• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SURAT PENCATATAN CIPTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA SURAT PENCATATAN CIPTAAN"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

a.n. MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DIREKTUR JENDERAL KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dr. Freddy Harris, S.H., LL.M., ACCS. NIP. 196611181994031001 REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

SURAT PENCATATAN

CIPTAAN

Dalam rangka pelindungan ciptaan di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, dengan ini menerangkan:

Nomor dan tanggal permohonan : EC00202012280, 9 April 2020 Pencipta

Nama : Dr. Bambang Dwi Suseno, MM, CRGP

Alamat : Komp. MCI Blok F.10 No. 11 Rt.002 Rw. 17 Kelurahan Cimuncang Kecamatan Serang, Kota Serang - Banten, Serang, Banten, 42111

Kewarganegaraan : Indonesia

Pemegang Hak Cipta

Nama : Dr. Bambang Dwi Suseno, MM, CRGP

Alamat : Komp. MCI Blok F.10 No. 11 Rt.002 Rw. 17 Kelurahan Cimuncang Kecamatan Serang, Kota Serang – Banten, Serang, Banten, 42111

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Ciptaan : Buku

Judul Ciptaan : Studi Pemetaan Distribusi Logistik Barang Kebutuhan Pokok Di Provinsi Banten.

Tanggal dan tempat diumumkan untuk pertama kali di wilayah Indonesia atau di luar wilayah Indonesia

: 29 November 2018, di Serang

Jangka waktu pelindungan : Berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung selama 70 (tujuh puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia, terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Nomor pencatatan : 000184856

adalah benar berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Pemohon.

Surat Pencatatan Hak Cipta atau produk Hak terkait ini sesuai dengan Pasal 72 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

(2)
(3)
(4)

i

STUDI PEMETAAN DISTRIBUSI

LOGISTIK BARANG KEBUTUHAN

(5)
(6)

iii

STUDI PEMETAAN DISTRIBUSI

LOGISTIK BARANG KEBUTUHAN

POKOK DI PROVINSI BANTEN

Penulis:

Dr. Bambang Dwi Suseno, MM., CRGP.

PENERBIT:

CV. AA. RIZKY

(7)

iv

STUDI PEMETAAN DISTRIBUSI LOGISTIK

BARANG KEBUTUHAN POKOK DIPROVINSI

BANTEN

© Penerbit CV. AA RIZKY Penulis:

Dr. Bambang Dwi Suseno, MM., CRGP.

Desain Sampul dan Tata Letak:

Tim Kreatif CV. AA. RIZKY

Cetakan Pertama, November 2018

Penerbit: CV. AA. RIZKY

Jl. Raya Ciruas Petir, Puri Citra Blok B2 No. 34 Kecamatan Walantaka, Kota Serang - Banten, 42183

Hp. 0819-06050622, Website : www.aarizky.com

E-mail: aa.rizkypress@gmail.com

ISBN : 978-623-7726-17-3

xvi + 156 hlm, 23 cm x 15,5 cm

Copyright © 2018 CV. AA. RIZKY Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang memperbanyak Modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penulis dan penerbit.

(8)

v

Undang-undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Pasal 72

1. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling sedikit 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,

mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelangaran hak cipta terkait sebagai dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

(9)

vi

Dengan kerendahan dan keikhlasan dari relung hati terdalam, ijinkan hambamu mengucapkan syukur alkhamdulillah, karena hanya dengan ridho, kekuatan dan ilham yang senantiasa Engkau hadirkan pada semesta alam ini, maka buku referensi ini dapat diselesaikan setelah tertunda hampir dua tahun

Buku referensi ini merupakan pengembangan dan modifikasi dari riset tentang pola distribusi komoditas kebutuhan pokok masyarakat. Kajian ilmiah ini sangat penting dilakukan dalam menata distribusi barang kebutuhan pokok di Provinsi Banten sebagai bagian dari upaya ketahan pangan di Banten. Distribusi merupakan bagian dari jaringan fisik dari rantai pasok (supply chain) yang tidak bisa dipisahkan dari para pemasok (supplier) kemudian didistribusikan kepada agen atau pedagang besar

(wholesaler) atau langsung didistribusikan ke pedagang

eceran/swalayan (retailer). Semua jaringan fisik ini merupakan bagian dari rantai pasok yang harus ditata dan dikelola. Alat bantu dalam mengoptimalkan distribusi barang dengan pendekatan salah satu model transportasi yaitu VAM (Vogels Approximation Method) umum dilakukan dengan beberapa batasan dan asumsi yang digunakan.

(10)

vii

Kajian ini dapat memiliki implikasi teoritis khususnya pada teori distribusi dan supply chain manajemen, sebagai bagian dari Teori Pemasaran. Pun terkait juga dengan Teori Riset Operasi. Tentu buku ini akan memberikan pemahaman contoh setelah mahasiswa mempejari konsep-konsep dalam mata kuliah Manajemen Pemasaran dan Riset Operasi.

Selebihnya temuan dalam riset ini berimplikasi secara manajerial dalam mengambil keputusan terkait dengan distribusi komoditas kebutuhan pokok masyarakat agar lonjakan harga barang dapat ditekan karena persediaan dapat dijaga secara berkesinambungan, sehingga inflasi dapat juga dijaga agar tetap mengakomodir daya beli masyarakat. Rekomendasi ini penting bagi para pengambil keputusan di Provinsi Banten dalam mengatasi kelangkaan barang dan fluktuasi harga barang pokok di Banten sehingga diharapakan ketahan panagan di banten meningkat. Buku referensi penelitian ini juga telah memetakan pola distribusi komoditas kebutuhan pokok telah disimulasikan dengan dengan pengambilan data pada pasar-pasar utama di 8 (delapan) kabupaten/kota di Provinsi Banten, sehingga sistem rantai pasok bisa diamati secara lebih jelas agar lebih optimal.

Pada era VUCA (volatility, uncertainty, complexity dan

ambiguity) serta peringatan dari Profesor Gregory Mankiw

yang memberikan pertanyaan reflektif tentang arah pendidikan tinggi ekonomi secara spesifik orientasi

(11)

viii

pendidikan ekonomi yang selama ini berlangsung secara substantif mencetak engineering economist atau ekonom teknisi atau kombinasi keduanya.

Isu penting lainnya yang harus direspon positif adalah dikenalkannya kampus merdeka,yang menekankan pada kemerdakaan belajar dan kemerdekaan berfikir sesuai kebutuhan pengembangan para mahasiswa. Buku referensi ini telah memberikan perspektif dalam memecahkan masalah berbasis konsep yang kuat dan disimulasikan dengan data empirik. Harapannya setelah membiasakan diri untuk menyelesaikan masalah berbasis scientist (ilmu pengetahuan) yang memberikan konsep baru sebagai alat analisis dengan menyusun prinsip atau teori dalam membedah masalah. Oleh karena itu buku ini hadir untuk memenuhi harapan bahwa lulusan sekolah bisnis agar cakap sebagai teknisi maupun ilmuwan agar mampu memberikan solusi diera revolusi industry 4.0 yang beriringan dengan kondisi disrupsi pada hampir semua aspek kehidupan.

Sebagai sebuah karya manusia, tentulah terdapat banyak kelemahan dan kesalahan. Hanya dengan tegur sapa dan interaksi akademik, maka buku ini akan mendapatkan pemerkayaan secara konsep maupun praksis. Semoga buku ini memberikan manfaat bagi sesama.

Serang, November 2018 Penulis

(12)

ix

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Batasan Masalah Penelitian ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 12

BAB II Pengertian Distribusi Barang... 13

2.1 Kebutuhan Oksigenasi ... 13

2.2 Fungsi Saluran Distribusi ... 16

2.3 Sistem Distribusi Barang ... 19

2.3.1 Distribusi Bahan Pangan Dari Produksi Setempat ... 20

2.3.2 Distribusi Bahan Pangan Pasokan dari Luar... 24

2.3.3 Distribusi Bahan Pangan Pemberian/Hibah ... 25

2.4 Kebijakan Distribusi Pangan ... 26

2.5 Pengelompokan Bahan Pokok ... 26

2.6 Model Transportasi ... 29 2.6.1 Pengertian Model Transportasi 29

(13)

x

2.6.2 Asumsi Dasar dan Pemodelan . 28

2.6.3 Aplikasi Model Transportasi.... 30

2.6.4 Keseimbangan Model Transportasi ... 30

2.7 Teori Optimasi ... 32

2.8 Masalah dan Pemecahan Biaya Transportasi ... 32

2.9 Model Transportasi Tidak Seimbang ... 32

2.10 Penentuan Solusi Basis Awal ... 33

2.11 Optimasi Biaya Pendistribusian dengan Metode Stepping-Stone ... 33

BAB III METODOLOGI, PENDEKATAN DAN PROGRAM KERJA ... 35

3.1 Objek Penelitian ... 35

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4 Tahapan Pekerjaan ... 37

3.5 Teknik Analisis Data ... 37

3.6 Wilayah Pekerjaan ... 38

3.7 Lingkup dan Cakupan Pekerjaan ... 38

3.8 Sistematika Penulisan ... 40

3.9 Tenaga Ahli ... 41

3.10 Waktu Pelaksanaan ... 41

3.11 Alokasi Waktu Kegiatan ... 41

3.12 Tahapan Pelaksanaan Kegiatan ... 41

3.13 Pemahaman Pekerjaan ... 43

(14)

xi

3.15 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan... 46

BAB IV HASIL PEMBAHASAN ... 49

4.1

Profil Pasar di Wilayah Banten ... 49

4.1.1

Pasar di Kabupaten Pandeglang . 49

4.1.2

Pasar di Kabupaten Lebak ... 49

4.1.3

Pasar di Kabupaten Serang... 50

4.1.4

Pasar di Kota Serang ... 50

4.1.5

Pasar Kota Cilegon ... 51

4.1.6

Pasar Kota Tangerang Selatan ... 52

4.1.7

Pasar di Kabupaten Tangerang ... 52

4.1.8

Pasar Kota Tangerang ... 53

4.2

Analisis Hasil ... 54

4.2.1

Komoditas Beras ... 54

4.2.2

Komoditas Minyak Goreng ... 57

4.2.3

Komoditas Gula Kristal Putih (GKP) ... 60

4.2.4

Komoditas Tepung Terigu... 65

4.2.5

Komoditas Kedelai ... 69

4.2.6

Komoditas Daging Sapi ... 74

4.2.7

Komoditas Daging Ayam ... 78

4.2.8

Komoditas Telur Ayam... 81

4.2.9

Komoditas Cabe Merah Besar ... 87

4.2.10

Komoditas Bawang Merah ... 93

4.2.11

Komoditas Jagung ... 99

4.2.12

Komoditas Kacang Tanah ... 104

4.2.13

Komoditas Semen ... 108

(15)

xii

BAB V PENUTUP ... 115 5.1 Simpulan ... 115 5.2 Implikasi Teoritis ... 116 5.3 Implikasi Manajerial ... 116 DAFTAR PUSTAKA ... 125 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 126 TENTANG PENULIS ... 153

(16)

xiii

Tabel 2.1 Perbandingan Beberapa Fitur Sistem Pangan Tradisional dan Modern ... 22 Tabel 2.2 Standar Pelayanan Minimal Bidang

Ketahanan Pangan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota ... 24 Tabel 3.1 Jadwal Pemetaan Distribusi Barang ... 47 Tabel 4.1 Matrik Stepping Stone Komoditas Beras ... 54 Tabel 4.2 Matrik Stepping Stone Komoditas Minyak

Goreng ... 57 Tabel 4.3 Matrik Stepping Stone Komoditas Gula

Kristal Putih (GKP) ... 62 Tabel 4.4 Perkembangan Harga Terigu Dalam Negeri,

Tahun 2000 – 2014(Rp/kg) ... 54 Tabel 4.5 Matrik Stepping Stone Komoditas Tepung

Terigu ... 67 Tabel 4.6 Matrik Stepping Stone Komoditas Kedelai ... 71 Tabel 4.7 Matrik Stepping Stone Komoditas Daging

Sapi ... 75 Tabel 4.8 Matrik Stepping Stone Komoditas Daging

Ayam ... 79

DAFTAR TABEL

(17)

xiv

Tabel 4.9 Matrik Stepping Stone Komoditas Telur Ayam ... 83 Tabel 4.10 Matrik Stepping Stone Komoditas Cabe

Merah Besar ... 89 Tabel 4.11 Matrik Stepping Stone Komoditas Bawang

Merah... 96 Tabel 4.12 Matrik Stepping Stone Komoditas Jagung ... 101 Tabel 4.13 Matrik Stepping Stone Komoditas Kacang

Tanah ... 106 Tabel 4.14 Matrik Stepping Stone Komoditas Semen ... 109 Tabel 4.15 Matrik Stepping Stone Komoditas Batu Bata . 112

(18)

xv

Gambar 2.1 A Generic Supply Chain ... 14

DAFTAR GAMBAR

(19)
(20)

1

Sitasi: Suseno, Bambang Dwi. 2018. Studi Pemetaan Distribusi Logistik Barang Kebutuhan

Pokok Di Provinsi Banten, Penerbit AA Rizky, Serang, ISBN 978-623-7726-17-3.

Catatan: tersedia edisi lengkap hard copy pesan via WA 085945616127.

Didalam dokumen RPJMD 2017-2022, hal yang terkait dengan urusan pangan amat penting dicermati sebagai pilar dalam studi kelayakan ini. Secara tersurat perhatian terhadap ketersediaan pangan yang menyatakan bahwa:

“Arah kebijakan peningkatan ketersediaan pangan diukur melalui angka indeks ketahanan pangan daerah (IKPD) melalui dukungan infrastruktur dengan kualitas baik agar persediaan pangan daerah terjaga sekaligus meningkatkan optimasi sumber daya dan distribusi dengan tuan menjada kestabilan harga” (Bappeda Banten, 2017)

Pemerintah secara baik pusat maupun daerah tentu berkepentingan untuk meminimalkan dampak negatif berbagai fenomena berfluktuasinya harga pangan. Sebab jika fluktuasi harga tidak terkendali maka akan menggerus kemampuan daya beli (purchasing power) masyarakat terhadap pangan yang menjadi sumber kehidupan. Jika hal ini terjadi maka akan menurunkan kualitas hidup dan terjerembab pada kemiskinan.

Risiko kenaikan harga pangan semakin melebar. Bagi pemerintah Provinsi Banten, kondisi ini merupakan tantangan. Setidaknya, pemerintah harus mampu menjaga kecukupan komoditas pokok agar harga tetap stabil dan terjangkau oleh masyarakat. Pasalnya, implikasi dari terjadinya gejolak harga bukan hanya ada di tingkat mikro, tapi juga terhadap perekonomian Banten secara makro. Hal inilah yang menjadi tugas pemerintah Provinsi Banten untuk menjaga stabilitas harga di masyarakat sepanjang waktu. Harga stabil adalah situasi di mana harga tidak berubah banyak dari waktu ke waktu, atau mengalami kenaikan dan penurunan secara konstan yang masih dalam jangkauan daya beli masyarakat/konsumen.

Ketersediaan bahan pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sering terkendala yang disebabkan oleh:

 Kualitas input produksi pertanian yang rendah yang disebabkan oleh akases dan kualitas infrastruktur jalan sebagai prasarana distribusi yang rendah, menjadi penyebab tingginya biaya transportasi;

(21)

2

Tingkat kerawanan bahan pokok belum dapat dideteksi secara dini melalui early warning

system berbasis teknologi informasi dengan pangkalan data yang handal;

 Tata niaga bahan pangan pokok tidak terkendali dan cenderung mengikuti mekanisme pasar yang bekerja berdasarkan elastisitas permintaan dan penawaran (Pulungan, 2017).

Fakta tersebut diatas jelas menyulitkan dalam penataan ketahanan pangan.

Realita lain juga mendukungan argumen diatas bahwa berdasarkan laporan BPS (2018) wilayah pedesaan kini bukan lagi sebagai prodosen melainkan berubah menjadi konsumen bahan pokok pangan. Terlebih lagi pada masa paceklik dimana fluktuasi harga pangan pokok dan komoditas lain daging ayan, telur, jagung, kedelai, dan gula pasir akan bergeraak naik. Konsumsi pangan pokok menjadi tantangan bagi pemerintah mengingat pertumbuhan penduduk dan meningkatnya konsumsi. Penyebab lain adalah beralihnya lahan produktif penghasil bahan pangan pokok yang semakin menurunnya produktivitas, disertai dengan melajunya biaya produksi pada sector pertanian bahan pangan pokok.

Secara konseptual jika ditelusuri istilah distribusi merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris distribute. Menurut Webster Dictionary distribute to divide among several atau memecah/membagikan kepada beberapa pihak. untuk membagikan, menyalurkan, menyebarkan, mendistri-busikan, dan mengageni. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, distribusi yang dimaksud adalah kepada beberapa orang atau beberapa tempat yang disalurkan (dibagikan, dan dikirimkan). Jadi berdasarkan rujukan di atas, distribusi dapat dimengerti sebagai proses penyaluran barang atau jasa kepada pihak lain. Dalam kegiatan distribusi diperlukan adanya sarana dan tujuan sehingga kegiatan distribusi dapat berjalan dan terlaksana dengan baik.

Kegiatan distribusi merupakan salah satu fungsi pemasaran yang sangat penting dilakukan dalam pemasaran yaitu untuk mengembangkan dan memperluas arus barang atau jasa mulai dari produsen sampai ketangan konsumen sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah ditentukan. Pemilihan proses distribusi merupakan suatu masalah yang sangat penting sebab kesalahan pemilihan proses distribusi dapat memperlambat proses penyaluran barang atau jasa sampai ketangan konsumen atau pemakai merupakan suatu masalah dalam Pemilihan proses distribusi (Suseno, et.al., 2020). Untuk mengetahui lebih jelas mengenai pengertian distribusi, berikut ini dikemukakan pendapat dari beberapa ahli antara lain :

Menurut Gugup Kismono (2001:364), Distribusi adalah perpindahan barang dan jasa dari produsen kepemakai industri dan konsumen. Menurut Sofyan Assauri (2004:83) distribusi merupakan suatu lembaga yang memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari

(22)

3 produsen ke konsumen. Definisi distribusi menurut Glenn Walters dalam Angipora (2002:295) adalah mengkom-binasikan antara pemindahan fisik dan nama dari satu produk untuk menciptakan penggunaan pasar tertentu atas sekelompok pedagang dan agen perusahaan. Bila digambarkan skemanya sebagai berikut;

Gambar 1

A Generic Supply Chain (Wisner, Tan, dan Leong, 2012)

Fungsi saluran distribusi kegiatan saluran distribusi harus dapat dipertim-bangkan dan dilakukan secara efisien dan efektif karena suatu struktur yang menggambarkan situasi pemasaran yang berbeda oleh berbagai macam lembaga usaha (seperti produsen, pedagang besar dan pengecer) yang merupakan saluran distribusi. Saladin (2000:121), mengatakan bahwa saluran distribusi merupakan elemen penting dalam pemasaran yang merupakan salah satu proses pada perusahaan dalam penyetokan barang serta penawaran produk ke pasar.

Swastha (2003:61), menjelaskan bahwa fungsi saluran distribusi meliputi sembilan hal sebagai berikut :

1. Menjembatani antara produsen dan konsumen.

2. Saluran distribusi memberikan fungsi-fungsi tambahan atas fungsi pemasaran, misalnya penjualan kredit.

3. Berperan serta dalam penetapan harga. 4. Saluran distribusi aktif dalam promosi.

5. Pembelian barang dan jasa yang dibutuhkan yang dibutuhkan oleh konsumen. 6. Dapat menurunkan dana dan biaya.

7. Sebagai komunikator antara produsen dan konsumen

(23)

4 Bahan pangan pokok memegang peranan penting dalam aspek ekonomi, sosial, bahkan politik; namun sampai saat ini pemerintah masih belum memiliki daftar komoditi bahan pangan pokok (Bapok) yang konsisten. Sebagai contoh, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perdagangan dan Perindustrian No. 115/MPP/KEP/2/1998 tentang Jenis Barang Kebutuhan Pokok Masyarakat (Depperindag, 1998), yang dimasukkan sebagai barang kebutuhan pokok adalah beras, gula pasir, minyak goreng, mentega, daging sapi, daging ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan garam beryodium. Sedangkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. Kep-28/M.EKON/05/2010 tentang Tim Koordinasi Stabilisasi Pangan Pokok (Menko Perekonomian, 2010) yang termasuk Bapok adalah beras, gula, minyak goreng, terigu, kedelai, daging sapi, daging ayam, dan telur ayam.

Pengaturan dari sumber-sumber yang menyediakan produk (misalnya pabrik) ke tempat-tempat tujuan (misalnya gudang) secara optimal dengan menggunakan suatu metode distribusi produk (barang-barang) merupkan definisi dari Model Transportasi. Menurut Tamin (2000) dengan sedemikian rupa penentuan total biaya transportasi minimum atas sejumlah yang harus dikirim dari setiap sumber ke setiap tujuan meruapakan model transportasi ini.

Model transportasi adalah model pemin-dahan penumpang atau barang dari satu tempa ke tempat lain. Menurut Taha (1997) untuk mengirim sesuatu dari sejumlah sumber ke sejumlah tujuan dengan model penentuan rencana biaya terendah.

Data ini mencakup :

a. Di setiap tujuan dari setiap sumber dan jumlah permintaan oleh tingkat penawaran. b. Setiap sumber ke setiap tujuan oleh biaya transportasi per unit barang. (Taha, 1997)

Aplikasi model transportasi merupak sebuah sumber atau tujuan diwakili dengan sebuah node. Busur yang menghu-bungkan sebuah sumber dan sebuah tujuan mewakili rute pengiriman barang tersebut. Kelompok batasan pertama menetapkan bahwa sejumlah pengiriman dari sebuah sumber tidak melebihi tawarannya. Begitu pula dengan pemenuhan permintaan atas jumlah pengiriman ke sebuah tujuan merupakan kewajiban kelompok batasan kedua.

Dengan kata lain dikatakan seimbang apabila total supply (sumber) sama dengan total demand (tujuan) merupakan suatu model transportasi. J

umlah supply yang tesedia

mungkin lebih besar atau lebih kecil dari jumlah yang diminta, batasan ini tidak selalu

terpenuhi yang merupakan dari persoalan transportasi yang sebenarnya.. Jika hal ini

(24)

5

terjadi, maka model persoalannya tersebut sebagai model yang tidak seimbang

(unbalanced). Jika jumlah demand melebihi jumlah supply, maka dibuat suatu sumber

dummy yang akan mensupply. Sebaiknya, dibuatlah suatu tujuan dummy untuk

menyerap kelebihan tersebut seandainya jumlah supply melebihi jumlah demand

(Suseno, 2019).

Menurut Bronson (1996) Penentuan solusi yang terbaik dari sejumlah alternatif dengan berbagai kendala yang ada pada suatu model merupakan definisi dari optimasi. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila dalam pemecahan suatu permasalahan terdapat berbagai macam alternatif penyelesaian, atau dengan kata lain terdapat kebebasan pilihan (freedom of choice) dalam penyelesaian suatu masalah. Jadi dapat disimpulkan bahwa optimasi adalah suatu proses untuk memilih atau mendapatkan alternatif terbaik dari berbagai macam alternatif penyelesaian masalah dengan memperhatikan berbagai kendala yang ada (Suseno, et.al., 2019)

Saat semua inputan yang dibutuhkan telah dipenuhi dari tiap-tiap sumber, tiap-tiap transit, dan tiap-tiap tujuan baik dalam hal kapasitas, biaya yang diperlukan, serta waktu yang dibutuhkan untuk menempuh dari satu tempat ke tempat lainnya, maka ditentukan penentuan solusi basis awal, yaitu penentuan solusi sementara yang merupakan alokasi dari sumber ke tujuan.

Pada metode Stepping-Stone dapat diambil langkah-langkah sebagai berikut:

1. Untuk tiap sel yang kosong dalam tabel harus ditentukan lintasan stepping-stone dan perubahan biayanya.

2. Sel kosong yang menghasilkan penurunan biaya terbesar harus dialokasikan sebanyak mungkin.

Metode yang akan diterapkan dalam pekerjaan ini adalah metode survey yang dilaksanakan ke setiap wilayah pasar-pasar di kabupaten dan kota di kawasan geografis Provinsi Banten yang mempunyai potensi distribusi barang yang luas dan berpengaruh terhadap ketersediaan barang di wilayah Banten. Survey dilakukan untuk menginventarisasi potensi permasalahan yang ada di setiap wilayah di Provinsi Banten.

Sasaran dari kegiatan ini adalah daerah atau kawasan pasar bahan pangan yang ada di Provinsi Banten. Meliputi Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Serang, Kabupaten Tangerang, Kota Serang, Kota Cilegon, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

(25)

6 Ruang Lingkup Pekerjaan Kegiatan Pemetaan Distribusi Barang pada Sektor Perdagangan. Tolok ukur kegiatan adalah tersusunnya Kajian Distribusi Bahan Pokok di Provinsi Banten untuk dikembangkan menjadi alternatif informasi dan pengambilan kebijakan dalam mengendalikan inflasi, dan menjamin ketersediaan barang kebutuhan pokok sepanjang waktu dan merata hingga pelosok Provinsi Banten (Suseno dan Dwiatmadja, 2016).

Melalui kerangka teori Optimasi Biaya Pendis-tribusian dengan Metode Stepping-Stone, hasil studi telah menjelaskan berbagai pola distribusi komoditas pada pasar di Provinsi Banten yang mejadi representasi pada kajian ini, dengan karakteristik sebagai berikut:

1. Pada komoditas beras ditemukan pemasok utama berasal dari Kerawang Jawa Barat. 2. Pasokan utama minyak goring berasal dari wilayah distribusi nasional yaitu Jakarta. 3. Gula Kristal putih dipasok secara langsung dan dalam jumlah besar dari DKI Jakarta.

4. Kedelai sebagai bahan baku makanan yang diproduksi secara masal yaitu tahu dan tempe, dipasok dari Jakarta, sebagai daerah tujuan import.

5. Komoditas lain pada umumnya juga dipasok dari Jakarta.

Hasil kajian ini akan berimpikasi secara teoritis terutama pada teori bidang operation research, terutama Metode Stepping-Stone,Vogel Axproxiamate Model (VAM). Disamping itu konsep mata rantai dan struktur distribusi akan berkontribusi pada konsep bauran pemasaran.

Implikasi Manajerial

1. Pertimbangan penting dalam membuat kebijakan peta distribusi beras dengan indikator biaya dan kebutuhan pasar, perhatian jalur yang efisien dimana harga dan biaya angkut beras menjadi faktor penentu. Jalur-jalur tersebut menurut Suseno (2018) meliputi:

a. Dari Karawang dipasok ke Pasar Cikupa, Pasar Balaraja, Pasar Serang , dan Pasar Cilegon.

b. Sementara untuk kebutuhan beras jenis beras premium berasal dari Subang. Peta jalur distribusi beras dari Subang dipasok ke Pasar Ciputat (Tangsel), Pasar Modern BSD (Tangsel), dan Pasar Cikupa (Kab. Tangerang). Beras yang berasal dari Pasar Induk Cipinang, sebaiknya dijaga pasokannya ke pasar di Kabupaten Lebak dan pasar di Kabupaten Pandeglang. beras hasil lokal di Provinsi Banten sebaiknya dipasok ke pasar di kabupaten lebak dan dan Pasar Balaraja (Kab. Tangerang).

c. Beras hasil lokal di Provinsi Banten sebaiknya dipasok ke pasar di kabupaten lebak dan dan Pasar Balaraja (Kab. Tangerang).

2. Peta jalur distribusi komoditas minyak goreng yang paling efisien adalah melalui pasokan yang berasal dari Jakarta masuk ke Pasar Ciputat, Pasar Balaraja, pasar di Kabupaten

(26)

7 Pandeglang, pasar di Kabupaten Lebak, Pasar Serang , dan Pasar Cilegon. Bila melalui jalur ditribusi ini, akan menghemat biaya pengiriman dan lebih efisien dalam pemenuhan stok dibeberapa pasar.

3. Kebutuhan gula yang terus menerus meningkat terutama menjelang hari raya memerlukan kebijakan yang tepat dengan memperhatikan jalur distribusi gula kristal putih yang sangat efisien adalah pasokan dari Jakarta yang memiliki kapasitas produksi memadai dapat memasok ke beberapa pasar, diantaranya ke Pasar Ciputat, Pasar Modern BSD, Pasar Balaraja, Pasar Cikupa, dan Pasar Cilegon. Namun terdapat fenomena yang menarik yaitu tetangga Provinsi Banten di ujung selatan Pulau sumatera yaitu Lampung yang menjadi pemasok gula pasir ke sebagian wilayah Indonesia melalui Jakarta sebagai menjadi tujuan perdagangan utama gula kristal putih yang berate pasokan dari Lampung hanya melewati Banten menuju Jakarta. Jika peran Jakarta bisa direlokasi ke Banten, maka Banten akan memperoleh nilai tambah sebagai hub distribusi gula Kristal putih dari Lampung.

4. Keberhasilan dalam melakukan identifikasi pola pendistribusian ini sangatlah baik dari sisi kebijakan stabilitas harga tepung terigu. Dengan menggunakan jalur temuan studi maka akan berdampak kepada penghematan dan efisiensi terhadap pemotongan jalur distribusi yang tidak perlu. Pengamanan pendistribusian tepung terigu terdiri dari dua perlu memperhatikan daerah utama pemasok yaitu:

a. Jakarta ke Pasar Cikupa, Pasar Balaraja, Pasar Cilegon, dan Pasar Serang , jalur ini merupakan jalur paling efisien, karena akan menekan biaya pengangkutan yang secara otomatis akan berdampak kepada harga jual kepada konsumen.

b. Pasokan dari bandung, dipasok ke Pasar Ciputat, Pasar Modern BSD, pasar di Kabupaten Pandeglang, pasar di Kabupaten Lebak, dan Pasar Cilegon.

5. Diperlukan identifikasi antara kedelai impor dan local (dari provinsi lain) dimana:

a. Hasil produksi dari provinsi lain yang masuk ke Provinsi Banten maupun dari Banten harus didistribusikan ke daerah-daerah pasar yang menjadi sentra pembuatan tempe, tahu, dan jenis konsumsi lainnya yang berbahan baku kedelai. Hasil produksi yang berasal dari lokal dapat dipasok ke Pasar Modern BSD, Pasar Balaraja, pasar di Kabupaten Lebak, Pasar Cilegon, dan Pasar Serang.

b. Jalur pasokan dari luar negeri (impor) direkomdasikan dipasok ke pasar di Kabupaten Pandeglang, Pasar Cikupa, dan pasar yang menjadi sentra perdagangan di Kota Tangerang Selatan, yakni Pasar Ciputat (pasar yang beroperasi non-stop).

(27)

8 6. Pada komoditas daging sapi pasokan yang berasal dari Karawaci dipasok ke Pasar Ciputat, Pasar Balaraja, Pasar Modern BSD, Pasar Cikupa, dan Pasar Serang. Jika jalur ini diimplementasikan dilapangan, maka akan diapastikan akan menghemat biaya (cost), waktu (time) yang diperlukan dalam setiap pasokan daging sapi. pasokan ini berasal dari beberapa rumah potong hewan (RPH) yang tersebar di beberapa Wilayah Banten. Jalur distribusi yang paling efisien yang dibentuk oleh pasokan dari lokal adalah dipasok ke Pasar Modern BSD, pasar di Kabupaten Pandeglang, pasar di Kabupaten Lebak, dan Pasar Cilegon. Dengan menggunakan jalur distribusi ini, maka akan menekan tingkat fluktuatif harga daging sapi di Banten, dan diprediksi akan menekan tingkat infasi daerah.

7. Pendistribusian daging ayam dari pemasok hingga konsumen akhir di pasar yang paling efisien, dapat melalui jalur distribusi yang pasokan dari Serang ke Pasar Serang , Pasar Cilegon, pasar di Kabupaten Pandeglang, dan pasar di Kabupaten Lebak. Dengan indikatornya adalah biaya yang dikeluarkan tiap unit kesatuan barang dan kebutuhan setiap pasar per bulannya. Sedangkan pasokan yang berasal dari Tangerang (Kab. Tangerang) dipasok ke Pasar Cikupa, Pasar Ciputat, Pasar Balaraja, dan Pasar Modern BSD . 8. Pemprov Banten perlu secara inten memantau jalur distrusi telur ayam yang paling efisien

dalam proses pendistribusian telur ayam disejumlah pasar di Banten adalah pasokan yang berasal dari Jakarta dipasok ke Pasar Serang , Pasar Cilegon, pasar di Kabupaten Pandeglang. Pasokan yang berasal dari Tangerang seharusnya dipasok ke Pasar Modern BSD, Pasar Cikupa, Pasar Balaraja, pasar di Kabupaten Lebak, dan Pasar Serang . Pasokan telur ayam yang berasal dari Bandung sebaiknya dipasok ke Pasar Cikupa, dan Pasar Ciputat. Hal ini mengacu kepada indikator biaya dan jarak tempuh sesuai dengan kebutuhan setiap bulannya.

9. Mengingat cabe merupakan kontributor inflasi di Provinsi Banten maka perlu pengamanan beberapa jalur yang terbukti paling efisien dari berbagai pasokan yang bersumber dari Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) dan Pasar Induk Tanah Tinggi (PITT), kedua pasar ini merupakan pemasok utama dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat di Banten. Jalur distribusi cabe merah besar yang paling efisien adalah pasokan yang berasal dari Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) dipasok ke Pasar Cikupa, Pasar Modern BSD, Pasar Balaraja, dan Pasar Cilegon. Pasokan yang berasal dari Pasar Induk Tanah Tinggi (PITT) dipasok ke Pasar Ciputat, Pasar Serang, pasar di Kabupaten Lebak, pasar di Kabupaten Pandeglang, dan Pasar Cikupa. Sedangkan pasokan dari Brebes yang dipasok ke Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ), Pasar Induk Tanah Tinggi (PITT), dan Pasar Cibitung yang seluruh pasar saling melengkapi

(28)

9 dalam penyediaan stok bawang merah, dan setelahnya disalurkan ke berbagai daerah di Banten dan DKI Jakarta.

10. Pemerintah Provinsi Banten perlu memperhatikan jalur distribusi bawang merah yang efisien berdasarkan indikator biaya dan kuantitas secara konsisiten dalam pendistribusian bawang merah. Pasokan yang berasal dari Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) disalurkan ke Pasar Ciputat, dan Pasar Cilegon. Pasokan dari Pasar Induk Tanah Tinggi (PITT) dipasok ke pasar di Kabupaten Pandeglang, Pasar Cilegon, dan Pasar Serang . Pasokan yang berasal dari Pasar Cibitung akan dipasok ke Pasar Modern BSD, Pasar Cikupa, Pasar Balaraja, pasar di Kabupaten Lebak, dan Pasar Serang.

11. Peta jalur distribusi jagung yang teridentifikasi yang efisien adalah pasokan yang berasal dari Pasar Induk Kramat Jati dipasok ke Pasar Balaraja, Pasar Cilegon, Pasar Serang, pasar di Kabupaten Pandeglang, Pasar Cikupa. Jalur lainnya yang teridentifikasi adalah jalur distribusi yang berasal dari Pasar Induk Tanah Tinggi adalah direkomen-dasikan dipasok ke Pasar Cikupa, dan Pasar Modern BSD. Jalur distribusi berikutnya berasal dari Bogor dipasok ke berbagai pasar, diantaranya Pasar Ciputat, pasar di Kabupaten Lebak, dan pasar di Kabupaten Pandeglang. Jalur-jalur tersebut merupakan hasil perhitungan dengan indikator biaya dan jumlah kebutuhan setiap pasarnya. Dengan di implementasikannya jalur distribusi tersebut, diprediksi akan mengurangi tingkat inflasi dan disparitas harga disetiap pasar yang berada di Banten.

12. Jika jumlah pasokan dan harga kacang tanah di Provinsi Banten ingin stabil maka yang perlu diperhatikan adalag peta jalur distribusi yang paling efisien melalui sejumlah pasar induk yang telah terpola memenuhi beberapa kebutuhan kacang tanah di daerah Banten. Pasokan dari Pasar Induk Kramat jati dipasok ke Pasar Serang , Pasar Cilegon, pasar di Kabupaten Lebak, pasar di Kabupaten Lebak, pasar di Kabupaten Pandeglang, Pasar Balaraja. Pasokan yang berasal dari Pasar Induk Tanah Tinggi dipasok ke beberapa pasar, diantaranya Pasar Ciputat, Pasar Cikupa, Pasar Modern BSD. Beberapa pasar ini memang berdekatan.

13. Semen sebagai barang penting, nampaknya perlu perhatian. Distribusi semen yang paling efisien dalam penyalurannya adalah pasokan dari Jakarta ke pasar-pasar yang ada di wilayah Banten, yakni Pasar Ciputat, Pasar Cilegon, Pasar Serang , pasar di Kabupaten Lebak, dan pasar di Kabupaten Pandeglang. Hal ini berlandaskan kepada perhitungan biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh satu unit semen. Sementara pasokan dari Tangerang, yang menjadi penyangga Ibu Kota didistribusikan ke Pasar Cikupa, Pasar Balaraja, Pasar

(29)

10 Modern BSD, dan Pasar Ciputat. Apabila jalur ini digunakan, maka diprediksi bahwa ketersediaan dan harga akhir di konsumen akan lebih murah dan akan sesuai dengan daya beli masyarakat.

14. Batu bata menjadi bahan utama dalam pembuatan bangunan, baik bangunan untuk usaha properti, maupun untuk keperluan pembangunan pabrik dan kantor-kantor pemerintahan di Banten. Jalur distribusi batu bata paling efisien adalah :

a. Pasokan dari Pandeglang dipasok ke Pasar Lebak, Pasar Pandeglang, Pasar Balaraja, Pasar Cikupa, dan Pasar Modern BSD. Pasokan dari Lebak sebaiknya dipasok ke Pasar Lebak, Pasar Pandeglang, Pasar Serang, Pasar Balaraja, dan Pasar Ciputat. Pasokan dari Cilegon dipasok ke Pasar Cilegon, Pasar Serang, Pasar Balaraja, Pasar Cikupa, dan Pasar Ciputat.

b. Jalur distribusi batu bata paling tidak efisien adalah : Pasokan dari Pandeglang dipasok ke Pasar Ciputat, Pasar Cilegon, Pasar Serang, dan Pasar Modern BSD. Pasokan dari Lebak dipasok ke Pasar Cilegon, Pasar Modern BSD, Pasar Cikupa. Pasokan dari Cilegon dipasok ke Pasar Modern BSD, Pasar Lebak, dan Pasar Pandeglang.

c. Beberpa jalur distribusi tersebut, diprediksi akan menyumbang inflasi daerah Banten apabila dilakukan, tentunya akan merugikan seluruh pihak yang berkepentingan.

Referensi

Ariani, M. 2007. Penguatan ketahanan pangan daerah untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementrian Pertanian.

Badan Pusat Statistik. (2008). Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2008. Badan Pusat Statistik : Jakarta

Bronson, R., 1996. “ Teori dan Soal-Soal Operation Research”, Jakarta, Erlangga. Permodelan

Transportasi”, Erlangga, Jakarta

Badan Pusat Statistik. 2012. Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi Indonesia. Mei 2012.

Kementerian Perdagangan. 2012. Kebijakan dan Strategi dalam Kebijakan Sistem Logistik Nasional. Disampaikan pada International Logistics Seminar and Workshop 2012, Jakarta 8-9 Mei 2012.

(30)

11 Mardianto, S., Simatupang, P., Hadi, P.U., Malian, H., dan Ali Susmiadi. (2005). Peta Jalan (Road Map)dan Kebijakan Pengembangan Industri Gula Nasional. Forum Penelitian

Agro Ekonomi Volume 23 No. 1. 19-37

Puska Dagri. (2008). Laporan Akhir Kajian Kebijakan Stabilisasi Harga Bahan Pokok. Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan, Kemen-terian Perdagangan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri. (2006). Kajian Kebijakan Gula.

Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri, Departemen

Perdagangan

Riyanto, B. (1996). Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Edisi ke- 3). Yogyakarta : BPFE.

https://banten.bps.go.id/quickMap.html

Pulungan, Ashwin. 2017. Permasalahan Inti Pertanian Tanaman Pangan di Indonesia, https://www.

kompasiana.com/www.didikbangsaku.blogspot.com/59955c994d6be904cb3f9a62/permasalahan-inti-pertanian-tanaman-pangan-di-indonesia?page=all

Rani Resriana, astrari wirastuti. 2009. Kebijakan stabilisasi harga beras. Buletin ilmiah perdagangan. Volume 3 no 1.

Suseno, Bambang Dwi. 2018. Studi Pemetaan Distribusi Logistik Barang Kebutuhan Pokok Di Provinsi Banten, Penerbit AA Rizky, Serang, ISBN 978-623-7726-17-3. (tersedia edisi lengkaphard copy pesan via WA 085945616127)

Setiawan, Astari Febriani.2015. Fluktuasi Harga Komoditas Pangan Dan Dampaknya Terhadap Inflasi

Di Provinsi Banten, Departemen Ekonomi Sumberdaya Dan Lingkungan Fakultas

Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Suseno, Bambang Dwi and Atmadja, Christiantius.(2016), Technology transfer motive of managers in Eastern Asia: empirical results from manufacture industry in Banten province, Indonesia, Problems and Perspectives in Management, Volume 14, Issue 2, pp 36-45.

Subagyo, P., 2000. “ Dasar-Dasar Operation Research”, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Suseno, Bambang Dwi; Yuniawan, Ahyar; Dwiatmadja, Christantius. (2019), The Model of Capability Soft Governance in Family Business: Empirical Study in Bus Transportation Industry in Jakarta, Indonesia, Journal of Economic Cooperation and Development, 40, 2, pp. 25-58.

(31)

12 Suseno, Bambang Dwi. (2019), The Strength of Justified Knowledge Sharing on Good Manufacturing Practices: Empirical Evidence on Food Beverage Joint Venture Company of Japan – Indonesia, Quality Access to Success, Vol. 20, No. 170/ June,pp. 130-135.

Suseno, Bambang Dwi; Yusuf, Furtasan Ali, Suharno.(2020), The Citizenship Engagement Quality in ASEAN and the Sustainability of ASEAN Economic Community Performance, International Journal of Psychosocial Rehabilitation, Vol. 24, Issue 02, pp. 2808-2820.

(32)

13

Tentang Penulis:

Dr. Bambang Dwi Suseno, CRGP., adalah Dosen tetap Universitas Bina

Bangsa, dengan posisi Kepala Program Studi Pascasarnaja (S2-MM) dengan Jabatan Fungsional Associate Professor. Pendidikan terakhir Doktor Ilmu Ekonomi kekhususan Manajemen PDIE FEB Universitas Diponegoro, dengan Sertifikat Profesi Certified Risk Governance Professional, Jl. Raya Serang - Jakarta Km 03 No. 1 B Pakupatan Kota Serang 42124. Mata Kuliah yang pernah di ampu adalah : (1) Manajemen Stratejik, (2) Strategic Human

Resource Management, (3) Studi Kelayakan Bisnis, (4) Ekonomi Manajerial, (5) Bisnis

Internasional & Aplikasi Ekspor dan Impor, (6) Kapita Selekta SDM, (7) Perbankan dan Industri Keuangan Non Bank, (8) HRM Empirical Research, (9) Metodologi Riset, (10) Performance

Management.

Karya Ilmiah yang pernah dihasilkan pada jurnal terindeks Scoupus:

1. The Model of Capability Soft Governance in Family Business: Empirical Study in Bus Transportation Industry in Jakarta, Indonesia, dipublikasikan pada Journal Of Economic

Cooperation And Development Scoupus Q4, link http://www.sesric.org/

pdf.php?file=ART17071301-2.pdf (accepted)

2. Technology Transfer Motive Of Manager In Eastern Asia: Empirical Results From Manufacture Industry In Banten Province, Indonesia. Dipublikasikan pada Jurnal Problems and Perspectives in Management, Volume 14, Issue 2, 2016, scoupus Q3,

Link:

https://businessperspectives.org/

journals/problems-and-perspectives-in-management/issue-52 - Scoupus Q3.

International Conference:

1. International Conference on Customer Service System and Management 2013, MARA Technology University, Kualalumpur.

2. International Conference on Governance, Trisakti university, Sari Pasific Hotel, Jakarta

3. The 2nd International Conference on Business Management, School of Business Management (SBM), Universiti Utara Malaysia (UUM).

Buku yang pernah diterbitkan :

1. Keunggulan Insani, Menuju Daya Saing Teknologi dan Ekonomi, Penerbit Dinas Pendidikan Provinsi Banten.

(33)

14 3. Sistem Moneter, Bank dan Industri Keuangan Bukan Bank

(34)

15

Lampiran:

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)

24

(44)

25

PETA DISTRIBUSI BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN PENTING STRATEGIS

(45)

26

(46)

27

(47)

28

(48)

29

(49)

30

(50)

31

(51)

32

(52)

33

(53)

34

(54)

35

(55)

36

(56)

37

(57)

38

(58)

39

Gambar

Tabel 2.1   Perbandingan  Beberapa  Fitur  Sistem  Pangan Tradisional dan Modern ..................
Gambar 2.1   A Generic Supply Chain ..............................  14

Referensi

Dokumen terkait

Proses pencarian pada aplikasi kamus e-Acesia yang menggunakan algoritma pencarian biner berhasil berjalan dengan baik baik pada emulator maupun pada telepon

Mauss berkata bahwa karya itu— apakah skor (nilai angka) atau gelombang suara—tidak bisa dipahami tanpa mengetahui bagaimana karya itu disusun atau bagaimana karya itu dipahami

Pada penelitian ini digunakan 100 data pelatihan dan 40 data pengujian; penggunaan data pelatihan yang jauh lebih banyak kemungkinan akan menghasilkan kinerja yang lebih

AMH didapat dengan membagi jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang dapat membaca dan menulis dengan jumlah penduduk usia 15 tahun keatas kemudian hasilnya dikalikan

Batang KKHI Makkah 9 Kusnijati Rapian Sakib 61 W 48 Kota Tegal RS King Abdullah Jeddah *Sumber : Siskohat (Data sewaktu-waktu dapat berubah)..

Distribusi probabilitas dalam konsep keandalan adalah model matematika yang menghubungkan harga suatu perubah (variable) yaitu komponen tidak akan gagal dengan peluang

Pengembangan dari manset tekanan darah menciptakan tekanan antara sistolik dan tekanan diastolik sehingga arteri dibawahnya secara parsial akan kolaps,..

Distribusi bobot daging pada potongan karkas terhadap bobot karkas atau bobot total daging bandikut, menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara