PENGEMBANGAN INDUK NILA DI WILAYAH MINAPOLITAN DALAM
UPAYA MENDUKUNG INDUSTRI PERIKANAN BUDIDAYA.
Yudi Yustiran ¹), Ena Sutisna ²), Sophan³)
1 , 2)
Perekayasa Muda di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi)
3) Teknisi Litkayasadi Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi)
Jl. Lingkar Selatan RT 24 Kel Paal Merah , Kec. Jambi Selatan – Kota Jambi
E-mail : Yudi_Yurisha
@yahoo.com
Abstrak
Ketersediaan kualitas dan kuantitas induk merupakan salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh petani/UPR saat ini. Salah satu upaya
memperbaikinya adalahmendistribusikan induk unggul untuk
merecovery
atau
meremajakan induk-induk yang digunakan oleh UPR. Faktor pembatas dalam
memproduksi induk dalam jumlah banyak adalah dalam hal transportasi dan
distribusi, dimana salah satu solusinya adalah memproduksi induk di lokasi
distribusi (
insitu
). Sebagai langkah untuk optimalisasi serta pendayagunaan sarana
dan prasarana, maka BBAT Jambi melakukan kerjasama teknis dengan BBI Musi
Rawas untuk memproduksi calon induk nila danmendistribusikan ke UPR di
Kabupaten Musi Rawas.Pada tahun 2010dilakukan proses perbanyakan di BBI
Musirawas, selain untuk meremajakan induk juga memberikan bimbingan teknis
mengenai penerapan SPO 08 di BBI dan UPR. Calon induk yang didistribusikan
sebanyak 30 paket. Untuk mengoptimakan lahan yang ada, pada tahun 2011
proses perbanyakan dilakukan di BBAT Jambi sedangkan pembesarannya di BBI
Musirawas. Selama proses pembesaran dan seleksi di BBI Musirawas diperoleh
calon induk sebanyak 45 paket yang terdiri dari 13.500 ekor betina dan jantan 4.500
ekor. Calon induk yang dihasilkan kemudian didistribusikan ke kelompok tani/UPR
untuk dibesarkan lebih lanjut menjadi induk-induk nila yang siap pijah untuk
memenuhi kebutuhan benih unggul di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya
sehingga dapat mendukung program industri perikanan budidaya.
TILAPIA BROODSTOCK DEVELOPMENT IN MINAPOLITAN AREAS
TO SUPPORT THE AQUACULTURE INDUSTRY
Yudi Yustiran *¹), Ena Sutisna ²), Sophan ³)
1 , 2) Perekayasa Muda di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi)
3) Teknisi Litkayasa di Balai Budidaya Air Tawar Jambi (BBAT Jambi)
Jl. Lingkar Selatan RT 24 Kel Paal Merah , Kec. Jambi Selatan – Kota Jambi
E-mail : Yudi_Yurisha@yahoo.com
ABSTRACT
Availability of quality and quantity of the broodstock is one of the problems faced by
farmers / UPR to day. One effort to fix it is to distribute superior broods to recover or
rejuvenate broodstock used by the UPR. Limiting factor in producing stem in large
quantities is in terms of transportation and distribution, one solution is to produce the
broods in the location of the distribution (in situ). As a step to the optimization and
utilization of facilities and infrastructure, the Jambi BBAT technical cooperation with
BBI Musi Rawas tilapia broodstock to produce and distribute to the UPR in Musi
Rawas. In 2010 performed at BBI Musirawas propagation process, in addition to
rejuvenate the broods also provides technical guidance on the application of SPO
08 in BBI and UPR. Prospective broods is distributed as many as 30 packets. To
optimized existing land, in 2011 the process of multiplication performed in Jambi
BBAT Musirawas while magnifying power of BBI. During the process of enlargement
and selection on Musirawas BBI acquired the prospective broods as much as 45
packets consisting of 13.500 females and 4500 males . Prospective broods is then
distributed to farmer groups / UPR to be raised further to indigo broods are ready to
breed the needs seed in South Sumatra and its surrounding areas so as to support
the aquaculture industry.
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
KabupatenMusiRawastelah lama dikenalsebagaisalahsatusentrabudidaya air
tawar yang merupakan kawasan minapolitan di Pulau Sumatera.Posisinya yang
strategisdan kondisi alam yang mendukung (ketersediaan sumber air) sangat
layakuntuk memproduksi ikan dalam jumlah yang besar. Kabupaten Musi Rawas
juga mensuplai kebutuhan benih ke provinsi di sekitarnya.
Salah satu upaya memperbaiki kualitas induk nila yang digunakan UPR di
Kabupaten Musi Rawas adalah mendistribusikan induk unggul untuk merecovery
atau meremajakan induk-induk yang digunakan oleh UPR. Faktor pembatas dalam
memproduksi induk dalam jumlah banyak adalah dalam hal transportasi dan
distribusi, dimana salah satu solusinya adalah memproduksi induk di lokasi
distribusi (
insitu
).
Sementara itu adanya instansi daerah yang mempunyai keterkaitan dan
kepentingan terhadap pemenuhan stok induk yaitu BBI Musi Rawas dimana sarana
dan prasarana yang dimilikinya cukup memadai untuk melakukan produksi calon
induk nila. Sebagai langkah untuk optimalisasi serta pendayagunaan sarana dan
prasarana tersebut maka pada tahun 2010 BBAT Jambi melakukan kerjasama
teknis dengan BBI Musi Rawas untuk memproduksi calon induk nila dan telah
didistribusikan ke UPR di Kabupaten Musi Rawas sebanyak 30 paket.
Kondisi yang sering ditemui di UPR adalah manajemen induk yang tidak
sesuai standar sehingga mempercepat penurunan kualitas induk. Sebagai upaya
meminimalkan kondisi tersebut maka pada tahun 2011 dilakukan monitoring dan
diseminasi manajemen induk yang telah terdistribusi ke UPR. Selain itu untuk upaya
pemenuhan kebutuhan calon induk secara mandiri di Kabupaten Musi Rawas maka
dilakukan asistensi teknik produksi calon induk di UPR yang mempunyai kelayakan
segi teknis dan sarana pendukungnya.
1.2. Tujuan
Melakukan monitoring induk nila hasil produksi di BBAT Jambi dan BBI Musi
Rawas serta diseminasi produksi calon induk nila di BBI/UPR dalam upaya
mendorong pemenuhan kebutuhan calon induk secara mandiri di Kabupaten Musi
Rawas.
II. BAHAN DAN METODA
2.2. Metoda
2.2.1. Monitoring Induk di UPR
Monitoring induk di UPR adalah kegiatan yang lanjutan yang bertujuan untuk
memantau kualitas induk yang didistribusikan dan produksinya pada tahun 2011.
Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara dengan pihak UPR yang
menerima induk serta memberikan asistensi untuk meningkatkan produksi benihnya
guna mendukung pemenuhan kebutukan benih di pembudidaya. Data-data yang
diambil dimasukan ke dalam kolom yang sudah kita siapkan kemudian dibahas dan
dianalisa kekurangannya. Hasil dari analisa disampaikan kepada UPR untuk
diperbaiki metode produksinya guna peningkatan yang lebih baik.
2.2.2. Induk dan Pemeliharaannya
Pemeliharaan induk dilakukan dalam kolam berukuran 250 m2, dalam
proses pemeliharaan induk diberi pakan yang berprotein 28-30%, sebanyak 3% per
hari dari biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali. Untuk
mengoptimalkan proses pematangan gonadnya pemeliharaan induk dilakukan
terpisah antara induk jantan dan betina.
Pematangan gonad dilakukan untuk mendapatkan induk-induk betina yang
benar-benar siap untuk memijah dan tingkat kematangan gonadnya seragam.
Ciri-ciri induk yang baik dan siap pijah adalah sebagai berikut:
a. Bobot tubuh induk lebih dari 200 – 500 g
b. Badan induk harus tinggi dan gemuk, perbandingan antara tinggi badan
terhadap panjang standar adalah 1 : 2,3-2,5
c. Induk telah memiliki tanda-tanda induk siap pijah, antara lain: sehat, tidak
cacat, bentuk tubuh proporsional, dan siap pijah yang ditandai abdomen
membesar pada induk betina, dan pada induk jantan apabila abdomen
ditekan ke arah alat kelamin, mengeluarkan sperma.
d. Perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 :1 ekor
e. Padat tebar induk dalam wadah pemijahan adalah 1 kg/m
22.2.3. Pemijahan dan Panen Larva
Proses pemijahan dilakukan dengan cara pemijahan alami di mana induk
betina yang matang gonad ditebar terlebih dahulu. Seminggu kemudian baru
dilakukan penebaran induk jantan. Wadah berupa kolam tanah dengan kepadatan 1
kg/m
2. Penebaran induk dilakukan setelah induk diseleksi dari kolam pemeliharaan
induk.
Jumlah induk yang dipijahkan minimal 250 pasang (SPO 08), dengan
perbandingan antara jantan dan betina adalah 1:1. Selama proses pemijahan, induk
diberikan pakan sebanyak 1% dari biomassa dengan frekuensi pemberian 3 kali
Induk akan memijah setelah hari ke-10 sejak penebaran, larva akan dipanen pada
hari ke-15, pemanenan dilakukan secara bertahap dengan menggunakan
serok/tangkul.
2.2.4. Pemeliharaan larva
Pendederan I adalah kegiatan pemeliharaan dari ukuran larva sampai
dengan menjadi benih dengan ukuran 3-5 cm. Pemeliharaan larva ini dilakukan
selama satu bulan (4 minggu), dengan pemberian pakan berupa pakan benih
berprotein 28-30%sebanyak 50-75% dari biomassa, dengan frekuensi pemberian
3-5 kali/hari.
Setelah pemeliharaan selama 1 bulan dilanjutkan pemeliharaan selama 2-3
bulan di kolam pendederan berukuran 500 m
2dengan kepadatan 20 ekor/m
2. Pakan
yang diberikan berupa pellet dengan variasi ukuran dari crumble sampai pellet ikan
dewasa sebanyak 5-10% dari biomassa, dengan frekuensi 3 kali pemberian pakan.
Dari pendederan ini, diharapkan akan menghasilkan calon induk dengan
ukuran rata-rata 30 – 50 g/ekor (>12 cm) dan telah dapat diseleksi jantan dan
betina. Selama pemeliharaan benih disampling untuk mengambil data panjang dan
berat pada awal tebar dan akhir pemeliharaan (panen), untuk kemudian diseleksi
berdasarkan ukuran, dan jenis kelamin (jantan dan betina).
2.2.5. Pembesaran di Kolam
Kegiatan pembesaran di kolam merupakan lanjutan dari pendederan adalah
memelihara benih yang telah diseleksi berdasarkan ukuran (>12 cm) dan jenis
kelamin, benih tersebut dipelihara dalam kolam berukuran 500 m2 dengan
kepadatan 40 ekor/m
2selama 3-4 bulan atau mencapai ukuran calon induk yaitu
200 g/ekor. Dalam pembesaran ini pakan yang diberikan berupa pellet dengan
protein antara 28-30% dengan frekuensi 3 kali pemberian sebanyak 3-5% dari
biomassa.
Pada kegiatan pembesaran ini dilakukan sampling setiap bulan dimulai pada
awal penebaran benih sampai akhir masa pembesaran.
Setelah dipelihara selama 3-4 bulan, pada saat panen calon induk telah
mencapai rerata ukuran 200 gr/ekor sehingga siap untuk didistribusikan ke petani
(UPR) dan BBI yang memerlukan.
2.2.5. Proses Seleksi
Proses seleksi dilakukan beberapa tahap, dengan melakukan pengurangan
populasi dan pengambilan ikan-ikan dengan pertumbuhan terbaik sesuai dengan
SPO 08 dalam Lampiran 2. (Maskur dkk, 2004).
2.3.
Parameter yang diukur
Panjang
Bobot
Jumlah ikan jantan
Jumlah ikan betina
Jumlah ikan yang ditebar
Jumlah ikan yang dipanen
2.4.
Parameter yang diuji
-
Pertumbuhan
-
Kelangsungan hidup (SR)
-
Data distribusi calon induk
DIAGRAM PROSEDUR PERBANYAKAN CALON INDUK IKAN NILA
Gambar 1. Digram alir prosedur perbanyakan calon induk ikan nila
Penjelasan gambar
:
1.
atau
= Input atau output
2.
= Proses kegiatan
3.
= Penghubung tahapan
4.
= Kurva distribusi ukuran
♂
♂
PEMATANGAN
GONAD
Induk
Min. 400 ekor
Induk
♂
Min. 400 ekor
PEMIJAHAN MASAL
Populasi induk minimal dalam satu kolam = 250 betina : 250
jantan
Induk memijah dalam waktu bersamaan minimal 100 pasang
PEMBESARAN I
Sub
Populasi
♂
Sub
Populasi
♀
Calon
Induk
Calon
Induk
Max 50%
Afkir
PEMBESARAN II
PEMBESARAN II
Max 50%
Afkir
PEMATANGAN GONAD
INDUK
♂
,
> 250 g
INDUK ,
> 200 g
PANEN LARVA
Hari ke-12 – 14
pemijahan
Pop. Larva
Min. 100000 ekor
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Monitoring dan asistensi.
Monitoringdilakukan terhadap UPR yang mempunyai induk – induk ikan nila ,
yang berasal dari BBAT Jambi. Kegiatan monitoring ini dilakukan setiap dua bulan
sekali untuk melihat pemeliharaan induk dan proses produksi benih yang dilakukan
oleh UPR. Selama kegiatan ini telah dilakukan monitoring ke beberapa UPR,
adapun nama-nama unit pembenihan rakyat dapat dilihat pada tabel 1 .
Tabel 1. Nama-nama Unit Pembenihan Rakyat
No
Nama
Alamat
1
Suryadi
Desa Tegalrejo Kec. Tugumulyo
2
Sunarto
Desa Ketuan Jaya Kec. Muara Beliti
3
Sudarmoko
Desa Tegalrejo Kec. Tugumulyo
4
Supardiman
Desa G1 Mataram Kec. Tugumulyo
5
Sriyanto
Desa G1 Mataram Kec. Tugumulyo
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 1 dan 2 saat monitoring
Hasil monitoring dapat dapat dilihat pada Tabel 2. Melihat dari data hasil
monitoring yang telah dilakukan pada umumnya pembudidaya tidak melakukan
manajemen induk secara benar. Dalam proses produksi tidak dilakukan
pematangan induk secara terpisah antara induk jantan dan betina. Setelah panen
benih induk ditampung dalam hapa selama 2 – 7 hari selanjutnya dipijahkan lagi
tanpa dipisah antara induk jantan dan betina. Sebaiknya pemeliharaan induk jantan
dan betina dilakukan secara terpisah untuk proses pematangan gonad selama
15-20 hari, hal ini untuk menghindari terjadinya pemijahan liar, memberikan waktu
kepada induk untuk mengembalikan energinya setelah pemijahan, memudahkan
dalam tahap penyeleksian induk yang sudah dan yang belum memijah dan
mematangkan kembali telur dan sperma induk sehingga didapatkan telur yang
berkualitas baik.
Pebandingan jantan dan betina untuk pemijahan setiap pembudidaya
berbeda beda jantan 1 ekor : betina 3 – 10 ekor. Pembudidaya yang menggunakan
betina dengan jumlah banyak mempunyai alasan kalau jantan terlalu banyak dapat
mengganggu betinanya dan menyebabkan air kolam manjadi lebih keruh.
Untuk panen larva jarang yang melakukan umumnya melakukan panen
benih ukuran 2-3 cm, selama pemeliharaan untuk mencapai ukuran tersebut induk
masih ada pada kolam yang sama. Sehingga tidak dapat diketahui persentase
kelangsungan hidup (SR) larva atau benih selama pemeliharaan.
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
Gambar 1 dan 2 : gambar hapa tempat pemeliharaan induk di UPR
Gambar 3 : gambar pembudidaya sedang panen benih dan induk
Tabel 2 : Data monitoring di UPR
No
Nama
Alamat
Jumlah
induk
(ekor)
Pemeliharaan
induk secara
(jantan, betina)
Lama
pematangan
induk (hari)
Rasio
pemijahan
Produksi
persiklus
(ekor)
panen
Pisah
Campur
Larva
Benih
1
Suryadi
D, Tegalrejo,
Tugu Mulyo
1600
Campur
7
1 : 3
150000
Benih
2
Sunarto
Ketuan Jaya,
Muarabeliti
2400
Campur
2
1 : 3
237500
Benih
3
Sudarmoko
D, Tegalrejo,
Tugu Mulyo
1600
Campur
5
1 : 10
112500
Larva
4
Supardiman
G1 Mataram,
Tugumulyo
1200
Campur
3
1 : 6
65000
Benih
5
Sriyanto
G1 Mataram,
3.2. Perbanyakan Calon Induk di BBI U Musi Rawas
a. Produksi Benih Untuk Calon Induk
Induk yang digunakan untuk perbanyakan calon induk nila JICA yang ada di BBAT
Jambi, dengan jumlah jantan yang ada sebanyak 300 ekor dan induk betina sebanyak 600
ekor dengan ukuran 250 – 300 gram. Untuk kegiatan pematangan dam pemijahan induk nila
dilakukan di BBAT Jambi.
Pemijahan dilakukan pada bulan Maret dengan jumlah induk yang dipijahkan
sebanyak 250 ekor betina dan jantan 250 ekor. Setelah induk memijah dilakukan
pemanenan larva ikan nila secara bertahap menggunakan serok halus pada pagi dan sore
hari. Hasil dari pemijahan mendapatka larva sebanyak100.390ekor dan dilakukan
pendederan I, pemeliharaan selama 30 hari untuk digunakan sebagai benih calon induk.
Dari hasil pendederan I didapatkan benih sebanyak 70.105ekor (SR 70 %), selanjutnya
dilakukan pendederan II sebanyak 54.360 ekor benih ukuran 3-8 cm untuk di besarkan di
BBI Musi Rawas menjadi calon induk. Benih yang ukuran dibawah 3 cm sebanyak
10.085ekor dan ukuran besar lebih dari 8 cm sebanyak 3.660ekor di afkir.
Tujuan diambilanya ukuran yang menengah supaya didapatkan calon induk dengan
kualitas baik dan jumlah calon induk betina yang mencukupi. Benih didapatkan dari hasil
selaksi ukuran kemudian dibesarkan dikolam pembesaran hingga mencapai ukuran 100-150
gram per ekor dan siap untuk didistribusikan.
b. Seleksi calon Induk
Benih yang ditebar sebanyak 54.360 ekor setelah dipelihara dan dipanen
mendapatkan benih sebanyak 39.804 ekor. Seleksi calon induk dilakukan untuk benih
ukuran 8-12 cm pada ukuran ini dipisahkan antara jenis kelamin jantan dan betina, hasil
seleksi didapatkan 15.901 ekor betina dan jantan 23.903 ekor namun dari jumlah tersebut
hanya diambil 5.500 ekor jantan untuk dibesarka dan sisanya di afkir sesuai dengan
kebutuhan. Benih tersebut dibesarkan sampai ukuran calon induk dengan bobot antara
100-150 gram/ekor. Setelah calon induk ikan nila telah mencapai bobot ukuran yang diharapkan
dan siap untuk didistribusikan ke UPR di wilayah Kabupaten Musi Rawas. Secara singkat
proses produksi calon induk yang dilakukan dapat dijelaskan dalam diagram alur sebagai
berikut.
Gambar . Diagram alur proses produksi ikan nila JICA di BBI U Musi Rawas pada tahun2011