• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi - ROHMAT HIDAYAT BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi - ROHMAT HIDAYAT BAB II"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

A. Definisi

Typhoid fever adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Demam typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier, 2013). Typhoid fever ( typhus abdominalis ,enteric fever ) adalah infeksi sistemik yang disebabkan kuman salmonella enterica, khususnya varian varian turunanya, yaitu salmonella typhi, Paratyphi A, Paratyphi B, Paratyphi C. Kuman kuman tersebut menyerang saluran pencernaan, terutama di perut dan usus halus. Typhoid fever sendiri merupakan penyakit infeksi akut yang selalu ditemukan di masyarakat (endemik) Indonesia. Penderitanya juga beragam, mulai dari usia balita, anak- anak, dan dewasa (Suratun dan Lusianah, 2010).

(2)

B. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah kuman Salmonella typhi, Salmonella para typhi A, dan Salmonella para typhi B. Wujudnya berupa basil gram

negatif, bergerak dengan rambut getar, tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen (antigen O, H, dan VI). Dalam serum penderita terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41 ˚C (option 37˚C) dan pH pertumbuhan 6-8.

Salmonella typhi merupakan basil gram (-) dan bergerak dengan rambut getar. Transmisi Salmonella typhi kedalam tubuh manusia dapat melalui (Arif M, 2003) hal –hal berikut.

1. Transmisi oral, melalui makanan yang terkontaminasi kuman salmonella typhi.

2. Transmisi dari tangan ke mulut, di mana tangan yang tidak higenis yang mempuyai Slmonella typhi langsung bersentuhan dengan makanan yang di makan.

3. Transmisi kotoran, di mana kotoran individu yang mempunyai basil Salmonella typhi kesungai atau sumber air yang digunakan sebagai air

(3)

C. Tanda gejala

Masa tunas 7-14 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodroma ( gejala awal tumbuhnya penyakit/gejala yang tidak khas )

1. Perasaan tidak enak badan 2. Nyeri kepala

3. Pusing 4. Diare 5. Anoreksia 6. Batuk 7. Nyeri otot

8. Muncul gejala klinis yang lain

(4)

D. Anatomi dan fisiologi

1. Anatomi

2. Fisiologis

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.

(5)

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Rongga Mulut

Secara umum berfungsi untuk menganalisis makanan sebelum menelan, proses penghancuran makanan secara mekanis oleh gigi, lidah dan permukaan palatum, lubrikasi oleh sekresi saliva serta digesti pada beberapa material karbohidrat dan lemak.

a. Mulut

Mulut dibatasi oleh mukosa mulut, pada bagian atap terdapat palatum dan bagian posterior mulut terdapat uvula yang tergantung pada palatum.

b. Lidah

Lidah terdiri dari jaringan epitel dan jaringan epitelium lidah dibasahi oleh sekresi dari kelenjar ludah yang menghasilkan sekresi berupa air, mukus dan enzim lipase. Enzim ini berfungsi untuk menguraikan lemah terutama trigleserida sebelum makanan di telan. Fungsi utama lidah meliputi, proses mekanik dengan cara menekan, melakukan fungsi dalam proses menelan, analisis terhadap karakteristik material, suhu dan rasa serta mensekresikan mukus dan enzim.

c. Kelenjar saliva

(6)

aktif, pH mencapai 8,0. Saliva mengandung 2 enzim yaitu lipase lingual disekresikan oleh kelenjar pada lidah dan α-amilase yang

disekresi oleh kelenjar-kelenjar saliva. Kelenjar saliva tebagi atas 3, yaitu kelenjar parotis yang menghasilkan serosa yang mengandung ptialin. Kelenjar sublingualis yang menghailkan mukus yang mengandung musin, yaitu glikoprotein yang membasahi makanan dan melndungi mukosa mulut dan kelenjar submandibularis yang menghasilkan gabungan dari kelenjar parotis dan sublingualis. Saliva juga mengandung IgA yang akan menjadi pertahanan pertama terhadapkuman dan virus.

Fungsi penting saliva antara lain, memudahkan poses menelan, mempertahankan mulut tetap lembab, bekerja sebagai pelarut olekul-molekul yang merangsang indra pengecap, membantu proses bicara dengan memudahkan gerakan bibir dan lidah dan mempertahankan mulut dan gigi tetap bersih.

d. Gigi

(7)

oleh gigi geraham dengan dibantu oleh saliva sehingga nantinya dapat memudahkan makanan untuk menuju saluran pencernaan seterusnya. Gigi taring lebih tajam sehingga difungsikan sebagai pemotong daging atau makanan lain yang tidak mampu dipotong oleh gigi seri.

2. Faring

Faring merupakan jalan untuk masuknya material makanan, cairan dan udara menuju esofagus. Faring berbentuk seperti corong dengan bagian atasnya melebar dan bagian bawahnya yang sempit dilanjutkan sabagai esofagus setinggi vertebrata cervicalis keenam. Bagian dalam faring terdapat 3 bagian yaitu nasofaring,orofaring dan laringfaring. Nasofaring adalah bagian faring yang berhubungan ke hidung. Orofaring terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum sampai ke pinggir atas epiglotis. Sedangkan laringfaring terletak dibelakang pada bagian posterior laring dan terbentang dari pinggir atas epiglotis sampai pinggir bawah cartilago cricoidea.

3. Laring

(8)

tersebut meupakan epiglotis. Epiglotis akan menutup jalan masuk udara saat makanan ingin masuk ke esofagus.

4. Esofagus

Esofagus adalah saluran berotot dengan panjang sekitar 25 cm dan diameter sekitar 2 cm yang berfungsi membawa bolus makanan dan cairan menuju lambung. Otot esofagus tebal dan berlemak sehingga moblitas esofagus cukup tinggi. Peristaltik pada esofagus mendorong makanan dari esofagus memasuki lambung. Pada bagian bawah esofagus terdapat otot-otot gastroesofagus (lower esophageal sphincter, LES) secara tonik aktif, tetapi akan melemas sewaktu menelan. Aktifasi tonik LES antara waktu makan mencegah refluks isi lambung ke dalam esofagus. Otot polos pada esofagus lebih menonjol diperbatasan dengan lambung (sfingter intrinsik). Pada tempat lain, otot rangka melingkari esofagus (sfrinter ekstrinsik) dan bekerja sebagai keran jepit untuk esofagus. Sfringte ekstrinsik dan intrinsik akan bekerjasama untuk memungknkan aliran makanan yang teratur kedalam lambung dan mencegah refluks isi lambung kembali ke esofagus.

5. Lambung

(9)

lambung adalah 1-2 L. Pada saat lambung kosong atau berileksasi, mukosa masuk ke lipatan yang dinamakan rugae. Rugae yang merupakan dinding lambung yang berlipat-lipat dan lipatan tersebut akan menghilang ketika lambung berkontraksi. Sfingter pada kedua ujung lambung mengatur pengeluarn dan pemasukan lambung. Sfingter kardia, mengalirkan makanan masuk ke lambung dan mencegah refluks isi lambung memasuki esofagus kembali. Sedangkan sfingter pilorus akan berelaksasi saat makanan masuk ke dalam duodenum dan ketika berkontraksi, sfingter ini akan mencegah aliran balik isi usus halus ke lambung.

Fisiologi lambung terdiri dari dua fungsi yaitu, fungsi motorik sebagai proses pergerakan dan fungsi pencernaan yang dilakukan untuk mensintesis zat makanan, dimana kedua fungsi ini akan bekerja bersamaam, berikut adalah fisiologi lambung :

a. Fungsi motorik :

1) Reservoir, yaitu menyimpan makanan sampai makanan tersebut sedkit demi sedikit dicernkan dan bergerak pada saluran cerna. Menyesuaikan peningkatan volume tanpa menambah tekanan dan relaksasi reseptif otot polos.

(10)

3) Pengosongan lambung, diatur oleh pembukaan sfingter pilorus yang dipengaruhi oleh viskositas, volume, keasaman, aktivitas osmotik, keadaan fisik, emosi, aktivitas dan obat-obatan.

b. Fungsi pencernaan :

1) Pencernaan protein, yang dilakukan oleh pepsin dan sekresi HCl dimulai pada saat tersebut. Pencernaan kabohidrat dan lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung sangat kecil.

2) Sistesis dan pelepasan gastrin, hal ini dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi antrum dan rangsangan vagus.

3) Sekresi faktor intrinsik, yang memungkinkan terjadinya absorpsi vitamin B2 dari usus halus bagian distal.

4) Sekresi mukus, sekresi ini membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai pelumas sehigga makanan lebih mudah diangkut.

Sekesi caian lambung memiliki 3 fase yang bekerja selama berjam-jam. Berikut adalah fase-fase tersebut :

(11)

volume lambungdari stimulasi mukus, enzim dan prooduksi asam, serta pelepasan gastrin oleh sel-sel G dalam durasi yang relatif singkat.

2) Fase gaster, berfungsi untuk memulai pengeluaran sekresi dari kimus dan terjadinya permulaan digesti protein oleh pepsin. Reaksi tersebut terjadi dalam durasi yang agak lama mencapai 3-4 jam. Saat reaksi ini selain terjadi peningkatan produksi asam dan pepsinogen juga terjadi penigkatan motiltas dan proses penghancuran material.

3) Fase intestinal, berfungsi untuk mengontrol pengeluaran kimus ke duodenum dengan durasi yang lama dan menghasilkan reaksi berupa umpan balik dalam menghambat produksi asam lambung dan pepsinogen serta pengurangan motilitas lambung. 6. Usus Halus

(12)

halus yang diliputi oleh vili. Terdapat 20 sampai 40 vili per milimeter persegi glukosa. Ujung bebes sel-sel evitel virus dibagi menjadi mikrovili yang halus dan diseilmuti glikokaliks yang membentuk brush border. Mukus usus terdiri dari berbagai macam enzim,seperti disakaridase, peptidase dan enzim lain yang terlibat dalam penguraian asam nukleat.

Ada 3 jenis kontraksi otot polos pada usus halus antara lain :

a. Peristaltik, yaitu gerakan yang akan mendorong isi usus (kimus) ke arah usus besar.

b. Kontraksi segmentalis, merupakan kontrasi mirip-cincin yang muncul dalam interval yang relatif teratur di sepanjang usus lalu menghilang dan digantikan oleh serangkaian kontrakisi cincin lain di segmen-segmen diantara kontraksi sebelumnya. Kontrasi ini mendorong kimus maju mundur dan meningkatkan pemajanannya dengan pemukaan mukosa.

c. Kontrasi tonik, merupakan kontraksi yang relatif lama untuk mengisolasi satu segmen usus dngan segmen lain. 7. Usus Besar (Kolon)

(13)

yang disebut taenia koli. Bagian ileum yang mengandung katup ileosekum sedikit menonjol ke arah sekum, sehingga peningkatan tekanan kolon akan menutupnya sedangkan peningkatan tekanan ileum akan menyebabkan katup tersebut terbuka. Katup ini akan secara efektif mencegah refluks isi kolon ke dalam ileum. Dalam keadaan normal katup in akan tertutup. Namun, setiap gelombang peristaltik, katup akan terbuka sehingga memungkinkan kimus dari ileum memasuki sekum. Pada kolon terjadi penyerapan air, natrium dan mineral lainnya. Kontraksi kerja massa pada kolon akan mendorong isi kolon dari satu bagian kolon ke bagian lain. Kontraksi ini juga akan mendorong isi kolon menuju ke rektum. Dari rektum gerakan zat sisa akan terdorong keluar menuju anus dengan perenggangan rektum dan kemudian mencetus refleks defekasi.

E. Patofisiologi

(14)

limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh antara lain system saraf pusat, ginjal dan jaringan limfa.

Usus yang terserang tifus umumnya ileum distal,tetapi kadang begian lain usus halus dan kolon proksimal juga dihinggapi. Pada mulanya, plakat peyer penuh dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infitrat atau hyperplasia di mukosa usus. Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih besar di ileum dari pada di kolon sesuai dengan ukuran plak peyer yang ada disana. Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringan parut di fibrosis.

(15)

pada RES seperti nyeri perut kanan atas, splenomegali dan hepatomegali.

(16)

F. Pathways

Kuman salmonella typhi Lolos dari masuk gastrointestinal asam lambung

Malaise, perasaan tidak enak, bakteri masuk usus halus nyeri abdomen

Perdarahan Inflamasi Komplikasi intestinal:

Pembuluh limfe usus(bag, distal, ileum), peitonitis

Perdarahan(bakterimia primer) Msuk retikulo endothelial (RES) terutama hati dan limfa

Inflamasi pada hati dan limfa Empedu Masuk ke aliran darah (Bakterimia Sekunder)

Rongga usus pada kel.

Limfoid halus Endotoksin

Hepatomegali Pembesaran limfa Terjadi keruasakan sel

Nyeri tekan →Nyeri akut Splenomegali Merangsang melepas zat epikogen oleh leukosit

Lase plak peyer

Penurunanmobilitas

usus Memepengaruhi pusat

thermoregulator

Erosi Penurunan peristaltic usus

Hipertermi

Konstipasi peningkatan asam lambung

Resiko kekurangan

Volume cairan Anoreksia mual muntah

Ketidakseimbangan nutrisi kurangdari kebutuhan

Perdarahan massif Nyeri tubuh

Komplikasi perforsi

dan perdarahan usus

(17)

G. Pemeriksaan penunjang

Pemerikasaan penunjang pada pasien dengan typhoid adalah pemerikasaan laboratorium, yang terdiri dari :

1. Pemeriksaan leukosit

Didalam beberpa literatur dinyatakan bahwa typoid terdapat leukopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidak sering di jumpai. Pada kebanyakan kasus typhoid fever, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas batas normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa typhoid fever.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada typhoid fever sering kali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid fever.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan typhoid fever, tetapi bila biakan darah negative tidak menutup kemungkinan akan terjadi typhoid fever. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung beberapa faktor :

a. Tekhnik Pemeriksaan Laboratorium

(18)

darah yang baik adalah pada saat demam yang tinggi yaitu pada saat bakterimia berlangsung.

b. Saat Pemeriksaan Selama Perjalanan Penyakit

Biakan darah pada Salmonella typhi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap typhoid fever di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakterimia sehingga biakan darah negatif.

d. Pengobatan dengan obat anti mikroba

bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba pertumbuan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan mungkin negatif.

4. Uji Widal

(19)

menderita typhoid. Akibat infeksi salmonella typhi, klien membuat anti bodi atau agglutinin yaitu :

a. Aglutinin O, yang di buat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman)

b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).

c. Aglutinin Vi, yang dibuat dari rangsanaganantigen Vi (berasal dari simpai kuman).

H. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit typhoid sampai saat ini di bagi menjadi tiga bagian (Bambang Setiyohadi, Aru W, Idris Alwi, 2006), yaitu:

1. Istirahat dan perawatan

Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, buang air kecil dan besar akan membantu mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali di jaga kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang di pakai. Posisi pasien harus di awasi untuk mencegah terjadinya dekubitus dan pnemoni ortostarti serta hygiene perorangan tetap, perlu diperhatikan dan di jaga.

2. Diet dan terapi penunjang

(20)

menurunkan keadaan uamum dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi lama.dimana lampau penderita demam typhoid diberi bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnaya di beri nasi, yang perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkaat kesembuhan pasien. Pemberian bubur saring tersebut di tunjukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna atau peforasi usus. Hal ini disebabka ada pendapat bahwa usus harus di istirahatkan. beberapa penelitian menunjukan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita typhoid fever.

3. Pemberian antibiotik a. Klorampenikol

Di Indonesia Klorampenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk pengobatan demam typhoid. Dosis yang di berikan 4 x 500 mg perhari dapat diberikan peroral atau intravena, diberikan sampai 7 hari bebas demam.

b. Tiampenikol

(21)

c. Kotrimoksazol

Dosis untuk orang dewasa 2 x 2 tablet dan di berikan selam 2 minggu. d. Ampisilin dan amoksisilin

Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah di bandingkan dengan Klorampenikol, dosis diberikan 50-150 mg/kgBB dan digunakan selama 2 minggu.

e. Seflosporin generasi ke tiga

hingga saat ini golongan seflosporin generasi ke tiga yang terbukti efekti untuk demam typhoid adalah sefalosforin, dosis yang dianjurkan adalah 3-4 gram dalam dektrose 100cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari selam 3 hingga 5 hari.

I. Koplikasi

Menurut (Arif Masjoer, 2003), komplikasi demam typhoid dapat di bagi dalam 2 bagian yaitu :

a. Komplikasi intestinal 1) Perdarahan usus 2) Perforasi usus 3) Ileus paralitik b. Komplikasi ekstraintestinal

1) Komlikasi kardiovaskular : Kegagalan sirkulasi perifer

(22)

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, atau koagulasi intravaskulardiseminata dan sindrom uremia hemolitik.

3) Komplikasi paru : Pnemonia, empemia, dan pleuritis.

4) Komplikasi hepar dan kandung kemih : pielonefritis dan perinefritis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

6) Komplikasi tulang : osteomielitis, periostisis, spondilitis, dan

arthritis.

7) Komplikasi neuropsikatrik : delirium, meningismus, meningitis, poluneuritis perifer, sindrom gullain barre, psikosis dan sindrom katatona.

J. Pengkajian

a. Riwayat keperawatan.

b. Kaji adanya gejala dan tanda meningkatnya suhu tubuh terutama pada malam hari, nyeri kepala, lidah kotor, tidak nafsu makan, epistaksis, penurunan kesadaran.

(23)

pembesaran hati dan limfa, adanya konstipasi dan bahkan bisa terjadi gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen, adanya bradikardia, kemungkinan terjadi komplikasi seperti pendarahan pada usus halus, adanya perforasi usus, peritonitis, peradangan pada meningen, bronkhopneumonia, dan lain-lain. Pada pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan leukopenia dengan limfositosis relatif, pada kultur empedu ditemukan kuman pada darah, urin, feses, dan uji serologis widal menunjukkan kenaikan pada titer antibodi O lebih besar atau sama dengan 1/200 dan H 1/200.

K. Diagnosa Keperawatan

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi). 2) Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi.

3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dari intake yang tidak adekuat..

4) Resiko Kekurangan volume cairan berhubungan intake yang tidak adekuat.

(24)

L . Intervensi Keperawatan

NO

Diagnosa

keperawatan Tujuan/KriteriaHasil/Indikator(NOC) Intervensi (NIC) 1 Hipertermi

keperawatan selama 2x24 jam masalah hipertermi teratasi dengan kriteria hasil :

Risk control

Indikator Awal Tujuan

 Suhu tubuh keperawatan selama 2x24 jam diharapakan masalah nyeri pasien teratasi dengan kriteria hasil:

Pain Level, Pain control, Comfort level

Indikator Awal Tujuan

(25)

4.Ringan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan masalah

ketidakseimbangan nutrisi pasien teratasi dengan kriteria hasil:

Nutrition Status: food and Fluid intake

Indikator Awal Tujuan

(26)

Menunjukan keperawatan selama 2x24 jam diharapakan masalah kekurangan volume cairan pasien teratasi dengan kriteria hasil:

Nutritional Status: food and Fluid intake

Indikator Awal Tujuan

(27)

4.Ringan keperawatan selama 2x24 jam

diharapakan masalah konstipasi pasien teratasi dengan kriteria hasil:

Bowel elimination

Indikator Awal Tujuan

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Voltmeter untuk mengukur tegangan antara dua titik, dalam hal ini adalah tegangan pada lampu 3, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan beban yang hendak diukur, posisi

Manajemen PT. Gajah Tunggal Tbk memiliki komitmen yang kuat untuk menjadikan Perusahaan sebagai produsen ban terintegrasi yang mendominasi pasar dalam negeri

Unit ini berlaku untuk kalibrasi dan atau standardisasi peralatan uji, mencakup menyiapkan bahan pembanding (Reference Material), melakukan kalibrasi dan atau standardisasi

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Alasan di atas menjadi peluang yang sangat bagus bagi praktisi IT , mahasiswa, bahkan seorang yang hobi untuk berpartisipasi dalam mengembangkan aplikasi Android

Uji coba produk pengembangan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap media pembelajaran biologi pada materi sistem saraf yang menggunakan adobe