• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mustakim BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Mustakim BAB I"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000). Lansia

terbagi dalam dua tahap yaitu lanjut usia awal (early old age) yaitu usia 60-70 dan lanjut usia akhir (advanced old age) yaitu usia 70 tahun ke atas (Hurlock, 1999dalam Nugroho, 2008)

Lanjut usia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Pada

akhir abad ke 20, populasi dunia yang berumur di atas 60 tahun diperkirakan

berjumlah 600 juta orang. Diperkirakan hanya dalam waktu 25 tahun yaitu

tahun 2025 akan berjumlah 1,2 milyar orang berusia di atas 60 tahun atau

menjadi dua kali lipat (AHIA Conference, 2005). Dari tujuh milliar penduduk

di dunia, satu milliar di antaranya adalah penduduk lanjut usia (lansia).

Indonesia sendiri memiliki 24 juta jiwa lansia, yang paling banyak tersebar di

lima provinsi. Tidak hanya menghadapi angka kelahiran yang semakin

meningkat, Indonesia juga menghadapi beban ganda dengan kenaikan jumlah

penduduk lanjut usia (60 tahun ke atas) karena usia harapan hidup yang makin

(2)

Seiring dengan bertambahnya usia harapan hidup, jumlah lansia di

Indonesia cenderung meningkat. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan

bahwa penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2000 sebanyak

14.439.967 jiwa (7,18 %), selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi

23.992.553 jiwa (9,77 %/). Pada tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut usia

mencapai 28.822.879 jiwa (11,34 5). Indonesia saat ini telah masuk sebagai

negara yang berstruktur penduduk tua sebagaimana ketentuan badan dunia,

karena jumlah penduduk lanjut usia telah mencapai lebih dari 7 %. Adapun

provinsi di Indonesia yang paling banyak memiliki penduduk lanjut usia adalah

Yogyakarta sebanyak 12,48 %, Jawa Timur sebanyak 9,36 %, Jawa Tengah

sebanyak 9,26 %, Bali sebanyak 8,77 % dan Jawa Barat sebanyak 7,09 %

(Wahyuningsih, 2011).Pada Kabupaten Cilacap jumlah lansia menurut data

BPS Jateng (2012) sebanyak 118.936 jiwa pada tahun 2008, terjadi penurunan

pada tahun 2009 yaitu sejumlah 101.114 jiwa, kemudian mengalami

peningkatan secara drastis pada tahun 2010 yaitu 116.489 jiwa, dan terjadi

penurunan kembali secara signifikan pada tahun 2011 yaitu 114.476 jiwa,

sedangkan pada tahun 2012 terjadi peningkatan lagi yaitu sejumlah 123.021

jiwa.

Proses menua menurut Nugroho (2000) secara linier dapat di gambaran

melalui tiga tahap, yaitu kelemahan (impairmant), keterbatasan (disability),

dan keterlambatan atau ketidakmampun (handicap) yang akan di alami bersamaan dengan proses kemunduruan. Gambaran fungsi tubuh pada lansia

(3)

menurun 72%, kelenturan tubuh sebesar 64%, daya ingat sebesar 61%, daya

pendengaran sebesar 67%, dan bidang seksual sebesar 86%.

Lansia mengalami kemunduran atau perubahan morfologis pada otot

yang menyebabkan perubahan fungsional otot, yaitu terjadi penurunan

kekuatan dan kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan

dan waktu reaksi. Penurunan fungsi dan kekuatan otot akan mengakibatkan

penurunan kemampuan mempertahankan keseimbangan postural atau

keseimbangan tubuh lansia. Lansia merupakan kelompok umur yang paling

beresiko mengalami gangguan keseimbangan postural (Ceranski, 2006). Ada

beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan keseimbangan postural,

diantaranya adalah efek penuaan, kecelakaan, maupun karena faktor penyakit.

Namun dari tiga hal ini, faktor penuaan adalah faktor utama penyebab

gangguan keseimbangan postural pada lansia (Avers, 2007). Jika

keseimbangan postural lansia tidak dikontrol, maka akan dapat meningkatkan

resiko jatuh pada lansia (Kane 1993dalam Siburian, 2006).

Keseimbangan postural lansia yang tidak terkontrol dapat menyebabkan

Jatuh. Jatuh merupakan salah satu masalah yang seringterjadi pada usia lanjut

akibat perubahan fungsi organ, penyakit, dan lingkungan (Setia,2006). kurang

lebih 30% usia lebih dari 65 tahun pernah mengalami kejadian jatuh sekali

dalam setahun dan meningkat 40% pada usia di atas 80 tahun dan lebih banyak

terjadi pada wanita. Akibat yang ditimbulkan dari ringan sampai berat seperti:

cedera kepala, cedera jaringan lunak sampai patah tulang. Diperkirakan sekitar

(4)

fraktur tulang lain seperti tulang iga, humerus, pelvis, dan lain-lain, 5%

mengalami perlukaan jaringan lunak dan fraktur (Andayani, 2006). Fraktur

kolum fremur merupakan komplikasi utama akibat jatuh pada usia lanjut,

diestimalkan 200.000 dari usia lanjut yang jatuh di Amerika Serikat pertahun

terutama wanita (Lajoei,2004).

Berdasarkan hasil penelitian oleh Farabi (2007) tentangHubungan Tes

“Timed Up And Go” dengan Frekuensi Jatuh Pada Pasien Lanjut Usiadi

Paviliun Lanjut Usia Prof.Dr. R. Boedhi Darmojo RSUP Dr. Kariadi

Semarang. Hasil penelitian menunjukan Dari 54 subjek penelitian 55,5% atau

30 pasien mengalami jatuh dalam setahun terakhir. Berdasarkan hasil

penelitian oleh Ariawan (2011), tentang Hubung Antara Activities Specific

Balance Confidence Scale Dengan Umur Dan Falls Pada Lansia Di Poloklinik

Geriatri RSUP Sanglih Denpasar. Hasil penelitian menunjukan dari sampel

sejumlah 52 orang terdiri dari 21 (50%) orang laki-laki dan 21 (50%) orang

wanita, umur terendah 67 tahun, tertinggi 87 tahun dengan rerata umur 70,6 ±

6,5 tahun. Prevalensi riwayat jatuh didapatkan sebesar 17,3% (67% wanita,

33% laki-laki).

Hasil survei yang dilakukan Kustanto(2007) di tempat penelitian yaitu

di Unit Pelayanan Sosial Tresna Werdha (UPSTW) Bangkalan, didapatkan

sekitar 63% lansia disana mengeluh gangguan keseimbangan tubuh akibat

kelemahan otot ekstremitas bawah. Dari 65% lansia tersebut sekitar 57% lansia

(5)

kekuatan otot dapat ditingkatkan dengan melakukan latihan fisik yang berguna

untuk menjaga agar fungsi otot dan postur tubuh tetap baik (Budiharjo, 2005).

Berdasarkan survei pendahuluan atau pengambilan data awal yang

dilakukan pada tanggal 1 November 2014 di Balai Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Dewanata Cilacap, peneliti mendapatkan data jumlah lansia sebanyak 90

lansia. Dari 10 lansia yang diwawancarai terdapat 7 lansia yang mengatakan

pernah jatuh selama 3 bulan terakhir yang dikarenakan lantai licin, setelah

meminum obat dan pada saat mati lampu, sedangkan 3 lansia belum pernah

jatuh selama 3 bulan terakhir. Oleh sebab itu daripaparan di atas peneliti

tertarik terkait melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Jatuh Pada Lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut

Usia Dewanata Cilacap”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, penulis

merumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu“bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian jatuh pada lansia di Balai Pelayanan Sosial

Lanjut Usia Dewanata Cilacap?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang mempngaruhi kejadian

(6)

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan karakteristik responden

b. Mendeskripsikan angka kejadian jatuh yang terjadi pada lansia yang

berada di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

c. Untuk mengetahui pengaruh faktor gangguan gaya berjalan terhadap

kejadian jatuh pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dewanata Cilacap.

d. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian jatuh

pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

e. Untuk mengetahui pengaruh faktor gangguan penglihatan terhadap

kejadian jatuh pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia

Dewanata Cilacap.

f. Untuk mengetahui pengaruh faktor gangguan kognitif terhadap kejadian

jatuh pada lansia di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata

Cilacap.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah pengetahuan peneliti,

khususnya mengenai angka kejadian jatuh yang terjadi pada lansia yang

(7)

2. Bagi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan ataupun

informasi bagi Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap

dalam menanggulangi dan menekan angka kejadian jatuh lansia.

3. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini di harapkanmemberikan ilmu pengetahuan seberapa

besar angka kejadian jatuh yang terjadi pada lansia yang berada di Balai

Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap.

4. Bagi Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refrensi

tambahan seberapa besar angka kejadian jatuh yang terjadi pada lansia.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini di harapkan dapat di jadikan sumber informasi untuk

perkembangan bagi penelitian selanjutnya pada lanjut usia.

E. Penelitian Terkait

1. Farabi (2007)

Judul penelitian tentang “Hubungan Tes “Time Up And Go” Dengan

Frekuensi Jatuh Pasien Lanjut Usia”. Penelitian ini adalah penelitian

observasional analitik dengan pendekatan belah lintang/cross sectional. Hasil penelitian dari 54 subjek penelitian 55,5 % atau 30 pasien

mengalami jatuh dalam setahun terakhir. Tidak di jumpai pasien jatuh

dengan waktu TUG kurang dari 10 detik. Uji korelasi spearman

(8)

frekuensi jatuh (p<0,05) dan di peroleh nilai korelasi (r=0,677) untuk

frekuensi jatuh satu bulan terakhir dan nilai korelasi (r=0,643) yang

menunjukan arah korelasi positip dengan korelasi yang kuat. Perbedaan

penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang akan dilakukan meneliti gambaran angka kejadian jatuh pada lansia.

Metode yang akan digunakan adalah dekriptif dengan desain pengambilan sampel probability samples dan dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. Persamaan sama-sama meneliti kejadian

jatuh pada lansia.

2. Ariawan (2011).

Judulpenelitian tentang “Hubung Antara Activities Specific Balance Confidence Scale Dengan Umur Dan Falls Pada Lansia Di Poloklinik Geriatri RSUP Sanglih Denpasar”. Penelitian ini menggunakan studi potong lintang analitik dengandesain pengambilan sampel menggunakan

metode konsekutif. Hasil penelitian dari sampel sejumlah 52 orang terdiri

dari 21 (50%) orang laki-laki dan 21 (50%) orang wanita, umur terendah

67 tahun, tertinggi 87 tahun dengan rerata umur 70,6 ± 6,5 tahun.

Prevalensi riwayat jatuh didapatkan sebesar 17,3% (67% wanita, 33%

laki-laki). Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini

adalah penelitian yang akan dilakukan meneliti gambaran angka kejadian

(9)

Sosial Lanjut Usia Dewanata Cilacap. Persamaan sama-sama meneliti

kejadian jatuh pada lansia.

3. Sulistiani(2012).

Judul penelitian tentang “Hubungan Kelemahan Otot Dengan Resiko Jatuh Pada Lansia Di Unit Rehabilitas Sosial Dewanata Cilacap”. Penelitian ini menggunakan metode observasi analitik dengan pendekatan cross sectional dengan pengambilan sampel menggunakan metode total samplingdengan jumlah responden 73 responden. Hasil penelitian ini menujukan bahwa kelemahan otot memiliki hubungan yang signifikan

terhadap resiko jatuh dengan kategori tinggi sebanyak 39 orang(81,3%),

untuk kelemahan otot resiko tinggi dan memiliki resiko rendah sampai

sedang sebanyak 9 (17,1%) sedangkan pada responden dengan kelemahan

otot resiko rendah mempunyai resiko jatuh sebesar 8(32,0%), untuk

kelemahan otot resiko rendah dan mempunyai resiko jatuh rendah sampai

sedang 17(68,0%) dengan nilai p value= 0,0001 lebih kecil dari nilai (0,05). Perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian ini

adalah penelitian yang akan dilakukan berfokus pada kejadian jatuh pada

lansia sedangkan penelitian ini meneliti hubungan kelemahan otot dengan

resiko jatuh pada lansia. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional danmetode digunakan menggunakan dekriptif dengan pengambilan sampel probability samples. Persamaan dengan penelitian yang akan di dilakukan di Balai Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dewanata

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

telah melimpahkan rahmat-Nya, karena penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Melalui Model Make A Match dengan

Motor bensin menghasilkan tenaga dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder, dimana dengan pembakaran campuran udara dan bahan bakar ini akan menghasilkan panas yang sekaligus

Jika memory total page lebih dari memory fisik yang tersedia, kernel lebih banyak melakukan swapping dibandingkan eksekusi kode program, sehingga terjadi thrashing dan mengurangi

Gambaran suatu implementasi tindakan dan komunikasi dapat dilihat dari program kampanye keselamatan kerja, misalnya, implementasi humas bukan hanya merancang program komunikasi

Siswa dapat membaca QS Al Ma’un dan Al Fiil dengan menerapkan hukum bacaan (tajwid) yang benar Materi Pembelajaran : Surah Al Ma’un dan Al Fiil. Metode Pembelajaran :

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang digunakan dalam penelitian memiliki pengaruh yang sama terhadap variabel dependen (Ghozali,

Andriani, SE, MM., dan Amrul Mutaqin, M.EI : Peran Spiritual Quotient Pemimpin Dalam Upaya Optimalisasi Kinerja Karyawan (Studi Kasus Di Lembaga Managemen Infaq Kota