• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEKANISME KOMUNIKASI DATA GATEWAY MULTI-TERMINAL VMES JARINGAN ADHOC MENGGUNAKAN KONSEP METODE AKSES PROTOKOL MAC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEKANISME KOMUNIKASI DATA GATEWAY MULTI-TERMINAL VMES JARINGAN ADHOC MENGGUNAKAN KONSEP METODE AKSES PROTOKOL MAC"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

MEKANISME KOMUNIKASI DATA GATEWAY

MULTI-TERMINAL VMES JARINGAN ADHOC

MENGGUNAKAN KONSEP METODE AKSES

PROTOKOL MAC 802.11

Pembimbing :

Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA.

Oleh :

Ahmad Fuad

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Potensi perikanan dan kelautan wilayah perairan Indonesia

Keterbatasan metode dan teknologi untuk mencari daerah potensi penangkapan

ikan

Ketentuan FAO mengharuskan penggunaan sistem Vessel Monitoring System

(VMS)

Sistem VMS MAHAL

Sistem komunikasi dan navigasi alternatif (VMeS)

Implementasi VMeS awal

Pengembangan mekanisme komunikasi VMeS menggunakan konsep metode

(3)

Permasalahan

Bagaimana membangun mekanisme komunikasi data gateway multi terminal.

Bagaimana gateway menangani pengiriman paket dari beberapa terminal.

Apakah rancangan mekanisme komunikasi data menggunakan metode akses

protokol MAC 802.11 skema DCF dapat diterapkan dengan baik pada

komunikasi gateway multi terminal.

Tujuan Penelitian

Membangun mekanisme komunikasi data gateway multi terminal VMeS.

Mengembangkan sistem VMeS jaringan wireless ad hoc yang memiliki unjuk

kerja yang baik dalam menangani pengiriman paket data.

Relevansi

Sebagai sistem komunikasi dan navigasi alternatif pada kapal nelayan yang dapat

membantu nelayan tradisional memperoleh informasi dengan mudah, biaya

terjangkau dan andal.

(4)

Batasan Masalah

Desain mekanisme komunikasi data menggunakan skema DCF protokol MAC metode

RTS/CTS berbasis reservasi.

Ukuran paket data maksimal 160 byte dengan bit rate 1200 bps.

Node diasumsikan dalam keadaan statis dengan jangkauan radio didefinisikan dan

penerapan protokol routing AODV yang telah dikembangkan sebelumnya.

Skema DCF dalam simulasi memperhitungkan setiap frame RTS, CTS, DATA dan ACK.

Parameter interval frame DIFS dan SIFS skema DCF tidak diadopsi untuk

penyederhanaan simulasi dengan pertimbangan simulasi dibangun secara virtual terpusat

dalam 1 server komputer yang bekerja secara serial untuk menjalankan simulasi 8 node

yang dapat menyebabkan beban kerja komputer sangat berat sehingga kemungkinan

menghasilkan delay yang tinggi serta tumpang tindih antara frame.

Untuk mengatasi interval frame dan waktu tunda dalam proses handshake, maka

digunakan timer internal program dengan waktu 1 detik tiap frame berdasarkan

pendekatan dari estimasi ukuran dan waktu frame. Timer juga berfungsi sebagai interval

switching antara pemancar dan penerima.

Pengujian sistem dilakukan dengan membangun simulasi menggunakan bahasa

(5)

TINJAUAN PUSTAKA

Jaringan Adhoc Nirkabel

Jaringan Ad hoc Mobile (Amitava dkk, 2003)

Jaringan ad hoc adalah kumpulan node nirkabel bergerak secara dinamis membentuk

jaringan sementara tanpa menggunakan setiap infrastruktur jaringan yang ada atau

administrasi terpusat

.

Karakteristik jaringan ad hoc :

Topologi yang dinamis

Bandwidth constrained, variable

capacity links

Link asimetris

Congestion

Multihop

Limited physicaly security

(6)

Protokol Routing Jaringan Ad Hoc

Protokol routing dalam jaringan ad hoc bertujuan untuk menentukan jalur/rute terbaik

(optimal routing) dan transportasi informasi dari sumber ke tujuan.

(a)

(b)

(7)

Ad Hoc On-demand Distance Vector (AODV)

Mekanisme Pencarian Rute pada AODV (Kopp, 2002)

(8)

IEEE 802.11 Standar

IEEE 802.11 standar menyediakan solusi MAC (medium access control) dan PHY (physical

layer) untuk konektivitas wireless LAN (local area network).

Standar 802.11 mendukung topologi jaringan seperti Basic Service Set (BSS), Independent

Basic Service Set (IBSS) networks dan Extended Service Set (ESS).

Protokol IEEE 802.11 menggunakan standar Medium Acces Control (MAC) untuk

menangani proses pengiriman data.

(9)

MAC Jaringan Wireless Ad hoc

MAC layer adalah serangkaian protokol yang bertanggung jawab untuk mengatur

penggunaan medium bersama.

Protokol MAC mendefinisikan bagaimana setiap unit node bergerak dapat berbagi

sumber daya nirkabel bandwidth yang terbatas secara efisien.

MAC bertanggung jawab membentuk dan membatalkan koneksi per-link.

MAC sublayer yang bekerja dengan metode first-in-first-out (FIFO) transmission queue

untuk menentukan bagaimana kanal dialokasikan

MAC memiliki dua mekanisme akses dalam transmisi paket yaitu, DCF (Distributed

Coordination Function), dan PCF (Point Coordination Function)

Fungsi koordinasi DCF (distributed coordination function) menentukan kapan stasiun

(10)

Metode Akses MAC 802.11

MAC sublayer menentukan dua mekanisme MAC yaitu, Distributed Coordination Function

(DCF), dan Point Coordination Function (PCF).

Fungsi Koordinasi MAC

(11)

Komunikasi Protokol Akses

Paket Radio

Protokol AX.25

(12)

Format Protokol Link AX.25

Protokol RS-232

Untuk pengiriman data jarak jauh pada umumnya mempergunakan sistem transmisi serial

untuk menghemat kabel.

(13)

METODE PENELITIAN

Konfigurasi Umum Sistem

Setiap terminal memiliki konfigurasi perangkat terdiri dari terminal komunikasi data,

modem radio, transceiver dengan antena dan alat input seperti keyboard, sensor dan GPS.

(14)

Rancangan Sistem

Implementasi jaringan ad hoc pada gateway multi

terminal untuk komunikasi kapal berbasis data melalui

kanal VHF.

Komunikasi data dirancang menggunakan bitrate 1200

bps atau sekitar 120 karakter per detik karena

keterbatasan dari kanal radio.

Setiap node dapat berkomunikasi apabila berada dalam

jangkauan.

Node yang berada diluar jangkauan membutuhkan

perantara .

Pengiriman pesan dari N1, N2 dan N3 ke Gw sangat

memungkinkan terjadinya tabrakan paket.

Penerapan konsep metode akses 802.11 untuk

menangani multi paket yang datang.

Standar MAC sublayer bekerja dengan metode

first-in-first-out (FIFO) transmission queue untuk menentukan

bagaimana kanal dialokasikan dan fungsi koordinasi DCF

(distributed coordination function) yang menentukan

kapan stasiun diizinkan untuk mengirim dan mungkin

dapat menerima data melalui saluran nirkabel.

(15)

Desain Metode Akses MAC 802.11

Penelitian ini menggunakan mekanisme DCF dengan skema RTS/CTS berbasis reservasi

Mekanisme DCF dengan skema RTS/CTS berbasis CSMA/CA (Carrier Sense Multiple Access with

Collision Avoidance) yang memiliki kemampuan untuk mengurangi tabarakan paket.

Protokol CSMA/CA bertugas mengatur delay antara urutan frame yang berdekatan dan mampu

menghindari tabrakan antara beberapa stasiun dalam mengakses media pada titik di mana tabrakan

kemungkinan besar terjadi, pada saat media dalam kondisi idle menyusul kondisi sibuk.

(16)

Penjelasan:

RTS (Request to Send) : pesan yang digunakan sender untuk memberitahukan akan melakukan

pengiriman data pada receiver; setelah medeteksi medium kondisi idle.

CTS (Clear to Send): pesan balasan dari receiver untuk memberitahukan sender bahwa receiver telah

menerima RTS dan siap menerima data.

DATA: Informasi data yang relevan dari sender untuk receiver

ACK (Acknowledgement): pesan dari receiver untuk memberitahukan sender bahwa data yang dikirim

telah berhasil diterima.

DIFS (Distributed IFS): Interval waktu yang dibutuhkan stasiun untuk memulai transmisi baru; Waktu

tunda sebelum memulai Interval backoff.

SIFS (Short IFS): Interval waktu antara frame; yang digunakan stasiun untuk prioritas transmisi frame

tunggal.

NAV (Network Allocation Vector): sebagai indikator pada setiap stasiun untuk mengatur periode waktu

ketika transmisi ke media sedang media sibuk. NAV akan diupdate dengan durasi yang ditentukan dari

proses komunikasi RTS/CTS dan indikasi dari kondisi kanal sibuk.

Backoff: metode menyelesaikan pertentangan antara stasiun yang berbeda saat mengakses medium,

metode ini mengharuskan setiap stasiun untuk memilih Random Number (n) antara 0 dan angka yang

diberikan, dan menunggu jumlah Slots sebelum mengakses medium, selalu memeriksa apakah sebuah

stasiun yang berbeda telah diakses media sebelumnya. Kondisi ini dimana stasiun mungkin mencoba

mengirim congestion-based data, setelah transmisi frame selesai dan DIFS telah berlalu. Periode ini disebut

juga contention windows.

(17)

Arsitektur Protokol

Format Frame MAC

Format Frame MAC

(18)

Frame skema RTS/CTS

Fromat Frame RTS

(19)

Desain Format Frame Paket Data

Frame

Lebar data (B)

Dest (id)

2

Src (id)

2

Tipe:

RTS

3

CTS

3

DATA

4

ACK

3

Payload

max 160

(20)
(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengukuran Diagram Waktu

Diagram Waktu Respon Otomatis dari Terminal

(22)

Pengukuran diagram waktu bermanfaat untuk estimasi pemilihan interval tone

sinkronisasi sebelum data dikirimkan.

Diagram waktu respon otamatis terminal pada gambar pertama memperlihatkan

sinyal yang dipancarkan pada detik 0.2 sampai 0.1, sedangkan pada detik 1.35 sampai

detik 2.1 menunjukan sinyal output yang diredam karena posisi pemancar.

Detik 1.0 sampai 1.35 adalah delay karena proses buffering.

Gambar kedua menunjukan proses pemancaran, dimana saat PTT, program pre Tx

delay diatur 200 ms dan post Tx delay 150 ms.

Proses penekanan PTT pada detik 1.35 dan detik 1.55 sampai detik 1.92 menunjukan

proses pengiriman data.

Gambar kedua bagian bawah menunjukan Sinyal modem dapat dikirim dengan baik

setelah detik 1.43.

Waktu tunda yang diperlukan dalam pengiriman data ≥ 80 ms sejak tombol PTT

ditekan dan saat berakhir setelah PTT dilepas nampak bawhwa pesawat penerima

memerlukan waktu sekitar 100 ms untuk kembali siap.

(23)

Perhitungan Waktu Pengiriman Data Secara Teoritis

Bitrate = 1200 bps

Waktu kirim 1 bit = 0,833 ms

(24)

P

engujian Mekanisme DCF Protokol MAC 802.1

Pengujian Pengiriman Data Antara Dua Node

(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Pengujian Pengiriman Data Dari Dua Node

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

Diagram Alir Hasil Program

Flowchart Pengiriman Data

Flowchart Penerimaan Data

Start CTS Akrif? CD Aktif? Ada Data di Buffer? Kirim Stop Y T Y Y T T Start Tipe = Data Tipe = RTS Stop Y T Y Y T T Tipe = CTS Dest id = Node id? Dest id = Node id? Kirim ACK Kirim CTS Aktifkan Timer CTS T Y T Y

(37)

Diagram Keadaan

Proses:

Gw broadcast RTS dengan tujuan N1  RTS di dengar oleh N1, N2 dan N3

 N1 mendengar RTS dan mengidentifikasi untuk dirinya  N1 mengirimkan CTS sebagai balasan RTS telah diterima  CTS didengar oleh GW, N2 dan N3

 Gw mengirim Data ke N1

 N1 mengirimkan ACK sebagai tanda bahwa Data telah diterima

Proses pada N2:

 N2 mendengar RTS dr GW dan mengidentifikasi RTS bukan untuk dirinya

 N2 menahan transmisinya, menunggu sampai waktu tertentu; setelah mendengar CTS

dari N1

 N2 mendengar CTS N1 telah diterima Gw. N2 menunda transmisinya sampai data

selesai dikirim

Proses pada N3:

 N3 mendengan RTS dr GW dan mengidentifikasi RTS bukan untuk dirinya  N3 menunda transmisi

(38)

Proses Kirim Data

Siap Transmit Idle (deteksi media) Kirim Data Menunggu ACK Siap Receive Idle Data diterima Data siap RTS Kirim data CTS ACK ACK telah diterima ACK telah dikirim Pengirim Penerima Penerima dalam jangkauan dan tidak sibuk Identifikasi RTS apakah untuk penerima? Penerima siap terima data

(39)

T

abel Transisi Keadaan

Input State S1/RTS S1/- S1/- S1/-S2/- S2/CTS S2/- S2/-S3/- S3/- S3/Data S3/-S4/- S4/- S4/- S4/ACK RTS CTS Data ACK S1 S2 S3 S4

(40)

Pengujian Pengiriman Paket Data Kondisi Real Penelitian Sebelumnya

Packet Loss Pada Pengiriman Data

No Payload (byte) Jumlah Paket Yang Dikirim Jumlah Paket Diterima Jumlah Paket yang Hilang Packet loss (%) 1 10 15 15 0 0 2 20 15 15 0 0 3 40 15 13 2 13,33 4 60 15 13 2 13,33 5 80 15 13 2 13,33 6 90 15 13 2 13,33 7 110 15 12 3 20.00 8 130 15 11 4 26.67

(41)

Grafik Packet loss terhadap Payload

0 0 13.33 13.33 13.33 13.33 20.00 20.00 0 5 10 15 20 25 10 20 40 60 80 90 110 130 P ack et Lo ss (% ) Payload (B)

(42)

Waktu Kirim Pada Pengiriman Data

No . Overhe ad (Byte) Payloa d (Byte) Total Panjang Paket (Byte) Waktu Kirim Teoritis (detik) Waktu Kirim Pengukuran (detik) 1 22 10 32 266,56 271,2 2 22 20 42 349,86 360,8 3 22 40 62 516,46 536,8 4 22 60 82 683,06 683,2 5 22 80 102 849,66 860,66 6 22 90 112 932,96 1104 7 22 110 132 1099,56 1316,3 8 22 130 115 1266,16 1410,45

(43)

Grafik Payload terhadap Waktu Kirim

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 10 20 40 60 80 90 110 130 Series1 Series2 W aktu K ir im (s) Payload (B)

(44)

PENUTUP

Kesimpulan

 Mekanisme DCF protokol MAC 802.11 dapat bekerja dengan baik dalam komunikasi data antara gateway dengan terminal,

sebagaimana terlihat dari hasil simulasi program.

 Hasil simulasi program menunjukan proses pengiriman data dari terminal ke gateway berjalan sesuai skema yang dibangun

dalam simulasi dengan interval waktu yang ditentukan. Setiap frame membutuhkan waktu 1 detik. Sedangkan peralihan proses antara frame membutuhkan waktu 2 detik untuk interval frame CTS terminal tetangga dan 3 detik untuk terminal lain. Untuk pengiriman dari dua terminal secara bersamaan, interval frame CTS terminal tetangga membutuhkan waktu 3 detik dan terminal lain 4 detik.

FIFO buffer mengizinkan paket yang duluan masuk walaupun dalam orde mili detik, akan ditangani. Hal ini diperlihatkan

pada log pengiriman data dimana dua RTS dari dua node dimpung dalam buffer yang kemudian oleh node penerima menangani berdasarkan informasi waktu paket yang datang.

 Ukuran frame mempengaruhi kecepatan pengiriman data. Makin panjang ukuran frame maka waktu yang dibutuhkan oleh

frame saat transmisi lebih besar, seperti yang terlihat pada perhitungan diagram dan log pengiriman pesan. Untuk

menyederhanakan simulasi sehingga tidak banyak waktu yang terbuang dan menghindari terjadinya delay antara frame yang tinggi, maka perlu dibuat asumsi berdasarkan perhitungan waktu kirim per karakter, ukuran setiap frame dan pengujian diagram waktu. Hasil dari perhitungan ini ditetapkan bahwa asumsi diberikan pada setiap frame dengan timer frame sebesar 1 detik.

 Pengujian setiap frame dari mekanisme yang berjalan menunjukan selisih waktu yang tidak lebih dari 1 detik dan tidak ada

tabrakan antara frame.

 Pada pengujian diagram waktu, delay yang terbuang pada setiap kali penekanan PTT adalah sekitar 200 milidetik (setara

dengan panjang pengiriman data 24 karakter) sehingga panjang paket data harus lebih besar daripada 24 karakter. Untuk menjaga kompatibilitas dengan sistem SMS maka panjang maksimumnya diambil 160

 Lamanya waktu kirim dipengaruhi oleh panjang paket data dan adanya beberapa node lain yang melakukan pengiriman data

(45)

Saran

Untuk pengembangan penelitian diperlukan simulasi yang memperhitungkan semua parameter dari

mekansime DCF protokol MAC 802.11 seperti penerapan interval waktu frame (IFS) dan metode

backoff random sehingga mendapatkan kondisi yang mendekati kenyataan.

Dengan menerapkan semua parameter mekanisme, maka simulasi sebaiknya dibuat dalam kondisi

nyata dengan membangun 1 terminal menggunakan 1 mesin. Hal ini untuk menghindari

permasalahaan yang dihadapi dengan simulasi virtual 1 server menangani 8 terminal dalam

berkomunikasi secara serial yang sangan memungkinkan terjadinya delay yang tinggi dan tumpang

tindih frame.

Perlu memperhitungkan mekanisme pada FIFO buffer dengan menerapkan pewaktuan tertentu

untuk menghindari banjir paket apabila trafik komunikasi data sangat padat.

Perlu adanya penambahan algoritma forward error correction untuk mengurangi packet loss saat paket

(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Affandi, A (2007), “Sistem Komunikasi Data Trepadu Armada Perahu Nelayan Menggunakan Kanal Frekuensi Tinggi (VMeS-Vessel Messaging System)”, Hibah Pasca (HPTP), ITS.

2. Ardita, M. (2010), “Perancang Terminal Komunikasi Data Terintegrasi untuk Jaringan Ad-hoc VMES”, Tesis, JTE- FTI, ITS. 3. Amitava M, dkk (2003), Location Management And Routing In Mobile Wireless Networks, Artech House, Boston & London.

4. ANSI/IEEE Std 802.11, (1999) , “Information Technology - Telecommunications and Information Exchange Between Systems Local and Metropolitan Area Networks - Specific Requirements - Part 11: Wireless LAN Medium Access Control (MAC) and Physical Layer (PHY) Specifications”.

5. Beech, dkk, (1998), “AX.25 Link Access Protocol for Amateur Packet Radio”, American Radio Relay League.

6. DKP, (2006), ”Peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Nomor: Per.17/Men/2006, Tentang Usaha Perikanan Tangkap”, Menteri Kelautan dan Perikanan.

7. Duggirala, R. (2000), “A Novel Route Maintenance Technicque for Ad hoc Network Routing Protocol”, M.S. Thesis, University of Cincinnati. 8. Fajarwati, I.N. (2008), “Pemodelan Trafik Komunikasi Data Melalui Kanal Radio VHF pada Band Maritim”, Tugas Akhir, JTE-FTI.

9. FAO, (1998), “FAO Technical Guidelines For Responsible Fisheries”, 1, FAO of The United Nations, Rome. 10. Gaus, (2008), “Pemodelan Kanal HF VMeS”, Tugas Akhir, JTE-FTI, ITS.

11. Geier, J. (1996), “Wireless Networking Handbook”, New Riders Publishing Indianapolis.

12. Hac, (2003), “Mobile Telecommunication Protocol For Data Network”, Jhon Wiley & Sons, Inc., New York. 13. Harada dan Prasad, (2002), “Simulating and Software Radio for Mobile Communication”, Artech House.

14. Hou dan Li, (1986) "Transmission Range Control in Multihop Packet Radio Networks", IEEE Trans. Communication, vol. 34, issue: 1, p. 38–44. 15. Haoming L., dkk, (2010), “Multi-User Medium Access Control in Wireless Local Area Network”, Proc. IEEE Wireless Communications and Networking

Conference (WCNC), p. 1-6.

16. Johnson, D., (1994), “Routing in Ad Hoc Networks of Mobile Host”, Proc. IEEE Workshop on Mobile Computing System and Applications, p. 158–163.

(47)

17. Kopp, C., (2002), “Ad hoc Networking”, Background Article, Published in „System‟, p.33-40.

18. Lami, H.F.J. (2009), “Implementasi Teknik Roll Call Polling Pada Gateway Multi Terminal”, Tesis, JTE-FTI, ITS.

19. Manafe, Y.Y. (2009), “Pengembangan Modem Untuk Sistem Komunikasi Data Nirkabel Ad Hoc”, Tesis, JTE-FTI, ITS.

20. Mawardi, M.T. (2007), “Rancang Bangun Sistem Gateway VMeS Untuk Akuisisi Data Posisi Dan Informasi Pada Kanal HF”, Tugas Akhir JTE-FTI, ITS.

21. Meok, N.J. (2009), “Pengembangan Routing Protocol Untuk Gateway Ad Hoc Wireless Networks”, Tesis, JTE-FTI, ITS. 22. Mohapatra dan Krishnamurthy, (2005), ”Ad Hoc Networks Technologies And Protocols”, Springer.

23. Pablo B., (1997), “A Technical Tutorial on the IEEE 802.11 Protocol”, BreezeCOM Wireless Communication. 24. Prassad, (2003), Principles of Digital Communication Systems and Computer Networks, Charles River Media.

25. Putri N.K, (2010), “Karakterisasi Kanal Propagasi VHF Bergerak di Atas Permukaan Laut”, Tugas Akhir, JTE- FTI, ITS.

26. Rifat A.S.M., dkk, (2010), “Packet Distribution Based Tuning of RTS Threshold in IEEE 802.11”, IEEE Symposium on Computers and Communications (ISCC), p. 1-6.

27. Royer E.M., Chai K.T., (1999), “A Review of Current Routing Protocols for Ad Hoc Mobile Wireless Networks” IEEE Personal Communications, vol. 6, issue: 2, p. 46-55.

28. Sari, R.F., dkk, (2008), Analisa Kinerja Protokol Routing Ad hoc On-demand Distance Vector (AODV) pada Jaringan Ad hoc Hybrid: Perbandingan Hasil Simulasi dengan NS-2 dan Implementasi pada Testbed dengan PDA, Prosiding MAKARA Teknologi, vol. 12, no. 1, April.

29. Sarkar, S.K, dkk (2007), “Ad Hoc Mobile Wireless Networks: Principles, Protocols, and Applications”, Auerbach Publications.

30. Tobagi, F.A. (1980), "Multi Access Protocols in Packet Communication Systems", IEEE Trans. Communication, vol. 28, issue: 4, p. 468-488. 31. Yoshikawa T., dkk, (2010), “Development od 27MHz/40MHz Bands Maritime Wireless Ad-hoc Networks”, Proc. IEEE Ubiquitous and

Future Networks (ICUFN), p. 177-182.

32. Yunarso, M. (2003), “Rancang Bangun Fitur Message pada Sistem Monitoring Posisi Kapal Laut melalui Kanal HF”, Tugas Akhir, JTE- FTI, ITS. 33. Wismanu, (2004), “Evaluasi Unjuk Kerja Protokol Rute pada Jaringan Wireless Ad Hoc Multi Hop”, Tesis, JTE-FTI, ITS.

(48)

Gambar

Diagram Waktu Respon Otomatis dari Terminal
Grafik Packet loss terhadap Payload  0013.3313.3313.3313.3320.00 20.000510152025102040608090110130Packet Loss (%) Payload (B)
Grafik Payload terhadap Waktu Kirim  02004006008001000120014001600102040608090110130 Series1Series2Waktu Kirim (s)Payload (B)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Berdasarkan analisis didapat nilai p = 0,000 < 0,005 menunjukan bahwa ada perbedaan keterampilan kader sebelum dan sesudah diberikan pelatihan tentang cara

sesuai dengan ketentuan Pasal 71 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan

Peningkatan proses ditunjukkan dari sikap siswa, aktivitas siswa, dan suasana pembelajaran, yaitu siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran menulis teks

Hasil perhitungan dan analisis data menunjukkan bahwa ada perngaruh dalam penggunaan metode pembelajaran CIRC dan PBL terhadap prestasi belajar sosiologi siswa adalah

pembayaran setengah dari jumlah ganti rugi yang telah menjadi kesepakatan dan tanggung jawabnya dengan alasan nasabah tersebut semata-mata tidak memberikan

Data tentang aspek atau unsur yang diperlukan untuk menghitung kebutuhan jumlah pustakawan pada kelompok perpustakaan Perguruan Tinggi adalah seperti pada Tabel – 1:.. Tabel – 1:

Diundangkannya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah membawa paradigma baru dalam pemerintahan daerah. Pelaksanaan Pemerintahan daerah dengan

Berdasarkan hal tersebut tertarik untuk mengkaji studi dramaturgi yang diperankan ‘Bissu’ sebagai aktor yang juga cenderung melakukan mistifikasi dalam kehidupannya