• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Metodologi Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Metodologi Pendididikan Agama Islam a. Secara Bahasa

Metodologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata: “metodos” berarti “cara” atau “jalan”, dan “logos” yang berarti

“ilmu”.

b. Secara Istilah

1) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Metode” adalah “cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”.

2) Menurut Mahmud Yunus yang dikutip oleh Arief, (2002: 87)

mengatakan metode adalah “jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu

pengetahuan lainnya”.

3) Istilah Metodologi Pengajaran sebenarnya sama dengan Metodik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau tehnik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tercapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien (Usman, 2004: 4). 4) Menurut M. Zein yang dikutip Arief, (2002: 88), menjelaskan

metodologi Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan yang membahas cara-cara yang dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan yang dikehendaki.

Dari pengertian dapat disimpulkan bahwa Metodologi Pendidikan Agama Islam adalah cara yang paling tepat untuk digunakan seseorang terutama pendidik dalam proses pembelajaran dengan anak didik dengan menggunakan metode-metode tertentu dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Islam adalah suatu agama yang berisi ajaran tentang hidup yang diturunkan Allah kepada umat manusia melalui para rasul-Nya, sejak dari nabi Adam sampai kepada nabi Muhammad SAW.

Pendidikan Agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk meujudkan persatuan nasional (Muhaimin, 2008: 75).

Ajaran Islamlah yang pertama kali menyuruh orang untuk menuntut ilmu sepanjang hayat, seperti sabda Nabi Muhammad saw:

ِدْ ّهنا َٗنِ دًَْْٓنا ٍَِي َىْهِعناا ُٕثُهْ ُا

Artinya : “Tuntutlah ilmu itu sejak ari ayunan sampai keliang kubur”.

2. Ruang Lingkup Metodologi Pendidikan Agama Islam

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam pada dasarnya mencakup tujuh

unsur pokok yaitu: Al Qur’an Hadits, keimanan, syariah, ibadah, muamalah,

akhlak dan tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik (Muhaimin, 2008: 79).

Metodologi Pengajaran Pendidikan Agama Islam adalah ilmu yang membicarakan cara-cara menyajikan bahan pelajaran agama Islam kepada siswa untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Strategi dan pendekatan yang dipakai dalam pengajaran agama Islam lebih

banyak ditekankan pada suatu model pengajaran “seruan” atau “ajakan” yang

Menurut Abu Ahmadi, dalam bukunya “Didaktik dan Metodik”

mengatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam pada dasarnya mengacu kepada lima hal seperti di bawah ini:

a. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan sebelum melakukan suatu aktivitas.

b. Bahan Pembelajaran

Bahan disebut juga dengan materi yaitu: sesuatu yang diberikan kepada siswa saat berlangsungnya proses mengajar (PBM).

c. Strategi Pembelajaran

Strategi yang berarti “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus” adalah tindakan guru dalam

melaksanakan rencana pembelajaran. Artinya, usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pembelajaran (tujuan, bahan, metode, dan alat serta evalusi).

d. Media Pembelajaran

Media disebut juga dengan alat yaitu sarana yang dapat membantu PBM atau menekankan alat penilaian yang paling tepat untuk menilai sasran (anak didik) tersebut.

e. Evaluasi

Evalusi atau penilaian pada dasarnya memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Hasil yang diperoleh dalam penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar (Arief, 2002: 89-92). 3. Tujuan Metodologi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Muhaimin, 2008: 78).

Pendidikan Agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT (Usman, 2002: 4).

Tujuan Pendidikan Agama yaitu:

a. Membina murid-murid untuk beriman kepada Allah, mencintai, mentaati-Nya dan kepribadian yang mulia. Karena anak didik terutama pada tingkat dasar akan memiliki akhlak mulia melalui pengalaman, sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang akan membina kepribadiannya pada masa depan. Oleh karena itu bidang studi pendidikan agama merupakan guru yang paling potensial dalam

membina generasi muda yang baik dan jiwanya diisi dengan cipta kebaikan untuk diri dan masyarakatnya kelak.

b. Memperkenalkan hukum-hukum agama dan cara-cara menunaikan ibadah serta membiasakan mereka senang melakukan syiar-syiar agama dan mentaatinya.

c. Mengembangkan pengetahuan agama mereka dan memperkenalkan adab sopan santun Islam serta membimbing kecenderungan mereka untuk mengembangkan pengetahuan sampai mereka terbiasa bersikap patuh menjalankan ajaran agama atas dasar cinta dan senang hati.

d. Memantapkan rasa keagamaan pada siswa-siswa, membiasakan diri berpegang pada akhlak mulia dan membenci akhlak yang rendah. e. Membina perhatian siswa terhadap aspek-aspek kesehatan, seperti

memelihara kebersihan dalam beribadah, belajar, olahraga, makanan bergizi, menjaga kesehatan dan berobat.

f. Membiasakan siswa-siswa bersikap rela, optimis, percaya pada diri sendiri, menguasai emosi, tahan menderita dan berlaku sabar.

g. Membimbing siswa ke arah sikap yang lebih sehat yang dapat membantu mereka berinteraksi sosial baik dan memiliki hubungan baik dengan anggota masyarakat lainnya, mencintai kebaikan untuk orang lain, suka membantu orang, rasa sayang kepada orang yang lemah dan miskin, menganggap semua orang itu sama, menghargai

orang lain dan memelihara hak milik pribadi, negara dan kepentingan umum.

h. Membiasakan siswa bersopan santun di rumah, sekolah dan di jalan. Sopan santun berkunjung, berbiacara, mendengar pembicaraan orang, berdiskusi dan pertemuan umum lainnya.

i. Membina siswa agar menghargai kerja, meyakini kepentingan kerja baik terhadap individu maupun masyarakat serta peranannya terhadap peningkatan taraf hidup dan kemajuan bangsa.

j. Siswa merasa bangga dengan warisan kebudayaan Islam, kemegahannya yang abadi, kepahlawanan, pemimpin-pemimpin Islam, dan karya-karya mereka di waktu perang ataupun damai. Sehingga mereka ingin mencari dalam sejarah para pahlawan yang merupakan contoh teladan yang didambakan.

k. Menyadari bahwa ikatan yang baik pada Rasulullah dan sejarah para sahabat mengembangkan ajaran agama, membela hak milik dan tanah air kaum muslimin.

l. Memperkuat rasa nasionalisme yang tercermin dalam kecintaan tanah air, loyal, siap berkorban, untuk memelihara kemerdekaan dan meyakini agama Islam.

m. Siswa mengetahui bahwa agama Islam adalah agama ketertiban, persaudaraan dan kesejahteraan buat seluruh bangsa walau berbeda keyakinan, warna kulit maupun tanah air (Ahmad, 1985: 20-22).

C. Pendekatan Pendidikan Agama Islam