• Tidak ada hasil yang ditemukan

SE - 79/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-37/PJ/2008 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SE - 79/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-37/PJ/2008 TENTANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SE - 79/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL

PAJAK NOMOR PER-37/PJ/2008 TENTANG

Contributed by Administrator Monday, 22 December 2008

22 Desember 2008

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

NOMOR SE - 79/PJ/2008

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

NOMOR PER-37/PJ/2008

TENTANG TATA CARA PEMBETULAN KESALAHAN TULIS,

KESALAHAN HITUNG, DAN/ATAU KEKELIRUAN PENERAPAN KETENTUAN TERTENTU

DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

DAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

Dalam rangka

melaksanakan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-37/PJ/2008 tentang Tata Cara Pembetulan Kesalahan Tulis, Kesalahan Hitung, dan/atau Kekeliruan Penerapan Ketentuan Tertentu dalam Peraturan

Perundang-undangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, bersama ini disampaikan penjelasan ssebagi berikut :

- Pengertian

Dalam Surat Edaran ini yang dimaksud dengan :

- Kantor Pelayanan Pajak Pratam yang diselanjutnya disebut dengan

KPP Pratama adalah KPP Pratama tempat objek pajak terdaftar atau KPP Pratama yang wilayah kerjanya meliputi tanah dan/atau bangunan yang  diperoleh haknya.

- Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang selanjutnya

(2)

disebut

dengan kanwil DJP adalah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak yang membawahkan KPP Pratama.

- Pejabat adalah Pejabat Direktorat Jenderal Pajak yang

menerbitkan surat keputusan atau surat ketetapan PBB/BPHTB.

- Permohonan Pembetulan adalah permohonan pembetulan yang diajukan oleh Wajib Pajak atas surat keputusan atau surat ketetapan PBB/BPHTB.

- Ruang Lingkup

-

pembetulan

kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan

ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dapat dilakukan terhadap surat keputusan atau surat ketetapan sebagai berikut :

a. untuk

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), meliputi :

1) Surat

Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT);

2) Surat Ketetapan Pajak PBB (SKP PBB); 3) Surat Tagihan Pajak PBB (STP PBB); 4) Surat

Keputusan Pemberian Pengurangan PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 UU PBB;

5) Surat

Keputusan Pengurangan Denda Administrasi PBB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 UU PBB;

6) Surat

Keputusan Pembetulan;

(3)

7) Surat

Keputusan Keberatan;

8) Surat

Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;

9) Surat

Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 UU KUP.

b. untuk

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), meliputi :

1) Surat

Ketetapan BPHTB Kurang Bayar (SKBKB);

2) Surat

Ketetapan BPHTB Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT);

3) Surat

Ketetapan BPHTB Lebih Bayar (SKBLB);

4) Surat Ketetapan BPHTB Nihil (SKBN); 5) Surat Tagihan BPHTB (STB); 6) Surat

Ketetapan Pemberian Pengurangan BPHTB sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 UU BPHTB;

7) Surat

Ketetapan Pembetulan;

(4)

8) Surat

Ketetapan Keberatan;

9) Surat

Keputusan Pemberian Imbalan Bunga;

10) Surat

Keputusan Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 UU KUP.

- Ruang lingkup pembetulan meliputi pembetulan

atas kesalahan atau kekeliruan yang bersifat manusiawi yang tidak mengandung persengkokolan antara fiskus dan Wajib Pajak, yaitu :

- kesalahan tulis, antara lain kesalahan penulisan Nomor

Objek Pajak, nama Wajib Pajak, alamat Wajib Pajak, alamat objek pajak PBB, nomor surat keputusan atau surat ketetapan, luas tanah, luas bangunan, Tahun Pajak, dan/atau tanggal jatuh tempo pembayaran;

- kesalahan hitung, antara lain kesalahan penjumlahan,

pengurangan, perkalian, dan/atau pembagian suatu bilangan; dan/atau

- kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan

perundang-undangan PBB atau BPHTB, antara lain kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase Nilai Jual Kena Pajak (NJKP), kekeliruan penerapan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), kekeliruan penerapan Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP), kekeliruan pengenaan BPHTB, dan kekeliruan penerapan sanksi administrasi.

- Penerimaan Permohonan Pembetulan dan Penelitian Persyaratan

- Permohonan pembetulan diajukan kepada Pejabat dan disampaikan ke

Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang menerbitkan surat

keputusan atau surat ketetapan, atau disampaikan melalui KPP Pratama,

atau Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dalam wilayah KPP Pratama yang bersangkutan, baik secara langsung atau melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

- Â Dalam hal diajukan melalui KP2KP, berkas

Permohonan Pembetulan harus diteruskan ke KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak tanggal

(5)

penerimaan surat untuk selanjutnya dilakukan penelitian persyaratan.

- Tanggal penerimaan surat yang dijadikan dasar untuk memproses Permohonan Pembetulan adalah:

- tanggal diterimanya Permohonan Pembetulan, dalam hal disampaikan secara langsung; atau

- tanggal stempel pos, dalam hal Permohonan Pembetulan disampaikan melalui pos dengan bukti pengiriman surat.

- Petugas pada seksi terkait melakukan penelitian

persyaratan atas Permohonan Pembetulan yang diterima dengan menggunakan Lembar Penelitian Persyaratan.

- Dalam hal Permohonan Pembetulan tidak memenuhi

persyaratan, permohonan tersebut dianggap bukan sebagai Permohonan Pembetulan sehingga tidak dipertimbangkan, dan kepada Wajib Pajak diberitahukan secara tertulis dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan surat sebagaimana dimaksud pada angka 3.

- Penanganan Permohonan Pembetulan yang Memenuhi Persyaratan

- Dalam hal permohonan diajukan kepada Kepala Kanwil

DJP atau Direktur Jenderal Pajak tetapi disampaikan melalui KPP Pratama atau KP2KP, Permohonan Pembetulan yang telah memenuhi persyaratan diteruskan ke Kanwil DJP/Kantor Pusat DJP melalui faksimili dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) hari kerja dan mengirimkan asli berkas permohonan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) hari kerja, terhitung sejak tanggal penandatanganan Lembar Penelitian Persyaratan sebagaimana dimaksud pada angka romawi III angka 4 dengan menggunakan surat Penerusan Permohonan Pembetulan.

- Terhadap Permohonan Pembetulan yang telah memenuhi

persyaratan, Kepala KPP Pratama/Kepala Kanwil DJP/Direktur Keberatan dan Banding menugaskan kepada petugas peneliti untuk melakukan penelitian dengan menerbitkan Surat Tugas.

- Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan ketentuan:

- petugas peneliti meiakukan penelitian di kantor

terhadap berkas Permohonan Pembetulan dan apabila diperlukan, petugas peneliti dapat melanjutkan penelitian di lapangan;

- dalam hal dilakukan penelitian di lapangan, Kepala

KPP Pratama/Kepala Kanwil DJP/Direktur Keberatan dan Banding terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis tanggal pelaksanaan penelitian di lapangan kepada Wajib Pajak;

- hasil penelitian dituangkan dalam Laporan Hasil

Penelitian Pembetulan PBB atau Laporan Hasil Penelitian Pembetulan BPHTB.

- Penerbitan dan pengiriman Surat Keputusan

Pembetulan PBB atau Surat Keputusan Pembetulan BPHTB dilakukan dengan ketentuan:

- Surat Keputusan Pembetulan PBB atau Surat

(6)

Keputusan Pembetulan BPHTB diterbitkan berdasarkan Laporan Hasil Penelitian Pembetulan PBB atau Laporan Hasil Penelitian Pembetulan BPHTB;

- Surat Keputusan Pembetulan PBB atau Surat Keputusan Pembetulan BPHTB dibuat rangkap 4 (empat), yaitu:

1) lembar

kesatu untuk Wajib Pajak atau Kepala

Desa/Lurah dalam hal Permohonan Pembetulan diajukan secara kolektif;

2) lembar

kedua untuk kantor Direktorat Jenderal

Pajak yang menerbitkan Surat Keputusan Pembetulan PBB atau Surat Keputusan Pembetulan BPHTB sebagai arsip;

3) lembar

ketiga untuk KPP Pratama sebagai tembusan;

4) lembar

keempat untuk Kanwil DJP sebagai tembusan;

- Dalam hal yang menerbitkan Surat Keputusan

Pembetulan PBB atau Surat Keputusan Pembetulan BPHTB adalah KPP Pratama, maka lembar ketiga dan lembar keempat tidak perlu dibuat.

- Dalam hal yang menerbitkan Surat Keputusan

Pembetulan PBB atau Surat Keputusan Pembetulan BPHTB adalah Kanwil DJP, maka lembar keempat tidak perlu dibuat.

- Jangka waktu pelaksanaan penelitian dan penerbitan

Surat Keputusan Pembetulan PBB atau Surat Keputusan Pembetulan BPHTB disesuaikan dengan jangka waktu penyelesaian Permohonan Pembetulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-37/PJ/2008.

Namun demikian, dalam rangka meningkatkan

pelayanan kepada Wajib Pajak, penyelesaian Permohonan Pembetulan agar tidak menunggu batas waktu pelayanan.

- Pembetulan Secara Jabatan

- Kepala KPP Pratama/Kepala Kanwil DJP/Direktur

Keberatan dan Banding menugaskan kepada petugas peneliti untuk melakukan penelitian dengan menerbitkan Surat Tugas.

- Petugas peneliti melaksanakan penelitian sebagaimana

(7)

dimaksud pada angka Romawi IV angka 3.

- Menerbitkan dan mengirimkan Surat Keputusan

Pembetulan PBB atau Surat Keputusan Pembetulan BPHTB sebagaimana dimaksud pada angka Romawi IV angka 4.

- Bentuk Formulir dan Surat

- Bentuk formulir Lembar Penelitian Persyaratan

Permohonan Pembetulan PBB/BPHTB ditetapkan sebagaimana pada Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

- Bentuk surat Pemberitahuan Permohonan Pembetulan

PBB/BPHTB Tidak Dipertimbangkan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran II Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

- Bentuk surat Penerusan Permohonan Pembetulan

PBB/BPHTB ditetapkan sebagaimana pada Lampiran III Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

- Bentuk Surat Tugas penelitian atas Permohonan

Pembetulan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran IVa dan Surat Tugas penelitian secara jabatan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran IVb Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini. Dalam hal jumlah Permohonan Pembetulan PBB/BPHTB cukup banyak, bentuk Surat Tugas dapat disesuaikan guna menampung beberapa permohonan sekaligus.

- Bentuk surat Pemberitahuan Penelitian di Lapangan

Pembetulan PBB/BPHTB ditetapkan sebagaimana pada Lampiran V Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

- Bentuk formulir Laporan Hasil Penelitian

Pembetulan PBB atas Permohonan Pembetulan secara perseorangan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran VIa, Laporan Hasil Penelitian Pembetulan PBB atas Permohonan Pembetulan secara kolektif ditetapkan sebagaimana pada Lampiran VIb, dan Laporan Hasil Penelitian Pembetulan PBB secara jabatan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran VIc Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

- Bentuk formulir Laporan Hasil Penelitian

Pembetulan BPHTB atas Permohonan Pembetulan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran VIIa dan Laporan Hasil Penelitian Pembetulan BPHTB secara

jabatan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran VIIb Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

- Prosedur Penyelesaian Permohonan Pembetulan

Prosedur penyelesaian Permohonan Pembetulan ditetapkan sebagaimana pada Lampiran VIII Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak ini.

(8)

- Lain-lain

Sejak ditetapkannya Surat Edaran ini, ketentuan dalam Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor SE-09/PJ.6/1993 yang berkaitan dengan petunjuk pelaksanaan pembetulan dinyatakan tidak berlaku.

Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 22 Desember 2008

DIREKTUR JENDERAL,

ttd.

DARMIN NASUTION

Referensi

Dokumen terkait

Namun pada variabel pengakuan profesional dan lingkungan kerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan karir mahasiswa akuntansi sebagai akuntan publik dan akuntan

Berdasarkan Penetapan Hasil Kualifikasi Nomor : 03.13.SS/ULP/SS -I/IX/2013 tanggal 23 September 2013, maka dengan ini kami umumkan Calon Rekanan yang masuk Daftar Pendek Terpilih

Kepada peserta yang keberatan terhadap hasil pengumuman ini dapat mengajukan sanggah melalui Aplikasi pada sistem SPSE sesuai jadwal dalam SPSE.

Dari uji coba yang dilakukan penulis, terlihat bahwa jumlah pixel citra yang berwarna putih lebih banyak ditemukan pada metode Roberts dibandingkan dengan metode

Proses Wawancara Bersama Asisten Kepala (Askep) di Kantor Besar. Administratur Perkebunan PTPN

Dengan dominasi sumber daya batubara yang ada berupa batubara peringkat rendah yang berada pada kedalaman lebih dari 100 meter, teknologi Underground Coal Gasification (UCG)

Dalam Rapat tersebut telah dihadiri oleh Para Pemegang Saham atau Kuasa Pemegang Saham Perseroan yang sah berjumlah 3.798.089.354 lembar saham atau sebesar 27,68% dari

To get an idea of these use cases behind this CR imagine a layer of traffic signs in roads, or a layer of points of interest (POIs) with different symbols for different kinds of