• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Dian Rahayu Muliani D3 Farmasi Politeknik Medica Farma Husada Mataram ABSTRAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 41 Volume 3. No. 1 – April 2017

PENDAHULUAN

Penggunaan obat merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis karena terkait beberapa komponen, mulai dari diagnosa, pemilihan dan penentuan dosis obat, cara pengemasan, pemberian label dan kepatuhan penggunaan obat oleh penderita.

Pada prinsip pemakaian obat terutama antibiotik, hal yang harus diperhatikan oleh para praktisi medik salah satunya tenaga farmasis adalah manfaat dan resiko pemakaian obat secara bebas.Oleh karena itu,setiap tenaga farmasis harus memperhatikan dosis, indikasi, kontra indikasi, umur pasien, aturan pakai atau lama terapi, interaksi obat dan efek samping yang tidak diinginkan seperti resistensi antibiotik.Tenaga farmasis juga harus lebih mengutamakan pelayanan informasi obat (PIO) kepada pasien sehingga pasien dapat

memahami efek terapi obat yang dikonsumsi (Tjay dan Rahardja, 2002).

Pemakaian antibiotik tidak boleh sembaranganbaik untuk anak-anak maupun orang dewasa, itulah sebabnyaantibiotik tidak dijual bebas melainkan harus dengan resep dokter.Namun bagi masyarakat awam yang tidak mengetahui bahaya dari penggunaan antibiotik yang tidak rasional, sering kali menggunakan antibiotik sebagai obat untuk berbagai macam penyakit yang pada dasarnya tidak memerlukan terapiantibiotik.Oleh karena itu, peneliti hendak melakukan penelitian untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik.Selain itu, peneliti juga dapat memberikan sedikit informasi mengenai bahaya dari penggunaan antibiotik secara tidak Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Antibiotik di Apotek Purnama

Pada Bulan April Tahun 2016

Dian Rahayu Muliani

D3 Farmasi Politeknik “Medica Farma Husada” Mataram

ABSTRAK

Antibiotik merupakan obat yang banyak diresepkan pada pasien, namun sering disalah gunakan pemakaiannya oleh masyarakat. Akibatnya terjadi peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik di Apotek Purnama pada bulan April tahun 2016.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif yang menggunakan data kualitatif. Instrumen yang digunakan pada peneliltian ini adalah kuisioner. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah responden 100 pasien. Data diambil pada bulan April kemudian dikelompokkan berdasarkan tingkat pengetahuan tentang fungsi, jenis, lama penggunaan, cara memperoleh dan resistensi antibiotik. Data tersebut dihitung menggunakan rumus persentase kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan pasien tentang indikasi antibiotik cukup baik dengan persentase (55%). Tingkat pengetahuan pasien tentang jenis antibiotik cukup baik dengan persentase (59%). Tingkat pengetahuan pasien tentang lama penggunaan antibiotik kurang baik dengan persentase (37%). Tingkat pengetahuan pasien tentang resistensi antibiotik juga masih kurang baik yaitu (42%). Sedangkan tingkat pengetahuan pasien tentang cara memperoleh antibiotik merupakan tingkat pengetahuan tertinggi dengan persentase sebanyak (94%).

Kata Kunci: Tingkat Pengetahuan, Antibiotik, Apotek Purnama.

(2)

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 42 Volume 3. No. 1 – April 2017

rasional sehingga pasien bisa lebih bijak dalam menggunakan antibiotik.

Penggunaan antibiotik seharusnya berdasarkan resep dokter dan dianjurkan untuk mengkonsumsi antibiotik apabila diperlukan sesuai dengan indikasi, dosis, aturan pakai, dan diagnosa agar tidak terjadi resistensi akibat pemakaian yang tidak rasional. Oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih jelas mengenai penggunaan antibiotik, penulis hendak melakukan penelitian mengenaitingkat pengetahuan pasien tentang antibiotikyang akan dilakukan di Apotek Purnama. Penelitian dilakukan di Apotek Purnamakarenapada Apotek tersebut terdapat Praktek Dokter bersama, yaitu Praktek Dokter Spesialis Kandungan, dan Praktek Dokter Spesialis Kulit. Selain itu, Apotek Purnama juga menerima semua jenis resep dari luar, sedangkan pada Apotek lain yang ada di Narmada hanya menerima beberapa resep dari luar karena persediaan obat yang dimiliki terbatas. Berdasarkan hal tersebut peneliti dapat mengetahui apakah dengan adanya praktek dokter bersama di Apotek Purnama mengakibatkan tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik lebih meningkat atau tidak.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif, yaitu menganalisa dan menarik kesimpulan mengenai tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik di Apotek Purnama pada bulan April 2016.

Sampel dalam penelitian ini adalah semua pasien yang melakukan konsultasi dokter di Apotek Purnama pada bulan April 2016 sebanyak 100 pasien. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner.

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara analisa data kuisioner mengenai tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik berdasarkan indikasi, jenis - jenis, lama penggunaan, cara memperoleh, dan resistensi antibiotik.

Data yang diperoleh akan dianalisa secara deskriftif. Setelah semua kuisioner yang sudah dijawab oleh pasien dikumpulkan, kemudian kuisioner tersebut dihitung dan diklasifikasikan sesuai dengan bidang permasalahan. Presentase tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

X = n

N x 100%

Keterangan :

X = Hasil persentase.

n = Jumlah aspek yang dipilih responden.

N = Jumlah responden atau sampel.

HASIL PENELITIAN

Penelitiaan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik di Apotek Purnama pada bulan April tahun 2016.

Hasil penelitian tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik di Apotek Purnama pada bulan April tahun 2016 sebagai berikut:

Tabel 1: Tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik berdasarkan umur.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa jumlah responden terbanyak yaitu berumur (36–50) tahun dengan jumlah 40 responden atau 40%.

No Umur Jumlah Persentase%

1 17 – 25 17 17%

2 26 – 35 33 33%

3 36 – 50 40 40%

4 51 – 75 10 10%

Total 100 100%

(3)

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 43 Volume 3. No. 1 – April 2017

Tabel 2: Tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik berdasarkan pekerjaan.

Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini bekerja sebagai guru dengan jumlah 21 responden atau 21%.

Tabel 3: Tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik.

Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik yang terbanyak terdapat pada cara memperoleh antibiotik yang benar dengan jumlah 94%

pasien dari 100 pasien. Sedangkan tingkat pengetahuan pasien terendah tentang antibiotik terdapat pada lama penggunaan antbiotik dengan jumlah 37% pasien dari 100 pasien.

PEMBAHASAN

Tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik di Apotek Purnama pada bulan April 2016 masih kurang baik, pada penelitian ini sebagian besar pasien masih kurang memahami tentang antibiotik.

Tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik berdasarkan hasil penelitian dipengaruhi oleh faktor umur dan pekerjaan.

Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden pada penelitian ini berumur (36-50) tahun dengan jumlah persentase 40%. Dalam teori perkembangan menurut Erikson dalam Craven dan Hirnle (2000), pada rentang usia ini individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.

Pengetahuan yang cukup luas, kecakapan yang cukup banyak, sehingga perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan individu sangat luas, tetapi mereka tidak mungkin dapat menguasai segala macam ilmu dan kecakapan, sehingga pengetahuan dan kecakapannya tetap terbatas.

Hasil penelitian pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja sebagai guru dengan jumlah 21 responden atau 21%, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada tingkat pengetahuan pasien.

Hal ini kemungkinan disebabkan karena responden terlalu sibuk sehingga muncul rasa malas untuk memperdalam pengetahuannya tentang antibiotik terutama bahaya yang dapat ditimbulkan akibat penggunaan yang tidak tepat.

Pada penelitian ini responden diberikan 5 pertanyaan kuisioner tentang indikasi, jenis, lama penggunaan, cara memperoleh, dan resistensi antibiotik.

Pertanyaan pertama yaitu tentang indikasi antibiotik menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik tentang indikasi antibiotik yaitu 55%. Namun, beberapa responden menjawab antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh virus dan ada juga responden yang tidak bisa membedakan antara virus dan bakteri. Pengetahuan yang buruk mengenai hal tersebut dapat terjadi karena masyarakat kurang memiliki pengetahuan tentang perbedaan virus dan bakteri. Pengetahuan yang

No Pekerjaan Jumlah Persentase

%

1 Guru 21 21%

2 TNI POLRI 2 2%

3 POLRI 1 1%

4 Bidan 1 1%

5 Karyawan 6 6%

6 Wirasuasta 11 11%

7 Petani 5 5%

8 Pedagang 18 18%

9 Buruh 4 4%

10 Sopir 3 3%

11 Tukang 2 2%

12 Montir 1 1%

13 Ibu RumahTangga 15 15%

14 Mahasiswa dan Pelajar 10 10%

Total 100 100%

No Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Antibiotik

Jumlah Persentase

% 1 Indikasi Antibiotik 55 55%

2 Jenis- Jenis Antibiotik 59 59%

3 Lama Penggunaan Antibiotik

37 37%

4 Cara Memperoleh Antibiotik

94 94%

5 Resistensi Antibiotik 42 42%

(4)

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 44 Volume 3. No. 1 – April 2017

kurang tersebut kemungkinan terjadi akibat dari penggunaan kata kuman oleh petugas pada saat memberikan penjelasan atau konseling sehingga masyarakat lebih mengenal istilah kuman (Hassali dkk, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian terkait jenis-jenis antibiotik menunjukkan bahwa responden cukup mengetahui tentang jenis- jenis antibiotik dengan jumlah persentase 59%.Akan tetapi sebagian besar dari responden hanya mengetahui Amoxicillin dan Ampisilin sebagai antibiotik. Hal tersebut dipengaruhi oleh kecendrungan dokter yang sering kali meresepkan antibiotik tersebut.

Tingkat pengetahuan pasien tentang lama penggunaan antibiotik masih kurang baik yaitu 37%. Sebagian besar pasien menjawab bahwa antibiotik diminum sampai penyakit yang diderita sembuh. Hal ini cendrung terjadi karena pasien terkadang merasa malas untuk mengkonsumsi obat sampai habis dan memilih berhenti meminum antibiotik jika keluhan sudah tidak ada, karena adanya anggapan bahwa mereka sudah sembuh sehingga tidak lagi membutuhkan antibiotik.

Perilaku tersebut didukung oleh penelitian Elsiddi, (2010) yang menyatakan bahwa lebih dari40% responden pada penelitian yang dia lakukan berhenti melanjutkan pengobatan antibiotik yang diresepkan ketika merasa keluhan mereka membaik.

Dari beberapa pertanyaan yang telah dijabarkan sebelumnya, ternyata untuk pertanyaan terkait cara memperoleh antibiotik menunjukkan bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik dengan persentase tertinggi yaitu 94%. Sebagian besar pasien menjawab kalau mereka memperoleh antibiotik dari dokter atau membeli di Apotek dan beberapa pasien menjawab membeli di warung karena mereka mengira bahwa antibiotik sama seperti obat bebas yang dijual di warung. Pada penelitian yang dilakukan oleh Manan, (2012) diperoleh data bahwa jumlah pasien yang membeli antibiotik di warung sebesar 21,79%.Masih banyaknya pasien yang membeli antibiotik di warung disebabkan karena pasien merasa malas untuk pergi ke dokter atau Apotek serta beberapa pasien yang merasa obat di warung memberikan efek lebih cepat dalam

menyembuhkan penyakit dari pada yang diresepkan oleh dokter.

Tingkat pengetahuan pasien tentang resistensi antibiotik juga ternyata masih kurang baik dengan persentase sebanyak 42%.Pada penelitian yang dilakukan oleh Annisa dkk, (2013) diperoleh hasil yaitu hanya 30,1%pasien yang mengetahui tentang resistensi antibiotik. Hal ini disebabkan karena kurangnya penyuluhan oleh Dinas Kesehatan terutama farmasis tentang antibiotik kepada masyarakat.

Obat antibiotik cukup dikenal di kalangan masyarakat, namun demikian, pengenalan terhadap antibiotik tidak disertai dengan tingkat pengetahuan masyarakat yang memadai. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap antibiotik dari aspek indikasi, lama penggunaan dan resistensi antibiotik.

Rendahnya tingkat pengetahuan pasien tentang antibiotik perlu diperhatikan oleh para praktisi medik khususnya tenaga farmasis. Peran aktif farmasis dalam memberi pelayanan dan informasi yang tepat dalam penggunaan antibiotik memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Berkembangnya bahaya akibat penggunaan antibiotik yang tidak tepat harus dipandang sebagai ancaman kesehatan dimasa yang akan datang. Oleh sebab itu Apoteker maupun tenaga teknis kefarmasian harus memberikan informasi secara efisien mengenaipenggunaan antibiotik dan bahaya yang dapat ditimbulkan karena penggunaan yang tidak tepat, sehingga pasien bisa lebih memahami tentang obat khususnya antibiotik.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis data yang diperoleh, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan pasien tentang indikasi antibiotik cukup baik dengan persentase 55%.

2. Tingkat pengetahuan pasien tentang jenis antibiotik juga cukup baik dengan persentase 59%.

3. Tingkat pengetahuan pasien tentang lama penggunaan antibiotik masih kurangbaikdengan persentase 37%.

4. Tingkat pengetahuan pasien tentang cara memperoleh antibiotik merupakan tingkat

(5)

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 45 Volume 3. No. 1 – April 2017

pengetahuan tertinggi dengan persentase sebanyak 94%.

5. Tingkat pengetahuan pasien tentang resistensi antibiotik masih kurang yaitu 42%.

SARAN

1. Kepada Instansi-instansi terkait, kepada para profesional dibidang kesehatan, para pelajar di bidang kesehatan, utamanya para farmasis, untuk menindak lanjuti hasil penelitian ini dengan melaksanakan upaya promotif, yaitu melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang obat antibiotik, dan memberikan konseling yang baik pada masyarakat pada saat pengambilan obat.

2. Kepada peneliti selanjutnya yang ingin mengembangkan dan melanjutkan penelitian ini agar menganalisa lebih jauh dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan mengkorelasikan dengan banyak aspek kehidupan di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Ambada, S.P. 2013. Tingkat Pengetahuan Tentang Antibiotik Pada Masyarakat Kecamatan Pringkuku Kabupaten Pacitan.Skripsi.Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Amirin, M.T. 1986. Pokok-Pokok Teori Sistem. PT Rajawali Persada: Jakarta.

Anif, M. 2003. Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Universitas Gadjah Mada Press: Jakarta.

Annisa, S. dkk. 2013. Pengetahuan dan Perilaku Pengunjung Puskesmas dan Tenaga Kesehatan terhadap Penggunaan Antibiotik pada ISPA.

Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Arikunto, S. 2002. Metodologi Penelitian. PT Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek(Revisi VI). PT Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT Rineka Cipta:

Jakarta.

Elsiddi, H.A.2010.Irrational Use Of Antibiotics Among People Residing In Almamoura. Sudanese Journal of Public Health.

Hassali, M.A. 2011. Public knowledge and attitudes towards antibiotic usage: a cross-sectional study among the general public in the state of Penang, Malaysia. J Infect Dev Ctries.Jurnal.

Katzung, B.G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi Pertama. Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.

Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik.Edisi VI. Salemba Medika:

Jakarta.

Manan, S. 2012. Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penggunaan Antibiotik di Desa Daenaa Kecamatan Limboto Barat Tahun 2012.Karya Tulis Ilmiah.

Universitas Negeri Gorontalo.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.PT Rineka Cipta:

Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010. Promosi Kesehatan, Teori & Aplikasi (Edisi Revisi). PT Rineka Cipta: Jakarta.

Nugroho, A.E. 2012.Farmakologi Obat-Obat Penting Dalam Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan.

PustakaPelajar: Yogyakarta.

Schmitz, G. 2008. Farmakologi dan Toksikologi. Edisi III. Buku Kedokteran. EGC: Jakarta.

Serliani.2014. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Desa Manurunge Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone Tentang Penggunaan Antibiotik.

Karya Tulis Ilmiah. Politeknik Kesehatan Makasar.

(6)

Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik“Medica Farma Husada” Mataram 46 Volume 3. No. 1 – April 2017

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Penelitian.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Suryani dan Hendryadi. 2015. Metode Riset Kuantitatif. Kencana Prenadamedia Group: Jakarta.

Tjay,T.H dan Raradja, K. 2002. Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan, dan Efek Sampingnya.Edisi kelima cetakan pertama. PT Gramedia: Jakarta.

Vernando, J. 2014. Tingkat Pengetahuan

Masyarakat Tentang

Antibiotik.Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Garut.

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Kotler (2001 : 7) pemasaran adalah suatu bentuk untuk memuaskan pelanggan dengan memakai kebutuhan pelanggan dengan baik, baik dengan mengembangkan produk

Salah satunya adalah dengan menggunakan unit penangkapan lebih dari satu alat tangkap (multigear). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

ANAK USIA

Mengenai hal tersebut, Lembaga Amil Zakat PKPU menyalurkan dana zakat melalui salah satu program yaitu Program Sinergitas Pemberdayaan Ekonomi Komunitas, program ini

Penelitian yang dilakukan oleh Silverthorne dan Chen (2008) pada para auditor yang bekerja di Taiwan memberikan hasil bahwa kepuasan kerja, kinerja serta tekanan kerja

Belum adanya dokumen perencanaan terkait pengelolaan air limbah domestik Terwujudnya pengolahan air limbah yang terintegrasi Tersedianya dokumen perencanaan air limbah

Untuk mencari jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam proses produksi pembuatan  beton tiang pancang bulat ( spunt piles) dapat dilakukan dengan membagi waktu proses  produksi

#romosi Kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri, oleh untuk dan bersama masyarakat agar mereka dapat menolong diri sendiri