• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN REFORMASI BIROKRASI TAHUN 2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN REFORMASI BIROKRASI TAHUN 2019"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN REFORMASI BIROKRASI

TAHUN 2019

“Laporan ini Disusun sebagai salah Satu Instrument dalam Memetakan

dan Menilai Aksi dan Kualitas Reformasi Birokrasi yang telah

Terselenggara pada Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tahun 2019”

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas izinNya Laporan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019 telah selesai disusun. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah sebagai media komunikasi dan akuntabilitas tim reformasi birokrasi dalam menjalankan amanat mengemban reformasi birokrasi di lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam hal ini seluruh Tim Reformasi Birokrasi serta seluruh pegawai mendukung dan berupaya keras dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan reformasi birokrasi. Meskipun demikian, masih banyak ruang-ruang perbaikan yang menjadi target reformasi birokrasi di tahun berikutnya. Adapun fokus yang berubah dari reformsi birokrasi dibandingkan dengan tahun 2018 adalah adanya peingkatan kualitas komponen tingkat kepatuhan laporan LHKASN dan LHKPN serta adanya penetapan role model dalam memimpin reformasi birokrasi yang berjalan khususnya di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Pelaksanaan reformasi birokrasi di Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak agar kami dapat memperbaiki dan menyempurnakan pelaksanaan reformasi birokrasi di Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun-tahun mendatang.

Akhir kata, semoga Laporan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019 ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Pangkalpinang, Februari 2020 Kepala Sekretariat,

Roy M Siagian, S.Sos, M.Si

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. DASAR HUKUM ... 2

C. CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI ... 2

1. Manajamen Perubahan ... 2

2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan ... 3

3. Penataan dan Penguatan Organisasi ... 12

4. Penataan Tatalaksana ... 14

5. Penataan Sistem Manajemen SDM ... 15

6. Penguatan Akuntabilitas Kinerja ... 16

7. Penguatan Pengawasan ... 16

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik ... 18

D. EVALUASI ... 19

1. Hambatan dan Permasalahan ... 19

2. Rencana Tindaklanjut ... 20

E. PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI ... 22

(4)

1

A. LATAR BELAKANG

Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business prosess) dan sumber daya manusia aparatur. Memasuki era reformasi, tantangan pemerintah Indonesia dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik adalah dengan mengatasi krisis kepercayaan masyarakat terhadap layanan publik. Krisis yang muncul akibat bangunan birokrasi selama periode orde baru ini bahkan memicu protes di tingkat pusat maupun daerah (Dwiyanto et al., 2002; Thoha, 2012). Akibat dari perilaku birokrat yang cenderung tidak mendukung pelayanan publik telah menyebabkan tujuan awal birokrat dalam memberikan layanan publik bergeser ke arah pragmatisme dan menurunkan integritas dan kualitasnya (Horhoruw et al., 2012). Idealnya penyelenggaraan layanan publik oleh aparat pemerintah pemberi layanan publik harus dilakukan tanpa adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) (Girindrawardana, 2002).

Kegagalan birokrasi dalam merespon krisis baik itu krisis ekonomi maupun politik akan mempengaruhi tercapainya good governance. Kegagalan itu sangat ditentukan

oleh faktor kekuasaan, insentif, akuntabilitas, dan budaya birokrasi (Dwiyanto et al., 2002). Ternyata diantara komponen bangsa, birokrasi adalah

komponen yang paling lambat berubah.

Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan anak satker dari Badan Pengawas Pemilihan Umum. Dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berpedoman pada Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 (Perpres Nomor 81 Tahun 2010), dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015-2019 (Permenpan Nomor 11 Tahun 2015). Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dimaksudkan untuk mewujudkan birokrasi Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien, dan birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas guna terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik (good governance).

Sejalan dengan hakikat RB, maka upaya penciptaan birokrasi yang ideal tersebut, dilakukan dengan penyempurnaan, peningkatan, penguatan, atau penataan terhadap 8 (delapan) area perubahan melalui 9 (sembilan) program RB, yakni perubahan pola pikir (manajemen perubahan), sistem pengawasan, akuntabilitas kinerja, kelembagaan, ketatalaksanaan, sistem manajemen SDM

(5)

Aparatur Sipil Negara (ASN), peraturan perundang-undangan, kualitas pelayanan publik, dan Quick Wins. Laporan Pelaksanaan RB Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini memuat data dan informasi mengenai capaian pelaksanaan RB pada setiap area perubahan dan permasalahan yang dihadapinya. Selanjutnya, laporan pelaksanaan RB Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat menyajikan bukti dokumen pelaksanaan kegiatan RB (evidence).

Kami menyadari bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi ini masih belum sepenuhnya sesuai dengan harapan masyarakat dan kinerja aparatur yang belum optimal, oleh karena itu perlu mengevaluasi pelaksanaan program reformasi birokrasi secara periodik dan berkesinambungan. Laporan ini diharapkan dapat membantu Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mengevaluasi Reformasi Birokrasi kedepannya agar lebih baik, efisien, akurat dan terukur.

B. DASAR HUKUM

Adapun dasar hukum yang digunakan untuk mempercepat pelaksanaan Reformasi Birokrasi periode 2015 -2019, antara lain sebagai berikut:

1. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025;

2. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/15/M.PAN/7/2008 tentang Pedoman Umum Reformasi;

3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-2014;

4. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan RB RI Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2015 –2019.

C. CAPAIAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI

Adapun capaian yang sudah diraih oleh Tim Reformasi Birokrasi Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai berikut:

1. Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan dalam proses reformasi birokrasi di Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilaksanakan sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Manajemen Perubahan yang diatur dalam Permenpan dan Reformasi Birokrasi Nomor 10 Tahun 2011 serta Permenpan Nomor 027 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Agen Perubahan di Instansi Pemerintah. Adapun sasaran yang ingin dicapai tahun 2019 ini adalah:

(6)

3 a. Telah menetapkan role model dan agen perubahan di lingkungan Sekretariat

Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

b. Penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) di Setiap Bagian;

c. Peningkatan motivasi pegawai melalui pertemuan rutin antara pegawai, Komisioner, Kepala Sekretariat dan Pajabat Struktural lainnya;

1. Telah melaksanakan pertemuan dalam rangka penetapan program agen perubahan untuk tahun 2019;

2. Pengembangan nilai-nilai untuk menegakkan integritas;

3. Perumusan dan penetapan kebijakan untuk mendorong peningkatan komitmen pelaksanaan Reformasi Birokrasi:

4. Pembuatan SK Tim RB dan Tim Pokja-Pokja RB;

5. Pembuatan SK terkait dengan Role Model melalui pembentukan agent of change;

6. SK yang terkait pelaksanaan RB;

7. Pelaksanaan pertemuan sosialisasi kebijakan; 8. Pencanangan budaya kerja apel setiap senin pagi;

9. Diskusi memecahkan persoalan hukum yang aktual dan strategis terkait kewenangan Badan Pengawas Pemilihan Umum, terutama pencegahan dan penindakan;

10. Pelaksanaan rapat dengan akademisi, mahasiswa, dan organisasi kemasyarakatan;

11. Mendorong peran serta masyarakat unsur pengawas partisipatif juga hal yang tidak kalah penting untuk di jadikan rencana aksi pokja Manajemen Perubahan di tahun 2019. Melalui hal ini, masyarakat akan ikut serta/berperan dalam mewujudkan pelayan publik yang sesuai cita-cita Reformasi Birokrasi. Selain itu, peran serta masyarakat juga bisa menjadi saksi perubahan RB dan dapat mempercepat arus perubahan Reformasi Birokrasi di lingkungan internal Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Penataan Peraturan Perundang-Undangan

Tabel 1. Analisis Peraturan Perundang-Undangan

No. Nama

Peraturan Bunyi Pasal/Ayat Keterangan Perubahan

1 UU No. 7 Tahun 2017

Pasal 280 ayat (1)

Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang:

a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik

Pasal 521 disebutkan bahwa yang merupakan tindak pemilu adalah Pasal

280 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,

huruf d, huruf e, huruf f, huruf g, huruf h, huruf i,

Seharusnya pada Pasal 280 ayat (4) disebutkan secara lengkap sama seperti apa yang

(7)

Indonesia Tahun 1945, dan bentuk Negara Kesatuan

Republik Indonesia; b. melakukan kegiatan yang

membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan,

calon, dan/atau Peserta Pemilu yang lain; d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun

masyarakat;

e. mengganggu ketertiban umum;

f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan

kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau

Peserta Pemilu yang lain; g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu; h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah,

dan tempat pendidikan; i. membawa atau menggunakan tanda gambar

dan/atau atribut selain dari tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan;

dan

j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi

lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu.

Pasal 280 ayat (4)

Pelanggaran terhadap larangan ketentuan pada ayat

(1) huruf c, huruf f, huruf g, huruf i, dan huruf j, dan ayat (2) merupakan tindak

pidana Pemilu.

Pasal 521

Setiap pelaksana, peserta, dan/atau tim Kampanye Pemilu yang dengan sengaja

melanggar larangan pelaksanaan Kampanye

Pemilu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf

c,

atau huruf j namun Pada Pasal 280 ayat (4) disebutkan bahwa yang merupakan tindak pidana

pemilu hanya Pasal 280 ayat (1) huruf c,f,g,i,j.

Artinya terdapat pertentangan pada Pasal

tersebut.

disebutkan dalam pasal

(8)

5 huruf d, huruf e, huruf f, huruf

g, huruf h, huruf i, atau huruf j dipidana dengan pidana

penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak Rp24.000.000,00 (dua

puluh empat juta rupiah).

Pasal 286

(1)Pasangan Calon, calon anggota DPR, DPD, DPRD

provinsi, DPRD kabupaten/kota, pelaksana

kampanye, dan/atau tim kampanye dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi

lainnya untuk memengaruhi Penyelenggara. Pemilu

dan/atau Pemilih.

(2) Pasangan Calon serta calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD

kabupaten/kota yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) berdasarkan rekomendasi Bawaslu dapat dikenai sanksi

administratif pembatalan sebagai Pasangan Calon

serta calon anggota DPR, DPD, DPRD provinsi,

dan DPRD kabupaten/kota oleh KPU.

(3) Pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan pelanggaran yang

terjadi secara

terstruktur, sistematis, dan masif.

(4) Pemberian sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) tidak menggugurkan sanksi pidana.

Pada pasal 286 ayat (4) disebutkan bahwa Pemberian sanksi terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) tidak menggugurkan sanksi pidana namun tidak

dijelaskan secara rinci sanksi pidananya. Seharusnya di dalam ketentuan pidana diatur mengenai sanksi pidana yang dimaksud. Pasal 1 angka 35

Kampanye Pemilu adalah kegiatan Peserta Pemilu atau

pihak lain yang ditunjuk oleh Peserta Pemilu untuk meyakinkan Pemilih dengan

menawarkan visi, misi,

Pada pasal tersebut dijelaskan mengenai frasa

“visi, misi, program, dan/atau citra diri peserta

pemilu” namun tidak dijelaskan secara jelas apa

makna dari “visi, misi,

Seharusnya pada Pasal tersebut dijelaskan secara jelas makna frasa “visi, misi, program,

(9)

program dan/atau citra diri Peserta Pemilu.

program, dan/atau citra diri

peserta pemilu” dan/atau citra diri peserta pemilu”

Pasal 280 ayat (1)

Pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu dilarang:

a. mempersoalkan dasar negara Pancasila, Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan

bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. melakukan kegiatan yang

membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

c. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan,

calon, dan/atau Peserta Pemilu yang lain; d. menghasut dan mengadu domba perseorangan ataupun

masyarakat;

e. mengganggu ketertiban umum;

f. mengancam untuk melakukan kekerasan atau menganjurkan penggunaan

kekerasan kepada seseorang, sekelompok anggota masyarakat, dan/atau

Peserta Pemilu yang lain; g. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye Peserta Pemilu; h. menggunakan fasilitas pemerintah, tempat ibadah,

dan tempat pendidikan; i. membawa atau menggunakan tanda gambar

dan/atau atribut selain dari tanda gambar dan/atau atribut Peserta Pemilu yang bersangkutan;

dan

j. menjanjikan atau memberikan uang atau materi

lainnya kepada peserta Kampanye Pemilu.

Pada pasal tersebut dijelaskan mengenai frasa

“pelaksana, peserta, dan tim Kampanye Pemilu” namun tidak dijelaskan

secara jelas makna peserta apakah sebagai peserta kampanye Pemilu

atau Peserta Pemilu.

Seharusnya pada Pasal tersebut dijelaskan secara jelas makna frasa “peserta” apakah sebagai peserta pemilu atau peserta kampanye pemilu. Pasal 483 (1) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 482 ayat (1) dan ayat (4) harus sudah

disampaikan kepada penuntut

Pelaksanaan putusan pengadilan yang dimaksud

dalam pasal tersebut tidak dijelaskan mengacu kepada aturan Undang-Undang Nomor 7 Tahun

Seharusnya pada UU No 7 tahun 2017 diatur mengenai aturan pelaksanaan

(10)

7 umum paling lambat 3 (tiga)

hari setelah putusan dibacakan. (2) Putusan pengadilan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 482 harus dilaksanakan paling lambat 3

(tiga) hari setelah putusan diterima oleh jaksa.

2017 atau mengacu pada aturan di dalam KUHAP karena di dalam UU No 7

tahun 2017 tidak diatur secara rinci mengenai

pelaksanaan putusan pengadilan

putusan pengadilan.

Pasal 501

Setiap anggota KPPS yang dengan sengaja tidak melaksanakan keputusan KPU Kabupaten/Kota untuk pemungutan suara ulang di TPS dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu)

tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua

belas juta rupiah).

dengan Pasal 502

Ketua dan anggota KPPS yang dengan sengaja tidak melaksanakan ketetapan KPU

Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS, dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua

belasjuta rupiah).

Pasal 515

Setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara menjanjikan atau memberikan

uang atau materi lainnya kepada Pemilih supaya tidak

menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu

tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara

tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda

paling banyak

Rp36.000.000,00 (tiga puluh enam juta rupiah).

dengan Pasal 523 ayat (3)

Setiap orang yang dengan sengaja pada hari pemungutan suara menjanjikan atau memberikan

uang atau materi lainnya kepada Pemilih untuk tidak

Pasal sia-sia. Dijadikan 1 pasal saja.

(11)

menggunakan hak pilihnya atau memilih Peserta Pemilu

tertentu dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp36.000.000,00 (tiga

puluh enam juta rupiah).

2

Perbawaslu No. 7 Tahun

2018

Pasal 14 ayat (3)

Dalam hal melakukan Investigasi sebagaimana

dimaksud

pada ayat (1), Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu

Kabupaten/Kota, dan/atau Panwaslu Kecamatan membuat laporan hasil pengawasan yang dituangkan

dalam formulir hasil pengawasan.

Permasalahannya adalah apakah hasil investigasi

yang dituangkan dalam laporan hasil pengawasan

dapat dijadikan pertimbangan hukum oleh

majelis hakim dalam memutuskan temuan dugaan pelanggaran. Seharusnya diperincikan, apakah hasil investigasi merupakan bahan pertimbangan Pasal 14 ayat (1)

Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, dan

Panwaslu Kecamatan dapat melakukan Investigasi atas

informasi awal untuk menemukan peristiwa dugaan

pelanggaran pemilu.

Batas waktu untuk melakukan investigasi atas

informasi awal tidak ditentukan secara jelas,

begitu juga terkait pembentukan tim atau petugas investigasi tidak

ditentukan waktunya kapan dan unsurnya siapa saja. Selama ini mengenai waktu investigasi hanya

menyesuaikan dengan pasal 17 perbawaslu 7 tahun 2018. Seharusnya investigasi dibuatkan khusus pada perbawaslu tersendiri atau diperkuat dalam perbawaslu terkait dengan pengawasan sehingga dapat dirincikan aturan-aturan mengenai investigasi agar pengawas pemilu tidak lagi

meraba-raba dalam melakukan investigasi baik itu dari segi hari,

unsur tim investigasi, maupun pembuatan SK tim, bukan digabungkan di dalam perbawaslu 7 yang merupakan perbawaslu terkait laporan dan temuan. Pasal 13 ayat (1)

Dugaan pelanggaran yang disampaikan kepada Pengawas Pemilu dalam

Tidak ditentukan siapa yang dapat menyampaikan

informasi awal.

Seharusnya diperjelassiapa

yang menjadi subjeknya.

(12)

9 bentuk informasi lisan,

dan/atau informasi tertulis merupakan informasi awal.

3 Perbawaslu No. 8 Tahun 2018 Pasal 18 ayat (2) “ Asisten pemeriksa, sekretaris pemeriksa, notulen

dilarang berkomunikasi dengan Pelapor, terlapor,

saksi,

dan ahli di luar sidang pemeriksaan.”

Pada pasal tersebut disebutkan mengenai frasa

“dilarang berkomunikasi”. Makna frasa tersebut

belum jelas, apakah bermakna semua komunikasi atau hanya komunikasi yang berkaitan

dengan pokok-pokok pemeriksaan saja.” Seharusnya frasa “dilarang berkomunikasi” dijelaskan lebih rinci mengenai batasan-batasan komunikasi apa saja yang diperbolehkan dan tidak boleh

dilakukan oleh asisten pemeriksa, sekretaris pemeriksa, notulen kepada para pihak. Pasal 21 (1) Pelapor dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu dan Pelanggaran Administratif Pemilu TSM yaitu: a. Warga Negara Indonesia

yang mempunyai hak pilih; b. Peserta Pemilu; dan/atau

c. Pemantau Pemilu. (2) Pelapor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam

menyampaikan laporan dugaan Pelanggaran Administratif Pemilu, dapat didampingi oleh kuasanya.

Pada pasal tersebut disebutkan mengenai frasa

“didampingi oleh kuasanya”. Frasa tersebut

belum menjelaskan siapa yang dimaksud sebagai

kuasanya. Seharusnya frasa “dapat didampingi oleh kuasanya” diganti dengan frasa “dapat didampingi oleh kuasa hukum” agar memberikan kepastian hukum. Pasal 36 Sanksi terhadap terlapor/pelaku Pelanggaran Administratif Pemilu adalah: a. perbaikan administrasi terhadap tata cara, prosedur,

atau mekanisme sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; b. teguran tertulis; c. tidak diikutkan pada tahapan tertentu dalam penyelenggaraan Pemilu;

dan/atau

d. sanksi administratif lainnya sesuai dengan ketentuan

Pasal tersebut menerangkan sanksi

terhadap pelaku pelanggaran administratif

berupa teguran tertulis. Bentuk teguran tertulis yang dimaksud tidak dijelaskan secara rinci

apakah dalam bentuk putusan pemeriksaan dari

Bawaslu atau dalam bentuk dokumen pendukung lainnya. Seharusnya bentuk teguran tertulis yang dimaksud dijelaskan dalam bentuk dokumen pendukung lainnya sehingga menimbulkan kepastian hukum.

(13)

dalam undang-undang mengenai Pemilu. 4. Perbawaslu Nomor 9 Tahun 2018 tentang Sentra Penegakan Hukum Terpadu Pasal 18 ayat (5)

“Setelah temuan atau laporan diterima, pengawas Pemilu

didampingi oleh anggota Gakkumdu sesuai dengan tingkatan melakukan klarifikasi

terhadap pelapor dan saksi yang hadir.”

Pada pasal tersebut disebutkan bahwa setelah

temuan atau laporan diterima, pengawas pemilu

beserta anggota Gakkumdu melakukan klarifikasi terhadap pelapor

dan saksi yang hadir. Apakah pasal tersebut

memungkinkan menghadirkan pelapor

bersama saksi secara bersamaan pada saat memberikan laporan. Apabila mengacu pada Perbawaslu Nomor 7 tahun 2018 tentang Penanganan temuan dan laporan pelanggaran pemilu Pasal 11 ayat (1) yang berbunyi “ Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu yang memenuhi syarat formil dan

materil diberi nomor Laporan dan dicatatkan dalam buku register penerimaan Laporan paling lama 3 (tiga) hari sejak Laporan diterima.” Pada pasal 18 ayat (1) juga disebutkan bahwa “Dalam proses pengkajian Temuan atau Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilu, Bawaslu, Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kabupaten/Kota, Panwaslu Kecamatan, dan Panwaslu LN dapat melakukan klarifikasi terhadap Pelapor, terlapor, pihak yang diduga sebagai pelaku

(14)

11

pelanggaran, saksi, atau ahli untuk didengar keterangannya.” Artinya jika mengacu pada Perbawaslu 7 dapat disimpulkan bahwa Pengawas Pemilu meregisterasi Laporan terlebih dahulu dan setelah itu melakukan proses klarifikasi para pihak. Pasal 19 ayat (1)

“Pengawas Pemilu bersama dengan Penyidik dan Jaksa

paling lama 1x24 (satu kali dua puluh empat) jam melakukan Pembahasan

pertama terhitung sejak tanggal

temuan atau laporan diterima dan diregistrasi oleh

Pengawas Pemilu.”

Pasal tersebut disebutkan bahwa temuan atau laporan diterima dan diregistrasi oleh Pengawas

Pemilu. Arti kalimat tersebut bersifat kumulatif,

yaitu Pengawas Pemilu melakukan registrasi

laporan bersamaan dengan penerimaan laporan. Namun pada Perbawaslu 7 tahun 2018

tentang Penanganan temuan dan laporan pelanggaran pemilu Pasal

12 ayat (1) mengatakan bahwa Dalam hal Laporan

Dugaan Pelanggaran Pemilu yang belum memenuhi syarat

formil dan/atau materil, Pengawas Pemilu memberitahukan kepada

Pelapor untuk memenuhi syarat formal

dan/atau syarat materil paling

lama 3 (tiga) hari sejak Laporan diterima dan

Pasal 12 ayat (2) mengatakan bahwa Dalam

hal Pelapor tidak memenuhi syarat formil

dan

syarat materil dalam waktu 3 (tiga) hari sejak Laporan

diterima, Pengawas Pemilu tidak meregisterasi

Seharusnya ada kesesuaian mekanisme penerimaan laporan antara Perbawaslu 7 tahun 2018 dan Perbawaslu 9 Tahun 2018.

(15)

Laporan

Dugaan Pelanggaran. Artinya, berdasarkan Perbawaslu 7 Pengawas

Pemilu melakukan penerimaan laporan tidak

bersamaan dengan registrasi laporan. 5. Perbawaslu 28 Tahun 2018 tentang pengawasan kampanye Pemilihan Umum Pasal 8 ayat (2) “Pengawas Pemilu memastikan calon anggota

DPD tidak

melaksanakan Kampanye untuk Pemilu anggota DPR, anggota DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden.”

Pada pasal tersebut disebutkan bahwa calon anggota DPD tidak boleh melaksanakan kampanye

untuk Pemilu anggota DPR, anggota DPRD serta

Pemilu presiden dan wakil presiden. Pasal tersebut tidak mengatur larangan apabila calon anggota DPR, DPRD, dan presiden

dan wakil Presiden melakukan kampanye untuk Pemilu Anggota

DPD. Seharusnya pada Perbawaslu 28 Tahun 2018 mengatur keduanya. 6 Perppu Nomor 2 tahun 2020 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang Pasal 120 (1)

“Dalam hal pada Sebagian wilayah Pemilihan Sebagian

besar daerah atau seluruh daerah terjadi gangguan keamanan, bencana alam,

bencana non alam, atau gangguan lainnya yang mengakibatkan Sebagian tahapan penyelenggaraan

pemilihan atau pemilihan serentak tidak dapat dilaksanakan, dilakukan

Pemilihan lanjutanatau Pemilihan serentak lanjutan”

Pasal 120 (2) “pelaksanaan Pemilihan

lanjutan atau pemilihan serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dimulai dari tahapan Penyelenggaraan Pemilihan

yang terhenti”

Dalam situasi darurat Covid-19 yang telah ditetapkan oleh Tim

penanggulangan penyebaran Covid-19, telah ditetapkan bahwa pendemi corona adalah bencana yang sifatnya nasional dan menggangu

tahapan pemilihan 2020. Oleh karena itu lahirlah Perpu Nomor 2 tahun 2020

sebagai paying hukum dihentikannnya tahapan pemilihan akibat dampak covid-19 ini. Dalam pasal 120 (1) dan (2) memang telah ditentukan mengenai

terhentinya tahapan pemilihan, namun mekanisme itu tidak mengatur bagaimana anggaran hibah pilkada di

perhitungkan dalam aturan. Seharusnya Perppu nomor 2 tahun 2020 juga mengatur mengenai penggunaan anggaran dan pertanggung jawaban anggaran pilkada di masa darurat Covid-19, agar mekanismenya sejalan dengan waktu pemilihan yang berubah.

3. Penataan dan Penguatan Organisasi

Program ini bertujuan untuk meningkatkan efiktivitas dan efisiensi kelembagaan secara profesional sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan tugas

(16)

13 sehingga organisasi menjadi tepat fungsi dan tepat ukuran. Sasaran yang ingin dicapai pada tahun ini adalah meningkatnya ketepatan fungsi dan ukuran di unit kerja Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Capaian Penataan dan Penguatan Organisasi pada tahun 2019 antara lain :

a. Telah dikeluarkan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 6 Tahun 2019 tentang Pedoman Pembentukan dan Kriteria Klasifikasi

Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi dan Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.

b. Telah dikeluarkan Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 7 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal

Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, dan Sekretariat Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kecamatan.

c. Telah dilakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan analisis jabatan, evaluasi jabatan dan analisis beban kerja di lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019.

d. Telah dilakukan reviu jabatan struktural di lingkungan Kesekretariatan yang ada di lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum untuk menyesuaikan dengan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2018.

e. Telah ditetapkan struktur organisasi dan tata kerja (SOTK) Sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2018.

f. Sosialisasi model evaluasi kinerja (reviu kelembagaan) organisasi Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2019.

Berdasarkan capaian penataan dan penguatan organisasi tersebut, ada beberapa hal yang perlu menjadi prioritas, yaitu :

a. Tim Reformasi Birokrasi: Hal ini juga harus diprioritaskan karena dalam implementasi dan pelaksanaan Reformasi Birokrasi diperlukan penetapan target ataupun langkah-langkah yang strategis dalam Road Map, Rencana Aksi maupun Quickwins. Dengan ini, diharapkan pelaksanaan reformasi birokrasi dapat memiliki langkah-langkah yang tepat.

b. Agent of Change : untuk memberikan landasan dan acuan dalam melakukan perubahan pola pikir dan budaya kerja aparatur.

(17)

c. Sosialisasi Reformasi Birokrasi, Zona Integritas, LHKPN, LHKASN dan Gratifikasi

4. Penataan Tatalaksana

Penatalaksanaan merupakan pilar penting dalam reformasi birokrasi Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Penataan Tatalaksana telah membangun dan menata tatalaksana (business

process) dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi penyusunan standard operating procedures (SOP) yang lebih sederhana, efisien, efektif, produktif dan

akuntabel.

Program kerja ini bertujuan untuk meningkatkan efisensi dan efektivitas bisnis proses dan mekanisme kerja/prosedur dalam sistem manajemen organisasi. Sasaran yang ingin dicapai tahun 2019 adalah:

a) Meningkatnya penerapan sistem, proses dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, cepat, terukur, sederhana, transparan dan partisipatif, dan berbasis teknologi informasi/E-Government;

b) Meningkatnya penerapan manajemen arsip digital dan upload putusan yang handal.

Capaian Penataan Tatalaksana pada tahun 2019 antara lain:

a. Telah dilakukan implementasi SPIP secara menyeluruh sebagai alat ukur kinerja pencegahan KKN;

b. Penetapan dan sosialisasi SOP Kajian, SOP Pembahasan, SOP Pembuatan Putusan dalam Penyelesaian sengketa proses pemilu, SOP Penanganan Dugaan Pelanggaran, SOP Penerimaan Dugaan Pelanggaran, SOP Reviu dan Pengesahan SOP, dll;

c. Telah dilakukan implementasi berbagai aplikasi di bidang administrasi umum, Sengketa dan keuangan seperti aplikasi Arsip, E-Monev, Sigaru, Perjadi, SIPS, LPSE-E-Katalog, dll;

d. Publikasi transparansi laporan keuangan, tindak lanjut penanganan laporan, hasil keputusan sengketa di Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah dipublikasikan di Website Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

e. Penetapan PPID sebagai wadah untuk mendapatkan informasi yang lengkap dan sudah terkoneksi di website Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dari capaian-capaian tersebut, ada yang menjadi prioritas bagi penataan tatalaksana, yaitu:

(18)

15 a) Monitoring dan evaluasi sistem dan prosedur kerja: dengan hal ini, sistem bekerja akan lebih efesien, efektif, terorganisir dan hasilnya akan lebih berkualitas.

b) E-government terutama dalam pengelolaan website pada Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung agar tingkat transparansi yang lebih baik kepada masyarakat.

5. Penataan Sistem Manajemen SDM

Program ini bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme SDM aparatur yang didukung sistem rekruitmen dan promosi serta pengembangan kualitas aparatur yang berbasis kompetensi dan transparan.

Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah meningkatnya profesionalisme SDM di bidang teknis dan administrasi Pengawasan Pemilu. Adapun capaian Penataan Sistem Manajemen SDM antara lain:

a. Menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS);

b. Telah dilakukan analisa dan perhitungan beban kerja sesuai job description-nya masing-masing;

c. Menyusun analisis jabatan untuk seluruh pegawai, baik PNS maupun Non PNS;

d. Menerapkan Perjanjian Kinerja atau Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk seluruh Komisioner dan pegawai baik PNS maupun Non PNS;

e. Pengikutsertakan peserta diklat, orientasi, sosialisasi yang dilaksanakan Badan Pengawas Pemilihan Umum, Mahkamah Konstitusi dan instansi terkait untuk mendukung kinerja;

f. Absensi menggunakan fingerprint;

g. Data pegawai dikelola dalam sistem informasi kepegawaian Bawaslu (SIMPEG);

h. Penegakan aturan kedisiplinan melalui sanksi dan reward.

Berdasarkan capaian di atas, ada yang harus lebih diprioritaskan yaitu:

a) Pengisian jabatan yang kosong dan penambahan tenaga teknis untuk persiapan perubahan satker Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari Eselon III menjadi Eselon II;

b) Sistem mutasi dan promosi secara terbuka dan adil;

c) Evaluasi pegawai non PNS menggunakan sistem CAT (Computer Assisted

(19)

6. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Penguatan Akuntabilitas Kinerja merupakan area yang penting karena penerapan sistem akuntabilitas yang baik dapat mendorong birokrasi lebih berkinerja dan mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya sesuai dengan segala sumber-sumber yang dipergunakannya.

Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2019 antara lain:

a. Meningkatnya kualitas penerapan sistem akuntabilitas keuangan dan kinerja yang terintegrasi.

b. Meningkatnya penerapan sistem manajemen kinerja.

c. Meningkatkan kualitas akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

Capaian Penguatan Akuntabilitas tahun 2019 antara lain:

a. Penyusunan Perjanjian Kinerja dan Indikator Kinerja Utama Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung baik Komisioner dan Pegawai Sekretariat;

b. Implementasi Sistem Manajemen Kinerja serta monitoring dan evaluasi melalui aplikasi E-Monev;

c. Penyusunan dan reviu LAKIP Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

d. Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2019.

Berdasarkan capaian tersebut, ada beberapa hal yang perlu menjadi prioritas bagi Tim Penguatan Akuntabilitas, yaitu:

a. Peningkatan kualitas akuntabilitas Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, hal ini harus dimulai dari komitmen pejabat yang memiliki kesadaran terhadap kontrak kinerja unit mereka masing-masing; b. Perlunya peningkatan kualitas akuntabilitas Badan Pengawas Pemilihan

Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang tercemin melalui penelusuran antara Kontrak Kinerja Organisasi dan Kontrak Kinerja Individu. Dengan cara ini, dapat dipastikan bahwa target-target kinerja Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat memberikan dampak yang signifikan dan dapat lebih di percaya oleh masyarakat.

7. Penguatan Pengawasan

Berbagai penyimpangan yang terjadi dalam birokrasi salah satu penyebabnya adalah lemahnya sistem pengawasan. Kelemahan sistem pengawasan mendorong tumbuhnya perilaku koruptif atau perilaku negatif lainnya yang

(20)

17 semakin lama semakin menjadi sehingga berubah menjadi sebuah kebiasaan. Sejalan dengan hal tersebut, Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai pelayan pengawasan terhadap pelaksanaan Pemilu dan Pemilukada, maka program perubahan di bidang pengawasan bertujuan untuk meningkatkan efektivitas pengawasan dalam rangka pengawasan Pemilu yang bersih dan bebas KKN di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Sasaran yang ingin dicapai tahun 2019 antara lain :

a. Meningkatnya independensi APIP di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

b. Meningkatnya sinergi pelaksanaan pengawasan internal dengan eksternal; c. Meningkatnya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan;

d. Meningkatnya pengendalian internal di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Capaian Penguatan Pengawasan antara lain:

a. Pembuatan banner gratifikasi, tolak politik uang, dan reformasi birokrasi di daerah strategis (front office) secretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

b. Pembentukan tim unit pengendalian gratifikasi di lingkungan secretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

c. Kepatuhan Wajib Lapor Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) di lingkungan Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 100%;

d. Kepatuhan Wajib Lapor Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) di lingkungan Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah 100%;

e. Mengikuti pelatihan dan sosialisasi SPIP, LHKPN, dan Gratifikasi yang dilakukan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum dengan bekerja sama dengan KPK;

f. Pembuatan SOP Kajian Awal dan Registrasi Laporan Dugaan Pelanggaran, SOP Penerimaan Dugaan Pelanggaran, SOP Penerimaan Laporan Dugaan Pelanggaran Tindakan Pidana Pemilu, SOP Penerimaan Permohonan Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu dan SOP lainnya disetiap Bagian; g. Melakukan mapping dan pembuatan SOP untuk seluruh bagian yang ada di

Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

h. Merekap pelanggaran dan temuan sebagai bahan evaluasi;

i. Menfasilitasi pengaduan melalui website Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Whistle-Blowing System);

(21)

8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Penerapan sistem manajemen pelayanan belum sepenuhnya mampu mendorong peningkatan kualitas pelayanan, yang lebih cepat, murah, berkekuatan hukum, nyaman, aman, jelas dan terjangkau serta menjaga profesionalisme para petugas pelayanan. Oleh karena itu tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang profesional.

Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2019 antara lain:

a. Meningkatnya kemudahan, kepastian dan kecepatan proses pelayanan yang diberikan oleh Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

b. Meningkatnya aksesibilitas pelayanan di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

c. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi dalam pemberian pelayanan di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

d. Meningkatnya kompetensi SDM yang bertugas melaksanakan pelayanan di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

e. Meningkatnya inovasi dalam pelayanan publik di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

f. Meningkatnya partisipasi publik dalam pengawasan Pemilu;

g. Meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Capaian Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik pada tahun 2019 antara lain:

a. Pembuatan Standar Pelayanan dengan penetapan SOP Penanganan Dugaan Pelanggaran, SOP Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu Pra Adjudikasi, SOP Penyelesaian Sengketa Proses Pemilu Pra Musyawarah serta SOP lainnya di setiap Bagian, Pembuatan Maklumat Pelayanan dan Budaya Kerja Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

b. Melakukan mapping dan pembuatan SOP untuk seluruh bagian yang ada di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

c. Pencanangan Budaya Prima dengan pembuatan media sosial (Facabook, Twitter, IG, Youtube), Website Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang didalamnya difasilitas dengan Whistle Blowing System, SIPS, PPID; sebagai bentuk akuntabilitas kinerja.

d. Penataan Pojok Pengawasan menjadi perpustakaan mini dimana masyarakat dapat membaca buku-buku terkait kepemiluan, melihat dokumentasi kegiatan-kegiatan Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, grafik perkembangan

(22)

19 pelanggaran dari tahun ke tahun serta menanyakan informasi-informasi kepemiluan lainnya;

e. Menyediakan kotak saran dan kritik di depan resepsionis bagi masyarakat yang ingin memberikan saran dan kritik terhadap pelayanan Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung serta call center pengaduan pelayanan;

f. Penyediaan ruang sentra penegakan hukum terpadu (Sentragakkumdu) dan Media Center.

D. EVALUASI

Dalam pengawasan dan peningkatan efektivitas pelaksanaan reformasi birokrasi di Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung perlu dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi secara berkelanjutan. Tujuan monitoring dan evaluasi Reformasi Birokrasi Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai berikut;

a. Memonitoring program/kegiatan reformasi birokrasi untuk memastikan bahwa pelaksanaan setiap aktivitas reformasi birokrasi sesuai dengan roadmap yang telah ditetapkan;

b. Memberikan masukan guna perbaikan berkelanjutan kepada pelaksana reformasi birokrasi;

c. Mengolah dan mengevaluasi untuk setiap pelaksanaan aktivitas reformasi birokrasi sesuai dengan sasaran pencapaian yang telah ditetapkan dalam

roadmap dan memberikan catatan-catatan bila hasil capaian tidak sesuai dengan

yang direncanakan.

1. Hambatan dan Permasalahan

Penyelenggaraan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Badan Pengawas Pemilihan Umum pada Tahun 2019 sudah cukup baik, namun masih ada beberapa permasalahan atau hambatan yang mendasar sebagai berikut:

a. Manajemen Perubahan

1) Belum meratanya pemahaman tentang reformasi birokrasi;

2) Pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) pada kebiasaan yang sudah dilakukan yang terkadang salah atau sudah kedaluwarsa;

3) Cara berfikir ego sektoral, belum mengedepankan kesatuan. b. Penataan Peraturan Perundang-undangan

Belum adanya aturan baku dari Bawaslu pusat tentang penataan peraturan perundang-undangan.

(23)

c. Penataan dan Penguatan Organisasi

1) Perubahan Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dari Adhoc menjadi Permanen sehingga perubahan struktur kesekretariatan ke lebih yang besar, namun implementasinya di tingkat provinsi dilaksanakan di awal tahun 2020;

2) Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Sekretariat di tingkat Kabupaten/Kota belum sesuai Peraturan Presiden Nomor 68 tahun 2018 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Wewenang, Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum, Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi, dan Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota.

d. Penataan Tatalaksana

Monitoring dan evaluasi SOP belum berjalan dengan baik. e. Penataan Sistem Manajemen SDM

1) Kurangnya pelatihan dan pengembangan kapasitas SDM di lingkungan Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

2) Terbatasnya pegawai yang tidak seimbang dengan beban kerja yang terus meningkat.

f. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

Belum ada keselarasan antara kontrak kinerja organisasi dan individu. g. Penguatan Pengawasan

1) Pengawasan yang formalistik, belum substantif;

2) Tenaga pengawas kurang professional, hanya karena tugas yang melekat. h. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Keterbatasan anggaran pengembangan website Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

2. Rencana Tindaklanjut

Untuk mengatasi hambatan atau permasalahan tersebut di atas perlu dilakukan Program Percepatan (Quick Wins) yang merupakan program yang mengawali proses reformasi birokrasi dan diharapkan dalam waktu yang singkat dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat pada Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil akhir dari program

Quick Wins adalah perbaikan business process produk utama (corebusiness) dari

(24)

21 Mengacu pada pedoman pelaksanaan reformasi birokrasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Program Quick Wins harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Memiliki daya ungkit (key leverage) yang potensial untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat;

b. Berkaitan dengan produk utama (core business); serta c. Bersentuhan langsung dengan kepentingan publik.

Dalam menentukan program yang akan dilaksanakan, Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah mengidentifikasi area-area yang paling kritikal, terutama dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas pokok dan kewenangan Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di dalam pelaksanaan reformasi birokrasi belum terdapat adanya unit yang khusus menangani. Oleh karena itu sekretariat Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki salah satu fungsi penyiapan koordinasi dan penyusunan, analisis, dan evaluasi pembinaan dan pengembangan kelembagaan dan organisasi untuk mengakomodir pelaksanaan reformasi birokrasi di Bawaslu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyusun Road Map yang lebih komprehensif sejalan dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 11 Tahun 2015 tentang Road Map Reformai Birokrasi 2015-2019 untuk memberikan arahan mengenai perubahan yang ingin dilakukan untuk mencapai sasaran reformasi birokrasi, yaitu birokrasi yang bersih dan akuntabel, birokrasi yang efektif dan efisien dan birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.

Hambatan-hambatan pada delapan area perubahan segera dicarikan solusi dengan skala prioritas, yakni pertama pada area pelayanan publik dengan langkah-langkah:

a. Mengubah kultur birokratisme dalam penyelenggaraan pelayanan dari dilayani menjadi melayani;

b. Menutup semua peluang adanya penyimpangan, ketidak-transparanan pelayanan (terutama dalam proses);

c. Memberi akses yang mudah dan efektif dalam penanganan pengaduan pelayanan;

d. Mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi, terutama dalam media sosial dan website Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

(25)

Selanjutnya langkah yang akan ditempuh dalam area penguatan SDM, tata laksana (business process), dan kelembagaan adalah:

1. Membangun sumber daya aparatur yang professional, meliputi:

a. Pengembangan sistem manajemen aparatur berbasis kompetensi;

b. Penerapan reward and punishment untuk mewujudkan birokrasi yang profesional;

2. Mewujudkan ketatalaksanaan yang efektif, mencakup:

a. Penyusunan sistem perencanaan dan penganggaran yang efektif;

b. Pengembangan sistem akuntabilitas, pengawasan, dan pengendalian secara terintegrasi;

c. Pembangunan sistem pelayanan publik yang profesional; d. Penyusunan sistem dan prosedur kerja yang efektif dan efisien. 3. Mewujudkan Kelembagaan Birokrasi Yang Efektif dan Efisien:

a. Penataan kewenangan dan penataan kelembagaan organisasi pemerintah sesuai kebutuhan;

b. Pengaturan kelembagaan yang lentur dan dinamik sebagai upaya mengurangi kekakuan birokrasi.

E. PENILAIAN MANDIRI PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (PMPRB)

Dalam rangka menilai dan mengawal pelaksanaan reformasi birokrasi, KemenPAN dan RB membentuk program Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Online. PMPRB adalah instrumen penilaian

kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi yang dilakukan secara mandiri

(self assessment) oleh Kementerian/Lembaga/ dan Pemerintah Daerah.

Program Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) memiliki kemampuan untuk :

a. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, serta memperbaikinya;

b. Meningkatkan kinerja Lembaga Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

c. Memberikan motivasi dan mendorong keterlibatan para pegawai dalam proses dan pengelolaan pelaksanaan kebijakan;

d. Meningkatkan kepekaan para pegawai; dan

e. Sebagai benchlearning/proses pembanding untuk perbaikan kinerja instansi pemerintah.

(26)

23 Tujuan dilaksanakannya PMPRB adalah:

a. Untuk memperoleh informasi mengenai perkembangan pelaksanaan reformasi birokrasi di Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan upaya-upaya perbaikan yang perlu dilakukan;

b. Untuk melakukan penilaian mandiri (self-assessment) atas pelaksanaan reformasi birokrasi di Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung;

c. Bagi Kementerian PAN dan RB, PMPRB digunakan sebagai sarana untuk menyusun profil nasional pelaksanaan reformasi birokrasi.

F. PENUTUP 1. Kesimpulan

Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2019 telah melaksanakan program reformasi birokrasi yang mengalami peningkatan perubahan kea rah yang lebih baik dibandingkan dengan tahun 2018 yang mencakup 9 (sembilan) program terkait 8 (delapan) area perubahan, yakni manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan ketatalaksanaan, penataan sistem manajemen SDM aparatur, penguatan pengawasan, penguatan akuntabilitas kinerja, dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

2. Rekomendasi

Seluruh jajaran pimpinan dan pegawai di Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus memiliki komitmen yang sama dan menghilangkan ego sektoral dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi guna mewujudkan Sekretariat Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berbasis kinerja dan melayani dalam pelaksanaan manajemennya.

Gambar

Tabel 1. Analisis Peraturan Perundang-Undangan

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan untuk menentukan nilai klorida pada suatu sampel air, pertama kami menggunakan larutan NaCl sebagai larutan

Karakteristik teknis perancangan produk meja penjaja ikan dan daging yang memiliki nilai contribution tertinggi berdasarkan hubungan antara karakteritik teknis dengan

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman

Apabila sub tema terdiri dari satu ayat dan ayatnya cukup panjang, maka digunakan pupuh yang jumlah barisnya lebih banyak, yang dalam pola berurutan K-S-A-D pupuh yang jumlah

Yang pertama akan disajikan adalah gambaran deskriptif tentang ketiga konstruk yang akan dianalisis dalam model prestasi belajar, yaitu self efficacy, attitude, dan

Pengelompokan bentuk alis dalam karakter topeng malangan dapat dibedakan dari tebal tipis alis tersebut yang merepresentasikan perwatakan topeng, semakin tipis

Hal ini dikarenakan kebutuhan daya listrik yang dihasilkan tidak menentu, ketika operator di control room menaikkan daya listrik maka control valve membuka sehingga steam

Tahapan penelitian ini adalah pemeriksaan karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan gel berbasis HMPC (Hidroksi Propil Metil Selulosa) dan krim menggunakan