• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 4 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Walaupun telah ada undang-undang tentang perlindungan anak tersebut, namun pada kenyataannya jumlah kasus kekerasan seksual terhadap anak terus meningkat setiap tahun (Depdiknas, 2002).

Lembaga Kesehatan dan Kesejahteraan Australia menjelaskan bahwa setiap tahun kasus pelecehan seksual pada anak terus mengalami kenaikan. Tahun 2008/2009 tercatat sekitar 3.735 anak mengalami pelecehan seksual, tahun 2009/2010 meningkat menjadi 4.155 kasus dan pada tahun 2010/2011 tercatat kasus pelecehan seksual mencapai 4.427 kasus baik terjadi pada anak laki-laki atau perempuan, tetapi faktor resiko terjadinya pelecehan seksual pada anak lebih mungkin terjadi pada anak perempuan (AIHW, 2012).

Berdasarkan laporan dari Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas PA) pada tahun 2011 mencatat laporan sebanyak 2.426 kekerasan terhadap anak (58% kejahatan seksual), pada tahun 2012 terjadi 2.637 kekerasan terhadap anak (62% kejahatan seksual) dan pada tahun 2013 telah mencapai 3.339 kasus dengan kejahatan seksual sebesar 62%. Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan tahun 2013 sebagai tahun siaga kejahatan seksual lantaran meningkatnya kasus kekerasan terutama dalam bentuk kekerasan seksual pada anak (Komnas PA, 2014).

Kejahatan seksual yang dialami anak-anak mayoritas terjadi di lingkungan sosial anak seperti rumah, sekolah, panti, tempat kerja maupun di tengah komunitas mereka. Pelaku kejahatan seksual tersebut adalah orang yang seharusnya melindungi anak yaitu orang tua, pengajar, saudara, tetangga, bahkan oknum penegak hukum. Pelecehan seksual sering dilakukan oleh seseorang yang

(2)

dikenal oleh anak dan termasuk dalam keluarga mereka (Sanderson, 2004). Berdasarkan penelitian Zhang et al. (2013) kebanyakan anak tidak mampu mengenali pelaku kejahatan seksual, termasuk seseorang yang mereka percayai seperti pengasuh.

Pusat sumber daya nasional kekerasan seksual menyatakan bahwa kasus pelecehan seksual pada anak dapat dicegah sesuai dengan tingkatan intervensi yang dilakukan. Pendidikan seksual pada anak merupakan intervensi yang termasuk dalam pencegahan primer yang dapat dilakukan untuk menghindari kasus pelecehan seksual pada anak (NSVRC, 2011). Pendidikan seksual bukan dalam arti memberikan informasi tentang hubungan seksual tetapi memberikan pemahaman kapada anak tentang kondisi tubuhnya, lawan jenisnya dan pemahaman untuk menghindarkan dari pelecehan seksual. Pendidikan seksual yang dimaksud adalah anak mengenal identitas diri dan keluarga, mengenal anggota tubuh serta dapat menyebutkan ciri-ciri anggota tubuh, karena banyak ditemui anak-anak usia prasekolah tidak mengetahui istilah yang benar untuk bagian tubuh genitalnya.

Kenny and Wurtele (2013b) menerangkan bahwa hanya sedikit anak usia prasekolah yang mengetahui tentang istilah organ genital namun hampir semua anak prasekolah yang ditelitinya mengetahui istilah organ non-genitalnya. Selain hal tersebut, anak-anak yang tidak memiliki pengetahuan seksual lebih rentan terhadap kejadian pelecehan seksual. Beberapa pelaku pelecehan seksual akan menghindari anak-anak yang mengetahui istilah yang benar tentang alat kelaminnya karena hal tersebut menunjukkan bahwa anak tersebut telah diberikan pendidikan seksual (Elliott et al., 1995).

Keterlibatan orang tua sangat penting dalam keberhasilan program pencegahan primer kekerasan seksual pada anak. Keterlibatan orang tua dalam pencegahan kekerasan seksual pada anak dilakukan untuk meningkatkan keterampilan perlindungan diri bagi anak (MacIntyre and Carr, 1999). Orang yang paling bertanggung jawab mengajarkan pendidikan seksual kepada anak di lingkungan rumah adalah orang tua. Dalam memberikan pendidikan seksual

(3)

komunikasi antara orang tua dengan anak sangat diperlukan (Sieswerda and Blekkenhorst, 2006).

Upaya yang dilakukan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta terhadap perlindungan kepada perempuan dan anak adalah menerbitkan Keputusan Gubernur DIY Nomor 199/Kep/2004 tentang Forum Penanganan Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (FPK2PA) Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan data dari Badan Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat D. I. Yogyakarta, kasus kekerasan pada anak paling banyak terjadi yang ditangani FPK2PA adalah kasus kekerasan seksual (BPPM, 2013).

Di Kabupaten Sleman telah mencatat bahwa kekerasan seksual pada anak merupakan tingkat kekerasan yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis kekerasan lainnya. Salah satu upaya untuk mengurangi kasus kekerasan seksual terhadap anak yang dilakukan oleh UPT Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) adalah melakukan kegiatan sosialisasi pencegahan kekerasan seksual pada anak. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada tingkat kabupaten, kecamatan, desa dan padukuhan, tetapi dalam pelaksanaannya belum semua desa dan padukuhan di Kabupaten Sleman telah mendapatkan sosialisasi tersebut. Berdasarkan laporan UPT P2TP2A tersebut pada tahun 2014 telah menangani 20 kasus kekerasan seksual pada anak dalam bentuk kasus baru, ulangan dan rujukan, dari jumlah kasus tersebut tercatat Kecamatan Depok merupakan lokasi yang paling banyak terjadi kasus kekerasan seksual pada anak (P2TP2A, 2014).

Dikalangan masyarakat masalah seks masih dianggap tabu untuk dibicarakan khususnya pada anak usia prasekolah (3–6 tahun), apalagi untuk mengajarkannya kepada anak. Hal tersebut sesuai dengan beberapa penelitian di China dan India yang menyatakan bahwa membahas masalah seksualitas dengan anak merupakan hal yang tabu sehingga jarang dibicarakan secara terbuka dan jarang diajarkan di sekolah (Lai, 2005, Nyarko et al., 2014).

Salah satu faktor yang mempengaruhi pembicaraan mengenai seks tidak terbuka karena dianggap sebagai sesuatu yang porno dan sifatnya sangat pribadi sehingga tidak boleh diungkapkan kepada orang lain adalah faktor budaya yang

(4)

melarangnya (Kenny and Wurtele, 2013a). Perasaan ini masih ditambah pula dengan kurangnya rasa percaya diri orang tua dalam membahas isu-isu yang berhubungan dengan seks dan perasaan malu sehingga dianggap sebagai penghalang dan penghambat dalam melakukan komunikasi dengan anak (Walker and Milton, 2006).

Selain hal tersebut faktor yang menyebabkan orang tua terutama ibu sebagai pendidik utama di lingkungan keluarga, tidak mau berbicara tentang pendidikan seks kepada anak karena beberapa orang tua takut membahas konsep pencegahan pelecehan seksual dapat menyebabkan anak mengetahui terlalu banyak tentang seks (Chen et al., 2007). Alasan lain yang juga menyebabkan hambatan dalam pembicaraan mengenai seks adalah karena ibu tidak mempunyai pengetahuan baik dan keterampilan yang memadai tentang seks. Lai (2005) mengatakan orang tua perlu mendapatkan pengetahuan tentang seks melalui seminar atau lokakarya.

Upaya yang ditempuh untuk meningkatkan pengetahuan seseorang atau masyarakat tentang kesehatan dapat dilakukan melalui kegiatan promosi kesehatan. Upaya ini juga dimaksudkan untuk meluruskan tradisi, kepercayaan, nilai dan sebagainya yang tidak kondusif bagi perilaku sehat dan akhirnya berakibat buruk bagi kesehatan. Melalui peningkatan pengetahuan tersebut diharapkan individu mempunyai persepsi yang baik dan menginterpretasikan pengetahuan yang didapatkan menjadi suatu tindakan perilaku sehat.

Promosi kesehatan merupakan proses pembelajaran yang dapat dilakukan dengan beberapa metode atau cara dalam menyampaikan informasi atau pesan kesehatan. Mengingat pentingnya kegiatan promosi kesehatan tersebut maka perlu ditentukan metode pembelajaran yang tepat bagi orang tua khususnya ibu untuk melakukan perubahan persepsi. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk menggunakan metode ceramah yang dikombinasikan dengan menggunakan audiovisual dan media leaflet dalam pelaksanaan promosi kesehatan yang diharapkan dapat merubah persepsi ibu tentang sex education pada anak usia prasekolah sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak.

(5)

B. Perumusan Masalah

Promosi kesehatan merupakan suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu dengan harapan mendapat pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik. Pengetahuan tersebut pada akhirnya diharapkan dapat merubah persepsi individu sehingga berpengaruh terhadap perilaku. Dalam suatu proses pendidikan kesehatan yang menuju tercapainya tujuan promosi yaitu perubahan perilaku, dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor metode, materi atau pesan, petugas yang melakukannya dan media yang digunakan dalam menyampaikan pesan. Ceramah merupakan salah satu contoh metode promosi kesehatan yang sering digunakan dan dikombinasikan dengan mengunakan audiovisual dan leflet sebagai media yang dapat membantu sasaran agar dapat lebih memahami pesan kesehatan yang disampaikan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka peneliti tertarik ingin meneliti: “Adakah perbedaan pengaruh antara promosi kesehatan melalui metode ceramah dengan audiovisual dan media leaflet terhadap perubahan persepsi ibu tentang sex education pada anak usia prasekolah dalam upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Membandingkan pengaruh promosi kesehatan melalui metode ceramah dengan audiovisual dan media leaflet terhadap perubahan persepsi ibu tentang sex education pada anak usia prasekolah.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui skor pretest dan posttest variabel persepsi ibu tentang sex education pada promosi kesehatan melalui metode ceramah dengan audiovisual.

b. Mengetahui skor pretest dan posttest variabel persepsi ibu tentang sex education pada promosi kesehatan melalui media leaflet.

(6)

c. Mengetahui perbedaan skor pretest dan posttest variabel persepsi ibu tentang sex education pada promosi kesehatan melalui metode ceramah dengan audiovisual dan media leaflet.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis

a. Bagi ibu, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya pendidikan seksual pada anak usia prasekolah sebagai upaya pencegahan kekerasan seksual pada anak.

b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman dalam mengkaji pengaruh promosi kesehatan terhadap perubahan persepsi. 2. Manfaat teoritis

a. Bagi pengambil kebijakan, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga program pendidikan seksual dapat dimasukan dalam kegiatan atau materi pembelajaran di sekolah taman kanak-kanak. b. Bagi peneliti lain dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk

penelitian lebih lanjut.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah: Tabel 1. Keaslian penelitian

Peneliti/

Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Martiniuk et al. (2003) A Cluster Randomized Trial of A Sex Education Programme In Belize, Central America Perubahan pengetahuan lebih besar terjadi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol setelah dilakukan intervensi. Dilakukan pretest dan posttest pada kelompok perlakuan dan kontrol

1. Jenis penelitian dalah cluster randomized design

2. Subjek penelitian remaja putri

3. Variabel terikat adalah perubahan

pengetahuan tentang seks dan seksualitas 4. Lokasi di Belize City,

(7)

Lanjutan Tabel 1 Peneliti/

Tahun Judul Hasil Persamaan Perbedaan

Nemade et al. (2009) Impact of Health Education on Knowledge and Practices About Menstruation Among Adolescent School Girls of Kalamboli, Navi-Numbai Hasil pretest remaja putri mempunyai persepsi yang buruk dan praktek yang salah tentang menstruasi, sedangkan pada posttest menunjukkan hasil yang signifikan terhadap perbedaan pengetahuan 1. Jenis penelitian adalah quasi experiment dengan pretest dan posttest design 2. Variabel bebas adalah pendidikan kesehatan

1. Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol 2. Subjek penelitian

remaja putri

3. Variabel terikat adalah pengetahuan dan praktek tentang menstruasi 4. Lokasi penelitian di Kalamboli, Navi-Numbai, India Fentahun et al. (2012) Parents’s Perception, Students’ and Teachers’Atti tude Towards School Sex Education

Siswa dan guru mempunyai sikap yang positif terhadap pentingnya pendidikan seks dengan waktu maksimum dan minimum untuk memperkenalkan pendidikan seks di sekolah adalah usia 5–25 tahun. Salah satu sampel penelitiannya adalah orang tua untuk mengetahui tentang persepsi tentang sex education

1. Jenis penelitian yang digunakan adalah a cross-sectional quantitative and qualitative study 2. Subjek penelitian

adalah guru dan siswa pada study kuantitatif 3. Variabel bebas adalah persepsi orang tua dan sikap siswa dan guru 4. Variabel terikat adalah

pendidikan seks di sekolah 5. Lokasi penelitian di Merawi, Ethiopia Ige and Fawole (2011) Preventing Child Sexual Abuse: Parents’ Perceptions and Practices in Urban Nigeria Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada variasi yang signifikan dalam persepsi tentang pelecehan seksual terhadap anak dan praktek komunikasi, tetapi signifikan pada pengetahuan orang tua tentang tanda-tanda anak yang mengalami pelecehan seksual 1. Subjek penelitian adalah orang tua 2. Topik penelitian tentang persepsi orang tua dalam pencegahan pelecehan seksual pada anak

1. Jenis penelitian yang digunakan adalah quantitative and qualitative study 2. Lokasi penelitian di

Gambar

Tabel 1. Keaslian penelitian   Peneliti/

Referensi

Dokumen terkait

M enurut pendapat kam i, laporan keuangan yang kam i sebut di at as menyajikan secara w ajar, dalam semua hal yang mat erial, posisi keuangan PT Bank M aspion Indonesia t

Robot dapat melakukan 6 mode service yakni mode service dekat, jauh, kiri, kanan, acak dan gabung dengan rata-rata persentase keberhasilan sebesar 93,35%.. Kata kunci:

1.1 Penilaian dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang meliputi aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan (K3) di

Adapun materinya yaitu pengenalan video paduan suara anak yang yang harmonis, tutorial cara melakukan teknik vokal (sikap tubuh, pernapasan, resonansi dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan gliserin sebagai pelarut non volatile dalam formulasi tablet piroksikam pada berbagai konsentrasi, dan dengan

Untuk dapat menghitung kenaikan pendapatan nasional atau PDRB yang sebenarnya dari tahun ke tahun barang dan jasa yang dihasilkan haruslah dihitung dengan harga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Sedangkan zakat harta (mal) diwajibkan kepada muslim yang mempunyai harta dengan kepemilikan penuh, dapat memberikan keuntungan (berkembang) dan telah melebihi