• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Geometri - DESKRIPSI PEMAHAMAN GEOMETRI SISWA BERDASARKAN LEVEL VAN HIELE DITINJAU DARI KECERDASAN SPASIAL PADA SISWA KELAS X MA AL HIDAYAH 1 PURWAREJA KLAMPOK - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Geometri - DESKRIPSI PEMAHAMAN GEOMETRI SISWA BERDASARKAN LEVEL VAN HIELE DITINJAU DARI KECERDASAN SPASIAL PADA SISWA KELAS X MA AL HIDAYAH 1 PURWAREJA KLAMPOK - repository perpustakaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual

1. Geometri

Menurut Ontario (2008), Geomerti adalah cabang ilmu matematika

yang penting untuk dipelajari karena mempelajari dunia siswa secara lebih

mendalam. Bentuk-bentuk geometri yang ada di alam meningkatkan

kreativitas dan kecerdikan siswa. Usiskin (1982) memberikan alasan

mengapa geometri perlu diajarkan yaitu pertama, geometri satu-satunya

bidang matematika yang dapat mengaitkan matematika dengan bentuk fisik

dunia nyata. Kedua, geometri satu-satunya yang dapat memungkinkan

ide-ide matematika yang dapat divisualisasikan, dan yang ketiga, geometri dapat

meberikakn contoh yang tidak tunggal tentang sistem matematika. Oktorizal

(2012) mengemukakan bahwa geometri merupakan cabang matematika

yang proporsi pembelajarkan disekolah relatif banyak karena pentingnya

konsep yang termuat dalam geometri. Secara terpisah, Bobango dalam

abdussakir (2010) mengemukakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran

geometri adalah agar siswa dapat bernalar secara matematik. Hal ini berarti

bahwa geometri lebih menuntut proses berpikir dalam pemecahan

masalahnya.

Untuk jenjang Sekolah Menengah Atas/Sederajat jenis geometri ruang

yang diajarkan dengan nama “ Dimensi tiga”. Materi ini diajarkan pada saat

kelas X . rincian materi geometri yang tercantum pada KTSP 2006 yang

(2)

Tabel 1. Rincian Standar Kopetensi dan Kompetensi Dasar Materi

Geometri.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Geometri

6. Menentukan kedudukan, jarak, sudut, dan besar sudut yang melibatkan titik, garis, dan bidang dalam ruang dimensi tiga

6.1 Menentukan kedudukan titik, garis, dan bidang dalam ruang garis dan bidang dan antara dua bidang dalam ruang dimensi tiga

Rincian materi dimensi tiga diatas dapat diajabarkan sebagai berikut :

a. Titik, garis, dan bilangan, b. Kedudukan titik, garis, dan bidang pada

bangun ruang, c. Luas permukaan dan volume bangun ruang, d. Proyeksi, e.

Menggambar bangun ruang, f. Menentukan jarak pada bangun ruang, g.

Sudut-sudut dalam ruang, h. Menggambar irisan bangun ruang.

2. Teori van hiele

Teori belajar yang dikemukakan oleh Van Hiele (1964), menguraikan

tahap-tahap perkembangan mental anak didik dalam bidang geometri.

Menurut Van Hiele, ada tiga (3) unsur utama dalam pengajaran geometri

yaitu, waktu, materi pengajaran, dan metode pengajaran yang diterapkan.

Jika ketiga hal tadi ditata secara terpadu akan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir anak didik pada tingkatan berpikir yang lebih tinggi.

Dalam mempelajari geometri kecerdasan spasial juga sangat

mempengaruhi kemampuan berpikir geometri siswa. Kemampuan ini

(3)

objek baik hubungannya dengan objek lain maupun orientasi objek itu

sendiri. Kecerdasan visual spasial tersebut akan berhubungan dengan level

kemampuan berpikir menurut teori Van Hiele, terutama level 0 (Visualisasi)

dan 1 (Analisis).

Van De Walle (2006) menjelaskan bahwa terdapat lima tingkatan

pada level Van Hiele :

1. Level 0 : Visualisasi (visualization)

Melihat bentuk geometri secara keseluruhan, tidak focus pada

sifat khusus mereka. Siswa pada level visualization mengenal dan

menanamkan bangun-bangun ruang berdasarkan pada tampilan bangun

ruang tersebut. Siswa mengenali bangun ruang atas dasar karakteristik

fisik secara umum tidak focus pada sifat khusus mereka. Pada level ini

siswa hanya baru mengenal bangun-bangun geometri seperti kubus,

balok, limas, prisma, dan bangun-bangun geometri lainnya. Hasil

pemikiran pemahaman pada level visualization adalah kelas-kelas atau

kelompok-kelompok yang begitu mirip. Penekanan pada level

visualization , bukanlah ada/tidaknya sifat/cirri atau isilah dari

geometri, melainkan siswa bekerja pada bentuk bangun ruang yang

mereka lihat dihadapan mereka dengan tujuan menekankan pada siswa

untuk mulai berimajinasi tentang bentuk bangun ruang yang tergolong

dalam kelompok bangun ruang tertentu (Van De Walle, 2006).

(4)

2. Level 1 : Analysis (Analisis)

Memahami sifat-sifat dari bangun ruang.Siswa pada tingkat

analisis dapat menyatakan semua bentuk bangun ruang dalam

golongan selain bentuk satuannya.Pada tahap ini siswa sudah

mengenal sifat-sifat bangun-bangun ruang, seperti ada sebuah kubus

banyak sisnya 6 buah, sedangkan banyak rusuknya ada 12. Namun

ketika siswa diberikan definisi baru dari konsep berbeda, maka siswa

akan cenderung tidak mengakui definisi baru tersebut (Van De Walle,

2006).

Contoh-contoh lain sifat bangun ruang :

Limas :

Sifat Bangun Ruang Limas Segiiga

- Mempunyai 4 sisi semuanya segitiga

- Alasnya berbentuk segitiga

H

G

E F

D C

(5)

- Volumenya adalah sepertiga dari alas dikali tinggi limas

Prisma :

- Terdiri dari 5 sisi , 3 sisi persegi panjang dan 2 sisi berbentuk

segitiga

- Bentuknya menyerupai bentuk tenda sederhana

- Alasnya bias segitiga atau persegi panjang tergantung posisi

bangun. Jika bentuk tenda maka alasnya berbentuk persegi panjang

- Volume dapat dicari dengan mengalikan luas alas dengan tinggi

3. Level 2 : Informal Deduction (Deduksi informal)

Melihat adanaya keterkaitan antara bentuk. Pada tahap Informal

Deduction pemahaman siswa terhadap geometri lebih meningkat lagi

dari sebelumnya yang hanya mengenal bangun-bangun ruang beserta

sifat-sifatnya, pada tahap ini siswa mulai menerima definisi yang

diberikan melalui konsep (Van De Walle, 2006). Siswa sudah mampu

memahami hubungan yang terkait antara sifat-sifat bangun

ruang.Hubungan yang terkait antara sifat-sifat bangun ruang dalam

materi geometri adalah kedudukan titik, garis dan bidang.

Contoh :

Diketahui : kubus ABCD.EFGH

(6)

Ditanya : titik yang terletak pada garis k

Titik yang terletak diluar garis k

Jawab :

a. Titik yang terletak pada garis k adalah titik B dan C

b. Titik yang terletak di luar garis k adalah titik A, B, C, D, D, E, F,

G, dan H

4. Level 3 : Deduction (Pemahaman Deduksi)

Membangun bukti bukan hanya menghafal, melihat

kemungkinan pengembangan bukti dalam lebih dari satu cara. Siswa

dalam tingkat ini mampu melakukan standar bukti matematika (Van

De Walle,2006). Kemajuan dari level 2 terdiri atas pemahaman yang

memadai dalam menyelesaikan masalah matematika dalam materi

geometri.Contoh : Diketahui kubus ABCD.EFGH dengan panjang

rusuk 5 cm. titik P pertengahan rusuk CG. Hitunglah jarak titik A ke

(7)

Jawab :

untuk mencari jarak titik A ke titik P maka harus mencari panjang garis

AP.

AP = √( ) ( )

=

√( √ )

(

)

=

=

=

AC = √( ) ( )

=√( ) ( )

P

A C

B A

P

(8)

= √

= √

= √

Jadi jarak titik A ke titik P adalah 7,5 cm

5. Level 4 : Rigor (Ketepatan)

Objek-objek pemikiran pada tingkat 4 berupa system-sistem

dasar dari geometri.Dalam tahap ini siswa sudah menyadari betapa

pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu

pembuktian. Misalnya siswa mengetahui pentingnya aksioma-aksioma

atau postulat-postulat dari geometri Euclid. Dalam tahapan ini

geometri sudah terlihat sebagai suatu yang abstrak, siswa dengan

membuktikan berdasarkan pada aksioma-aksioma yang berbeda tanpa

menghadirkan teori-teori konkrit. (Van de Walle, 2006). Contoh :

Jika diketahui kubus ABCD.EFGH, garis EG merupakan diagonal

bidang EFGH.Buktikan jika garis EG sejajar dengan bidang ABCD.

(9)

Bidang ADHE // bidang BCGF, sehingga jarak titik E ke titik A sama

dengan jarak titik G ke titik C, karena garis EG terletak pada bidang

EFGH maka garis EG sejajar dengan bidang ABCD

Setiap level telah menggunakan fase Van Hiele. Tetapi hanya dibatasi

pada level 2. Fase tersebut dapat digunakan utuk mempelajari setiap bentuk

geometri. Setiap bentuk geometri pasti memiliki sifat, komponen, dan hubungan

dengan bentuk geometri lainnya. Dengan bantuan fase-fase tersebut, seorang

guru diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan

berpikir geometri.

3. Kecerdasan Spasial

Kecerdasan spasial adalah kemampuan untuk memahami dunia

spasial secara akurat dan melakukan perubahan-perubahan pada persepsi

tersebut. Kecerdasan spasial melibatkan kepekaan terhadap warna, garis,

bentuk, ruang, dan hubungan-hubungan yang ada di antara unsur-unsur

tersebut. Kecerdasan spasial mencakup kemampuan untuk

memvisualisasikan, mewakili ide-ide spasial secara grafis, dan

mengorientasikan diri secara tepat dalam sebuah matriks spasial

(Armstrong, 2009). Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spasial adalah

kemampuan memvisualisasikan serta mengorientasikan diri pada suatu

keadaan spasial.

Howard Gardner (2007) mengatakan bahwa anak yang memiiki

kecerdasan spasial akan dapat menyelesaikan masalah ruang (spasial)

dengan cepat. Anak mampu mengamati dunia spasial secara akurat, bahkan

(10)

memvisualisasikan dengan grafik atau ide tata ruang (spasial). Dari hasil

penelitian yang dilakukan oleh Gardner, orang-orang memiliki kecerdasan

spasial ini lebih banyak dipengaruhi oleh otak kanan, yaitu bagian otak yang

bertugas memproses ruang. Kecerdasan spasial berhubungan dengan dunia

ruang sehingga sangat diperlukan dalam pelajaran geometri, karena dalam

materi ini siswa sering kali berhadapan masalah-masalah yang berkaitan

dengan menggambar dan menemukan obyek-obyek geometri yang bersifat

abstrak seperti menemukan titik, garis, bidang, dan bangun-bangun ruang

serta menggambarkannya dalam media gambar. Kecerdasan spasial

sebagian besar tergantung pada kemampuan untuk menggambar bentuk dan

ruang dari suatu objek, merupakan kemampuan untuk memikirkan bentuk.

Seseorang yang memiliki kecerdasan spasial yang baik memiliki ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Memberikan gambaran visual yang jelas ketika menjelaskan sesuatu;

b. Mudah membaca peta atau diagram;

c. Menggambar sosok orang atau benda persis aslinya;

d. Senang melihat film, slide, foto, atau karya seni lainnya;

e. Sangat menikmati kegiatan visual, seperti teka-teki atau sejenisnya;

f. Suka melamun dan berfantasi;

g. Mencoret-coret diatas kertas atau buku tugas sekolah;

h. Lebih memahami informasi lewat gambar daripada kata-kata atau uraian;

i. Menonjol dalam mata pelajaran seni (Masykur : 2007)

(11)

Mairer (1996) dalam papernya mengenalkan lima elemen yang

menjadi indikator dari kemampuan spasial yang didasarkan pada

bebrapa teori kecerdasan dan meta analisis serta sejumlah studi pada

kemampuan spasial.

Kelima elemen tersebut adalah sebagai berikut :

a) Persepsi Keruangan

Persepsi Keruangan merupakan kemampuan mengamati suatu

bangun ruang atau bagian-bagian ruang yang diletakkan pada posisi

horizontal atau vertikal. Proses mental elemen ini adalah statis

artinya hubungan antara subjek (pengamat) dan objek (benda yang

diamati) berubah, sedangkan hubungan keruangan antar bagian dari

objek tersebut tidak berubah. Unsur ini bisa dilatih menggunakan

water level test dan rod and frame test.

Gambar 1. Model tes untuk melatih elemen persepsi keruangan

penjelasan : siswa diminta menggambarkan permukaan air yang

terbentuk jika benda tersebut dimiringkan (Prabowo, 2011)

b) Visualisasi Keruangan (Spatial Visualitation)

Visualisasi keruangan sebagai kemampuan untuk

(12)

bangun ruang yang bagian-bagiannya mengalami perubahan atau

perpindahan. Proses mental elemen ini adalah dinamis, artinya

hubungan keruangan antara objek-objek berubah. Contohnya bangun

ruang yang dipotong oleh sebuah bidang datar atau gambar bangun

ruang dibandingkan dengan jaring-jaringnya yang digambar secara

paralel dengan sudut miring.

Gambar 2. Model tes untuk melatih elemen visualisasi

keruangan. Penjelasan : Siswa diminta menemukan jaring-jaring

yang dapat membentuk objek kubus yang disajikan. (Prabowo, 2011)

c) Rotasi Pikiran (Mental Rotation)

Rotasi pikiran, mencakup kemampuan merotasikan suatu

bangun dimensi dua ataupun dimensi tiga secra cepat dan tepat.

Kemampuan ini sekarang semakin penting karena banyak orang

bekerja dengan software grafis. Proses mental elemen ini adalah

dinamis.

Gambar 3. Model tes untuk melatih elemen rotasi pikiran.

Penjelasan : siswa diminta menemukan bangun yang tepat jika

(13)

d) Relasi Keruangan (Spatial Relation)

Relasi keruangan merupakan kemampuan untuk memahami

bentuk suatu benda ataupun bagian-bagian dari bendak tersebut serta

memahami hubungan antara bagian yang satu dengan yang lain.

Misalnya seseorang harus dapat mengenali identitas suatu benda

yang ditunjukkan dengan posisi berbeda. proses mental dari elemen

ini adalah statis.

Gambar 4. Model tes untuk melatih elemen relasi keruangan.

Penjelasan : siswa diminta menemukan dadu yang benar jika

dilihat dari berbagai sisi dengan memperhatikan

identitas/unsur-unsur dari dadu tesebut (Prabowo,2011)

e) Orientasi Keruangan (Spatial Orientation)

Orientasi keruangan adalah kemampuan untuk mencari

pedoman sendiri secra fisik atau mental didalam ruang , atau

berorientasi dari seseorang didalam situasi keruangan yang

istimewa.mental dari elemen ini adalah dinamis. Contohnya sebuah

bangun dilihat dari berbagai arah.

(14)

Penjelasan : siswa diminta menetukan wujud yang terlihat dari

suatu benda jika dilihat dari berbagai macam arah (Prabowo,2011)

Dalam penelitian ini pada soal tes kecerdasan spasial dengan

materi geometri menggunakan indikator, persepsi keruangan,

visualisasi keruangan, rotasi pikiran, relasi keruanganndan orientasi

keruangan. Sedangkan pada soal pemahaman Van Hiele

menggunakan tahapan atau level 0 visualisasi, pada tahap ini siswa

mulai belajar mengenal suatu bentuk geometri secara keseluruhan,

namun belum mampu mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk

geometri yang ditanyakan. Level 1 analisis, siswa sudah mulai

mengenal sifat-sifat yang similiki benda geometri yang diamati,

siswa sudah mampu menyebutkan keteraturan yang terdapat pada

beda geometri. Level 2 deduksi informal, siswa sudah mampu

melakukan penarikan kesimpulan, siswa sudah mampu mengetahui

hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda

geometri lainnya. Level 3 pemahaman deduksi, siswa sudah mampu

menarik kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari

hal-hal yang bersifat umum menuju khusu dan level 4 rigor, siswa

sudah mulai menyadari betapa pentingnya ketepatan dari

prinsip-prinsip daras yang melandasi suatu pembuktian.

B. Penelitian Relevan

Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan beberapa referensi

tentang penelitian lain yang relevan dengan hal yang akan diteliti. Menurut Aini

(15)

tahap pengenalan, tahap analisis, tahap pengurutan, tahap deduksi dan tahap

akurasi. Menurut Khusnul (2014) peningkatan kemampuan pemecahan masalah

geometri siswa dalam menggunakan pembelajaran kooperatif berbasis teori Van

Hiele lebih baik, dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, karena

diperoleh hasil tes pada tingkat 0 : 70 % siswa dari kelompok eksperimen naik ke

tingkat berikutnya, sementara pada kelas control hanya 23,4% yang pindah dari

tingkat 0 ke tingkat selanjutnya.sedangkan menurut Asis (2015) dalam

menyelesaikan masalah geometri terkait kerangka acuan, subjek laki-laki lebih

dominan menggunakan kemampuan spasialnya sedangkan subjek perempuan

menggunakan kemampuan spasial dan penalaran logisnya secara bersama-sama.

Penelitian yang dilakukan Aini (2008) dan Khusnul (2014) memiliki beberapa

keterkaitan dan perbedaan dengan penelitin yang akan dilakukan. Keterkaitan

penelitian Aini (2008) dengan Khusnul (2014) yaitu sama-sama membahas

geometri berdasarkan teori Van Hiele. Sedangkan keterkaitan dengan penelitian

Asis (2015), yaitu sama-sama membahas tentang kecerdasan spasial pada

geometri.Penelitian-peneliian diatas juga memiliki beberapa perbedaan.

Perbedaannya terletak pada,tempat, pengambilan subjek penelitian, metode

penelitian.

C. Kerangka Pikir

Kemampuan pemahaman terhadap materi geometri diperlukan tidak hanya

untuk memecahkan masalah dalam proses pembelajaran, namun kemampuan

pemahaman terhadap materi geometri juga diperlukan dalam kegiatan sehari-hari.

(16)

tingkatan, dimulai dari level yang paling rendah (level 0) yaitu visualization

menuju level paling tinggi yaitu Rigor (level 4) (Van De Walle,2006). Setiap

siswa memiliki pengalaman belajar yang berbeda-beda. Hal ini akan berakibat

pada tingkat kemampuan peahaman geometri yang dimiliki siswa berbeda-beda

pula. Dalam mempelajari geometri dibutuhkan kecerdasan spasial yang memadai,

sehingga tujuan dari pembelajaran geometri dapat dipenuhi oleh siswa. Dalam

mempelajari geometri kecerdasan spasial juga sangat mempengaruhi kemampuan

berpikir geometri siswa. Kecerdasan ini membantu siswa untuk memahami

hubungan antar objek dan lokasi mereka dalam dunia tiga dimensi. Spasial

adalah kemampuan untuk merasakan objek baik hubungannya dengan objek lain

maupun orientasi objek itu sendiri. Kecerdasan spasial tersebut akan

berhubungan dengan level kemampuan berpikir geometri menurut Van Hiele,

terutama level 0 dan 1.Prestasi yang dimiliki siswa berbeda-beda seuai dengan

tingkat pengetahuan yang dimilikinya. Karena prestasi siswa berbeda-beda, maka

diduga proses berpikir siswa dalam pengerjaan soal geometri juga berbeda,jadi

disini peneliti menduga bahwa siswa yang memiliki kemampuan proses berpikir

level 4 Van Hiele maka akan mampu mengerjakan soal bertipe kemampuan

(17)

Gambar

Tabel 1. Rincian Standar Kopetensi dan Kompetensi Dasar Materi
Gambar 1. Model tes untuk melatih elemen persepsi keruangan
Gambar 2. Model tes untuk melatih elemen visualisasi
Gambar 4. Model tes untuk melatih elemen relasi keruangan.

Referensi

Dokumen terkait

Subjek Retribusi Pasar Grosir dan/ atau Pertokoan adalah orang pribadi atau Badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan penyediaan fasilitas pasar grosir berbagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran berbasis masalah tipe Mothes pada konteks pencemaran air sungai akibat limbah pemukiman ditinjau dari

Hal ini disebabkan karena nam a array sebenarnya sudah m enunj uk suat u alam at sehingga t anda & t idak lagi dibut uhk an.. Pernyat aan ini digunakan agar point er array

Termoakustik mempunyai sejarah yang panjang, dimulai lebih dari dua abad yang lalu. Subjek yang menjadi pokok dari penelitian termoakustik adalah suatu fenomena dimana gelombang

[r]

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Purwokerto Judul : Analisis Perbaikan Susut Energi Pada Jaringan.. Menengah Penyulang Kalibakal 03

Pencahayaan alami adalah sumber pencahayaan yang berasal dari sinar matahari. Sinar alami mempunyai banyak keuntungan, selain menghemat energi listrik juga dapat membunuh

selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan penlisan skripsi ini.. Bapak dan Ibu