• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PEMAHAMAN PERKALIAN BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER I SD N 1 BANYURIPAN BAYAT KLATEN TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PEMAHAMAN PERKALIAN BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER I SD N 1 BANYURIPAN BAYAT KLATEN TAHUN PELAJARAN 20102011 SKRIPSI"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PEMAHAMAN PERKALIAN BILANGAN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PESERTA

DIDIK KELAS III SEMESTER I SD N 1 BANYURIPAN

BAYAT KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Nama : Chitra Novellia Nim : 071134086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENINGKATAN PEMAHAMAN PERKALIAN BILANGAN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE BERMAIN PESERTA

DIDIK KELAS III SEMESTER I SD N 1 BANYURIPAN

BAYAT KLATEN TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Nama : Chitra Novellia Nim : 071134086

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Skripsi ini saya persembahkan kepada Yesus Kristus. Dia menggenapi rancangan damai sejahtera dengan memberikan hari depan yang penuh harapan sehingga saya mampu menyelesaikan skripsi, disaat cobaan demi cobaan menerpa diri saya saat mengerjakan skripsi ini Dia menopang dan menguatkanku. Terima kasih Yesus.

Skripsi ini juga saya persembahkan kepada kedua orangtua (Bapak Kardono, dan Ibu Martini) dan keluarga besar Ponco dan Harjo tercinta, tanpa doa, kasih sayang, dan usaha mereka untuk mencukupi kebutuhan, saya tidak mampu menyelesaikan skripsi ini. Berkati mereka Yesus!

Lukas Prasetya Nugroho, terima kasih telah memberikan motivasi dan mewarnai hidup saya dengan cintamu, yang tidak henti-hentinya memberi nasihat untuk hidup saya, tanpa dia skripsi ini juga tidak akan selesai. Karena dia adalah semangat hidupku dan saya selalu mencintainya. Berkati Lukas Yesus!

Keluarga besar dosen PGSD, terimakasih atas segala bimbingannya selama masa perkuliahan dan selama masa skripsi. Drs. T. Wakiman , M.Pd, terima kasih atas semua masukan dan kesabarannya selama membimbing skripsi.

Dameria, Ari Trisnawati, dan Anastasia Yulinda, terima kasih telah membantu, memotivasi, dan memberi semangat di saat senang dan susah. Tanpa dorongan kalian skripsi ini tidak akan selesai. Yesus memberkati kalian! Untuk Gupolo, Pongki, Letten, Dewi Wonosari terima kasih atas keceriaan yang kalian beri, hehehehe. Tonny, Fandi, Tata, dan Adi Dharma terima kasih membuat saya lebih semangat untuk berangkat ke kampus keep nananana.

Kelurga besar SDN 1 Banyuripan, Bayat, Klaten. Kepada Bp. Kepala Sekolah, Supardi, S.Pd.SD, semua bapak-ibu guru dari Kelas I-VI, dan karyawan, terima kasih yang tak terhingga karena sudah diijinkan untuk melakukan penelitian dan terima kasih atas pengertiannya. Tetap kompak!

(6)

v

MOTTO

Kekuatan adalah hasil dari kelemahan

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya skripsi.

Yogyakarta , 14 Februari 2011 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : CHITRA NOVELLIA

Nomor Mahasiswa : 071134086

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Peningkatan Pemahaman Perkalian Bilangan dengan Menggunakan Metode Bermain Peserta Didik Kelas III Semester I SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pertanyaan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 14 Februari 2011

Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN PEMAHAMAN PERKALIAN

BILANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

BERMAIN PESERTA DIDIK KELAS III SEMESTER I

SD N 1 BANYURIPAN BAYAT KLATEN TAHUN

PELAJARAN 2010/2011

Chitra Novellia Universitas Sanata Dharma

2011

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman perkalian bilangan peserta didik kelas III semester I SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten tahun pelajaran 2010/2011 dengan menggunakan metode bermain.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dalam waktu 2 minggu, yang terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilakukan 2 kali pertemuan, setiap pertemuan dua jam pelajaran. Siklus ke 2 dilakukan 2 kali pertemuan, setiap pertemuan dua jam pelajaran. Setting penelitian adalah peserta didik kelas III semester I SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten yang berjumlah 26 peserta didik tahun pelajaran 2010/2011. Teknik pengumpulan data dengan tes tertulis yang dilakukan setiap akhir siklus dan observasi dilakukan setiap pertemuan. Analisis data menggunakan analisis deskriptif yaitu analisis yang dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata dan pencapaian KKM.

Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan metode bermain dalam pembelajaran matematika kelas III pada materi perkalian bilangan dapat meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi tersebut. Hal itu dtunjukkan oleh nilai rata-rata pada pretes adalah 33,46, nilai rata-rata pada akhir siklus I dengan menggunakan metode bermain kartu keberuntungan adalah 56,15, dan nilai rata-rata pada akhir siklus II dengan menggunakan metode bermain arisan adalah 69,23. Sedangkan persentase peserta didik yang mencapai KKM pada pretes adalah 7,69 %, pada akhir siklus I adalah 61,53 %, dan pada akhir siklus II adalah 73,07%.

(10)

ix ABSTRACT

THE ENHANCEMENT OF MULTIPLICATION

UNDERSTANDING THROUGH PLAYING METHOD FOR

THE THIRTD GRADE STUDENTS OF SD N 1 BANYURIPAN

BAYAT KLATEN LESSON YEAR 2010/2011

Chitra Novellia

Sanata Dharma University 2011

This research aims to improve understanding of the multiplication number of students the first semester of class III SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten lesson year 2010/2011 using the method of playing.

This research belongs to classroom action research. The researcher implemented two cycles of treatment in two weeks. The subjects of this research were students of SD N 1 Banyuripan Bayat klaten, which consists of 26 students. The methods of collecting data are with a written tests, was conclucted by the writer to collect the data. The writer used descriptive analysis to analyse the data. Descriptive analysis were done by calculating the average value and the achievement of KKM.

The result of this research showa that teaching mathematic and using playing method on could increase students understanding on. It was showed through the students mean score. In the firstcyle, their pretest score was 33.46 and post test score was mean to 56.15. The mean score at the end of the second cycle using the method of playing social gathering was 69,23. While, the percentage of students who reached the KKM on the pretest was 7.69%, at the end of the cycle was 61.53%, and at the end of cycle II was 73.07%.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma dengan judul Peningkatan Pemahaman Perkalian Bilangan Peserta Didik Kelas III Semester I dengan Menggunakan Metode Bermain SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten Tahun Pelajaran 2010/2011.

Dalam karya ilmiah ini tentunya penulis tidak lepas dari bantuan orang lain, oleh karena itu penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed. Ph. D, selaku dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah menfasilitasi dalam data skripsi khususnya untuk perizinan surat penelitian.

2. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si, selaku ketua program studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma dan sebagai dosen pembimbing II skripsi yang telah memberikan banyak saran dan dukungan bagi penulis.

3. Bapak Drs. T. Wakiman , M.Pd, selaku dosen pembimbing I skripsi yang tak lelah memberikan banyak masukan, motivasi, saran dan semangat bagi penulis.

4. Para dosen serta karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma yang secara tidak langsung telah memberikan kontribusi yang berarti sehingga penulis dapat menemukan buku sumber untuk penulisan skripsi ini.

5. Kedua orang tua penulis, Bapak Kardono dan Ibu Martini yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat baik spiritual maupun finansial.

(12)

xi

7. Segenap guru serta peserta didik kelas III SD N 1 Banyuripan yang telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dari awal hingga akhir. 8. Lukas Prasetya Nugroho, terima kasih telah memberikan motivasi dan

mewarnai hidup penulis dengan cintamu, yang tidak henti-hentinya memberi nasihat untuk hidup penulis.

9. Albertus B. S. B, terima kasih telah menjadi malaikat tak bersayapku. 10.Dameria, terima kasih telah membantu, memotivasi, dan memberi

semangat di saat senang dan susah.

11.Ari Trisnawati terima kasih telah membantu, memotivasi, memberi semangat serta menjadi seksi konsumsi penulis.

12.Anastasia Yulinda terima kasih telah memotivasi, dan memberi semangat penulis.

13.Tegar Prakosa, terima kasih telah memberi motivasi dan menemani penulis di saat mengerjakan skripsi dengan memberikan lagu yang membuat penulis selalu semangat.

14.Wedha Dretadyoemna, terima kasih telah memberikan semangat dengan ceriamu, canda tawamu di saat penulis menemui jalan buntu dalam mengerjakan skripsi.

15.Teman-teman mahasiswa yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah memberikan masukan yang berarti.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna meskipun penulis sudah berusaha membuat sebaik mungkin, oleh karena itu segala kritik dan saran yang sifatnya membangun akan penulis terima dangan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 14 Februari 2011 Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLUKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Pemecahan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 3

F. Manfaat Penelitian ... 4

G. Definisi Operasional ... 4

(14)

xiii

A. Pemahaman ... 6

B. Pembelajaran Tematik ... 6

C. Perkalian Bilangan ... 9

D. Metode Bermain ... 19

E. Kerangka Pikir ... 29

F. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III. Metode Penelitian ... 31

A. Setting Penelitian ... 32

B. Prosedur Penelitian ... 33

C. Teknik Pengumpulan Data ... 39

D. Instrumen ... 39

E. Indikator Keberhasilan ... 44

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 55

BAB V. Kesimpulan dan Saran ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Fakta Dasar Perkalian ... 13

Tabel 2. Jadwal Penelitian ... 32

Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Siklus I ... 40

Tabel 4. Taraf Kesukaran Soal Tes Pemahaman Siklus I ... 40

Tabel 5. Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Siklus II ... 40

Tabel 6. Taraf Kesukaran Soal Tes Pemahaman Siklus II ... 41

Tabel 7. Rincian Soal Tes Pemahaman Siklus I dan Siklus II Berdasarkan Jenis Soal ... 41

Tabel 8. PAP Tipe I ... 42

Tabel 9. Kategorisasi pengamatan terhadap pemahaman perkalian bilangan ... 42

Tabel 10. Kategorisasi pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan metode bermain ... 42

Tabel 11. Indikator Keberhasilan ... 45

Tabel 12. Hasil Analisis Nilai Pretes Pemahaman Perkalian Bilangan Peserta Didik Kelas III ... 46

Tabel 13. Hasil Analisis Nilai Postes Pemahaman Perkalian Bilangan Peserta Didik Kelas III Siklus I ... 48

Tabel 14. Hasil Pengumpulan Data Pengamatan Pada Siklus I ... 49

Tabel 15. Hasil Analisis Nilai Postes Pemahaman Perkalian Bilangan Peserta Didik Kelas III Siklus II ... 53

Tabel 16. Hasil Pengumpulan Data Pengamatan Pada Siklus II .... 54

Tabel 17. Ringkasan Hasil Penelitian ... 56

Tabel 18. Hasil Pengumpulan Data Pengamatan Terhadap Pemahaman Perkalian Siklus I ... 117

Tabel 19. Hasil Pengumpulan Data Pengamatan Terhadap Pemahaman Perkalian Siklus II ... 117

(16)

xv

Tabel 21. Hasil Pengumpulan Data Pengamatan Terhadap

Pelaksanaan Tindakan Metode Bermain Siklus II ... 118 Tabel 22. Pembandingan Skor Dan Kategorisasi Hasil

Pengamatan ... 119 Tabel 23. Hasil Pretes Pemahaman Perkalian Bilangan ... 120 Tabel 24. Hasil Postes Siklus I Pemahaman Perkalian Bilangan .. 121 Tabel 25. Hasil Postes Siklus II Pemahaman Perkalian Bilangan . 122 Tabel 26. Pembandingan Skor Hasil Pemahaman Perkalian

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Contoh Bagian Depan Kartu Keberuntungan ... 26

Gambar 2. Contoh Bagian Belakang Kartu Keberuntungan ... 26

Gambar 3. Contoh Bagian Depan Kartu Lotre... 28

Gambar 4. Contoh Bagian Belakang Kartu Lotre ... 28

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jaring-Jaring Tema ... 68

Lampiran 2. Silabus Tematik ... 69

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian siklus I pertemuan I ... 74

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian siklus I pertemuan II ... 78

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian siklus II pertemuan I ... 81

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian siklus II pertemuan II... 85

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Tematik siklus I pertemuan I ... 88

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Tematik siklus I pertemuan II ... 91

Lampiran 9. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Tematik siklus II pertemuan I ... 94

Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Tematik siklus II pertemuan II ... 97

Lampiran 11. Soal Pretes ... 100

Lampiran 12. Soal Postes Siklus I... 102

Lampiran 13. Soal Postes Siklus II ... 104

Lampiran 14. Kunci Jawaban Pretes ... 106

Lampiran 15. Kunci Jawaban Postes Siklus I ... 107

Lampiran 16. Kunci Jawaban Postes Siklus II ... 108

Lampiran 17. Lembar Pengamatan Terhadap Pemahaman Perkalian siklus I pertemuan I ... 109

(19)

xviii

Lampiran 19. Lembar Pengamatan Terhadap Pemahaman

Perkalian siklus I pertemuan II ... 111

Lampiran 20. Lembar Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Tindakan Metode Bermain siklus I pertemuan II .... 112

Lampiran 21. Lembar Pengamatan Terhadap Pemahaman Perkalian siklus II pertemuan I ... 113

Lampiran 22. Lembar Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Tindakan Metode Bermain siklus II pertemuan I .... 114

Lampiran 23. Lembar Pengamatan Terhadap Pemahaman Perkalian siklus II pertemuan II ... 115

Lampiran 24. Lembar Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Tindakan Metode Bermain siklus II pertemuan II .... 116

Lampiran 25. Hasil Pengumpulan Data Pengamatan Terhadap Pemahaman Perkalian... 117

Lampiran 26. Hasil Pengumpulan Data Pengamatan Terhadap Pelaksanaan Tindakan Metode Bermain ... 118

Lampiran 27. Pembandingan Skor hasil Pengumpulan Data Pengamatan ... 119

Lampiran 28. Hasil Pretes Pemahaman Perkalian Bilangan ... 120

Lampiran 29. Hasil Postes Siklus I Pemahaman Perkalian Bilangan ... 121

Lampiran 30. Hasil Postes Siklus II Pemahaman Perkalian Bilangan ... 122

Lampiran 31. Pembandingan Skor Hasil Pemahaman Perkalian Bilangan ... 123

Lampiran 32. Contoh Hasil Pekerjaan Peserta Didik Siklus I ... 124

Lampiran 33. Contoh Hasil Pekerjaan Peserta Didik Siklus II ... 125

Lampiran 34. Foto ... 126

Lampiran 35. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 134

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran matematika menurut pandangan peserta didik

merupakan pembelajaran yang paling ditakuti atau harus dijauhi. Sedangkan

dalam kehidupan sehari-hari kita sering bertemu dengan peristiwa-peristiwa

yang ada kaitannya dengan matematika (ilmu pasti) secara langsung dan tidak

langsung. Contohnya, seorang pedagang memerlukan ilmu berhitung, petani

memerlukan perhitungan cuaca dan musim, kita meloncati lubang

memerlukan matematika yaitu pengetahuan tentang jarak, seorang buruh

memerlukan perhitungan gaji, seorang majikan memerlukan data statistik,

seorang tukang kayu memerlukan pengetahuan gambar-gambar geometris dan

sebagainya.

Kunci utama pembelajaran matematika dikatakan berhasil adalah daya

serap dan keaktifan peserta didik. Daya serap dan keaktifan peserta didik

dalam pembelajaran ditandai dengan seberapa besar intensitas peserta didik

dalam mengerjakan soal nilai hasilnya > 70. Dalam kenyataannya kedua hal

itu sulit sekali diterapkan apabila peserta didik sebelumnya sudah tidak

tertarik dengan pembelajaran matematika.

Permasalahan tersebut muncul pada waktu penulis mengajar di SD

Negeri 1 Banyuripan Bayat Klaten. Selama mengajar penulis mengamati

(21)

rendah walaupun mereka tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan

penulis.

Kurangnya pemahaman peserta didik terutama dalam pembelajaran

matematika dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu peserta didik

memiliki sifat pemalu, peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar

matematika (diskalkulla), peserta didik tidak berani berbicara untuk

mengemukakan pendapatnya ketika ia berada di lingkungan-lingkungan dan

situasi yang tidak akrab dengannya (autisma).

Oleh karena itu, mengingat pentingnya pemahaman peserta didik

dalam pembelajaran matematika maka penulis merasa tertarik untuk

membahasnya sekaligus untuk memperbaiki mutu pendidikan. Menurut

peneliti, lemahnya pemahaman peserta didik mungkin disebabkan oleh

kurangnya kreatifitas pengajar dalam mengembangkan metode belajar.

Penulis mencoba untuk menawarkan sebuah pemecahan masalah

tersebut dengan satu tindakan nyata demi tercapainya hasil yang optimal, di

sini penulis menggunakan metode bermain karena dapat dilihat bahwa peserta

didik adalah anak yang masih berada pada usia bermain. Penulis ingin sekali

membuat argumen bahwa matematika sangat menarik jika kita lakukan

dengan metode bermain. Dari uraian diatas penulis mengambil judul:

Peningkatan Pemahaman Perkalian Bilangan dengan Menggunakan

Metode Bermain Peserta Didik Kelas III Semester I SD N 1 Banyuripan

(22)

B. Batasan Masalah

Dalam penelitian penulis membatasi hanya mata pelajaran matematika

pada kompetensi dasar, melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan

dua angka, karena perkalian bilangan dalam kompetensi dasar tersebut KKM

yang diharapkan belum tercapai.

C. Perumusan Masalah

Apakah penggunaan metode bermain dapat meningkatkan pemahaman

perkalian bilangan dan bagaimanakah pelaksanaan tindakan bermain peserta

didik kelas III semester I SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten tahun pelajaran

2010/2011?

D. Pemecahan Masalah

Dalam penelitian ini, akan dilakukan dengan metode bermain untuk

pemahaman perkalian bilangan. Metode bermain yang dilakukan oleh anak

sendiri, melalui siklus I yaitu dengan bermain kartu keberuntungan dan siklus

II dengan bermain arisan.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman

perkalian bilangan dengan menggunakan metode bermain peserta didik kelas

(23)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian Peningkatan Pemahaman Perkalian Bilangan

dengan Menggunakan Metode Bermain Peserta Didik Kelas III Semester I

SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten tahun pelajaran 2010/2011 yaitu:

1. Bagi Guru atau Penulis

Agar dapat mengetahui penyebab mengapa pemahaman perkalian bilangan

peserta didik rendah dan mengetahui cara atau usaha penanganan tindakan

agar pemahaman perkalian bilangan peserta didik lebih baik.

2. Bagi Peserta Didik

Agar pemahaman perkalian bilangan peserta didik menjadi lebih baik

sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dalam pembelajaran

matematika.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penulisan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat menambah

koleksi kepustakaan dan dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang

akan melakukan penulisan penelitian tindakan kelas dengan topik ini.

G. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan :

1. Pemahaman perkalian bilangan adalah hasil kerja yang diperoleh

seseorang berdasarkan kemampuannya sendiri dalam menangkap makna

suatu bahan ajar dengan menemukan cara penyelesaian operasi

(24)

menggunakan satuan sistem matematika yang abstrak. Pemahaman

dikatakan berhasil jika diperoleh nilai hasil tes konsep perkalian.

2. Metode bermain adalah kegiatan yang dilakukan dengan suasana gembira

untuk mencapai tujuan. Metode bermain dalam penelitian tindakan kelas

ini menggunakan metode bermain kartu keberuntungan dan bermain

arisan. Pada siklus pertama, guru membuat soal perkalian bilangan yang

ditulis dalam potongan kertas seukuran buku tulis. Guru mengajak peserta

didik bermain kartu keberuntungan dengan mengacak kartu kemudian

peserta didik memilih sendiri secara acak kartu yang mereka inginkan,

sesuai warna yang disukai kemudian peserta didik mengerjakan soal. Pada

siklus kedua, dilaksanakan bermain arisan. Guru membuat soal perkalian

bilangan yang ditulis dalam potongan kertas kemudian digulung seperti

lotre dan menaruhnya di dalam tempat lotre yang telah disediakan oleh

guru. Peserta didik diajak guru bermain arisan. Setiap peserta didik

mengambil satu lotre dan mengerjakan soal perkalian bilangan pada kertas

(25)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pemahaman

Menurut Winkel (1984:5), pemahaman adalah sebagai reorganisasi

dari kesan-kesan yang diperoleh, seperti bilamana seseorang memiliki suatu

gagasan baru atau menemukan suatu cara pemecahan atau penyelesaian.

Sedangkan menurut Puji Purnomo dalam Modul Kuliah Ringkasan

Taksonomi Bloom (2006:4), pemahaman diartikan kemampuan untuk

menangkap arti suatu materi atau bahan.

Dari beberapa pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa

pemahaman adalah hasil kerja yang diperoleh seseorang berdasarkan

kemampuannya sendiri dalam menangkap makna suatu bahan ajar dengan

menemukan cara penyelesaian.

B. Pembelajaran Tematik

Menurut Dimyati (2009:9), pembelajaran adalah proses yang

diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belar

bagaimana belajar memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan,

dan sikap. Sedangkan Menurut Puji Purnomo dalam makalah Perencanaan

Pembelajaran Mengacu Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah

Dasar (2006:1) hakekat pembelajaran ada 6 yaitu:

1. Peristiwa pembelajaran terjadi, apabila siswa secara aktif berinteraksi

(26)

2. Proses pembelajaran yang efektif memerlukan strategi dan media

pendidikan yang tepat.

3. Program pembelajaran dirancang dan dilaksanakan sebagai suatu sistem.

4. Proses dan produk pembelajaran perlu memperoleh perhatian seimbang di

dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

5. Pembentukan kompetensi memerlukan pengintegrasian fungsional antara

teori dan praktek serta materi dan metodologi penyampaiannya.

6. Kriteria keberhasilan yang utama dalam pendidikan dengan pendekatan

berbasis kompetensi adalah peragaan (wujud konkrit) penguasaan

kemampuan.

Menurut Puji Purnomo dalam makalah Perencanaan Pembelajaran

Mengacu Pada Kurikulum Berbasis Kompetensi di Sekolah Dasar (2006:9),

pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu.

Pembelajaran tematik merupakan kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada keterpaduan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaannya. Agar

kegiatan lebih bermakna keterpaduan tersebut diikat dalam tema.

1. Tujuan penggunaan tema dalam pembelajaran tematik yaitu untuk:

a. Menyatukan isi kurikulum dalam kesatuan utuh.

b. Memperkaya kosakata peserta didik.

c. Menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

(27)

2. Karakteristik pembelajaran tematik atau terpadu di antaranya adalah

sebagai berikut:

a. Berpusat pada anak.

b. Memberikan pengalaman langsung pada anak.

c. Pemisahan antar bidang mata pelajaran tidak begitu jelas.

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu

pembelajaran (holistik).

e. Bersifat fleksibel.

f. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan

kebutuhan anak (bermakna).

3. Prinsip-prinsip pemilihan tema:

a. Tidak terlalu luas, tapi mudah dapat digunakan untuk memandukan

banyak bidang pengembangun psikologi anak.

b. Harus bermakna, dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi anak

untuk belajar selanjutnya.

c. Harus sesuai dengan tingkat perkembangan psikologi anak.

d. Mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat.

e. Mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

4. Menurut Dimyati (2009:9), langkah-langkah pembelajaran berdasarkan

teori kondisioning operan sebagai berikut:

a. Mempelajari keadaan kelas.

(28)

c. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis

penguatnya.

d. Membuat program pembelajaran.

C. Perkalian Bilangan

James dan James (1976), dalam kamus matematika menyatakan

bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya yang

banyaknya terbagi kedalam tiga bagian yaitu : aljabar, analisis, dan geometri.

Menurut Johson dan Rising dalam (Ruseffendi, dkk.1991:28).

Menyatakan matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan

pembuktian yang logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan

secara cermat, jelas dan akurat, refresentasinya dengan simbol yang padat,

lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada bunyi.

Menurut Reys dkk (1984), matematika adalah tatanan tentang pola

dan hubungan, suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu

alat.

Definisi matematika menurut ahli dalam Ruseffendi (1991:28), antara

lain :

1. Matematika disebut ilmu deduktif, sebab dalam matematika tidak

menerima generalisasi yang berdasarkan pada observasi, eksperimen,

coba-coba (induktif) seperti halnya ilmu-ilmu lainya. Kebenaran

(29)

2. Matematika adalah bahasa, sebab matematika merupakan bahasa

simbol yang berlaku secara universal dan sangat padat makna dan

pengertiannya.

3. Matematika adalah seni, sebab dalam matematika terlihat adanya

unsur keteraturan, keruntutan, dan ketetapan sehingga matematika

indah dipandang dan diresapi seperti seni.

Menurut Suwarsono (2008), pembelajaran matematika perlu

diperhatikan upaya untuk menciptakan pembelajaran matematika yang

bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik, prinsip-prinsip

pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran matematika perlu dilaksanakan dengan materi yang

bersumber dari pengalaman pribadi peserta didik atau dari hal-hal yang

diketahui peserta didik.

2. Pembelajaran matematika perlu dilaksanakan dengan materi yang

mula-mula bersifat konkret kemudian bergerak ke arah yang lebih abstrak, atau

dari yang spesifik kemudian bergerak ke arah yang lebih umum.

3. Pembelajaran matematika perlu dilaksanakan dengan materi yang

mula-mula dirasa mudah bagi peserta didik dan kemudian bergerak ke arah yang

lebih sukar.

4. Materi pembelajaran matematika yang sudah diajarkan perlu dilatihkan

dengan soal-soal atau tugas-tugas yang cukup banyak dan bervariasi

(30)

materi tersebut pada berbagai pokok bahasan matematika yang lain dan

dalam berbagai bidang yang lain.

5. Para peserta didik perlu diberi kesempatan yang cukup banyak untuk bisa

menemukan sendiri berbagai hal penting yang terkait dengan materi

pembelajaran, dengan bimbingan dari guru.

6. Pembelajaran matematika perlu dilaksanakan dalam suatu lingkungan

pembelajaran (learning environment) yang memberikan rasa aman dan

menyenangkan bagi peserta didik (a safe and enjoyable learning

environment).

7. Materi pembelajaran matematika perlu dipilih dan diolah sedemikian rupa,

sehingga materi tersebut adalah materi yang memang relevan bagi

pengembangan pengetahuan dan keterampilan matematis peserta didik,

dan telah dikemas dengan bahasa dan konteks yang mudah dimengerti oleh

peserta didik.

8. Pendekatan dan metode yang digunakan guru dalam mengelola

pembelajaran matematika perlu sedemikian, sehingga semua peserta didik

termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, baik

aktif secara mental, secara fisik, maupun secara sosial, tanpa ada perasaan

tertekan atau terpaksa pada peserta didik.

9. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga peserta didik

memahami konsep-konsep matematika, fakta-fakta matematika,

keterampilan-keterampilan matematika, dan prinsip-prinsip matematika

(31)

10. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga peserta didik

memahami penalaran (reasoning) yang disesuaikan dengan tingkat

perkembangan kognitif peserta didik dalam hal pengembangan konsep

yang satu ke konsep yang lain, dari prinsip yang satu ke prinsip yang lain,

dari keterampilan yang satu ke keterampilan yang lain.

11. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga peserta didik

mengerti kegunaan nyata dari materi pembelajaran.

12. Pembelajaran perlu dilaksanakan sedemikian, sehingga peserta didik

mempunyai kesempatan dan kebebasan untuk melakukan eksplorasi

terhadap hal-hal menarik minatnya, tanpa ada rasa takut atau terancam

apabila apa yang ia pikirkan atau ia minati berbeda dengan apa yang

dipikirkan oleh guru atau pihak lain.

Pembelajaran matematika dapat timbul kendala atau kesulitan antara

lain sebagai berikut:

1. Kemampuan persepsi visual yang buruk.

Misalnya: kesulitan membedakan angka, simbol-simbol, serta

bangun-bangun ruang.

2. Ingatan yang buruk.

Misalnya: tidak sanggup mengingat langkah-langkah matematika.

3. Kelemahan fungsi motorik.

Misalnya: menulis angka yang tidak terbaca atau dalam ukuran kecil.

4. Pemahaman yang lemah terhadap istilah-istilah matematika.

(32)

5. Lemahnya kemampuan berpikir abstrak.

Misalnya: memecahkan soal-soal dan melakukan perbandingan.

6. Metakognisi.

Misalnya: mengidentifikasi serta memanfaatkan alogaritma dalam

memecahkan soal-soal matematika.

Menurut Khafid (2004:118) perkalian dua bilangan yang lambangnya

terdiri dari satu angka disebut dengan fakta dasar perkalian. Fakta dasar

perkalian dapat disajikan dalam tabel berikut (Tim Matematika, 2005:165):

Tabel 1. Tabel Fakta Dasar Perkalian

X 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2 2 4 6 8 10 12 14 16 18

3 3 6 9 12 15 18 21 24 27

4 4 8 12 16 20 24 28 32 36

5 5 10 15 20 25 30 35 40 45

6 6 12 18 24 30 36 42 48 54

7 7 14 21 28 35 42 49 56 63

8 8 16 24 32 40 48 56 64 72

9 9 18 27 36 45 54 63 72 81

Operasi hitung perkalian bilangan terdapat sifat-sifat perkalian

bilangan, dalam pembelajaran matematika kelas III SD semester I hanya

menggunakan dua sifat perkalian bilangan saja yaitu sifat komunitatif dan

sifat asosiatif. Menurut Untoro (2006:25), sifat-sifat perkalian bilangan antara

(33)

1. Sifat komutatif (bolak-balik) terhadap perkalian.

a x b = b x a

Contoh:

3 x 2 = 2 x 3 = 6

2. Sifat asosiatif (pengelompokkan) dalam perkalian.

a x b x c = a x ( b x c ) = b x ( a x c )

Contoh:

2 x 3 x 4 = 2 x ( 3 x 4 ) = 3 x ( 2 x 4 ) = 24

3. Sifat distributif (penyebaran) terhadap penjumlahan.

a x ( b + c ) = ( a x b ) + ( a x c)

Contoh:

2 x ( 3 + 4 ) = ( 2 x 3 ) + ( 2 x 4 ) = 14

4. Sifat distributif (penyebaran) terhadap pengurangan.

a x ( b - c ) = ( a x b ) - ( a x c)

Contoh:

4 x ( 8 – 3 ) = ( 4 x 8 ) – ( 4 x 3 ) = 20

5. Sifat identitas

Setiap bilangan jika dikalikan dengan bilangan 1 (satu) hasilnya sama

dengan bilangan itu sendiri.

a x 1 = 1 a = bilangan 1

b x 2 = 2 b = bilangan 1

(34)

Menurut Wirasto (1981:71), perkalian dua bilangan mempunyai arti

hasil kali dapat dibuktikan dalam:

Contoh pertama : 5 x 3 berarti 3 + 3 + 3 + 3 + 3

Artinya 5 x 3 berarti jumlah dari 5 suku yang

masing-masing sama dengan 3.

Contoh kedua : a x b = b + b + b ... + b

a suku

a x b disebut hasil kali a dan b

a disebut pengali.

b disebut terkalikan.

Setelah terbukti sifat penukaran perkalian a dan b juga dapat disebut faktor.

Menurut Adi Gunawan (2007:57), perkalian merupakan bentuk lain

dari penjumlahan berulang. Sedangkan menurut Tajudin (2002:29), perkalian

merupakan penjumlahan berulang. Menurut Ruseffendi (1990:40-50),

langkah pemahaman pengajaran perkalian dapat ditempuh dengan delapan

pendekatan yaitu:

1. Perkalian melalui himpunan.

2. Perkalian melalui pengukuran (perkalian dengan garis bilangan, perkalian

dengan timbangan bilangan, perkalian dengan batang Cuisenaire, perkalian

dengan luas).

3. Perkalian melalui jajaran.

4. Perkalian melalui produk Cartesius.

(35)

6. Perkalian dengan alat peraga nilai tempat.

7. Perkalian dengan kesebangunan.

8. Perkalian sebagai penjumlahan berulang.

Dalam langkah pemahaman konsep perkalian di atas penulis

menentukan beberapa model pemahaman pengajaran konsep yang sesuai

dengan kemampuan peserta didik sekolah dasar, yaitu:

1. Perkalian melalui himpunan.

Perkalian dapat diterangkan dengan menggunakan pendekatan himpunan,

yaitu himpunan-himpunan lepas.

Contoh soal: Puput mempunyai 2 bungkus permen, masing-masing

bungkus berisi 4 buah permen. Berapa buah permen Puput sekarang?

Jawab:

Jadi 2 x 4 = 8

2. Perkalian melalui garis bilangan.

Perkalian dapat diterangkan dengan menggunakan garis bilangan.

Contoh soal: Ando melompat 3 langkah, masing-masing langkah

(36)

langkah langkah langkah

ke 1 ke 2 ke 3

Jawab:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Jadi 3 x 4 = 12

3. Perkalian luas.

Perkalian dapat diterangkan dengan menggunakan luas.

Contoh soal: 2 x 5 = …

Jawab: 5

2

Jadi, 2 x 5 = 10

4. Perkalian melalui jajaran.

Perkalian dapat diterangkan dengan menggunakan jajaran. Jajaran (array)

adalah susunan benda-benda dalam bentuk persegipanjang.

Contoh: 3 x 4 = …

Jadi, 3 x 4 = 12

5. Perkalian sebagai penjumlahan berulang.

Perkalian dapat diterangkan dengan penjumlahan berulang. 1 2 3 4 5

(37)

Contoh soal: Ibu Anisa mempunyai 3 dus telur yang masing-masing dus

berisi 6 biji. Berapa biji telur ibu Ami miliki?

Jawab = 3 x 6 = 6 + 6 + 6 = 18

Jadi, 3 x 6 = 18

Dari beberapa pernyataan di atas penulis menyimpulkan bahwa

perkalian adalah operasi penjumlahan berulang yang dilambangkan dengan

tanda silang (x).

Bilangan adalah satuan dalam sistem matematika yang abstrak dan

dapat diunitkan, ditambah, atau dikalikan (Tajudin, 2007:1)

Penulis menyimpulkan bahwa pemahaman perkalian bilangan adalah

hasil kerja yang diperoleh seseorang berdasarkan kemampuannya sendiri

dalam menangkap makna suatu bahan ajar dengan menemukan cara

penyelesaian operasi penjumlahan berulang yang dilambangkan dengan tanda

silang (x) dengan menggunakan satuan sistem matematika yang abstrak.

Dalam pembelajaran matematika guru sering menilai pemahaman

perkalian bilangan peserta didik dengan cara menyuruh mereka untuk

menghafal, bagi yang tidak hafal guru sering memberikan hukuman.

Pembelajaran matematika seperti itu membuat peserta didik tidak memahami

perkalian bilangan dan membuat suasana belajar menjadi tidak

menyenangkan. Penulis menggunakan metode bermain dalam pembelajaran

matematika khususnya perkalian bilangan untuk menciptakan suasana belajar

agar menjadi lebih menyenangkan dan matematika bukan lagi mata pelajaran

(38)

D. Metode Bermain

Menurut Rachman (2010) dalam seminar “Kiat dan Strategi

Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan Menyenangkan Menuju Peserta

Didik yang Berkualitas Bertaraf Nasional”, metode adalah jalan yang dilalui

untuk mencapai tujuan dengan menerapkan prinsip metode yaitu

individualitas, kebebasan, lingkungan, globalisasi, pusat-pusat minat,

aktivitas, motivasi, korelasi dan konsentrasi.

Menurut Hurlock (1978:320), bermain adalah setiap kegiatan yang

dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan

hasil akhir yang mampu menimbulkan rasa senang yang ditandai oleh

tertawa.

Penulis menyimpulkan bahwa metode bermain adalah kegiatan yang

dilakukan dengan suasana gembira untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvey;

Rubin, Fein & Vandenberg (dalam Tedjasaputra, 2001:16-17) diungkapkan

adanya beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu sebagai berikut dilakukan

berdasarkan:

1. Motivasi intrinsik, maksudnya muncul atas keinginan pribadi serta untuk

keinginan sendiri.

2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh

emosi-emosi yang positif.

3. Fleksibilitas yang ditandai mudahnya kegiatan beralih dari satu aktivitas

(39)

4. Lebih menekankan pada proses yang berlangsung dibandingkan hasil

akhir.

5. Mempunyai kualitas pura-pura.

Apabila kita berbicara tentang tahapan perkembangan bermain, maka

kita juga akan membicarakan jenis kegiatan bermain yang menjadi ciri khas

masing-masing tahapan usia. Menurut Kathleen Stassen Barger (dalam

Tedjasaputra, 2001:31), kegiatan bermain dapat dibedakan atas Sensory

Motor Play (Bermain Yang Mengandalkan Indra dan Gerakan-Gerakan

Tubuh), Mastery play (Bermain Untuk Menguasai Keterampilan Tertentu),

Rough and Tumble Play (Bermain Kasar), Social Play (Bermain Bersama),

Dramatic Play (Bermain Peran atau Khayal).

1. Manfaat Bermain

Dari penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan, diperoleh

temuan bahwa bermain mempunyai manfaat yang besar bagi

perkembangan anak. Menurut Tedjasaputra (2001:39-49), manfaat

bermain bagi anak meliputi:

a. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik

Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan yang

banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, maka akan membuat tubuh

anak menjadi sehat. Anggota tubuh anak akan mendapat kesempatan

untuk digerakkan. Anak juga dapat menyalurkan tenaga yang berlebih

sehingga ia tidak merasa gelisah. Kalau anak harus duduk diam

(40)

bersikap bijaksana untuk tidak menuntut anak terlalu lama duduk diam

melakukan tugas tertentu. Sebaiknya guru secara kreatif merancang

variasi kegiatan di dalam maupun di luar kelas yang tidak

membosankan bagi anak (Tedjasaputra, 2001:39).

b. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial

Dengan bermain, anak akan belajar berkomunikasi dengan

sesama teman baik dalam hal mengemukakan isi pikiran dan

perasaannya maupun memahami apa yang diucapkan oleh teman

tersebut, sehingga hubungan dapat terbina dan saling tukar informasi

(pengetahuan) (Tedjasaputra, 2001:41).

c. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian

Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok

teman, anak akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang

kelebihan-kelebihan yang ia miliki sehingga dapat membantu

pembentukan konsep diri yang positif, mempunyai rasa percaya diri dan

harga diri karena ia merasa mempunyai kompetensi tertentu. Anak

belajar bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku agar dapat

bekerja sama dengan teman-teman, bersikap jujur, ksatria, dan

sebagainya (Tedjasaputra, 2001:42).

d. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognisi

Pengetahuan akan konsep-konsep jauh lebih mudah diperoleh

melalui kegiatan bermain. Anak-anak mempunyai rentang perhatian

(41)

”serius”. Tetapi bila pengenalan konsep-konsep tersebut dilakukan

sambil bermain, maka anak akan merasa senang, tanpa ia sadari

ternyata ia sudah banyak belajar (Tedjasaputra, 2001:43).

e. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan

Penginderaan menyangkut penglihatan, pendengaran,

penciuman, pengecapan, dan perabaan. Kelima aspek penginderaan ini

perlu untuk diasah agar anak menjadi lebih tanggap atau peka terhadap

hal-hal yang berlangsung di lingkungan sekitarnya. Menjadikan anak

yang aktif, kritis, kreatif, dan bukan sebagai anak yang acuh tak acuh,

pasif, tidak tanggap, tidak mau tahu terhadap kejadian-kejadian yang

muncul di sekitarnya (Tedjasaputra, 2001:44).

f. Pemanfaatan bermain sebagai media intervensi

Bermain dapat digunakan untuk melatih

kemampuan-kemampuan tertentu dan sering digunakan untuk melatih konsentrasi

atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu, melatih

keterampilan-keterampilan dasar, melatih motorik kasar, halus, dan sebagainya

(Tedjasaputra, 2001:49).

2. Fungsi Bermain

Fungsi permainan bagi anak, antara lain: a) Menyingkirkan

”keseriusan” yang menghambat, b) Menghilangkan stres dalam lingkungan

belajar, c) Mengajak anak terlibat penuh, d) Meningkatkan proses belajar,

(42)

g) Meraih makna belajar melalui pengalaman, h) Memfokuskan siswa

sebagai subjek belajar (Subrata dalam http://www.blogger.com/feeds).

Macam-macam kegiatan bermain menurut Hurlock (1978:320),

antara lain bermain aktif, bermain bebas dan spontan, permainan drama,

melamun, bermain konstruktif, musik, mengumpulkan, mengeksplorasi,

permainan dan olah raga, hiburan, membaca, menonton film,

mendengarkan radio, mendengarkan musik, menonton televisi.

Meskipun bermain banyak fungsinya bagi anak, namun juga

memiliki kelemahan. Penggunaan metode bermain cenderung

membutuhkan waktu yang lebih banyak, padahal materi yang harus

dipelajari dalam matematika sangat banyak dan luas. Dengan demikian,

dikhawatirkan materi yang dipelajari tidak dapat diselesaikan apabila

terus-menerus menggunakan metode bermain. Oleh karena itu, penggunaan

metode bermain juga harus dibatasi dan dirancang sebaik mungkin.

3. Langkah-Langkah Bermain

Menurut Hisyam Zaini dkk (2008:190), kartu aplikasi adalah

kartu-kartu indeks yang diisi peserta didik tentang kemungkinan sebagai aplikasi

nyata materi yang akan mereka pelajari setelah mempelajari prinsip-prinsip

dasar, generalisasi, teori, atau prosedur tertentu.

Langkah-langkah bermain kartu aplikasi, antara lain:

a. Pilih salah satu teori atau konsep atau argumen yang sudah dipelajari

peserta didik agak mendalam dan yang mempunyai implikasi di luar

(43)

b. Tentukan bilangan aplikasi yang diminta dan juga durasi waktu

mengerjakan. Tidak lebih dari tiga kartu cukup memadai dan tiga

sampai lima menit.

c. Sebelum peserta didik memulai, buat satu kata pengantar asesmen

(pengumpulan informasi) dengan singkat, padat, dan jelas.

d. Bagi-bagi kartu aplikasi atau lembaran kertas.

e. Ingatkan peserta didik bahwa mereka mengisi kartu indeks atau

lembaran kertas dengan aplikasi yang ”segar” bukan mengulangi apa

yang telah atau pernah dengar di dalam kelas atau baca dalam teks.

f. Kumpulkan kartu aplikasi.

g. Informasikan kepada peserta didik kapan mereka mendapatkan

feedback.

Berdasarkan acuan di atas peneliti mengembangkan kartu aplikasi

dengan metode bermain keberuntungan dan bermain arisan untuk

meningkatkan pemahaman perkalian bilangan peserta didik kelas III

semester I. Metode ini digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik

dalam memahami penerapan perkalian bilangan dengan mengerjakan soal

yang tertera pada kartu.

4. Bermain Kartu Keberuntungan

Dalam penelitian ini, akan dilaksanakan bermain kartu

keberuntungan. Pada siklus pertama, guru membuat soal perkalian

bilangan yang ditulis dalam potongan kertas seukuran buku tulis. Guru

(44)

kartu kemudian peserta didik memilih sendiri secara acak kartu yang

mereka inginkan, kemudian peserta didik mengerjakan soal

Pada siklus pertama pertemuan pertama dan pertemuan kedua, guru

menyiapkan media kemudian guru memanggil salah satu peserta didik

untuk mengacak kartu keberuntungan tersebut. Peserta didik lain memilih

sendiri kartu yang mereka inginkan, kemudian peserta didik mengerjakan

soal. Guru mengevaluasi pekerjaan peserta didik dengan meminta peserta

didik mengerjakan di depan kelas demikian seterusnya.

Tujuan bermain kartu keberuntungan dapat merangsang

pemahaman peserta didik terhadap perkalian bilangan dan merangsang

kemampuan menghitung perkalian bilangan.

Cara membuat kartu keberuntungan :

a. Buat pola seukuran buku tulis.

b. Gunting pola tersebut.

c. Buat kartu keberuntungan sejumlah peserta didik

d. Tempelkan soal perkalian bilangan di belakang kartu keberuntungan.

e. Hias bagian belakang kartu keberuntungan agar menarik.

(45)

Gambar 2. Contoh bagian belakang kartu keberuntungan

f. Kartu siap dimainkan.

Langkah-langkah bermain kartu keberuntungan:

a. Guru memilih materi tentang perkalian bilangan.

b. Guru menjelaskan aturan bermain dan menentukan waktu mengerjakan

10 soal perkalian bilangan (15 menit).

c. Guru memberikan pengantar untuk peserta didik.

d. Peserta didik mengambil kartu keberuntungan dengan melihat warna

pada bagian belakang kartu keberuntungan.

e. Peserta didik mengerjakan soal perkalian bilangan pada kartu

keberuntungan tersebut.

f. Peserta didik mengumpulkan kartu keberuntungan yang soal perkalian

bilangan sudah dikerjakan, dan mempresentasikan hasil pekerjaan tanpa

melihat soal perkalian bilangan yang sudah dikerjakan.

(46)

5. Bermain Arisan

Pada siklus kedua, akan dilaksanakan bermain arisan. Guru

membuat soal perkalian bilangan yang ditulis dalam potongan kertas

kemudian digulung seperti lotre dan menaruhnya di dalam tempat lotre

yang telah disediakan oleh guru. Peserta didik diajak guru bermain arisan.

Setiap peserta didik mengambil satu lotre dan mengerjakan soal perkalian

bilangan pada kertas lotre dan peserta didik wajib mengerjakannya.

Pada siklus kedua pertemuan pertama dan pertemuan kedua, guru

menyiapkan media kemudian mengelilingi peserta didik, agar peserta didik

mengambil kertas lotre di dalam kotak kemudian mengerjakan soal

perkalian bilangan tersebut di kertas. Guru mengevaluasi pekerjaan dengan

meminta peserta didik mengerjakan di depan kelas, demikian seterusnya.

Tujuan bermain arisan dapat merangsang pemahaman anak

terhadap perkalian bilangan dan merangsang kemampuan menghitung

perkalian bilangan.

Cara membuat Lintingan Lotre:

a. Buat pola seukuran buku tulis

b. Gunting pola tersebut.

c. Buat kertas lotre sejumlah peserta didik

d. Tempelkan soal perkalian bilangan di belakang kertas lotre.

(47)

Gambar 3. Contoh bagian depan kartu lotre

Gambar 4. Contoh bagian belakang kartu lotre

f. Linting kertas kemudian diikat menggunakan pita kecil.

Contoh:

g. Siap dimainkan.

Langkah-langkah bermain arisan:

a. Guru memilih materi tentang perkalian bilangan.

b. Guru menjelaskan aturan bermain dan menentukan waktu mengerjakan

(48)

c. Guru memberikan pengantar untuk peserta didik.

d. Peserta didik mengaduk dan mengambil lintingan kertas secara acak.

e. Peserta didik mengerjakan soal perkalian bilangan pada lintingan kertas

tersebut.

f. Peserta didik mengumpulkan lintingan kertas yang soal perkalian

bilangan sudah dikerjakan, dan mempresentasikan hasil pekerjaan tanpa

melihat soal perkalian bilangan yang sudah dikerjakan.

g. Guru memberikan penguatan dan kesimpulan.

E. Kerangka Pikir

Pada dasarnya anak usia sekolah dasar senang bermain, dengan

bermain mereka lebih leluasa mengutarakan apa yang mereka pelajari.

Seandainya pembelajaran matematika disajikan dalam bentuk bermain,

sehingga peserta didik akan merasa senang dan akan merasa mudah menyerap

materi pelajaran.

Piaget dalam (Hurlock, 1978) menyatakan bahwa sejak lahir, dalam

usia dua tahun seorang anak sudah mulai bermain. Permainan ini jelas terlihat

dalam gerakan-gerakan tubuh, kaki, tangan, dan bagian tubuh lain untuk

menyelidiki dunia sekitarnya dan berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya

(ayah, ibu, dan pembantu). Bagi Piaget, periode ini adalah periode kehidupan

motor sensori seorang anak manusia, untuk menerima dan menyesuaikan

objek-objek yang berhubungan dengan mereka, sesuai waktu dan tempat.

(49)

pikiran, perasaan, dan fantasi mereka. Menjelang dan sesudah umur delapan

tahun, simbol-simbol permainan dan terutama kepercayaan mereka mulai

dimodifikasi lewat interaksinya dengan anak-anak yang sudah lebih dewasa.

Pada saat itu mereka sudah mulai belajar untuk bermain menurut hukum dan

aturan yang berlaku, sekaligus belajar mengendalikan perasaan mereka,

seperti: marah, kecewa, senang, sepi dan diam.

Dengan metode bermain diharapkan mampu menciptakan perasaan

senang, sehingga anak-anak menyukai dan mendorong mereka untuk belajar

matematika dan dengan perasaan senang. Maka diharapkan metode bermain

dapat meningkatkan pemahaman perkalian bilangan peserta didik kelas III

semester I dengan menggunakan metode bermain SD N 1 Banyuripan Bayat

Klaten tahun pelajaran 2010/2011.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian kerangka pikir maka peneliti mengajukan

hipotesis bahwa penggunaan metode bermain dapat meningkatkan

pemahaman perkalian bilangan peserta didik kelas III semester I SD N 1

(50)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian penggunaan metode bermain dapat meningkatkan

pemahaman perkalian bilangan peserta didik ini termasuk penelitian tindakan

kelas, karena penelitian ini menggunakan data untuk memperbaiki keadaan

yang kurang memuaskan dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang

ada di kelas. Menurut Suwarsih Madya (2006:66), ada empat jenis penelitian

tindakan yang pernah dikembangkan, seperti dijelaskan oleh Chein, Cook,

dan Harding (1982). Tiap-tiap jenis penelitian tindakan mempunyai kelebihan

dan kekurangannya sendiri. Peneliti mengikuti skema sebagai berikut:

Siklus 1 Siklus 2

Gambar 5. Proses Dasar Penelitian Tindakan

(Dimodifikasi dari Burn, 1999:33)

REFLEKSI PERENCANAAN

TINDAKAN DAN OBSERVASI

REFLEKSI

TINDAKAN DAN OBSERVASI

PERENCANAAN REFLEKSI

(51)

A. Setting Penelitian

1. Subyek penelitian

Subjek yang akan diteliti adalah peserta didik kelas III semester I SD N 1

Banyuripan Bayat Klaten yang berjumlah 26 peserta didik tahun

pelajaran 2010/2011.

2. Lama Penelitian

Lama penelitian diperkirakan 2 minggu, yang terdiri dari 2 siklus. Siklus

1, dilakukan 2 kali pertemuan, setiap pertemuan dua jam mata pelajaran

(2 jp) Siklus ke 2, direncanakan 2 kali pertemuan, setiap pertemuan dua

jam mata pelajaran.

3. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian di SD N 1 Banyuripan Bayat Klaten

semester I tahun pelajaran 2010/2011.

4. Obyek Penelitian

Prestasi belajar peserta didik kelas III semester I SD N 1 Banyuripan

Bayat Klaten semester I tahun pelajaran 2010/2011.

5. Waktu Penelitian

Tabel 2. Jadwal Penelitian

No Kegiatan 3. Pelaksanaan

peneliatian √

4. Pengumpulan

data √ √

5. Pengolahan

(52)

No Kegiatan

B. Prosedur Penelitian

1. Persiapan Pembelajaran terdiri dari :

a. Menyusun Silabus

Silabus yang akan dipakai dalam penelitian ini berpedoman

pada materi kelas III semester I mengenai perkalian bilangan, yang

akan dipakai untuk empat kali pertemuan. Berpedoman pada standar

kompetensi yang berisi melakukan perkalian dan pembagaian

bilangan sampai dua angka, dan kompetensi dasar yang berisi

melakukan perkalian bilangan yang hasilnya bilangan dua angka.

b. Menyusun RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dikembangkan dengan

format sebagai berikut (1) identitas yang berisi sekolah, kelas,

semester, alokasi waktu (2) materi pembelajaran yang akan

dilaksanakan di kelas yaitu menterjemah dari kompetensi dasar yang

akan disampaikan kepada peserta didik. Kompetensi dasar dijabarkan

ke dalam indikator, materi pokok, penelitian ini akan dilaksanakan

dengan dua siklus yaitu siklus pertama dan siklus kedua.

c. Menyusun LKS

Lembar kegiatan peserta didik dikembangkan dengan format

(53)

alokasi waktu (2) materi pembelajaran yang akan dilaksanakan di

kelas yaitu menterjemah dari kompetensi dasar yang akan

disampaikan kepada peserta didik. Kompetensi dasar dijabarkan ke

dalam indikator, materi pokok, (3) perencanaan pembelajaran yang

terdiri dari kegiatan (a) awal/pembukaan pelajaran, (b) kegiatan inti,

dan (c) kegiatan belajar yang berisi soal-soal latihan, (d) refleksi.

d. Menyusun Soal Pretes

Soal pretes digunakan untuk mengukur kemampuan awal

peserta didik dalam mengerjakan soal-soal pemahaman perkalian

bilangan.

e. Menyusun Tes Siklus I dan Siklus II

Tes digunakan untuk mengukur pemahaman peserta didik

dalam mengerjakan soal-soal pemahaman perkalian bilangan.

f. Menyusun Lembar Pengamatan

Dalam penelitian ini akan digunakan dua lembar pengamatan,

yaitu satu lembar pengamatan terhadap peserta didik dan satu lembar

pengamatan pemahaman peserta didik dalam mengerjakan soal

pemahaman perkalian bilangan. Lembar pengamatan terhadap peserta

didik digunakan untuk mengukur respon peserta didik terhadap

(54)

2. Rencana Tindakan

Rencana penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus

pertama dengan mengunakan metode bermain kartu keberuntungan.

Siklus kedua dengan mengunakan metode bermain arisan, serta setiap

akhir siklus diadakan evaluasi.

a. Siklus I (2 pertemuan)

Pembelajaran matematika pada sikus I akan dilakukan bermain kartu

keberuntungan. Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali

pertemuan, dimana setiap pertemuan adalah 2 JP.

1). Perencanaan Tindakan

Peneliti mempersiapkan Silabus dan menyusun

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), metode bermain

kartu keberuntungan dan tes pemahaman di akhir siklus I.

2). Pelaksanaan Tindakan I

a) Peneliti melaksanakan pembelajaran matematika

menggunakan metode bermain kartu keberuntungan.

b) Guru memberikan apersepsi pembelajaran kepada peserta

didik.

c) Guru memberikan penjelasan tentang metode bermain kartu

keberuntungan.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi

peserta didik agar belajar dengan baik.

(55)

f) Guru mengacak kartu keberuntungan.

g) Peserta didik memilih kartu keberuntungan yang sesuai

dengan keinginannya.

h) Peserta didik mengerjakan soal yang ada di kartu

keberuntungan.

i) Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan.

j) Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban

yang benar.

k) Guru memberikan penghargaan bagi peserta didik yang

dapat menyelesaikan tugas sebelum waktu selesai.

l) Guru membuat ringkasan materi dan melaksanakan tes hasil

pemahaman pada akhir siklus I.

3). Observasi

Data yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik diukur

dengan tes tertulis, sedangkan data yang berkaitan dengan

respon peserta didik terhadap pembelajaran diukur dengan

lembar pengamatan terhadap peserta didik.

4). Refleksi

Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:

a) Mengevaluasi kembali apa yang dilakukan pada pelaksanaan

siklus I, tentang apa yang berhasil, kendala dan hambatan

(56)

b) Membandingkan hasil tes pemahaman dan observasi yang

sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah

ditetapkan.

c) Merencanakan perbaikan berdasarkan hasil tes pemahaman

dan observasi untuk dilakukan pada siklus II.

b. Siklus II (2 pertemuan)

Pembelajaran matematika pada sikus II akan dilakukan bermain

arisan. Siklus ini akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan,

dimana setiap pertemuan adalah 2 JP.

1). Perencanaan Tindakan

Dalam tahap perencanaan peneliti mempersiapkan

Silabus dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), metode bermain arisan dan tes pemahaman di akhir

siklus II.

2). Pelaksanaan Tindakan II

a) Peneliti melaksanakan pembelajaran matematika

menggunakan metode bermain arisan.

b) Guru memberikan apersepsi pembelajaran kepada peserta

didik.

c) Guru memberikan penjelasan tentang metode bermain

arisan.

d) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi

(57)

e) Guru mengajak peserta didik bermain arisan.

f) Guru mengaduk lintingan kertas yang berada di kotak

arisan.

g) Peserta didik mengambil lintingan kertas di dalam kotak

arisan.

h) Peserta didik mengerjakan soal yang ada di lintingan kertas.

i) Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaan.

j) Guru memberikan penguatan dengan memberikan jawaban

yang benar.

k) Guru memberikan penghargaan bagi peserta didik yang

dapat menyelesaikan tugas sebelum waktu selesai.

l) Guru membuat ringkasan materi dan melaksanakan tes hasil

pemahaman pada akhir siklus II.

3). Observasi

Data yang berkaitan dengan pemahaman peserta didik diukur

dengan tes tertulis, sedangkan data yang berkaitan dengan

respon peserta didik terhadap pembelajaran diukur dengan

lembar pengamatan terhadap peserta didik.

4). Refleksi

Refleksi yang dilakukan peneliti adalah:

a) Mengevaluasi kembali apa yang dilakukan pada pelaksanaan

siklus II, tentang apa yang berhasil, kendala dan hambatan

(58)

b) Membandingkan hasil tes dan observasi yang sudah dicapai

dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan untuk

memutuskan apakah siklus dilanjutkan atau tidak.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini terdapat 2 macam data, yaitu data yang berkaitan

dengan pemahaman perkalian peserta didik dan respon peserta didik terhadap

pembelajaran. Data tentang penggunaan metode bermain sesuai dengan

pemahaman perkalian peserta didik diukur dengan tes pemahaman atau

ulangan, sedangkan data yang berkaitan dengan respon peserta didik terhadap

pembelajaran diukur dengan lembar pengamatan. Lembar pengamatan di isi

oleh guru lain sebagai pengamat.

D. Instrumen

Penelitian ini akan menggunakan 2 jenis instrumen, yaitu :

1. Tes tertulis (soal tes pemahaman)

Soal tes pemahaman (soal ulangan) berupa soal isian yang dikembangkan

sendiri oleh penulis dengan bimbingan dosen pembimbing (expert

judgement). Soal isian berjumlah 10 nomor, yang masing-masing nomor

mempunyai bobot 2.

Dengan ketentuan: Skor 2 : Jika jawaban benar

Skor 0 : Jika jawaban salah

Berikut kisi-kisi soal tes pemahaman (soal ulangan) siklus I dan siklus II:

(59)

Tabel 3 Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Siklus I Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator

No. Soal

• Memahami fakta dasar perkalian bilangan.

• Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.

• Menyelesaikan

Tabel 4 Taraf Kesukaran Soal Tes Pemahaman Siklus I

Indikator Mudah Sedang Sulit

• Memahami fakta dasar

perkalian bilangan. 1 2 3

• Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.

4,6 7 5

• Menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian bilangan.

10 9 8

Soal Tes Pemahaman Siklus II

Tabel 5 Kisi-Kisi Soal Tes Pemahaman Siklus II Standar

Kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator

No. Soal

• Memahami fakta dasar perkalian bilangan.

• Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.

(60)

Tabel 6 Taraf Kesukaran Soal Tes Pemahaman Siklus II

Indikator Mudah Sedang Sulit

• Memahami fakta dasar

perkalian bilangan. 5, 7 4 6

• Mengalikan bilangan sampai dengan 100 dengan berbagai cara.

8 9 10

• Menyelesaikan masalah yang mengandung perkalian bilangan.

2 3 1

Tabel 7 Rincian Soal Tes Pemahaman Siklus I dan Siklus II Berdasarkan Jenis Soal

No Jenis Soal Jumlah Soal

Skor Maksimal Tiap Nomor

Jumlah Skor Maksimal

1 Isian 10 2 20

Jumlah 20

2. Lembar Pengamatan

Digunakan lembar pengamatan yang dikembangkan sendiri.

Petunjuk Penilaian Lembar Pengamatan:

Menurut Masidjo (1995:153), dengan mengacu PAP I yaitu

seorang guru telah menetapkan suatu batas penguasaan bahan pelajaran

atau kompetensi minimal yang dianggap dapat meluluskan (passing

score) dari keseluruhan penguasaan bahan yakni 65% yang diberi nilai

cukup (6 atau C). Untuk nilai-nilai di atas atau di bawah cukup

(61)

Tabel 8. PAP tipe I

Tingkat Penguasaan Kompetensi Nilai Huruf

90% - 100%

80% - 89%

65% - 79%

55% - 64%

Di bawah 55%

A

B

C

D

E

Berdasarkan tabel diatas peneliti membuat kategorisasi tingkat

pelaksanaan praktikan dengan skala penilaian sebagai berikut:

Tabel 9. Kategorisasi pengamatan terhadap pemahaman perkalian bilangan

No Skor Kategori Keterangan

1. 36 – 40 A Sangat Baik

2. 32 – 35 B Baik

3. 26 – 31 C Cukup

4. 22 – 25 D Kurang

5. Kurang dari 22 E Sangat Kurang

Tabel 10. Kategorisasi pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan metode bermain

No Skor Kategori Keterangan

1. 50 – 56 A Sangat Baik

2. 45 – 49 B Baik

3. 36 – 44 C Cukup

4. 31 – 35 D Kurang

(62)

3. Analisis Data

Analisis diskriptif teknik tertulis dalam pemahaman perkalian

bilangan dengan menggunakan metode bermain. Dalam penelitian ini

pemahaman peserta didik, dinyatakan dengan skor hasil tes pemahaman.

Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan pemahaman peserta didik,

langkah-langkah analisisnya adalah:

a. Dihitung nilai tes pemahaman peserta didik dengan rumus:

Nilai = 100

b. Dihitung nilai rata-rata tes pemahaman dengan rumus:

Nilai rata-rata =

didik

c. Dihitung persentase peserta didik yang telah mencapai nilai KKM

dengan rumus:

Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan

dari hasil pengalaman (Suharsimi, 1984:53). Validitas sebuah tes adalah

sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya di ukur

(Masidjo, 1995:244).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas isi.

(63)

suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau

diteskan (Masidjo, 1995:243). Pokok-pokok penting dalam validitas isi

yaitu dalam suatu tes perlu mewakili masalah yang akan diuji dan dalam

satu tes seharusnya sesuai, biasanya didasarkan pada penilaian para ahli

dalam bidang tersebut (Masri, 1985:100). Seorang guru seharusnya

merencanakan dengan sungguh-sungguh tes hasil belajar dengan menaati

langkah merumuskan tujuan instruksional dan visualisasi kisi-kisi

sebagai langkah-langkah perencanaan tes buatan guru.

E. Indikator Keberhasilan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pembelajaran matematika yang

harus dikuasai siswa kelas III semester I SDN 1 Banyuripan tahun pelajaran

2010/2011 adalah 60. Dalam menyusun indikator keberhasilan, digunakan

pada penelitian tindakan kelas ini adalah pencapaian nilai rata-rata tes peserta

didik pada siklus I adalah 60 dan pada akhir siklus II adalah 65. Jika di akhir

siklus II nilai rata-rata tes peserta didik mencapai 65 maka pembelajaran

dikatakan berhasil. Sedangkan nilai tes pemahaman peserta didik diperoleh

(64)

Kriteria keberhasilan peneliti adalah sebagai berikut:

Tabel 11.Indikator Keberhasilan

Indikator Keberhasilan

Nilai Kondisi

Awal (Pretes)

Kondisi yang

diharapkan Instrumen

Siklus I Siklus II

Nilai hasil tes pemahaman perkalian bilangan peserta didik (dihitung rata-rata kelas)

33,46 60 65 Tes tertulis

Peserta didik yang mencapai KKM

7,69 % 60 % 70%

Gambar

Tabel 22. Pembandingan Skor Dan Kategorisasi Hasil
Gambar 1. Contoh Bagian Depan Kartu Keberuntungan ...............
Tabel 1. Tabel Fakta Dasar Perkalian
Gambar 1. Contoh bagian depan kartu keberuntungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran konsep fisika melalui pengalaman yang nyata akan lebih mudah dipelajari siswa SD karena perkembangan intelektual anak dan emosinya dipengaruhi langsung oleh

PT. Santosa Agrindo adalah anak perusahaan dari PT. Japfacomfeed Indonesia yang bergerak di agribisnis peternakan sapi potong, penggemukan sapi potong dan pengolahan daging.

Tentukan Indeks Kesukaran dan Daya Pembeda tiap soal Jawab

Demikian pula sudah tersedia banyak pengalaman baik (best practices) dari kejadian-kejadian gempa yang pernah terjadi di tanah air, maupun dari pengalaman negara-negara maju

[r]

Sebelas dimulai pukul 13.10 WIB hingga selesai, kami yang bertanda tangan dibawah ini, selaku panitia Pengadaan Barangilasa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Tahun

Mahasiswa dapat menjelaskan dan menganalisis konsep dasar dan masalah ekonomi, perkembangan ekonomi, kegiatan ekonomi, permintaan dan penawaran, bentuk-bentuk pasar,

272 Batang mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa untuk pelaksanaan kegiatan tahun anggaran 2014 seperti tersebut dibawah ini