• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA KELAS XI DI SMK MUHAMMADIYAH 4 KECAMATAN LAMONGAN KABUPATEN LAMONGAN. Ida Safitri * Sulistiyowati **"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

SURYA

12

Vol.01, No.XVII, Maret 2014 KABUPATEN LAMONGAN

Ida Safitri * Sulistiyowati **

…………...……….…… …… . .….ABSTRAK…… … ...………. …… …… . .…. Konsep diri merupakan salah satu penyebab kenakalan remaja. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat yang merupakan gejala (sakit) patologis secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti di SMK Muhammadiyah 4 lamongan dari 10 siswa didapatkan 8 siswa atau 80% melanggar tata tertib dan 2 siswa atau 20% patuh pada tata tertib. Masalah penelitian adalah 80% terjadi kenakalan remaja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan konsep diri dengan kenakalan remaja. Desain penelitian analitik correlation. Pendekatan cross sectional. Populasi adalah keseluruhan siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 4 Lamongan sebesar 128 siswa. Sampel sebesar 97 siswa dengan menggunakan simpel random sampling. Variabel independen adalah konsep diri dan variabel dependen adalah kenakalan remaja. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tertutup dan lembar observasi. Uji yang digunakan yaitu uji koefisien kontingensi dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah lebih siswa memiliki konsep diri positif yaitu 53 siswa atau 54,6%, dan hampir setengah mengalami kenakalan remaja dengan pelanggaran sedang yaitu 53 siswa atau 54,6%. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji koefisien kontingensi didapatkan C=0,504 dan p=0,00, dimana nilai ρ < 0,05.

Melihat hasil diatas maka perlu perhatian khusus dari BK yang diantaranya mengisi waktu luang dengan hal yang positif seperti pengajian, organisasi, sehingga kenakalan remaja dapat diminimalkan.

Kata kunci : konsep diri, kenakalan remaja, remaja

PENDAHULUAN. …… . … … . Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 diantara 6 penduduk dunia adalah ramaja. Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menemukan identitas diri (Kusmiran Eni, 2011). Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak, masa yang penuh berbagai pengenalan dan petualangan akan hal – hal yang baru termasuk pengalaman berinteraksi dengan lawan jenis sebagai bekal manusia untuk mengisi kehidupan mereka kelak yang akan memberikan dampak besar pada diri sendiri, lingkungan dan orang lain.

Di era globalisasi ini banyak remaja yang berperilaku yang menyimpang dan melanggar hukum. Kenakalan remaja merupakan perilaku jahat yang merupakan gejala sakit atau patologis secara sosial pada

anak – anak dan remaja yang disebabkan satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang (Kartini Kartono, 2008). Keputusan Menteri Sosial RI No.23/HUK/1996 menyebutkan anak nakal yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya mengganggu dan meresahkan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan masyarakat. Banyaknya kenakalan atau tindakan menyimpang yang dilakukan remaja baik di kota-kota besar maupun di kota-kota kecil bahkan tidak jarang ditemukan di desa-desa yang banyak dilakukan oleh para remaja. Dari kenakalan yang dilakukan oleh remaja, dari pihak sekolah akan memberikan sanksi yang paling berat yaitu dikeluarkan dari sekolah dan apabila sudah melanggar

(2)

SURYA

13 Vol.01, No.XVII, Maret 2014 hukum akan diserahkan kepada petugas yang

berwenang agar diproses sesuai apa yang dilanggar.

Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia atau SDKI 2009 menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30% dari jumlah penduduk. Dari sensus penduduk tahun 2010 remaja mencapai 26,7 % dari total penduduk. Dari data PMSK dinas sosial provinsi jawa timur jumlah anak atau remaja bermasalah pada tahun 2003 mengalami peningkatan sebanyak kurang lebih 13.169 anak. Dari data lembaga permasyarakatan Lamongan rata-rata jumlah kenakalan remaja pertahun berjumlah 300 anak. Dari data SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan jumlah kenakalan remaja pertahun 84 siswa (20%) dari 420 siswa. Dalam survei awal yang dilakukan di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan, tanggal 17 Februari 2013, dari 10 siswa didapatkan 4 siswa atau 40% sering tidak masuk sekolah, 3 siswa atau 30% merokok di lingkungan sekolah, 1 siswa atau 10% sering mengikuti tawuran dan 2 siswa atau 20% patuh terhadap tata tertib sekolah. Dari data di atas maka masalah penelitian adalah 80% terjadi kenakalan remaja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja terdiri dari 2 faktor yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. Adapun faktor-faktor internal terdiri dari; krisis identitas atau konsep diri dan kontrol diri yang lemah. Adapun faktor-faktor eksternal terdiri dari; keluarga, teman sebaya yang kurang baik dan komunitas atau lingkungan yang kurang baik.

Konsep diri adalah semua tanda, keyakinan, dan pendirian yang merupakan bagian dari masalah kebutuhan psikologis yang tidak didapatkan sejak lahir dan hal ini diperoleh dari pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan, nilai, ide, dan tujuan (Aziz Alimul Hidayat, 2006). Oleh karena itu konsep diri merupakan hal sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang, apakah mengarah pada hal positif atau negatif. Tapi kebanyakan remaja sekarang

konsep dirinya mengarah kepada hal yang negatif.

Kontrol diri yang lemah yaitu remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku sesuai dengan pengetahuannya (Santrock John,1996). Sebagai remaja yang baik sepatutnya mengetahui perbedaan dua tingkah laku yang sesuai dengan pengetahuannya agar tidak terjerumus ke kenakalan remaja.

Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar, maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah mengasuh dan mendidik dengan sebaik mungkin (Santrock John, 1996). Oleh karena itu keluarga berperan menyebabkan timbulnya kenakalan remaja dan salah faktornya yaitu kurangnya keharmonisan dalam keluarga tersebut.

Teman sebaya yaitu yang kurang baik diakibatkan oleh pergaulan yang salah dan juga pemikiran yang yang salah, karena menurut mereka mempunyai banyak teman adalah merupakan satu prestasi tersendiri (Santrock John, 1996). Makin banyak teman, mangkin tinggi nilai mereka dimata teman-temannya, misalnya: anak orang kaya dikota ini yang selalu bergaya hidup mewah dan apa yang dia inginkan selalu terpenuhi sementara ada anak yang mengikuti pola gaya hidup seperti anak orang kaya tadi padahal tidak semua anak bisa mengikuti pola gaya hidup seperti dia, si anak ini juga harus melihat kondisi orang tuanya yang hidup berkecukupan jika si anak tadi tidak bisa mengendalikan keinginan tersebut bisa menimbulkan kenakalan remaja seperti; merokok, narkoba, pergaulan bebas dan lain sebagainnya.

Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik yaitu suatu kondisi lingkungan yang kurang stabil, sehingga remaja tidak dapat mengembangkan diri

(3)

SURYA

14 Vol.01, No.XVII, Maret 2014 secara lebih optimal khususnya pada

lingkungan keluarga., karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja (Santrock John, 1996).

Dampak yang mempengaruhi kenakalan remaja yaitu; 1) Dapat menimbulkan korban fisik pada orang lain seperti perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan dan lain-lain; 2) Dapat menimbulkan korban materi seperti perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan dan lain-lain; 3) Dapat menimbulkan kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain seperti pelacuran dan penyalahgunaan obat; 4) Dapat menimbulkan kenakalan yang melawan status seperti mengikari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua dengan cara minggat dari rumah atau membanta perinta mereka dan sebagainya.

Kegagalan mencapai konsep diri bisa dicegah atau diatasi dengan; 1) Prinsip keteladanan, remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik, juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini; 2) Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama; 3) Remaja harus pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orang tua memberi arahan dengan siapa dan dikomunitas mana remaja harus bergaul; 4) Remaja harus membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan; 5) Kehidupan beragama keluarga dijadikan salah satu ukuran untuk melihat keberfungsian keluarga yang menjalankan kewajiban agamanya secara baik berarti mereka akan menanamkan nilai-nilai dan norma yang baik. Artinya secara teoritis bagi keluarga yang menjalankan agamanya secara baik, maka anak-anaknya pun akan melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma agama.

METODOLOGI PENELITIAN Desain dalam penelitian ini adalah korelasi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Studi korelasi analitik adalah suatu penelitian yang menghubungkan antara dua variabel pada situasi atau sekelompok subjek (Notoatmodjo, 2005). Penelitian cross sectional adalah jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Nursalam, 2003). Populasi adalah keseluruhan siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 4 Lamongan sebesar 128 siswa. Sampel sebesar 97 siswa dengan menggunakan simpel random sampling. Variabel independen adalah konsep diri dan variabel dependen adalah kenakalan remaja. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tertutup dan lembar observasi. Uji yang digunakan yaitu uji koefisien kontingensi dengan tingkat kemaknaan α = 0,05.

HASIL .PENELITIANData Umum

1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan Bulan Juni-Juli 2013

No Umur Frekuensi Prosentase

1. 16 tahun 11 11,3

2. 17 tahun 68 70,1

3. 18 tahun 18 18,6

Jumlah 97 100

Dari tabel 1 diatas menunjukkan sebagian besar responden berumur 17 tahun yaitu 68 siswa atau 70,1 % dan sebagian kecil berusia 16 tahun yaitu 11 siswa atau 11,3%.

(4)

SURYA

15 Vol.01, No.XVII, Maret 2014 2) Karakteristik Responden Berdasarkan

Pendidikan Orang Tua

Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Orang Tua Di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan Bulan Juni-Juli 2013 No Pendidikan Orang Tua Frekuensi Prosentase 1. SD 15 15,5 2. SMP 45 46,4 3. SMA 25 25,8 4. PT 12 12,4 Jumlah 97 100

Dari tabel 2 diatas menunjukkan hampir setengah orang tua siswa berpendidikan SMP yaitu 45 orang atau 46,4% dan sebagian kecil berpendidikan PT yaitu 12 orang atau 12,4%. 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua

Tabel 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Orang Tua Di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan Bulan Juni-Juli 2013 No Pekerjaan Orang Tua Frekuensi Prosentase 1. Petani 30 30,9 2. Swasta 13 13,4 3. Wiraswasta 42 43,3 4. PNS 12 12,4 Jumlah 97 100

Dari tabel 3 diatas menunjukkan hampir setengah pekerjaan orang tua siswa sebagai wiraswasta yaitu 42 orang atau 43% dan sebagian kecil sebagai PNS yaitu 12 orang atau 12,4%.

Data Khusus

Dalam penelitian ini akan disajikan distribusi remaja berdasarkan konsep diri, kenakalan remaja, selanjutnya menganalisis Hubungan Konsep Diri Dengan Kenakalan Remaja.

1. Konsep Diri Pada Remaja

Tabel 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Konsep Diri Di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan Bulan Juni-Juli 2013 N0 Konsep Diri Frekuensi Prosentase 1. Positif 53 54,6 2. Negatif 44 45,4 Jumlah 97 100

Dari tabel 4 diatas menunjukkan sebagian besar siswa memiliki konsep diri yang baik yaitu 53 siswa atau 54,6 %.

2. Kenakalan Remaja

Tabel 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kenakalan Remaja Di

SMK Muhammadiyah 4

Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan Bulan Juni-Juli 2013 No Kenakalan Remaja Frekuensi Prosentase 1. Pelanggaran Ringan 32 33,0 2. Pelanggaran Sedang 53 54,6 3. Pelanggaran Berat 12 12,4 Jumlah 97 100

Dari tabel 5 diatas menunjukkan sebagian besar siswa mengalami kenakalan remaja dengan bentuk pelanggaran sedang yaitu 53 orang atau 54,6 % dan sebagian kecil mengalami kenakalan remaja dengan pelanggaran berat yaitu 12 siswa atau 12,4%. 3. Konsep Diri Dan Kenakalan Remaja Di

SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan Tabel 6 Tabel Silang Hubungan Konsep

Diri Dengan Kenakalan Remaja Di

SMK Muhammadiyah 4

Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan

(5)

SURYA

16 Vol.01, No.XVII, Maret 2014 Konsep Diri Kenakalan Remaja % Pelanggaran Berat Pelanggaran Sedang Pelanggaran Ringan ∑ % ∑ % ∑ % Positif 0 0 24 44,3 29 54,7 53 100 Negatif 12 27,3 29 65,9 3 6,8 44 100 Jumlah 12 27,3 53 54,6 32 61,8 97 100

Dari tabel 6 diatas menunjukkan bahwa responden yang mengalami konsep diri positif sebagian besar melakukan kenakalan remaja dengan bentuk pelanggaran sedang sejumlah 53 siswa atau 54,6% dan responden yang memiliki konsep diri negatif sebagian besar juga melakukan pelanggaran sedang sejumlah 29 siswa atau 65,9%.

Hasil analisis dengan uji koefisien kontingensi yang menggunakan program spss pc for windows versi 16,0 didapatkan hasil nilai koefisien kontingensi C= 0,504 dan p = 0,00 dimana p > 0,05 maka H1 diterima yang artinya Terdapat Hubungan Konsep Diri Dengan Kenakalan Remaja.

PEMBAHASAN .… .… 1. Konsep Diri

Hasil penelitian tabel 4 menunjukkan bahwa dari 97 siswa sebagian besar memiliki konsep diri positif yaitu 53 siswa atau 54,6 %. Konsep diri adalah bagaimana individu menggambarkan dirinya sendiri, yang mencakup konsep diri, keyakinan, dan pendirian yang ada dalam pengetahuan seseorang tentang dirinya sendiri dan yang memengaruhi hubungan individu terhadap orang lain (Donna Laidwork Wong, 2008). Faktor usia juga merupakan aspek yang penting dikarenakan pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku.

Hal ini sesuai dengan tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berumur 17 tahun yaitu 68 siswa atau 70,1%, dimana pada umur 17 tahun merupakan masa remaja pertengahan. Pada masa ini berkembangnya kemampuan berfikir yang baru dan sangat memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan dirinya, termasuk siapakah dirinya, seberapa baik mereka merasa tentang dirinya, seberapa efektif

fungsi-fungsi mereka buat terhadap orang lain sehingga timbul konsep diri yang baik hal ini dipertegas oleh teori Hendriati Agustiani (2006) terdapat perkembangan masa Remaja Pertengahan atau 15-18 tahun dimana pada masa ini ditandai dengan berkembangnya kemampuan berfikir yang baru. Teman sebaya masih memiliki peran yang penting, namun individu sudah lebih mampu mengarahkan diri sendiri. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar mengendalikan impulsivitas, dengan membuat keputusan-keputusan awal yang berkaitan dengan tujuan vokasional yang ingin dicapai. Selain itu penerimaan dari lawan jenis menjadi penting bagi individu. 2. Kenakalan Remaja

Berdasarkan tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa mengalami kenakalan remaja dengan pelanggaran sedang yaitu 53 siswa atau 54,6%. Kenakalan remaja adalah perilaku jahat yang disebabkan oleh pengabaian sosial sehingga mereka berperilaku yang menyimpang (Kartini Kartono, 2003). Kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pekerjaan dan pendidikan orang tua.

Hal ini sesuai dengan tabel 2 menunjukkan bahwa hampir setengah dari orang tua siswa bekerja sebagai wiraswasta yaitu 42 orang atau 43,3%. Pekerjaan orang tua yang banyak menghabiskan diluar rumah mengakibatkan anak kurang mendapatkan perhatian sehingga melakukan hal-hal yang negatif supaya dapat diperhatikan orang tuanya. Hal ini didukung oleh teori Santrock John, (1996) Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal diantaranya konsep diri, kontrol diri yang lemah dan faktor eksternal diantaranya keluarga, teman sebaya yang kurang baik, dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Faktor internal merupakan karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik maupun psikis.

Berdasarkan pada tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah dari

(6)

SURYA

17 Vol.01, No.XVII, Maret 2014 orang tua siswa berpendidikan SMP yaitu 45

orang atau 46,4%. Pendidikan SMP termasuk pendidikan dasar dimana pendidikan sesorang mempengaruhi pengetahuannya. Semakin tinggi tingkat pendidikannya maka semakin tinggi pula pengetahuannya, begitu juga sebaliknya. Orang tua yang cenderung pendidikannya rendah sering diremehkan anaknya dan anak tersebut cenderung mengikuti perkataan temannya dari pada mengikuti orang tuanya dengan demikian orang tua tidak dapat mengatur anaknya kearah yang lebih baik dikarenakan anak tersebut lebih percaya dengan temannya dari pada orang tuanya. Hal ini didukung oleh teori Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka memperoleh informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yag dimiliki, sebaliknya jika seseorang pendidikannya rendah akan menghambat perkembagan sikap seseorang pendidikannya rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan, informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Kondisi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor internal diantaranya konsep diri, kontrol diri yang lemah dan faktor eksternal diantaranya keluarga, teman sebaya yang kurang baik, dan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Faktor internal merupakan karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan, sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik maupun psikis (Santrock John, 1996).

3. Hubungan Konsep Diri Dengan Perilaku Kenakalan Remaja

Berdasarkan 4.6 diatas menunjukkan bahwa hasil analisis didapatkan nilai koefisien kontingensi C= 0,504 dan p= 0,00 dimana p < 0,05 maka H1 diterima yang artinya terdapat Hubungan Konsep Diri Dengan Kenakalan Remaja. Santrock John (1996) menunjukkan bahwa faktor yang paling berperan menyebabkan timbulnya

kenakalan remaja adalah faktor konsep diri, keluarga yang kurang harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini konsep diri seseorang berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan, pada masa remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dan pengawasan orang tua yang tidak baik memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja.

Konsep diri adalah pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya yang meliputi diri fisik, diri pribadi, diri keluarga, diri moral etik dan juga diri sosial yang diperoleh melalui proses interaksi dengan lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Willian H. Fitts yang menyatakan bahwa konsep diri seseorang berpengaruh terhadap perilaku yang ditampilkan. Jadi apabila konsep diri seseorang kurang baik mereka akan menunjukkan perilaku yang menyimpang atau terjadi kenakalan remaja.

Kontrol diri yang lemah yaitu remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku nakal. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku sesuai dengan pengetahuannya (Santrock John, 1996). Sebagai remaja yang baik sepatutnya mengetahui perbedaan dua tingkah laku yang sesuai dengan pengetahuannya agar tidak terjerumus ke kenakalan remaja.

Keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk akarena ikartan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama. Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya tampil dalam bentuk yang bermacam-macam. Secara garis besar, bila dibutiri maka tanggung jawab orang tua terhadap anaknya adalah mengasuh dan mendidik dengan sebaik mungkin (Sanstrock John, 1996). Oleh karena keluarga berperan menyebabkan timbulnya kenakalan remaja dan salah

(7)

SURYA

18 Vol.01, No.XVII, Maret 2014 faktornya yaitu kurangnya keharmonisan

dalam keluarga tersebut.

Teman sebaya yaitu yang kurang baik diakibatkan oleh pergaulan yang salah dan juga pemikiran yang salah, karena menurut mereka mempunyai banyak teman adalah merupakan satu prestasi tersendiri (Santrock John,1996). Makin banyak teman, mungkin tinggi nilai mereka dimata teman-temannya. Misalnya: anak orang kaya dikota ini yang selalu bergaya hidup mewah dan apa yang dia inginkan selalu terpenuhi sementara ada anak yang mengikuti pola gaya hidup seperti anak orang kaya tadi padahal tidak semua anak bisa mengikuti pola gaya hidup seperti dia, si anak ini juga harus melihat kondisi orang tuanya yang hidup berkecukupan jika si anak tadi tidak bisa mengendalikan keinginan tersebut bisa menimbulkan kenakalan remaja seperti: merokok, narkoba, pergaulan bebas dan lain sebagainnya.

Komunitas atau lingkungan tempat tinggal yang kurang baik yaitu suatu kondisi lingkungan yang kurang stabil, sehingga remaja tidak dapat mengembangkan diri secara lebih optimal khususnya pada lingkungan keluarga., karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya, sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja (Santrock John,1996).

Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian dari Dimas Wahyu awan satriya (2012) yang hasilnya bahwa sebagian besar (73,2%) siswa mempunyai konsep diri yang kurang dan hampir seluruh (82,1%) siswa sering melakukan kenakalan remaja. Dan dianalisa dengan uji rank spearman didapatkan p= 0,031.

Jadi konsep diri mempengaruhi kenakalan remaja, dengan demikian dapat dijelaskan bahwa konsep diri selalu sejalan dengan perilaku kenakalan remaja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat Hubungan yang erat antara Konsep Diri Dengan Kenakalan Remaja Di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan, Kabupaten Lamongan.

Melihat hasil diatas maka perlu perhatian khusus dari BK yang diantaranya

mengisi waktu luang dengan hal yang positif seperti pengajian, organisasi, sehingga kenakalan remaja dapat diminimalkan. PENUTUP

1. Kesimpulan

1) Sebagian besar siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan mengalami kenakalan remaja dengan pelanggaran sedang.

2) Sebagian besar siswa kelas XI di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan memiliki konsep diri yang positif.

3) Terdapat hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan kenakalan remaja di SMK Muhammadiyah 4 Kecamatan Lamongan Kabupaten Lamongan.

2. Saran

1) Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat dikembangkan oleh peneliti lain dalam mealakukan penelitian selanjutnya khususnya mengenai faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku kenakalan remaja.

2) Bagi Profesi Kebidanan

Perlu meningkatkan penyuluhan konsep diri para remaja agar remaja mempunyai konsep diri yang tinggi sehingga nantinya berpengaruh juga terhadap perilaku kenakalan remaja.

3) Bagi Keluarga

Hendaknya orang tua selalu memberikan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya, menerapkan anak-anaknya disiplin yang efektif.

4) Bagi Responden

Dengan adanya penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan para remaja supaya pararemaja mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kenakalan remaja sehingga kenakalan remaja bisa diminimalkan.

(8)

SURYA

19 Vol.01, No.XVII, Maret 2014 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hidayat, A. A. A. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia I. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat,A. A. A. (2007). Metode Penelitian

Kebidanan Dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: EGC.

Depkes RI Poltekes. (2010). Kesehatan Remaja “Problem dan Solusinya”. Jakarta: Salemba Medika

Eny Kusmiran. 2001. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika

Hendriati Agustiani. (2006). Psikologi Perkembangan “Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian diri pada Remaja”. Bandung: PT Refika aditama

Kartini Kartono. (2003). Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kartini Kartono. (2008). Patologi Sosial II.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Notoatmodjo Soekidjo. (2003). Pendidikan

dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo Soekidjo. (2005). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2008). Buku Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Puspitawati, Herien. (2008). Perilaku Kenakalan Remaja. http://rudyct.com Diakses: tanggal 20 Februari 2013

Wong, D. L. (2008). Buku ajar keperwatan pediatrik (6th ed. Vol. 1). Jakarta: EGC.

Referensi

Dokumen terkait

Pasien rawat jalan di Puskesmas Nglipar II yang mempunyai kepuasan rendah terhadap mutu pelayanan di puskesmas Nglipar II yaitu 8 orang (5,7%), berumur kurang dari 20 tahun

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII A SMP Barata Semagung Purworejo melalui pembelajaran berbantuan komputer dengan materi

Pada hari ini, Kamis tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Tujuh Belas, kami selaku Pokja ULP Pengadaan Jasa Sewa Kendaraan Operasional Institut Agama

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang terdaftar pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dengan memenuhi persyaratan kualifikasi sebagaimana diatur dalam

[r]

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan Nomor: In.15/PJ.SKO/07/2017 tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Tujuh Belas, maka dengan ini kami tetapkan pemenang

[r]