; HCL 5 MG Ampul; Owytetracycline 1% tube; Metoclorpramide 10 mg Tablet; Turk Botol ;metokclorpamid; Glucose 5%’ Ampul; MgSO4 40 botol.

Berdasarkan wawancara dengan petugas obat di puskesmas Gerung terdapatnya beberapa item obat yang kadaluarsa tingkat penggunaannya cenderung lebih kecil sehingga obat menumpuk dan menjadi

kadaluarsa sedangkan obat yang yang kondisinya tidak baik atau rusak hal ini berhubungan dengan kondisi penyimpanan obat yang tidak sesuai dan sistem distribusi yang tidak baik. Selain itu adanya obatyang mengalami kadaluarsa pada setiap bulan dipengaruhi oleh sistem penyimpanan yang kurang tepat dan tidak didukung pencatatan identitas obat yang tidak memadai, sehingga distribusi obat tidak efektif.

Menurut Razak Abdul (2012), Terjadinya obat yang kadaluarsa dan rusak mencerminkan ketidaktepatan perencanaan, kurang baiknya sistem distribusi dan kurangnya pengamatan mutu dalam penyimpanan obat. Adanya obat yang mengalami kadaluarsa dan mengalami kerusakan mencerminkan kurang baiknya pengelolaan obat.

Untuk penanganan obat rusak/kadaluarsa, Puskesmas gerung memiliki Standar Operasional Prosedur (SOP), yang sudah ditetapkan oleh Kepala Puskesmas Gerung dengan Nomor Dokumen : SPO/3.337/UKP/B. VIII/VII/2015, Tanggal Terbit : 1 Agustus 2015, Tanggal Mulai Berlaku : 1 Agustus 2015. (Depkes RI, 2006) menyatakan prosedur tetap penanganan obat

(9)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 14 Volume 1. No. 1 – April 2017

rusak/kadaluarsa, antara lain : Identifikasi obat yang rusak/kadaluarsa; Memisahkan obat rusak/kadaluarsa dari penyimpanannya; Membuat catatan jenis dan jumah obat yang rusak/kadaluarsa untuk dikirim kembali ke Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota.

Dari Standar Operasional Prosedur Penanganan obat rusak/kadaluarsa tersebut di atas, menunjukkan bahwa prosedur dan cara penanganan obat rusak/kadaluarsa di puskesmas belum maksimal tetapi terperinci.

Berdasarkan hasil penelitian tentang Standar Operasional Prosedur dan cara penanganan obat rusak/kadaluarsa di Puskesmas Gurung dapat di jelaskan sebagai berikut.

Langkah-langkah penanganan obat rusak/kadaluarsa menurut SOP Puskesmas Gerung, sebagai berikut :

1. Mencatat jumlah penerimaan, tanggal kadaluarsa obat dan sediaan farmasi di dalam kartu stock

2. Petugas kamar obat dan sub unit pelayanan kesehatan lainnya segera melaporkan dan mengirim kembali obat yang rusak/kadaluarsa kembali kepada kepala puskesmas melalui petugas gudang obat puskesmas

3. Petugas gudang obat puskesmas menerima dan mengumpulkan obat rusak

dan kadaluarsa dalam gudang, kemudian petugas melaporkan obat rusak/ kadaluarsa yang diterima dar sub unit ditambah dengan obat rusak/ kadaluarsa dalam gudang kepada kepala puskesmas 4. Kepala puskesmas selanjutnya

melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluarsa kepada kepala IFK Kabupaten untuk kemudian dibuatkan berita acara sesuai ketentuan yang berlaku.

Cara penanganan obat rusak/kadaluarsa di Puskesmas Gerung, sebagai berikut:

a. Memisahkan dan mengumpulkan obat rusak dari setiap sub unit Puskesmas Obat yang rusak/kadaluarsa dikumpulkan sesuai tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa lalu dikirim ke dinas kesehatan untuk dimusnahkan. Obat yang mempunyai waktu kadaluarsa, harus menuliskan waktu kadaluarsanya pada dus atau box dengan menggunakan spidol.

b. Membuat daftar nama obat rusak/kadaluarsa untuk dilaporkan ke instalasi farmasi kabupaten

Sarana yang digunakan untuk pencatatan dan pelaporan obat di puskesmas adalah LPLPO dan kartu stock. Setelah Petugas gudang obat puskesmas menerima dan

(10)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 15 Volume 1. No. 1 – April 2017

mengumpulkan obat rusak dalam gudang, jika memang ditemukan obat tidak layak pakai maka harus segera dikurangkan dari catatan sisa stok pada masing-masing kartu stok yang dikelola.

c. Membuatkan berita acara pengembalian obat rusak/kadaluarsa

Petugas kemudian melaporkan obat rusak/kadaluarsa yang diterima dalam gudang kepada kepala puskesmas selanjutnya melaporkan dan mengirimkan kembali obat rusak/kadaluarsa kepada kepala dinas kesehatan kabupaten untuk kemudian dibuatkan berita acara sesuai ketentuan yang berlaku.

Berita acara pengembalian barang di Puskesmas Gerung ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas Gerung dan dari pihak Dinas Kesehatan Instalasi Farmasi Lombok Barat, berdasarkan Surat dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat,puskesmas gerung mengembalikan obat rusak/kadaluarsa ke IFK kabupaten Lombok Barat.

Manajemen obat diPuskesmas merupakan salah satu aspek penting dari puskesmas karena ketidak efisienan persediaan bahan obat akan memberikan dampak negatif terhadap biaya dalam pengelolaan obatnya,

Namun seringkali hal ini kurang mendapat perhatian dalam pengelolaan obat di puskesmas. Puskesmas dengan segala keterbatasan seringkali terfokus atau memberi perhatian lebih hanya pada fungsi-fungsi tertentu, sementara fungsi lainnya kurang diperhatikan sehingga pencapaian output (keluaran) pelayanan berupa ketersediaan obat secara tepat waktu dan sesuai kebutuhan menjadi kurang optimal.

KESIMPULAN

Langkah-langkah penanganan obat rusak/kadaluarsa menurut SOP Puskesmas Gerung, sebagai berikut :

1. Penanganan obat rusak/kadaluarsa di Puskesmas Gerung dilakukan dengan cara memisahkan dan mengumpulkan obat rusak dari setiap sub unit Puskesmas; Membuat daftar nama obat rusak/kadaluarsa untuk dilaporkan ke Instalasi Farmasi Kabupaten; Membuatkan berita acara pengembalian obat rusak/kadaluarsa

2. Penyusunan Standar Operasional Prosedur Dalam Penanganan obat rusak/kadaluarsa Puskesmas Gerung sudah sesuai dengan pedoman dalam Undang undang kesehatan no 36 tahun

(11)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 16 Volume 1. No. 1 – April 2017

2009, PMK RI 30 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di Puskesmas, Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, akan tetapi dalam mengimplementasikan Standar Operasional Prosedur yang telah disusun oleh Kepala Puskesmas berasarkan Nomor Dokumen : SPO/3.337/UKP/B. VIII/VII/2015, Tanggal Terbit : 1 Agustus 2015, Tanggal Mulai Berlaku : 1 Agustus 2015 belum maksimal.

SARAN

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Gerung dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Gerung hendaknya dapat dikembangkan pada penelitian lanjutan dengan memperluas ruang lingkup tentang penanganan obat kadaluarsa.

3. Bagi Instansi

Diharapkan dari hasil penelitian yang dilakukan di Puseksmas Gerung dapat

meningkatkan ketepatan dan kecepatan dalam penanganan obat kadaluarsa.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito Wiku. 2007. Sistem Kesehatan . Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, S. 2006. Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

BADAN POM, 2008.Informatorium Obat

Nasional Indonesia, KOPERPOM

dan CV Sagung Seto, Jakarta. Damanik, C., 2006. Analisis Fungsi-Fungsi

Pengelolaan Obat Rumah Sakit Umum di Propinsi Bali, Tesis Magister Manajemen Farmasi,

Universitas Gadjah Mada,

Yogyakarta.

Depkes RI. 1996. Pedoman Pengelolaan Obat

Daerah Tingkat II. Depkes RI.

jakarta

DepkesRI. 2001.Pedoman Pengelolaan Obat di Puskesmas.Departemen Kesehatan RI

Depkes RI. 2003. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan di Puskesmas. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

(12)

Pharmaceutical & Traditional Medicine Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 17 Volume 1. No. 1 – April 2017

Depkes RI. 2004. Pedoman Pengelolaan Obat. Jakarta: Depkes

Depkes RI. 2004. Kepmenkes No. 128 Tahun 2004 Kebijakan Dasar Puskesmas . Jakarta.

Depkes RI. 2006. Pedoman pelayanan kefarmasian di puskesmas.Depkes RI. Jakarta. Furchan, Arif, 1992. Pengantar Metode

Penelitian Kualitatif, Surabaya. Hidayat, A, A. 2012.Riset Keperawatan dan

Teknik Penulisan Ilmiah Edisi2.Jakarta :Salemba Medika Husaini, Usman, 2008. Metodologi

Penelitian Sosial. PT Bumi Aksara : Jakarta.

Lukman. 2006. Penyimpanan Obat-obat. Jakarta: Rineka.

Madania,2009.Analisis Pengelolaan Obat di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik Tahun 2008, Tesis Magister Manajemen

Farmasi, Fakultas Farmasi,

Universitas Gajah Mada,

Yogyakarta.

Muninjaya, A. 2004.Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta : EGC. Hal 44-49.

Nasution, 2003.Metodologi Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara

Seto. 2002. Manajemen Farmasi. Surabaya: Airlangga Press.

Suryawati, Sri, 1997. Efisiensi Pengelolaan

Obat di Rumah Sakit.Yogyakarta:

Magister Manajemen Rumah

Sakit Universitas Gadjah Mada. Subagyo, abbas, 2011.SOP Pelayanan

farmasi. Jakarta.

Soekidjo, Dr, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta.

Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 pasal 1, SL Media, Tangerang Selatan.

Dikes Lombok Barat, 2016. LPLO danSOP :Puskesmas Gerung.

Gambar

Tabel  2.  Daftar  Obat  rusak/kadaluarsa  berdasarkan  berita  acara  pengembalian  barang  bulan  Juli 2015
Tabel  3.  Daftar  Obat  rusak/kadaluarsa  berdasarkan  berita  acara  pengembalian  barang  bulan  Agustus 2015
Tabel  5.  Daftar  Obat  rusak/kadaluarsa  berdasarkan  berita  acara  pengembalian  barang  bulan  November 2015
Tabel  6.Daftar  Obat  rusak/kadaluarsa  berdasarkan  berita  acara  pengembalian  barang  bulan  Desember 2015

Referensi

Dokumen terkait