• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKILAS TENTANG KIAT-KIAT MENERJEMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SEKILAS TENTANG KIAT-KIAT MENERJEMAH"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SEKILAS TENTANG KIAT-KIAT MENERJEMAH

Oleh

Drs. H. Kgs. M. Daud, M.HI

( Widyaiswara Utama Balai Diklat Keagamaan Palembang )

ABSTRAK

Ilmu terjemah, walaupun berbeda bahasa orang bisa berinteraksi satu sama lain dalam semua aspek kehidupan. Sampai saat ini aktifitas terjemah dianggap sebagai tulang punggung berbagai kegiatan. Penerjemah harus bisa mengalih-bahasakan pemikiran orang lain dari bahasa lain ke dalam bahasa tujuan dengan amanah, tanpa mengurangi atau menambahkan. Seorang penerjemah harus mengetahui tata bahasa, baik bahasa asli maupun bahasa kedua yang menjadi objek terjemah. Penerjemah harus mengetahui mana subjek, predikat, objek, kata keterangan, idhofah, sifat mawasuf, jar majrur, mubtada dan khobar. Pengalihan bahasa kedalam bahasa tertentu, tentu saja memaksa penerjemah untuk mengambil salah satu arti dari kata tersebut. Permasalahannya apakah bahasa sasaran tersebut juga memakai beberapa makna. Jika pedoman kata tersebut tidak mewakili arti yang beragam itu berarti kata tersebut tidak dapat diterapkan pada kata yang diolah bahasakan.

A. PENDAHULUAN

Terjemah sebagai aktifitas ilmiah memang sudah sejak lama dikenal, baik dalam sejarah dunia secara umum maupun sejarah Islam. Meskipun sulit menentukan awal sejarah munculnya tradisi terjemah ini, namun bisa kita katakan terjemah muncul sejalan dengan timbulnya kebutuhan manusia terhadap sarana yang bisa membantu mereka berkomunikasi dengan orang lain yang berbeda bahasa. Dengan dikenalnya ilmu terjemah, walau berbeda bahasa orang bisa berinteraksi satu sama lain dalam semua aspek kehidupan. Sampai saat ini aktifitas terjemah dianggap sebagai tulang-punggung berbagai kegiatan pada organisasi-organisasi internasional, asosiasi kantor berita internasional, lembaga diplomatik, aktifitas ekspor impor, perdagangan, pusat-pusat penelitian ilmiah,

(2)

lembaga intelejen, transportasi, pariwisata, media massa baik cetak maupun elektronik, dan lain-lain.

Sebagai contoh dapat kita lihat dengan jelas bahwa tradisi terjemah buku saja di Indonesia pada dasawarsa terakhir semakin marak dan meluas. Aktifitas terjemah buku, baik dari buku-buku klasik maupun buku-buku kontemporer yang ditulis sejak tahun 80-an sampai sekarang, sudah sangat banyak jumlahnya dan mudah diperoleh di toko-toko buku. Dari mana asal buku yang diterjemahkan pun ticlak terbatas pada negara tertentu, tapi dari Barat, Arab, negara-negara Persia, Asia dan sebagainya. Tema yang diangkat pun semakin beragam dari ilmu-ilmu agama, filsafat, kedokteran, ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta seni seperti cerita-cerita fiksi berupa novel ataupun karya seni lainnya. Begitu meluasnya aktifitas penerjemahan ini, hingga akhirnya ada usaha membentuk lembaga atau institusl khusus yang bertujuan mendidik calon-calon penerjemah yang handal.

B. DEFINISI TERJEMAH

Dalam kamus bahasa Indonesia, terjemah diartikan sebagai: menyalin, memindahkan dari satu bahasa ke bahasa lain.1 Sedangkan terjemah menurut

Mahmud Ismail Shalih: Menerjemah adalah memaknai sebuah teks dari sisi ungkapan, isi, konteks dan redaksi satu bahasa untuk dialih-bahasakan ke bahasa lain atau sebaliknya baik dengan ucapan spontan maupun tertulis.

JENIS-JENIS TERJEMAH

Terjemah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: 1. Terjemah Langsung (Fauriya/spontan)

2. Terjemah Tertulis (Tahririyah)

Terjemah fauriyah adalah terjemah langsung tanpa tulisan yang sudah dipersiapkan. Terjemah spontan (fauriyah) lebih dahulu dikenal manusia daripada terjemah tertulis, yaitu sejak adanya interaksi antara kabilah atau antar negara,

(3)

baik dalam situasi damai atau perang. Setelah orang mengenal alat tulis menulis, mulailah terjemah dalam bentuk tertulis digunakan secara meluas.

C. HAL-HAL YANG HARUS DIKUASAI OLEH SEORANG

PENERJEMAH

Menerjemah bukanlah hal yang mudah, tetapi suatu proses yang cukup sulit, kompleks dan bahkan terkadang lebih sulit dari mengarang buku. Jika mengarang buku, seseorang bisa dengan bebas mengungkapkan isi pikirannya dalam bentuk tulisan, tidak demikian dengan menerjemah. Penerjemah harus bisa mengalih-bahasakan pemikiran orang lain dari bahasa asli ke dalam bahasa tujuan dengan amanah, tanpa mengurangi atau menambahkan. la juga harus bisa mendekatkan isi terjemahannya dengan teks asli sesuai dengan maksud penulis buku. Oleh sebab itu, seorang penerjemah harus menguasai hal-hal berikut : 1. Mengetahui lambang dari kosa kata

Seorang penerjemah harus mengenal lambang yang tertulis dari bahasa yang akan diterjemahkan atau yang dibaca.

2. Mengetahui arti kosa-kata

Seorang penerjemah harus mengetahui arti kosa kata baik tunggal maupun jamak, mudzakkar maupun muannas, kata majemuk, ungkapan-ungkapan, istilah-istilah dalam konteks kalimat dimana kosa kata tersebut diletakkan karena satu kata bisa berarti banyak sesuai dengan konteks dimana kata itu berada. Contohnya kata tarbiyah, kalau kita terjemahkan ke dalam padanannya dalam bahasa Indonesia, hasil terjemahannya akan berbeda. Kata tarbiyah berbeda artinya sesuai dengan konteks dimana kata itu diletakkan. Dengan demikian konteks memiliki peran inti dalam menentukan makna kosa kata. 3. Mengetahui tata bahasa atau gramatika bahasa

Seorang penerjemah harus mengetahui tata bahasa atau gramatika bahasa, baik bahasa asli maupun bahasa kedua yang menjadi objek terjemah. Penerjemah harus mengetahui mana subjek, predikat, objek, kata keterangan, idhafah, sifat mawsuf, jar majrur, mubtada khabar atau dengan kata lain mengetahui posisi

(4)

dan fungsi kata dalam kalimat. Penerjemah juga harus mengetahui bentuk kalimat perintah, kalimat verbal dan non verbal (DM).

4. Memahami isi kandungan teks dan struktur kalimat

Penerjemah harus memahami isi kandungan teks dan struktur kalimat dari bahasa yang ingin diterjemahkan dan sebaliknya. Penerjemah harus mengetahui bahwa bahasa yang akan diterjemah (misalnya bahasa Arab) biasa dimulai dengan kata kerja, baik kata kerja bentuk lampau, saat ini maupun masa yang akan datang, sedangkan bahasa Indonesia biasa dimulai dengan kata benda.

5. Mengetahui kaidah-kaidah redaksi kebahasaan

Penerjemah harus mengetahui kaidah-kaidah redaksi kebahasaan misalnya kita dapatkan kalimat kalau ditinjau dari sisi gramatika benar tapi diri sisi maqam, tidak tepat bahkan salah dari sisi penggunaan katanya.

6. Memiliki spesialisasi

Seorang penerjemah harus memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu yang diterjemahkan atau yang mendekatinya. Kepiawaian seorang menerjemah selain karena latihan yang dilakukan secara terus-menerus juga ditentukan oleh spesialisasinya. Penguasaan materi terjemah akan terefleksikan pada hasil terjemahannya. Orang yang terbiasa menerjemahkan karya fiksi dan sastra tentu sulit menerjemahkan buku science, misalnya.

7. Mengetahui biografi dan latar-belakang pengarang buku

Pentingnya mengetahui biografi atau latar belakang pengarang buku yang akan dialihbahasakan, memahami dan menghayati jalan pikiran si pengarang. Hal ini penting karena tugas penerjemah bukan hanya mengalih-bahasakan kata dan kalimat ke bahasa Indonesia dan sebaliknya tetapi juga harus menampilkan ruh dari teks/buku asli yang diterjemahkan.

8. Komitmen untuk jujur dan amanah dalam menerjemah.

Seorang penerjemah harus betul-betul komitmen, jujur dan amanah dalam mengalihbahasakan teks asli kepada terjemahan, tanpa mengajukan atau mengalihkan, menambah atau menghapus kecuali jika terkait dengan

(5)

karena kaedah bahasa Indonesia mendahulukan subjek dari predikat, berbeda dengan bahasa Arab yang mendahulukan kata kerja daripada kata benda. Dengan demikian, hasil terjemahan bisa dipahami oleh pembacanya.

Komitmen, kejujuran dan amanah seorang penerjemah sangat penting dalam proses menerjemahkan agar hasil terjemahan bisa sedekat mungkin bersesuaian maknanya dengan teks aslinya. Kesesuaian makna dengan buku/teks asli penting bukan hanya agar daya tarik buku terjemahan tidak kalah dengan buku aslinya, tetapi kesesuaian atau kedekatan makna ini menjadi tolok ukur keakuratan terjemahan.

D. BERBAGAI KESULITAN DALAM MENERJEMAH

Kalimat adalah susunan kata yang bisa memberi pengertian yang sempurna. Oleh karena itu setiap kata sebagai unsur yang merujuk pada satu pengertian, memiliki fungsi yang sangat vital untuk diketahui konsepnya. Kesalahan dalam penempatan kata dalam penerjemahan, sebagai ganti konsep yang dikehendaki oleh bahasa asli akan berakibat fatal. Berikut ini berbagai kesulitan yang biasa dihadapi oleh para penerjemah dalam menempatkan kata padanan ketika menerjemahkan:

1. Pergeseran konsep sebuah kata dari bahasa aslinya.

Urgensi konsep sebuah kata dalam terjemahan bisa kita gambarkan sebagai berikut: "setiap bangsa dalam menggambarkan konsep yang sama menggunakan kata yang berbeda. Perbedaan penggunaan kata inilah yang menempatkan arti penting penerjemahan sebagai alat penyelaras bahasa, agar konsep-konsep yang dimaksud oleh bahasa asli dapat diterima oleh pembaca yang berbahasa berbeda. Misalnya orang Indonesia menyebut konsep tempat duduk yang memiliki sandaran dan berkaki itu bangku, namun orang Arab menyebutnya dengan maq'ad. Penyebutan kata bangku dan maq'ad ini dapat diungkapkan dengan ucapan. dan tulisan. Kedua kata tersebut berbeda bunyi dan tulisannya, tetapi menggunakan konsep yang sama.

Kesulitan akan dihadapi penerjemah ketika sebuah kata yang sudah diserap dalam bahasa tertentu konsepnya bergeser dari bahasa aslinya. Seperti kata

(6)

ulama dalam bahasa Arab menunjukkan konsep jamak, akan tetapi dalam bahasa Indonesia konsep yang dikandung kata tersebut berubah menjadi tunggal. Pada kasus ini, terjemah kata ulama dalam bahasa Indonesia harus menggunakan kata bantu jamak atau menggunakan bentuk pengulangan. Contoh di atas memberi penegasan kepada kita bahwa kata dan konsep layaknya dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan, penggunaan tiap-tiap bentuk kata tergantung pada budaya setempat oleh sebab itu ketika seseorang hendak menempatkan padanan kata tertentu sebagai terjemahannya, maka yang menjadi pijakanya adalah menyamakan konsep yang dibawa oleh kedua kata yang berbeda tersebut agar persis sama.

2. Kendala budaya

Kendala lain yang seringkali dihadapi seorang penerjemah dalam pengalihan bahasa adalah kendala budaya yang rumit sehingga mempersulit proses penerjemahan. Misalnya dua konsep yang berdekatan tetapi berbeda, keduanya ada dalam tradisi masyarakat kita hanya saja jumlah penyebutan kata yang mewakilinya berbeda. Misalnya dalam tradisi Indonesia konsep bangunan kecil untuk shalat disebut mushala, langgar atau surau. Dengan menggunakan satu kata yaitu mesjid dalam bahasa Arab, kata itu sudah merujuk pada pengertian-pengertian di atas. Ini jelas menghadirkan problem ketika dalam bahasa Arab hanya disebutkan dalam satu kata yaitu mesjid. Kita tidak hisa memastikan apakah maksudnya surau atau mesjid dalam tradisi kita. Untuk contoh seperti ini keakuratan terjemahan anda akan diperoleh melalui penjelasan lainnya.

3. Perubahan kata dari konotatif ke denotatif

Problem lainnya adalah penggunaan kata dalam pengertiannya pada bahasa sumber adalah konotatif. Jenis kata ini ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan unsur-unsur pembentuknya dapat berubah pengertiannya menjadi denotatif. Hal ini terjadi jika konsep kata tersebut tidak dikenal dalam, tradisi masyarakat yang dituju. Oleh sebab itu konsep yang diwakili oleh kata tersebut berubah.

(7)

4. Sebuah kata memiliki beberapa konsep pengertian yang berbeda.

Sebuah kata seringkali digunakan untuk menggambarkan satu konsep yang bermakna lebih dari satu. Pengalihan bahasa ke dalam bahasa tertentu tentu saja memaksa penerjemah untuk mengambil salah satu arti dari kata tersebut. Permasalahannya, apakah bahasa sasaran tersebut juga mewakili beberapa makna. Jika padanan kata tersebut tidak mewakili arti yang beragam itu berarti kata tersebut tidak dapat diterapkan pada kata yang dialih-bahasakan. Misalnya kata era dialih-bahasakan ke dalam bahasa Indonesia ke dalam arti memukul tetapi dalam konteks lain, dalam bahasa Arab, kata ini dapat merujuk kepada beberapa konsep yang berbeda.

E. KESIMPULAN

Tulisan di atas menggambarkan secara singkat kiat-kiat menerjemah dan berbagai kendala yang dihadapi oleh seorang penerjemah, namun dengan terus berlatih menerapkan berbagai cara untuk menerjemah yang didahului dengan pemahaman yang tepat terhadap teks yang akan diterjemahkan, berbagai kendala tersebut bisa diatasi. Keakuratan hasil terjemahan bukan hanya tergantung pada kepiawaian seseorang menguasai ilmu kebahasaan tetapi juga karena terlatih menerjemah sehingga membentuk sebuah skill bagi dirinya.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’an

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, , Jakarta, 1989

Departemen Agama, Terjemahan Al Qur’an, Jakarta, 2001

Makalah Rumpun Penyuluh Agama, Pascadiklat Tenaga Teknis Keagamaan, Jakarta, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Perkembangan sistem pembayaran secara umum masih tetap dapat memenuhi kebutuhan kegiatan ekonomi di Jawa Tengah meskipun mengalami penurunan bila dibandingkan

Penerimaan bersih atas biaya variabel (return above variabel cost = RAVC )Penerimaan bersih atas biaya variabel dapat dihutung dengan penyajian sebagai

Melalui strategi tersebut, diharapkan nasabah BMTNU Besuki nyaman dengan pelayanan yang diberikan, dan bisa menjadikan Qadhru Hasan dalam Membangun costumer loyalty...

Kapabilitas bisnis inovasi produk memiliki hubungan positif terhadap efektivitas strategi kompetitif inovasi produk sebesar 0,787 dan sebagai konsekuensinya juga berhubungan

Seberapa besar kepemimpinan, motivasi dan lingkungan kerja secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT.Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero) Bandung?. (1)

dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa guru kurang maksimal dalam menjelaskan kembali semua materi yang diberikan, siswa kurang memperhatikan dan menanggapi motivasi

Hasil penelitian menujukkan masyarakat Desa Setabu telah berpartisipasi pada kegiatan-kegiatan pengembangan kawasan dalam pengambilan keputusan perencanaan,

Ketika Kelas B dideklarasikan sebagai subkelas dari Kelas A, maka Dengan sendirinya Kelas B mewariskan semua atribut atau method yang dimiliki oleh Kelas A. Namun, Kelas