• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelompok 4 AKM2 Akuntansi Pajak Pengasilan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kelompok 4 AKM2 Akuntansi Pajak Pengasilan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN

MENENGAH 2

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

DI SUSUN OLEH :

1.

RISA AMALIYAH

(1603501020)

2.

IKA MUSLIMAH

(1603501032)

3.

IIS UNI LESTARI

(1603501035)

4.

ANNISA NURADAWIYAH (1603501061)

(2)

TAHUN AJARAN 2017/2018

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah tidak lupa kami panjatkan terhadap kehadiran Allah SWT. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Akuntansi Keuangan Menengah 2 ini. Serta kami ucapkan terimakasih kepada “Ibu Maria Suryaningsih SE, MA ” selaku dosen mata kuliah Akuntansi Keuangan Menengah 2 yang telah memberikan tugas makalah yang membahas Akuntansi Pajak Penghasialan ini.

Makalah Akuntansi Keuangan Menengah 2 ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehinnga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentang Akuntansi Pajak Penghasilan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk pembuatan makalah kami selanjutnya.

Jakarta, 17 April 2018

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar... 2

Daftar Isi... 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 4

B. Rumusan Masalah... 4

C. Tujuan dan Kegunaan... BAB II PEMBAHASAN A. Pajak Kini dan Pajak Tangguhan... 5

B. Rekonsiliasi Pajak (Rekonsiliasi Fiskal)... 9

C. Kompensasi Kerugian... 14

D. Penyajian dan Pengungkapan... 17

BAB III PENUTUP Kesimpulan... 19

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akuntansi sebagai bahasa perusahaan harus melihat pajak dari berbagai aspek pengaruhnya terhadap perusahaan. Pertama, pajak merupakan beban yang menjadi salah satu unsur dalam mengukur prestasi laba suatu perusahaan. Kedua, pajak merupakan kewajiban terhadap pemerintah yang harus disetor pada waktu tertentu dan dengan demikian berpengaruh terhadap arus kas. Jadi bisa disimpulkan bahwa pajak penghasilan merupakan biaya yang timbul karena diberlakukannya peratuaran pajak kepada dunia usaha pada Negara tertentu, dan beban pajak penghasilan biasanya merupakan suatu pos yang sangat material jumlahnya didalam laporan keuangan perusahaan.

B. RUMUSAN MASALAH

Didalam makalah ini akan disajikan dan dibahas secara sederhana mengenai Akuntansi Pajak Penghasilan dan beberapa hal yang berhubungan dengannya.

C. TUJUAN

Makalah ini bertujuan antara lain:

1. Mengetahui Pajak Kini dan Pajak Tangguhan 2. Memahami Rekonsiliasi Pajak

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

A.

PAJAK KINI DAN PAJAK TANGGUHAN

1.

Pajak Kini

1) Pengertian Pajak Kini

Pajak Kini (current tax) adalah jumlah pajak yang harus dibayar oleh Wajib Pajak, jumlah pajak ini harus dihitung sendiri oleh wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak dikalikan dengan tariff pajak, kemudian dibayar sendiri dan dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak yang berlaku. Penghasilan kena pajak atau laba fiscal diperoleh dari hasil koreksi fiskal terhadap laba bersih sebelum pajak berdasrkan laporan keuangan komersial (laporan akuntansi).

2) Perhitungan Pajak Kini

Pajak kini adalah beban pajak penghasilan perusahan yang dihitung berdasarkan tariff pajak penghasilan dikalikan dengan laba fiscal, yaitu laba akuntansi yang telah dikoreksi agar sesuai dengan ketentuan perpajakan.

PT. Cemerlang pada tahun 2015 mempunyai data sebagai berikut.

a. Laba bersih sebelum pajak komersial Rp500.000.000

b. Bunga deposito Rp20.000.000

c. Sumbangan untuk perayaan 17 Agustus 2015 sebesar Rp5.000.000

(6)

Aset

Tanah 2006 400.000.000 - - Garis Lurus Bangunan 2006 800.000.000 20 tahun 20 tahun Garis Lurus Inventaris 2006 200.000.000 5 tahun 4 tahun Garis Lurus

Beban penyusutan sebagia berikut.

Tahun Komersial (Rp) Fiskal (Rp)

2006 40.000.000 50.000.000 2007 40.000.000 50.000.000 2008 40.000.000 50.000.000 2009 40.000.000 50.000.000 2010 40.000.000

-Rekonsiliasi Fiskal PT.Cemerlang pada tahun 2015 dilakukan sebagai berikut. Laba bersih komersial sebelum PPh Rp. 500.000.000 Beda waktu: Rugi fiskal yang dapat dikompensasikan (Rp. 175.000.000) Laba kena pajak Rp. 300.000.000 PPh yang harus dibayar (25%x300.000.000) Rp. 75.000.000

(7)

2.

Pajak Tangguhan

1) Pengertian Pajak Tangguhan

Pajak tangguhan adalah pajak yang kewajibannya ditunda sampai waktu yang ditentukan atau diperbolehkan. Pada dasarnya antara akuntansi pajak dan akuntansi keuangan memiliki kesamaan tujuan, yaitu untuk menetapkan hasil operasi bisnis dengan pengukuran dan rekognisi pengahasilan dan biaya. Namun ada beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian, bahwa ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tidak sekadar intstrumen penstranfer sumber daya ( fungsi budgeter), akan tetapi seringkali pula digunakan untuk tujuan memepengaruhi perilaku wajib pajak untuk inveastasi, kesejahteraan dll ( fungsi mengatur) yang kadang-kadang merupakan alas an untuk membenarkan penyimpangan dari standar akuntansi keuangan.

Pajak tangguhan diatur dalam PSAK Nomor 46 tentang Akuntansi Pajak Pengahsilan. Pajak tangguhan memerlukan bagian yang cukup sulit untuk dipelajari dan dipahami, karena pengakuan pajak tangguhan bisa membaw akibat terhadap berkurangnya laba bersih jika ada pengakuan beban pajak tangguhan. Sebaliknya bisa juga berdampak terhadap berkurangnya rugi bersih jika ada pengakuan manfaat pajak tangguhan.

2) Pengakuan Pajak Tangguhan

(8)

Jika beban penyusutan aset tetap yang diakui secara komersial , selisih tersebut akan mengakibatkan beban pajak kini menjadi lebih kecil, tetapi akan mengakibatkan pengakuan beban pajak yang lebih besar secara komersial pada masa akan datang. Dengan demikian , selisih tersebut akan menghasilkan kewajiban pajak tangguhhan.

Pengakuan kewajiban pajak tangguhan didasrkan pada fakta adanya kemungkinan pelunasan kewajiban yangmengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatang menjadi lebih besar sebagai akibat pelunasan kewajiban pajak.

Apabila ada kemungkinan pajak yang lebih kecil pada masa yang akan datang maka berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umumdapat dianggap sebagai suatu aset. Aset didefenisikan sebagai suatu kemungkinan adanya manfaat ekonomi pada masa yang akan datang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat kejadian atau transaksi pada masa lalu. Misalnya rugi fiskal yang dapat dikompensasi berdasarkan peraturan perpajakan atau kemungkinan adanya manfaat ekonomi pada masa yang akan datang yang akan mengurangi beban pajak maka dapat diakui sebagai suatu aset pajak tangguhan.

Pengakuan aset tangguhan didasarkan pada fakta adanya kemungkinan pemulihan aset mengakibatkan pembayaran pajak pada periode mendatangmenjadi lebih kecil sebagai akibat pemulihan aset yang tidak memiliki konsekuensi pajak.

(9)

3) Perhitungan Pajak Tangguhan

Contoh

PT Gemilang pada tahun 2015 mempunyai data sebagai berikut. 1.Laba bersih sebelum pajak komersial Rp500.000.000

2.Kompensasi kerugian tahun 2015 sebesar Rp50.000.000 3.Aset tetap yang dimiliki terdiri atas

Beban penyusutan aset tetap inventaris adalah sebagai berikut.

Tahun Komersial

Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2015:

(Dr) Aset Pajak Tangguhan 12.500.000

(Cr) Manfaat Pajak Tangguhan 12.500.000

Aset Tahun

(10)

Pencatatan aset pajak tangguhan yang berasal dari rugi fiskal yang dapat dikompensasi(Rp50.000.000*25%)

Pencatatan kewajiban pajak tangguhan 2012:

(Dr) Beban Pajak tangguhan 12.500.000

(Cr) Aset Pajak Tangguhan 12.500.000

Pengakuan beban pajak tangguhan yang bersal dari rugi yang dikompensasikan (Rp50.000.000*25%)

(Dr) Beban Pajak Tangguhan 7.500.000

(Cr) Kewajiban Pajak Tangguhan 7.500.000

(11)

B.

REKONSILIASI PAJAK

1. Pengertian Rekonsiliasi Pajak

Apa itu rekonsiliasi pajak ? sarana untuk menyesuaikan laporan laba rugi berdasarkan prinsip akuntansi ke perpajakan yang digunakan untuk perhitungan pajak.

Koreksi fiscal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).

Koreksi fiskal terjadi karena adanya perbedaan perlakuan/pengakuan penghasilan maupun biaya antara akuntansi komersial dengan akuntansi pajak.

2. Jenis Rekonsiliasi Pajak ( Rekonsiliasi Fiskal )

Terdapat 2 jenis koreksi fiskal berdasarkan perbedaannya secara komersial dan fiskal, yaitu:

a. Beda Tetap

Rekonsiliasi fiskal beda tetap terjadi ketika terdapat transaksi yang diakui oleh wajib pajak sebagai penghasilan atau biaya yang sesuai dengan Standar Akunansi Keuangan, namun menurut ketentuan perpajakan transaksi tersebut bukanah penghasilan atau biaya.Beda tetap merupakan perbedaan antara laba kena pajak dan laba akuntansi sebelum pajak yang timbul akibat trnasaksi yang menurut UU perpajakan tidak akan terhapus dengan sendirinya pada periode lain.

b. Beda Waktu

(12)

3. Fungsi Rekonsiliasi Fiskal

Berdasarkan pengertian rekonsiliasi fiskal diatas, dapat disimpulkan bahwa rekonsiliasi fiskal/koreksi fiskal memiliki fungsi sebagai penyesuaian transaksi menurut Sistem Akuntasi Keuangan dan menurut ketentuan fiskal/pajak (UU Perpajakan) yang berlaku.

Rekonsiliasi fiksal perlu dilakukan agar sebelum data laporan keuangan komersial dimasukkan ke dalam SPT tahunan PPh, maka data-data tersebut telah disesuaikan dengan ketentuan fiskal, mengingat terdapat perbedaan besar diantara keduanya baik beda waktu maupun beda tetap.

Jadi rekonsialiasi fiskal yang dilakukan akan menghasilkan output berupa hasil koreksi yang berpengaruh besar terhadap besarnya laba kena pajak dan PPh terutang.

4. Contoh Soal

PT. Maju Terus meminta bantuan KAP ( Kantor Akuntan Publik ) Candra untuk menyusun rekonsiliasi. fiskal berdasarkan data laporan keuangan pada tahun 2008 sebagai berikut :

Penjualan Rp. 20.000.000.000

HPP Rp. 7.500.000.000

Laba bruto Rp. 12.500.000.000

Biaya Operasional :

1. Gaji Rp. 550.000.000

2. Tunjungan Transport Karyawan Rp. 150.000.000

3. Biaya makan kantor Rp. 10.000.000

4. B. pengobatan yg ditanggung prs Rp. 80.000.000

5. Biaya training karyawan Rp. 20.000.000

6. Biaya seragam satpam Rp. 10.000.000

7. Biaya pengangkutan Rp. 10.000.000

8. Biaya bunga pinjaman Rp. 30.000.000

9. Cadangan penghapusan piutang Rp. 25.000.000

10. Biaya listrik dan telepon kantor Rp. 5.000.000

11. PBB dan biaya materai Rp. 5.000.000

12. Penyusutan asset tetap Rp. 150.000.000

13. Premi asuransi kebakaran pabrik Rp. 20.000.000

14. Bantuan untuk panitia HUT RI Rp. 10.000.000

Total Biaya Operasional Rp. 1.075.000.000

(13)

Total Pendapatan Lainnya Rp. 256.500.000

(14)

Penyusutan Fiskal megunakan metode garis lurus.

Diminta :

Buatlah rekonsiliasi fiskal PT.Maju Terus !

Jawab :

PT. Maju Terus

Rekonsiliasi Fiskal Tahun 2008

( Dalam Ribuan Rupiah )

No Keterangan Menurut Biaya training 20.000 20.000

Biaya seragam

satpam 10.000 10.000 Biaya

(15)

Biaya listrik 5.000 5.000

PBB dan

Materai 5.000 5.000 Penyusutan

asset tetap 150.000 75.000 75.000

Pasal 2 uu

246.500 43.500 290.000 Pasal 4

ayat I

sblm Tax 11.681.500 163.500 0 11.845.000

Penyusutan :

Dividen, menurut pajak adalah 290.000.000 padahal tertera 246.500.000, hal itu Karena 246.500.000 ( sudah termasuk pajak 15 % ) dan nilai awal dividen adalah 290.000.000

(16)

C.

KOMPENSASI KERUGIAN

Kompensasi Kerugian adalah kompensasi yang diberikan kepada entitas yang mengalami kerugian untuk tidak membayar pajak pada periode berikutnya sejumlah kerugian yang telah diakui atau dibatasi oleh waktu.

Berdasarkan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, kerugian fiskal adalah kerugian fiskal berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan Direktur Jenderal Pajak serta kerugian fiskal berdasarkan SPT Tahunan PPh Wajib Pajak (self assesment) dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh Direktur Jenderal Pajak.

Ketentuan Kerugian Fiskal antara lain :

1. Kompensasi kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun pajak sebelumnya terdapat kerugian fiskal (SPT Tahunan dilaporkan Nihil atau Lebih Bayar tetapi ada kerugian fiskal).

2. Kerugian Fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan biaya (yang diperbolehkan menurut ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.

3. Kerugian Fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 (lima) tahun.

4. Ketentuan jangka waktu pengakuan kompensasi kerugian fiskal mulai berlaku tahun 2009 sedangkan untuk tahun pajak sebelumnya berlaku ketentuan Undang-undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan.

5. Apabila kemudian ternyata berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan menunjukkan jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut SPT Tahunan PPh atau hasil pemeriksaan menjadi tidak rugi, kompensasi kerugian fiskal menurut SPT Tahunan PPh tersebut harus segera dibetulkan sesuai dengan ketentuan dan prosedur pembetulan SPT sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan.

(17)

2011 : LABA Rp. 300.000.000 2012 : RUGI (Rp. 400.000.000) 2013 : LABA Rp. 500.000.000

2014 : RUGI (Rp. 200.000.000) (menerapkan PPh Final PP No. 46 Tahun 2013) 2015 : LABA Rp. 800.000.000

Perhitungan Kompensasi kerugian PT PQR dilakukan sebagai berikut : Rugi fiskal tahun2010 (Rp 2.400.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2011 Rp 300.000.000,00 (+) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 2.100.000.000,00) Rugi fiskal tahun 2012 (Rp 400.000.000,00) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 2.100.000.000,00) Laba fiskal tahun 2013 Rp 500.000.000,00 (+) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 1.600.000.000,00)

Rugi fiskal tahun 2014 (Rp 200.000.000,00) (+) (tidak bisa dikompensasi) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 1.600.000.000,00)

Laba fiskal tahun 2015 Rp 800.000.000,00 (+) Sisa rugi fiskal tahun 2010 (Rp 800.000.000,00)

(18)

1. Rugi fiskal tahun 2010 sebesar Rp 800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) yang masih tersisa pada akhir tahun 2015 tidak boleh dikompensasikan lagi dengan laba fiskal tahun 2016 karena jangka waktu 5 tahun telah selesai di tahun 2015

2. Rugi fiskal tahun 2012 sebesar Rp 400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) boleh dikompensasikan terakhir dengan laba fiskal tahun 2017, karena jangka waktu lima tahun dimulai sejak tahun 2013.

3. Pada tahun 2014, perusahaan menerapkan ketentuan PPh Final berdasarkan PP No. 46 Tahun 2013. Maka rugi fiskal tahun 2014 sebesar Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak boleh dikompensasikan. Hal ini sesuai dengan Pasal 8 PP No. 46 Tahun 2013 bahwa kerugian pada suatu Tahun Pajak dikenakannya Pajak Penghasilan yang bersifat final berdasarkan Peraturan Pemerintah ini tidak dapat dikompensasikan pada Tahun Pajak berikutnya.

4. Tahun Pajak 2010 sampai dengan 2015 tidak ada PPh Badan yang terutang.

Perhitungan di atas berlaku juga Wajib Pajak Orang Pribadi yang menggunakan pembukuan dan apabila yang mengalami kerugian

Kompensasi Kerugian Bagi Wajib Pajak Tertentu

Wajib Pajak yang melakukan penanaman modal di bidang-bidang usaha tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu memperoleh fasilitas PPh berupa kompensasi kerugian lebih lama dari 5 (lima) tahun namun tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun. Ketentuan fasilitas kompensasi kerugian lebih lama dari 5 (lima) tahun namun tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun:

a. Tambahan 1 (satu) Tahun:

apabila Penanaman Modal baru pada bidang usaha yang diatur pada Pasal 2 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2015 dilakukan di kawasan industri dan/atau kawasan berikat

(19)

sedikit 70% (tujuh puluh persen) sejak tahun ke 4 (empat) d. Tambahan 1 (satu) Tahun atau 2 (dua) Tahun:

a. tambahan 1 (satu) tahun apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) sorang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut; atau

b. tambahan 2 (dua) tahun apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 1000 (seribu) orang tenaga kerja Indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut

e. Tambahan 2 (dua) Tahun:

apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% (lima persen) dari jumlah Penanaman Modal dalam jangka waktu 5 (lima) tahun

f. Tambahan 2 (dua) Tahun:

apabila Penanaman Modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada pada Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau Daerah-daerah Tertentu yang diatur pada ayat (1) huruf a dan/atau huruf b sebagian sumber pembiayaannya berasal dari laba setelah pajak (earning after tax)

Wajib Pajak pada satu tahun pajak sebelum tahun diterbitkannya izin prinsip perluasan penanaman modal; dan/atau

g. Tambahan 2 (dua) Tahun:

apabila melakukan ekspor paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari nilai total penjualan, untuk Penanaman Modal pada bidang-bidang usaha yang diatur pada ayat (1) huruf a yang dilakukan diluar kawasan berikat.

Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf f adalah sebagai berikut:

a. diberikan untuk kerugian fiskal pada tahun pajak saat mulai berproduksi secara komersial atas Penanaman Modal berupa perluasan dari usaha yang telah ada

(20)

D.

PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN

1.

Kebijakan Akuntansi

Kebijakan Akuntansi dari suatu entitas pelaporan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang spesifik dan metode-metode penerapan prinsip-prinsip tersebbut yang dinilai oleh manajemen dari entitas tersebut sebagai yang paling sesuai dengan kondisi yang ada untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan, perubahan yang terjadi pada posisi keuangan, dan hasil operasi sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan karena itu telah diadopsi untuk pembuatan laporan keuangan.

Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan hasil operasi.

2.

Beban Pajak

Beban pajak (penghasilan pajak) adalah jumlah gabungan pajak kini dan pajak tangguhan yang diperhitungkan dalam menentukan laba-rugi pada suatu periode. Beban pajak (penghasilan pajak) terdiri dari beban pajak kini (penghasilan pajak kini) dan beban pajak tangguhan (penghasilan pajak tangguhan).

(21)

PSAK 46 (Revisi 2013) menjelaskan komponen utama beban (penghasilan) pajak yang harus diungkapkan secara terpisah antara lain :

 Beban (penghasilan) pajak kini.

 Penyesuain atas pajak kini yang berasal dari periode sebelumnya.

 Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan baik yang berasal dari timbulnya perbedaan temporer maupun dari realisasinya.

 Jumlah beban (penghasilan) pajak tangguhan terkait dengan perubahan tarif pajak atau penerapan peraturan perpajakan yang baru.

 Jumlah manfaat yang ditimbulkan dari rugi pajak yang tidak diakui sebelumnya, kredit pajak atau perbedaan temporer periode sebelumnya yang digunakan untuk mengurangi beban pajak kini.

(22)

BAB III

KESIMPULAN

A. KESIMPULAN

Akuntansi pajak penghasilan sangat berpengaruh terhadap lajunya suatu perusahaan. Rekonsiliasi Fiskal adalah koreksi atau penyesuaian yang harus dilakukan oleh wajib pajak sebelum menghitung Pajak Penghasilan (PPh) bagi wajib pajak badan dan wajib pajak orang pribadi (yang menggunakan pembukuan dalam menghitung penghasilan kena pajak).

(23)

DAFTAR PUSTAKA

http://dwimartani.com/akuntansi-pajak-penghasilan-psak-46/

http://anitasharing.blogspot.co.id/2015/09/akuntansi-pajak-penghasilan-psak-46.html

http://yunitandp.blogspot.co.id/2015/03/akuntansi-pajak-penghasilan.html

http://www.pajak.go.id/content/2212-kompensasi-kerugian-fiskal

http://www.akuntansiitumudah.com/kompensasi-kerugian-fiskal/

http://www.auditcorner.com/2014/11/belajar-rekonsiliasi-pajak.html

http://zallrizal.blogspot.co.id/2013/11/rekonsiliasi-pajak.html

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai tambahan pada Aplikasi Spam Filter, Domain Specific feature juga diperhitungkan, yang akan digunakan untuk memeriksa e-mail sehingga Aplikasi Spam Filter ini tidak

!engan alat ukur ini perusahaan mampu menilai karakteristik dari calon !engan alat ukur ini perusahaan mampu menilai karakteristik dari calon karya"an apakah cocok dan sesuai

Selain Archaster typicus di pulau mandangin juga ditemukan spesies bintang laut Echinaster luzonicus , akan tetapi jumlah dari spesies tersebut yang ditemukan Pada saat

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pola kemunduran mutu ikan gurami ( Osphronemus gouramy ) pada penyimpanan suhu chilling secara subyektif dan

Untuk mendapatkan nilai kekerasan yang sama dengan nilai yang dimiliki oleh 1,5% agar pada media komersial, maka dilakukan percobaan dengan mengukur kadar karaginan hasil ekstraksi

Seseorang dapat dikatakan memiliki Locus of Control Internal bila orang tersebut memiliki keyakinan yang kuat bahwa dirinya dapat dikatakan memiliki Locus of

24 MAHMUD AZIS Jambur P.Matinggi, 07 Juli 1985 Jambur Padang Matinggi Wiraswasta S1 LULUS 25 NELLI JUNITA Huta Siantar, 21 Juni 1978 Mompang Julu Wiraswasta SMU LULUS 26 RAFIKAH

Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur