• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPLORASI MIKROBIA RHIZOSFER TUMBUHAN PANTAI POTENSIAL SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPLORASI MIKROBIA RHIZOSFER TUMBUHAN PANTAI POTENSIAL SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPLORASI MIKROBIA RHIZOSFER TUMBUHAN PANTAI

POTENSIAL SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Umul A1

, Bambang S.1, dan Didiet H.S.1 1

Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri UMBY, Jl. Wates Km. 10 Yogyakarta 55753

Email:umul_aiman@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan isolat mikrobia yang mempunyai fungsi sebagai Plant Growth Promoting Rhizospheric Microorganism (PGPRM). Mikrobia PGPR diseleksi dengan melakukan pengujian terhadap kemampuan mikrobia dalam menguraikan fosfat dan menghasilkan IAA. Mikrobia dengan kemampuan tersebut diseleksi sehingga diperoleh mikrobia PGPR untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Penelitian dimulai dengan melakukan survey terhadap tumbuhan dominan yang dijumpai di lahan pantai. Mikrobia yang ada di daerah Rhizosfer selanjutnya diisolasi, dihitung totalnya serta diseleksi yang mempunyai kemampuan sebagai PGPR. Hasil penelitian diperoleh 13 isolat yang potensial sebagai PGPR. Kesemua isolat tersebut mampu menghasilkan IAA antara 0,129 – 1,337 ppm dan berkemampuan melarutkan fosfat sehingga menjadi fosfat tersedia. Pemakaian mikrobia PGPR lahan pantai diharapkan pemanfaatan lahan pasiran menjadi lebih maksimal.

Kata Kunci : Lahan pasiran, PGPRM , IAA, pelarut fosfat Pendahuluan

Lahan produktif di Indonesia semakin hari semakin berkurang jumlahnya. Sementara itu, tuntutan kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk. Hal ini terjadi salah satunya adalah semakin menyempitnya lahan pertanian yang diakibatkan pergeseran peruntukan dari pertanian untuk industri, pemukiman, dan lain-lain.

Namun, di sisi lain masih banyak lahan yang belum dimanfaatkan yang sebagian besar berupa lahan marginal. Dengan memanfaatkan lahan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian

Tanaman akan mengalami gangguan pertumbuhan apabila berada pada lahan marginal. Banyak upaya yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan tanaman agar dapat beradaptasi dan bertahan sehingga tetap tumbuh dengan baik pada lahan marginal. Upaya tersebut antara lain dengan menggunakan mikrobia rizhosfer.

Telah banyak penelitian yang membuktikan adanya kemampuan mikrobia dari daerah rizosfer yang dapat mendukung pertumbuhan. Mikoriza dari Pandan pantai mampu meningkatkan kemampuan bawang merah terhadap kekeringan ( Didiet HS dan Umul Aiman, 2009 ; Setiadi, 2003) , ketersediaan beberapa hara dapat juga ditingkatkan, misalnya Fosfor (Setiadi, 2003), Nitrogen, Kalium (Saraswati, dkk., 2005), ketahanan terhadap penyakitpun juga akan meningkat (Goenadi dan Isroi, 2003; Bustaman, 2006 ;

(2)

Djatmiko dkk., 2007) serta toleransi tanaman terhadap logam berat ( Setiadi, 2003). Setiadi (2003), menyebutkan bahwa mikoriza juga sangat berperan dalam meningkatkan toleransi tanaman terhadap kondisi lahan kritis.

Selain Mikoriza, masih banyak mikrobia yang mampu menunjang pertumbuhan tanaman. Semua mikrobia tersebut ditemukan pada daerah perakaran ( Rhizosfer )( Munif dan Awaludi, 2011). Dengan mengisolasi dan melakukan seleksi beragam mikrobia yang bermanfaat bagi tanaman dari berbagai rizosfer tanaman pantai diharapkan mampu mendukung kemampuan tanaman utamanya untuk bertahan pada lahan pantai.

Lahan marginal yang ada di Indonesia termasuk lahan pantai sangat penting untuk diupayakan pemanfaatannya secara maksimal. Pertambahan jumlah penduduk yang sangat pesat menyebabkan kebutuhan pangan juga meningkat. Berbagai langkah dilakukan masyarakat dan pemerintah untuk menjaga tetap tersedianya pangan dunia. Langkah-langkah yang diambil antara lain dengan intensifikasi dan ekstensifikasi.

Lahan merginal utamanya lahan pantai dapat dimanfaatkan secara optimal antara lain dengan melakukan penanaman dengan tanaman yang adaptif pada lahan pasir. Di lahan pantai dijumpai sejumlah tanaman yang tetap mampu tumbuh dan berkembang. Kemampuan tersebut antara lain diakibatkan karena adanya keikut-sertaan mikrobia yang berada pada zona perakaran tanaman yang dapat menciptakan kondisi mikro yang dapat diterima dengan baik oleh tanaman. Dengan kenyataan tersebut, maka salah satu cara agar tanaman mampu bertahan dan dapat tumbuh dengan baik pada lahan marginal adalah dengan mengupayakan adanya simbiose dengan mikrobia pada sistem perakaran.

Mikrobia yang tumbuh pada perakaran atau sering disebut zona rizosfer merupakan mikrobia yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Fungsi mikrobia tersebut antara lain mampu memacu pertumbuhan tanaman atau sering disebut PGPRM ( Husen, dkk., 2007; Munif dan awaludin, 2011).

Mengingat potensi besar mikrobia rizosfer sebagai agen hayati yang mampu mendukung pertumbuhan tanaman maka penelitian ini perlu dilakukan. Penelitian ini menitik beratkan pada perolehan beragam mikrobia rizosfer mutualistik bagi tanaman. Mikrobia rizosfer diisolasi dari tumbuhan dominan di pantai.

Mikrobia yang berada pada zona rizosfer mempunyai kemampuan untuk membentuk mantel di daerah perakaran, berperanan juga sebagai hara tanaman misalnya penyedia N, P dan K tersedia bagi tanaman, meningkatkan kemampuan tanaman memanfaatkan hara, meningkatkan ketahan tanaman terhadap kekeringan dan penyakit, dan masih banyak lagi peran lainnya yang menguntungkan bagi tanaman. Dengan perannya tersebut mikrobia rizosfer dianggap sebagai pemacu pertumbuhan tanaman atau Plant Growth Promoting Rhizospheric Microorganism (PGPRM). PGPRM dapat menyebabkan peningkatan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan air , peningkatan ketersediaan hara, peningkatan ketahanan tanaman terhadap serangan patogen ( Husen, dkk., 2007; Munif dan Awaludin, 2011).

(3)

Dengan diperolehnya mikrobia yang berperan menginduksi pertumbuhan tanaman atau PGPRM akan dapat membantu petani untuk memanfaatkan sejumlah lahan yang belum dimanfaatkan. Mikrobia pada zona perakaran sangat beragam macam maupun perannya bagi tanaman (Triastuti, 2006; Husen dkk., 2007). Dengan melakukan isolasi dan seleksi terhadap mikrobia yang berperanan positif bagi tanaman maka akan bermanfaat untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan serta membantu mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk an organik atau pupuk kimia.

Materi Dan Metode Materi

Bahan yang digunakan meliputi rhizosfer dari Rumput pantai ( Spinifex sericeus ), Cemara udang (Casuarina equisetifolia), Pandan ( Pandanus sp) dan Katang ( Ipoemea pescaprae). Media isolasi berupa Potato Dekstrosa Agar ( PDA), media Nutrien Agar ( NA), media Pikovkaya yang mengandung 10 g/L glukosa, 5 g/L Ca3PO4, 0,5 g/L (NH4)2SO4, 0,2 g/L KCl, 0,1 g/L MgSO4.7H2O, 0,01 g/L MnSO4.H2O, 0,5 g/L yeast ekstrak, dan 0,01 g/L FeCl3.6H2O pada pH 7,0 ( Rao, 1994). Media nutrien cair (NB) dan Potato dekstrosa Cair (PDB) yang mengandung triptofan dengan konsentrasi 102 mg/L ( (Raharjo, 2005) untuk pengujian aktivitas isolat dalam mensistesis IAA Reagen Salkowski dengan komposisi 150 ml %H2SO4, pekat, 250 ml akuades, 7.5 ml FeCI; 6H200.5 M) ( Patten Glick, 2002). Alat yang digunakan meliputi seperangkat alat gelas, autoklaf, pH meter, sentrifuge (Medifuge Heraeus Sepatech), membran millipore 0.45 pm dan spektrofotometer Milton Roy Spectronic 1201.

Metode

Pemilihan tumbuhan dominan di lahan pasiran.

Lahan pasir yang dipilih adalah lahan pada pantai Samas. Secara transek dipilih empat ( 4 ) tumbuhan dominan yang dijumpai di tepi pantai Samas DIY.

Pengambilan isolat rhizosfer

Diambil tanah di sekitar perakaran (1– 5 mm) dan yang menempel pada perakaran tumbuhan. Tanah selanjutnya dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dibawa ke laboratorium dan dilakukan isolasi dan karakterisasi mikrobianya.

Pengukuran produksi IAA

Produksi IAA diukur secara spektrofotometri pada jam ke-24, 48, dan 72 jam. Sebanyak 5 mL sampel masing-masing medium ditambahkan asam trikloro asetat (TCA) 10%. Selanjutnya, kultur disentrifugasi (Medifuge Heraeus Sepatech) dengan kecepatan 4500 rpm selama 30 menit untuk menjernihkan larutan dan dibiarkan 30 menit. Sebanyak masing-masing 1 ml supernatan hasil pengendapan digunakan untuk pengukuran konsentrasi IAA. Supernatan disaring menggunakan membran Millipore 0.45 pm. Filtrat kultur diekstraksi dan dianalisis IAA nya dengan metode Salkowski. Sebanyak 1 ml filtrat ditambah 4ml reagen Salkowski (150 ml %SO, pekat, 250 ml akuades, 7.5 ml FeCI; 6H200.5

(4)

M) dan dibiarkan pada suhu ruangan selama 20 menit sebelum diukur absorbansinya pada panjang gelombang 535 nm menggunakan spektrofotometer Milton Roy Spectronic 1201 ( Patten Glick, 2002)

Uji potensi isolat pelarut fosfat.

Aktivitas isolat sebagai pelarut fosfat ditentukan berdasarkan pembentukan zona bening pada media Pikovskaya (Rao, 1994). Pengukuran yang dilakukan berupa rasio zona bening (holozone) dengan membandingkan diameter zona bening dan diameter koloni setelah dinkubasi selama 2 minggu pada temperatur ruangan.

Isolasi dan karakterisasi mikrobia

Isolasi dan karakrerisasi bakteri mengacu pada Bergey’s Manual Of Determinative Bacteriology (Udin dkk, 2001) dan jamur (Larone, 1976)

Hasil Dan Pembahasan

Hasil pengamatan secara langsung dari sejumlah tumbuhan di lahan pantai diperoleh empat (4) tumbuhan dominan yaitu Rumput pantai ( Spinifex sericeus ), Cemara udang (Casuarina equisetifolia), Pandan ( Pandanus sp) dan Katang ( Ipoemea pescaprae).

Hasil isolasi mikrobia dari beragam Rhizosfer tumbuhan dominan lahan pantai Samas diperoleh jumlah bakteri maupun jamur yang berbeda. Jumlah bakteri terbanyak berasal dari Rhizosfer cemara udang, sedangkan yang paling sedikit adalah rhizosfer dari pandan, sedangkan jamur terbanyak pada tumbuhan Katang (Tabel 1). Perbedaan jumlah mikrobia ini disebabkan karena masing-masing tumbuhan mengeluarkan eksudat akar yang berlainan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tirta, 2006, mikrobia akan menuju daerah dimana dihasilkan eksudat yang merupakan hara untuk pertumbuhan mikrobia.

Tabel 1 : Jumlah koloni mikrobia ( CFU/gr tanah Rhizosfer ) dari berbagai rhizosfer tumbuhan

Asal mikrobia Rhizosfer Jumlah koloni bakteri CFU/gr (x105)

Jumlah koloni jamur CFU/gr(105)

Rumput pantai(Spinifex sericeus ) 68,00 6,10

Cemara udang (Casuarina equisetifolia), 167, 33 3,54

Pandan ( Pandanus sp) 20,00 5,40

Katang (Ipoemea pescaprae) 77,75 8,40

Macam koloni dan jumlah koloni dari masing-masing rhizosfer disajikan pada tabel 2. Tabel 2 : Macam koloni mikrobia ( cfu/g tanah Rhizosfer ) dari berbagai rhizosfer tumbuhan

Asal mikrobia Rhizosfer Macam koloni bakteri Macam koloni jamur

Rumput pantai(Spinifex sericeus ) 13 14

Cemara udang (Casuarina equisetifolia), 10 14

Pandan ( Pandanus sp) 4 11

(5)

Jumlah macam koloni dari masing-masing Rhizosfer berbeda berkisar 4 macam sampai 15 macam untuk koloni bakteri dan 11 sampai 15 untuk jamur ( Tabel 2).

Keseluruhan mikrobia yang tumbuh pada media Pikovkaya selanjutnya diamati kemampuannya dalam membentuk zona terang. Semakin luas zona yang dibentuk maka kemampuan mikrobia dalam menghasilan phosphat semakin besar. Dari keseluruhan isolat sebanyak 96 ( jamur dan bakteri) (Tabel 2) diperoleh 13 isolat yang mampu menghasilkan fosfat. Ketigabelas isolat tersebut dan luasan zona bening yang dibentuk adalah sebagai berikut ( Tabel 3 ). Masing-masing biakan selanjutnya diuji fermentasi terhadap gula- gula yaitu Glukosa, laktosa dan sukrosa (Tabel 4).

(6)

6

Tabel 3 : Karakteristik isolat bakteri hasil isolasi dari berbagai rhizosfer tubuhan dominan Pantai

Identifikasi Nama Isolat

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15

Morfologi Koloni

Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat - Lonjo ng

Bulat Bulat Bulat Bulat Bulat

Ukuran Titik titik Titik titik kecil kecil Kecil titik Titik Kecil kecil kecil kecil kecil kecil

Warna Krem krem Putih

krem

putih ku ning len dir

krem Krem krem

mulur

- kuning kuning kuning pu

tih krem krem

Bentuk sir- kuler sir- kuler sir- kuler sir- kuler irregul er

sirkuler Sirkuler sirkuler - irregul er sirkuler sirkuler sirkuler sirku ler sirkuler sirkuler Motilitas + + + + + + + + - + + + + + + Uji Katalase + + + + + + + + - + + + + + + Pertumbuhan (media cair)

atas rata Rata rata rata rata Rata rata - Rata rata rata rata rata rata

Uji O2 + + + + + + + + - + + + + + +

Sifat Gram _ _ + + + + + + - + + + - - -

Bentuk Sel Batang batang Batang bulat bulat bulat batang batang - Batang batang bulat bulat bulat bulat

Elevasi Entire serrate Undulate serrate serrate undula te

undulate serrate - Serate undula te

serate undu late

undulate undulate

Tabel 4. Macam isolat dan asalnya serta diameter zona bening yang dibentuk

Asal mikrobia Nama mikrobia Diameter zona terang ( cm )

Rumput pantai ( Spinifex sericeus ) R9N 0,40

Rumput pantai ( Spinifex sericeus ) R2P 0,20

Cemara udang (Casuaria equisetifolia) C7N 0,80

Pandan ( Pandanus sp) P4P 0,80

Katang ( Ipoemea pescaprae) K2N 0,55

Katang ( Ipoemea pescaprae) K8N 0,40

Katang ( Ipoemea pescaprae) K9N 0,30

Katang ( Ipoemea pescaprae) K15N 0,80

Katang ( Ipoemea pescaprae) K5P 0,40

Katang ( Ipoemea pescaprae) K6P 0,80

Katang ( Ipoemea pescaprae) K9P 0,90

Katang ( Ipoemea pescaprae) K10P 0,40

(7)

7

Tabel 7. Pengamatan uji kimia terhadap kemampuan memfermentasi gula-gula dan asam yang dihasilkan

No. Nama isolat Macam gula yang bisa difermentasi

Glukosa Laktosa Sukrosa

1. R9N Kuning, gas

Fermentasi asam campuran

Kuning, tanpa gas ((Fermentasi asam laktat) Kuning, gas Fermentasi asam campuran 2. R2P Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran 3. P4P Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran

4. K2N Kuning, tanpa gas

(Fermentasi asam laktat)

- Kuning, tanpa gas

( Fermentasi asam laktat) 5. K8N Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran 6. K9N Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran 7. K15N Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran 8. K5P Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran

9. K6P Kuning, tanpa gas (

Fermentasi asam laktat) - - 10. K9P Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran Kuning, gas Fermentasi asam campuran 11. K10P Kuning, gas Fermentasi asam campuran

Kuning, tanpa gas ( Fermentasi asam laktat)

Kuning, gas Fermentasi asam campuran

12. K15P Kuning, tanpa gas (

Fermentasi asam laktat) - Kuning, gas Fermentasi asam campuran 13. C7N Kuning, gas Fermentasi asam campuran

Kuning, tanpa gas ( Fermentasi asam laktat)

Kuning, gas Fermentasi asam campuran

Mikrobia yang mampu memfermentasi gula akan berwarna kuning dan menghasilkan gas apabila dihasilkan asam campuran. Sedangkan apabila terjadi perubahan menjadi kuning namun tidak menghasilkan gas maka asam yang dihasilkan adalah asam laktat. Semua isolat kecuali K2N, K6P dan K9P mampu memfermentasi glukosa, laktosa maupun sukrosa. K6P tidak mampu memfermentasi laktosa dan Sukrosa sedangkan K2N dan K15P hanya laktosa yang tidak bisa difermentasi (Tabel 5).

(8)

8

Uji Kemampuan isolat dalam menghasilkan IAA disajikan pada tabel 6. Tabel 6 . Konsentrasi IAA (ppm) Umur 24, 48 dan 72 jam dari beragam isolat

No. Nama Isolat Konsentrasi IAA (ppm)

24 jam 48 Jam 72 Jam

1. R9N 0,4972 0,5375 0,9631 2. R2P 0,1617 0,1285 0,5206 3. C7N 1,0502 0,6466 0,6232 4. P4P 0,4871 0,7013 0,6425 5. K2N 0,3503 0,3699 0,36675 6. K8N 0,5379 0,4345 0,42385 7. K9N 1,3371 0,5912 0,5990 8. K15N 0,6207 0,5788 0,5881 9. K5P 0,6406 0,4344 0,2521 10. K6P 0,2511 0,2353 0,3133 11. K9P 0,1299 0,1912 0,2420 12. K10P 0,1455 0,1730 0,2662 13. K15P 0,1358 0,1554 0,2447

Masing-masing isolat menghasilkan konsentrasi IAA yang berbeda. Dengan lama inkubasi lebih lama beberapa isolat mengalami kenaikan sedangkan isolat lainnya kandungan IAA nya menurun. Isolat C7N dan K9N menghasilkan IAA yang lebih banyak dibandingkan isolat lainnya sehingga kemungkinan akan dapat berfungsi sebagai PGPRM lebih baik. Sesuai dengan pernyataan ( Bashan, 2002 dan Munif dan Awaludin, 2011) adanya IAA merupakan salah satu hormon yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan.

Mikrobia yang berperanan sebagai PGPR adalah mikrobia yang mampu menghasilkan IAA (Tabel 8) dan yang menguaraikan Fasfat dengan ditunjukkan adanya zona jernih pada biakan ( Tabel 6). Semakin besar zona jernih yang dihasilkan , maka mikrobia tersebut mempunyai kemapuan untuk menguraikan fosfat sehingga menjadi tersedia bagi tanaman. Kemampuan menguraikan fosfat dari P4P, K15N, K15P adalah sama yaitu 0,8 dan yang paling banyak adalah K9P yaitu 0,9 ( Tabel 4).

Sedangkan IAA yang dihasilkan berkisar antara 0,3 sampai 1,34 ( Tabel 6). IAA merupakan hormon kunci bagi berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga sintesisnya oleh jenis bakteri tertentu merupakan salah satu alasan terjadinya peningkatan pertumbuhan tanaman yang diuji. Kemampuan produksi IAA dari ketiga belas ( 13) galur bakteri terpilih merupakan dasar untuk dikaji potensinya dalam peningkatan pertumbuhan.

(9)

9 Tabel 5 : Karakteristik isolat bakteri rhizosfer dari berbagai tumbuhan

Identifikasi Nama Isolat

R9P R2P C7N P4P K2N K8N K9N K15N K5P K6P K9P K10P K15P

Warna koloni Hijau muda Putih kapas Putih Keruh, krem Putih lendir Putih keruh

Keruh Keruh Putih Putih keruh

Putih Keruh kertas

bening kuning Hijau keruh

Bentuk sel Titik titik titik Titik Titik Titik titik Titik Titik batang titk Kecil

batang Titik Pengecatan gram + + + + + + + + + + + + + Motilitas ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + ++ +++ ++ Katalase + + + + + + + + + + + + + Pertumbuh-an pada media SS ++ +++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ + ++ +++ ++ Pertumbuh- An pada media cair Endapan, mulur Endapan, atas banyak Endapan sedikit Endapan banyak Endapan Endapan sedikit Endapan, hijau muda Endapan di baah, agak jernih Endapan, Endapan (bawah) Hijau muda, endapan Jernih, endapan putih Endapan sedikit, hijau muda Keperluan Oksigen Aerob Aerob fakul tatif

Aerob Aerob Aerob Aerob Aerob Aerob Aerob Sangat

aerobik Aerob Aerob Fakulta tif Aerob Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tumbuhan dominan yang tumbuh di pantai Samas adalah Rumput pantai ( Spinifex sericeus) , Cemara udang ( Casuarina equisetifolia) , Pandan ( Pandanus sp.) dan Katang ( Ipoemea pescaprae)

2. Total koloni yang diperoleh sebanyak 96 koloni dan yang mampu menguraikan fasfat terdapat 13 koloni yaitu R9P, R2P, C7N, P4P, K2N, K8N, K9N, K15P, K5P, K6P, K9P, K10P dan K15P dan yang menghasilkan IAA tinggi adalah R9P, C7N, P4P, K9N, K15N, K15 P dan K9P.

(10)

10

DAFTAR PUSTAKA

Bashan, Y. 1998. Inoculants of plant growth-promoting bacteria for use in agriculture. Biotechnol. Adv. 16:729-770.

Bustaman, 2006. Seleksi Mikroba Rizosfer Antagonis Terhadap Bakteri Ralstolnia solanacearum Penyebab Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Jahe di Lahan Tertindas, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 8 No. 1 Hal 12-18

Didiet, H.S dan Umul Aiman, 2009. Potensi Mikoriza Indegenus Lahan Pasir Pantai Sebagai Agen Hayati Pengungkit Ketahanan Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan . Laporan Penelitian.

Djatmiko, H.A., Triwidodo Adirwiyanto, Bambang Hadisutrisno, dan Bambang Hendro Siminto, 2007. Potensi Tiga Genus Bakteri dari Tiga Rizosfer Tanaman Sebagai Agensia Pengendali Hayati Penyakit Loncat

Goenadi , D.H dan Isroi, 2003. Aplikasi Bioteknologi Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Agribisnis Yang Berkelanjutan .Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pendekatan Kehidupan Pedesaan dengan Perkotaan dalam Upaya Membangkitkan Pertanian Progresif, UPN “Veteran” Yogyakarta , 8 – 9 Desember 2003

Husen, E., Rasti Sarasati, dan Ratih Dewi Hastuti, 2007. Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman, Http://balittanah.litbang.deptan.go.id/, 16 Mei 2010

Larone, D.H., 1976. Medically Important Fungi, A Guide To Identification, Harper and Row Publisher, New York.

Munif, A dan Awaludin H., 2011. Potensi Bakteri Endofit dan Rhizosfer dalam Meningkatkan Pertumbuhan Jagung, Seminar Nasional Serealia, IPB.

Patten CL. Glick BR. 2002. Role of Pseudomonos development of the host plant root system. Appl Environ Microbiol 68:3795- 3801

Raharjo, 2005. Screening Of Copper (Cu) Tolerance And Indole Acetic Acid Producer Of Rhizobacteria From Rhizosphere Of Soybean Pl (Glycine Max L.) Thesis., ITB Saraswati, R., Trini Prihatini, Ratih Dewi Hastuti, 2006. Teknologi Pupuk Mikrobia Untuk

Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah, Sawah dan Teknologi Pengelolaannya : 169-189

Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan

Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. Bandung.

Tirta, I Gede, 2006. The effect of potassium and mycorrhiza on growth ofVanilla planifolia Andrew, BIODIVERSITAS Vol. 7, No. 2, April 2006, hal. 171-174

Triastuti R., 2006. Potensi Antibiotik Isolat Bakteri Rizosfer Terhadap Bakteri Escherichia coli Multiresisten . Sains Dan Teknologi, 7 (2). Pp. 81-91

Udin, L.Z., Nurhayati, Y., T.A. Budiwati, A.T. Karrosil dan A. Manututty, 2001. Potensi Antibakteri Dari Bakteri Yang Bersimbiose Dengan Spong Dysidea Cinerea (Keller). Prsiding Seminar NasionalX “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”Hotel Santika Yogyakarta, 6- 7 November 2001

Widyawati, A, 2008. Bacillus sp. Asal Rizosfer Kedelai Yang Berpotensi Sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman Dan Biokontrol Fungi Patogen Akar, Thesis, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

(11)

11

Biodata Presenter

Nama : Dra. Umul Aiman, M.Si.

Instansi : Prodi Agroteknologi- F. Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta.

Alamat : Program Studi Agroteknologi Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana

Yogyakarta

Telp/fax : (0274)6498212/ (0274)6498213

HP : 081802653800

Gambar

Tabel 2 :    Macam koloni mikrobia ( cfu/g tanah Rhizosfer ) dari berbagai rhizosfer tumbuhan          Asal mikrobia Rhizosfer  Macam koloni bakteri  Macam koloni jamur
Tabel 3 : Karakteristik isolat bakteri hasil isolasi dari berbagai rhizosfer tubuhan dominan Pantai
Tabel 7. Pengamatan uji kimia terhadap kemampuan memfermentasi    gula-gula dan                  asam yang dihasilkan
Tabel 6 .    Konsentrasi IAA (ppm)      Umur    24, 48 dan 72 jam dari beragam isolat
+2

Referensi

Dokumen terkait