• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tebu Jombang di Kancah Gula Nasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tebu Jombang di Kancah Gula Nasional"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Tebu Jombang di Kancah Gula Nasional

Oleh ; Irianto Budi Santosa ,SP

Prov. Jatim dengan luas 171 ribu hektar merupakan sentra terbesar penghasil gula Nasional. Sementara Kab. Jombang dengan produksi 77.929 ton gula hablur menempati urutan ketiga produksi gula Jatim.

Saat ini, lahan perkebunan tebu di Indonesia mencapai kurang lebih 400.000 hektar sekitar 95% yang berada di Jawa dan Sumatera sisanya berada di Sulawesi dan daerah di Indonesia yang memiliki proporsi lahan tebu terluas terletak di provinsi Jawa Timur. Menurut sumber BKPM tahun 2008, total luas lahan tebu di Jawa Timur seluas 171.915 hektar yang saat ini merupakan sentra gula terbesar di Indonesia. (Ilmalbanihasyim. 2012)

Data Departemen Perindustrian bahwa pada tahun 2008, Indonesia memiliki 58 Pabrik Gula (PG), dimana 31 Pabrik Gula tersebut beroperasi di wilayah Jawa Timur dengan kapasitas giling total mencapai 86.278 TCD (Ton Canes per Day). Hal inilah yang menjadi faktor penting mengapa eksistensi tebu khususnya di Jatim perlu terus dikembangkan khususnya dalam teknis budidaya dan manajemen pengelolaan kebun oleh seluruh stakeholder perkebunan tebu sehingga ke depan dapat terus menjadi komoditas unggulan.

Ringin Conthong-ikon kota. (panoramio.com.photo.57240034)

POSISI STRATEGIS

Dalam catatan penghasil gula nasional -- Jatim dalam angka tahun 2012--, Jawa Timur mensuplai 59,10%. Urutan teratas kab. Malang memproduksi 301.281 ton gula hablur atau 26,48% produksi tebu Prov Jatim. Selanjutnya, Kabupaten Kediri dengan produksi 148.561 ton (13,05%). Kab. Jombang dengan produksi 77.929 ton (6,85%), Kab.

(2)

Mojokerto sebesar 77.620 ton (6,82%), dan disusul Kab. Lumajang dengan produksi mencapai 67.119 ton (5,90%). (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2012)

Dengan produksi mendekati 80.000 ton atau 6,85% Jatim, Jombang, memiliki posisi sangat strategis, berada di persimpangan jalur lintas selatan Pulau Jawa (Surabaya-Madiun-Jogjakarta) dan jalur Surabaya-Tulungagung, serta jalur Malang-Tuban. Dikenal dengan sebutan Kota Santri, karena banyaknya sekolah pendidikan Islam atau pondok pesantren di wilayahnya. Bahkan ada pameo yang menyatakan sebagai pusatnya pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul Ulum (Rejoso) Peterongan. (Wikipedia, 2010)

Secara umum, Jombang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur, luas wilayahnya 1.159,50 km² dan jumlah penduduknya 1.201.557 jiwa (2010). Di tahun yang sama jumlah populasi warganya terdiri dari 597.219 laki-laki dan 604.338 perempuan. Pusat kota Jombang terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten, memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79 km (1,5 jam perjalanan) dari barat daya Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. (Wikipedia, 2010)

PG. Tjoekir (www.panoramio.com.photo_explorer#_files)

DI TOPANG 2 PG MODERN

Saat ini, luas lahan tebu di Jombang mencapai hampir 12 ribu hektar. Seluruhnya merupakan lahan yang aktif dan produktif untuk tanaman tebu. Hal ini tak lepas dari keberadaan 2 pabrik gula yang telah beroperasi sejak zaman kolonial Belanda yakni PG Tjoekir dan PG Djombang Baru yang berada dibawah naungan PTPN X..

(3)

Secara berkelanjutan PTPN X terus melakukan revitalisasi PG. Selama 2010-2014, total Rp1,44 triliun telah diinvestasikan PTPN X untuk membenahi pabriknya. Misalnya, PG Djombang Baru (Jombang) yang ditingkatkan kapasitasnya dari 2.400 ton tebu per hari (ton cane per day/TCD) menjadi 3.000 TCD, PG Tjoekir (Jombang) dari 3.600 TCD menjadi 3.900 TCD, dan PG Kremboong (Sidoarjo) dari 1.500 TCD menjadi 2.400 TCD.

PG Tjoekir (Cukir)

Era kapitalisme Belanda di Indonesia dimulai dengan diberlakukannya Undang-Undang Agraria dan Undang-Undang-Undang-Undang Gula tahun 1870 oleh pemerintah Belanda yang mengijinkan pihak swasta (Eropa) membuka usaha perkebunan di Hindia Belanda sebagai satu komponen program Cultuursteisel (tanam paksa).

Pihak Belanda melakukan berbagai cara yang memaksa masyarakat menjadi tergantung kepada mereka. Dari mengambil lahan pertanian milik rakyat untuk lokasi pabrik dan perkebunan tebu tanpa memberi ganti rugi, menjadikan mereka buruh pabrik, sampai praktek devide et impera yang memecah belah sesama rakyat kecil yang terganggu karena pendirian pabrik.

Pabrik Gula Tjoekir didirikan oleh NV. KODY EN COSTER VAN HOUSF TJOEKIR pada tahun 1884 dan terus memproduksi gula sampai dengan perang dunia II. Pernah mengalami rehabilitasi pabrik tahun 1925 dalam rangka peningkatan kapasitas produksi dengan mengganti beberapa peralatan instalasi pabrik. Selanjutnya penyelenggaraan penanaman tebu di PG. Tjoekir tersebut dilaksanakan oleh Badan Penyelenggaraan Perusahaan Gula Negara (BPPGN) sampai penanaman tebu tahun 1948.

Baru setelah terjadinya Aksi Trikora Irian Barat, PG. Tjoekir diambil alih oleh

pemerintah dibawah suatu badan yaitu Perusahaan Perkebunan Negara Baru. Untuk

koordinasi dari pabrik – pabrik atau perkebunan bekas milik Belanda di Jawa Timur. Tepatnya pada periode tahun 1959/1960 dibagi dalam pra-unit dimana PG. Tjoekir termasuk bentuk pra unit diubah menjadi bentuk kesatuan – kesatuan dimana PG. Tjoekir termasuk dalam kesatuan Jawa Timur II.

Kemudian terbentuklah BPUPPN Gula, setiap pabrik gula dijadikan Badan Hukum yang berdiri sendiri dimana PG. Tjoekir berada di bawah pengawasan BPUPPN Gula Inspeksi Daerah VI yang berkedudukan di Jalan Jembatan Merah 3 – 5 Surabaya. Agus Suprapto, -dalam blog 2011.

Pabrik Gula Tjoekir dan Sejarahmu menyatakan -- PG. Tjoekir merupakan salah satu pabrik gula yang memproduksi gula SHS (Superieure Hoofd Suiker) sebagai produk utama dengan beberapa produk samping berupa tetes dan pupuk kompos.

(4)

Bila ditinjau dalam skala nasional, keberadaan PG. Tjoekir berperan 1) Penghasil devisa bagi negara melalui sektor pajak & ikut aktif penggerak perekonomian. 2) Penunjang kebijaksanaan pemerintah dalam mendukung swasembada gula serta mengurangi ketergantungan kebutuhan gula dari negara lain. (3) Meningkatkan pembangunan pertanian, adanya diversifikasi tanaman di lahan pertanian khususnya tanaman tebu. (4) Meningkatkan pendapatan petani tebu, serta menambah lapangan kerja bagi penduduk sekitar pabrik, sehingga membantu terjadinya urbanisasi.

Lokasi pabrik gula terletak dekat dengan sumber air sehingga mudah dalam pemenuhan kebutuhan air untuk pabrik. Jarang terjadi bencana terutama banjir karena mempunyai sistem drainase dengan kapasitas yang memadai.

Pabrik Gula yang terletak di desa Cukir, Kec. Diwek, Kab. Jombang, Jatim, terletak di dua jalur lintas jalan raya antara Kota Jombang menuju Kota Pare dan jalan antara Desa Cukir menuju Kecamatan Mojowarno. Lokasi PG. Tjoekir memenuhi beberapa syarat berdirinya pabrik gula, yaitu : a). Pengangkutan bahan baku maupun hasil produksi sangat mudah dan murah. b) Lokasi pabrik gula terletak di daerah pertanian yang dapat dengan mudah dan cepat menunjang pengadaan bahan baku. (Suprapto Agus, 2011)

BUMN Gula. Berbagi Pengalaman Tingkatkan Kinerja (Sumber ://joss.today/read/24068)

PG. Djombang Baru.

Berdiri sejak tahun 1895, dalam sejarahnya PG. Djombang Baru ini mempunyai dua periode yaitu periode sebelum dan sesudah diambil alih pemerintahan Indonesia. Pada periode sebelum diambil alih PG. Djombang Baru dimiliki oleh Belanda atas nama ANEMAET & CO.

(5)

Setelah itu tahun 1957 diambil alih pemerintahan indonesia, maka PG. Djombang Baru digolongkan dalam pengawasan PPN (Perusahaan Perkebunan Negara) pusat dengan cabang-cabang di Jawa Timur yaitu unit gula ditiap daerah bekas karesidenan.

Seperti dituturkan Emi Y. (2014) pada tahun 1963 terjadi reorganisasi PPN dengan peraturan pemerintah no 1 dan 2 tahun 1963 yaitu dipusat di bentuk BPU-PPN gula di Jawa Timur diubah menjadi penasehat BPU-PPN Jawa Timur, dibekas karesidenan diubah menjadi kantor Direksi, di pabrik gula menjadi Badan Hukum yang dipimpin oleh Direktur Pimpinan Pabrik Gula. Pada periode tahun 1963 sampai 1968 dengan Peraturan Pemerintah no 14 tahun 1968, BPU-PPN gula dibubarkan dan didaerah dibentuk Direksi PN.

Perkebunan XXI untuk pabrik gula bekas karesidenan Kediri dan PN perkebunan XXI-XXII pabrik bekas keresidenan Surabaya. Berdasarkan akta notaris Lumban Tobing no 48 pada tanggal 31 Desember 1973 nomer 68 pada 30 Januari 1974 PT. Perkebunan XXI-XXII (Persero) didirikan. Tujuh Persero ini bertujuan untuk turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan pada umumnya dan disektor pertanian khususnya. Untuk mencapai tujuan seperti diatas, Persero menjalankan usaha-usaha dibidang pertanian, perkebunan dan Industri (khususnya industri Gula) dalam arti yang seluas-luasnya.

Dalam rangka menyederhanakan manajemen perusahaan, maka pada tahun 90-an PTP. XXI-XXII berubah menjadi PTPN X. Visi yang diembannya adalah menjadi perusahaan argobisnis berbasis perkebunan yang terkemuka di indonesia yang tumbuh bersama mitra.

Sementara misi BUMN yang berkantor pusat di jalan Jembatan Merah no. 3-5 Surabaya adalah menjadi perusahaan yang terdepan dan berkomitmen menghasikan produk yang berbasis bahan baku tebu dan tembakau yang berdaya saing untuk pasar domestik dan internasional. Mendedikasikan diri untuk meningkatkan nilai perusahaan bagi kepuasan stakeholder melalui kepemimpinan, inovasi dan kerja sama serta organisai yang efektif. (Emi Y. 2014)

TANTANGAN INDUSTRI GULA

Sampai saat ini perkembangan kinerja tebu Indonesia sebenarnya cukup memprihatinkan yang ditandai terjadinya penurunan areal, kenaikan biaya produksi, mutu tebu rakyat yang masih rendah dan belum memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI), mesin dan peralatan serta harga tebu ditingkat petani yang masih rendah akibat belum efisiensinya tataniaga tebu secara maksimal.

Permasalahan yang dihadapai perkebunan tebu yang lain yakni skala usaha nasional mencakup seluruh subsistem, mulai dari usahatani sampai dengan

(6)

pemasaran. Berbagai upaya perbaikan harus dilakukan di setiap subsistem secara komprehensip dan terintegrasi sangat penting dalam pembangunan perkebunan khususnya dalam kegiatan manajemen budidaya tebu. (Hasyim I, 2012)

Hal ini dapat menjadi acuan pada setiap pihak untuk terus mengembangkan industri gula berbasis tebu. Dengan demikian maka akan menjadi tolak ukur dukungan mengenai kebijakan dan program ketahanan pangan gula untuk mempercepat investasi pada industri berbasis gula serta meningkatkan kesejahteraan petani tebu.

=================================

PUSTAKA

Emi Y. 2014 Sejarah PG. Djombang Baru http://sir.stikom.edu/1304/4/BAB_II.pdf diakses tanggal 20 April 2016

Hasyim I, 2012 Kontribusi Usaha Budidaya Tebu ;//ilmalbanihasyimblog.blogspot.co.id diakses tanggal 20 April 2016

Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2012. epublikasi.setjen.pertanian.go.id/ Kabupaten Sentra Produksi Tebu Perkebunan Rakyat di Jawa Timur.

Suprapto Agus, 2011 Pabrik Gula Tjoekir dan Sejarahmu ://agusuprapto.blogspot.co.id diakses tanggal 20 April 2016

Wikipedia, 2010 https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Jombang diakses tanggal 20 April 2016

Referensi

Dokumen terkait

Dataset yang digunakan untuk evaluasi serangan jaringan pada penelitian ini menggunakan KDD Cup, yang mana dataset tersebut dapat dibilang data yang masih mentah

Manakala pada tahun 2007 pula, nilai pelaburan asing mencatatkan sebanyak RM13737.1j dalam sektor industri elektronik di Malaysia iaitu sebanyak 61.5% daripada jumlah

Menurut Isjoni dan Ismail (2008: 146), jika pembelajaran sejarah kurang mengikutsertakan siswa maka akan berdampak pada munculnya ‘budaya diam’ berlangsung di dalam

Penelitian mengenai pemanfaatan poliuretan dari lignin isolat serbuk kayu hasil industri pengolahan kayu di Medan Tembung sebagai perekat dalam pembuatan plafon gipsum dengan

Deaya uaja now&a oebonar-Byft to- lob pemeh DPiwapal tSnCfcat toeosAaofin yano ASmfeaud taAl* to» tap!. fc&nuAtan tincfcat I»eet*a&nanrsfcttwebufc Xciyap

100.000.000,00 BANTUAN SOSIAL UNTUK BEASISWA S1 KEPADA RISTI ANJARWATI, DENGAN ALAMAT KP. PANCORAN

Substansi dari Program Kerja Pemerintah Kota Depok Tahun 2016 tersebut merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan program unggulan serta program andalan Kota Depok yang

Pengujian validitas dilakukan terhadap kuesioner yang digunakan untuk mengukur variabel kecerdasan emosional dan kescerdasan spiritual terhadap pemahaman