• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEM UNTUK SISTEM KOMUNIKASI DATA NIRKABEL AD HOC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEM UNTUK SISTEM KOMUNIKASI DATA NIRKABEL AD HOC"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

J-1

PENGEMBANGAN MODEM UNTUK

SISTEM KOMUNIKASI DATA NIRKABEL AD HOC

Yetursance Y. Manafe 1, Achmad Affandi 2

1,2

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri, ITS, Surabaya 60111 1

[email protected] , 2 [email protected]

ABSTRAK

Modem sebagai salah satu perangkat untuk membangun komunikasi, dalam pemanfaatannya dapat diaplikasikan pada komunikasi data paket radio antar kapal nelayan. Modem MFJ-TNC 2 adalah salah satu jenis modem data controller yang dalam penelitian ini digunakan sebagai media pengiriman data. Sebagai interface yang menghubungkan antara radio dan komputer maka melalui fitur KISS yang ada pada modem MFJ-TNC2 ini, dikembangkan suatu frame protokol komunikasi data paket radio yang dikondisikan untuk jaringan ad hoc. Untuk membangun sistem komunikasi paket data ini digunakan kanal frekuensi VHF dengan menerapkan algoritma Ad Hc On Demand Distance Vector (AODV) sebagai mekanisme dalam melakukan peroutingan. Tahapan dalam mendesain frame dasar protokol modem ini adalah membuat main program, membuat on rx timer event untuk memproses data yang masuk setiap 1 detik dan membuat program pengiriman data, dimana fitur frame yang dibentuk adalah <ID user, source, destination, via, flag, data, checksum, end off frame>. Dari pembentukan frame protokol modem maka dilakukan pengujian kirim terima data berupa message yang dikirim melalui modem sesuai frame protokol yang telah terbentuk

Kata kunci: modem, komunikasi data, ad hoc.

1. Pendahuluan

Wilayah Indonesia sebagian besar adalah perairan dan memiliki pontensi yang sangat besar bagi usaha penangkapan ikan. Namun kenyataan yang ada, potensi yang dimiliki ini belum dapat dimanfaatkan secara maksimal terutama oleh nelayan tradisional karena adanya keterbatasan teknologi.

Dari kondisi ini maka muncul peluang untuk dibangunnya suatu sistem komunikasi data antar kapal nelayan dimana melalui sistem komunikasi ini dapat menginformasikan berbagai pesan yang dikirimkan ke pusat kendali sehingga membantu nelayan memperoleh informasi dengan biaya yang terjangkau dan dengan sistem yang lebih sederhana.

Kapal nelayan yang dilengkapi dengan sistem komunikasi paket data ini dalam pengoperasiannya memanfaatkan perangkat radio. Untuk itu sistem komunikasi ini membutuhkan suatu perangkat yang disebut modem. Modem radio yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah MFJ-TNC2 seri 1276 sebagai media pengiriman data dengan frekuensi kerja yang dipilih pada kanal VHF dengan range frekuensi 156 - 174 MHz sesuai range frekuensi maritime untuk VHF (KM, 2001).

Agar semua informasi ini dapat berjalan dengan baik maka kondisi yang cukup mempengaruhi penyampaian informasi adalah mobilitas dari kapal nelayan yang bergerak

dimana tidak akan berada pada posisi yang sama, selain itu pada posisi dan jarak tertentu ada kemungkinan bahwa nelayan tersebut tidak dapat mengakses ataupun memberikan informasi karena berada diluar jangkauan,

Penggunaan jaringan ad hoc perlu diterapkan dalam penelitian ini oleh karena berdasarkan penelitian yang terdahulu belum dikembangkan sampai dalam bentuk jaringan ad hoc dimana masih berupa hubungan antar modem dengan terminal untuk komunikasi point to point. Dilain pihak sekalipun modem MFJ-TNC2 telah menyediakan fasilitas digipeater sehingga tiap station dapat melakukan peroutingan jika station yang dituju tidak dapat dihubungi, namun station yang ada sudah fix (tidak berpindah lokasi) sementara model jaringan yang akan dibentuk dalam penelitian ini akan diterapkan pada kapal nelayan yang bergerak sehingga perlu menerapkan jaringan ad hoc. Hal lain yang mendasari perlunya jaringan ad hoc adalah tidak membutuhkan dukungan infrastruktur untuk jaringan backbone

dan sangat berguna pada saat infrastruktur tidak ada atau rusak. Selain itu infrastruktur mungkin juga tidak dipraktekkan untuk jarak yang sangat dekat sementara pada jaringan ad hoc kondisi ini dapat diterapkan.

Untuk itu pada penelitian ini dilakukan pengembangan modem dalam hal mendesain frame protokol dari modem MFJ-TNC2 data controller yang dapat diterapkan pada sistem komunikasi nirkabel ad hoc untuk menjawab kebutuhan nelayan tradisional.

(2)

J-31

2. Karakteristik Modem

Untuk membangun komunikasi data antar kapal nelayan maka digunakan MFJ-TNC2 sebagai interface (modem) yang menghubungkan komputer dengan radio. Agar komunikasi menggunakan MFJ-TNC2 dapat diterapkan untuk kondisi ad hoc maka MFJ-TNC2 disetting pada mode KISS (Keep It Simple Stupid) interface. KISS membolehkan MFJ-TNC2 bertindak sebagai modem untuk hubungan antar komputer dimana dengan menghidupkan KISS ON maka MFJ-TNC2 dapat menjalankan program pada TCP/IP dan juga program yang menggunakan Serial Link Interface Protocol (SLIP). Untuk serial portnya digunakan RS-232. Parameter yang disetting untuk program terminal adalah : Worth length 8 bits, full duplex,

stop bits 1, baud rates 9600. (MFJ Instruction Manual, 1994)

Untuk sistem modulasi yang digunakan pada modem MFJ adalah modulasi FSK dimana Coding relatif sederhana dan mudah, FSK pada dasarnya adalah sistem modulasi FM dimana penerima dapat memperkuat sinyal tanpa AGC (Automatic Gain Control), Pada frequency shift keying modem, terdapat hubungan antara output frekuensi analog dengan digital input yaitu frekuensi f1 untuk bit 0 dan frekuensi f2 untuk bit 1. Bentuk sinyal output pada FSK ditunjukkan pada gambar 1 (Dananjaya, 2001).

Output FS K Modem 1 0 1 Input FS K Modem S i nyal A nal og Data B i ner f2 f1 f2

Gambar 1. Sinyal output FSK

3. Routing Pada Jaringan Ad Hoc

Jaringan ad hoc dapat didefinisikan sebagai suatu sistem yang mengatur sendiri komunikasi tanpa membutuhkan suatu infrastruktur dan dapat pula berlaku sebagai router yang terkoneksi oleh wireless link sebagai kesatuan yang membentuk model jaringan komunikasi. Dalam pengoperasian pada dasarnya berbentuk peer-to-peer multi hop mobile wireless network dimana paket informasi dikirimkan dari sumber ke tujuan melalui intermediate node seperti pada gambar 2. B B G F E D A C

Asy mmetric link

Sy mmetric link

Gambar 2. Model jaringan ad hoc

Mobilitas dalam routing dapat ditunjukkan pada gambar 3.

(a) (b)

Gambar 3. a) Inisial posisi , b) Posisi setelah berpindah

Sesuai gambar 3, Jika Node A ingin mengirim pesan ke node B, maka node A dapat melalui node C apabila node B telah berubah posisi akibat pergerakan node. Dalam jaringan ad hoc setiap node memiliki pola mobilitas yang berbeda sehingga menjadi sulit untuk memprediksi pergerakan node dan pola dari pergerakan (Duggirala, 2000) dimana link connectivity

berubah terhadap waktu seperti yang terlihat pada gambar 4.

Jarak arah dan kecepatan

Gambar 4. Link connectivity yang berubah terhadap waktu.

Hal yang diperhatikan dalam mendisain suatu jaringan ad-hoc yang stabil salah satunya adalah routing protokol.

Routing adalah suatu proses untuk menemukan jalan alternatif dari sumber ke tujuan dalam suatu jaringan. Tiap titik (node) dapat menjadi router untuk melanjutkan pesan.

Routing protokol dalam unicast routing

terbagi menjadi dua bagian besar yaitu pendekatan

proactive routing dan reactive routing

(Cordeiro,2007).

Yang akan dibahas selanjutnya dalam tulisan ini adalah pendekatan reactive routing yang salah

(3)

J-32 satunya adalah Ad hoc On-demand Distance Vector routing (AODV) dimana prinsipnya hampir sama dengan Dynamic Source Routing (DSR) namun dalam AODV berusaha untuk mengimprovisasi DSR dengan cara mempertahankan tabel routing pada node, sehingga paket data tidak harus mengandung rute dimana rute yang dijaga hanya antara node yang membutuhkan komunikasi. Dalam AODV terdapat

Route. Request (RREQ), Route Replay (RREP) dan route error (RERR) yang masing-masing dapat dilihat pada gambar 5, 6, dan 7 (Perkins, 1999).

Route Request Broadcast (S--->D)

Reverse Route setelah Broadcast

Gambar 5. Route Request (RREQ) dalam AODV

Pada gambar 5, ketika node S memancarkan Route Request (RREQ) ke D maka node ini diatur dengan arah kebalikan menuju ke arah sumber (S) dimana diasumsikan AODV menggunakan link simetrik (bi-directional).

---> Route balasan

---> Route setelah Route Replay

Gambar 6. Route Replay (RREP) dalam AODV

Sesuai gambar 6, ketika tujuan yang dimaksud menerima RREQ, maka ia akan membalas dengan mengirimkan RREP yang akan bergerak sepanjang jalur balik yang telah diatur ketika RREQ bergerak ke arah maju.

Routes sebelum gagal / terputus Jalur yang terputus

Routes setelah gagal / terputus

Gambar 7. Route Error (RERR) dalam AODV

Flooding adalah suatu teknik dalam menyampaikan pesan (A message delivery technique) yang digunakan pada pemancaran sinyal. Sedangkan Flooding rate: adalah suatu ukuran efisiensi dari routing (a measurement of routing efficiency). Flooding rate dan delivery rate

digunakan untuk membandingkan efisiensi dari routing protocol

Flooding Rate (Gunaris, 2004):

FR = 1 # # on Transmissi Minimum on Transmissi Actual (1)

Delivery rate adalah ukuran berapa banyak pesan yang diterima sampai ke tujuan, dirumuskan sbb :

DR = 1 # Re # Message Send Message ceived (2) 

Jika diasumsikan (i , j) adalah jalur antara penerima pada node j dan pengirim node i, maka SNR (i , j) pada penerima j dinyatakan sebagai :

) ( . ) , ( ) ( ) , ( j Nr j i L i P j i SNR (3)

Dengan : P (i) adalah daya pancar, L (i,j) adalah loss yang terjadi antara pengirim dan penerima dan

Nr adalah noise pada penerima.

4. Open System Interconnection (OSI)

Model referensi OSI secara konseptual terbagi ke dalam 7 lapisan dimana masing-masing lapisan memiliki fungsi jaringan yang spesifik, dimana bagian atas dari layernya (layer 7, 6, dan 5) difokuskan untuk bentuk pelayanan dari suatu aplikasi.Untuk layer bagian bawahnya (layer 4, 3, 2 dan 1) berorientasikan tentang aliran data dari ujung satu ke ujung yang lainnya.

Untuk penelitian ini akan di fokuskan pada lapisan bawah dari layer OSI yaitu : layer

(4)

J-33 network, layer data link dan layer physical, masing-masing akan dijelaskan sebagai berikut : a. Layer Network

Fungsi utama dari layer network adalah pengalamatan dan routing. Pengalamatan pada layer network merupakan pengalamatan secara logical.

b. Layer Data Link

Fungsi yang diberikan pada layer data link antara lain : arbitration yaitu pemilihan media fisik, addressing, dan pengalamatan fisik, error detection yaitu menentukan apakah data telah berhasil terkirim, Identify Data Encapsulation

yaitu menentukan pola header pada suatu data. c. Layer Fisik

Pada layer ini yang dibahas adalah perangkat Hardware yang digunakan untuk komunikasi dalam jaringan termasuk didalamnya adalah modem (Bingham, 1991).

Radio Link Radio Link

Network Data Link Phsycal Network Data Link Phsycal Network Data Link Phsycal

Gambar 8. Arsitektur jaringan ad hoc pada OSI layer

5. Konfigurasi dan Desain Frame Protokol Untuk Integrasi Antar Modem

Untuk simulasi data antar modem pada gambar 9 maka sistem diset pada mode KISS

(Keep It Simple Stupid) dari modem MFJ TNC 2 dan dihubungkan dengan perangkat keras berupa : PC, modem MFJ-TNC 2, serial port RS-232, radio icom. Sedangkan software yang digunakan dalam menjalankan sistem komunikasi ini adalah Borland Delphi 6.0 dan Hyperterminal.

Gambar 9. Simulasi sistem antar modem

Dari konfigurasi yang ditunjukkan pada gambar 9 jika dikondisikan pada kondisi ad hoc maka sesuai gambar 10, jika node 1 akan menghubungi node 3 yang tidak dalam jangkauan pancaran A, maka A menggunakan B untuk menghubungi node 3, sehingga dalam hal ini tiap node difungsikan sebagai router.

Agar kondisi seperti gambar 10 dapat terlaksana maka langkah awal yang dilakukan adalah membentuk frame protokol MFJ TNC 2 yang dapat diterapkan pada kondisi ad hoc.

Gambar 10. Metode pencarian node

Adapun tahapan yang dilakukan dalam pengintegrasian modem pada PC adalah sebagai berikut :

1. Menginstall Hyperterminal dan Borland Delphi pada PC.

2. Menghubungkan modem MFJ dengan PC menggunakan serial port RS 232 untuk koneksi antar a modem dan PC.

3. Melakukan pembuatan GUI untuk koneksi antar modem.

4. Pembuatan frame dasar untuk komunikasi modem point to point.

<Id User, Src, Dst, Via, Flag, Checksum, End Off Frame>

Tabel 1. Frame dasar protokol komunikasi data

ID User SRC DST Via Flag Data Checksum And of frame

Keterangan :

ID User untuk memberikan identitas bagi tiap user dengan kapasitas 1 byte.

Source (SRC) dengan kapasitas 1 byte dan

Destination (DST) dengan kapasitas 1 byte

Via adalah terminal yang dilalui untuk node-node yang saling terhubung dengan kapasitas untuk fitur via 1 byte .

Flag adalah urutan bit yang unik (01111110) digunakan untuk mendeteksi batas dari frame dengan kapasitas 1 byte dan yang termasuk di dalamnya adalah TTL dan delivery report.

Data memuat aktual informasi yang akan dikirimkan, untuk desain frame ini digunakan 512 bit termasuk didalamnya adalah pilot size.

(5)

J-34

Checksum yaitu pendeteksian 8 bit error dengan kapasitas yang disediakan dalam desain fitur ini 1 byte.

End off frame untuk mengakhiri frame.

Untuk membentuk frame dasar yang terdapat dalam layer data link maka langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Membuat main program yang digambarkan dalam diagram alir gambar 11.

Start

Init serial port

Rx. timer start

Stop

Gambar 11. Diagram alir main program

2. Membuat On Rx timer event dimana akan memproses data yang masuk setiap 1 detik, dapat dilihat pada gambar 12.

Start

Ada data

Baca serial Simpan ke FIFO buffer

End of frame

T

Y

Ambil frame dari FIFO buffer

Urai frame ke data (s ource, des tination, via,

flag, data)

Tampil ke l ayar

Stop

Gambar 12. Diagram alir On Rx timer event

Gambar 13. Tampilan penerima (Rx timer event)

3.

Membuat program pengiriman data yang dapat dilihat pada gambar 14.

Start

Ambil data dari GUI

Bentuk frame dan hitung checksum

Stop Kirim ke modem

Gambar 14. Diagram alir kirim data

Gambar 15. Tampilan kirim data

Setelah pembentukan frame protokol dasar maka dilakukan pengiriman karakter (message) dimana message yang dikirim 8 bit/karakter dengan baud rate 9600 dimana pengiriman message dikirim dengan fariasi karakter yang berbeda dari 8 hingga 512 karakter dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Pengiriman panjang message terhadap waktu

panjang message (karakter )

Waktu Kirim (detik)

(6)

J-35 8 1,921 16 2,078 32 2,375 64 3,0 128 4,218 256 6,656 512 11,565

Gambar 16. Grafik pengiriman message

Untuk kondisi ad hoc digunakan algoritma AODV yang terdiri dari :

path discovery :

< source addr; source sequence #; broadcast id; dest addr; dest sequence #; hop cnt >,

Route request (RREQ ): < source addr; broadcast id > Route replay (RREP) :

< source addr; dest addr; dest sequence #; hop cnt; lifetime >.

6. Kesimpulan dan Saran

Dari pembentukan frame yang ada maka dapat dilakukan pengiriman massage dimana

message dikirim secara bervariasi dalam jumlah karakternya. Dari hasil diperoleh semakin panjang

message semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk pengiriman data.

Hasil yang diperoleh ini masih untuk koneksi modem point to point dan point to multi point. Pekerjaan selanjutnya adalah mengkondisikan koneksi modem dalam jaringan ad hoc berdasarkan tabel routing yang yang akan dibangun sesuai algoritma AODV.

Daftar Pustaka :

Bingham J.A.C, (1991 ) : The Theory and Practice of Modem Design, John Wiley dan Sons, Palo Alto, California.

Cordeiro C.M., Agrawal D.P., (2007) : Mobile Ad Hoc Networking, OBR Research Center for Distributed and Mobile Computing, University of Cincinnati – USA.

Dananjaja W., Yosef I., (2001) : Sistem Transmisi,

Diktat Kuliah, JTE – ITB.

Duggirala R., (2000) : A Novel Route Maintenance

Technicque for Ad Hoc Network Routing Protocol. M.S. Thesis, University of Cincinnati.

Gunaris D., Svensson A., Hane B., (2004) : Ad Hoc Networking A Narrow Bandwidth Approach, Master Of Science Thesis, Performed at Saab Training Systems AB, Chalmers University of Technology, Huskvarna.

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KM.5 tahun 2001 Tentang Penyempurnaan Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia. MFJ-1276 TNC 2 Data Controller, (1994),:

Instruction Manual, MFJ Interprises,Inc. Perkins Charles E. and Royer Elizabeth M., (1999)

: Ad hoc On-Demand Distance Vector Routing." Proceedings of the 2nd IEEE Workshop on Mobile Computing Systems and Applications, New Orleans, LA, pp. 90-100

Gambar

Gambar  4.  Link connectivity yang berubah   terhadap waktu.
Gambar 5. Route Request (RREQ) dalam AODV  Pada  gambar  5,  ketika  node  S  memancarkan  Route  Request  (RREQ)  ke  D  maka  node  ini  diatur  dengan  arah  kebalikan  menuju  ke  arah  sumber  (S)  dimana  diasumsikan  AODV  menggunakan link simetrik
Gambar 10.  Metode pencarian node
Gambar 11. Diagram alir main program
+2

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan studi proses PIII dengan menggunakan model sheath dinamis tanpa tumbukan plasma multispesies bermuatan tunggal dan ganda dengan bentuk target silinder dan bola.

Pengguna terdaftar sebangai pelanggan satu jaringan dengan tetap meminta layanan yang berbeda ke sistem yang juga masih berbeda-beda, tetapi telah menggunakan

Hasil penelitian menunjukkan dalam Kumpulan Cerpen Ketika Mas Gagah Pergi dan Kembali karya Helvy Tiana Rosa bahwa (1) pengakuan ketergantungan tokoh pada Allah diungkapkan

Berdasarkan identifikasi kebutuhan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Toko Florida Butik Pontianak sangat memerlukan sebuah perangkat lunak sistem

dalam kelompok belajar kooperatif yang terdiri dari empat orang siswa.. sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap penguasaan

eksperimen ini lebih berorientasi pada anak dalam kegiatan menemukan sendiri informasi yang betul-betul jadi miliknya. Dari pendapat para ahli di atas, penulis

“I don’t think it’s enough punishment,” Sara said, dabbing away at her painting.. Keep out of it,”

Tugas akhir ini membahas tentang analisa terhadap perubahan respon dinamis struktur jacket fixed platform yang mengalami perpindahan struktur yang cukup jauh dari