• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Sekolah Dalam Mendorong Keaktifan Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan Di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah Karangjati, kecamatan Bergas, kabupaten Semarang Tahun 2016 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Upaya Sekolah Dalam Mendorong Keaktifan Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan Di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah Karangjati, kecamatan Bergas, kabupaten Semarang Tahun 2016 - Test Repository"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA SEKOLAH

DALAM MENDORONG KEAKTIFAN SISWA

DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KEAGAMAAN

DI MADRASAH TSANAWIYAH AL USWAH KARANGJATI,

KEC. BERGAS, KAB. SEMARANG TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

FATMA MAULIDA NIM: 111-12-042

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

َُّعَي ٍَْيِرَّنا َٔ َىْيَِْسْتِا ْيِف ٌج َْٕسُأ ْىُكَن ْتََ اَك ْدَق

...

(

حُٓتًًنا

:

٤

)

Artinya:

“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan

orang-orang yang bersama dengan dia...” (QS. Al Mumtahana :4)

َس ِخَلأا َو َْٕيْنا َٔ َالله ُْٕج ْسَي ٌََاك ًٍَِْن ٌحََُسَح ٌج َْٕسُأ ِالله ِل ُْٕسَز ْيِف ْىُكَن ٌََاك ْدَقَن

ًاسْيِثَك َالله َسَكَذ َٔ

(

بازحلأا

:

21

)

Artinya:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

(7)

PERSEMBAHAN

Karya kecil ini kupersembahkan kepada:

1. Kepada Ibu Umayah serta bapak Kasiran sebagai orang tua ku yang telah

mendukung dan do’a yang diberikan selama ini, semoga Allah SWT selalu

memberikan kesehatan dan keselematan kepadanya dan Allah SWT selalu

meridho’i-Nya kepada mereka berdua.

2. Untuk suamiku yaitu Miftakhul Arifin sebagai pemimpin dalam keluarga kecilku, semoga Allah SWT selalu menjaganya dalam keadaan apapun. 3. Para dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan bekal ilmu untuk masa

depanku, mulai semester awal hingga akhir.

4. Kepada bapak Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memotivasi saya dengan sabar dan ikhlas hingga sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Sahabatku Lisna Oktavia yang selalu siap untuk aku ajak berjuang demi kelancaran skripsi.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat han hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah kita nanti-nantikan syafa’atnya kelak di yaumul kiyamah. Segala syukur penulis panjatkan sehingga dapat menyelesaikan tugas skripsi ini dengan judul “UPAYA SEKOLAH DALAM MENDORONG KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MADRASAH TSANAWIYAH AL USWAH, KARANGJATI, KECAMATAN

BERGAS, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016”.

Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan, sehingga dalam menyelesaikannya penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan

(9)
(10)

ABSTRAK

Maulida, Fatma. 2016. “Upaya Sekolah Dalam Mendorong Keaktifan Siswa Dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan Di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah Karangjati, kecamatan Bergas, kabupaten Semarang Tahun

2016”. Program Studi S1 PAI Institut Agama Islam Negeri. Pembimbing Dr. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd.

Kata Kunci: Kegiatan Keagamaan, Metodologi Pendidikan Agama Islam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan apa yang ada di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (a) Apa bentuk kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016, (b) Apa upaya sekolah dalam mendorong keaktifan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016, (c) Bagaimana tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016, (d) Apa problem dan solusi yang dihadapi di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016, untuk menjawab pertanyaan tersebut peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Dalam melaksanakan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif, yang dari penelitian tersebut menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Adapun subjek dan objek penelitian tersebut yaitu kepala sekolah, koordinator agama dan guru mata pelajaran agama Islam sedangkan objeknya yaitu MTs Al Uswah Bergas. Dalam proses pengumpulan data, penulis menggunakan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun dalam proses pengecekan dan keabsahan data, peneliti menggunakan metode triangulasi data yaitu dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .i

HALAMAN BERLOGO ... .ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... .iii

HALAMAN PENGESAHAN ... .iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... .v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 5

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 6

E. Penegasan Istilah ... 7

F. Metode Penelitian ... 8

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian...8

2. Kehadiran Peneliti...8

3. Lokasi Penelitian...9

(12)

6. Analisi data...11

7. Pengecekan Keabsahan Data...12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI ... 16

A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi...16

2. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik...16

3. Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 18

B. Metodologi Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Metodologi Pendidikan Agama Islam...19

2. Ruang Lingkup Metodologi Pendidikan Agama Islam...21

3. Tujuan Metodologi Pendidikan Agama Islam...23

C. Pendekatan Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendekatan Pendidikan Agama Islam...26

2. Macam-Macam Pendekatan Pendidikan Agama Islam...26

D. Metode Pembiasaan 1. Pengertian Metode Pembiasaan...29

2. Landasan Teori Metode Pembiasaan...29

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan...30

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN...32

A. Paparan Data Madrasah Tsanawiyah Al Uswah ... 32

(13)

3. Visi dan Misi ... 33

4. Sarana dan Prasarana...34

5. Data Ketenagaan dan Siswa...36

6. Kegiatan Ekstrakulikuler...40

7. Jadwal Pembiasaan Sholat Dhuha dan Dhuhur...41

8. Struktur Organisasi...43

B. Temuan Penelitian…...43

1. Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah...44

2. Upaya Sekolah dalam Mendorong Keaktifan Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah...48

3. Tingkat Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah...49

4. Problematika Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah...52

BAB IV PEMBAHASAN...54

A. Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah...54

B. Upaya Sekolah dalam Mendorong Keaktifan Siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah...60

(14)

BAB V PENUTUP...73

A. Kesimpulan...73

B. Saran...75

DAFTAR PUSTAKA...76 RIWAYAT HIDUP PENULIS

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing 3. Surat Izin Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian 5. Daftar Inisial

6. Lembar Konsultasi 7. Dokumentasi

8. Jadwal Kegiatan Siswa

9. Catatan Kabid Daftar Siswa Madrasah Tsanawiyah Al Uswah 10.Daftar Alamat Guru Madrasah Tsanawiyah Al Uswah

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan merupakan suatu instuisi, media, forum, atau situasi dan kondisi tertentu yang memungkinkan terselengaranya proses pembelajaran, baik secara terstruktur maupun secara tradisi yang telah diciptakan sebelumnya (Roqib, 2009: 121). Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki tujuan, sistem, kurikulum, gedung jenjang, dan jangka waktu yang telah tersusun rapi dan lengkap. Salah satunya yaitu madrasah yang memiliki potensi besar sebagai sekolah umum yang bercorak Islam dengan memadukan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum didalamnya.

(17)

dorongan untuk bisa membangkitkan semangat siswanya di sekolah. Guru adalah fasilitator bagi siswa, yang memberikan arahan dengan baik.

Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Oleh karena itu guru yang merupakan salah satu unsur di bidang kependidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang (Sardiman, 1994: 123). Guru juga sebagai teladan bagi siswanya, guru harus bisa memberikan contoh keteladan yang bisa memotivasi siswa sehingga apa yang dilakukan guru dapat ditiru siswa dengan baik. Di

Madrasah Tsanawiyah Al Uswah guru melaksanakan kegiatan sholat berjama’ah

dengan giat maka akan ditiikuti dengan siswa yang bersemangat juga dalam melaksanakan kegiatan rutinitas tersebut di sekolahan. Sehingga antara guru dan siswa saling melaksanakan kewajibannya dengan tujuan yang sama yaitu untuk melatih kedisiplinan dan juga ibadah tersebut dilaksanakan semata-mata hanya karena untuk mendapatkan ridho Allah SWT.

(18)

memberikan peluang bagi siswanya untuk terus beraktifitas terutama di dalam maupun dilingkungan sekolah. Salah satunya adalah di Madrsah Tsanawiyah Al Uswah yang bisa dikatakan adalah sekolah yang kebanyakan siswanya adalah aktif dalam mengikuti semua kegiatan keagamaan yang ada di sekolahannya. Kegiatan yang ada disekolah sangat diperlukan karena dengan adanya kegiatan tersebut mampu mendorong minat siswa untuk terus melakukan kegiatan tanpa adanya suruan dari guru.

Salah satunya di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah yang memiliki banyak kegiatan keagamaan akan tetapi disisi lain banyak faktor yang mempengaruhinya. Kurangnya kesadaran dari siswa ketika melaksanakan kegiatan keagamaan seperti sholat dhuha dan dhuhur jamaah yang terkadang siswa ada yang males, terlalu lama ketika mengambil air wudhu dan juga alasan lainnya. Sekolah yang berbasis Islam ini sebagian sudah ada yang tertib dalam hal keagamaan seperti halnya ketika sholat dhuha yang dilaksankan setiap harinya dengan bergantian sesuai urutan kelas mulai dari kelas tujuh sampai dengan kelas sembilan. Sholat dhuha di sekolahan sudah dilaksanakan dari tahun ke tahun sehingga anak-anak sudah terbiasa dengan adanya kegiatan tersebut.

(19)

dilaksanakan di aula sebagai mushola khusus untuk melaksankan kegiatan keagamaan. Akan tetapi disisi lain masih ada siswa yang bertele-tele ketika hendak mengambil air wudhu sebelum melaksankan sholat. Terutama bagi anak putra, ada yang mainan sama temannya, ada yang masih nongkrong di depan tempat wudhu. Namun tidak memungkiri pula bahwa ketika mendengar adzan tiba seluruh siswa di Madrasah Tsanawiyah langsung bergegas langsung keluar untuk melaksanakan sholat dhuhur berjamaah, dengan di imam dari salah satu guru di Madrasah Tsanawiyah sesuai jadwal yang sudah dibuat. Di Madrasah Tsnawiyah Al Uswah juga dibiasakan guru kelas atau wali untuk membaca asmaul husna sebagai kegiatan apel pagi di dalam kelas masing-masing.

(20)

tahlil, dan ketika salah satu orang tua ada yang meninggal dapat mendo’akanynya dengan tahlil. Maka dari itu diharuskan bisa tahlil khusus untuk kelas sembilan.

Banyak permasalahan yang menjadi faktor untuk mengetahui bagaimana upaya sekolah tersebut untuk mendorong semangat dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah. Demi menjawab uraian permasalahan dan pemikiran tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul : UPAYA SEKOLAH DALAM MENDORONG KEAKTIFAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN KEAGAMAAN DI MADRASAH TSANAWIYAH AL USWAH, KARANGJATI, KECAMATAN BERGAS, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016.

B.Rumusan Masalah

Sebagai pokok permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis merumuskan beberapa pokok permasalahan, yaitu:

1. Apa bentuk kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016 ?

2. Apa upaya sekolah dalam mendorong keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan sholat berjamaah di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016 ?

(21)

4. Apa problem dan solusi yang dihadapi di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016 ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bentuk kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016.

2. Untuk mengetahui upaya sekolah dalam mendorong keaktifan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016.

3. Untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016.

4. Untuk mengetahui problematika yang dihadapi di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016.

D. Manfaat Penelitian

(22)

1. Manfaat Theoretical

Secara teorietis penelitian ini akan memberikan wawasan dan pengetahuan, mengenai upaya sekolah dalam mendorong keaktifan siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian sebagai bahan masukan, terutama bagi sekolah dan guru di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, mengenai upaya sekolah dalam mendorong keaktifan siswa untuk mengikuti kegiatan keagamaan.

E. Penegaasan Istilah

Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul skripsi di atas, maka penulis akan memaparkan penegasan istilah sebagai berikut:

1. Keaktifan

Aktif yang berasal dari giat (bekerja, berusaha) sedangkan keaktifan adalah kegiatan yang dilakukan dengan kesibukan (Poerwadarminta KUBI, 2007: 20).

Aktif adalah pembelajaran model PAKEM yang digunakan dengan memungkinkan peserta didik berinteraksi secara aktif dengan lingkungan, memanipulasi obyek tersebut.

(23)

2. Keagamaan

Agama adalah segenap kepercayaan kepada Tuhan serta dengan ajaran kebangkitan dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu sedangkan keagamaan adalah sifat-sifat yang terdapat dalam agama atau segala sesuatu mengenai agama (Poerwadarminta KUBI, 2007: 10).

F. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian, metode mutlak diperlukan karena merupakan cara yang teratur dan sistematis untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Metode ini diperlukan agar hasil penelitian dapat diperoleh secara optimal.

1. Pendekatan dan Jenis penelitian

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2009: 6).

2. Kehadiran Peneliti

(24)

Pengertian instrumen atau alat penelitian disini tepat karena peneliti menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian (Moleong, 2009: 168).

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Kelurahan Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.

4. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip oleh (Moleong, 2009: 168) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis dan foto.

Jenis-jenis data diatas digolongkan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan langsung dari informan utama yaitu kepala sekolah dan guru agama dan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah. Sedangkan sumber data sekunder adalah sumber data yang mendukung penelitian seperti dari guru mata pelajaran lain selain agama dan juga bahan pustaka serta dokumentasi lapangan.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu: a. Teknik Observasi

(25)

situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu (Zaenal, 2011: 153). Tehnik ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah. b. Teknik Interview atau wawancara

Teknik wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (Burgin, 2011: 155).

Wawancara merupakan percakapan antar muka dalam kesempatan dimana pihak (guru, siswa dan orang tua) menggunakan keingintahuannya untuk saling berbagi pengetahuan dan pemahaman terhadap suatu isu, topik atau masalah yang menjadi minat bersama (Basuki, 2014: 61).

Interview atau wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang:

1) Bentuk kegiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016. 2) Upaya sekolah dalam mendorong keaktifan siswa di Madrasah

Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016.

(26)

4) Problematika yang dihadapi di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang tahun 2016. c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini digunakan unuk memperoleh data keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan di Madrsah Tsanawiyah Al Uswah. 6. Analisis Data

Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar (Kasiram, 2010: 288).

Sifat interaktif koleksi data atau pengumpulan data dengan analisis data menurut Hubermen dan Miles (Bungin, 2012: 69-70) yaitu:

a. Data Colection

Peneliti harus mengumpulkan data dengan melakukan perbandingan-perbandingan yang ada di lapangan. Tanpa secara aktif melakukan perbandingan-perbandingan dalam pengumpulan data tak akan mungkin terjelajah dan terlacak secara induktif hingga ke tingkat memadai muatan-muatan yang tercakup dalam suatu konsep, kategori atau teori.

b. Data Reduction

(27)

c. Data Display

Reduksi data juga perlu diorganisasikan ke dalam suatu bentuk tertentu (display data) sehingga terlihat lebih utuh, itu dibuat mirip semacam pembuatan

tabel atau diagram dalam tradisi penelitian kuantitatif.

d. Conclusion Drawing dan Verifying

Dalam penelitian kulalitatif diperlukan upaya pemaparan dan penegasan kesimpulan.

7. Pengecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data menggunakan metode triangulasi dapat didefinisikan sebagai penggunaan dua atau lebih metode pengumpulan data dalam suatu penelitian. Tujuan triangulasi ialah untuk menjelaskan lebih lengkap tentang kompleksitas tingkah laku manusia dengan lebih dari satu sudut pandang dengan menggunakan, baik data kuantitatif maupun data kualitatif.

(28)

Hal ini dapat dicapai dengan jalan:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegah atau tinggi, orang berada, dan orang pemerintahan. 5) Membandingkan dengan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Rangkaian laporan penelitian disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

(29)

dan Tujuan Metodologi Pendidikan Agama Islam serta menjelaskan teori tentang motivasi.

BAB III : LAPORAN PENELITIAN

Merupakan pembahasan tentang gambaran umum Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Karangjati, Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang meliputi identitas Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, sejarah Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, visi dan misi Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, sarana dan prasarana Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, data ketenagaan dan siswa Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, kegiatan ekstrakulikuler Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, Struktur Organisasi Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, jadwal kegiatan keagamaan Madrasah Tsanawiyah Al Uswah, dan temuan data penelitian.

BAB IV : ANALISIS DATA

(30)

BAB V : PENUTUP

(31)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2009: 73).

Menurut Mc. Donald, yang dikutip oleh Djamarah (2011: 148) motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Dalam proses belajar motivasi sangat diperlukan dalam aktivitas belajar. Karena dalam memotivasi dirinya yaitu dengan motivasi instrinsik atau motivasi dari dalam diri siswa tersebut dan pemberian motivasi dari luar yaitu motivasi ekstrinsik.

2. Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik a. Motivasi Instrinsik

Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.

(32)

1) Faktor fisiolologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

a. Keadaan tonus jasmani pada umumnya

Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar.

b. Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu

Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu adalah keadaan fungsi tertentu, terutama terkait dengan panca indra yang ada dalam diri individu.

2) Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Djamarah, 2011: 149-151).

Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial:

1) Faktor nonsosial

(33)

2) Faktor sosial

Faktor sosial adalah faktor-faktor diluar individu yang berupa manusia. Faktor eksternal yang bersifat sosial yaitu faktor yang bersal berasal dari keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat termasuk teman pergaulan anak (Sriyanti, 2014: 20-21). 3. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Fungsi motivasi dalam belajar yaitu:

a. Motivasi sebagai pendorong perbuatan

Pada mulanya anak didik tidak ada hasrat untuk belajar, tetapi karena ada sesuatu yang dicari muncullah minatnya untuk belajar. Sesuatu yang dicari itu dalam rangka untuk memuaskan rasa ingin tahunya dari sesuatu yang akan dipelajari. Sesuatu yang belum diketahui itu akhirnya mendorong anak didik untuk belajar dalam rangka mencari tahu.

b. Motivasi sebagai pengerak perbuatan

(34)

c. Motivasi sebagai pengarah perbuatan

Anak didik yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Seorang anak didik yang ingin mendapatkan sesuatu dari suatu mata pelajaran tertentu, tidak mungkin dipaksakan untuk mempelajari mata pelajaran yang lain. Pasti anak didik akan mempelajari mata pelajaran di mana tersimpan sesuatu yang akan dicari itu. Sesuatu yang akan dicari anak didik merupakan tujuan belajar yang akan dicapainya. Tujuan belajar itulah sebagai pengarah yang memberikan motivasi kepada anak didik dalam belajar (Djamarah, 2011: 157-158).

B. Metodologi Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Metodologi Pendididikan Agama Islam a. Secara Bahasa

Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata: “metodos” berarti “cara” atau “jalan”, dan “logos” yang berarti

“ilmu”.

b. Secara Istilah

1) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Metode”

(35)

2) Menurut Mahmud Yunus yang dikutip oleh Arief, (2002: 87)

mengatakan metode adalah “jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu

pengetahuan lainnya”.

3) Istilah Metodologi Pengajaran sebenarnya sama dengan Metodik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau tehnik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Usman, 2004: 4). 4) Menurut M. Zein yang dikutip Arief, (2002: 88), menjelaskan

metodologi Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan yang dikehendaki.

Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa Metodologi Pendidikan Agama Islam adalah cara yang paling tepat untuk digunakan seseorang terutama pendidik dalam proses pembelajaran dengan anak didik dengan menggunakan metode-metode tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

(36)

Pendidikan Agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk meujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008: 75).

Ajaran Islamlah yang pertama kali menyuruh orang untuk menuntut ilmu sepanjang hayat, seperti sabda Nabi Muhammad saw:

ِدْ ّهنا َٗنِ دًَْْٓنا ٍَِي َىْهِعناا ُٕثُهْ ُا

Artinya : “Tuntutlah ilmu itu sejak ari ayunan sampai keliang kubur”.

2. Ruang Lingkup Metodologi Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam pada dasarnya mencakup tujuh

unsur pokok yaitu: Al Qur’an Hadits, keimanan, syariah, ibadah, muamalah,

akhlak dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik (Muhaimin, 2008: 79).

Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Strategi dan pendekatan yang dipakai dalam pengajaran agama Islam lebih

banyak ditekankan pada suatu model pengajaran “seruan” atau “ajakan” yang

(37)

Menurut Abu Ahmadi, dalam bukunya “Didaktik dan Metodik”

mengatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam pada dasarnya mengacu kepada lima hal seperti di bawah ini:

a. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan suatu aktivitas.

b. Bahan Pembelajaran

Bahan disebut juga dengan materi yaitu: sesuatu yang diberikan kepada siswa saat berlangsungnya proses mengajar (PBM).

c. Strategi Pembelajaran

Strategi yang berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus” adalah tindakan guru dalam

melaksanakan rencana pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pembelajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evalusi).

d. Media Pembelajaran

(38)

e. Evaluasi

Evalusi atau penilaian pada dasarnya memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar (Arief, 2002: 89-92). 3. Tujuan Metodologi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin, 2008: 78).

Pendidikan Agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT (Usman, 2002: 4).

Tujuan Pendidikan Agama yaitu:

(39)

membina generasi muda yang baik dan jiwanya diisi dengan cipta kebaikan untuk diri dan masyarakatnya kelak.

b. Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara-cara menunaikan ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar-syiar agama dan mentaatinya.

c. Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan adab sopan santun Islam serta membimbing kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaran agama atas dasar cinta dan senang hati.

d. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah. e. Membina perhatian siswa terhadap aspek-aspek kesehatan, seperti

memelihara kebersihan dalam beribadah, belajar, olahraga, makanan bergizi, menjaga kesehatan dan berobat.

f. Membiasakan siswa-siswa bersikap rela, optimis, percaya pada diri sendiri, menguasai emosi, tahan menderita dan berlaku sabar.

(40)

orang lain dan memelihara hak milik pribadi, negara dan kepentingan umum.

h. Membiasakan siswa bersopan santun di rumah, sekolah dan di jalan. Sopan santun berkunjung, berbiacara, mendengar pembicaraan orang, berdiskusi dan pertemuan umum lainnya.

i. Membina siswa agar menghargai kerja, meyakini kepentingan kerja baik terhadap individu maupun masyarakat serta peranannya terhadap peningkatan taraf hidup dan kemajuan bangsa.

j. Siswa merasa bangga dengan warisan kebudayaan Islam, kemegahannya yang abadi, kepahlawanan, pemimpin-pemimpin Islam, dan karya-karya mereka di waktu perang ataupun damai. Sehingga mereka ingin mencari dalam sejarah para pahlawan yang merupakan contoh teladan yang didambakan.

k. Menyadari bahwa ikatan yang baik pada Rasulullah dan sejarah para sahabat mengembangkan ajaran agama, membela hak milik dan tanah air kaum muslimin.

l. Memperkuat rasa nasionalisme yang tercermin dalam kecintaan tanah air, loyal, siap berkorban, untuk memelihara kemerdekaan dan meyakini agama Islam.

(41)

C. Pendekatan Pendidikan Agama Islam a. Pengertian Pendekatan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendekatan adalah: 1) Proses perbuatan, cara mendekati

2) Usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode-metode untuk mencapai pengertian tentang masalah penelitian. Dalam bahasa Inggris, pendekatan diistilahkan dengan:”approach” dalam bahasa Arab disebut dengan

“madkhal”.

Dalam proses pendidikan Islam, pendekatan mempunyai kedudukan yang paling penting dalam upaya mencapai tujuan, karena menjadi sarana yang sangat bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat dipahami atau diserap oleh anak didik dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah lakunya (Arief, 2002: 99-100).

b. Macam-Macam Pendekatan

Pendekatan-pendekatan yang dipakai dalam pendidikan Islam adalah: 1) Pendekatan Filosofis

Berdasarkan pendekatan filosofis, Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai-nilai ajaran Islam menurut konsepsi filosofis,

(42)

saw. Pendekatan filosofis ini memang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau “homo rational” sehingga segala sesuatu yang menyangkut pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan (Arief, 2002: 100). 2) Pendekatan Induksi-Deduksi

1. Pendekatan Induksi

Pendekatan Induksi adalah suatu pendekatan yang penganalisannya secara ilmiah, bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa) khusus untuk menentukan hukum (kaidah) yang bersifat umum (universal).

2. Pendekatan Deduksi

Pendekatan Deduksi adalah kebalikan dari pendekatan induksi. Induksi bergerak dari hal-hal yang khusus ke umum, sementara deduksi adalah sebaliknya, yaitu suatu cara analisa ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kepada hal-hal yang bersifat khusus.

3) Pendekatan Sosio-Kultural

(43)

4) Pendekatan Fungsional

Pendekatan fungsional adalah penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan berdasarkan kepada pendekatan ini, materi yang dipersiapkan untuk disampaikan kepada anak didik adalah materi yang sesuai dengan kebutuhan anak didik dalm kehidupan bermasyarakat. Karena harus disadari sepenuhnya bahwa materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik tidak hanya sekedar untuk memajukan aspek kognitifnya, tetapi juga untuk kelangsungan kehidupannya di masa-masa mendatang.

5) Pendekatan Emosional

Emosional, secara lughawi berarti “menyentuh perasaan mengharukan”. Secara terminologi, pendekatan emosional adalah

“usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini,

memahami dan menghayati ajaran agamanya”.

Melalui pendekatan emosional, setiap guru atau pendidik selalu

berusaha untuk “membakar” semangat anak didiknya dalam

melaksanakan ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan tuntunan Al

(44)

D. Metode Pembiasaan

a. Pengertian Pembiasaan

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah:

1) Lazim atau umum 2) Seperti sedia kala

3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam.

b. Landasan Teori Metode Pembiasaan

(45)

Pendekatan pembiasaan sangat baik dalam menanamkan nilai-nilai positif ke dalam diri anak terutama ketika anak tersebut dalam perkembangan usia remaja sampai dewasa kelak, seperti halnya yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah melatih anak didiknya dengan membiasakan kegiatan keagamaan yaitu sholat berjamaah baik itu sholat dhzuhur ataupun dhuha setiap harinya.

Pendekatan ini akan berhasil jika dengan diimbangi pemberian contoh atau tauladan dari pendidik yaitu guru untuk memberikan contoh secara langsung dengan praktek yang dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah degan mendampingi anak didiknya.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan

Sebagaimana pendekatan-pendekatan lainnya dalam proses pendidikan, pendekatan pembiasaan tidak terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan.

1) Kelebihan

Kelebihan pendekatan pembiasaan adalah: 1. Dapat menghemat tenaga dan waktu yang baik.

2. Pembiasaan tidak hanya berkaitan dengan lahiriyah aspek tetapi juga berhubungan dengan aspek batiniyah.

(46)

2) Kekurangan

(47)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data Madrasah Tsanawiyah Al Uswah Bergas 1. Identitas Sekolah

Tabel 3.1 Identitas Madrasah Tsanawiyah Al Uswah

1 Nama Madrasah Madrasah Tsanawiyah Al Uswah Bergas

2 Alamat Jalan Masjid Tegal Sari, Bergas Lor, Kabupaten Semarang

3 Nama Yayasan Yayasan Al Uswah

4 NPSN dan NSM 20364431 dan 121233220022 5 Jenjang Akreditasi Akreditasi A

6 Tahun Pendirian 1 Januari 1974 7 Status Bangunan Wakaf

8 Nama Kepala Sekolah Mahendro Nova Wijaya, S.Pd 9 Waktu KBM 07.00-13.00 WIB

(48)

2. Sejarah Singkat Madrasah Tsanawiyah Al Uswah a. Riwayat Sekolah

Madrasah Tsanawiyah Al Uswah berada di tengah-tengah kawasan daerah industri, lingkungan yang dikelilingi banyak pabrik. Tahun berdirinya Madrasah Tsanawiyah pada tanggal 1 Januari 1974. Madrasah ini berada tepat di samping masjid Tegal Sari, yang sampai saat ini masjid tersebut masih digunakan untuk kegiatan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah. Madrasah Tsanawiyah juga berada di tengah lingkungan yang mana mayoritas penduduknya Nahdiyin. Madrasah ini sekarang di pimpin oleh seorang kepala sekolah yang bernama Mahendro Nova Wijaya, S.Pd.

b. Pimpinan Sekolah

Madrasah Tsanawiyah Al Uswah pada tahun 2016 dipimpin oleh Kepala Sekolah yang bernama Mahendro Nova Wijaya, S.Pd beliau lahir pada tanggal 16 November 1983, beliau mulai mengajar pada tahun 2008 dan juga mengampu mata pelajaran matematika hingga sampai sekarang. 3. Visi dan Misi

(49)

a. Visi

MTs Al Uswah Bergas mewujudkan siswa-siswi: “Beriman, berprestasi,

terampil, dan berakhlakul karimah”.

b. Misi

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga siswa berkembang secara optimal sesuai potensi yang dimiliki. 2) Menumbuh semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh

warga madrasah.

3) Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali potensi dirinya sehingga dapat berkembang secara optimal.

4) Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama Islam

ahlussunnah waljama’ah dan juga budaya bangsa sehingga menjadi

sumber kearifan dalam bertindak.

5) Menerapkan manajemen partisipasi dengan melibatkan warga madrasah dan kelompok kepentingan yang terkait dengan madrasah. 6) Mendorong dan menyediakan fasilitas untuk meningkatkan wawasan

IMTAQ dan IPTEK seluruh warga madrasah. (Dokumen di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah) 4. Sarana Prasarana

(50)

gedung sendiri. Sarana dan Prasarana di Madrsah Tsanawiyah Al Uswah Bergas sampai sekarang masih digunakan dengan baik.

Tabel 3.2 Sarana Prasarana

No Ruang Jumlah Luas (m²)

1 Kepala Sekolah 1 24 m²

2 Tata Usaha 1 42 m²

3 Ruang Guru 1

4 Perpustakaan 1 144 m²

5 Kelas 20 63 m²

6 UKS 2 32 m²

7 WC Guru 3 6 m²

8 WC Siswa 12 18 m²

9. Kantin 6

10. Koperasi BMT Al Uswah 1

11. Lab. Bahasa Inggris 1 63 m²

12. Lab. Komputer 1 63 m²

13. Lab. IPA 1 63 m²

14. Ruang Tata Busana 1 63 m²

(51)

5. Data Ketenagaan dan Siswa

a. Data pendidik dan tenaga kependidikan

Jumlah seluruh tenaga sekolah sebanyak 41 terdiri dari jumlah guru 34 yang tebagi menjadi Guru Tidak Tetap (GTT), Guru Tetap (GT), dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jumlah karyawan 7 yang terdiri dari 2 Pegawai Tetap (PT) dan 5 Pegawai Tidak Tetap (PTT).

1) Data Pendidik

Tabel 3.3 Data pendidik

No. Nama Status Bidang Studi

1 Mahendro Nova Wijaya, S.Pd GTT Matematika 2 Siti Masriah, S.Pd PNS B.Indonesia 3 Sri Marni, S.Pd.Kn GT PKn

4 Mahrun GT Fiqih, Ketib

5 Amin Faizin, SH GT IPS, Sen.Bud 6 Rahmawati Shopiah, S.Pd.I GT A. Akhlak 7 Juwarti, S.Ag GT Q. Hadits 8 Neneng Hanifah H, S.Ag GT B. Arab 9 Umi Toyibah, SE GT IPS 10 Sri Ahyati Handayani, SE GT IPS

(52)

14 Muhammad Mas’ud, A.Md GT A.Akhlak, B.Ing 15 Ahmad Asnawi, S.Ag GT B.Arab, Ketib 16 Lutvi Muzaki, S.Kom GT TIK

17 Ekovani Setiyawan, S.Pd GT B.Indonesia 18 Charismawati, A.Md GTT Tatabusana 19 Muchamat, S.Pd.I GTT B.Inggris 20 Anna Sofixtia, S.Pd GTT PKn

21 Suryatni Adi Nugrahani, S.Pd GTT Bahasa Inggris 22 Ida Kumala Dewi, S.Pd GTT Matematika 23 Umi Kholifah, S.Pd GTT B.Indonesia 24 Ahmad Yasin, SH.I GTT SKI

25 Ika Lutfia Rahmawati, S.Pd.I GTT Fiqih, B.Arab, Ketib

26 Era Sukanti, S.Psi.S.Pd GTT BK

27 Nur Muhammad S R, S.Pd GTT B.Jawa, Ketib 28 Indah Safitri M, M.Pd GTT B.Inggris 29 Lutfiana, S.Pd GTT IPA 30 Bambang T N, S.Pd.I. S.Pd GTT BK

(53)

34 Akhmad Lukman M, S.Pd GTT Olahraga (Dokumen di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah)

2) Data Pegawai Tata Usaha dan Pembantu Pelaksana

Tabel 3.4 Data Pegawai Tata Usaha dan Pembantu Pelaksana sebagai berikut:

No Nama Status Bidang Studi

1 Dina RatnaWati PT TU Keuangan 2 Chikmah Nur Aviva PTT TU Kepegawaian 3 Nur Wulan Febrian Sari PTT Staff

Perpustakaan

4 Masduqi PT Kebersihan

5 Karyadi PTT Kebersihan

6 Miharso PTT Satpam

7 Imroah PTT Koperasi

(Dokumen di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah) b. Keadaan peserta didik

(54)

Tabel 3.5 Data Keadaan Siswa Madrasah Al Uswah

No Kelas Jenis Kelamin Jumlah Laki-Laki Perempuan

1 7 A 21 15 36

2 7 B 21 16 37

3 7 C 15 21 36

4 7 D 22 16 38

5 7 E 22 13 35

6 7 F 20 10 30

121 91 212

7 8 A 7 28 35

8 8 B 18 19 37

9 8 C 18 18 36

10 8 D 20 16 36

11 8 E 22 14 36

12 8 F 24 12 36

13 8 G 23 12 35

132 119 251

14 9 A 12 24 36

(55)

16 9 C 22 12 34

17 9 D 15 17 32

18 9 E 20 12 32

19 9 F 22 10 32

20 9 G 18 15 33

126 107 233

Jumlah Total 379 317 696 (Dokumen di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah)

6.Ekstrakurikuler

Kegiatan ektrakurikuler adalah wadah yang digunakan sekolah untuk menampung bakat dan minat siswa agar lebih terarah pada hal-hal yang positif. Adapun ektrakurikuler yang ada, adalah:

Tabel 3.6 Kegiatan Ekstrakurikuler

No Kegiatan Instruktur

1 Hafalan Qur’an a. M. Shobirin b. Mahrun

2 BTA a. Ahmad Asnawi, S. Ag

b. N. Muhammad Saiful Rizal, S.Pd c. Juwarti, S.Ag

d. Siti Yahriyah, S.Pd.I e. Emy Astuti, S.Pd

(56)

b. Ahmad Asnawi, S. Ag c. Mahrun

d. N. Muhammad Saiful Rizal, S.Pd e. M. Shobirin

4 Rebana M. Shobirin

5 Hafidz Siti Yahriyah, S.Pd.I (Dokumen di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah)

7.Jadwal Pembiasaan Sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur Tabel 3.7 Jadwal Pembiasaan Sholat Dhuha

No. Hari Sholat Dhuha Imam

(57)
(58)

8.Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI MTs AL USWAH BERGAS KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

(Dokumen di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah )

B. Temuan Penelitian

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil penelitian berupa bentuk kegiatan keagamaan, keaktifan siswa, problematika sekolah dan upaya sekolah, solusi sekolah dalam mendorong keaktifan siswa dalam mengikuti keagiatan keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah.

1. Bentuk kegiatan keagamaan

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber, dapat ditemukan data sebagai berikut:

Kepala Sekolah

Mahendro Nova Wijaya, S.Pd

Waka Sarpra Ahmad Yasin, SH.I Waka Kesiswaan

Ekovani Setiyawan, S.Pd Waka Kurikulum

(59)

a. Bentuk Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan yang ada di Madrasah terlihat dari pernyataan SY selaku guru ketib (Ketertiban Ibadah):

“Kegiatan yang ada di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah pada

pagi hari yaitu membaca do’a belajar, setelah selesai berdo’a di dalam

kelas kemudian anak-anak membaca asmaul husna, murojaah ataupun tilawah, kegiatan tersebut juga dilakukan ketika pulang sekolah atau selesai pembelajaran yaitu jam terakhir. Setiap anak juga diwajibkan sholat dhuhur sebelum pulang sekolah dijadwal misalnya kalau hari ini kelas 7, anak-anak mulai mengambil air wudhu kemudian masuk ke aula tempat sholat, kegiatan tersebut dilakukan dengan bergiliran sesuai

jadwal” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB).

NH berpendapat pula mengenai kegiatan di sekolah sebagai berikut:

“Selaku koordinator keagamaan putri ”hari jum’at ada kegiatan

yasin, selebihnya tadarus, kemudian program sholat dhuha berjamaah digilir semisal kalau pagi kelas 7, besoknya kelas 8 seterusnya sampai kelas 9. Sebelum pulang anak-anak juga harus sholat dhuhur berjamaah, guru juga ikut mendampingi serta guru juga harus mengisi buku absensi setiap kali melaksanakan kegiatan entah itu sholat dhuha ataupun sholat dhuhur berjamaah. Kegiatan kelas 8 yaitu tahfidz yaitu setiap anak disuruh menghafalkan beberapa surat setelah hafal, anak-anak disuruh menyetorkan hafalan tersebut kepada guru yang bersangkutan. Kegiatan ini dilakukan supaya melatih anak untuk menghafal. Program lain yaitu seminggu sekali anak-anak menyisihkan uang untuk berinfak uang hasil infak dimanfaatkan semisal tanggal 1 Muharram menyantuni untuk yatim piatu, selain itu untuk melatih anak-anak berkurban” (W/G/ NH/29-9-2016/11.00 WIB).

AS juga mengungkapkan kegiatan keagamaan yang berbeda selaku koordinator keagamaan putra:

(60)

Tidak hanya itu, sholat dhuha dilakukan dirumah juga supaya untuk melatih anak-anak dan dilaksanakan pula di sekolah supaya sholat dhuha yang dilakukan Ingsaallah lebih maksimal” (W/G/AS/29-9-2016/13.00 WIB).

Penjelasan mengenai bentuk kegiatan keagamaan juga diungkapkan oleh KS:

“Kelas 7 membaca Asmaul Husna, kelas 8 membaca surat pendek dan kelas 9 hari jum’at yasin. Asmaul husna dibaca setiap pagi. Kemudian ada sholat dhuha dirolling jam ke 8-9. Dirolling karena dengan tujuan supaya perjalanan pembelajaran tidak terganggu. Ada lagi yaitu sholat dhuhur dirolling juga kelas 7, 8 dan kelas 9. Disini juga guru melatih anak-anak untuk mengenal huruf hijayyah karena anak-anak masih gathol-gathol menurut bahasa jawa (belum lancar). Diwajibkan bagi kelas 8 harus wajib surat pendek dan wajib pula bagi kelas 9 bisa tahlil. Karena mayoritas lingkungan di karangjati adalah Nahdiyin” (W/KS/9-9-2016/08.00WIB).

MU juga mengungkapkan mengenai kegiatan keagamamaan sholat berjamaah:

“Sudah mbk, karena ketika menjalankan sholat itu memang sudah menjadi kewajiban saya. Karena di sekolahan juga sudah terbiasa

menjalankan sholat berjama’ah seperti sholat dhuha dan sholat dhuhur”

(W/S/MU/12-12-2016/16.00 WIB)

Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 23 September 2016

(61)

b. Tambahan Ekstrakulikuler

Terkait dengan tambahan ekstrakulikuler sebagai tambahan nilai kegiatan keagamaan, SY mengatakan:

“Ada, kalau ektra yang berkaitan dengan keagamaan seperti ektra MTQ, tilawah, Tahfidz Qur’an. Ada ektra wajib bagi yang belum bisa

membaca Al Qur’an harus mengikuti ektrakurikuler BTA (Baca Tulis Al Qur’an). Khusus kelas 9 ektra hanya sampai semester 1, dikarenakan

semester 2 sudah mulai ujian” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB). Pernyataan mengenai tambahan ekstrakulikuler juga diungkapkan NH:

“Berhubung anak-anak yang masuk sekolah ini tidak semua bisa ngaji, maka dari sekolah ada ekskul wajib yaitu BTQ (Baca Tulis Al

Qur’an) walaupun bahasa arab juga. Terutama kelas 7, kelas 8, dan kelas 9 dijaring lagi, terkadang ada anak kelas 7 yang masih belum bisa ngaji ataupun malas tugas guru harus membina. Hal ini dimaksudkan supaya anak-anak tidak kesulitan karena rata-rata anak-anak yang masuk di sekolah ini adalah dari SD (Sekolah Dasar)” (W/G/NH/29-9-2016/11.00 WIB).

Pernyataan tambahan ektrakulikuler juga diungkapkan serupa AS:

“Ada tambahan pembelajaran ketib (Ketrampilan Ibadah) yang

ditekankan disini adalah prakteknya. Pembelajaran ketib (Ketrampilan Ibadah) ini mengenai fiqih Misalnya ada praktek wudhu ataupun sholat anak harus mempraktekkan, dengan guru ketib atau yang mengampunya. Pembelajaran ketib (Ketrampilan Ibadah) dilakukan perminggunya 2 jam

pelajaran” (W/G/AS/29-9-2016/13.00 WIB).

c. Pengaruh nilai siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan.

Ketika peneliti menggali data mengenai pengaruh nilai dalam mengikuti kegiatan keagamaan, berikut ini beberapa pendapat narasumber:

SY menyampaikan:

(62)

koordinator keagamaan dengan bu Neneng” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB).

Cara penilaian yang sama diungkapkan NH:

“Sependapat dengan SH bahwa ada pengaruh nilai terutama di akhlak kepribadian. Biasanya kita (guru-guru) selalu menilai dari akhlak kepribadian mereka. Misalnya ketika anak melakukan ini itu kita bisa melihatnya dari tingkah lakunya dan guru bisa mengetahuinya” (W/G/NH/29-9-2016/11.00 WIB).

Hal yang berbeda diungkapkan oleh AS:

“Didasari dari pemahaman BTQ (Baca Tulis Al Qur’an),

kemudia diseleksi dari nilai BTQ bagaimana apakah anak tersebut sudah bisa atau belum, dan bagi yang belum bisa anak tidak boleh mengikuti tes atau nilai tidak akan keluar ataupun nilai tidak akan tuntas” (W/G/AS/29-9-2016/13.00 WIB).

Hal serupa diungkapkan oleh MU selaku siswa kelas 8:

“Mengenai nilai saya kurang tahu mbk, mungkin bapak ibu guru yang tau. Setau saya tidak ada mbk. Paling adanya hukuman kok misalnya kalau yang perempuan lagi halangan bulanan disuruh nyapu pas siang hari kalau gak ya pas paginya dikumpulkan di perpustakaan sama bu Neneng” (W/S/MU/12-12-2016/16.00 WIB)

d. Kegiatan keagamaan diwajibkan bagi siswa.

Peneliti mendapatkan informasi dari narasumber bahwa SY, NH dan AS mengatakan hal yang sama bahwa:

“Kegiatan keagamaan wajib bagi seluruh siswa, terutama sholat

dhuha dan dzhuhur berjamaah dan BTA bagi yang belum bisa. Kegiatan ini juga akan menentukan siapa saja siswa yang sudah bisa atau belum

(63)

Berdasarkan pengamatan hasil observasi penelitian yang dilakukan pada tanggal 29 September 2016 terlihat semua siswa tidak diperbolehkan keluar pintu gerbang sekolah sebelum melaksanakan sholat dhuhur berjamaah secara bergantian kelas 7, kelas 8 dan kelas 9. Siswa Madrasah Tsanawiyah sudah terbiasa dengan kegiatan tersebut sebelum pulang ke rumah masing-masing, kemudian guru pengajar mapel (mata pelajaran) terakhir yang mengajar dikelas mengabsen siswa yang melaksanakan sholat berjamaah (O/29-9-2016/13.00 WIB).

2. Upaya sekolah untuk mendorong siswa dalam mengikuti kegiatan keagamaan. SY memberikan pendapatnya mengenai solusi untuk mendorong siswa:

“Orang tua harus dipanggil, untuk di berikan masukan oleh guru. Disini peran orang tua juga sangat membantu sekali mbk. Karena orang tua peran pendidikan yang utama. Bapak ibu hanya menambahi, mengawasi dan membimbing selama di sekolah” (W/G/SY/23 -9-2016/10.30 WIB).

NH memberikan pendapat yang berbeda dari SY:

“Seorang anak ketika ada masalah guru harus mencermati, kemudian guru memberikan bantuan dengan diajak berdialog, harapan dari guru bahwa anak harus ada tekat ataupun niat sendiri bukan karena orang lain, walaupun terkadang ada kepaksaan dari guru untuk terus memotivasi anak dalam melakukan kegiatan ibadah” (W/G/NH/29-9-2016/11.00 WIB).

AS mengungkapkan:

(64)

Dilanjutkan penjelasan dari KS memaparkan:

“Sekolah memberikan materi agama tambahan dengan

koordinator keagamaan putri dengan bu Neneng, terutama bagi siswa putri yang lagi haid dikasih bimbingan ataupun arahan dengan tausiyah

keagamaan” (W/KS/9-9-2016/08.00WIB). 3. Tingkat keaktifan siswa

a. Cara melihat tingkat keaktifan

Terkait tingkat keaktifan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah SY menyatakan:

“Melihat tingkat keaktifan anak-anak bisa dilihat dari ektrakulikulernya dengan diabsen maka akan terlihat keaktifan anak, sedangkan sholat yang dilakukan anak-anak bisa dilihat secara langsung, terlihat kesehariannya dalam mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB).

NH menyampaikan pendapat yang berbeda dari SY:

“Tahun ini bagus, terutama kalau lingkungan mempengaruhi baik

anak-anak juga akan berpengaruh baik, kami selaku guru terus memotivasi anak-anak” (W/G/NH/29-9-2016/11.00 WIB).

Hal berbeda juga diungkapkan AS:

“Kurang akurat bila hanya menggunakan absensi, tapi saya atau

guru piket harus keliling mengecek anak-anak apakah sudah mengikuti

sholat atau belum” (W/G/AS/29-9-2016/13.00 WIB). KS mengungkapkan:

“Sangat baik mbak, kami dari guru terus memantau

(65)

Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan ketika peneliti observasi tanggal 29 September 2016 bahwa terlihat guru yang terakhir mengajar mengambil buku absen setelah sholat dhuhur berjamaah dan tugas dari guru mengabsen siswa siapa saja yang mengikuti sholat atau tidak, buku absen kegiatan sholat sudah disediakan di kantor guru dengan map warna yang berbeda untuk tiap kelasnya (O/29-9-2016/13.20 WIB).

b. Perkembangan keaktifan siswa

Peneliti menanyakan perkembangan keaktifan siswa, dan peneliti mendapatkan informasi sebagai berikut:

SY mengatakan:

“Ada peningkatan dalam ektrakulikuler terutama yang tahfidz 2

tahun akhir ini, karena ada peminatnya. Saya sendiri juga yang membina dalam ekstrakulikulernya mbk dibantu juga guru lain sesuai bidangnya masing-masing” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB).

NH mengungkapkan hal yang berbeda:

“Keaktifan anak selalu ada dengan adanya pembinaan di perpustakaan dengan saya, biasanya di kasih materi tentang akhlak,

disitu kami saling berbagi atau sharing masalah keagamaan wanita”

(W/G/NH/29-9-2016/11.00 WIB).

AS mengatakan hal yang sama dengan NH:

“Ada peningkatan pada tahun ini, yaitu nilai ibadah anak ataupun

(66)

Peneliti juga menanyakan hal yang berkaitan dengan ektrakulikuler kepada MU:

“Kalau saya mengikuti ekstra Tahfidz mbk, dengan dibina oleh

bu. Riza dan bu. Neneng” (W/S/MU/12-12-2016/16.00 WIB). c. Cara untuk meningkatkan keaktifan siswa

Peneliti mendapatkan informasi dari narasumber yaitu: Menurut SY:

“Sekolah memberikan fasilitas semisal ada anak yang berpengaruh di kesehatan mata maka dari pihak guru harus memberikan kaca mata dan anak harus dipriksakan ke optik, selain itu untuk meningkatkan dengan program ekstrakurikuler, dibina lebih fokus semisal anak yang ikut di ekstra MTQ harus fokus di MTQ” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB).

Informasi yang didapat dari NH:

“Evaluasi dari tahun ke tahun dan lebih meningkatkan lagi

terutama dalam hafalan juz amma, anak-anak menghafal surat yang telah ditentukan dari sekolah, kumudian bagi yang sudah menghafal wajib menyetor hafalannya tersebut ke guru pembimbing” (W/G/NH/29 -9-2016/11.00 WIB).

AS mengungkapkan:

“Ada jadwal dari guru, dan guru harus menyesuaikan untuk memantau keaktifan siswa disini kami ada guru pendamping, guru

(67)

Peningkatan keaktifan kegiatan keagamaan juga diungkapakan oleh MU selaku siswa kelas 8 B:

“Kalau untuk siswa yang ikut sholat karena telat di hukum mbk, tapi kalau yang sedang halangan bagi cewek-cewek itu disuruh ke perpustakaan untuk di berikan nasehat-nasehat sama bu. Neneng

terkadang juga di berikan pengetahuan menegenai fiqih” (W/S/MU/12-12-2016/16.00 WIB)

4. Problematika

Masalah yang peneliti dapatkan dari narasumber banyak dan berbeda-beda pendapat yaitu:

SY mengatakan:

“Setiap sekolah pasti ada problematikanya mbk, seperti pergaulan beragam, ada anak yang bolos atau nongkrong di pasar berhubung sekolah kami dekat dengan pasar. Problematika tersebut ada saja dari diri remaja oleh karena itu tugas guru selalu mengawasinya kami juga bekerja sama dengan security apabila ada anak yang menyeleweng” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB).

Ungkapan yang berbeda dari NH:

“Tidak ada kendala, karena kami selaku guru terus berusaha yaitu kerja sama dengan wali murid” (W/G/NH/29-9-2016/11.00 WIB).

AS juga mengungkapkan permasalahan yang ada:

“Terkadang anak selalu nunggu arahan dari guru ketika mau sholat, males, ada anak yang sembunyi, dan akhirnya guru yang harus keliling untuk mengatasinya” (W/G/AS/29-9-2016/13.00 WIB).

Peneliti menanyakan upaya sekolah dalam menyelesaikan permasalahan, ketika wawancara mendapatkan sumber dari guru.

(68)

“Guru harus membina siswa” (W/G/SY/23-9-2016/10.30 WIB). NH berbeda pendaptnya dengan SY:

“Ketika penerimaan rapot ada masukan dari wali murid itu sangat membantu sekolah, selain itu guru memberikan didikan dengan hukuman terutama sholat, sholat tidak hanya dilakukan di sekolah saja akan tetapi anak harus bisa mandiri sholat sendiri di rumah contoh menjalankan ibadah sholat berjamaah jangan sampai meninggalkannya” (W/G/NH/29-9-2016/11.00 WIB).

Hal serupa diungkapkan oleh AS selaku ketua koodinator putra:

“Di evaluasi, anak dididik dengan sholat, sekolah juga melatih anak belajar kultum untuk melatih anak menjadi da’i yang berisikan nasehat” (W/G/AS/29-9-2016/13.00 WIB).

Sebagai pemimpin sekolah, KS memaparkan:

“Banyak, anak leda-lede (bahasa jawa) atau lambat dalam menjalankan sholat berjamaah dan masih ada juga ketika wudhu sudah

dimulai banyak anak yang nongkrong” (W/KS/9-9-2016/08.00WIB).

Berdasarkan hasil observasi pada hari jum’at terlihat semua siswa yang

(69)

BAB IV

PEMBAHASAN

Adapun pada bab ini, peneliti berusaha menjelaskan dan menjawab temuan hasil penelitian dengan beberapa data yang ditemukan dari hasil tekhnik observasi, tekhnik wawancara dan tekhnik dokumentasi. Peneliti akan mendeskripsikan hasil temuannya selama berada di lapangan sebagai berikut:

A. Kegiatan Keagamaan di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah

Madrasah Tsanawiyah Al Uswah adalah salah satu sekolah tingkat menengah pertama yang memiliki banyak kegiatan terutama dalam hal keagamaan yang ada di dalamnya. Kegiatan yang dilakukan setiap hari dengan

dimulai berdo’a dengan diawali do’a belajar dan asmaul husna untuk kelas tujuh yang diikuti seluruh siswa di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah. Berbeda pula untuk kelas delapan dengan diawali do’a belajar dan membaca surat-surat pendek sampai seterusnya yang dilakukan di kelas sembilan dengan diiringi do’a

belajar bersama dengan membaca yasin untuk hari jum’at. Kemudian sholat dhuha berjamaah, dan seminggu sekali untuk berinfaq, sebagian uang saku siswa disisihkan untuk berinfaq.

Di dalam Al Qur’an menginfaqkan harta secara baik dan benar termasuk

(70)

mengimfaqkan hartanya secara terang-terangan atau diam-diam dan pada saat susah atau senang (Mursyid, 2006: 6). Berinfak sudah menjadi kebiasaan yang diadakan dari madrasah dengan kotak keliling yang dibawa kakak tingkat untuk mengisi kotak amal seikhlasnya.

Ibadah merupakan manifestasi iman, keduanya merupakan faktor penting yang tidak dapat dipisahkan, bila seorang hanya melakukan salah satunya, berarti hidupnya tidak sempurna (Sopiatin, 2011: 115). Ibadah yang dimaksudkan adalah dalam rukun Islam, yaitu: mengucapkan dua kalimah syahadat, shalat, puasa dalam bulan Ramadhan, membayar zakat dan mengerjakan hajji bagi yang mampu. Rukun Islam merupakan sendi agama yang wajib dijalankan oleh setiap manusia. Ibadah merupakan tujuan hidup manusia, sebagimana firman Allah dalam surat adz-Dzariyat 56:

ٌَ ُْٔدُثْعَيِن َّ ِا َ َِْ ْا َٔ ٍَّ ِ ْنا ُتْقَهَخ َاي َٔ

.

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan

supaya mereka menyembah-Ku”.

(71)

bahasa Arab berarti do’a memohon kebajikan dan pujian, sedangkan menurut

hakekat mengandung pengertian berharap hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa keagungan, kebesaran-Nya dan kesempurnaan-Nya. Bentuk kegiatan harian di Madrasah Tsanawiyah Al Uswah yaitu membaca do’a bersama untuk seluruh kelas mulai dari kelas tujuh, kelas delapan, sampai kelas sembilan. Do’a adalah simbol keimanan, tanda ketundukan seorang kepada Allah dan bukti keikhlasan kepada Allah (Redaksi, 2913:15).

Do’a bersama dilakukan bersama-sama dengan penuh ketulusan dan

hikmat yang dilakukan siswa Madrasah Tsanawiyah Al Uswah setiap pagi. Do’a

merupakan salah satu ibadah yang penting dalam ajaran Islam, secara umum

do’a merupakan wujud dari kelemahan manusia untuk mengharap (memohon)

pertolongan kepada Dzat Yang Maha sempurna (Hasan, 2015:88). Sebelum

pembelajaran pagi dimulai siswa Madrasah Tsanawiyah Al Uswah do’a bersama

dengan guru yang dilakukan di kelas masing-masing. Tujuannya yaitu supaya proses pembelajaran dari awal hingga akhir berjalan dengan lancar. Selesai

membaca do’a belajar, siswa membaca asmaul husna dan tadarus atau muroja’ah. Murojaah adalah mengulang bacaan Al Qur’an yang pernah dibaca

sebelumnya secara bersama-sama. Muroja’ah yang dibaca yaitu surat pendek yang terdapat dalam Jus 30 yaitu surat kahfi. Sedangkan tadarus Al Qur’an

adalah membaca Al Qur’an dengan pola tartil (murottal) yang biasa disebut

(72)

kelompok yaitu dibaca secara bersama-sama. Tidak hanya sekedar membaca namun bacaan tajwid juga harus diperhatikan dalam membacanya. Ilmu Tajwid adalah ilmu yang mempelajari tentang hukum-hukum bacaan dalam Al Qur’an. Materi pembelajaran ilmu tajwid meliputi makhorijul huruf, hukum al Qamariyah dan al Syamsiyah, hukum nun sukun/tanwin, hukum mim sukun,

hukum idghom, dan hukum qalqolah. Kegiatan selanjutnya untuk hari jum’at

membaca yasin dan hafalan surat-surat bagi siswa untuk disetorkan ke guru pembimbing.

ِّئ اًَْسَا ْيِف ٌَ ُْٔد ِ ْهُي ٍَْيِرَّنا ا ُْٔز َذ َٔ َآِت ُِ ُْٔء ْد اَف َُْٗسُ نْا ُءاًَْسَ ْا ِ ِلِل َٔ

ٌَ ُْٕهًَْعَي ا َُْٕ اَك اَي ٌَ َْٔزْ ُيَس

.

Artinya: Hanya milik Allah asmaul-husna, maka bermohonlah kepada-Nya

dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapatkan balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan (Al A’raf: 180).

Kegiatan selanjutnya dengan membaca Asmaul Husna. Kata al Asmaul Husna terdiri dari dua kata yaitu asma dan husna. Asma adalah jamak dari kata ism yang berarti nama. Kata ism juga satu akar dengan kata sumuw yang berarti

tinggi, sedang husna adalah bentuk mu’annas dari kata ahsan yang berarti baik.

(73)

yang agung serta memiliki sifat-sifat yang mana tidak ada makhluk yang menyamainya.

Belum sampai jam istirahat pertama siswa melaksanakan sholat dhuha berjamaah yang di gilir atau secara bergantian untuk kelas tujuh, kelas delapan, sampai kelas sembilan. Shalat dhuha adalah shalat sunah yang dikerjakan pada waktu matahari sedang naik. Sekurang-kurangnya shalat dhuha ini dua rakaat,

boleh empat rakaat, enam rakaat, atau delapan rakaat (Rifa’i, 2008: 84).

Sebelum melaksanakan sholat dhuha siswa baik putra maupun putri mengambil air wudhu sesuai tempat wudhu yang sudah disediakan sebagai fasilitas sekolah.

Wudhu menurut bahasa artinya bersih dan indah, sedang menurut syara’ artinya

membersihkan anggota wudhu untuk menghilangkan hadats kecil. Orang yang hendak melaksanakan shalat wajib terlebih dahulu berwudhu, karena wudhu adalah syarat sahnya shalat (Rifa’i, 2008:16).

Gambar

Tabel 3.1 Identitas Madrasah Tsanawiyah Al Uswah
Tabel 3.2 Sarana Prasarana
Tabel 3.3 Data pendidik
Tabel 3.4 Data Pegawai Tata Usaha dan Pembantu Pelaksana sebagai
+5

Referensi

Dokumen terkait