• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH VARIASI BUKAAN KATUP TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG YANG DIHASILKAN PADA MESIN BENSIN 4 LANGKAH 1 SILINDER HONDA SUPRA 100 CC - Repository UNRAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH VARIASI BUKAAN KATUP TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG YANG DIHASILKAN PADA MESIN BENSIN 4 LANGKAH 1 SILINDER HONDA SUPRA 100 CC - Repository UNRAM"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Seiring dengan meningkatnya populasi penduduk, mengakibatkan kebutuhan akan transportasi juga meningkat. Di Indonesia pada tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor sekitar 26.706.705 kendaraan, tahun 2011 berjumlah 30.769.093 kendaraan dan 2012 berjumlah 38.156.278 kendaraan. Hal ini mengakibatkan konsumsi pemakaian bahan bakar minyak meningkat serta emisi gas buang dari hasil pembakaran ikut meningkat. Hal tersebut tentu sangat mengkhawatirkan, karena dengan peningkatan emisi gas buang akan menyebabkan berbagai macam penyakit

bahkan kematian (Badan Statistik POLRI, 2012 ).

Khusus untuk daerah NTB Menurut data dari PLT Diskop UMKM NTB jumlah kendaraan saat ini mencapai 959.000 unit hampir mendekati satu juta unit terdiri dari roda empat sebanyak 78.349 unit, kendaraan roda tiga 1072 unit kemudian roda dua yang mencapai 880.000 lebih ( Kartiko, 2013 ).

Hal ini mengakibatkan peningkatan polusi udara dari sektor transportasi sangat signifikan dan berdampak pada kehidupan dan lingkungan saat ini. Sebuah kendaraan dari proses kerjanya menghasilkan polutan PENGARUH VARIASI BUKAAN KATUP TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR DAN EMISI GAS BUANG YANG DIHASILKAN PADA MESIN BENSIN 4

LANGKAH 1 SILINDER HONDA SUPRA 100 CC

Ary Wahyu Ferdyansyah*,I Made Mara**, Made Wirawan**

*Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram **Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Mataram

Jl. Majapahit No.62 Mataram Email:

Abstract

Exhaust emission contains some substances that harmful human’s life. On the other

hand, the fossil fuel resource is deflating dramatically. This phenomenon drives many efforts to maintain and reserve the fuel resources and reduce the harmful exhaust emission from the vehicles. This research aims to investigate the influences of duration of camshaft to the exhaust gas emission and fuel consumption of an engine.

The camshaft durations investigated are 210°, 280° and 330° in a single cylinder motorcycle engine to the exhaust emission. The engine speeds are 1500, 3000, 4500 and 6000 rpm. The exhaust emission and fuel consumption is taken at all the level of transmission.

The result shows that the higher camshaft duration increases the exhaust gas emission HC and fuel consumption of the engine. However, the CO emission reduces. The highest fuel consumption is achieved at 330°camshaft duration and 6000 rpm (0.97 l/h). The highest HC emission is 989.67 ppm at 330° camshaft duration. However the highest CO emission is coming out from the engine which is running at 210°cam shaft duration (3.74 % v)

(2)

berupa gas carbon monoksida (CO), hidrokarbon (HC), nitorgen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2) dan timbal (Pb).

Polutan udara yang berbahaya dan sangat dominan jumlahnya adalah gas CO, dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar dan udara yang tidak sempurna (Wardhana, 2010 ).

Pada kendaraan bermotor khususnya motor bensin, gas buangnya terdiri dari gas tidak beracun yaitu N2 ( Nitrogen ), CO2 (

carbon dioksida) dan H2O ( uap air).

Sedangkan gas beracun berupa NOx, HC dan CO ( Arifin dan Sukoco, 2009 ).

Banyak modifikasi mesin dilakukan dengan tujuan meningkatkan daya yang dihasilkan guna menambah kecepatan. Modifikasi dilakukan untuk ajang balapan, baik resmi maupun tidak resmi. Namun saat ini modifikasi mesin tidak hanya untuk ajang balapan melainkan untuk penggunaan sehari - hari. Noken as ( camshaft ) adalah salah satu bagian dalam mesin yang banyak dimodifikasi, berfungsi untuk mengatur waktu buka tutup katup dan besar bukaan katup yang terjadi. Penggantian Noken as ( camshaft ) diharapkan mampu menaikkan daya / tenaga yang dihasilkan, namun banyak pengguna tidak menghiraukan konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang yang dihasilkan.

Semakin besar sudut bukaan katup maka emisi gas buang dan konsumsi bahan bakar meningkat, hal ini disebabkan oleh banyaknya bahan bakar yang masuk ke ruang bakar. Hal ini merupakan hasil penelitian pada Honda karisma 125 dengan menggunakan 2 busi ( Krisbiantoro, 2009).

Namun seiring bertambahnya durasi camshaft konsentrasi CO dan HC menurun pada putaran 7.000-10.000 rpm. Konsentrasi CO2meningkat seiring putaran

mesin menandakan proses pembakaran semakin baik, hal ini hasil penelitian pada motor merek Daiheiyo 110 cc dengan durasi

camshaft 210°, 240°, 270° dan 290º (Sukidjo, 2008 ).

Banyak teknologi yang diterapkan untuk mengurangi emisi gas buang, konsumsi bahan bakar serta meningkatkan daya / tenaga, salah satunya dengan sistem VVTi yang diterapkan Toyota dan sistem VTEC oleh Honda. Sistem VVTi ( Variable Valve Timing intelligen ) merupakan serangkaian peranti untuk mengontrol pergerakan camshaft yang dapat menyesuaikan waktu bukaan katup dengan kondisi mesin. Sehingga bisa didapat torsi optimal di setiap tingkat kecepatan. Sistem ini hanya mengatur waktu buka tutup katup masuk ( intake valve) yang bekerja berdasarkan tekanan oli akibat putaran mesin ( Suherman, 2012).

Sedangkan untukVTEC(Variable Valve Timing and Lift Electronic Controlled ) sistem valvetrain yang dikembangkan oleh honda dengan cara mengatur durasi buka tutup katup, mengatur besar kecilnya bukaan katup seseuai dengan kecepatan. Sehingga torsi yang dihasilkan besar, hemat bahan bakar serta ramah lingkungan. Pengaturan katup terjadi pada katup masuk ( intake valve ) dan katup buang ( exhaust valve ). Bekerja berdasarkan tekanan oli yang menyebabkan berbedaan tinggi tonjolan pada noken as, untuk 1 silinder terdapat 2 katup masuk dan 2 katup buang (Farouk, 2010).

DASAR TEORI

(3)

dihasilkan oleh busi yang berada di dalam ruang bakar. Busi tersebut digunakan untuk menyalakan campuran udara bahan bakar. Campuran udara bahan bakar masuk kedalam ruang bakar melalui katup intake yang diatur waktu bukaannya dengan menggunakanCamshaft( Nathan, 2012 ).

Emisi Gas buang adalah gas sisa pembakaran bahan bakar dalam silinder baik yang terbakar secara sempurna ataupun tidak. Gas buang motor bensin umumnya terdiri dari gas tidak beracun N2 ( nitrogen

), CO2,( karbon dioksida) dan H2O ( uap air

). Sedangkan gas beracun berupa NOx ( nitrogen oksida ), HC ( hidro karbon ), dan CO ( karbon monoksida ), gas beracun inilah yang berbahaya bagi kesehatan dan menyebabkan pemanasan global.

Konsumsi Bahan Bakar

FC= ( lt/ jam )

FC = konsumsi bahan bakar

Nilai AFR dan Lambda

AFR ( Air fuel ratio ) adalah perbandingan campuran bahan bakar dan udara. Menurut teori stoichiometri untuk membakar 1 gram bahan bakar membutuhkan 14,7 gram udara.Lambda ( λ ) adalah suatu perbandingan antara kebutuhan teoritis udara dan kondisi nyata dari suatu campuran bahan bakar dan udara ( Anonim, 2013).

λ =

λ = 1 maka campuran ideal. λ > 1 campuran kurus atau miskin. Λ< 1 campuran kaya.

METODE PENELITIAN

Penelitian menggunakan sepeda motor Honda Supra 100cc dengan variasi putaran mesin 1500, 3000, 4500 dan 6000 rpm pada transmisi N, 1, 2, 3, 4 serta durasi camshaft 210º, 280º dan 330º. konsentrasi HC dan CO didapat menggunakan gas analyzer (tipe Ultra 4/5 Gas Analyzer. Im 2400 dari Hanatech). Konsumsi bahan bakar didapat dalam liter/jam menggunakan gelas ukur. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Emisi Gas Buang

A.1 Emisi gas karbon monoksida

Gas buang kendaraan bermotor disebabkan oleh pembakaran yang tidak sempurna, dikarenakan oleh campuran bahan bakar dan udara yang tidak ideal, adanya bahan bakar yang tidak habis terbakar serta campuran bahan bakar yang masuk ke silinder ikut terbuang ke lingkungan sebelum terbakar. ( sukidjo, 2008).

Dari hasil analisa data terhadap emisi gas buang pada ketiga durasi camshaft(210°, 280°dan 330°), kandungan CO mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya putaran mesin. Berikut gambar hubungan kandungan kadar karbon monoksida (CO) pada berbagai durasi camshaft.

Gambar.1 Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar CO (%v) pada transmisi N

0 1 2 3 4

1500 3000 4500 6000

C

O

(

%

)

Putaran Mesin (rpm) Durasi 210

(4)

Gambar 2 Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar CO (%v) pada transmisi 1

Gambar 3 Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar CO (%v) pada transmisi 2

Gambar 4 Hubungan putaran mesin (rpm)terhadap kadar CO (%v) pada

transmisi 3

Gambar 5 Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar CO (%v) pada transmisi 4.

Dengan meningkatnya putaran mesin maka kandungan CO meningkat, hal ini dikarenakan waktu pembakaran yang singkat dan jumlah udara masuk tidak sepadan dengan meningkatnya putaran mesin atau kekurangan udara. Sehingga proses pencampuran antara udara dan bahan bakar tidak maksimal. Hal ini mengakibatkan pembakaran tidak sempurna sehingga kandungan CO meningkat.

0 1 2 3 4

1500 3000 4500 6000

C

O

(

%

)

Putaran Mesin (rpm)

Durasi 210 Durasi 280 Durasi 330

0 1 2 3 4

1500 3000 4500 6000

C

O

(

%

)

Putaran Mesin (rpm)

Durasi 210 Durasi 280 Durasi 330

0 1 2 3 4

1500 3000 4500 6000

C

O

(

%

)

Putaran Mesin (rpm)

Durasi 210 Durasi 280 Durasi 330

0 1 2 3 4

1500 3000 4500 6000

C

O

(

%

)

Putaran Mesin (rpm)

Durasi 210 Durasi 280

(5)

Faktor lain karena sifat lembam yang dimiliki oleh mekanisme katup, sistem pencampuran bahan bakar dan udara pada karburator yang kurang baik dan pengaruh hambatan pada intake manifold, pernyataan dari (sukidjo, 2008). Perbandingan campuran ideal adalah 14.7 : 1 artinya membutuhkan 14.7 gram udara untuk membakar 1 gram bahan bakar, namun pada kenyataannya campuran ideal susah didapat.

Pada durasi 210° transmisi N, peningkatan kadar CO sangat signifikan, hal ini karena jumlah udara pembakar yang kurang serta pengaruh eror data. Besar eror data dapat di lihat pada lampiran.

Pada putaran mesin 3.000 rpm durasi 210° terlihat peningkatan pada konsentrasi CO hal ini disebabkan oleh pembakaran tidak sempurna, jumlah udara tidak selaras dengan jumlah bahan bakar dan kenaikan putaran mesin. Lambda pada kondisi ini sekitar 0,96. Sehingga kondisi campuran kaya.

Seiring dengan meningkatnya durasi camshaft, pada durasi 330° kandungan CO lebih rendah di bandingkan dengan durasi 210 °, namun penurunan kadar CO tidak signifikan, data grafik hampir sejajar pada semua durasi camshaft. Hal ini disebabkan durasi besar maka waktu bukaan katup lebih lama, proses pencampuran udara dan bahan bakar lebih maksimal sehingga pembakaran lebih baik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan (Sukidjo, 2008) durasi katup yang lebih besar dari 180 ° memperpanjang waktu angkat katup sehingga kecepatan alir di saluran hisap menurun, begitu pula hambatannya. Disamping itu efisiensi volumetrisnya meningkat sehingga campuran bahan bakar dan udara yang terhisap ke silinder lebih banyak.

A.2. Emisi gas Hidro karbon (HC)

Dari hasil analisa emisi gas buang HC pada ketiga durasi camshaft (210° ,

280° dan 330°), kandungan kadar HC mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya putaran mesin. Berikut gambar hubungan kandungan kadar Hidro karbon (HC) pada berbagai durasicamshaft.

Gambar 6. Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar HC (ppm) pada transmisi N.

Gambar 7. Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar HC (ppm) pada transmisi 1.

0 400 800 1200

1500 3000 4500 6000

H

C

(p

p

m

)

Putaran Mesin (rpm)

Durasi 210

Durasi 280

Durasi 330

0 400 800 1200

1500 3000 4500 6000

H

C

(p

m

)

Putaran Mesin (rpm)

(6)

Gambar 8 Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar HC (ppm) pada transmisi 2.

Gambar 9 Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar HC (ppm) pada transmisi 3.

Gambar 10 Hubungan putaran mesin (rpm) terhadap kadar HC (ppm) pada transmisi 4.

Dengan meningkatnya putaran mesin kandungan HC menurun, hal ini diakibatkan oleh pengaruh overlap yang kecil. Waktu buka tutup katup semakin singkat atau cepat serta terjadi knocking yaitu terjadi pembakaran awal sebelum busi memercikkan bunga api karena tekanan dan temperatur di dalam silinder tinggi.

Knocking dapat diketahui dengan suara yang ditimbulkan oleh mesin, mesin terdengar kasar seiring peningkatan putaran mesin. Bila terjadi knocking temperatur mesin meningkat, hal ini sangat berbahaya bila terus berlanjut karena dapat merusak komponen mesin.

Pada rpm rendah yaitu 1.500 rpm hingga 3.000 rpm kandungan HC tinggi disebabkan oleh misfire yaitu adanya campuran bahan bakar dan udara yang tidak terbakar. Serta terjadi overlap yaitu kedua katup terbuka sehingga gas baru ikut terbuang ke luar. Pada kondisi ini overlap terjadi karena waktu buka tutup katup lebih lama akibat putaran mesin yang rendah.

Misfire ditandai dari suara mesin yang tersendat sendat seperti akan mati, mengeluarkan asap hitam dan berbau seperti bahan bakar. Pada kondisi ini mesin sangat sulitidle, cenderung akan mati. 0

300 600 900

1500 3000 4500 6000

H

C

(

p

p

m

)

Putaran Mesin (rpm)

Durasi 210 Durasi 280 Durasi 330

0 300 600 900

1500 3000 4500 6000

H

C

(

p

p

m

)

Putaran Mesin (rpm)

Durasi 210 Durasi 280 Durasi 330

0 300 600 900

1500 3000 4500 6000

H

C

(

p

p

m

)

Putaran Mesin (rpm)

(7)

Seiring dengan bertambahnya durasi camshaft maka overlap semakin besar.Overlaping yang besar mengakibatkan adanya campuran gas baru yang masuk ke silinder punya waktu untuk ikut terbuang ke saluran buang karena kedua katup terbuka bersamaan akibatnya HC tinggi.

B. Konsumsi Bahan Bakar

Konsumsi bahan bakar pada motor merupakan fungsi dari beberapa variabel antara lain karburator, besar celah antara cicin kompresi dengan dinding slinder, putaran dan beban mesin (sukidjo, 2008). Dalam penelitian ini karburator dan celah antara cincin kompresi silinder tidak dilakukan pengubahan, hanya putaran mesin dan durasicamshaftyang diubah.

Semakin cepat putaran mesin akan meningkatkan konsumsi bahan bakar tiap jamnya, seperti tampak pada gambar 4.11 penambahan durasi camshaft amat berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar. Semakin besar durasi camshaftmaka massa bahan bakar yang terhisap bersama udara ke dalam slinder cendrung bertambah. Berikut gambar hubungan konsumsi bahan bakar pada berbagai durasicamshaft.

Gambar 11. Konsumsi bahan bakar pada berbagai durasicamshaft ditransmisi N

Gambar 12. Konsumsi bahan bakar pada berbagai durasicamshaft ditransmisi 1

Gambar 13. Konsumsi bahan bakar pada berbagai durasicamshaft ditransmisi 2

0.00 0.40 0.80 1.20

1500 3000 4500 6000

K

Durasi 210 Durasi 280

Durasi 330

0.00 0.40 0.80 1.20

1500 3000 4500 6000

K

1500 3000 4500 6000

K

Durasi 210 Durasi 280

(8)

Gambar 4.14. Konsumsi bahan bakar pada berbagai durasicamshaft ditransmisi 3

Gambar 4.15. Konsumsi bahan bakar pada berbagai durasicamshaft ditransmisi 4

Seiring dengan bertambahnya putaran mesin maka konsumsi bahan bakar meningkat, hal ini disebabkan oleh jumlah massa bahan bakar yang terhisap bersama udara ke dalam silinder meningkat.

Pada putaran mesin 1.500 rpm durasi 330° konsumsi bahan bakar lebih tinggi dari durasi 210° dan 280°, hal ini di akibatkan oleh misfire. Bahan bakar tidak terbakar dan terbuang ke lingkungan karena overlapping.

Dengan bertambahnya durasi katup konsumsi bahan bakar cenderung

meningkat, hal ini dikarenakan efisiensi volumetrisnya meningkat sehingga jumlah bahan bakar yang masuk ke silinder lebih banyak, sehingga tenaga / daya yang dihasilkan besar.

Semakin besar durasi katup maka overlaping semakin besar, sehingga adanya gas baru yang ikut terbuang ke lingkungan sebelum sempat terbakar karena kedua katup hisap dan buang terbuka bersama, sehingga konsumsi bahan bakar akan meningkat.

KESIMPULAN

Dari rangkaian penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Meningkatnya putaran mesin dari 1.500, 3.000, 4.500 hingga 6.000 rpm mengakibatkan kandungan CO dan konsumsi bahan bakar meningkat, namun kandungan HC menurun dengan kenaikan putaran mesin.

2. Konsumsi bahan bakar terendah terjadi pada durasi 210°, putaran mesin 1500 rpm, semua transmisi sebesar 0.21 l/jam. 3. Durasi camshaft pada penelitian ini

pengaruhnya tidak signifikan terhadap konsentrasi CO dan HC.

4. Camshaft durasi 210° ( standar ) konsumsi bahan bakarnya paling sedikit. 5. Durasi 210° ( standar ) yang terbaik

sebab CO dan HC untuk beberapa durasi camshafttidak signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Cara Kerja (Siklus) dan Komponen Mesin 4 Langkah. Diperoleh 6 september 2014 dari http:// hanyapembungkuskado. Wordpress.com

Anonim. (2011). Pengertian dan Siklus Termodinamika. Diperoleh 6 september

2014 dari

1500 3000 4500 6000

K

Durasi 210 Durasi 280

Durasi 330

0.00 0.40 0.80 1.20

1500 3000 4500 6000

K

Durasi 210 Durasi 280

(9)

10/10/pengertian-dan-siklus-termodinamika/

Anonim. (2013). Tinjauan pustaka. Diperoleh 8 september 2014 dari http://digilid.unimus.ac.id

Arifin, Z dan Sukoco. (2009). Pengendalian Polusi Kendaraan. Bandung: Alfabeta.

Badan Statistik POLRI. ( 2012 ). Jumlah Kendaraan Di Indonesia. Diperoleh 03 Agustus 2013 dari http:// jumlah-kendaraan-Indonesia-bps-polri.

Farouk, P.M.A. (2010). perbedaan Mesin I-DSI dan I-VTEC. Diperoleh 05 september

2013 dari

http://www.belimobilhonda.com/products/4 2/0/Apa-sih-Bedanya-Mesin-I-DSI-dengan-V-TEC/

Kartiko, H. ( 2013) PT.Jasa Raharja Cabang NTB Gelar Pelatihan Mekanik Roda Dua. Diperoleh 03 agustus 2014 dari http://kampungnews.com/2013/04/29/pt- jasa-raharja-ntb-ntb-gelar-pelatihan-mekanik-roda-dua .html

Krisbiantoro, D. (2009). Variasi Derajat Pengapian Menggunakan 2 Busi Terhadap Unjuk Kerja Karisma 125. Jurusan Teknik Mesin Faklutas Teknik. Skripsi. Universitas Teknologi Sebelas Maret. Surabaya.

Marsas, D. (2012). Materi Pembelajaran (Motor Bakar). Diperoleh 6 juli 2014 dari http://doni-marsas.blogspot.com

Mothree, N. (2012). Prinsip Kerja Mekanisme Kerja Motor Bensin. Diperolah

07juli 2014 dari

http://nassamothree.blogspot.com/2012/10/ prinsip-kerja-mekanisme-katup-motor.html

Nassamothree. (2012). Prinsip Kerja MEkanisme Katup Mesin Bensin. Diperoleh 5 juli 2014 dari

http://nassamothree.blogspot.com/2012/10/ prinsip-kerja-mekanisme-katup-motor.html

Nathan, S. ( 2012 ) Karakteristik Kinerja Mesin 4 Tak 100 cc pada 3 Konfigurasi Bukaan Katup Untuk Pengembangan Mekanisme VVTi SOHC. Fakultas teknik. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Northop, R.S. (1991). Servis Auto Mobil. Bandung: CV Pustaka Setia.

Pratomo, R.Y. (2008). Analisa sepeda motor. Fakultas teknik. Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Suherman, G. (2012) Jenis Mesin VVT, iVETC, EFI, DOHC, CDI. Diperoleh 05

september 2013 dari

http://otomotif6bandung.blogspot.com/2012

/03/jenis-mesin-vvt-ivtecefidohccdi_07.html.

Sukidjo, F.x. (2008). Pengaruh Durasi Camshft terhadap Konsumsi bahan bakar, Emisi Gas Buang, Torsi dan Daya Mesin pada Mesin Bensin. Skripsi. Universitas Gaja Mada. Yogyakarta.

Teechno. (2012). Komponen Mesin Bensin Mekanisme Katup. Diperoleh 4 juli 2014

dari

http://oto- kita.blogspot.com/2011/01/mekanisme-katup.html

Wardhana, W.A. (2010 )Dampak Pemanasan Global.Yogyakarta: Andi.

Gambar

Gambar.1 Hubungan putaran mesin (rpm)terhadap kadar CO (%v) pada transmisi N
Gambar 2 Hubungan putaran mesin (rpm)terhadap kadar CO (%v) pada transmisi 1
gambar hubungan kandungan kadar Hidro
Gambar 10 Hubungan putaran mesin (rpm)terhadap kadar HC (ppm) pada transmisi 4.
+3

Referensi

Dokumen terkait

“Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anaknya beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi sebagaimana binatang melahirkan

3) Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat dari adanya perlakukan yang dengan sengaja dikenakan pada subjek. Dengan kata lain

Berdasarkan analisis internal control dari RSUP Nasion- al DR Cipto Mangunkusumo, dapat dilihat bahwa kes- empatan untuk melakukan tindakan fraud dirasa sangat sulit karena sudah

Berdasarkan Pasal 7 Ayat (6) UUPT tersebut mengandung konsekuensi yakni berupa sanksi hukum apabila waktu yang telah ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang

Berdasarkan hasil analisis dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial menunjukan bahwa perlakuan lanjaran dan berbagai pupuk organik cair berpengaruh tidak

Penelitian yang dilakukan oleh Nanasombat dan Lohasupthawee (2005) menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan minyak atsiri daun dan kulit buah jeruk purut mempunyai

Penyimpanan dan penyaluran barang milik daerah sebagai tindak lanjut dari penerimaan barang milik daerah baik melalui pengadaan maupun sumbangan/bantuan/hibah merupakan suatu

Akhir kata, semoga Landasan Teori dan Program Gedung Pusat Mode Kerajinan Batik Semarang ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak yang membutuhkan... GEDUNG PUSAT MODE KERAJINAN