NAGEKEO
DALAM ANGKA
Nagekeo In Figures
2009
BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN NGADA
NAGEKEO DALAM ANGKA
Nagekeo In Figures 2009
ISSN :
No. Publikasi / Publication Number : 5318.0901
Katalog BPS / BPS Catalog :
Ukuran Buku / Book Size : 21 cm x 15 cm
Jumlah Halaman / Number of Pages : 380 + xxxv
Naskah / Manuscript :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngada /
“BPS” – Statistics of Ngada Regency
Penyunting / Editor :
Seksi IPDS
Gambar / Figures :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngada /
“BPS” – Statistics of Ngada Regency
Foto / Photo :
Sil T. Cam
Diterbitkan Oleh / Published by :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngada /
“BPS” – Statistics of Ngada Regency
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya/
Maybe cited with reference to the sourceBADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA
PENJELASAN LAMBANG KABUPATEN NAGEKEO
Bentuk lambang
Bentuk lambang Kabupaten Nagekeo “ Perisai “ yang melambangkan kelima Sila Pancasila sebagai Dasar Negara
Warna dan isi lambang :
Warna yang dicantumkan pada Logo Daerah mempunyai makna:
1.
Kuning adalah warna yang khas bagi masyarakat Nagekeo, melambangkan keagungan dan kebesaran.2.
Hitam adalah warna yang khas bagi masyarakat Nagekeo, melambangkan kekuatan3.
Merah melambangkan keberanian dan keteguhan dalam perjuangan4.
Putih melambangkan kesucian, ketulusan dan kejujuran5.
Biru melambangkan indahnya cita-cita masyarakat6.
Hijau melambangkan harapan yang merupakan latar belakang terbentuknya Kabupetn NagekeoArti gambar lambang
Lambang Kabupaten Nagekeo berisi :
1. Perisai melambangkan kelima Sila Pancasila sebagai Dasar negara
2. Bintang sebagai simbol kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang diyakini sebagai Penyelenggara Kehidupan bagi umat manusia
3. Peo sebagai simbol kultural sosial budaya Nagekeo yang khas karena dari Peo yang dilihat dan biasa ditanam di tengah kampung merupakan simbol persekutuan dan tata kehidupan masyarakat Nagekeo
4. Gunung adalah gunung berapi aktif yang melambangkan dinamika masyarakat Nagekeo dan mengandung arti menyimpan potensi kesuburan
5. Rantai melambangkan keeratan persatuan dan kesatuan
6. Persawahan melambangkan sumber mata pencaharian di Kabupaten Nagekeo yang pada umumnya adalah petani
7. padi dan kapas simbol kesejahteraan masyarakat Indonesia, Jumlah kapas delapan (8) kuntum melambangkan tanggal terbentuknya Kabupaten Nagekeo sedangkan jumlah padi dua belas (12) bulir melambangkan bulan terbentuknya Kabupaten Nagekeo
8. Angka 2006 sebagai angka tahun terbentuknya Kabupaten Nagekeo
9. Batu dasar Peo melambangkan tempat musyawarah mufakat yang biasa digunakan masyarakat Nagekeo dan
10. pita merah putih bertuliskan Kabupaten Nagekeo merupakan sebutan nama sebuah Daerah Otonom Kabupaten Nagekeo dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
Sejarah Pembentukan Kabupaten Nagekeo 1. Dasar Pembentukan
• Undang-Undang No 69 Tahun 1958 secara integral memasukkan wilayah Nagekeo sebagai bagian dari wilayah Kabupaten Ngada
• Pernyataan DRP-GR kabupaten Ngada No 1 Tahun 1965 tentang permohonan kepada Pemerintah Agung RI untuk membagi Kabupaten Ngada menjadi Dua Daswati yakni Daswati Nagekeo dan Daswati Ngada
• Pada tahun 1967 dan 1970 wacana pemekaran Kabupaten Ngada kembali disuarakan oleh mahasiswa APDN asal Keswaprajaan Nagekeo yang berada di Kupang dan para kader Partai Politik Katolik asal Nagekeo, namun dengan berlakunya UU No 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok pemerintahan di Daerah peluanag pemekaran kabupaten Ngada terhenti.
• Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah
• Peraturan Pemerintah No 129 Tahun 2000 Tentang Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah
• Dukungan Pemerintah Kabupaten Ngada:
1 Rekomendasi Bupati Ngada No 594/PEM/10/3003 perihal Usulan Pembentukan Kabupaten Nagekeo sebagai Pemekaran dari Kabupaten Ngada 2 Keputusan DPRD Kabupaten Ngada No 14 Tahun 2003 tentang Persetujuan
dan dukungan terhadap usulan Pembentukan Kabupaten Nagekeo sebagai pemekaran dari Kabupaten Ngada
3 Keputusan DPRD Kabupaten Ngada No 8 Tahun 2004 tentang kesanggupan Penyediaan dana dalam APBD Kabupaten Ngada bagi calon Kabupaten Nagekeo
4 Keputusan DPRD Kabupaten Ngada No 9 Tahun 2004 tentang persetujuan dan dukungan terhadap usulan Mbay sebagai Ibukota bagi calon Kabupaten Nagekeo
5 Surat Bupati Ngada kepada Menteri Dalam Negeri No
130.01/PEM/32/02/2006 tentang Permohonan Peninjauan Kembali PP No. 65 Tahun 1998 tentang Pemindahan Ibukota Kabupaten Ngada dari Kota Bajawa kecamatan Bajawa ke Kota Mbay Kecamatan Aesesa
6 Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten Ngada No.2/PIM.DPRD/2006 tentang Cakupan Wilayah calon Kabupaten Nagekeo
7 Keputusan Bupati Ngada No.72/KEP/BUP/2006 tentang pembentukan Tim Inventarisasi barang dan Hutang/Piutang Pemerintah kabupaten Ngada yang
akan diserahkan kepada pemerintah kabupaten Nagekeo
8 Keputusan Bupati Ngada No 73/KEP/BUP/2006 tentang Persetujuan Penyerahan Barang dan Hutang Piutang Pemerintah Kabupaten Ngada kepada Pemerintah Kabupaten Nagekeo
9 Keputusan Pimpinan DPRD Kabupaten Ngada No 3/PIM.DPRD/2006 tentang Persetujuan Penyerahan Barang dan Hutang/Piutang Pemerintah Kabupaten Ngada kepada Pemerintah Kabupaten Nagekeo
10 Keputusan Bupati Ngada No.141/KEP/TATA PEM/2006 tentang dukungan dana dalam APBD Kabupaten Ngada bagi calon Kabupaten Nagekeo 11 Keputusan pimpinan DPRD Kabupaten Ngada No 4/PIM.DPRD/2006 tentang
Dukungan Dana dalam APBD Kabupaten Ngada bagi calon Kabupaten Nagekeo
• Dukungan Pemerintah Provinsi NTT:
1 Rekomendasi Gubernur NTT No.PEM.135/01/2004 tentang Dukungan Pembentukan Kabupaten Nagekeo sebagai Pemekaran dari Kabupaten Ngada
2 Keputusan DPRD Provinsi NTT No.4/PIM.DPRD/2004 tentang Pemberian Dukungan bagi Pemekaran Kabupaten Ngada
3 Surat Usulan Gubernur NTT kepada Menteri Dalam Negeri No.PEM.135/02/2004 tentang Usulan Pembentukan Kabupaten Nagekeo sebagai pemekaran Kabupaten Ngada dalam Provinsi Nusa Tenggara Timur
• Kajian kelayakan dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang
• Kajian Depdagri terhadap usulan pemekaran dari 12 Kabupaten di seluruh Indonesia
• Pembahasan RUU Pembentukan Kabupaten Nagekeo oleh pemerintah dan DPR pada tanggal 8 Desember 2006, dan atas dasar itulah diundangkannya Undang-Undang No.2 Tahun 2007 tentang Pembentukan kabupaten Nagekeo di Provinsi NTT pada tanggal 2 Januari 2007
BUPATI NAGEKEO
Saya menyambut gembira terbitnya publikasi Nagekeo Dalam Angka 2009 yang merupakan publikasi ketiga setelah Kabupaten ini mekar dari Kabupaten Ngada pada Tahun 2007.
Publikasi ini menyajikan data yang lengkap dan komprehensif di wilayah Nagekeo, yang mencakup semua potensi sumberdaya baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dimiliki. Buku ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam proses perencanaan pembangunan dan landasan bagi penentuan arah pembangunan, serta merupakan langkah penting dalam perumusan kebijakan publik, terutama bagi penentu kebijakan dan seluruh masyarakat kabupaten Nagekeo.
Saya mengajak kita sekalian, para pelaku pembangunan, baik dari komponen Masyarakat, Pemerintah maupun Swasta, dapat membantu BPS dengan memberikan data sesuai kenyataan, dan dapat memanfaatkan semaksimal mungkin buku ini dalam seluruh proses pembangunan, demi mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat yang berbasiskan keunggulan dan kemandirian.
Semoga Tuhan memberkati segala usaha dan niat baik kita sekalian.
Mbay, Desember 2009 Bupati Nagekeo,
BUPATI NAGEKEO
I warmly welcome publication of Nagekeo In Figures 2009, that is the third publication as a new regency.
This publication presents a comprehensive statistical data of the available various resources and development programs carried out in Nagekeo. This publication can be used as basic information as supplement and guidance for measuring programs achievement, for better planning and steady formulating of government policy and fulfill people needs in Nagekeo.
I hope to public, private sector and even all people in Nagekeo to support BPS by giving data or information and get benefit of this book to achieve the purpose of development in Nagekeo.
May God Bless Us.
Mbay, December 2009 Regent of Nagekeo,
KATA PENGANTAR
Nagekeo Dalam Angka 2009 ini merupakan publikasi tahunan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Ngada. Publikasi ini merupakan terbitan ketiga untuk kabupaten baru hasil pemekaran wilayah Kabupaten Ngada, yang memuat berbagai macam data dan informasi tentang keadaan geografis dan iklim, ciri-ciri sosial ekonomi penduduk, maupun keadaan sosial dan perekonomian Nagekeo secara menyeluruh.
Untuk menjaga kesinambungan data, maka bentuk dan jenis tabel yang disajikan sebagian besar tetap dipertahankan, begitu juga untuk sektor-sektor yang datanya belum tersedia, tak dapat dihindari disajikan data yang masih berupa data gabungan dengan kabupaten induk.
Kami menyadari bahwa walaupun publikasi ini telah disiapkan dengan sebaik-baiknya namun disana-sini masih memiliki kekurangan dan kelemahan. Untuk itu saran dan kritik dari semua pihak demi perbaikan publikasi ini sangat kami harapkan.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sampai terwujudnya publikasi ini, kami sampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih dengan harapan semoga kerja sama yang serupa dapat lebih meningkat di masa yang akan datang.
PREFACE
Nagekeo in Figures 2009 is a collection of statistical data issued annually by
BPS - Statistics of Ngada Regency. This publication is the third
publication, presents various kind of information and statistical data on the
geographic and climatic condition, the socio economic characteristic of the
population and general social and economic conditions of Nagekeo.
To maintain time series comparability, most of the tables from previous
publication are retained, so in the cases that the expected recent data were
not available, data from previous publication are presented.
Suggestions for improvement of this report are always welcome.
Acknowledgements are due to all The Department and other governmental,
as well as non governmental agencies that have provided the data for this
edition, and hope these cooperation will be continued in the future.
xv
DAFTAR ISI
Halaman
•
Halaman Judul . . .
i
•
Halaman Katalog . . . .. . . .. . . . . .
ii
•
Peta Kabupaten Nagekeo. . .
iii
•
Lambang Daerah Nagekeo . . .
v
•
Sejarah Singkat Kabupaten Nagekeo. . .
vii
•
Foto Bupati Nagekeo . . .
ix
•
Foto Wakil Bupati Nagekeo . . .
x
•
Kata Sambutan . . .
xi
•
Kata Pengantar . . .
xiii
•
Daftar Isi . . .
xv
•
Daftar Tabel . . . .. . . .
xvi
•
Penjelasan Umum . . . .. . . . .
xviii
•
Undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 Tentang Statistik . .
xix
•
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun
2001 Tentang Badan Pusat Statistik . . .
xxxiii
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
BAB I
Geografis . . .
3
BAB II
Pemerintahan . . .
23
BAB III
Penduduk dan Tenaga Kerja . . . .. . .
47
III.1
Penduduk . . . . . . . . . . . . . .
49
III.2
Ketenagakerjaan . . . . . . . . . . . . . . . . .
62
III.3
Tingkat Kelahiran . . .
77
III.4
Tingkat Kematian . . .
81
III.5
Kebutuhan Fisik Minimum dan Upah Pekerja . . .
84
BAB IV
Konsumsi dan Pengeluaran Penduduk . . .
89
IV.1
Pendapatan Rumah Tangga . . . . .
90
IV.2
Pengeluaran dan Konsumsi Rumah Tangga . . . .
93
IV.3
Jumlah Rumah Tangga Miskin . . . . . .
101
BAB V
Sosial . . . . . . . . .
105
V.1
Pendidikan . . . .
108
V.2
Kesehatan . . .
128
V.3
Kriminalitas . . .
155
V.4
Agama . . .
158
V.5
Sosial Lainnya . . . ..
168
V.6
Perumahan dan Lingkungan . . . ..
172
BAB VI
Pertanian . . .
187
VI.1
Tanaman Pangan . . .
190
VI.2
Perkebunan . . .
207
xvii
Halaman
VI.4
Peternakan . . . ..
226
VI.5
Perikanan . . . ..
246
BAB VII
Industri . . . .
263
VII.1
Industri Pengolahan dan Kerajinan . . . .
265
VII.2
Listrik . . . .. . . . ..
269
VII.3
Air Minum . . . ..
273
BAB VIII
Perdagangan . . . .. . .
281
VIII.1
Perdagangan . . . ..
282
VIII.2
Restoran/Rumah Makan . . . ..
289
VIII.3
Perhotelan . . . .
290
BAB IX
Perhubungan . . . .. . . .. .. . .
307
IX.1
Perhubungan Darat . . .
308
IX.2
Perhubungan Laut . . . .. . .
317
BAB X
Keuangan dan Harga-harga . . . .
325
X.1
Keuangan Pemerintah Daerah . . . .
326
X.2
Lembaga Keuangan Bank . . . .. . . ..
328
X.3
Pegadaian……….. . . .. . . ..
332
X.4
Asuransi……. . . .. . . ..
335
X.5
Koperasi …….. . . .. . . ..
336
X.6
Harga-Harga . . . .. . . ..
351
xviii
PENJELASAN UMUM
Explanatory NotesTanda-tanda, satuan-satuan dan lain-lainnya yang digunakan dalam publikasi ini, adalah sebagai berikut :
1. TANDA/TANDA/Symbols
Data belum tersedia/data not yet available. . . …
Data tidak mungkin tersedia / data not applicable . . . -
Data tidak tersedia / data not available . . . ts/na
Data dapat diabaikan / data negligible . . . .. . . 0
Tanda desimal / decimal point . . . ,
Angka sementara /preliminary figures . . . .. . . . *)
Angka sangat sementara/ way preliminary figures . . . **)
Angka perbaikan / revited figures . . . V
Angka perkiraan / estimated figures . . . e
2. SATUAN-SATUAN/Units
Barel /Barrel . . . 158,99 liter = 1/6,2898 m2
Botol / Bottle. . . .. . . 700 c c
Kilometer (km) / Kilometers (km). . . 1.000 m
Kwintal (kw) / Quintal (ql). . . 100 kg
Liter (untuk beras) / Litter (for rice). . . 0,80 kg
Metricubic feet (mcf) / Metricubic. . . 1,35,3 m3
Metric Ton (m.ton) / Metric ton (m.ton). . . . . 0,99421 long ton=1000 kg
Once (oz) / Once (oz). . . 28,31 gram
Ton / ton .. . . 1.000 kg
Sak (untuk semen) / sack (for cement). . . 40 kg atau 50 kg
Selain : buah, bungkus, butir, helai/lembar, kaleng, batang, pulsa, ton kilometer (ton-km), jam, menit, persen (%) / Others unit : unit, pack, number, pieces, tim, pulse, ton kilometers (ton-km), hour, minute, percent (%).
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 16 TAHUN 1997
TENTANG
STATISTIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :a. bahwa statistik penting artinya bagi
perencanaan,pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
penyelenggaraan berbagai kegiatan di segenap aspek kehidupan
masyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam pembangunan
nasional sebagai pengamalan Pancasila, untuk memajukan
kesejahteraan rakyat dalam rangka mencapai cita-cita bangsa
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar
1945;
b. bahwa dengan memperhatikan pentingnya peranan statistik tersebut,
diperlukan langkah-langkah untuk mengatur penyelenggaraan
statistik nasional terpadu dalam rangka mewujudkan Sistem
Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien;
c.
bahwa Undang-undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik pada saat ini
tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, tuntutan
masyarakat, dan kebutuhan pembangunan nasional;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a, b, dan c di atas, dipandang perlu membentuk
Undang-undangtentang Statistik yang baru;
xx
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG STATISTIK
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :
1. Statistik adalah data yang diperoleh dengan cara pengumpulan, pengolahan,
penyajian, dan analisis serta sebagai sistem yang mengatur keterkaitan antar unsur
dalam penyelenggaraan statistik.
2. Data adalah informasi yang berupa angka tentang karakteristik (ciri-ciri khusus) suatu
populasi.
3. Sistem Statistik Nasional adalah suatu tatanan yang terdiri atas unsur-unsur yang
secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk totalitas dalam penyelenggaran
statistik.
4. Kegiatan Statistik adalah tindakan yang meliputi upaya penyediaan dan
penyebarluasan data, upaya pengembangan ilmu statistik, dan upaya yang mengarah
pada berkembangnya Sistem Statistik Nasional.
5. Statistik dasar adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang
bersifat luas, baik bagi pemerintah maupun masyarakat, yang memiliki ciri-ciri lintas
sektoral, berskala nasional, makro, dan yang penyelenggaraannya menjadi tanggung
jawab Badan.
6. Statistik Sektoral adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan
dan pembangunan yang merupakan tugas pokok instansi yang bersangkutan.
7. Statistik khusus adalah yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
spesifik dunia usaha, pendidikan, sosial budaya, dan kepentingan lain dalam
kehidupan masyarakat, yang penyelenggaraannya dilakukan oleh lembaga, organisasi,
perorangan, dan atau unsur masyarakat lainnya.
8. Sensus adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan semua unit
populasi di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk memperoleh karakteristik suatu
populasi pada saat tertentu.
9. Survei adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui pencacahan sampel untuk
memperkirakan karakteristik suatu populasi pada saat tertentu.
10. Kompilasi produk administrasi adalah cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan
analisis data yang didasarkan pada catatan administrasi yang ada pada pemerintah dan
atau masyarakat.
xxi
11. Badan adalah Badan Pusat Statistik.
12. Populasi adalah keseluruhan unit yang menjadi obyek kegiatan statistik baik yang
berupa instansi pemerintah, lembaga, organisasi, orang, benda maupun obyek lainnya.
13. Sampel adalah sebagian unit populasi yang menjadi obyek penelitian untuk
memperkirakan karakteristik suatu populasi.
14. Sinopsis adalah suatu ikhtisar penyelenggaran statistik.
15. Penyelenggaraan kegiatan statistik adalah instansi pemerintah, lembaga, organisasi,
perorangan dan atau unsur masyarakat lainnya.
16. Petugas statistik adalah orang yang diberi tugas oleh penyelenggara kegiatan statistik
untuk melaksanakan pengumpulan data, baik melalui wawancara, pengukuran,
maupun cara lain terhadap obyek kegiatan statistik.
17. Responden adalah instansi pemerintah, lembaga, organisasi, orang dan atau unsur
masyarakat lainnya yang ditentukan sebagai obyek kegiatan statistik.
BAB II
ASAS, ARAH, DAN TUJUAN
Pasal 2
Selain berdasarkan asas-asas pembangunan nasional, Undang-undang ini juga berasaskan :
a. keterpaduan;
b. keakuratan; dan
c. kemutakhiran.
Pasal 3
Kegiatan statistik diarahkan untuk
a. mendukung pembangunan nasional;
b. mengembangkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien;
c. meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik; dan
d. mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 4
Kegiatan statistik bertujuan untuk menyediakan data statistik yang lengkap, akurat, dan
mutakhir dalam rangka mewujudkan Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan
efisian guna mendukung pembangunan nasional.
xxii
BAB III
JENIS STATISTIK DAN CARA PENGUMUPULAN DATA
Bagian Pertama
Jenis Statistik
Pasal 5
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, jenis statistik terdiri atas :
a. statistik dasar;
b. statistik sektoral; dan
c. statistik khusus.
Pasal 6
(1) Statistik dasar dan statistik sektoral terbuka pemanfaatannya untuk umum, kecuali
ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengetahui dan memanfaatkan
statistik khusus dengan tetap memperhatikan hak seseorang atau lembaga yang
dilindungi undang-undang.
Bagian Kedua
Cara Pengumpulan Data
Pasal 7
Statistik diselenggarakan melalui pengumpulan data yang dilakukan dengan cara :
a. sensus;
b. survei;
c. kompilasi produk administrasi; dan
d. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 8
(1) Sensus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a diselenggarakan
sekurang-kurangnya sekali dalam 10 (sepuluh) tahun oleh Badan, yang meliputi :
a. sensus penduduk;
b. sensus pertanian; dan
c. sensus ekonomi.
xxiii
(2) Penetapan tahun penyelenggaraan dan perubahan jenis sensus sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 9
(1) Survei sebagaimana dimasud dalam pasal 7 huruf b diselenggarakan secara berkala
dan sewaktu-waktu untuk memperoleh data yang rinci.
(2) Survei antar sensus dilakukan pada pertengahan 2 (dua) sensus sejenis untuk
menjembatani 2 (dua) sensus tersebut.
Pasal 10
(1) Kompilasi produk administrasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 huruf c
dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai dokumen produk administrasi.
(2) Hasil kompilasi produk administrasi milik instansi pemerintah terbuka
pemanfaatannya untuk umum, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(3) Setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk mengetahui dan memanfaatkan
hasil kompilasi produk administrasi milik lembaga, organisasi, perorangan, dan atau
unsur masyarakat lainnya dengan tetap memperhatikan hak seseorang atau lembaga
yang dilindungi undang-undang.
BAB IV
PENYELENGGARAAN STATISTIK
Bagian Pertama
Statistik Dasar
Pasal 11
(1) Statistik dasar diselenggarakan oleh Badan.
(2) Dalam menyelenggarakan statistik dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
Badan memperoleh data dengan cara :
a. sensus;
b. survei;
c. kompilasi produk administrasi; dan
xxiv
Bagian Kedua
Statistik Sektoral
Pasal 12
(1) Statistik sektoral diselenggarakan oleh instansi pemerintah sesuai lingkup tugas dan
fungsinya, secara mandiri atau bersama dengan Badan.
(2) Dalam menyelenggarakan statistik sektoral, instansi pemerintah memperoleh data
dengan cara :
a. survei;
b. kompilasi produk administrasi; dan
c. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Statistik sektoral harus diselenggarakan bersama dengan Badan apabila statistik
tersebut hanya dapat diperoleh dengan cara sensus dan dengan jangkauan populasi
berskala nasional.
(4) Hasil statistik sektoral yang diselenggarakan sendiri oleh instansi pemerintah wajib
diserahkan kepada Badan.
Bagian Ketiga
Statistik Khusus
Pasal 13
(1) Statistik khusus diselenggarakn oleh masyarakat baik lembaga, organisasi,
perorangan maupun unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama dengan
Badan.
(2) Dalam menyelenggarakn statistik khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
masyarakat memperoleh data dengan cara :
a. survei;
b. kompilasi produk administrasi; dan
c. cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pasal 14
(1)
Dalam rangka pengembangan Sistem Statistik Nasional, masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) wajib memberitahukan sinopsis kegiatan statistik
yang telah selesai diselenggarakannya kepada Badan.
(2)
Sinopsis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memuat :
a. judul;
b. wilayah kegiatan statistik;
c. obyek populasi
xxv
f.
metode statistik;
g. nama dan alamat penyelenggara; dan
h. abstrak.
(3)
Penyampaian pemberitahuan sinopsis dapat dilakukan melaui pos, jaringan
komunikasi data, atau cara penyampaian lainnya yang dianggap mudah bagi
penyelenggara kegiatan statistik.
(4)
Kewajiban memberitahukan sinopsis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), tidak
berlaku bagi statistik yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan intern.
BAB V
PENGUMUMAN DAN PENYEBARLUASAN
Pasal 15
(1) Badan berwenang mengumumkan hasil statistik yang diselenggarakannya.
(2) Pengumuman hasil statistik dimuat dalam Berita Resmi Statistik.
Pasal 16
Badan menyebarluaskan hasil statistik yang diselenggarakannya.
BAB VI
KOORDINASI DAN KERJASAMA
Pasal 17
(1) Koordinasi dan kerjsama penyelenggaraan statistik dilakukan oleh Badan dengan
instansi pemerintah dan masyarakat, di tingkat pusat dan daerah.
(2) Dalam rangka mewujudkan dan mengembangkan Sistem Statistik Nasional, Badan
bekerjasama dengan instansi pemerintah dan masyarakat untuk membangunan
pembakuan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran.
(3) Koordinasi dan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan atas
dasar kemitraan dan dengan tetap mengantisipasi serta menerapkan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
(4) Ketentuan mengenai tata cara dan lingkup koordinasi dan kerjasama
penyelenggaraan statistik antara Badan, instansi pemerintah, dan masyarakat diatur
lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.
xxvi
Pasal 18
(1) Kerjasama penyelenggaran statistik dapat juga dilakukan oleh Badan, instansi
pemerintah, dan atau masyarakat dengan lembaga internasional, negara asing, atau
lembaga swasta asing sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(2) Kerjasama penyelenggaraan statistik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
didasarkan pada prinsip bahwa penyelenggaraan utama adalah Badan, instansi
pemerintah, atau masyarakat Indonesia.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN
Bagian Pertama
Penyelenggaraan Kegiatan Statistik
Pasal 19
Penyelenggaraan kegiatan statistik berhak memperoleh keterangan dari responden
mengenai karakteristik setiap unit populasi yang menjadi obyek.
Pasal 20
Penyelenggara kegiatan statistik wajib memberikan kesempatan yang sama kepada
masyarakat untuk mengetahui dan memperoleh manfaat dari statistik yang tersedia, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 21
Penyelenggara kegiatan statistik wajib menjamin kerahasian keterangan yang diperoleh
dari responden.
Bagian Kedua
Petugas Statistik
Pasal 22
Setiap petugas statistik Badan berhak memasuki wilayah kerja yang telah ditentukan untuk
memperoleh keterangan yang diperlukan.
xxvii
Pasal 23
Setiap petugas statistik wajib menyampaikan hasil pelaksanaan statistik sebagaimana
adanya.
Pasal 24
Ketentuan mengenai jaminan kerahasiaan keterangan sebagaimana dimaksud dalam pasal
21 berlaku juga bagi petugas statistik.
Pasal 25
Setiap petugas statistik harus memperlihatkan surat tugas dan atau tanda pengenal, serta
wajib memperhatikan nilai-nilai agama, adat-istiadat setempat, tata krama, dan ketertiban
umum.
Bagian Ketiga
Responden
Pasal 26
(1) Setiap orang berhak menolak untuk dijadikan responden, kecuali dalam
penyelenggaraan statistik dasar oleh Badan.
(2) Setiap responden berhak menolak petugas statistik yang tidak dapat memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25.
Pasal 27
Setiap responden wajib memberikan keterangan yang diperlukan dalam penyelenggaraan
statistik dasar oleh Badan.
BAB VIII
KELEMBAGAAN
Pasal 28
(1) Pemerintah membentuk Badan yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden.
xxviii
(2) Badan mempunyai perwakilan wilayah di daerah yang merupakan instansi vertikal.
(3) Ketentuan mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Badan,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan
Keputusan Presiden.
Pasal 29
(1) Pemerintah membantuk Forum Masyarakat Statistik yang bertugas memberikan saran
dan pertimbangan dibidang statistik kepada Badan.
(2) Forum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat nonstruktural dan independen,
yang anggotanya terdiri atas unsur pemerintah, pakar, praktisi, dan tokoh masyarakat.
Pasal 30
(1) Instansi pemerintah dapat membentuk satuan organisasi dilingkungannya untuk
melaksanakan statistik sektoral.
(2) Ketentuan mengenai tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja satuan organisasi
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur oleh instansi yang bersangkutan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Dalam menyelenggarakan statistik sektoral, satuan organisasi sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus mengadakan koordinasi dengan Badan untuk menerapkan
penggunaan konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukran yang telah dibakukan
dalam rangka pengembangan Sistem Statistik Nasional.
BAB IX
PEMBINAAN
Pasal 31
Badan bekerjasama dengan instansi pemerintah dan unsur masyarakat malakukan
pembinaan terhadap penyelenggara kegiatan statistik dan masyarakat, agar lebih
meningkatkan kontribusi dan apresiasi masyarakat terhadap statistik, mengembangkan
Sistem Statistik Nasional, dan mendukung pembangunan nasional.
Pasal 32
Dalam rangka pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Badan melakukan
upaya-upaya sebagai berikut :
a.
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan statistik;
b.
mengembangkan statistik sebagai ilmu;
c.
meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat mendukung
penyelenggaraan statistik;
xxix
d.
mewujudkan kondisi yang mendukung terbentuknya pembakuan dan pengembangan
konsep, definisi, klasifikasi, dan ukuran-ukuran dalam kerangka semangat kerja sama
dengan para penyelenggara kegiatan statistik lainnya;
e.
mengembangkan sistem informasi statistik;
f.
meningkatkan penyebarluasan informasi statistik;
g.
meningkatkan kemampuan penggunaan dan pemanfaatan hasil statistik untuk
mendukung pembangunan nasional; dan
h.
meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik.
Pasal 33
Pelaksanaan pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
BAB X
KETENTUAN PIDANA
Pasal 34
Setiap orang yang tanpa hak menyelenggarakan sensus sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2) huruf a, dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pasal 35
Setiap orang yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (1), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 36
(1) Penyelenggara kegiatan statistik yang dengan sengaja dan tanpa alasan yang sah tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp. 25.000.000,00
(dua puluh lima juta rupiah).
(2) Penyelenggara kegiatan statistik yang dengan sengaja melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
(lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
xxx
Pasal 37
Petugas statistik yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 24, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan
denda paling banyak Rp. 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah).
Pasal 38
Responden yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan denda
paling banyak Rp. 25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).
Pasal 39
Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa alasan yang sah mencegah,
menghalang-halangi, atau menggagalkan jalannya penyelenggaraan statistik yang dilakukan oleh
penyelenggara kegiatan statistik dasar atau statistik sektoral, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus
juta rupiah).
Pasal 40
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34, Pasal 36 ayat (2), Pasal 37,
Pasal 38, dan Pasal 39 adalah kejahatan.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36 ayat (1) adalah
pelanggaran.
BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 41
Semua peraturan pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus dan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik dinyatakan tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Undang-undang ini.
xxxi
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 6 Tahun
1960 tentang Sensus dan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1960 tentang Statistik
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 43
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
Disahkan di Jakarta
Pada
tanggal
19
Mei
1997
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd.
SOEHARTO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Mei 1997
MENTERI NEGARA SEKRETARIS
REPUBLIK INDONESIA
ttd.
MOERDIONO
xxxii
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1997 NOMOR 39
Salinan sesuai dengan aslinya
Salinan sesuai dengan salinan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
BADAN PUSAT STATISTIK
Kepala Biro Hukum dan
Kepala Biro Kepegawaian
Perundang-undangan
dan
Organisasi
ttd.
ttd.
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 103 TAHUN 2001
TENTANG
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, KEWENANGAN,
SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA
LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung terselenggaranya tertib administrasi
pemerintahan dipandang perlu menetapkan kedudukan, fungsi,
kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja Lembaga
Pemerintah Non Departemen;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-undang Dasar 19455;
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintah
Daerah (lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai
Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 200 Nomor 54,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
4. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001;
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS,
FUNGSI, KEWENANGAN, SUSUNAN ORGANISASI, DAN
TATA KERJA LEMBAGA NON DEPARTEMEN.
BAB I
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN KEWENANGAN
Bagian Pertama Kedudukan
Pasal 1
(1) Lembaga Pemerintah Non Departemen dalam Pemerintahan Negara Republik
Indonesia, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut LPND adalah
lembaga pemerintah pusat yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pemerintahan
tertentu dari Presiden.
xxxiv
Pasal 2
LPND mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan tertentu dari Presiden sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 3
LPND terdiri dari :
Pasal 22
BPS mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kegiatan statistic
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 23
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, BPS
menyelenggarakan fungsi :
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kegiatan statistik;
b. Penyelenggaraan statistik dasar;
c. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPS;
d. Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kegiatan
statistik;
e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Pasal 24
Dalam menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, BPS
mempunyai kewenangan :
a.
Penyusunan neraca nasional secara makro di bidangnya;
b.
Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;
c.
Penetapan sistem informasi di bidangnya
d.
Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional;
e.
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perudang-undangan yang
berlaku yaitu :
1) perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kegiatan
statistik;
xxxv
Pasal 114
(1) Sebagai tugas pemerintah yang dilaksanakan oleh BPS, dalam bidang kegiatan
statistik dasar di daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang
statistik, tetap dilaksanakan oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 119
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan
Ditetapkan di Jakarta
Pada
tanggal
13
September
2001
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
ttd
MEGAWATI SUKARNOPUTRI
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Kepala Biro Peraturan
Perundang-undangan II,
ttd
BAB I
Nagekeo In Figures 2009
I. GEOGRAFIS
I.1 Letak Daerah
Kabupaten Nagekeo terletak diantara 80 26'
00” – 80 64' 40” lintang selatan dan
12106’20” – 121032’ 00” bujur timur.
Bagian utara berbatasan dengan Laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan laut Sawu, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Ende dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Ngada. Kabupaten Nagekeo tergolong daerah yang beriklim tropis dan terbentang hampir sebagian besar padang rumput, juga ditumbuhi pepohonan seperti kemiri, asam, kayu manis, lontar dan sebagainya serta kaya dengan fauna, antara lain hewan-hewan besar, hewan-hewan-hewan-hewan kecil, unggas, binatang menjalar, dan binatang liar. Disamping itu daerah ini kaya dengan obyek wisata seperti Pantai Ena Gera. Panorama alam seperti air panas (Puta) dan wisata budaya seperti peninggalan batu rumah adat tradisional, kesenian dan kerajinan tangan.
I.2 Wilayah Adminstrasi
Kabupaten Nagekeo terdiri dari 7 buah kecamatan, 78 buah desa dan 15 kelurahan.
Dengan luas wilayah 1.416,96 Km2 dan
dihuni oleh 132.458 jiwa pada tahun 2008. Pada tahun 2008 ini kecamatan yang paling luas adalah kecamatan Aesesa dengan luas wilayahnya mencapai 432,29 Km2. Atau 30,51 persen dari keseluruhan luas wilayah
kabupaten Nagekeo. Kecamatan yang luas wilayahnya paling kecil adalah kecamatan Keo Tengah dengan luas wilayah 65,62 km2. Atau 4,63 persen dari keseluruhan luas wilayah kabupaten Nagekeo.
I.3 Topografi
Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Nagekeo termasuk daerah yang beriklim tropis sehingga perubahan suhu tidak dipengaruhi oleh penggantian musim, tapi ditentukan oleh perbedaan ketinggian dari permukaan laut. Kondisi tersebut merupakan salah satu faktor yang menentukan mata pencaharian penduduk dan jenis tanaman/ternak yang diusahakan dan dipelihara. Pada tabel 1.6 dapat dilihat bahwa luas wilayah yang berada diketinggian mencapai 0 – 500 m sebesar 72,16 persen dan yang berada diketinggian 501- 1000 m sebesar 21,74 persen dan 1000 m ke atas sebasar 6,11 persen.
I.4 Curah Hujan
Jika dilihat hasil pencatatan dari station pengamat hanya yang ada didaerah ini, maka dapat diketahui volume curah hujan tahun 2007. Pada tahun 2007 rata-rata curah hujan di kabupaten Nagekeo tercatat 156 mm. Demikian juga rata-rata jumlah hari hujan di tahun 2007 tercatat sebanyak 8 hari. Hal ini berpengaruh pada penggunaan tanah pertanian.
4 GEOGRAFIS / GEOGRAPHY
Letak daerah : Utara berbatasan dengan Laut Flores
Selatan berbatasan dengan Laut Sawu
Timur berbatasan dengan Kabupaten Ende
Barat berbatasan dengan Kabupaten Ngada.
Iklim : Tropis
Flora : Hampir sebagian besar terdiri dari padang rumput.
Ekasapta : Pohon-pohon : kemiri, asam, kayu manis, lontar dan sebagainya
Fauna : Hewan-hewan besar : kerbau, sapi, kuda
Hewan-hewan kecil : kambing, domba, babi
Unggas : burung beo, kakatua
dan sebagainya
Binatang menjalar : ular dan lain-lain
Binatang liar : babi hutan, rusa, kera
dan lain sebagainya OBYEK PARIWISATA / Tourism Destination :
♦ Sumber Air Panas : Puta di Kecamatan Aesesa.
♦ Panorama Alam : Pantai Ena Gera di Kecamatan Mauponggo.
♦ Kesenian Daerah : Berbagai jenis tarian dan atraksi kesenian khas daerah
seperti : Todagu, Tea Eku, Dalata, Goe-goe, Iki mEa, dan sebagainya.
♦ Beberapa hasil kerajinan tangan (tenun) daerah seperti : Ragi Mbay, Hoba Nage dan
lain sebagainya. WILAYAH ADMINSTRASI : Kecamatan : 7 buah Desa : 78 buah Kelurahan : 15 buah Luas wilayah : 1.416,96 km2
Penduduk Tahun 2007 : 132.458 jiwa.
Nagekeo In Figures 2009
5
Tabel : 1.2 Luas Wilayah Kabupaten Nagekeo Menurut Kecamatan
Area Of Nagekeo By District
2008
Kecamatan / Luas Wilayah Persentase Kecamatan
District (Km2) Terhadap Kabupaten
1 2 3 1 Mauponggo 102,52 7,24 2 Keo Tengah 65,62 4,63 3 Nangaroro 238,02 16,80 4 Boawae 325,42 22,97 5 Aesesa 432,29 30,51 6 Aesesa Selatan 71,00 5,01 7 Wolowae 182,09 12,85 NAGEKEO 1 .416,96 100,00
6 Tabel : 1.3 : Lanjutan / Continued Table
Kecamatan / Luas Persentase Persentase
District (Km2) Kecamatan Kabupaten Area Persentage 1 2 3 4 010 MAUPONGGO 102,52 100,00 7,24 1
Aewoe 2,98
2,91 0,21 2Bela 3,27
3,19 0,23 3Wolokisa 8,12
7,92 0,57 4Wuliwalo 13,25
12,92 0,94 5Maukeli 3,12
3,04 0,22 6Lokalaba 11,24
10,96 0,79 7Wolotelu 5,62
5,48 0,40 8Mauponggo 1,26
1,23 0,09 9Sawu 2,72
2,65 0,19 10Jawapogo 4,12
4,02 0,29 11Lajawajo
4,40
4,29 0,31 12Ululoga 4,58
4,47 0,32 13Lodaolo 4,38
4,27 0,31 14Woloede 4,37
4,26 0,31 15Woewolo 1,34
1,31 0,09 16Selalejo 14,38
14,03 1,01 17Ua 3,32
3,24 0,23 18Keliwatulewa
2,02
1,97 0,14 19Kotagana 6,87
6,70 0,48 20Wololelu 1,16
1,13 0,08Nagekeo In Figures 2009
7 Tabel : 1.3 : Lanjutan / Continued Table
Kecamatan / Luas Persentase Persentase
District (Km2) Kecamatan Kabupaten Area Persentage 1 2 3 4 020 KEO TENGAH 65,62 100,00 4,63 1
Keli 6,25
9,52 0,44 2Lewangera 4,00
6,10 0,28 3Ngera 4,12
6,28 0,29 4Wajo 6,25
9,52 0,44 5Ladolima 5,00
7,62 0,35 6Pautola 4,38
6,67 0,31 7Kotawuji Barat
3,12
4,75 0,22 8Kotawuji Timur
3,75
5,71 0,26 9Mbaenuamuri 2,50
3,81 0,18 10Udiworowatu 12,50
19,05 0,88 11Witurombaua 6,25
9,52 0,44 12Kotadirumali 7,50
11,43 0,538
Tabel : 1.3 : Lanjutan / Continued Table
Kecamatan / Luas Persentase Persentase
District (Km2) Kecamatan Kabupaten
Area Persentage 1 2 3 4 030 NANGARORO 238,02 100,00 16,80 1
Podenura
8,12
3,41 0,57 2Tonggo
5,62
2,36 0,40 3Riti
3,12
1,31 0,22 4Wokodekororo
18,13
7,62 1,28 5Degalea
14,38
6,04 1,01 6Kotakeo
26,25
11,03 1,85 7Pagomogo
33,13
13,92 2,34 8Nangaroro
23,75
9,98 1,68 9Nataute
15,00
6,30 1,06 10Utetoto
41,26
17,33 2,91 11Bidoa
16,16
6,79 1,14 12Woedoa
12,60
5,29 0,89 13Ulupulu
20,50
8,61 1,45Nagekeo In Figures 2009
9 Tabel : 1.3 : Lanjutan / Continued Table
Kecamatan / Luas Persentase Persentase
District (Km2) Kecamatan Kabupaten
Area Persentage 1 2 3 4 040 BOAWAE 325,42 100,00 22,97 1
Rowa
25,00
7,68 1,76 2Solo
10,62
3,26 0,75 3Kelewae
18,76
5,76 1,32 4Leguderu
12,50
3,84 0,88 5Nagesepadhi
20,57
6,32 1,45 6Rigi
10,05
3,09 0,71 7Olakile
8,50
2,61 0,60 8Natanage
18,38
5,65 1,30 9Nageoga
16,86
5,18 1,19 10Wolopogo
5,00
1,54 0,35 11Rega
5,62
1,73 0,40 12Mulakoli
9,58
2,94 0,68 13Kelimado
6,25
1,92 0,44 14Wea Au
10,63
3,27 0,75 15Raja
31,68
9,74 2,24 16Wolowea
13,75
4,23 0,97 17Ratongamobo
10,62
3,26 0,75 18Gerodhere
8,35
2,57 0,59 19Dhereisa
23,95
7,36 1,69 20Nagerawe
58,75
18,05 4,1510 Tabel : 1.3 : Lanjutan / Continued Table
Kecamatan / Luas Persentase Persentase
District (Km2) Kecamatan Kabupaten
Area Persentage 1 2 3 4 050 AESESA 432,29 100,00 30,51 1
Tedamude
43,08
9,97 3,04 2Tedakisa
10,29
2,38 0,73 3Dhawe
32,83
7,59 2,32 4Ngolombay
9,44
2,18 0,67 5Towak
37,19
8,60 2,62 6Nggolonio
32,58
7,54 2,30 7Waekokak
9,60
2,22 0,68 8Mbay II
35,92
8,31 2,54 9Mbay I
12,62
2,92 0,89 10Tonggurambang
11,03
2,55 0,78 11Marapokot
10,02
2,32 0,71 12Danga
19,22
4,45 1,36 13Lape
26,23
6,07 1,85 14Labolewa
58,16
13,45 4,10 15Olaia
35,22
8,15 2,49 16Ngegedhawe
17,00
3,93 1,20 17Aeramo
27,86
6,44 1,97 18Nangadhero
4,00
0,93 0,28Nagekeo In Figures 2009
11 Tabel : 1.3 : Lanjutan / Continued Table
Kecamatan / Luas Persentase Persentase
District (Km2) Kecamatan Kabupaten
Area Persentage 1 2 3 4 060 AESESA SELATAN 71,00 100,00 5,01 1
Rendutenoe
9,96
14,03 0,70 2Langedhawe
9,13
12,86 0,64 3Tengatiba
25,07
35,31 1,77 4Renduwawo
12,08
17,01 0,85 5Rendu Butowe
14,76
20,79 1,0412 Tabel : 1.3 : Lanjutan / Continued Table
Kecamatan / Luas Persentase Persentase
District (Km2) Kecamatan Kabupaten
Area Persentage 1 2 3 4 070 WOLOWAE 182,09 100,00 12,85 1
Natatoto
30,01
16,48 2,12 2Anakoli
14,02
7,70 0,99 3Totomala
58,03
31,87 4,10 4Tendatoto
46,31
25,43 3,27 5Tendakinde
33,72
18,52 2,38Nagekeo In Figures 2009
13
Tabel : 1.4 Nama, Tinggi, Luas Daerah Bahaya dan Tahun Terakhir Letusan
Gunung Berapi Di Nusa Tenggara Timur.
Name, Height, Danger Area and The Last Year Eruption In Nusa Tenggara Timur.
Nama Gunung Berapi / Di Atas Per- Sementera (Km2) Tahun
Name Of Volcano mukaan Laut Daerah Daerah Letusan
(meter) Bahaya Waspada Terakhir
1 2 3 4 5 1. INELIKA 1.559 51,2 85,8 1905 2. EBULOBO 2.149 125,2 97,8 1924 3. IYA 637 27,5 127,5 1969 4. KELIMUTU 1.640 78,9 41,8 1938 5. ROKATENDA 875 28,3 50,8 1972 6. LEWOTOBI (laki-laki) 1.584 69,2 150,6 1971 7. LEWOTOBI (perempuan) 1.703 68,0 136,1 1971 8. LERA BOLENG 1.117 32,7 45,7 1881 9. ILE BOLENG 1.659 87,8 71,7 1973 10. ILE LEWOTOLO 1.319 85,0 100,2 1951 11. ILE WERUNG 1.018 112,6 132,2 1951
14
Tabel : 1.5 Topografi Kabupaten Nagekeo Menurut Ketinggian
Topography In Ngada By Height
2007 *)
Ketinggian / Luas Persentase
Altitude Area (%) (ha) 1 2 3 0 - 250 93.316 30.72 251 - 500 105.857 34.84 501 - 750 48.169 15.86 751 - 1000 32.665 10.75 > 1000 23.781 7.83 Jumlah / Total 303.788 100.00
Nagekeo In Figures 2009
15
Tabel : 1.6 Topografi Kabupaten Nagekeo Menurut Kecamatan dan Ketinggian
Topography In Nagekeo By District And Height
2007 (Ha) Kecamatan / K E T I N G G I A N Luas District 0 - 250 251 - 500 501 - 750 751 - 1000 > 1000 Kecamatan Area 1 2 3 4 5 6 7 1 Mauponggo 6.169 3.666 2.000 1.320 1.034 14.189 2 Keo Tengah*) … … … 3 Nangaroro 5.767 8.400 5.000 3.420 3.840 26.427 4 Boawae 9.152 9.120 6.700 4.380 3.190 32.542 5 Aesesa 39.313 20.655 5.889 2.090 0.591 68.538 6 Aesesa Selatan*) … … … 7 Wolowae*) … … … Jumlah/Total 60.401 41.841 19.589 11.210 8.655 141.696
16
Tabel : 1.7 Rata-rata Curah Hujan di Kabupaten Nagekeo Menurut Kecamatan/Station
Average Rainfale In Nagekeo By District / Station
2007
Kecamatan / Curah Hujan Hari Hujan
District (mm) (hari) 1 2 3 1 Mauponggo 165 10 2 Keo Tengah 325 6 3 Nangaroro 93 8 4 Boawae 156 9 5 Aesesa 103 7 6 Aesesa Selatan … … 7 Wolowae 93 9 Kabupaten Nagekeo 156 8
Nagekeo In Figures 2009
17
Tabel : 1.8 Rata-rata Curah Hujan di Kab. Nagekeo Menurut Bulan
Average Rainfale In Nagekeo By Month
2007
Curah Hujan Hari Hujan
Bulan (mm) (hari) 1 2 3 1. Januari 80 7 2. Pebruari 163 10 3. Maret 111 11 4. April 158 9 5. Mei 21 2 6. Juni 508 11 7. Juli 60 10 8. Agustus 146 6 9. September 20 3 10. Oktober 45 4 11. Nopember 119 6 12 Desember 136 13 Kabupaten Nagekeo 131 8
18
Tabel : 1.9 Curah Hujan Menurut Bulan dan Kecamatan / Lokasi Station
Rainfale In Nagekeo By Month and District
2007
Mauponggo Keo Tengah Nangaroro
Hari Curah Hari Curah Hari Curah
Bulan
Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
1 2 3 4 5 6 7 1. Januari 7 55 7 91 7 70 2. Pebruari - - 5 103 12 211 3. Maret 11 245 9 275 8 96 4. April 11 204 12 216 11 110 5. Mei - - 2 47 1 10 6. Juni 21 549 9 2,000 13 220 7. Juli - - - - 8. Agustus 9 98 6 396 7 80 9. September 2 11 2 22 4 30 10. Oktober 2 12 - - - - 11. Nopember 7 117 2 5 2 9 12 Desember 16 197 6 96 10 94 Rata-rata 10 165 6 325 8 93
Sumber/Source : Dinas Pertanian Ngada Catatan : Curah Hujan ( mm )
Nagekeo In Figures 2009
19 Tabel : 1.9 Lanjutan / Continued Table
Boawae Aesesa Aesesa Selatan
Bulan Hari Curah Hari Curah Hari Curah
Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan
1 8 9 10 11 12 13 1. Januari 10 200 4 59 … … 2. Pebruari 19 354 8 134 … … 3. Maret 3 157 14 170 … … 4. April 8 129 4 132 … … 5. Mei 2 20 - - … … 6. Juni 11 234 7 35 … … 7. Juli - - 10 60 … … 8. Agustus - - - - … … 9. September - - - - … … 10. Oktober - - 2 53 … … 11. Nopember 3 10 3 54 … … 12 Desember 13 142 16 234 … … Rata-rata 9 156 7 103 … …
Sumber/Source : Dinas Pertanian Ngada Catatan : Curah Hujan ( mm )
20 Tabel : 1.9 Lanjutan / Continued Table
Wolowae Kab Nagekeo
Bulan Hari Curah Hari Curah
Hujan Hujan Hujan Hujan
1 14 15 16 17 1. Januari 5 7 7 80 2. Pebruari 8 11 10 163 3. Maret 19 169 11 111 4. April 9 159 9 158 5. Mei 4 7 2 21 6. Juni 6 9 11 508 7. Juli - - 10 60 8. Agustus 2 8 6 146 9. September 2 16 3 20 10. Oktober 7 69 4 45 11. Nopember 19 520 6 119 12 Desember 18 53 13 136 Rata-rata 9 93 8 131
Sumber/Source : Dinas Pertanian Ngada Catatan : Curah Hujan ( mm )
BAB II
II. PEMERINTAHAN
Sesuai Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat daerah lainnya sebagai badan eksekutif daerah. Sedangkan Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara pemerintah Daerah Otonom oleh pemerintah Daerah dan DPRD menurut azas desentralisasi.
Dengan demikian penyebutan nomenklatur berubah sebagai berikut :
♦ Sebutan Kabupaten Daerah Tingkat II Nagekeo diubah menjadi Kabupaten Nagekeo.
♦ Sebutan Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Nagekeo diubah menjadi Pemerintah Kabupaten Nagekeo.
♦ Sebutan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Nagekeo diubah menjadi Bupati Nagekeo. ♦ Sebutan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten Daerah Tingkat II Nagekeo
diubah menjadi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Nagekeo
♦ Sebutan Sekretaris Wilayah/Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Nagekeo diubah menjadi Sekretaris Daerah Kabupaten Nagekeo.
Pembentukan Kabupaten Nagekeo sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007.
Kabupaten Nagekeo terdiri terdiri dari 7 kecamatan, yakni Kecamatan Mauponggo, Keo Tengah, Nangaroro, Boawae, Aesesa, Aesesa Selatan dan Kecamatan Wolowae. Kota Mbay adalah Ibukota Kabupaten Nagekeo yang terletak di Kecamatan Aesesa. Dari 7 Kecamatan terdapat 78 desa dan 15 kelurahan.
Nagekeo In Figures 2009
24
Tabel 2.1 Banyaknya Desa/Kelurahan, Dusun/Lingkungan, RT, dan
Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten
Number Of Villages
2007
Banyaknya / Numbers RT Kecamatan / District Ibukota Kecamatan Capital District Desa/Kel. VillagesLingk./
Dusun
Jarak Dari Kota Kec ke Kabupaten 1 2 3 4 5 6 1 Mauponggo Mauponggo 20 67 169 …2 Keo Tengah Maundai 12 53 127 …
3 Nangaroro Nangaroro 13 46 149 …
4 Boawae Boawae 20 71 259 …
5 Aesesa Danga 18 58 259 …
6 Aesesa Selatan Jawakisa 5 18 55 …
7 Wolowae Marilewa 5 16 44 …
25
Tabel 2.2 Banyaknya Desa/Kelurahan, Dusun/Lingkungan, RT, RW
dan Jarak dari Ibukota Desa ke Ibukota Kecamatan 2007
Banyaknya / Numbers
Jarak Dari
Desa / Kelurahan
Kota Desa/.
Villages
RT
Kel ke Kota
Ibukota
Desa/Kelurahan
Capital VillagesLingk./
Dusun
Kec.
1
2
3
4
5
040 Kec. Mauponggo 1 AewoeAewoe
4 8…
2 Bela Pomatoe 4 7…
3 Wolokisa Wolokoli 4 10…
4 Wuliwalo Lokamanu 4 8…
5 Maukeli Maukeli 4 5…
6 Lokalaba Mauwaru 4 8…
7 Wolotelu Maukeo 4 7…
8 Mauponggo Mauponggo 3 10…
9 Sawu Sawu 4 9…
10 Jawapogo Jawapogo 4 11…
11 Lajawajo Lajawajo 3 8…
12 Ululoga Pajoreja 3 5…
13 Lodaolo Dhawe 2 8…
14 Woloede Lokanio 4 7…
15 Woewolo Gelu 4 9…
16 Wololelu*) … 4 8…
17 Selalejo Pusu 4 14…
18 Ua Kolilewa 4 11…
19 Keliwatulewa Keliwatulewa 3 5…
20 Kotagana Lere 4 11…
Nagekeo In Figures 2009
26
Tabel 2.2 Lanjutan/
Continued TableBanyaknya / Numbers
Jarak Dari
Desa
/
Kelurahan
Kota
Desa
Villages
Dusun RT ke
Kota
Ibukota
Desa/Kelurahan
Capital VillagesKec.
1
2
3
4
5
041 Kec. Keo Tengah
1 Keli Nasawewe 4 9
…
2 Lewangera Lewa 4 11
…
3 Ngera Ngera 4 8
…
4 Wajo Mabhambawa 4 9
…
5 Kotawuji Barat Mbeku 4 6
…
6 Kotawuji Timur Mabhapisa 4 9
…
7 Mbaenuamuri Maunori 4 9
…
8 Udiworowatu Maundai 4 8…
9 Wituromba Ua Sape 4 10…
10 Kotadirumali Bengga 4 16…
11 Pautola Pau 4 16…
12 Ladolima Mabhaulu 9 16…
27
Tabel 2.2 Lanjutan/Continued Table
Banyaknya / Numbers
Jarak Dari
Desa / Kelurahan
Kota
Desa/
Villages
RT
Kel. ke Kota
Ibukota
Desa/Kelurahan
Capital VillagesLingk./
Dusun
Kec.
1
2
3
4
5
050 Kec. Nangaroro
1 Podenura Ndetu 4 16
15
2 Tonggo Puu Lutu 4 11
12
3 Riti Kulumboa 4 15
22
4 Wokodekororo Nida 4 169
5 Degalea Bokadhoku 4 912
6 Kotakeo Lokatadho 4 1440
7 Pagomogo Malabata 4 821
8 Nangaroro Nangaroro 4 180
9 Nataute Nangamboa 4 75
10 Utetoto Koekobho 4 825
11 Bidoa Aegela 4 1015
12 Woedoa … 2 9…
13 Ulupulu Tibakisa 4 175
Nagekeo In Figures 2009
28
Tabel 2.2 Lanjutan/Continued Table
Banyaknya / Numbers Jarak
Dari
Desa / Kelurahan
Kota Desa/
Villages