BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Budaya
a. Definisi Budaya
Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) = culture (bahasa Inggris)
berasal dari perkataan Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan,
menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani
(Widagdho, Djoko: 2010, 18).
Menurut (Taylor, 1897) Kebudayaan ataupun yang disebut peradaban,
mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu
bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
hukum, adat-istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang diperoleh
dari anggota masyarakat (Sulaeman, Munandar: 1998, 10).
Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan
manusia meliputi kebudayaan material (bersifat jasmaniah), yang meliputi
benda-benda ciptaan manusia, misalnya: alat-alat perlengkapan hidup.
Kebudayaan non material (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak
dapat dilihat dan diraba, misalnya: religi, bahasa, dan ilmu pengetahuan
b. Unsur-unsur kebudayaan
Unsur kebudayaan meliputi semua kebudayaan di dunia, baik yang
kecil, bersahaja dan terisolasi, maupun yang besar, kompleks, dan dengan
jaringan hubungan yang luas. Menurut konsep B. Malinoski, kebudayaan di
dunia mempunyai tujuh unsur universal, yaitu (Soleaeman, Munandar: 2005,
22) :
1) Bahasa
2) Sistem teknologi
3) Sistem mata pencaharian
4) Organisasi sosial
5) Religi
6) Kesenian
c. Faktor budaya
Faktor budaya mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen,
pemasar harus memahami peran yang dimainkan oleh kultur dan sub-kultur
(Kotler: 1999, 226). Faktor kebudayaan merupakan faktor yang paling luas
dan dalam terhadap perilaku konsumen. Karena pemasar harus memahami
peran yang dimainkan oleh (J. Setiadi, Nugroho: 2003, 11) :
1) Kultur yang merupakan faktor paling pokok dari keinginan dan perilaku
seseorang, karena perilaku biasanya dipelajari dari lingkungan, sehingga
pemasar sangat berkepentingan untuk melihat pergeseran kultur agar
dapat menyediakan produk baru yang diinginkan konsumen (Simamora,
Bilson: 2002, 7). Kultur adalah determinan yang fundamental dari
kultur yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi
anggotanya yang lebih spesifik (Kotler: 1999, 226).
2) Sub-kultur merupakan kebudayaan yang terdiri dari sub-budaya yang
lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih
spesifik untuk para anggotanya (J. Setiadi, Nugroho: 2003, 11).
Subkultur itu sendiri mencakup kebangsaan agama, kelompok ras dan
dan daerah geografis (Kotler: 1999, 226).
3) Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu kelompok yang terdiri dari
sejumlah orang yang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam kelas
sosial berbeda dengan status sosial walaupun sering kedua istilah yang
diartikan sama. Sebenarnya kedua istilah tersebut merupakan dua konsep
yang berbeda. Contohnya, walaupun seorang konsumen berada pada
kelas sosial yang sama, memungkinkan status sosialnya berbeda, atau
yang satu lebih tinggi status sosialnya daripada yang lainnya
(Mangkunegara, Anwar Prabu: 2012, 41). Kelas sosial pembeli
didefinisikan sebagi suatu susunan yang relatif permanen dan teratur
dalam suatu masyarakat yang anggotanya mempunyai nilai, minat, dan
perilaku yang sama (J. Setiadi, Nugroho: 2003, 12). Kelas sosial tidak
hanya mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti
pekerjaan, pendidikan, dan tempat tinggal. Kelas sosial memiliki
beberapa ciri-ciri. Pertama, orang-orang dalam kelas sosial yang sama
kelas sosial yang berbeda. Kedua, orang-orang merasa menempati posisi
yang interior atau superior sehubungan dengan kelas sosial mereka.
Ketiga, kelas sosial seseorang ditandai oleh sekumpulan variabel seperti,
pekerjaan, penghasilan, kesejahteraan, dan pandangan terhadap nilai
daripada satu variabel. Keempat, individu dapat pindah dari kelas sosial
ke kelas sosial yang lain sepanjang hidup mereka (Kotler: 1997, 155).
2. Psikologi
a. Definisi psikologi
Secara umum psikologi diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku
manusia atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa manusia.
Sedangkan menurut Jhon Broadus Watson, memandang psikologi sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak (lahiriah) dengan
menggunakan metode observasi yang objektif terhadap rangsangan dan
jawaban (respon) (Ahmad, Abu: 2009,3).
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis, Pada suatu saat tertentu seseorang mempunyai
banyak kebutuhan baik yang bersifat biogenik maupun biologis. Keadaan ini
timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu seperti rasa lapar, haus, dan
sebagainya. Sedangkan kebutuhan yang bersifat psikologis adalah kebutuhan
yang timbul dari keadaan fisiologis tertentu seperti kebutuhan untuk diakui,
pembelian juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yaitu: motivasi, proses
belajar, kepercayaan dan sikap (Simamora, Bilson: 2002, 11).
1) Motivasi, suatu kebutuhan yang cukup menekankan seseorang untuk
mengejar kepuasan. Seperti kebutuhan yang bersifat biogenik,
kebutuhan yang timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu atau suatu
kebutuhan yang akan berubah menjadi motif apabila kebutuhan itu telah
mencapai tingkat tertentu (J. Setiadi, Nugroho: 2003, 11).
2) Proses belajar, menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman.
3) Kepercayaan dan sikap, suatu gagasan deskriptif yang dimiliki
seseorang terhadap sesuatu, memalui tindakan dan proses belajar akan
mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian mempengaruhi
perilaku pembeli (Simamora, Bilson: 2002, 11). Dalam hubungannya
dengan perilaku konsumen, sikap dan keyakinan sangat berpengaruh
dalam menentukan suatu produk, merk, dan pelayanan. Sikap dan
keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau merk dapat diubah
melalui komunikasi yang persuasif dan pemberian informasi yang
efektif pada konsumen. Dengan demikian konsumen dapat membeli
produk atau merk baru, atau produk yang ada pada toko itu sendiri
3. Pelayanan
a. Definisi pelayanan
Pelayanan kepada pelanggan merupakan sebuah unsur strategi produk.
Tawaran sebuah perusahaan kepada pasar biasanya mencakup beberapa
pelayanan atau jasa. Komponen pelayanan merupakan sebagian kecil atau
sebagian besar dari seluruh tawaran itu. Dalam kenyataannya, tawaran itu
berentang mulai dari semata-mata sebuah barang di satu pihak sampai pada
semata-mata sebuah pelayanan (jasa) pada pihak lainnya.
b. Etika pelayanan nasabah
Dalam memberikan pelayanan pegawai bank dituntut untuk dapat
memuaskan nasabahtanpa melanggarharga diri atau etika. Secara umum
etika pelayanan yang dapat diberikan oleh pegawai bank dalam rangka
pelayanan adalah sebagai berikut (Kasmir: 2008, 176):
1) Mengucapkan salam pada saat bertemu dengan nasabah, seperti selamat
pagi, selamat siang atau selamat sore. Jika kita sudah atau agama
nasabah, misalnya muslim, maka ucapkan assalamualaikum.
2) Setelah mengucapkan salam, segera mempersiapkan tamu untuk masuk
atau duduk dengan sopan atau menunggu sebentar.
3) Baik dalam mengucapkan salam maupun mempersilahkan tamu masuk
atau duduk selalu dengan ramah dan murah senyum.
4) Bertanya tentang keperluan nasabah secara ramah, sopan, dan lemah
5) Biasakan mengucapkan tolong atau maaf saat meminta nasabah mengisi
formulir atau menunggu sesaat.
c. Dasar-dasar pelayanan nasabah
Seorang CS dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima kepada
nasabah, agar pelayanan yang diberikan bisa memuaskan nasabah, seorang
CS juga harus memiliki dasar-dasar pelayanan yang kokoh. Berikut ini akan
dijelaskan dasar-dasar pelayanan yang harus dipahami dan dimengeri
seorang CS (Kasmir: 2008, 182-183).
1) Berpakaian dan berpenampilan rapi dan bersih
Artinya CS harus mengenakan baju dan celana yang sepadan dengan
kombinasi yang menarik, tidak kumal, delang panjang jangan digulung,
agar terkesan pakaian yang digunakan benar-benar memikat konsumen,
selain itu CS harus mengenakan pakaian seragam sesuai waktu yang
telah ditetapkan.
2) Percaya diri, bersikap akrab, dan penuh dengan senyuman
Dalam melayani nasabah CS tidak ragu-ragu, yakin dan percaya diri
yang tinggi. Petugas CS juga harus bersikap akrab seolah-olah sudah
kenal lama. CS juga harus murah senyum dengan raut muka yang
menarik, serta tidak dibuat-buat.
3) Menyapa dengan lemah lembut dan berusaha menyebutkan nama jika
Saat nasabah datang CS harus segera menyapa, usahakan menyapa
dengan menyebutkan namanya. Namun jika tidak kenal dapat menyapa
dengan sebutan Bapak/Ibu, apa yang dapay kami bantu.
4) Tenang, sopan, hormat, serta tekun mendengarkan setiap pembicaraan
Usahakan saat melayani nasabah dalam keadaan tenang, tidak
terburu-buru, sopan santun dalam bersikap. Kemudian tunjukan sikap
menghormati tamu, tekun mendengarkan sekaligus berusaha memahami
keinginan konsumennya.
5) Berbicara dengan bahasa yang baik dan benar
Arinya dalam berkomunikasi dengan nasabah gunakan bahasa Indonesia
yang benar atau bahasa daerah yang benar pula. Suara yang digunakan
harus jelas, mudah dipahami dan jangan menggunaka isilah yang sulit
dipahami.
6) Bergairah dalam melayani nasabah dan tunjukan kemampuan
Dalam melayani nasabah jangan terlihat loyo, lesu, atau kurang
semangat. Tunjukan pelayanan yang prima seolah-olah memang anda
sangat tertarik dengan keinginan dan kemauan nasabah.
7) Jangan menyela atau memotong pembicaraan
Pada saat nasabah berbicara usahakan jangan memotong pembicaraan,
kemudian hendaklah menghindari kalimat yang bersifat teguran atau
8) Mampu meyakini nasabah serta membeerikan kepuasan
Setiap pelayanan yang diberikan harus meyakinkan nasabah dengan
argumen yangg masuk akal. CS juga harus mampu memberikan
kepuasan atas pelayanan yang diberikannya.
9) Jika tak sanggup menangani permasalahan yang ada, minta bantuan
Artinya jika ada pertanyaan atau permasalah yangg tidak sanggup
dijawab atau diselesaikan oleh CS, maka harus meminta bantuan kepada
petugas yang mampu.
10) Bila belum dapat melayani, beritahukan kapan akan dilayani
Artinya, jika pada saat CS sibukdan tidak bisa melayani salah satu
nasabah, maka beritahukan kepada nasabah kapan akan dilayani dengan
simpatik.
4. Strategi Promosi
a. Definisi promosi
Beberapa kritikus menyatakan bahwa promosi adalah biaya yang tidak
menambahkan apa-apa pada nilai suatu produk tapi malah meningkatkan
biaya bagi konsumen (J. Paul Peter. Jerry C. Olson: 1996, 180).
Jenis promosi ada empat diantaranya: iklan, promosi penjualan,
penjualan personal, dan publisitas yang bersama-sama menjadi bagian dari
sebuah bauran promosi yang ingin dikelola secara strategis oleh para
pemasar untuk dapat mencapai tujuan organisasi (J. Paul Peter. Jerry C.
1) Iklan
Iklan adalah penyajian informasi non personal tentang suatu produk,
merk, perusahaan, atau toko yang dilakukan dengan bayaran tertentu.
Iklan ditunjukan untuk mempengaruhi afeksi dan kognisi konsumen
yaitu evaluasi, perasaan, pengetahuan, makna, kepercayaan, sikap, dan
citra yang berkaitan dengan produk dan merk. Dalam prakteknya, iklan
telah dianggap sebagai manajemen citra yaitu menciptakan dan
memelihara citra dan makna dalam benak konsumen. Walaupun
pertama-tama iklan akan mempengaruhi afeksi dan kognisi, tujuannya
yang paling akhir adalah bagaimana mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen. Iklan dapat disajikan melalui berbagai macam media TV,
radio, cetakan (majalah, surat kabar) dan macam-macam media lain
seperti balon udara atau baju dan kaos. Walaupun konsumen pada
umumnya diekspos pada ratusan iklan setiap hari, sebagian dari pesan
yang disampaikan hanya menerima perhatian dan pemahaman dari
konsumen dalam jumlah yang sedikit. Oleh karena itu adalah suatu
tantangan yang besar bagi pemasar untuk mengembangkan pesan dalam
iklan dan memilih media yang dapat mengekspos konsumen, menangkap
2) Promosi penjualan
Promosi penjualan adalah rangsangan langsung yang ditunjukan kepada
konsumen untuk melakukan pembelian. Iklan TV mungkin terlihat lebih
mewah, tapi di Amerika Serikat lebih banyak uang yang dibelanjakan
untuk promosi penjualan. Banyaknya jenis promosi penjualan termasuk
didalamnya adalah penurunan harga temporer melalui kupon, rabat,
penjualan multi kardus, kontes dan undian, pameran dagang dan
eksebisi, contoh gratis serta hadiah membuat promosi penjualan sulit
didefinisikan. Menurut Parker Lindbreg, presiden dari Promotion
Marketing Association of America, aspek kunci promosi penjualan
adalah untuk menggerakan produk hari ini juga, bukan esok hari.
Ringkasnya, sebagian besar promosi penjualan diorientasikan pada
pengubahan perilaku pembelian konsumen yang segera.
3) Penjualan personal
Penjualan personal melibatkan interaksi personal langsung antara
seorang pembeli potensial dengan seorang salesman. Penjual personal
dapat menjadi metode promosi yang hebat untuk paling tidak untuk dua
alasan berikut. Pertama, komunikasi personal dengan salesman dapat
meningkatkan keterlibatan konsumen dengan produk dan/atau proses
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, konsumen dapat lebih
termotivasi untuk masuk dan memahami informasi yang disajikan
saling/interaksi memungkinkan salesman mengadaptasi apa yang
disajikannya agar sesuai dengan kebutuhan informasi setiap pembeli
potensial.
4) Publisitas
Publisitas adalah bentuk komunikasi tentang perusahaan, produk, atau
merk si pemasar yang tidak membutuhkan pembayaran. Misalnya,
sebuah artikel di majalah PC World yang membandingkan berbagai
macam merk perangkat lunak pengolah kata merupakan informasi
produk yang sangat berguna bagi konsumen namun tidak membebankan
biaya sama sekali pada para pemasar perangkat lunak tersebut. Demikian
pula halnya dengan penjabaran produk atau merk baru; perbandingan
merk di jurnal dagang, surat kabar, atau majalah berita; atau diskusi radio
dan talk show di TV semuanya menjanjikan berbagai informasi produk
bagi para konsumen.
5) Bauran promosi
Idealnya, manajer pemasaran dapat mengembangkan suatu strategi
pemasaran yang koheren yang mengintegrasikan keempat jenis promosi
menjadi satu bauran pemasaran yang efektif.
b. Perilaku Promosi
Pada akhirnya, strategi promosi harus mempengaruhi bukan hanya
kognisi konsumen tetapi juga perilaku mereka. Tujuan penjualan, laba, dan
melakukan perilaku tertentu, termasuk di dalamnya membeli produk
tersebut. Berbagai promosi dapat digunakan untuk mempengaruhi
macam-macam perilaku di sepanjang rangkaian pembelian-konsumsi. Ada dua
perilaku lainnya yang sangat penting dalam keberhasilan strategi promosi:
kontak informasi dan komunikasi dari mulut ke mulut dengan konsumen
lainnya (J. Paul Peter. Jerry C. Olson: 1996, 181-185).
1) Kontak informasi
Kontak informasi dengan promosi dapat berdasarkan keinginan tapi
paling sering adalah secara tak terduga. Kadangkala kontak promosi
bahkan dapat memicu proses pengambilan keputusan pembelian, seperti
yang mungkin terjadi ketika konsumen sacara tiba-tiba melintasi tanda
potong harga atau intensif promosi lainnya.
2) Komunikasi dari mulut ke mulut
Pemasar berharap dapat mendorong terjadinya promosi berbentuk
komunikasi dari mulut ke mulut. Metode ini membantu penyebaran
kesadaran produk hingga menjangkau konsumen di luar dari mereka
yang melakukan kontak langsung dengan promosi. Konsumen dapat
berbagai informasi dengan teman tentang tawaran yang menarik dari
sebuah produk, kupon yang menarik dari salah satu surat kabar, atau
5. Pengetahuan Produk
Bahwa pengetahuan responden tentang produk dan mekanisme bank
syariah berpengaruh positif terhadap minat untuk berhubungan dengan bank
syariah (jurnal: Muhammad, 2007 :151).
Pengetahuan produk merupakan konglomerat dari banyak jenis informasi
yang berbeda. Pengetahuan produk meliputi (James F. Engel, Roger D.
Blackwell, Paul W. Miniard, 1994: 317) :
a. Kesadaran akan kategori dan merk produk di dalam kategori produk
b. Terminologi produk
c. Atribut atau ciri produk
d. Kepercayaan tentang kategori produk secara umum dan mengenai merk
spesifik.
Konsumen dapat memiliki tiga jenis pengetahuan produk, pengetahun
tentang ciri atau karakter produk, konsekuensi atau manfaat positif
menggunakan produk, konsekuensi atau manfaat positif menggunakan produk,
dan nilai yang akan dipuaskan atau dicapai oleh produk. Pemasaran telah
memikirkan dan menganalisis ketiga tingkatan pengetahuan produk konsumen
diantaranya (J Paul, Peter dan Jerry C. Olson, 1999: 69) :
a. Produk sebagai seperangkat ciri, keputusan tentang ciri produk adalah
elemen penting dalam strategi pemasaran. Pemasar merubah atribut merek
dalam upaya membuat produknya lebih menarik bagi konsumen. Karena
bertindak seolah konsumen berpikir tentang produk dan merk sebagai
seperangkat ciri.
b. Produk sebagai perangkat manfaat, dimana pemasar menyadari bahwa
konsumen sering berfikir tentang produk dan merk dalam konteks
konsekuensinya, bukan ciri-cirinya ketika suatu produk dibeli dan
digunakan atau dikonsumsi. Misalnya suatu tape kompo dapat saja keras
suaranya, mensyaratkan reparasi, atau membuat pembelinya bangga. Krim
wajah dapat mengakibatkan reaksi alergi atau biayanya sangat mahal.
c. Produk sebagai pemuas nilai, dimana konsumen memiliki pengetahuan
tentang niali pribadi dan simbolis yang dapat dipenuhi atau dipuaskan oleh
suatu produk atau merk. Nilai juga melibatkan efeksi sehubungan dengan
kebutuhan atau perasaan dan emosi yang menyertai keberhasilan.
6. Pengertian Pengambilan Keputusan
a. Definisi pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan merupakan proses penilaian dan pemilihan
berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan dengan menetapkan pilihan
yang dianggap menguntungkan (Amirullah: 2002, 61). Pengambilan
keputusan merupakan proses memilih suatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai situs. Pengambilan keputusan
merupakan suatu seri tindakan, membutuhkan beberapa langkah yang dapat
saja langkah itu terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus
Dalam mengambil keputusan seorang seringkali diharapkan pada
kondisi tidak pasti maksudnya bahwa faktor yang diharapkan
mempengaruhi dan memiliki kadar ketahuan atau informasi yang sangat
rendah, jangka panjang maksudnya implikasinya memiliki jangkauan yang
jauh ke depan dan melibatkan sumber usaha yang penting, adapun
kompleks dalam preferensi pengambilan keputusan atas resiko dan waktu
memiliki peranan yang besar (Marimin: 2004,10).
Proses pengambilan keputusan ada yang sederhana dan ada pula
yang kompleks, menurut Hawkins et al. (1992) dan engel et al. (1990)
pengambilan keputusan ada tiga jenis yaitu (Tjiptono, Fandy: 2008, 20-2) :
1) Proses pengambilan keputusan yang luas, merupakan jenis keputusan
yang lengkap yang bermula dari pengenalan masalah konsumen yang
dapat dipecahkan melalui pembelian beberapa produk.
2) Proses pengambilan keputusan terbatas, terjadi apabila konsumen
mengenal masalahnya, kemudian mengevaluasi beberapa alternatif
produk atau merk berdasarkan pengatahuan yang dimiliki tanpa
berusaha mencari informasi baru tentang produk atau merk tersebut.
3) Proses pengambilan keputusan yang bersifat kebiasaan, dimana
konsumen mengenal masalahnya kemudian langsung mengambil
Sejak tahun 1970-an hingga awal tahun 1980-an para peneliti
memandang konsumen sebagai pengambil keputusan. Dari perspektif ini,
pembeli merupakan hasil di mana konsumen merasa mengalami masalah
dan kemudian melalui proses rasional menyelesaikan masalah tersebut.
Perspektif pengambilan keputusan menggambarkan seorang konsumen
sedang melakukan serangkaian langkah tertentu pada saat melakukan
pembelian (Minor, Mowen: 2002, 11).
Perspektif pemecahan masalah mencangkup semua jenis perilaku
pemenuhan kebutuhan dan jajaran luas dari faktor yang memotivasi dan
mempengaruhi. Berbicara secara umum, keputusan konsumen mengambil
bentuk yang diperhatikan di dalam figur dan mempunyai langkah-langkah
berikut ini (Winiard, Blacwell, Engel: 1994, 31) :
1) Pengenalan kebutuhan, konseumen mempersepsikan perbedaan antara
keadaan yang diinginkan dan situasi aktual yang memadai untuk
membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan.
2) Pencarian informasi, konsumen mancari informasi yang disimpan di
dalam ingatan atau mendapat informasi yang relevan dengan
keputusan dari lingkungan.
3) Evaluasi alternatif, konsumen mengevaluasi pilihan berkenaan dengan
manfaat yang diharapkan dan menyempitkan pilihan hingga alternatif
4) Pembelian, konsumen memperoleh alternatif yang dipilih atau
pengganti yang dapat diterima bila perlu.
5) Hasil, konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih
memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.
Sebagian besar keputusan konsumen membutuhkan upaya pemecahan
masalah terbatas karena sebagian besar konsumen telah memiliki sejumlah
besar informasi produk yang berasal dari pengalaman masa lampaunya,
maka dasar strategi pemasarannya adalah menyediakan informasi
tambahan agar tersedia bagi konsumen ketika dan dimana mereka
membutuhkannya (Setiadi, Nugroho: 2003, 430).
b. Pengambilan Keputusan Dalam Prespektif Islam
Keterlibatan dalam proses apapun Allah melarang umatnya dalam
kerugian, seperti halnya dalam aktifitas pembelian. Seseorang harus bisa
membedakan keinginan dan kebutuhan, antara yang baik dan yang buruk
(Feriska: 2010).
1) Kebutuhan dalam Islam dibagi menjadi tiga diantaranya:
a) Kebutuhan Dharuriyat adalah tingkat kebutuhan yang harus ada
atau bisa disebut kebutuhan primer.
b) Kebutuhan Hajiat adalah kebutuhan-kebutuhan sekunder, dimana
c) Kebutuhan Tahsiniyat adalah tingkat kebutuhan yang apabila tidak
dipenuhi mengancam eksistensi dan tidak pula menimbulkan
kesulitan.
2) Kaidah dalam Ushul Fiqh terkait manfaat Mudharat antara lain sebagai
berikut:
a) Lebih besar mudharat dari pada manfaatnya, contohnya seseorang
meroko atau mengkonsumsi narkoba, berarti orang ini telah
melakukan perbuatan bahaya/merugikan terhadap dirinya. Oleh
karena itu, ia wajib dicegah dan berhenti dari tindakannya, karena
orang itu telah mendzalimi dirinya sendiri dan orang lain.
b) Lebih besar manfaatnya dari pada mudharatnya, misalnya jual beli
diharuskan semua rukun dan syarat jual beli terpenuhi, namun ada
hal yang mempermudah untuk melakukan transaksi tersebut
diantaranya adalah pesanan (salam), namun hal tersbut tidak
mengikuti hukum asal (Muslimah: 2014).
Sedangkan meurut pandangan Islam pengambilan keputusan
terdapat dalam Q.S Al-Maidah ayat 100.
ُأََٰي َاللَّٱ ْاوُقا تٱَف ِثيِبَلخٱ ُةَرثَك َكَبَجعَأ وَلَو ُبِ ياطلٱَو ُثيِبَلخٱ يِوَتسَي الَّ لُق
Artinya: “Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik,
Dalam Al-Quran juga terdapat ayat yang secara tidak langsung telah
memerintahkan kepada muslimin untuk mempersiapkan hari esok
lebih baik yaitu ayat yang berhubungan dengan menabung Q.S
An-Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar”
Dilihat dari keputusan pengambilan yang terdapat dalam QS.
Al-Maidah ayat 100 dapat diambil kesimpulan bahwa dalam agama
Islam dianjurkan untuk melakukan perbuatan yang baik meskipun
banyaknya perbuatan yang buruk yang menarik hati. Begitu pula dapat
dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan bahwa kita dianjurkan
untuk memperhitungkan keputusan yang akan diambil walau
keputusan tersebut buruk di mata kita dan sejujurnya jika
meninggalkan sesuatu yang haram maka akan mendapat
keberumtungan di dunia maupun akhirat.
Selain itu dapat diartikan bahwa apa yang disebut baik dan
yang halal dengan dihadapkan dengan sesuatu yang jelek serta haram
adalah salah satu cara yang bisa dianggap sangat baik untuk pengambil
buruk tidak akan pernah sama. Sama halnya dengan bisnis yang
menguntungkan akan selalu diberikan pada hal yang baik, meskipun
dalam prakteknya lebih banyak dari yang buru.
c. Tahapan dalam proses keputusan pembelian
Ada lima tahap yang dilalui konsumen dalam proses pembelian yaitu,
pengenalan masalah kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif,
keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian.
Sumber: (Setiadi, Nugroho: 2003, 16)
Gambar di atas, menyiratkan bahwa konsumen melewati kelima
tahap seluruhnya pada setiap pembelian. Namun dalam pembelian yang
lebih rutin, konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap
ini. Model tersebut menunjukan semua pertimbangan untuk muncul ketika
konsumen menghadapi situasi membeli yang kompleks dan baru. Secara
rinci tahapan proses keputusan pembelian diuraikan sebagai berikut:
1) Pengenalan masalah, proses ini dimulai saat pembeli menyadari adanya
masalah atau kebutuhan, pembeli merasakan adanya perbedaan antara
yang nyata dan yang diinginkan.
2) Pencarian informasi, seorang konsumen yang timbul minatnya akan
terdorong untuk mencari informasi lebih banyak. Jika dorongan
akan langsung membelinya jika tidak, kebutuhan konsumen ini akan
menjadi ingatan saja.
3) Evaluasi alternatif, konsumen memproses informasi tentang pilihan
merk untuk membuat keputusan terakhir. Kebanyakan model dari
evaluasi konsumen sekarang bersifat logistik, yaitu merek memandang
konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama
berdasarkan pada pertimbangan yang sadar dan rasional. Konsumen
mungkin mengembangkan seperangkat kepercayaan merk tentang
dimana setiap merk berada pada ciri masing-masing. Kepercayaan merk
menimbulkan citra merk.
4) Keputusan pembelian, setelah membeli produk, seorang konsumen
mungkin mendeteksi adanya suatu cacat. Beberapa pembeli tidak akan
menginginkan produk cacat tersebut, yang lainnya akan bersifat netral
dan beberapa bahkan mungkin melihat cacat sebagai sesuatu yang
meningkatkan nilai produk. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari
dekatnya antara harapan dari pembeli tentang produk dan kemampuan
dari produk tersebut.
5) Perilaku sesudah pembelian, kepuasan atau ketidakpuasan konsumen
pada suatu produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Jika
konsumen merasa puas maka kemungkinan akan membeli produk itu
berusaha mengurangi ketidakcocokannya dengan meninggalkan atau
mengembalikan produk tersebut.
7. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
a. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
BPR Syariah ialah BPR biasa yang pola operasionalnya mengikuti
prinsip-prinsip muamalah Islam. Menurut UU perbankan bab III pasal I “
bank menurut jenisnya terdiri dari bank umum dan bank perkreditan
rakyat”. Lebih lanjut lagi pasal 13 butir c menyatakann bahwa usaha-usaha
BPR meliputi: menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
pemerintah.
b. Latar Belakang Berdirinya BPR Syariah
BPR Islam didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restruksi
perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket
kebijaksanaan keuangan, moneter dan perbankan secara umum, dan secara
khusus mengisi peluang terhadap kebijaksanaan bank dalam penetapan
tingkat suku bunga (rate of interest), yang selanjutnya secara luas dikenal
sebagai sistem perbankan bagi hasil atau sistem perbankan Islam, dalam
c. Tujuan BPR syariah
1) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama golongan
masyarakat ekonomi lemah.
2) Meningkatkan pendapatan perkapita.
3) Menambah lapangan kerja terutama di kecamatan-kecamatan.
4) Mengurangi urbanisasi.
5) Membina semangat Ukhuwah Islamiah melalui kegiatan ekonomi.
d. Produk Pembiayaan Rakyat Syariah
Secara garis besar produk bank pembiayaan rakyat syariah adalah
sebagai berikut :
1) Mobilitas dana masyarakat
Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk
seperti: menerima simpanan wadi’ah, menyediakan fasilitas tabungan,
dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat dipergunakan untuk menitip
infaq, shadaqah, zakat dan mempersiapkan ongkos naik haji,
merencanakan qurban, aqiqah, khitanan, mempersiapkan pendidikan,
pemilikan rumah, kendaraan, serta dapat juga dimanfaatkan untuk
menitipkan dana yayasan masjid, sekolah, pesantren, organisasi, badan
(a) Simpanan Amana
Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah, dan
zakat, karena bank dapat menjadi perpanjangan tangan baitul maal
dalam menyimpan dan menyalurkan dana umat agar dapat
bermanfaat secara optimal. Akad penerimaan ini adalah wadiah
yaitu titipan yang tidak mengandung resiko, bank akan
memberikan kadar profit berupa bonus dari bagi hasil yang didapat
bank melalui pembiayaan kepada nasabah.
(b) Tabungan Wadi’ah
Bank meneriman titipan dan bunga (saving account), baik pribadi
maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad
penerimaan ini adalah wadi’ah, yaitu titipan-titipan yang tidak
menanggung resiko kerugian, serta bank akan memberikan kadar
profit kepada penabung sejumlah tertentu dari bagi hasil yang
didapat bank dalam pembiayaan kredit pada nasabah, yang
diperhitungkan secara harian dan dibayar setiap bulan. Penabung
akan mendapat buku tabungan dan dibayar setiap bulan. Penabung
akan mendapat buku tabungan untuk mencatat mutasi dan baki.
(c) Deposito Wadi’ah atau Deposito Mudharabah
Bank menerima deposito berjangka (time and invetmen account)
baik pribadi maupun badan/lembaga. Akad penerimaan deposito
masyarakat berjangka 1,3,6,12 bulan dan seterusnya, sebagai
penyertaan sementara pada bank. Deposan yang akad depositonya
wadi’ah mendapat nisbah bagi hasil keuntungan yang lebih kecil
dari mudharabah dari bagi hasil yang diterima bank dalam
pembiayaan / kredit nasabah, dibayar setiap bulan. Deposito, bank
akan menertibkan warkat deposito atas nama deposan.
2) Penyaluran Dana
(a) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara bank dengan pengusaha, dimana pihak bank menyediakan
pembiayaan modal usaha atau proyek yang dikelola oleh pihak
pengusaha, atas dasar perjanjian bagi hasil.
(b) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah suatu perjanjian pembiayaan
antara bank dengan pengusaha, dimana baik pihak bank maupun
pihak pengusaha secara bersama membiayai suatu usaha atau
proyek yang dikelola secara bersama pula, atas dasar bagi hasil
sesuai dengan penyertaan
(c) Pembiayaan Bai Bithaman Ajil
Pembiayaan Bai Bithaman Ajil adalah suatu perjanjian
pembiayaan yang disepakati antara bank dengan nasabahnya, di
dibutuhkan nasabah untuk mendukung suatu usaha atau proyek.
Nasabah akan membayar secara mencicil dengan mark-up yang
didasarkan atas opportunity cost project (OCP).
(d) Pembiayaann Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah suatu perjanjian yang disepakati
antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan
pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya
yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh
nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank plus margin
keuntungan pada saat jatuh tempo).
(e) Pembiayaan Qardhul Hasan
Pembiayaan qardhul hasan adalah perjanjian pembiayaan antara
bank dengan nasabah yang dianggap layak menerima yang
diprioritaskan bagi pengusaha kecil pemula yang potensial akan
tetapi tidak mempunyai modal apapun selain kemampuan
berusaha, serta perorangan lainnya yang berada dalam keadaan
terdesak, dimana penerima kredit hanya diwajibkan
mengembalikan pokok pinjaman pada waktu jatuh tempo dan
3) Jasa perbankan lainnya
Bank secara bertahap akan menyediakan jasa memperlancar
pembayaran dalam bentuk proses transfer dan insako, pembayaran
rekening listrik, air, telepon angsuran KPR dan lainnya. Bank juga
mempersiapkan bentuk pelayanan yang sifatnya bentuk talangan dana
(bridging financing) yang didasarkan atas akan pembiayaan bai’salam.
8. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Khasanah Ummat
a. Sejarah Berdirinya BPRS Khasanah Ummat
Beroperasinya lembaga keuangan syariah di Indonesia tidak terlepas
dari aspek legalitas yang berlaku beberapa tahun terakhir, seperti misalnya
UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan dan kemudian menyusul UU No.
10/1998. Secara tersurat UU No 7 Tahun 1992 tentang lembaga keuangan
tersebut memberikan peluang bagi sebuah lembaga keuangan untuk
beroperasi dengan sistem bagi hasil( profit-sharing system ).
Potensi dan prospek lembaga keuangan syariah di Indonesia
sesungguhnya sangat baik mengingat penduduk di Indonesia yang
berjumlah sekitar 200 juta orang mayoritas beragama Islam.
Kabupaten Banyumas merupakan salah satu wilayah kabupaten di
bagian selatan Jawa Tengah, yang notabene mayoritas penduduknya
beragama Islam, dengan pertumbuhan ekonomi rata-rata 12,32% pertahun
dengan jumlah penduduk mayoritas beragama Islam merupakan potensi
Pendirian BPRS Khasanah Ummat tidak bisa terlepas begitu saja dari
keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Meski saat ini manajemen
dan pengelolaan dilakukan secara terpisah tapi keberadaan BPRS Khasanah
Ummat memiliki history berangkat dari BMT.
Pendirian BMT diawali dari beberapa kegiatan pendampingan
masyarakat melalui program PHBK – BI yang dilakukan sejak tahun 1987
yang tergabung dalam Forum KSM. Pendampingan yang dilakukan
meliputi 147 desa di 22 kecamatan dari 27 kecamatan dan 327 desa di
Kabupaten Banyumas.
Dari program tersebut ada gagasan untuk membentuk lembaga
keuangan sendiri, hal yang mendorong gagasan tersebut adalah agar
kelompok yang telah lama didampingi tidak “diserahkan” kepada lembaga
keuangan lain (bank), tetapi pada lembaga keuangan yang dimiliki oleh
kelompok itu sendiri. Gagasan tersebut disosialisasikan kepada kelompok,
dan disambut baik.
Pasca pelatihan BMT Dompet Dhuafa Republika angkatan ke-2 di
Yogyakarta pada tahun 1994 dikenal konsep BMT. Ketika gagasan BMT
disampaikan dalam pertemuan kelompok, mereka menyetujuinya. Maka
dibentuklah BMT.
Pada perjalanan awal sektor usaha yang dikembangkan adalah sektor
simpanan dan pembiayaan, sampai dengan Juni 1995 kegiatan terus
pada kendala legalitas. Dalam proses legalitas BMT melalui dinas koperasi
ternyata kembali dihadapkan pada kendala kurang pemahaman tentang
BMT dan kegiatan dianggap berbau SARA karena BMT mengedepankan
konsep syariah Islam dalam operasionalnya.
Untuk kurun waktu Juni 1995 sampai dengan September 1996 BMT
belum bisa berbuat banyak karena masih dalam tahap rintisan.
Perkembangan BMT mulai menunjukkan hasil pada tahun 1997. Seiring
dengan meningkatnya volume usaha BMT dan adanya keterbatasan ruang
gerak yang dimiliki sehingga ada segmen pasar potensial yang tidak bisa
digarap BMT akhirnya muncul gagasan untuk mendirikan BPRS.
Diharapkan dengan adanya BPRS segmen pasar yang selama ini tidak bisa
digarap oleh BMT dapat digarap oleh BPRS dan sebaliknya, khususnya
dalam hal penyaluran dana.
PT. BPRS Khasanah Ummat berkedudukan di Jl. Sunan Bonang No.
27 Tambaksari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas, didirikan
sesuai akta pendirian No. 56 tanggal 24 Pebruari 2005, yang dibuat oleh
Notaris Nuning Indraeni, SH dan mendapatkan pengesahan dari
Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia No.C-09130
HT.01.01.TH 2005 tanggal 15 April 2005 dan ijin usaha sesuai Keputusan
Jumlah kantor 2 (dua) sebagai kantor induk dan kantor kas dengan
lokasi:
1) Kantor Induk
Jl. Sunan Bonang No. 27 Tambaksari, Kembaran, Banyumas
Telp. 0281- 7617960 Fax. 0281 – 7638881
2) Kantor Kas
Jl. Kertawibawa No.9 Purwokerto Barat.
Telp. 0281 – 7638376
Pembukaan kantor kas di Purwokerto Barat merupakan salah satu
upaya BPRS Khasanah Ummat melaksanakan misinya yaitu untuk
mendukung pengembangan ekonomi umat melalui perluasan jaringan
kerja dan juga untuk lebih memberikan kemudahan bagi nasabah
memperoleh layanan dari bank karena sudah banyak nasabah BPRS
Khasanah Ummat di wilayah tersebut, disamping juga karena ada
potensi-potensi yang ada. Potensi yang dimaksud antara lain adalah sebagai
berikut :
(a) Potensi Ekonomi
Beberapa desa di kecamatan Purwokerto Barat dan desa-desa yang
berada di sekitarnya memiliki beberapa potensi ekonomi dan patut
dikembangkan sebagai potensi ekonomi kecamatan maupun ekonomi
kabupaten. Potensi ekonomi yang ada dapat dipetakan secara
(1) Pertanian
Lokasi kantor kas di Purwokerto Barat dengan batas-batas sebagai
berikut :
(1) Sebelah Utara : Kecamatan Kedungbanteng
(2) Sebelah Selatan : Kecamatan Patikraja
(3) Sebelah Timur : Kecamatan Purwokerto Timur
(4) Sebelah Bara : Kecamatan Karanglewas
Dengan potensi geografi tersebut semakin memperluas jangkauan
pasar /wilayah BPRS Khasanah Ummat. Bahkan untuk saat ini
wilayah meluas sampai ke Ajibarang, Cilongok dan Baturaden.
(c) Perkembangan Syariah
Wilayah-wilayah sebagaimana tersebut di atas berpotensi cukup
besar bagi perkembangan syariah karena mayoritas penduduk
menganut agama Islam, meski dalam prakteknya system syariah
tidak hanya berorientasi pada umat Islam saja, tapi juga pada umat
non Islam. Penyaluran pembiayaan di BPRS Khasanah Ummat
menjadi Rp 958.505.000,00 pada tahun 2006 atau naik 121%. Dari
seluruh penyaluran pembiayaan sebesar Rp.1.613.750,00 rata-rata
65% disalurkan ke pembiayaan modal kerja. Sedangkan proporsi
rata-rata pembiayaan investasi dan konsumsi adalah 25% dan 10%.
Sampai saat ini pembiayaan rata-rata masih tergolong kolektibiltas
lancar. Berdasarkan kondisi tersebut peluang terbesar masih untuk
pembiayaan modal kerja dengan jangka waktu rata-rata 12 bulan.
Beberapa faktor peluang dalam pengembangan pembiayaan di BPRS
Khasanah Ummat antara lain:
(1) Semakin tingginya kesadaran umat Islam untuk memanfaatkan
produk perbankan syariah.
(2) Stabilitas keamanan dan sosial masyarakat Banyumas.
(3) Masih terbuka peluang menyalurkan pembiayaan usaha kecil dan
mikro.
b. Visi dan misi
Sebagai salah satu lembaga keuangan syariah tentunya BPRS
Khasanah Ummat juga mempunya visi dan misi layaknya lembaga keuangan
pada umumnya. Diantara Visi dan misi BPRS Khasanah Ummat adalah
sebagai berikut :
1) Visi
Menjadi BPRS yang amanah dan professional dalam rangka
2) Misi
(1) Menerapkan dan mengembangkan system perbankan syariah.
(2) Mendukung pengembangan ekonomi ummat melalui perluasan
jaringan kerja.
c. Struktur Organisasi PT BPRS Khasanah Ummat Tahun 2015
Dewan Pengawas Syariah
1) Misbahussurur
2) A. Luthfi Hamidi
Dewan Komisaris
1. Firdaus Effendi
SPI, SID & Monev Angsuran
d. Produk BPRS Khasanah Ummat
Seperti disebutkan di atas bahwa Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
secara garis besar mempunyai tiga produk yaitu, Mobilisasi dana
masyarakat, Penyaluran dana dan Jasa perbankan lainnya, begitu juga halnya
dengan BPRS Khasanah Ummat juga mempunyai tiga produk.
1) Mobilisasi dana masyarakat
Bank akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk
seperti: menerima simpanan wadi’ah, menyediakan fasilitas tabungan,
(a) Tabungan
(1) Tabungan SAKU
Merupakan tabungan yang dapat ditarik sewaktu-waktu dan
akan memperoleh bonus yang menarik setiap bulannya. Setoran
awal minimal Rp.20.000.
(2) Tabungan KU iB
Tabungan untuk perorangan dengan syarat yang mudah dan
ringan guna menumbuhkan budaya menabung serta
meningkatkan kesejahateraan masyarakat. Setoran awal
minimal Rp.20.000.
(3) Tabungan QURBANKU
Merupakan tabungan yang dikhususkan untuk perencanaan
qurban. Dengan setoran awal minimal Rp.20.000,- dan setoran
selanjutnya disepakati antara bank dan nasabahnya. insyaAllah
niat anda berqurban di hari Idul adha akan dapat terlaksana.
Anda juga akan memperoleh bagi hasil yang menarik setiap
bulannya.
(4) Tabungan CERIAKU
Merupakan tabungan khusus pelajar/mahasiswa dengan setoran
awal minimal Rp.10.000,- dan akan memperoleh bagi hasil
(b) Deposito
(1) Deposito MUDHARABAHKU
Merupakan simpanan dana pihak ke-tiga yang hanya dapat
ditarik berdasarkan jangka waktu 1,3,6 atau 12 bulan dan dapat
diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over). Nominal
minimalnya adalah Rp.500.000,-. Nasabah akan memperoleh
bagi hasil yang kompetitif setiap bulannya. Deposito ini juga
dapat dipakai sebagai jaminan pembiayaan.
(c) Penyaluran dana (pembiayaan)
(1) Pembiayaan IB jual beli barang
Menggunakan akad murabahah adalah jual beli barang sebesar
harga pokok barang ditambah dengan margin keuntungan yang
disepakati. Manfaatnya, nasabah akan memiliki barang yang
diinginkan melalui pembiayaan dari bank.
(2) Pembiayaan IB modal kerja
Menggunakan akad musyarakah merupakan akad kerjasama
antara bank dan nasabah dengan menggabungkan modal yang
hasilnya akan dibagi sesuai nisbah yang disepakati. Apabila
mengalami kerugian ditangguhkan oleh para pihak sebesar
partisipasi modal. Manfaatnya membantu nasabah dalam
pengembangan usaha dengan bagi hasil yang adil dan
(3) Pembiayaan IB multijasa
Menggunakan akad ijarah atau kafalah, merupakan penyediaan
dana atau tagihan berdasarkan kesepakatan dana atau tagihan
berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah yang
mewajibkan nasabah melunasi hutang sesuai akad. Manfaatnya
sebagai sumber dana bagi nasabah untuk biaya pendidikan dan
kesejahteraan dan jasa lainnya yang dibenarkan secara syariah.
(d) Jasa perbankan lainnya
(1) Dana ZISKU
Selain berinvestasi untuk masa depan dan keluarga tercinta,
anda juga dapat berinvestasi untuk masa depan di akherat nanti.
Anda para aghniya yang peduli akan keadaan saudara-saudara
kita yang kekurangan, BPRS KU siap membantu untuk
menyalurkan harta yang disisihkan untuk mereka melalui
Zakat, Infak, Shadaqah. Setoran dapat dilakukan secara
insidental maupun berkala melalui rekening Dana ZisKU
Rekening No.24.0184.010805. insyaAllah BPRS KU akan
menyalurkan harta yang diamanahkan untuk mereka yang
مُكُضعَب َنِمَأ نِإَف ةَضوُبقام نََٰهِرَف ابِتاَك ْاوُدَِتَ َلََو رَفَس َٰىَلَع مُتنُك نِإَو
Artinya: “....Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya
dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya...” (QS. Al Baqarah (2) : 283)
(2) Pinjaman IB talangan
Menggunakan akad Qardh adalah penyediaan dana sebagai
pinjaman kepada nasabah tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman sesuai jangka waktu
yang disepakati. Manfaatnya sebagi sumber pembiayaan bagi
nasabah yang membutuhkan dana talangan sebagai pinjaman yang
bersifat non komersial.
B. Penelitian Terdahulu
Dalam membuat penelitian ini yang selain refrensi dari data primer dan
sekunder juga ada penelitian terdahulu yang juga mendasari dari penelitian ini.
Sebelum peneliti memutuskan untuk mengambil materi tentang keputusan nasabah
sebagai bahan penelitian guna menyelesaikan tugas akhir, peneliti telah mempelajari
beberapa penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Dari uraian yang peneliti
lakukan, maka peneliti mendapatkan beberapa penelitian sebelumnya dan
melampirkan serta menjelaskan perbedaan antar penelitian terdahulu dan penelitian
1. Kautsar Audytra Muhammad, “Pengaruh Pengetahuan Warga Tentang
Perbankan Syariah Terhadap Minat Memilih Produk Bank Muamalat (Study
Kasus Santri Pondok Pesantren Darunnajah)”, Tahun 2014. Skripsi ini
menggunakan variabel independen (X): Pengetahuan definisi, Pengetahuan
lokasi, Pengetahuan prinsip-prinsip dan Pengetahun produk Bank Muamalat dan
Variabe dependen (Y): Memilih Produk Bank Muamalat. Dimana hasil penelitian
menunjukan bahwa keempat faktor tersebut ternyata pengetahuan definisi,
pengetahuan lokasi, dan prinsip-prinsip produk berpengaruh nyata terhadap
minat warga dalam memilih produk Bank Muamalat.
Perbedaan antara skripsi sebelumnya dengan skripsi yang sedang dilakukan
saat ini adalah peneliti sebelumnya hanya membahas tentang pengetahuan
masyarakat dalam memilih produk bank syariah, dimana subjek yang dilakukan
di penelitian sebelumnya ditunjukan kepada santri Pondok Pesatren Darunnajah.
Sedangkan penelitian yang sedang dilakukan saat ini membahas tentang
pengaruh budaya, psikologis, pelayanan, promosi dan pengetahuan tentang
produk terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah dengan subjek
Nasabah BPRS Khasanah Ummat.
2. Atin Yulaifah ”Pengaruh Budaya, Sosial, Pribadi, Dan Psikologi Terhadap
Keputusan Nasabah Dalam Memilih Bank Syariah (Study Kasus Pada
Masyarakat TANGSEL Pengguna Jasa Perbankan Syariah)” 2011. Dimana
variabel (X): Pengaruh budaya, sosial, pribadi, psikologis. Sedangkan variabel
menunjukan bahwa secara keseluruhan variabel pengaruh budaya, sosial, pribadi,
psikologis mempunyai pengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah dalam
memilih bank syariah. Bila dibandingkan dengan ketiga variabel lainnya budaya,
sosial, pribadi. Variabel psikologis memiliki pengaruh yang dominan dengan
angka 0,002 untuk nilai sig, dan 0,35 untuk regresi.
Perbedaan antara skripsi sebelumnya dengan skripsi yang sedang dilakukan
saat ini adalah peneliti sebelumnya membahas tentang pengaruh budaya, sosial,
pribadi dan psikologi terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah,
dengan subjek yang diteliti adalah masyarakat TANGSEL. Sedangkan
penelitaian yang sedang dilakukan saat ini hanya membahasa tentang pengaruh
budaya, psikologis, pelayanan, promosi dan pengetahuan tentang produk
terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank syariah karena dirasa pengaruh
sosail dan pribadi sudah termasuk dalam faktor budaya dan psikologi, sedangkan
subjek dalam penelitian ini adalah Nasabah BPRS Khasanah Ummat.
3. Damayanti Maysaroh “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan
Nasabah Dalam Memilih Bank Syariah” 2014. Dimana variabel (X): faktor
sosial, pribadi, budaya, psikologis, lokasi, pelayanan, fasilitas, promosi.
Sedangkan variabel (Y): keputusan nasabah dalam memilih bank syariah. Hasil
penelitian ini dengan menggunakan analisis regresi linear berganda yang
menunjukan bahwa faktor budaya, pisikologi, lokasi, dan promosi berpengaruh
variabel yang paling berpengaruh adalah promosi dan pengaruh terkecil
psikologi.
Perbedaan antara skripsi sebelumnya dengan skripsi yang sedang dilakukan
saat ini adalah bahwa penelitian sebelumnya hanya menganalisis faktor yang
mempengaruhi nasabah dalam memilih bank syariah secara luasnya. Sedangkan
penelitian yang sedang dilakukan saat ini membahasa pengaruh budaya,
psikologis, pelayanan, promosi dan pengetahuan tentang produk terhadap
keputusan nasabah dalam memilih bank syariah, karena dirasa kelima pengaruh
tersebut merupakan faktor yang paling berpengaruh dan pengaruh yang paling
sering digunakan oleh peneliti lainnya. Dengan subjek nasabah BPRS Khasanah
Ummat.
4. Vima Dwi Estining Pratiwi “ Pengaruh Faktor Emosional dan Faktor Rasional
Terhadap Keputusan Nasabah Memilih Bank Syariah Mandiri (Studi Kasus Pada
Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Banjarnegara) 2011. Dimana
variabel (X): pelayanan, kenyamanan dan kepuasan, ketaatan beragama, produk
Islami dan psikologis. Sedangkan variabel (Y): keputusan nasabah memilih bank
syariah. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel pelayanan, kenyamanan
dan kepuasan berpengaruh positif signifikan sedangkan variabel ketaatan
beragama, produk Islami dan psikologis berpengaruh positif tidak signifikan.
Perbedaannya bahwa skripsi sebelumnya dengan skripsi yang sedang
dilakukan saat ini jelaslah jauh berbeda karena skripsi terdahulu membahas
memilih bank syariah dengan subjek Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang
Pembantu Banjarnegara. Sedangkan penelitian yang sedang dilakukan saat ini
membahas tentang pengaruh budaya, psikologis, pelayanan, promosi dan
pengetahuan tentang produk terhadap keputusan nasabah dalam memilih bank
syariah, yang subjeknya adalah nasabah BPRS Khasanah Ummat.
5. Darmawati, Dwita et al. “Analisis Pengaruh Kebudayaan, Sosial, Kepribadian
dan Psikologis Terhadap Keputusan Pembelian Shar’e (Surve Pada Nasabah
Bank Muamalat Indonesia Cabang Purwokerto). 2007. Dimana variabel (X):
fakor kebudayaan, sosial, kepribadian, psikologis. Sedangkan variabel (Y):
Keputusan Pembelian Shar’e. Hasilnya bahwa kepribadian dan psikologis
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian Shar’e.
adapun variabel budaya dan sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
keputusan pembelian Shar’e. hasil penelitian menunjukan bahwa variabel
kepribadian mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada variabel psikologi
terhadap keputusan pembelian Shar’e, yang dibuktikan dari koefisien jalur
Variabel yang lebih besar daripada koefisien jalur variabel psikologis
Perbedaan antara skripsi sebelumnya dengan skripsi yang sedang dilakukan
saat ini adalah peneliti sebelumnya membahas tentang pengaruh kebudayaan,
sosial, kepribadian dan psikologis terhadap keputusan pembelian Shar’e, dengan
subjek nasabah Bank Muamalat Indonesia Cabang Purwokerto. Sedangkan
penelitian yang dilakukan saat ini tidak membahas pengaruh sosial dan
pelayanan, promosi dan pengetahuan tentang produk terhadap keputusan nasabah
dalam memilih bank syariah (studi kasus pada nasabah BPRS Khasanah