ANALISIS KETERKALITAN KUALITAS KODING
DIAGNOSA PASIEN RAWAT INAP DENGAN
DISPUTE KLAIM INA-CBG’s
Elyna Syafitri;Dian NovitaD3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Dharma Landbouw Padang e-mail: [email protected]
STIKES Dharma Landbouw Padang e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Kualitas koding diagnosa sangat besar pengaruhnya bagi pelayanan kesehatan di Rumah Sakit salah satu fungsinya yaitu dalam bidang pembiayaan pelayanan kesehatan yaitu pengklaia,jyttttyukman INA-CBG’s Rumah Sakit kepada BPJS Kesehatan. Kode diagnosa diakatakan berkualitas apabila kode tersebut mencangkup kehandalan (reliability), ketepatan (validity), dan kelengkapan (completeness). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keterkaitan kualitas koding diagnosa dengan dispute klaim INA-CBG’s di Rumah Sakit. Metode penelitian ini adalah metode literature review dengan menggunakan sepuluh jurnal terkait tema yang nantinya akan diseleksi kembali dan mendapatkan empat jurnal utama yang akan dibahas secara detail dan mendalam dengan cara menganalisis, menguraikan, mencari kesamaan, ketidaksamaan, pandangan, perbandingan, dan membuat ringkasan. Hasil dari literature review ini adalah ada keterkaitan kualitas koding diagnosa dengan dispute klaim INA-CBG’, yaitu ketepatan kode diagnosa (validity) dapat mempengaruhi kelancaran dan persetujuan klaim INA-CBG’s dimana peluang kelancaran dan persetujuan klaim dengan kode diagnosa yang tepat lebih tinggi dibandingkan diagnosa dengan kode yang tidak tepat, sedangkan faktor kehandalan (reliability) mempengaruhi proses penentuan dan pemberian kode diagnosa. Selain itu kualitas koding diagnosa juga merupakan salah satu penyebab terjadinya dispute klaim INA-CBG’s. Hal inilah yang menunjukkan begitu krusialnya/pentingnya kualitas koding diagnosa dalam bidang pembiayaan kesehatan khususnya pengklaiman INA-CBG’s di Rumah Sakit. Saran peneliti semoga hal ini dapat lebih disempurnakan untuk masa kedepannya.
Kata kunci : kode diagnose, INA-CBG’s, kode klaim INA-CBG’s, kualitas kode diagnosa. ABSTRACT
The quality of the diagnostic coding has a very big impact on health services in hospitals, one of its functions is in the field of health service financing, namely assessments, jyttttyukman INA-CBG's Hospital to BPJS Health. The diagnostic code is said to be of quality if the code includes reliability, validity, and completeness. The purpose of this study was to describe the relationship between the quality of diagnostic coding with INA-CBG dispute claims at the hospital. This research method is a literature review method using ten journals related to themes which will later be re-selected and get four main journals that will be discussed in detail and in-depth by analyzing, describing, looking for similarities, inequalities, views, comparisons, and making summaries. The result of this literature review is that there is a relationship between the quality of the diagnostic coding and the INA-CBG 'dispute claims, namely the accuracy of the diagnostic code (validity) can affect the smoothness and approval of INA-CBG's claims where the chance of smoothness and approval of claims with the correct diagnostic code is higher than the diagnosis. with an incorrect code, while the reliability factor (reliability) affects the process of determining and providing a diagnostic code. In addition, the quality of the diagnostic coding is also one of the causes for the dispute in INA-CBG claims. This shows how crucial / important the quality of diagnostic coding is in the field of health financing, especially claiming INA-CBGs in hospitals. Researchers suggest that this can be further refined for the future.
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
PENDAHULUAN
Rekam medis dalam penyelenggaraannya memiliki fungsi pengolahan data pasien, salah satunya adalah fungsi koding atau kodefikasi diagnosa baik penyakit atau tindakan. (Budi, 2011) mengatakan pengkodean diagnosis adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka yang mewakili komponen data. Dalam pengkodean diagnosis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah ketepatan, keakuratan, dan kelengkapan kode diagnosa sesuai dengan ICD 10 untuk penyakit dan ICD 9-CM untuk tindakan dan prosedur.
Menurut (Hatta, 2016) elemen kualitas pengkodean terdiri dari beberapa elemen yaitu konsisten bila dikode petugas yang berbeda (reliability), kode tepat sesuai diagnosis dan tindakan (validity), mencangkup semua diagnosis dan tindakan yang ada di rekam medis (completeness). (Hatta, 2016) juga menjelaskan kualitas data terkode merupakan hal penting bagi kalangan tenaga personel manajemen informasi kesehatan, fasilitas asuhan kesehatan, dan para professional manajemen informasi kesehatan. Konsistensi (Reliability) kode diagnosa berarti kode tetap sama apabila dikode oleh petugas yang berbeda, tidak ada kode yang berbeda apabila dikode oleh coder yang berbeda, elemen ini secara garis besar berkaitan dengan sumber daya manusia dan kemampuan petugas dalam pemberian/penentuan kode diagnosa, atau bagaimana persepsi antar pertugas dalam pemberian kode yang tepat, akurat dan lengkap.
(Oktamianiza, 2019) menjelaskan ketepatan (Validity) kode penting dalam meningkatkan keakuratan dan kekonsistensian data yang akan terkode serta menentukan kode CBG’s. Ketepatan kode inilah yang nantinya mempengaruhi besaran tarif biaya yang akan di klaim. (Oktamianiza, 2019) juga menjelaskan kelengkapan diagnosis (Completeness) berarti pengode harus memperhatikan adanya diagnosis dalam bentuk gejala, pengobatan serta tindakan lain yang mengarah ke pernyataan diagnosis dan prosedur yang ditulis dokter. Dalam klaim BPJS Kesehatan dibutuhkannya kode yang lengkap terkait semua pengobatan, prosedur dan tindakan lain yang diberikan kepada pasien.
Melihat begitu pentingnya tiga elemen kualitas koding di atas terhadap klaim INA-CBG’s baik dari segi penentuan biaya dan kelancaran prosesnya, jika salah satu diantara ketiga elemen di atas tidak berjalan atau tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan terhambatnya proses klaim dan akhirnya menyebabkan dispute klaim/klaim yang dipending oleh BPJS Kesehatan. Klaim sendiri Menurut Peraturan BPJS Kesehatan No. 3 Tahun 2017 adalah permintaan pembayaran biaya pelayanan kesehatan oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan. Dalam era JKN saat ini, dalam proses pengajuan klaim untuk penggantian biaya pelayanan kepada BPJS Kesehatan diberlakukannya sistem
casemix Indonesian Case Base Group (INA-CBG’s) sebagai sistem klasifikasi klinis yang
berguna sebagai penentu tarif biaya pelayanan yang nantinya akan diklaim ke BPJS Kesehatan.
Dari diagnosa yang telah diklaim beserta persyaratan lain yang diminta akan verifikasi dan ditentukan apakah layak diterima dan apakah di pending atau dikenal dengan istilah dispute klaim. Menurut SE Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan No. 51 Tahun 2016 tentang penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim dalam penyelenggaraaan JKN, dispute klaim adalah klaim atas pelayanan kesehatan yang belum dapat disetujui pembayarannya oleh BPJS Kesehatan karena adanya ketidaksepakatan antara BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan atas klaim tersebut berdasarkan berita acara pengajuan klaim. Adapun verifikasi yang dilakukan terhadap klaim yang diajukan apakah layak diterima atau tidak
dilakukan dengan tiga tahapan yaitu verifikasi administrasi kepesertaan, verifikasi administrasi pelayanan, dan verifikasi pelayanan.
(Siswati & Pratami, 2015) menjelaskan dalam penelitian yang dilakukannya terhadap 86 berkas klaim, ketepatan pemberian kode diagnosa dan tindakan sebanyak 47 (54,7%) sedangkan ketidaktepatan pemberian kode diagnosa dan tindakan sebanyak 39 (45,3%). Persetujuan klaim yang diterima 35 (40,7%) sedangkan ditolak ada 51 (59,3%). Sedangkan hasil uji c-square hubungan pemberian kode diagnosa dan tindakan terhadap persetujuan klaim BPJS di Rumah Sakit Qadr diperoleh nilai signifikan dari hasil uji statistik yaitu p = 0,0001. Nilai p tersebut < 0,05, artinya Ho ditolak dan H1 diterima
sehingga ada hubungan antara ketepatan pemberian kode diagnosa dan tindakan terhadap persetujuan klaim BPJS kesehatan.
Selain itu dalam penelitian yang dilakukan (Valentina & Halawa, 2018) didapatkan hasil penelitian penyebab unclaimed berkas BPJS Kesehatan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) Medan adalah jumlah SDM, sarana, teknologi, perencanaan berupa ketersedian SOP, dan evaluasi. Berdasarkan 83 berkas BPJS Kesehatan, yang terpending ada 45% berkas BPJS dikarenakan dari kesalahan pengkodingan, 22% dikarenakan dari indikasi medis, dan 33 dikarenakan administrasi. Penelitian lain yang dilakukan oleh (Alik, 2016) mengatakan untuk kasus diagnosa
obstetric dari 44 rekam medis, diketahui adanya hubungan ketepatan kode diagnosa obstetric terhadap kelancaran klaim BPJS Kesehatan di RSUD Saweringading Kota Palopo
Sulawesi Selatan dimana kode diagnosa yang tepat mempunyai peluang kelancaran klaim sebesar 9 kali dibanding kode diagnosa yang tidak tepat.
METODE DAN MATERIAL
Penelitian ini merupakan sebuah literature review yang merangkum beberapa literatur/jurnal relevan dengan tema. Pencarian jurnal menggunakan dua database yaitu Google Scholar dan PubMed. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian jurnal antara lain: hubungan kode diagnosa dengan klaim INA-CBG’s, Dispute Klaim INA-CBG’s, kode
klaim INA-CBG’s, dan kualitas kode diagnosa. jurnal yang digunakan adalah jurnal yang
dipublikasikan dari tahun 2014 s/d 2019. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yaitu jurnal/literature yang terkait tema. Adapun alur seleksi dan pengumpulan data adalah
identifikasi, screening, kelayakan, dan inklusi. Analisa data yang dilakukan adalah mencari
kesamaan (compare), cari ketidaksamaan (contrast), beri pandangan (critize), bandingkan (synthesize), dan ringkasan (summarize).
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kesamaan Jurnal (Compare)
Kesamaan yang didapat dari keempat jurnal adalah bahwa ada hubungan/keterkaitan antara kualitas koding diagnosa dengan dispute klaim INA-CBG’s.
Reliabiliy berpengaruh pada saat proses penentuan dan pemberian kode diagnosa dan
bidang pekerjaan lain yang memiliki hubungan dengan klaim INA-CBG’s seperti petugas INA-CBG’s serta manajemen dan pimpinan. Validity kode mempengaruhi proses kelancaran dan persetujuan klaim INA-CBG’s, hal ini dapat dilihat dari peluang kelancaran dan persetujaun klaim dengan kode diagnosa yang tepat lebih tinggi dibandingkan dengan
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
kode dignosa yang tidak tepat, selain itu kode diagnosa yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya dispute klaim INA-CBG’s.
Selain hal di atas penelitian (Alik, 2016) dan (Siswati & Pratami, 2015) menjelaskan penyebab dari terjadinya ketidaktepatan kode diagnosa adalah dikarenakan penulisan diagnosa yang tidak lengkap oleh Dokter DPJP, keterkaitan dengan SDM (reliability), dan tidak adanya SOP tetap yang mengatur proses pemberian kode diagnosa. Hal lain yang dapat diketahui adalah kelengkapan informasi penunjang seperti kelengkapan resume medis, berkas klaim, dan adiministrasi juga memiliki hubungan dengan terjadinya dispute klaim INA-CBG’s karena dapat menyebabkan terjadinya dispute klaim INA-CBG’s.
2. Ketidaksamaan Jurnal (Contrast)
Ketidaksamaan dari keempat jurnal yang di-review adalah adanya faktor lain yang mempengaruhi dispute klaim INA-CBG’s. Dalam (Valentina & Halawa, 2018) dijelaskan penyebab lain/faktor yang menyebabkan dispute klaim INA-CBG’s diantaranya adalah kurangnya ketersediaan SDM (reliability), kurangnya sarana, permasalahan teknologi, masalah perencanaan berupa ketersedian SOP, dan evaluasi. (Alik, 2016) menjelaskan bahwa kelengkapan resume medis juga mempengaruhi kelancaran klaim INA-CBG’s. (Siswati & Pratami, 2015) menjelaskan bahwa berkas klaim dapat mempengaruhi persetujuan klaim INA-CBG’s. Sedangkan (Nuraini et al., 2019) menjelaskan bahwa manajemen yang baik mulai dari kegiatan planning hingga controlling dibutuhkan dalam penanganan klaim.
Selain dilihat dari sisi hasil penelitian, ketiga jurnal memiliki ketidaksamaan dalam jenis desain penelitan dan analisis data yang dilakukan. Penelitian (Alik, 2016) dan (Siswati & Pratami, 2015) adalah jenis kuantitaif dengan desain penelitian cross sectional dan menggunakan uji statistik yang sama yaitu uji chi square, penelitian (Valentina & Halawa, 2018) Valentina dalah jenis penelitian kuantitaif dan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, sedangkan penelitian (Nuraini et al., 2019) merupakan jenis penelitian kualitatif.
3. Pandangan Terhadap Jurnal (Critize)
Dari review didapatkan masih ada terjadinya pemberian kode diagnosa yang tidak tepat dan hal tersebut mempengaruhi kelancaran dan persetujuan bahkan menyebabkan
dispute klaim INA-CBG’s, selain itu didapatkan bahwa faktor SDM (reliability) dapat
mempengaruhi proses pemberian dan penentuan kode diagnosa serta juga mempengaruhi terjadi dispute klaim INA-CBG’s seperti ketersedian SDM, kualitas SDM, job description, dan kepatuhan SDM dalam pekerjaan. Melihat sebegitu krusialnya kualitas koding diagnosa di Rumah Sakit ini seharusnya sudah tidak ditemukan lagi kode diagnosa yang tidak tepat sehingga tidak menghambat proses pembayaran pelayanan kesehatan.
Dari keempat jurnal yang di-review peneliti melihat bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya dispute klaim INA-CBG’s terjadi di Rumah Sakit. Hal tersebut adalah kelengkapan resume medis dan berkas klaim, sarana, teknologi, dan manajemen mulai dari perencanaan sampai evaluasi. Dalam pelaksanaannya resume medis dan berkas klaim yang lengkap dapat memastikan kebenaran dan kejelasan dari pelayanan yang diberikan kepada pasien pada saat proses verifikasi klaim untuk menentukan apakah klaim yang diajukan akan diterima atau di-dispute.
Dari penjelasan di atas untuk menjalankan segala fungsi pendukung pekerjaan khusus terkait dengan kualitas koding diagnosa dibutuhkan manajemen yang baik oleh Rumah Sakit, dari mulai melakukan kegiatan planning hingga controlling/evaluasi yang menyeluruh kepada setiap sistem untuk melihat sejauh mana keberhasilan dari suatu tindakan dilakukan. Apabila semua fungsi manajemen dilakukan dengan baik maka tidak akan ada masalah yang terjadi seperti dispute klaim INA-CBG’s.
4. Perbandingan Jurnal (Synthesize)
Dalam penelitian (Alik, 2016) dan (Siswati & Pratami, 2015) dijelaskan bagaimana hubungan keterkaitan kualitas koding diagnosa (validity) terhadap kelancaran dan pesertujuan klaim INA-CBG’s, hasil dari kedua penelitian ini hanya menunjukkan presentase kode diagnosa yang tidak tepat sehingga klaim tidak lancar dan ditolak serta bagaimana hubungan antara keduanya. Dalam penelitian (Valentina & Halawa, 2018) dan survey awal peneliti dijelaskan presentase dari masing-masing penyebab terjadinya dispute klaim INA-CBG’s yaitu keterkaitan kode diagnosa, indikasi medis/pelayanan, dan administrasi tetapi tidak ada menunjukkan perhitungan bagaimana hubungan antara penyebab dengan terjadinya dispute klaim. Sedangkan dalam (Nuraini et al., 2019) dijelaskan tentang bagaimana manajemen Rumah Sakit dalam penanganan dispute klaim yang terjadi di Rumah Sakit, hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen penanganan masih belum berjalan baik dan membutuhkan banyak perbaikan.
Hal lain yang juga dapat dijadikan pembanding antar empat jurnal dengan survey awal peneliti adalah adanya dua penelitian yang menunjukkan bahwa faktor SDM (reliability) dan manajemen dapat mempengaruhi proses penentuan dan pemberian kode diagnosa bahkan mempengaruhi terjadinya dispute klaim INA-CBG’s, bentuk pengaruhnya adalah ketersedian SDM, kualitas SDM, job description, kepatuhan SDM dalam pekerjaan, sarana, teknologi, kepatuhan SDM dalam pekerjaan yang dilakukan sampai kegiatan planning hingga controlling.
5. Ringkasan (Summarize)
Ringkasan yang didapatkan peneliti dari ketiga jurnal yang di-review dan survey awal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Keterkaitan Kualitas Koding dengan Dispute klaim INA-CBG’s
Dari review jurnal yang dilakukan, disimpulkan bahwa bentuk keterkaitan kualitas koding diagnosa dengan dispute klaim INA-CBG’s adalah ketepatan kode diagnosa (validity) dapat mempengaruhi kelancaran dan persetujuan klaim INA-CBG’s dimana peluang kelancaran dan persetujuan klaim dengan kode diagnosa yang tepat lebih tinggi dibandingkan diagnosa dengan kode yang tidak tepat, sedangkan faktor kehandalan (reliability) mempengaruhi proses penentuan dan peberian kode diagnosa yaitu ketersedian SDM, kualitas SDM, job description, dan kepatuhan SDM. Selain itu kualitas koding diagnosa juga merupakan salah satu penyebab terjadinya dispute klaim INA-CBG’s. Hal inilah yang menunjukkan begitu krusialnya kualitas koding diagnosa dalam bidang pembayaran pelayanan kesehatan
Dalam pengkodean diagnosa hal-hal yang penting dan perlu diperhatikan adalah kualitas kode diagnosa yang diberikan. Kualitas kode diagnosa ditentunkan dari elemen kualitas pengkodean, menurut (Hatta, 2016) elemen kualitas pengkodean terdiri dari konsisten apabila dikode oleh petugas yang berbeda (reliability), kode tepat
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
sesuai dengan diagnosis dan tindakan (validity), dan mencangkup semua diagnosis dan tindakan yang ada di rekam medis (completeness).
b. Faktor Lain yang Mempunyai Keterkaitan dengan Dispute Klaim INA-CBG’s Kelengkapan resume medis dan berkas klaim juga dapat mempengaruhi terjadinya
dispute klaim INA-CBG’s di Rumah Sakit. Dilihat dari adanya rekam medis dengan
resume medis dan berkas klaim yang tidak lengkap menyebabkan klaim yang diajukan menjadi tidak lancar dan ditolak. Kelengkapan rekam medis ditegaskan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 129 tahun 2008 tentang standar minimal pelayanan di Rumah Sakit dimana ditetapkan standar kelengkapan pengisian rekam medis itu adalah 100%. Hal tersebut mengartikan seharusnya sudah tidak ditemukan lagi adanya pengisian rekam medis yang tidak lengkap.
Faktor lain yang juga mempengaruhi proses penentuan dan pemberian kode diagnosa bahkan menyebabkan dispute klaim adalah sarana, teknologi, ketersedian SOP, dan manajemen. Ketersediaan sarana dan teknologi yang memadai akan membantu mempercepat pekerjaan dan meningkatkan produktifitas pekerjaan. Faktor manajemen sangat dibutuhkan dalam penanganan dispute klaim, kegiatan planning dapat mempengaruhi pekerjaan yang dilakukan maka dari itu dibutuhkan target kerja dan standar kerja, penyusunan rincian pekerjaan dan pembagian bidang kerja pada tahap
organizing juga harus dilakukan dengan baik, peningkatan motivasi dan pengarahan
dari pimpinan dalam tahap actuating juga dibutuhkan untuk meningkatkan semangat dan produktifitas kerja, dan controlling/evaluasi menyeluruh pada setiap sistem untuk menilai sejauh mana suatu kebijkan dilakukan.
c. Penyabab Utama Terjadinya Dispute Klaim INA-CBG’s
Dari review jurnal dan perbandingannya dengan survey awal peneliti, disimpulkan bahwa ada tiga penyebab utama terjadinya dispute klaim INA-CBG’s di Rumah Sakit yaitu ketidaktepatan kode diagnosa, indikasi medis/pelayanan, dan administrasi. Hasil ini sesuai dengan SE Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan No. 51 Tahun 2016 tentang penatalaksanaan penyelesaian dispute klaim dalam penyelenggaraaan JKN yang menjelaskan tiga jenis dispute klaim yaitu dispute koding, dispute medis, dan dispute administrasi. Perlu diketahui bersama dalam proses penentuan apakah klaim yang diajukan akan diterima atau di-dispute, BPJS Kesehatan melakukan proses verifikasi dengan melihat ketepatan, kelengkapan dan kebenaran dari apa yang dilaporkan/diajukan oleh Rumah Sakit. Dari proses verifikasi inilah didapatkan hasil apakah klaim diterima atau di-dispute.
(BPJS Kesehatan, 2014) menjelaskan tahapan verifikasi klaim yaitu pertama tahap verifikasi administrasi kepesertaan, verifikasi administrasi pelayanan, verifikasi pelayanan, dan verifikasi menggunakan software INA-CBGs. Dari tahapan verifikasi ini diketahui apabila klaim yang diajukan terkendala pada salah satu tahap maka klaim akan dikembalikan ke Rumah Sakit untuk dilengkapi atau dikonfirmasi, inilah yang disebut dengan dipute klaim.
SIMPULAN
Bentuk keterkaitan faktor kehandalan (reliability) dengan dispute klaim INA-CBG’s adalah dapat mempengaruhi proses penentuan dan peberian kode diagnosa yaitu
ketersedian SDM, kualitas SDM, job description, dan kepatuhan SDM. Bentuk keterkaitan kualitas koding diagnosa dengan dispute klaim INA-CBG’s adalah ketepatan kode diagnosa (validity) dapat mempengaruhi kelancaran dan persetujuan klaim INA-CBG’s dimana peluang kelancaran dan persetujuan klaim dengan kode diagnosa yang tepat lebih tinggi dibandingkan diagnosa dengan kode yang tidak tepat. Keterkaitan kelengkapan (completeness) dengan dispute klaim INA-CBG’s adalah adanya klaim dengan resume medis dan berkas klaim yang tidak lengkap yang tidak lancar dan ditolak. Dari review jurnal dan perbandingannya dengan survey awal peneliti, disimpulkan bahwa ada tiga penyebab utama terjadinya dispute klaim INA-CBG’s di Rumah Sakit yaitu keterkaitan kualitas koding diagnosa, indikasi medis/pelayanan, dan administrasi.
SARAN
Peneliti mengharapkan agar literature review ini dapat berguna dalam bidang akademik dan dapat dipergunakan sebagai referensi atau pembanding antara teori dan lapangan terutama mengenai keterkaitan kualitas koding diagnosa dengan dispute klaim INA-CBG’s dan sejauh mana pentingnya kode yang berkualitas dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Peneliti juga harus lebih banyak membaca menganai jurnal-jurnal ilmiah terkait kualitas koding diagnosa dan dispute klaim agar dapat digunkan sebagai bahan referensi dalam literature review ini. Peneliti selanjutnya harus dapat lebih baik dari peneliti saat ini dalam penulisan/pembuatan literature review dan tidak memungkiri kesempurnaan literature review ini untuk masa yang akan datang.
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh dosen Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan dan dosen pembimbing ibu Dian Novita, SKM,. MARS yang telah banyak membantu memberikan saran dan masukan serta bersedia memberikan bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Alik, A. (2016). Hubungan Ketepatan Kode Diagnosa Obstetric terhadap Kelancaran Klaim BPJS di RSUD Sawerigading Kota Palopo Sulawesi Selatan. Jurnal
INOHIMM, 4(1).
BPJS Kesehatan. (2014). Petunjuk Teknis Verifikasi Klaim.
Budi, S. C. (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Quantum Sinergis.
Hatta, G. (2016). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan
Kesehatan. Universitas Indonesia.
Nuraini, N., Adi Wijayanti, R., Putri, F., Alfiansyah, Deharja, A., & Weka Santi, M. (2019). OPTIMALISASI MANAJEMEN PENANGANAN KLAIM PENDING PASIEN BPJS RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT CITRA HUSADA JEMBER.
Jurnal Kesmas Indonesia, 11(1), 24–35.
Oktamianiza. (2019). Mortalitas Koding. Delta Agung Jaya.
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 3 Tahun 2017 Tentang Pengelolaan Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan Dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
Siswati, & Pratami, S. L. (2015). Hubungan Ketepatan Pemberian Kode Diagnosa Dan Tindakan Terhadap Persetujuan Klaim Bpjs. Hubungan Ketepatan Pemberian Kode
Diagnosa Dan Tindakan Terhadap Persetujuan Klaim Bpjs, 3, 1–9.
Surat Edaran Direktur Pelayanan BPJS Kesehatan Nomor Nomor 51 Tahun 2016 Tentang Penatalaksanaan Penyelesaian Dispute Klaim Dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional.
Valentina, & Halawa, M. N. S. (2018). Analisis Penyebab Unclaimed Berkas BPJS Pasien Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia (RSU IPI) Medan.