• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model alat penghasil garam bak terbuka dengan tambahan reflektor - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Model alat penghasil garam bak terbuka dengan tambahan reflektor - USD Repository"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

i

AT PENGHASIL GARAM BAK T

NGAN TAMBAHAN REFLEKTO

TUGAS AKHIR

iajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

(2)

ii

OPEN RE

Present

MECHANIC

SCIEN

SA

ii

RESERVOIR SALT MAKER MO

WITH REFLECTOR

FINAL PROJECT

sented as partitial fulfilment of the requirement

As to obtain the Sarjana Teknik degree

In Mechanical Engineering

By:

MARIUS GALIH JATIKUSUMA NIM : 085214026

ICAL ENGINEERING STUDY PROGR

ENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2012

ii

ODEL

nt

OGRAM

(3)
(4)
(5)
(6)

vi pangkalan data, mendi internet maupun medi injin dari saya ma mencantumkan nama sa

Demikian pernyataan i

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 25 Juni

Yang menyatakan

(Marius Galih Jatikusum

vi

EMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN A

an di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sa

: Marius Galih Jatikusuma

Mahasiswa : 085214026

kan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Dharma karya ilmiah dengan judul :

PENGHASIL GARAM BAK TERBUK FLEKTOR

saya memberikan kepada Universitas Sanata Dha galihkan dalam bentuk media lain, mengelolany

endistribusikan secara terbatas, dan mempubl edia lain untuk kepentingan akademis tanpa maupun memberikan royalti kepada saya

a saya sebagai penulis.

an ini yang saya buat dengan sebenarnya.

(7)

vii

INTISARI

Garam merupakan salah satu bahan dasar yang banyak dibutuhkan

manusia. Garam banyak digunakan sebagai salah satu bumbu dapur, bahkan

merupakan salah satu bahan dasar yg pokok dalam bidang kimia dan farmasi.

Pada umumnya, garam dibuat dengan cara mengumpulakan air pada suatu wadah

dan menguapkan airnya yang biasanya dijemur di bawah sinar matahari.

Melalui alat ini dapat diketahui seberapa jauh pengaruh penambahan

reflektor pada alat penghasil garam bak terbuka. Dilakukan pengujian

perbandingan antara alat penghasil garam bak terbuka tanpa reflektor dengan alat

penghasil garam bak terbuka dengan tambahan reflektor.

Alat penghasil garam tenaga surya dalam penelitian ini terdiri dari 2 (dua)

model alat yang meliputi alat penghasil garam tanpa reflektor dan alat penghasil

garam menggunakan reflektor. Dimensi alat penghasil garam (bak terbuka) yang

digunakan adalah panjang 1 meter, lebar 0,5 meter, dan tinggi 0,05 meter.

Dimensi reflektor yang digunakan (1 set) adalah 1 meter x 0,5 meter 2 (dua) buah

dan 0,5 meter 0,5 meter 2 (dua) buah dengan luasan aperture total 0,65 m2. Variasi volume yang diujikan adalah 3 liter, 4 liter, dan 5 liter serta 6 liter pada

pengujian pembuatan garam.

Pada pengujian alat berdasarkan variasi volume, yang ditinjau adalah

peningkatan kadar garam pada air laut hasil penjemuran. Persentase volume air

tertinggi yang diuapkan oleh alat pengasil garam menggunakan reflektor adalah

51,67% (alat tanpa reflektor 31,67%) pada variasi volume 3 liter (ketinggian

6mm). Efisiensi tertinggi alat penghasil garam menggunakan reflektor adalah

55,89% (alat tanpa reflektor 78,21%) pada variasi volume 3 liter (ketinggian air

6mm). Penambahan reflektor mengurangi efisiensi, namun dapat meningkatkan

laju penguapan air hingga 20%. Alat dengan tambahan reflektor dapat

menghasilkan garam dalam waktu 3 hari (penjemuran 3,5 jam per hari).

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan rahmat-Nya tugas akhir yang berjudul “Model Alat Penghasil Garam

Bak Terbuka dengan Tambahan Reflektor” dapat diselesaikan dengan baik yang

merupakan salah satu persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program

studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Dalam proses penyusunan naskah ini, banyak pihak yang telah membantu

dan secara khusus saya juga berterimakasih kepada :

1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ir. P.K. Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik

Mesin.

3. Bapak I Gusti Ketut Puja, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing tugas

akhir yang telah mendampingi dan memberikan bimbingan dalam

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing

akademik.

5. Bapak Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. selaku dosen mata kuliah pilihan

Rekayasa Surya yang telah membantu memberikan referensi serta

masukan dalam proses pengerjaan alat dan data.

6. Orang tua penulis St. Murwantoro dan Eleonora Nuryani yang telah

(9)
(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

TITLE PAGE ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

INTISARI ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.3 Manfaat ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 5

2.1 Garam ... 5

2.2 Perpindahan Kalor ... 7

(11)

xi

2.4 Alat Penghasil Garam Tenaga Surya ... 8

2.5 Reflektor ... 8

2.6 Unjuk Kerja Alat Penghasil Garam Tenaga Surya ... 9

2.7 Penelitian yang Pernah Dilakukan ... 10

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 12

3.1 Alt Penghasil Garam Tenaga Surya ... 12

3.2 Alat Tambahan ... 13

3.3 Variabel yang Divariasikan ... 15

3.4 Variabel yang Diukur ... 16

3.5 Langkah Penelitian ... 16

BAB IV. PEMBAHASAN ... 18

4.1 Data Penelitian ... 18

4.2 Perhitungan Data ... 18

4.3 Pembahasan ... 34

BAB V. PENUTUP ... 41

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Luas Aperture Reflektor Pada Alat

Penghasil Garam Menggunakan Reflektor 20

Tabel 4.2. Hasil Pengurangan Volume Air Pada Alat Penghasil Garam

Tenaga Surya 21

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Massa Air yang Diuapkan 21

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Rata-rata Radiasi Matahari 22

Tabel 4.5. Perhitungan Rata-rata Temperatur Selama Waktu Penjemuran

dari Tiap Variasi Pengambilan Data 28

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Efisiensi Alat Penghasil Garam 29

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Tanpa Reflektor 12

Gambar 3.2. Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Menggunakan

Reflektor 12

Gambar 3.3. Solar Meter 13

Gambar 3.4.Thermokopel Display 14

Gambar 3.5.Thermokoppel Channel 15

Gambar 3.6. Gelas Ukur 16

Gambar 3.7. Alat Ukur Kadar Garam Sederhana 17

Gambar 4.1a. Skema Alat Penghasil Garam Menggunakan Reflektor

(tampak atas) 26

Gambar 4.1b. Skema Alat Penghasil Garam Menggunakan Reflektor

(tampak samping) 26

Gambar 4.1c. Skema Alat Penghasil Garam Menggunakan Reflektor

(tampak depan) 27

Gambar 4.2a. Grafik Perubahan Temperatur dan Intensitas Radiasi

Matahari Terhadap Waktu Pada Percobaan Dengan Variasi

Ketinggian Air Awal 6mm (Volume Awal 3 liter) 33

Gambar 4.2b. Grafik Perubahan Temperatur dan Intensitas Radiasi

Matahari Terhadap Waktu Pada Percobaan Dengan Variasi

(14)

xiv

Gambar 4.2c. Grafik Perubahan Temperatur dan Intensitas Radiasi

Matahari Terhadap Waktu Pada Percobaan Dengan Variasi

Ketinggian Air Awal 10mm (Volume Awal 5 liter) 35

Gambar 4.3. Grafik Efisiensi Alat Penghasil Garam Tenaga Surya 37

Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Volume Air Yang Diuapkan Antara

Alat Penghasil Garam Tanpa Reflektor dengan Alat

Penghasil Garam Menggunakan Reflektor 39

Gambar 4.5a. Grafik Perubahan Kadar Garam Dalam Percobaan

Penjemuran Selama 4 Hari Berturut-turut Pada Alat

Penghasil Garam Tenaga Surya 40

Gambar 4.5b. Grafik Perubahan Volume Air Laut Dalam Percobaan

Penjemuran Selama 4 Hari Berturut-turut Pada Alat

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Percobaan 52

Tabel 1. Data Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

Dengan Variasi Volume Awal Air Laut 3 liter 20

Tabel 2. Data Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

Dengan Variasi Volume Awal Air Laut 4 liter 21

Tabel 3. Data Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

Dengan Variasi Volume Awal Air Laut 5 liter 22

Tabel 4. Data Kadar Garam dan Volume Air Laut Pada Percobaan

Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Berdasarkan Variasi

Masing-masing 23

Tabel 5. Data Intensitas Radiasi Matahari Pada Percobaan Alat

Penghasil Garam Selama 4 Hari 23

Tabel 6. Data Pengurangan Volume Air Laut dan Perubahan Kadar

Garam Berdasarkan Percobaan Penjemuran Selama 4 Hari 25

Lampiran 2. Proses Penjemuran Kedua Alat Penghasil Garam 52

Lampiran 3. Pengukuran Kadar Garam Air Laut Setelah Penjemuran 53

Lampiran 4. Mulai Terbentuk Kristal Garam (Hari ke-2 Alat Dengan

Reflektor) 54

Lampiran 5. Mulai Menjadi Garam (Hari ke-3, pukul 11:30. Alat Dengan

(16)

xvi

Lampiran 6. Sebagian Besar Telah Menjadi Garam (Hari ke-3, pukul

13:00. Alat Dengan Reflektor) 55

Lampiran 7. Telah Menjadi Garam (Akhir Hari Ke-3. Pukul 15:00. Alat

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Dewasa ini, air bersih

sulit didapat terutama di daerah tandus, permukiman padat penduduk, daerah

perkotaan, daerah pinggiran kawasan industri, dan pesisir pantai. Di daerah

pesisir pantai, air yang tersedia mengandung garam yang apabila tetap

dikonsumsi terus menerus tidak baik bagi kesehatan.

Alat destilasi tenaga surya merupakan alat yang digunakan untuk

memurnikan air yang terkontaminasi agar menjadi air layak konsumsi dengan

memanfaatkan energi surya. Dengan memanfaatkan energi surya, maka tidak

diperlukan biaya tambahan selain pengadaan alat yang menjadikan sebuah

keuntungan penggunaan alat ini. Secara umum, alat destilasi tenaga surya

terdiri dari 2 (dua) komponen penting yaitu atap yang berupa kaca untuk

menangkap uap air dan absorber yang memiliki kemampuan menyerap radiasi

matahari sehingga dapat menaikkan temperatur air terkontaminasi.

Dewasa ini, mulai diteliti kembali mengenai unjuk kerja alat destilasi

air tenaga surya. Bila alat ini digunakan untuk air laut, maka selain air bersih

juga didapatkan air dengan kadar garam yang tinggi. Air dengan kadar garam

tinggi ini dapat menjadi garam bila diproses lebih lanjut.

Pada penelitian ini, awalnya dibuat alat destilasi air laut untuk

menghasilkan air bersih sekaligus garam. Alat destilasi ini juga dibandingkan

(18)

dengan bak terbuka (berukuran sama dengan bak dalam alat destilasi) untuk

mengetahui unjuk kerja penguapannya berkaitan dengan penghasilan garam.

Dari penelitian tersebut, air laut dalam bak terbuka dapat menguap lebih

banyak dari pada alat destilasi tertutup, meskipun temperatur air pada alat

destilasi tertutup jauh lebih tinggi (destilasi terbuka ± 35°C, destilasi tertutup

mencapai 60°C). Dengan laju penguapan yang lebih cepat, bak terbuka dapat

menguapkan air sampai 30% sehingga juga meningkatkan kadar garam dalam

air hingga 3% dalam waktu 2 jam (volume air laut mula-mula 3 liter).

Berdasarkan pegamatan tersebut, didapat sebuah fenomena menarik

bahwa sesungguhnya cara yang telah dilakukan oleh petani garam dengan

menjemur air laut begitu saja adalah benar. Pada awalnya diprediksi bahwa

alat destilasi tertutup dapat menguapkan air lebih banyak karena air dalam alat

destilasi dapat mencapai suhu tinggi sihingga dapat meningkatkan produksi

garam bila dikembangkan lebih lanjut, namun pada kondisi lapangan bak

terbuka yang justru dapat menguapkan air lebih banyak.

Garam merupakan salah satu bahan dasar yang banyak dibutuhkan

manusia. Garam banyak digunakan sebagai salah satu bumbu dapur, bahkan

merupakan salah satu bahan dasar yang pokok dalam bidang kimia dan

farmasi. Pada umumnya, garam dibuat dengan cara mengumpulakan air laut

pada suatu wadah dan menguapkan airnya dengan cara dijemur di bawah sinar

matahari. Berdasarkan fenomena di atas dan melihat cara sederhana untuk

(19)

peningkatan efisiensinya. Dalam penelitian ini, akan ditambahkan reflektor

pada alat destilasi terbuka dan akan dilihat seberapa besar pegaruhnya.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui unjuk kerja

model penghasil garam bak terbuka dengan tambahan reflektor yang dilihat

dari laju penguapan air, efisiensi alat, dan waktu yang dibutuhkan untuk

menghasilkan garam.

1.3 Manfaat

1. Menambah kepustakaan teknologi alat tenaga surya.

2. Dapat menjadi referensi bagi petani garam untuk meningkatkan produksi

garam.

1.4 Batasan Masalah

Pada penelitian ini, alat penghasil garam yang dibuat dan diteliti unjuk

kerjanya ada 2 (dua) jenis, yaitu: (1) alat penghasil garam tanpa reflektor, dan

(2) alat penghasil garam dengan menggunakan reflektor. Bak penampung air

laut menggunakan plat besi dengan lapisan cat hitam yang sekaligus

berfungsi sebagai absorber. Reflektor menggunakan aluminium foil sebagai

bahan yang berfungsi memantulkan cahaya matahari ke dalam bak. Reflektor

(20)

dilapangan mengenai arah pantulan cahaya matahari ke dalam bak. Kelebihan

alat penghasil garam dengan tambahan reflektor adalah jumlah radiasi

matahari yang diberikan kepada air dalam bak lebih banyak daripada alat

penghasil garam tanpa reflektor.

Variabel yang diatur pada penelitian ini adalah ketinggian awal air laut,

dengan 3 (tiga) variasi yakni 6mm, 8mm, dan 10mm. Pada saat pengujian,

penentuan ketinggian air dilakukan dengan menggunakan pendekatan volume

berdasarkan luas bak 0,5 m2, yaitu 3 liter untuk ketinggian air 6mm, 4 liter untuk ketinggian air 8mm, dan 5 liter untuk ketinggian air 10mm. Kedua alat

diletakkan di bawah sinar matahari langsung secara bersamaan pada jam yang

sama disetiap variasi pengambilan data, selain itu akan dicoba ketinggian

awal air laut 12mm dan dijemur selama 4 hari. Unjuk kerja alat penghasil

garam dapat ditunjukkan dari volume air yang mampu diuapkan dalam wadah

dan peningkatan kadar garam dalam air laut. Penggunaan reflektor pada

penelitian ini hanya ditujukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan

unjuk kerjanya yang terjadi, sehingga tidak ditinjau lebih dalam mengenai

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan berwarna putih berbentuk

kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar natrium

klorida (>80 %) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium

sulfat, kalsium klorida dan lain-lain. Garam mempunyai sifat mudah menyerap

air, density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8 - 0,9 dan titik lebur pada tingkat

suhu 801°C (BRKP, 2001).

Selama ini garam di Indonesia diproduksi oleh Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) dalam hal ini PT. Garam (Persero), dan petani-petani garam

atau yang dikenal sebagai penggaraman rakyat. Sebagian besar sumber garam

di Indonesia didapat dari air laut, dan dalam jumlah yang relatif sangat kecil

sekali didapat dari air garam dalam tanah. Teknologi pembuatan garam yang

digunakan adalah dengan sistem penguapan air laut menggunakan sinar

matahari (solar energy) diatas lahan tanah, namun ada beberapa daerah yang

memproduksi garam dengan cara memasak karena kondisi tanah yang porous

yaitu propinsi Aceh dan Bali. Produktivitas lahan garam tiap daerah tidaklah

sama, hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas tanah yang tersedia, kelembaban

udara, kecepatan angin dan sistem teknologi yang digunakan. Jumlah areal

penggaraman yang dimiliki oleh PT. Garam (Persero) relatif luas dan letaknya

menyatu (tidak berpencar-pencar). Berbeda dengan yang dimiliki oleh rakyat,

(22)

dimana meskipun total area penggaraman rakyat seluruh Indonesia adalah

relatif lebih luas namun karena merupakan milik-milik pribadi dengan luas

kepemilikan rata-rata < 3 Ha dan letaknya terpencar-pencar, maka satu tahapan

proses produksi dilakukan pada lahan yang sama. Tentu saja hal ini

berpengaruh pada kualitas produksi yang dihasilkan (BRKP, 2001).

Di Bali, garam diproduksi secara tradisional di ladang-ladang garam

yang terhampar di bibir-bibir pantai. Secara tradisional, proses pembuatan

garam di Bali sangat sederhana. Mula-mula petani garam menyiramkan air laut

ke ladang garam. Ladang garam adalah petak-petak yang dibuat di hamparan

pasir di tepi pantai. Penyiraman air laut itu dilakukan pada pagi hari. Setelah

terpanggang cahaya matahari sejak pagi hingga sore, pasir yang bercampur air

laut itu akan membentuk gumpalan-gumpalan. Oleh petani garam, gumpalan

pasir tersebut dikumpulkan lalu diletakkan pada bak yang tinggi, kemudian

disiram lagi dengan air laut. Air yang meresap turun ditampung dalam sebuah

wadah, lalu disiramkan kembali ke dalam bak tadi. Tampungan air resapan

yang kedua ditempatkan pada bak yang terbuat dari batang pohon kelapa, aren

atau pohon besar lainnya. Setelah beberapa lama, air tersebut akan mengristal

menjadi garam. Garam tersebut lalu diambil dan ditiriskan dan siap untuk

dijual. Pada cuaca baik, seluruh proses tersebut berlangsung selama lima

(23)

2.2 Perpindahan Kalor

Proses perpindahan kalor pada alat penghasil garam tenaga surya terjadi

melalui 3 (tiga) cara, yaitu:

1. Konduksi

Konduksi merupakan proses perpindahan energi kalor dari benda

yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah melalui

benda padat (solid, juga dapat fluida cair yang partikelnya tidak bergerak)

sebagai zat perantara.

2. Konveksi

Konveksi merupakan proses perpindahan energi kalor yang terjadi

antara zat cair atau fluida (fluida dengan partikel yang bergerak) dengan

benda padat yang bersentuhan secara langsung.

3. Radiasi

Radiasi merupakan proses perpindahan energi kalor yang terjadi

tanpa media perantara yang terpancar dari benda yang memiliki

termperatur lebih tinggi dan diserap oleh benda lain yang memiliki

temperatur lebih rendah.

2.3 Penguapan

Penguapan (evaporation), perubahan suatu cairan menjadi gas pada

(24)

permukaan yang terbuka dan kepada kelembaban udara. Menurut teori ilmu

daya gerak molekul benda, penguapan terjadi karena

molekul-molekul pada permukaan cairan mendapat cukup kecepatan hingga dapat

melepaskan diri dari tarikan molekul-molekul dalam cairan tsb.

Molekul-molekul yang keluar ke udara ini terhalang kembali ke tempat semula karena

adanya tumbukan-tumbukan dengan udara yang menyebabkan arah geraknya

berubah-ubah. Karena pertambahan daya gerak molekul memerlukan panas,

tenaga panas terpaksa diambil dari sekelilingnya sehingga mengakibatkan

penurunan temperatur, baik daripada cairan maupun daripada sekelilingnya

(Shadily,1977).

2.4 Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

Komponen utama alat penghasil garam tenaga surya sederhana ini

adalah wadah penampung air laut. Wadah yang digunakan beragam, ada yang

menggunakan plastik, batang pohon aren, bak semen, tanah liat, dan

sebagainya. Wadah tersebut berfungsi untuk menampung air laut, yang

kemudian akan dijemur dibawah sinar matahari selama beberapa hari (sesuai

kondisi cuaca) sampai menjadi garam.

2.5 Reflektor

Reflektor dalam penelitian ini merupakan suatu bahan yang dapat

(25)

matahari sehingga memperbanyak radiasi matahari yang masuk ke dalam

bak/absorber pada alat penghasil garam tenaga surya.

2.6 Unjuk Kerja Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

Unjuk kerja alat penghasil garam tenaga surya dinyatakan dengan

volume air yang dapat diuapkan selama proses penjemuran dan perubahan

kadar garam yang terjadi. Volume air yang diuapkan dilihat dari perbedaan

volume awal dan volume akhir penjemuran. Perhitungan efisiensi alat

penghasil garam ditinjau dengan persamaan efisiensi destilator yang

merupakan perbandingan antara jumlah energi yang digunakan selama proses

penguapan sejumlah air dalam destilator dengan jumlah radiasi surya selama

rentang waktu tertentu. Efisiensi alat penghasil garam dapat dihitung dengan

persamaan (Arismunandar, 1995) :

=

∫ (1)

Dengan :

Ad : Luasan bak/ luasan radiasi yang masuk (m2) dt : Lama waktu penguapan (s)

G : Radiasi surya (W/m2) hfg : Kalor laten air (J/kg)

(26)

2.7 Penelitian yang Pernah Dilakukan

Penelitian terkait mengenai pembuatan garam dengan cara penjemuran

seperti yang dilakukan oleh petani garam pada umumnya, belum ditemukan.

Pada mulanya, penelitian yang akan dilakukan berdasarkan pada destilasi air

tenaga surya namun dengan tujuan mengambil garam sebagai hasilnya.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian destilasi tenaga surya dimasukkan sebagai

referensi penelitian yang pernah dilakukan.

Alat destilasi air energi surya konvensional umumnya tiap meter

persegi luasan destilator dapat menghasilkan air destilasi sebanyak 2 liter per

hari. Alat destilasi air energi surya memiliki keuntungan antara lain, murah

dalam pembuatan, serta mudah dalam pengoperasian dan perawatan (Kunze,

2001). Alat destilasi air laut energi surya menggunakan arang sebagai absorber

sekaligus sebagai sumbu pada alat destilasi jenis sumbu. Pada penilitian ini alat

destilasi diposisikan miing dan air laut dialirkan dari satu sisi alat ke sisi lain

yang lebih rendah (Naim et, al., 2002a). Penelitian alat destilasi energi surya

menggunakan penyimpan panas dengan material berubah fasa menghasilkan

air destilasi 4,536 l/m2 dalam 6 jam atau setara dengan efisiensi 36,2%. Material penyimpan panas yang digunakan adalah air lilin parafin dan minyak

parafin. Dengan menggunakan bahan penyimpan panas, alat destilasi ini dapat

bekerja siang dan malam (Naim et. al., 2002b). Penelitian alat destilasi surya

satu tingkat menggunakan aspal sebagai penyimpan panas dapat bekerja siang

dan malam. Efisiensi yang dihasilkan sampai 51%. Proses desilasi pada malam

(27)

dihasilkan. Alat destilasi ini dilengkapi dengan penyembur air (Badran, 2007).

Penelitian alat destilasi energi surya jenis kolam tunggal seluas 3m2di Amman, Yordania menggunakan campuran garam, pemberian warna lembayung dan

arang untuk meningkatkan daya serap air terhadap energi surya menghasilkan

(28)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat Pengahasil Garam Tenaga Surya

Gambar 3.1. Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Tanpa Reflektor

Gambar 3.2. Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Menggunakan Reflektor Bak Penampung Air Laut

Reflektor

(29)

Alat penghasil garam tenaga surya yang digunakan pada penelitian ini

memiliki dimensi panjang 1m dan lebar 0,5m, sehingga memiliki luas 0,5m2. Reflektor yang digunakan menggunakan bahan aluminium foil berukuran

0,5m x 0,5m pada sisi lebar, sedangkan pada sisi panjang berukuran 1m x

0,5m. Luasapertureyang digunakan 0,65m².

3.2 Alat Tambahan

a. Solar Meter

Solar meter seperti pada Gambar 3.3 adalah alat yang digunakan

untuk mengukur intensitas radiasi matahari per satuan luas dengan satuan

watt/m2.

b. ThermometerDisplay(thermokoppel)

Thermokoppel display seperti pada Gambar 3.4 adalah alat

elektronik yang digunakan untuk menampilkan besar temperatur yang

ditangkap oleh kabel termokopel.

c. Thermokoppel Switch

Thermokoppel switch seperti pada Gambar 3.5 adalah alat yang

dibuat untuk memilih titik thermokoppel yang dikehendaki atau

memudahkan pemindahan kabel thermokoppel ke thermokoppel display,

karenathermokoppel display yang digunakan hanya dapat menampilkan 1

(30)

Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5

d. Gelas Ukur

Gelas ukur seperti pada Gambar 3.6 adalah wadah dengan skala

ukuran untuk mengukur volume cairan. Pada penelitian ini, gelas ukur

digunakan untuk mengukur volume air laut sebelum dan sesudah proses

penjemuran.

e. Alat Ukur Kadar Garam Sederhana

Alat ukur kadar garam yang digunakan pada penelitian ini seperti

pada Gambar 3.7 adalah alat ukur kadar garam sederhana buatan lokal

daerah Jepara dengan prinsip kerja gaya apung. Ini merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur kadar garam air laut sebelum dan sesudah

penjemuran dalam penelitian. Alat ini memiliki skala 0 (nol) sampai

dengan 30 (tiga puluh). Angka tersebut menunjukkan persentase garam

(31)

jenis. Semakin tinggi kadar garam dalam air laut, maka massa jenisnya

juga semakin tinggi. Pada air tawar, alat pengukur kadar garam

menunjukan skala 0 (sudah dicoba). Skala yang digunakan pada alat ini

adalah BE dalam satuan persen (%).

Gambar 3.6 Gambar 3.7

3.3 Variabel yang Divariasikan

Variabel yang divariasikan dalam penelitian ini adalah perbedaan

volume awal air laut yang berada di dalam wadah. Pada penelitian ini,

volume air laut yang divariasikan adalah :

a. Volume air laut awal 3 liter (ketinggian air 6mm).

b. Volume air laut awal 4 liter (ketinggian air 8mm).

(32)

3.4 Variabel yang Diukur

Variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

a. Temperatur air pada alat tanpa reflektor (T1).

b. Temperatur air pada alat dengan reflektor (T2).

c. Temperatur udara sekitar (T3).

d. Volume akhir air laut yang tersisa.

e. Intensitas radiasi matahari selama proses pengambilan.

f. Kadar garam (% dalam skala BE) air laut pada awal dan akhir

proses penjemuran.

3.5 Langkah Penelitian

Secara rinci langkah penelitian yng dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Alat pembuat garam sepeti pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2

disiapkan. Alat diletakkan di daerah pesisir pantai, dan

peletakannya dipilih lokasi yang memungkinkan alat terkena sinar

matahari langsung (Lampiran 1).

b. Siapkan 2 (dua) ember air laut, masing-masing dengan volume

sesuai variasi yang telah ditentukan.

c. Pada jam yang telah ditentukan, air laut yang telah disiapkan

dimasukkan ke dalam alat bersamaan dengan dimulainya

penghitung waktu untuk pengambilan data. Pengambilan data

dilakukan setiap 3 menit selama 120 menit per hari untuk tiap

(33)

d. Data yang dicatat adalah temperatur air laut pada alat pembuat

garam tanpa menggunakan reflektor (T1), temperatur air laut pada

alat pembuat garam dengan menggunakan reflektor (T2),

temperatur udara sekitar (T3), intensitas radiasi matahari, kadar

garam (% dalam skala BE) dalam air laut sebelum dan sesudah

penjemuran, dan volume akhir air laut setelah penjemuran.

e. Selain pengambilan data dengan variasi volume, juga dilakukan

percobaan penjemuran 6 liter air laut pada alat penghasil garam

tanpa menggunakan reflektor dan alat penghasil garam

menggunakan kolektor selama 4 hari berturut-turut.

f. Data yang dicatat untuk percoban penjemuran selama 4 hari

berturut-turut adalah intensitas radiasi matahari, peningkatan

kadar garam (% dalam skala BE), dan penurunan volume air laut

(34)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Data hasil percobaan alat penghasil garam tenaga surya dengan

tambahan reflektor dengan variasi ketinggian awal 6mm (volume 3 liter),

8mm (volume 4 liter), dan 10mm (volume 5 liter) berturut-turut dapat dilihat

pada lampiran 1. Tabel 1., Tabel 2., dan Tabel 3. Hasil pengukuran volume

akhir air laut dan kadar garam (BE) pada percobaan penjemuran dapa dilihat

pada Lampiran 1. Tabel 4. Dan Tabel 6. Data percobaan penjemuran selama 4

hari berturut-turut dapa dilihat pada Lampiran 1. Tabel 6.

Rentang waktu penjemuran alat penghasil garam tenaga surya pada

pada percobaan pembuatan garam selama 4 hari tidak sama. Hal ini

dikarenakan cuaca yang berbeda tiap harinya. Waktu yang telah digunakan

tetap dipertahankan, karena merupakan kondisi nyata ketika pengambilan

data (Tabel 5).

Pada hari ke-3 (tiga), air laut pada alat penghasil garam tenaga surya

dengan tambahan reflektor sudah menjadi garam seluruhnya. Garam yang

didapat adalah 230 gr.

4.2 Perhitungan Data

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dihitung volume air yang

diuapkan oleh alat penghasil garam tenaga surya tanpa reflektor, volume air

yang diuapkan oleh alat penghasil garam tenaga surya dengan menggunakan

reflektor, efisiensi alat penghasil garam tenaga surya tanpa reflektor, dan

(35)

efisiensi alat penghasil garam tenaga surya dengan menggunakan reflektor.

Perhitungan dituliskan sebagai berikut :

1. Perhitungan luasan aperture radiasi matahari yang masuk ke dalam bak

adalah sebagai berikut :

Gambar 4.1a. Skema Alat Penghasil Garam Menggunakan Reflektor (tampak

atas)

Gambar 4.1b. Skema Alat Penghasil Garam Menggunakan Reflektor (tampak

samping)

(36)

Gambar 4.1c. Skema Alat Penghasil Garam Menggunakan Reflektor (tampak depan)

Berdasarkan skema pada Gambar 4.1a, 4.1b, dan 4.1c di atas,

dapat dihitung luasan aperture yang merupakan luasan tegak lurus

permukaan air pada bak. Luasan tersebut merupakan pendekatan

mengenai jumlah radiasi matahari yang masuk ke dalam bak/absorber.

Dengan perhitungan luas sederhana dimana luas merupakan hasil sisi kali

panjang dengan sisi lebar, luasan aperture dapat dihitung dengan hasil

pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Perhitungan LuasApertureReflektor Pada Alat Penghasil Garam Menggunakan Reflektor

Reflektor

Dimensi Panjang

(m)

LebarAperture

(m)

LuasAperture

(m2)

a 1 0,35 0,35

b 1 0,08 0,08

c 0,5 0,22 0,11 d 0,5 0,22 0,11 Luasan TotalAperture 0,65

Dari hasil peritungan di atas, diketahui bahwa luasan aperture

(37)

2. Perhitungan volume air yang diuapkan merupakan selisih antara volume

awal dan akhir air laut dalam bak:

Dengan menganggap bahwa yang menguap hanyalah air, maka

selisih yang diperoleh antara volume awal dan akhir air laut dalam bak

merupakan volume air yang diuapkan. Volume air yang diuapkan oleh

kedua variasi alat penghasil garam tenaga surya dapat disajikan dalam

tabel 4.2 sebagai berikut :

Tabel 4.2. Hasil Pengurangan Volume Air Pada Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

Volume Air (ml)

Volume Air yang Menguap (ml) Awal Akhir 3000 2050 1450 950 1550 4000 3140 2680 860 1320 5000 3990 3360 1010 1640

3. Perhitungan efisiensi alat penghasil garam tenaga surya tanpa reflektor :

Untuk menghitung efisiensi alat penghasil garam, dibutuhkan

konversi volume air yang diuapkan menjadi satuan massa dan nilai

rata-rata radiasi matahari. Bila volume air yang diuapkan dikonversi ke satuan

massa (massa jenis air 1000kg/m3) maka diperoleh hasil pada tabel 4.3 sebagai berikut :

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Massa Air yang Diuapkan Variasi Massa Air Yang Menguap (kg) Volume (ml) Tanpa Reflektor Menggunakan Reflektor

(38)

Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Rata-rata Radiasi Matahari Rata-rata

Variasi Volume (ml) Radiasi Matahari (watt/m2) 3000 792,76 4000 726,15 5000 850,24

Perhitungan efisiensi alat penghasil garam tanpa reflektor sebagai

berikut:

a. Variasi volume awal air laut 3 liter.

mg = 0,92 kg

hfg = 2432,9·103J/kg (pada temperatur 28,9°C) (Chengel,2006) Ad = 0,5 m2

̅ = 792,76 watt/m2 t =7200s

= ℎ

∫ × 100%

= ℎ̅ × 100%

=

0,92 ∙ 2432,9 ∙ 10

0,5 ∙ 792,76 ∙ 7200 × 100%

(39)

b. Variasi volume awal air laut 4 liter.

mg = 0,82 kg

hfg = 2426,5·103J/kg (pada temperatur 31,7°C) (Chengel,2006) Ad = 0,5 m2

̅ = 726,15 watt/m2 t = 7200s

= ℎ

∫ × 100%

= ℎ̅ × 100%

=

0,82 ∙ 2426,5 ∙ 10

0,5 ∙ 726,15 ∙ 7200 × 100%

= 75,73%

c. Variasi volume awal air laut 5 liter.

mg = 0,91 kg

hfg = 2411,5·103J/kg (pada temperatur 38°C) (Chengel,2006) Ad = 0,5 m2

̅ = 850,24 watt/m2 t = 7200s

= ℎ

(40)

= ℎ̅ × 100%

=

0,91 ∙ 2411,5 ∙ 10

0,5 ∙ 850,24 ∙ 7200 × 100%

= 71,79%

4. Perhitungan efisiensi alat penghasil garam tenaga surya dengan

menggunakan reflektor :

Luasan bak yang digunakan dalam perhitungan dijumlahkan dengan

luasanaperturereflektor sehingga didapat luasan 1,15m2. a. Variasi volume awal air laut 3 liter.

mg = 1,52 kg

hfg = 2417,6·103J/kg (pada temperatur 35,4°C) (Chengel,2006) Ad = 1,15 m2

̅ = 792,76 watt/m2 t = 7200s

= ℎ

∫ × 100%

(41)

=

1,52 ∙ 2417,6 ∙ 10

1,15 ∙ 792,76 ∙ 7200 × 100%

= 55,89%

b. Variasi volume awal air laut 4 liter.

mg = 1,26 kg

hfg = 2409,8·103J/kg (pada temperatur 38,7°C) (Chengel,2006) Ad = 1,15 m2

̅ = 726,15 watt/m2 t = 7200s

= ℎ

∫ × 100%

= ℎ̅ × 100%

=

1,26 ∙ 2409,8 ∙ 10

1,15 ∙ 726,15 ∙ 7200 × 100%

(42)

c. Variasi volume awal air laut 5 liter.

mg = 1,52 kg

hfg = 2396,7·103J/kg (pada temperatur 44,2°C) (Chengel,2006) Ad = 1,15 m2

Grata-rata = 850,24 watt/m2 t = 7200s

= ℎ

∫ × 100%

= ℎ̅ × 100%

=

1,52 ∙ 2396,7 ∙ 10

1,15 ∙ 850,24 ∙ 7200 × 100%

= 51,71%

Berdasarkan perhitungan di atas, telah diperoleh nilai efisiensi

alat penghasil garam tanpa reflektor dan efisiensi alat penghasil garam

menggunakan reflektor. Untuk mempermudah pembacaan, data dan hasil

perhitungan akan ditampilkan dalam bentuk dan grafik sebagai berikut :

1. Perjalanan temperatur dari waktu ke-waktu selama proses

(43)

Gambar 4.2a. Grafik Perubahan Temperatur dan Intensitas Radiasi Matahari Terhadap Waktu Pada Percobaan Dengan Variasi Ketinggian Air Awal 6mm (Volume Awal 3 liter)

Gambar 4.2b. Grafik Perubahan Temperatur dan Intensitas Radiasi Matahari Terhadap Waktu Pada Percobaan Dengan Variasi Ketinggian Air Awal 8mm (Volume Awal 4 liter)

0

Temperatur Air Pada Alat Tanpa Reflektor Temperatur Air Pada Alat Dengan Reflektor

Temperatur Udara Sekitar Intensitas Radiasi Matahari

0

Temperatur Air Pada Alat Tanpa Reflektor Temperatur Air Pada Alat Dengan Reflektor

(44)

Gambar 4.2c. Grafik Perubahan Temperatur dan Intensitas Radiasi Matahari Terhadap Waktu Pada Percobaan Dengan Variasi Ketinggian Air Awal 10mm (Volume Awal 5 liter)

2. Perhitungan rata-rata temperatur dan radiasi matahari.

Tabel 4.5. Perhitungan Rata-rata Temperatur Selama Waktu Penjemuran dari Tiap Variasi Pengambilan Data

Variasi Volume

(ml)

Rata-rata Temperatur (°C) Rata-rata Selisih Tanpa Reflektor 3000 28,95 35,40 27,94 792,76 6,45 4000 31,68 38,67 26,87 726,15 6,99 5000 38,00 44,17 31,46 850,24 6,17

Berdasarkan perhitungan rata-rata temperatur alat penghasil

garam, diperoleh selisih antara temperatur air laut pada alat

penghasil garam tanpa reflektor dengan temperatur air laut pada alat

penghasil garam menggunakan reflektor. Dari selisih temperatur

tersebut, didapat bahwa temperatur air laut pada alat penghasil

0

Temperatur Air Pada Alat Tanpa Reflektor Temperatur Air Pada Alat Dengan Reflektor

(45)

garam yang menggunakan reflektor lebih tinggi 6,54 °C.

Berdasarkan selisih tersebut, berarti penambahan reflektor dapat

meningkatkan temperatur air laut dalam bak sebesar 6,5 °C

(pembulatan) dalam tiap variasi volume. Selisih temperatur tertinggi

terjadi pada variasi volume 4 liter (ketinggian air 8mm), padahal

radiasi rata-rata matahari dalam percoban dengan variasi volume

tersebut adalah yang terendah. Berdasarkan hal tersebut, berarti

penggunaan reflektor dapat maksimal pada variasi volume 4 liter

(ketinggian air 8mm). Dari Tabel 4.5. ditunjukkan bahwa semakin

besar volume air laut dalam bak maka semakin tinggi pula

temperatur yang dapat dicapai. Namun pada suatu kondisi pasti ada

batasan temperatur yang dapat dicapai karena berbagai faktor antara

lain, temperatur udara sekitar, intensitas radiasi matahari yang dapat

berubah-ubah, perpindahan panas keluar alat, dan sebagainya.

3. Efisiensi alat penghasil garam tenaga surya.

Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Efisiensi Alat Penghasil Garam Variasi Volume Efisiensi Alat Pengahasil Garam

(mL) Tanpa Reflektor Menggunakan Reflektor 3000 78,21% 55,89%

(46)

Tabel 4.12. diatas dapat disajikan dalam bentuk grafik

sebagai berikut:

Gambar 4.3. Grafik Efisiensi Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

Dari grafik efisiensi alat penghasil garam tenaga surya pada

Gambar 4.3. efisiensi alat penghasil garam tanpa reflektor lebih

tinggi dari alat penghasil garam yang menggunakan reflektor.

Efisiensi tertinggi alat penghasil garam tenaga surya tanpa reflektor

dicapai pada variasi volume awal 3 liter (ketinggian air 6mm),

sedangkan efisiensinya menurun pada variasi volume awal 4 liter

(ketingian air 8mm) dan semakin turun pada variasi volume awal 5

liter (ketinggian air 10mm). Efisiensi tertinggi alat penghasil garam

tenaga surya menggunakan reflektor juga terjadi pada variasi volume

awal 3 liter (ketinggian air 6mm), namun penurunan efisiensinya

tidak berbanding lurus dengan pertambahan jumlah volume.

(47)

Efisiensi

(ketinggi

4. Penguran

Tabel 4.7. Per

Volume Air (ml) Pengurangan Volume Air (ml) 3000 2050 1450 950 1550 31,67% 51,67% 4000 3140 2680 860 1320 21,50% 33,00% 5000 3990 3360 1010 1640 20,20% 32,80%

P

nsi terendah terjadi pada variasi volume

nggian air 8mm).

urangan volume air laut dalam proses pengambil

Persentase Air yang Menguap Pada Alat Pengh Volume Air (ml) Pengurangan Volume Air

(ml) 3000 2050 1450 950 1550 31,67% 51,67% 4000 3140 2680 860 1320 21,50% 33,00% 5000 3990 3360 1010 1640 20,20% 32,80%

Pengurangan volume air pada alat penghasi

di atas disajikan dalam grafik sebagai berikut:

ik Perbandingan Volume Air Yang Diuapka hasil Garam Tanpa Reflektor dengan Alat P nggunakan Reflektor

Dari Gambar 4.4. dapat dilihat bahwa a

pkan alat penghasil garam yang menggunakan

3000 4000 5000 Volume Air (ml) Pengurangan Volume Air

(ml) 3000 2050 1450 950 1550 31,67% 51,67% 4000 3140 2680 860 1320 21,50% 33,00% 5000 3990 3360 1010 1640 20,20% 32,80%

asil garam tenaga

t:

pkan Antara Alat Penghasil Garam

air yang dapat

kan reflektor lebih

(48)

tinggi dari alat penghasil garam tanpa reflektor. Pengurangan volume

air semakin menurun berbanding terbalik dengan besarnya variasi

volume air awal pada kedua alat penghasil garam tenaga surya.

5. Hasil percobaan penjemuran selama 4 hari.

Gambar 4.5a. Grafik Perubahan Kadar Garam % (BE) Dalam Percobaan Penjemuran Selama 4 Hari Berturut-turut Pada Alat Penghasil Garam Tenaga Surya

(49)

Air laut pada alat penghasil garam tenaga surya

menggunakan reflektor sudah menjadi garam seluruhnya pada hari

ke-3(tiga). Volume yang tertera pada grafik untuk alat penghasil

garam tenaga surya menggunakan reflektor merupakan konversi dari

massa garam ke satuan volume. Garam yang diperoleh adalah 230

gr. Bila dihitung dengan persamaan massa jenis zat yang merupakan

perbandingan antara massa terhadap volume (ρ=m/v) , dan massa

jenis air laut adalah 1025gr/l maka dengan kadar garam (asumsi

kadar garam sama dengan % (BE)) 3,2% serta volume air laut awal

6 liter dapat dihitung :

=

= × = 1025 × 6 ∙ 10 = 6150

Kadar garam dalam 6 liter air laut pada percobaan ini adalah

3,2%, sehingga dapat dihitung massa garam yang terkandung dalam

air laut tersebut :

= 6150 × 3,2% = 196,8

Massa garam yang didapat adalah 230gr, hasil ini lebih besar

dari massa teoritisnya. Massa yang lebih besar ini dimungkinkan

karena adanya kandungan kotoran berupa debu/pasir yang terbawa

angin pada saat pengujian berlangsung, selain itu juga ada cat yang

ikut terkelupas saat garam diambil.

(50)

Bila diasumsikan garam tersebut bersih dari kotoran, berarti

masih terdapat kandungan air di dalam garam. Garam yang terbentuk

belum merupakan 100% garam, sehingga kadar garam dapat

dihitung :

= = 196,8

230 × 100%

= 85,57%

4.3 Pembahasan

Berdasarkan data-data yang telah didapat dan hasil perhitungan

dalam penelitian ini, diperoleh hasil yang telah disampaikan baik dalam

bentuk tabel maupun grafik. Grafik tersebut ditujukan untuk mempermudah

dalam pembacaan hasil penelitian.

Temperatur air laut dalam alat penghasil garam mengalami

perubahan tiap waktunya, ini dikarenakan intensitas radiasi matahari juga

berubah-ubah. Temperatur yang berubah-ubah tersebut dapat dilihat dalam

grafik pada Gambar 4.2a, Gambar 4.2b, dan Gambar 4.2c. Perubahan

temperatur yang terjadi pun berbeda karakteristiknya. Semakin sedikit

volume air laut pada alat penghasil garam, maka temperaturnya akan lebih

cepat naik. Dalam grafik pada Gambar 4.2a, Gambar 4.2b, dan Gambar

4.2c. terilhat bahwa temperatur air laut di menit ke-0 (nol) berbeda antara

alat penghasil garam tanpa reflektor dengan alat penghasil garam

menggunakan reflektor. Perbedaan temperatur tersebut dikarenakan alat

(51)

temperaturnya sudah naik terlebih dahulu. Temperatur plat absorber pada

alat peghasil garam yang menggunakan reflektor dipastikan lebih tinggi dari

pada alat penghasil garam tanpa reflektor, hal ini menyebabkan terjadi

perpindahan panas secara cepat pada menit ke-0 (nol). Inilah yang membuat

adanya perbedaan temperatur awal air laut dari kedua alat penghasil garam.

Pada percobaan dengan variasi volume awal 4 liter (ketinggian air 8mm)

terjadi perbedaan temperatur menit ke-0 (nol) yang cukup banyak. Bila

dilihat pada Gambar 4.2b, temperatur udara sekitar juga rendah dan tidak

setinggi temperatur udara pada waktu percobaan lain. Temperatur udara

sekitar pada percobaan tersebut hanya 25,4°C, sedangkan pada percobaan

lain temperatur udara sekitar diatas 31,5°C. Temperatur udara sekitar yang

rendah tersebut mempengaruhi temperatur awal platabsorber, sehingga alat

panghasil garam yang menggunakan reflektor memiliki temperatur awal plat

absorber lebih tinggi karena jumlah radiasi matahari yang masuk lebih

besar. Perubahan temperatur air laut yang terjadi selama percobaan juga

memiliki karakteristik tertentu. Bila diamati dalam grafik pada Gambar 4.2a,

Gambar 4.2b, dan Gambar 4.2c, temperatur air laut pada alat penghasil

garam yang menggunakan reflektor lebih tinggi dari pada alat penghasil

garam tanpa refektor. Bila dirata-rata, temperatur air laut pada alat penghasil

garam tertinggi terjadi pada variasi volume 5 liter (ketinggian air 10mm)

yaitu 38°C (tanpa reflektor) dan 44,17°C (menggunakan reflektor). Air laut

adalah zat/bahan yang memiliki kapasitas panas cukup tinggi yaitu

(52)

dapat menyimpan panas. Alat penghasil garam memiliki luasan

(penampang/air yang terkena udara sekitar) yang tetap, sedangkan variasi

volume yang semakin tinggi membuat semakin tinggi pula massa air laut

yang ada dalam bak. Semakin banyak massa air laut dalam bak, maka panas

yang dapat dipertahankan pada bak juga semakin meningkat terlebih karena

luasan permukaan air laut yang bersentuhan dengan udara tetap sehingga

perpindahan panas yang terjadi tiap variasi volume juga sama. Rata-rata

perbedaan temperatur tertinggi terjadi pada variasi volume 4 liter

(ketinggian air 8mm) yaitu 6,99°C, padahal dalam percobaan tersebut

intensitas radiasi matahari rata-ratanya paling kecil yaitu 726,15 watt/m2. Pada Tabel 4.5, rata-rata temperatur alat penghasil garam yang

menggunakan reflektor lebih tinggi 6,54°C daripada alat penghasil garam

tanpa reflektor. Berdasarkan selisih tersebut, berarti penambahan reflektor

dapat meningkatkan temperatur air laut dalam bak sebesar 6,5 °C

(pembulatan) dalam tiap variasi volume. Berdasarkan Tabel 5., semakin

besar volume air laut dalam bak maka semakin tinggi pula temperatur yang

dapat dicapai. Namun pada suatu kondisi pasti ada batasan suhu yang dapat

dicapai karena berbagai faktor antara lain, temperatur udara sekitar,

intensitas radiasi matahari yang dapat berubah-ubah, perpindahan panas

keluar alat, dan sebagainya.

Berdasarkan Tabel 4.7 volume air yang diuapkan oleh alat penghasil

garam tenaga surya baik yang tidak menggunakan reflektor maupun yang

(53)

10mm) dan minimum pada variasi volume 4 liter (ketinggian air 8mm).

Pada percobaan dengan variasi volume air laut 3 liter (ketinggian air 6mm),

jumlah air yang diuapkan lebih banyak dari variasi volume 4 liter

(ketinggian air 8mm). Bila ditinjau dari banyaknya volume air yang

diuapkan, variasi volume 4 liter (ketinggian air 8mm) merupakan yang

terendah dan variasi volume 5 liter (ketinggian air 10mm) yang tertinggi,

namun berbeda jika ditinjau dari persentase jumlah air yang diuapkan

(dibandingkan dengan jumlah volume awal air laut). Persentase air yang

diuapkan maksimal pada variasi volume 3 liter (ketinggian air 6mm), dan

semakin menurun ketika volumenya semakin banyak. Alat penghasil garam

menggunakan reflektor dapat menguapkan air 51,67% pada variasi volume

3 liter (ketinggian air 6mm), sedangkan alat penghasil garam tanpa reflektor

hanya menguapkan air 31,67% saja. Pada variasi volume air laut 3 liter

(ketinggian air 6mm), penggunaan reflektor dapat meningkatkan 20%

volume air yang diuapkan. Pada variasi volume air laut 4 liter (ketinggian

air 8mm), penggunaan reflektor dapat meningkatkan 11,5% volume air yang

diuapkan. Pada variasi volume air laut 5 liter (ketinggian air 10mm),

penggunaan reflektor dapat meningkatkan 12,6% volume air yang diuapkan.

Berdasarkan hasil tersebut terlihat bahwa penambahan reflektor pada variasi

volume 4 liter (ketinggian air 8mm) tidak memberikan hasil jauh lebih baik,

karena pada variasi volume 5 liter (ketinggian air 10mm) justru memberikan

(54)

Nilai pengurangan volume air laut dalam alat penghasil garam

adalah sama dengan jumlah volume air yang diuapkan, dengan anggapan

bahwa yang menguap hanya air dan garam tetap tertinggal dalam bak. Kadar

garam dalam air laut meningkat karena kandungan air dalam air laut

berkurang setelah proses penguapan. Penggunaan reflektor dapat

meningkatkan kinerja penguapan air dalam air laut pada alat penghasil

garam, sehingga kenaikan kadar garam juga dapat lebih besar. Pada variasi

volume 3 liter (ketinggian air 6mm), alat penghasil garam tanpa reflektor

meningkatkan kadar garam (BE) dari 3,5% menjadi 5,5% sedangkan alat

penghasil garam yang menggunakan reflektor meningkat hingga 7% (Tabel

4). Semakin banyak volume air laut awal pada alat penghasil garam maka

semakin rendah juga peningkatan kadar garam nya. Pada variasi volume 5

liter (ketinggian air 10mm), alat penghasil garam tanpa reflektor

meningkatkan kadar garam (BE) dari 4,8% menjadi 5% dan pada alat

penghasil garam yang menggunakan reflektor meningkat dari 4,8% menjadi

6%.

Efisiensi alat penghasil garam tenaga surya merupakan perbandingan

antara panas yang dibutuhkan untuk menguapkan sejumlah volume air

dengan energi yang digunakan. Reflektor dapat meningkatkan jumlah

radiasi matahari yang masuk ke dalam bak, sehingga dengan jumlah radiasi

yang sama besar alat penghasil garam tenaga surya memiliki efisiensi yang

lebih baik daripada alat penghasil garamtanpa reflektor. Berdasarkan Tabel

(55)

tenaga surya tanpa reflektor adalah 78,21% pada variasi volume 3 liter

(ketinggian air 6mm), 75,73% pada variasi volume 4 liter (ketinggian air

8mm), dan 71,79% pada variasi volume 5 liter (ketinggian air 10mm).

Efisiensi alat penghasil garam tenaga surya yang menggunakan reflektor

adalah 55,89% pada variasi volume 3 liter (ketinggian air 6mm), 50,34%

pada variasi volume 4 liter (ketinggian air 8mm), dan 51,71% pada variasi

volume 5 liter (ketinggian air 10mm). Efisiensi alat penghasil garam yang

menggunakan reflektor lebih rendah dari alat penghasil garam tanpa

reflektor, namun persentase air yang dapat diuapkan dapat meningkat 20%

pada variasi volume 3 liter (ketinggian air 6mm), 11,5% pada variasi

volume 4 liter (ketinggian air 8mm), dan 12,6% pada variasi volume 5 liter

(ketinggian air 10mm).

Percobaan penjemuran 6 liter air laut (ketinggian air 12mm) selama

4 hari berturut-turut dengan rata-rata 3,5 jam penjemuran per hari

memberikan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 6. Perjalanan peningkatan

kadar garam dan pengurangan volume air laut dari waktu ke-waktu dapat

dilihat pada Gambar 4.5a dan Gambar 4.5b. Berdasarkan Tabel 6, seluruh

air laut dalam alat penghasil garam tenaga surya yang menggunakan

reflektor telah menjadi garam pada hari ke-3 dengan massa 230gr (Lampiran

6). Secara teoritis massa garam yang seharusnya didapat adalah 196,8gr,

namun massa yang didapat lebih besar (33,2gr). Massa sebesar 33,2gr ini

dimungkinkan merupakan zat pengotor (debu, pasir) yang masuk karena

(56)

pengambilan garam. Namun, apabila garam yang didapat diasumsikan bebas

dari zat pengotor sehingga garam yang didapat mengandung dianggap masih

mengandung 33,2gr air, didapatkan hasil teoritis bahwa hasil akhir

merupakan endapan dengan kadar garam sebesar 85,57%. Pada hari ke-3,

alat penghasil garam tanpa reflektor masih berupa air laut dengan volume

1300ml dan kadar garamnya 15% (BE). Pada hari ke-4, alat penghasil

garam yang menggunakan reflektor tidak dijemur kembali. Pada alat

penghasil garam tanpa reflektor, air laut di dalam bak sebagian sudah mulai

mengkristal menjadi garam namun masih terdapat air dengan hasil akhir

volume yang tersisa adalah 380ml dengan kadar garam 27% (BE).

Perjalanan peningkatan kadar garam dan pengurangan volume air laut dapat

(57)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Penambahan reflektor pada alat penghasil garam tenaga surya

dapat meningkatkan laju penguapan air sebesar 300ml/jam atau setara

dengan peningkatan 20% yang terjadi pada variasi ketinggian air awal

6mm/ volume awal 3 liter.

Efisiensi alat penghasil garam bak terbuka dengan tambahan

reflektor lebih rendah daripada alat penghasil garam bak terbuka tanpa

reflektor. Efisiensi tertinggi alat penghasil garam tenaga surya yang

menggunakan reflektor adalah 55,89% (pada alat tanpa reflektor 78,21 %)

pada variasi ketinggian 6mm/ volume awal 3 liter.

Alat penghasil garam tenaga surya menggunakan reflektor dapat

menghasilkan garam setelah dijemur 3 hari dengan ketinggian awal air

12mm (volume awal 6 liter). Waktu penjemuran total 15 jam 10 menit,

dengan rata-rata waktu penjemuran 3 jam 30 menit per-hari.

(58)

5.2 Saran

1. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai bahan yang lebih tepat sebagai

bak/absorber pada alat ini, karena logam mudah terkorosi di daerah

pantai.

2. Pengecatan absorber dengan warna hitam adalah baik karena tujuannya

untuk meningkatkan kemampuan penyerapan radiasi matahari, namun

untuk pembuatan garam menjadi kurang tepat karena garam yang

mengkristal melekat pada dinding absorber sehingga pada waktu

pengambilan garam cat dapat terkelupas. Perlu diteliti lebih lanjut

mengenai bahanabsorberyang tepat untuk kondisi ini.

3. Kecepatan angin di daerah pesisir pantai yang cukup tinggi dapat

meningkatkan laju penguapan, namun juga dapat membawa kotoran/debu

masuk ke dalam bak/alat penghasil garam. Peletakan alat yang lebih

tinggi dapat membantu mengurangi masuknya kotoran/debu karena

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W. 1995.Teknologi Rekayasa Surya.PT Pradnya Paramita : Jakarta.

Badran, O.O., 2007,Experimental Study Of The Enhancement Parameters On A Single Slope Solar Still Productivity,Desalination, 209, pp 136-143

BRKP. 2001.Proceding Forum Pasar Garam Indonesia.Departemen Kelautan dan Perikanan : Jakarta. Hal : 1-18

Chengel, Y.A.; Boles, M.A., 2006,Thermodynamics : An engineering aproach. McGraw-Hill Higher Education : Michigan.

Kunze, H. H., 2001,A New Approach To Solar Desalination For Small- And Medium-Size Use In Remote Areas,Desalination,139, pp 35-41

Naim, M.M., Mervat, A., Kawi, A.E., 2002a,Non-Conventional Stills Part 1. Non-Conventional Solar Stills With Charcoal Particles As Absorber Medium,Desalination,153, pp 55-64

Naim, M.M., Mervat, A., Kawi, A.E., 2002b,Non-Conventional Solar Stills Part 2. -Conventional Solar Stills With Energy Storage Element,Desalination,

153, pp 71-80

Nijmeh, S., Odeh, S., Akash, B., 2005,Eksperimental And Theoretical Study Of A Single-Basin Solar Still In Jordan,International Communications in Heat And Mass Transfer, 32, pp 565-572

(60)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Hasil Percobaan

Data hasil penelitian ditampilkan dalam Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3,

Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 sebagai berikut:

Tabel 1. Data Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Dengan Variasi Volume Awal Air Laut 3 liter

Waktu Temperatur Radiasi (menit) (°C) matahari

(61)

Tabel 1. (Lanjutan)

81 28,69 36,97 25,77 780 84 29,39 38,67 24,28 780 87 29,39 37,77 23,88 781 90 28,99 35,47 24,18 783 93 28,89 35,57 23,38 702 96 29,49 35,47 23,98 753 99 29,79 35,57 23,58 770 102 29,69 36,27 24,28 743 105 30,09 34,37 23,88 756 108 29,89 34,47 24,08 761 111 29,39 34,57 24,28 759 114 28,99 34,07 23,28 763 117 28,69 34,07 23,98 742 120 29,19 34,67 24,08 729

Tabel 2. Data Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Dengan Variasi Volume Awal Air Laut 4 liter

Waktu Temperatur Radiasi (menit) (°C) matahari

(62)

Tabel 2. (Lanjutan)

60 33,49 40,67 30,27 760 63 33,69 40,57 26,27 730 66 34,19 40,57 25,77 714 69 34,09 40,57 25,17 702 72 34,89 40,87 25,37 678 75 34,99 40,87 25,77 678 78 35,59 42,17 25,57 664 81 35,09 40,97 26,27 661 84 34,59 40,67 26,87 639 87 35,29 40,17 27,67 658 90 35,19 41,17 27,27 634 93 35,89 41,67 26,97 627 96 36,69 42,97 27,37 615 99 34,69 40,87 25,57 688 102 34,89 40,07 24,58 733 105 34,59 41,07 25,07 711 108 34,89 40,87 24,68 757 111 35,09 39,97 24,78 756 114 35,19 40,47 25,37 718 117 34,89 40,37 23,88 704 120 35,09 40,07 23,98 727

Tabel 3. Data Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Dengan Variasi Volume Awal Air Laut 5 liter

Waktu Temperatur Radiasi (menit) (°C) matahari

(63)

Tabel 3. (Lanjutan)

36 41,48 44,26 33,07 873 39 41,58 45,46 31,77 893 42 40,68 43,27 33,27 876 45 41,18 44,46 34,27 889 48 41,28 42,27 32,77 864 51 40,98 43,37 33,57 881 54 42,28 43,76 34,37 884 57 43,28 44,06 34,37 875 60 42,08 44,16 30,77 881 63 41,58 43,27 28,87 879 66 42,18 44,76 26,47 876 69 41,48 43,67 27,47 868 72 40,08 43,57 25,97 866 75 39,68 47,86 24,38 853 78 40,18 49,06 24,88 861 81 38,98 47,06 27,87 863 84 38,18 46,96 25,97 853 87 38,68 46,06 33,27 835 90 38,28 46,56 33,37 852 93 38,68 46,16 32,87 835 96 38,28 46,06 33,07 863 99 38,18 42,77 32,77 842 102 37,98 43,96 31,22 825 105 37,29 44,86 30,97 814 108 37,49 44,96 30,17 819 111 37,58 46,06 28,57 758 114 37,49 46,76 29,77 778 117 37,09 46,26 28,57 773 120 37,88 45,66 29,27 735

Tabel 4. Data Kadar Garam dan Volume Air Laut Pada Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Berdasarkan Variasi Masing-masing

Awal Akhir

(64)

Tabel 5. Data Intensitas Radiasi Matahari Pada Percobaan Alat Penghasil Garam Selama 4 Hari

Radiasi Matahari (watt/m2)

Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Waktu mulai 10:30 10:00 10:30 10:30 Menit Ke-100 896 871 655 945 110 837 784 613 867 120 833 822 218 921 130 834 780 506 927 140 772 819 688 887 150 770 782 631 835 160 784 769 622 874 170 763 800 602 842 180 743 780 606 768 190 693 726 260 689 200 608 710 480 774 210 595 700 565 795

220 661 332

(65)

Tabel 6. Data Pengurangan Volume Air Laut dan Perubahan Kadar Garam Berdasarkan Percobaan Penjemuran Selama 4 Hari

Volume (ml) Kadar Garam %(BE) Tanpa

Reflektor

Menggunakan Reflektor

Tanpa Reflektor

Menggunakan Reflektor awal 6000 6000 3,2% 3,2% hari 1 4320 3550 6% 7% hari 2 2510 1000 9% 17% hari 3 1300 Garam (230gr) 15% -hari 4 380 - 27%

(66)
(67)

Lampiran 4. Mulai Terbentuk Kristal Garam (Hari ke-2 Alat Dengan Reflektor)

(68)

Lampiran 6. Sebagian Besar Telah Menjadi Garam (Hari ke-3, pukul 13:00. Alat Dengan Reflektor)

Gambar

Tabel 4.2. Hasil Pengurangan Volume Air Pada Alat Penghasil Garam
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Volume Air Yang Diuapkan Antara
Tabel 2. Data Percobaan Alat Penghasil Garam Tenaga Surya
Gambar 3.1. Alat Penghasil Garam Tenaga Surya Tanpa Reflektor
+7

Referensi

Dokumen terkait

lansia didapatkan 22 lansia yang mengalami gejala depresi dengan ditandai adanya 7 lansia merasa sedih bahkan sempat menangis karena tidak suka tinggal di

biaya tet ap yaitu biaya yang tidak berhubungan terhadap besar tenaga listrik yang dihasilkan oleh suat u pembangkit tenaga listrik.Biaya tidak tet ap adalah biaya

Purposes of our paper: to fi x changes of students knowledge of computer literacy, to compare know- ledge of students of universities and colleges, to sug- gest some improvements

Hasil uji anava menunjukkan interaksi antara jumlah sari kurma dan sari temulawak terhadap warna jelly drink dengan F hitung sebesar 3,231 dengan taraf signifikan

Rencana strategis Pemerintah Kabupaten Cilacap dimanifestasikan dalam bentuk dokumen RPJMD Tahun 2012-2017 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun

Dengan demikian,Hipotesis alternatip ( Ha) yang berbunyi “ Ada pengaruh latiahan kekuatan otot lengan terhadap kempuan shooting dalam permainan bola Basket Pada Siswa

Future Accounting System (FASt) adalah perangkat lunak dari sistem informasi akuntansi yang digunakan untuk memproses data menjadi suatu informasi yang dapat bermanfaat

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana efektivitas Dialiser Proses Ulang (DPU) terhadap penurunan kadar ureum darah pasien yang menjalani terapi hemodialisis