• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINI SETIYANTI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DINI SETIYANTI BAB II"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A.Deskripsi Teori

1. Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan Karakter.

Ratna Megawangi (2004: 95) dalam Kesuma (2012: 5) pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik siswa agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya di kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Dipertegas lagi oleh Berkowitz and Bier (2005: 2-3) dalam Yaumi (2014: 10) pendidikan karakter adalah mengajar siswa tentang nilai-nilai dasar kemanusiaan termasuk kejujuran, kebaikan, kemurahan hati, keberanian, kebebasan, kesetaraan, dan penghargaan kepada orang lain. Tujuannya adalah untuk mendidik anak-anak menjadi bertanggung jawab secara moral dan warga negara yang disiplin (Association for Supervision and Curriculum Development).

(2)

Peran pendidik yang profesioal dapat membantu dalam membentuk karakter pada diri anak yang sejatinya dapat dilakukan di sekolah dengan tindak-tanduk yang menujukkan pribadi yang berkarakter baik. Siswa tentu akan mengikuti tingkah laku atau tindakan yang dilakukan oleh gurunya, karena siswa menganggap tindakan yang dilakukan oleh gurunya adalah tindakan yang baik dan benar. Dengan begitu pendidik haruslah memiliki karakter yang baik.

b. Tujuan Pendidikan Karakter.

Dalam jurnal Rahmah (2013: 11) menyatakan pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila yang meliputi:

1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik dan berperilaku baik.

2. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila.

3. Mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. 2. Sikap Tanggung Jawab.

a. Pengertian Sikap Tanggung Jawab.

(3)

aktivitasnya. Kesungguhan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya dapat mengantarkan seseorang dalam mencapai keberhasilan seperti apa yang diinginkan. Menurut Mustari, (2011: 84-86) menjelaskan bahwa ada beberapa yang harus diperhatikan seorang guru dalam mengarahkan siswanya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab yang tinggi diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Memulai dari tugas-tugas sederhana. 2) Menebus kesalahan saat berbuat salah. 3) Segala sesuatu mempunyai konsekuensi.

4) Sering berdiskusi tentang pentingnya tanggung jawab.

Mustari (2011: 21) menjelaskan sikap tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan Tuhan.

Yaumi (2014: 72) sikap tanggung jawab adalah suatu tugas atau kewajiban untuk melakukan atau menyelesaikan tugas dengan penuh kepuasan (yang diberikan oleh seseorang, atau atas janji atau komitmen sendiri) yang harus dipenuhi seseorang, dan yang memiliki konsekuen hukuman terhadap kegagalan.

Pendapat di atas diperkuat oleh pendapat Miller (2009: 13) dalam Yaumi (2014: 72-73) menulis tentang sikap tanggung jawab sebagai berikut.

(4)

Pernyataan tersebut maksudnya bahwa sikap tanggung jawab berarti dapat dijawab atau dapat dipertanggungjawabkan. Seseorang yang bertanggung jawab dapat diandalkan untuk melakukan upaya yang kuat untuk menghormati komitmen. Jika seseorang bertindak secara bertanggung jawab, orang lain tahu bahwa orang ini teguh dapat diandalkan.

Seseorang yang memiliki sikap tanggung jawab dapat menunjukkan karakter sebagai berikut:

a) Selalu mencari tugas dan pekerjaan apa yang harus segera diselesaikan.

b) Menyelesaikan tugas tanpa diminta atau disuruh untuk mengerjakannya.

c) Memahami dan menerima konsekuensi dari setiap tindakan yang dilakukan.

d) Melakukan pekerjaan sebaik mungkin dengan hasil yang maksimal.

e) Membersihkan atau membereskan segala sesuatu yang digunakan setelah menggunakan sekalipun tanpa ada orang lain yang melihatnya.

f) Terus berbuat dan tidak berhenti sebelum menyelesaikannya. g) Ikhlas berbuat karena alasan pengabdian kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

(5)

b. Indikator-indikator Sikap Tanggung Jawab.

Indikator sekolah dan kelas adalah penanda yang digunakan oleh kepala sekolah, guru, dan personalia sekolah dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi. Indikator ini juga berkenaan dengan kegiatan sekolah yang diprogramkan maupun kegiatan sehari-hari atau rutinitas sekolah. Indikator mata pelajaran menggambarkan perilaku afektif seorang siswa berkenaan dengan mata pelajaran tertentu.

Kaitannya dengan sikap tanggung jawab indikatornya adalah sebagai berikut menurut Firti (2012: 43):

a. Mengerjakan tugas pekerjaan rumah dengan baik. b. Bertanggung jawab terhadap setiap perbuatan.

c. Melakukan piket sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. d. Mengerjakan tugas kelompok.

Dari beberapa indikator tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa sikap tanggung jawab berarti melaksanakan tugas yang telah disepakati secara sungguh-sungguh, menaati peraturan, mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik, dan berani mengemukakan pada suatu masalah. 3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar.

Proses belajar mengajar di kelas untuk mengetahui berhasil atau tidaknya pembelajaran yang dicapai peserta didik harus dilakukan evaluasi yang hasilnya berupa prestasi belajar peserta didik.

(6)

Dipertegas lagi oleh Winkel (1996: 226) dalam Hamdani (2011: 138)

mengemukakan bahwa: “Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan

yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”.

Arifin (2009: 12) mengemukakan bahwa: “prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang kemampuannya masing-masing”.

Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar. Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas ketika belajar.

b. Fungsi Prestasi Belajar.

Prestasi belajar dipandang semakin terasa penting karena setiap individu pasti mengejar untuk mencapai hasil prestasi yang baik. Sehingga prestasi belajar memilki fungsi yang dapat dirasakan oleh guru dan siswa. Sebagaimana Arifin (2009: 12) mengemukakan fungsi utama prestasi belajar, antara lain sebagai berikut:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat rasa ingin tahu para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi kengintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia”

(7)

berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyrakat.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) siswa. Dalam proses pembelajaran siswalah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

Fungsi prestasi belajar ini dapat disimpulkan sebagai berikut, prestasi belajar dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan atau ketuntasan belajar siswa serta sebagai patokan pendidik untuk mengukur ketuntasan ataupun keberhasilan mengajar dalam pembelajaran.

4. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut Sapriya (2008: 1) Warga negara yang baik ialah warga negara yang sadar akan hak dan kewajibannya. Oleh karena itu, dengan memahami konsep warga negara dan pemerintah sejak dini maka mereka diharapkan dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan prinsip-prinsip kewarganegaraan.

Salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum Sekolah Dasar yaitu PKn yang merupakan kependekan dari Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran ini mencangkup pendidikan karakter yang dibahas dalam penelitian dan sebagai objek penelitian ini.

Menurut Jarolimek and Clifford (1981: 5) dalam buku “Teaching

(8)

“Citizenship education was to take place through the formal study of such subject as history, government (civic) and geography and through the indoctrination of such values as freedoom, human dignity, responsibilty, independence, individualism, democracy, respect for other, love coutry, and so on”.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Jarolimek bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang dilakukan melalui pembelajaran formal seperti mata pelajaran sejarah, pemerintah (kewarganegaraan) dan geografi melalui indoktrinasi nilai-nilai seperti kemerdekaan, martabat manusia, tanggung jawab, kemandirian, individualisme, demokrasi, menghormati orang lain, cinta tanah air, dan lain sebagainya.

Penjelasan Pasal 39 Undang-undang nomor 2 Tahun 1987, tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Taniredja (2013: 1-2), “Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali

siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antarwarga negara dengan negara serta pendidikan penduhuluan bela negara menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara”.

Istilah pendidikan kewarganegaraan apabila dikaji secara mendalam berasal dari kepustakaan asing yang memiliki dua istilah, yakni civic education dan citizenship education. Cogan (1999 :4) dalam Susanto (2013: 224) menjelaskan kedua istilah ini sebagai berikut:

a. Civic Education, diartikan sebagai:

(9)

(suatu mata pelajaran dasar di sekolahan yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakatnya)

b. Citizenshp education atau education for citizenship, diartikan sebagai:

... the more inclusive term and encompasses both these in-school experiences as well as out-of-school or „non-formal/informal‟ learning which takes place in the family the religious organization, community organizations, the media atc., which hep to shape the totality of the citizen

(merupakan istilah generik yang mencangkup pengalaman belajar di sekoah dan di luar sekolah, seperti yang terjadi di ingkungan keluarga, dalam organisasi keagamaan, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media yang membantunya untuk menjadi warga negara yang seutuhnya)

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah membekali siswa dengan pengetahuan untuk menjadikan siswa menjadi warga negara yang berpegang teguh pada Pancasila dengan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta memiliki kepribadian yang cerdas dan beradab. Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang formal yang didalamnya mencangkup tentang sejarah, demokrasi dan tanggung jawab.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut BSNP (2006: 108), mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

(10)

c) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

d) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan PKn di Sekolah Dasar adalah sadar akan hak dan kewajibannya. Dengan demikian, kelak siswa diharapkan dapat menjadi bangsa yang terampil dan cerdas, dan bersikap baik, serta mampu mengikuti kemajuan teknologi modern.

5. Active Learning.

Hamruni (2009) dalam Suyadi (2013: 36) Pembelajaran Aktif (Active Learning) adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran, baik dalam bentuk interaksi antar siswa ataupun siswa dengan guru dalam proses pembelajaran. Menurut Bonwell (1995) dalam Suyadi (2013: 36-37) pembelajaran aktif memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut:

a. Menekankan pada proses pembelajaran, bukan pada penyampaian materi oleh guru. Proses ini merupakan upaya menanamkan nilai kerja keras kepada siswa. Proses pembelajaran tidak lagi sekedar transfer of knowledge atau transfer ilmu pengetahuan, melainkan lebih kepada transfer of values atau transfer nilai. Nilai yang dimaksud di sini adalah nilai-nilai karakter secara luas, salah satunya adalah tanggung jawab.

b. Siswa tidak boleh pasif, tetapi harus aktif mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Aktif dalam konteks ini merupakan upaya penanaman nilai tanggung jawab, dimana siswa harus mempraktikkan bahkan membuktikan teori yang dipelajari, tidak sekedar diketahui.

(11)

d. Siswa lebih banyak dituntut berpikir kritis, menganalisis, dan melakukan evaluasi daripada sekedar menerima teori dan menghafalnya.

e. Umpan balik dan proses dialektika yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Active Learning merupakan suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dalam kegiatan ini, siswa mendominasi aktivitas pembelajaran dimana siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok atau materi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru dipelajari siswa ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

6. Quiz Team

a. Pengertian Quiz Team.

Menurut Rahmah (2014: 3) strategi Quiz Team mampu meningkatkan kemampuan siswa bertanggung jawab terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakutkan. Menurut jurnal Putri, SD (2013: 2) strategi Quiz Team merupakan model pembelajaran aktif yang dikembangkan oleh Silberman, yang mana dalam strategi Quiz Team ini siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis jawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan.

(12)

pelajari dengan cara yang menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut. Strategi Quiz Team bisa juga meningkatkan keberanian dalam mengeluarkan pendapat dan bisa mengeluarkan imajnasinya. Siswa akan menjadi aktif dan bisa bekerja sama dengan teman sekelompokknya.

b. Kelebihan dan kelemahan strategi Quiz Team menurut Anggraini (2012: 7), menyebutkan:

Kelebihan:

1) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri. 2) Dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau

gagasan.

3) Dapat membantu anak untuk merespon orang lain.

4) Menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata

Kelemahan:

1) Dengan leluasanya pembelajaran maka apabila keleluasaan itu tidak optimal maka tujuan dari apa yang dipelajari tidak akan tercapai.

2) Penilaian kelompok dapat membutakan penilaian secara individu apabila guru tidak jeli dalam pelaksanaannya.

3) Mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang

(13)

yaitu guru harus benar-benar mengetahui karakteristik anak satu persatu, siapa yang bekerja dengan aktif dan yang tidak dalam kegiatan pertandingan akademis. Kelemahan yang ketiga yaitu mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan waktu yang panjang cara mengatasinya kelemahan ini yaitu guru hendaknya menjelaskan pentingnya partisispasi dalam kuis, menetapkan aturan permainan dan sanksi bagi kelompok yang melanggar peraturan dalam kuis dan membuat rangkuman materi setiap bagian, serta membimbing dan memotivasi siswa yang kurang aktif.

c. Langkah-langkah strategi Quiz Team.

Menurut Silberman (2002: 163) langkah-langkah strategi Quiz Team adalah:

1) Pilihlah topik yang bisa disajikan dalam tiga segmen. 2) Bagilah siswa menjadi tiga tim.

3) Jelaskan format pelajaran dan mulailah penyajian materinya. Batasi hingga 10 menit atau kurang dari itu.

4) Perintahkan tim A untuk menyiapkan kuis jawaban singkat. Kuis tersebut harus sudah siap dalam tidak lebih dari 5 menit. Tim B dan C mengguakan waktu itu untuk memeriksa catatan mereka. 5) Tim A memberi kuis kepada anggota tim B. Jika tim B tidak bisa

menjawab satu pertanyaan, tim C segera menjawabnya.

6) Tim A mengarahkan pertanyaan berikutnya kepada anggota tim C dan mengulang proses tersebut.

7) Ketika kuisnya selesai, lanjutkan dengan segmen kedua dan tunjukkan tim B sebagai pemandu kuis.

(14)

Peneliti memodifikasi melalui jurnal Rosida dan Suprihatin (2011: 12) tentang alur pembelajaran Active Learning strategi Quiz Team secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Active Learning Strategi Quiz team menurut jurnal Rosida dan Suprihatin (2011:12)

B.Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian dari Sutardi, Nuraztia, dan Saputra (2013: 79) dalam jurnal “Peningkatan Minat dan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode

Pembelajaran Quiz Team Think Fast Do Best‟ Pada Materi Reaksi Oksidasi -Reduksi di Kelas X MAN Model Singkawang” menyimpulkan bahwa

berdasarkan atas hasil post tes yang dilakukan pada setiap akhir pertemuan, menunjukkan bahwa sebagian siswa dapat menguasai materi pelajaran dengan baik yang ditunjukkan dari jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM

Menentukan topik yang akan dibahas

Pembagian kelompok menjadi 3 kelompok besar (masing-masing kelompok terdiri dari 6 siswa)

Penjelasan format pembelajaran, dilanjutkan dengan presentasi guru secara kontinue (± ½ jam)

Diskusi masing-masing kelompok (± 20 menit)

Pertandingan akademis antar kelompok (± ½ jam)

(15)

yang ditetapkan, yakni 68. Hal serupa juga ditunjukkan dari hasil tes formatif berupa ulangan harian, sebagian besar siswa memperoleh hasil yang baik (lebih dari 80% tuntas). Meskipun dalam penelitian ini tidak dilakukan pretest terlebih dahulu sebelum pelaksanaan siklus, tetapi hasil tes formatif yang baik menunjukkan bahwa pemberian kuis berkelompok dapat membantu siswa dalam mencapai hasil belajar yang baik.

Berdasarkan artikel dari Nanik Indratari (2013: 10) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kektifan Belajar IPS Melalui Penerapan Strategi Quiz Team Pada Siswa Kelas IV SDN Talun 02 Tahun Pelajaran 2012/2013” hasil

penelitian dan pembahasan teknik analisis data dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV SDN Talun 02 setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi Quiz Team. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus II. Pada tahap pra siklus diketahui keaktifan belajar siswa rendah dengan presentase 40%. Pada siklus I terdapat keaktifan belajar siswa sedikit meningkat pada tahap sedang dengan nilai presentase keaktifan belajar siswa 52% dan pada siklus II keaktifan belajar siswa sangat baik dengan presentase 80%. Hal ini membuktikan adanya peningkatan keaktifan belajar bagi siswa dengan penerapan strategi pembelajaran Quiz Team.

(16)

C.Kerangka Berpikir

Pembelajaran PKn di Sekolah Dasar merupakan pembelajaran yang jarang digemari siswa karena mereka menganggap materi yang dipelajari sangat kompleks dan sebagian besar merupakan bentuk hafalan. Oleh karena itu, siswa merasa kesulitan dalam mempelajari Pkn. Penggunaan strategi pembelajaran yang kurang menarik membuat siswa semakin tidak menyukai mata pelajaran PKn. Akibatnya siswa dalam pembelajaran masih sering bermain-main tidak fokus dalam pebelajaran, sehingga siswa sering menganggap remeh tugas dari guru. Siswa masih mengandalkan pekerjaan teman yang pandai untuk dicontek hasil pekerjaannya baik untuk tugas individu maupun tugas kelompok. Hal ini menunjukkan sikap tanggung jawab yang dimiliki siswa masih kurang terhadap kegiatan belajarnya.

Alternatif pemecahan masalah tersebut, peneliti mencoba menerapkan strategi pembelajaran yang menarik yaitu melalui strategi Quiz Team untuk meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa. Melalui strategi Quiz Team ini diharapkan siswa mampu mengemas materi pembelajaran PKn lebih singkat, padat dan jelas serta mudah untuk dimengerti, sehingga prestasi belajar siswa menjadi lebih baik. Selain itu, melalui strategi Quiz Team diharapkan dapat melatih sikap tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan oleh guru saat melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(17)

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir D.Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Penerapan pembelajaran PKn materi pengaruh globalisasi di lingkungannya melalui pembelajaran Active Learning strategi Quiz Team dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa di kelas IV SD Negeri 2 Gelang. 2. Penerapan pembelajaran PKn materi pengaruh globalisasi di lingkungannya

melalui pembelajaran Active Learning strategi Quiz Team dapat meningkatkan prestasi belajar PKn di kelas IV SD Negeri 2 Gelang.

Gambar

Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Active Learning Strategi Quiz team menurut
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

saham sebagai bagi an dari perseroan t erhadap ti ndakan at au perbuat an yang. dilakukan ol eh

Gift Baskets, Blue Chopsticks, Jackie´s Baskets, Warm Sentiments, Mary´s Basket Case, Inc, Gifts Baskets Etc, Wine Country Gift Baskets, Gotham Baskets, Gourmet Gift Baskets,

pula atau ada pengaruh. Artinya apabila kualitas layanan terhadap suatu bank meningkat maka loyalitas nasabahnya juga akan meningkat. Dengan demikian hipotesis kedua

Teman - teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu bersedia membantu dan menemani saya pada waktu bersamaan menyelesaikan studi di STIE

Pengukuran efisiensi sel surya dilakukan dengan memberi cahaya pada sambungan P-I-N dengan cahaya lampu dengan daya 100 mW/cm 2 Diukur tegangan maksimum dan arus maksimum,

Dari hasil analisis data diperoleh penguasaan konsep siswa yang diajarkan dengan metode pemetaan pikiran ( Mind Mapping ) lebih tinggi daripada metode pembelajaran

Arahan dalam mengumpulkan data perlu ditambah kalimat “ untuk membantu dalam perancangan prosedur percobaan dan pemilihan alat dan bahan” agar siswa lebih memahami

Faktor fisik yang menyebabkan aktivitas pertannian lebih banyak dilakukan pada wilayah beting gisik yang relatif jauh dari garis