• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI MIKROBIA RHIZOSFER TUMBUHAN PANTAI SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN KACANG TUNGGAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI MIKROBIA RHIZOSFER TUMBUHAN PANTAI SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN KACANG TUNGGAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

UJI MIKROBIA RHIZOSFER TUMBUHAN PANTAI

SEBAGAI PEMACU PERTUMBUHAN KACANG TUNGGAK

Umul Aiman1, Bambang Sriwijaya2, Fahri Asmara3

1,2,3

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl.Wates Km.10 Yogyakarta

Email: umul_aiman@yahoo.com1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji mikrobia rhizosfer dari tumbuhan pantai sebagai pemacu pertumbuhan kacang tunggak pada lahan marginal. Tanaman budidaya dapat ditingkatkan kemampuan tumbuh dan berkembang pada lahan-lahan marginal dengan menambahkan mikrobia rhizosfer.

Penelitian dilakukan dengan mengaplikasikan mikrobia rizhosfer dari tumbuhan dominan yang hidup di lahan pantai yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia), mikrobia rhizosfer dari rumput pantai (Spinifex sp.), dan mikrobia rhizosfer dari pandan laut (Pandanus sp), serta mikrobia rhizosfer dari katang-katang (Ipomea pescaprae). Masing-masing mikrobia rhizosfer selanjutnya diaplikasikan pada tanaman kacang tunggak dan diamati pertumbuhannya. Mikrobia rhizofer selanjutnya dilakukan identifikasi dan diseleksi kemampuannya dalam memacu pertumbuhan dengan dianalisis kandungan IAA serta kemampuannya menguraikan fosfot menjadi tersedia bagi tanaman. Penelitian ini menggunakan percobaan lapangan faktor tunggal yang dirancang menggunakan RAL, 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan pemberian rhizosfer tidak mempengaruhi pertumbuhan pada media pasir:top soil:pupuk kandang (1:1:1) tetapi mampu memacu pembentukan bintil akar. Mikrobia rhizosfer dari katang-katang menghasilakan IAA dan forfat tersedia paling banyak dibandingkan rhizosfer dari inang lainnya.

Kata Kunci : Lahan marginal , PGPR , IAA, Kacang tunggak

PENDAHULUAN

Lahan produktif di Indonesia semakin hari semakin berkurang jumlahnya, sementara kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya penduduk. Hal ini terjadi salah satunya adalah semakin menyempitnya lahan pertanian yang diakibatkan dengan pergeseran peruntukan dari pertanian untuk industri,

(2)

2

pemukiman, dan lain-lain. Namun di sisi lain, banyak lahan marginal yang belum dimanfaatkan, sehingga diperlukan pemanfaatannya secara maksimal.

Tanaman akan mengalami gangguan pertumbuhan apabila berada pada lahan marginal. Banyak upaya yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan tanaman agar mampu bertahan dan beradaptasi sehingga tumbuh dengan baik pada lahan marginal salah satunya adalah dengan menggunakan mikrobia rizosfer.

Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa mikrobia dari daerah rhizosfer dapat mendukung pertumbuhan tanaman. Mikoriza dari pandan mampu meningkatkan ketahanan bawang merah terhadap kekeringan ( Didiet HS dan Umul Aiman, 2009), peningkatan ketersediaan hara fosfor (Setiadi, 2003), nitrogen, kalium (Saraswati, dkk., 2005; Husen, dkk., 2007 dan Triastuti, 2006), dan ketahanan terhadap penyakitpun juga akan meningkat (Goenadi dan Isroi, 2003; Bustaman, 2006 ; Djatmiko dkk., 2007). Selain itu hara dan ketahanan terhadap penyakit, pemberian rhizosfer dapat meningkatkan toleransi tanaman terhadap logam berat maupun kondisi lahan kritis ( Setiadi, 2003).

Mikrobia yang tumbuh pada perakaran/ zona rizosfer dan yang mampu memacu pertumbuhan tanaman disebut PGPRM (Husen, dkk., 2007). Mikrobia dari rhizozfer tumbuhan pantai diduga mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman apabila diaplikasikan pada tanaman agar bertahan pada lahan marginal utamanya lahan pantai.

Di Indonesia terdapat beragam jenis kacang-kacangan, diantaranya kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan kacang tunggak. Kacang tunggak (Vigna unguiculata, L.) atau nama lainnya kacang tolo atau kacang dadap mempunyai biji dengan kandungan protein cukup besar yaitu sekitar 25%. Produksi kacang tunggak dari tahun ke tahun semakin menurun, sementara potensi kacang tunggak sangat banyak, sehingga perlu dikembangkan. Melalui penelitian ini diupayakn peningkatan produksinya sekaligus ditanam pada lahan marginal dengan induksi mikrobia rhizosfer tumbuhan pantai.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biokimia serta Kebun Percobaan Fakultas Agroindustri Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah mikrobia rhizosfer dari tumbuhan cemara laut (Casuarina equisetifolia), rumput pantai (Spinifex sp.), pandan (Pandanus sp.), serta mikrobia rhizosfer dari tumbuhan katang-katang (Ipomea pescaprae). Pasir dan tanah sebagai media tumbuh, pupuk kandang sapi serta pupuk organik. Alat yang

(3)

3

digunakan adalah timbangan analitik, polibag, mikroskop, penggaris, hand sprayer, oven, magnifer, spektrofotometer, meteran kertas, dan alat-alat pertanian yang lain. Metode penelitian dan analisis data

Penelitian menggunakan percobaan lapangan yang disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 5 perlakuan dan 3 ulangan. Setiap unit terdiri atas 5 tanaman kacang tunggak (Vigna unguiculata L.). Perlakuan yang diujikan meliputi :

R1 : Mikrobia rhizosfer dari tumbuhan cemara laut (Casuarinaequisetifolia), R2 : Mikrobia rhizosfer dari tumbuhan Rumput pantai ( Spinifex sp. ), R3 : Mikrobia rhizosfer dari tumbuhan pandan ( Pandanus sp ),

R4 : Mikrobia rhizosfer dari tumbuhan katang-katang ( Ipomea pescaprae), R5 : Tanpa mikrobia rizhosfer.

Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan varian sidik ragam taraf nyata 5%. Jika terdapat beda nyata, maka untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dilakukan uji lanjut dengan Duncan Multiple Range Test (DMRT) taraf 5%.

Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi dua tahapan yaitu tahap pengujian kemampuan mikrobia rhizosfer dari empat tumbuhan dominan pantai yaitu cemara laut (Casuarina equisetifolia), rumput pantai (Spinifex sp.), dan pandan (Pandanus sp.), serta mikrobia rhizosfer dari katang-katang (Ipomea pescaprae) dalam memacu pertumbuhan kacang tanah. Tahap berikutnya adalah menguji isolat dari semua rhizosfer dalam menghasilkan IAA (Raharjo, 2005) dan fosfat tersedia ( Rao, 1994).

Pada tahap pertama disiapkan media yang terdiri pasir pantai: tanah : pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1 pada polibag yang berukuran 15 x 20 cm, selanjutnya dicampur dengan mikrobia rhizosfer. Pengambilan mikrobia rhizosfer dengan mengambil tanah beserta propagul perakaran sampai kedalaman 20 cm sebanyak 250 g, inokulasi mikrobia rhizosfer dengan cara dicampur dengan media tanam yang ada dalam polibag. Setiap polibag diisi mikrobia rhizosfer 250g (Wirianata, 2001) diberikan bersamaan saat penanaman bibit kacang tunggak yang sebelumnya ditugal sedalam kurang lebih 7 cm. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman, pemupukan, pengendalian hama dan pemanenan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap 5 tanaman sampel dan 2 tanaman korban pada masing-masing petak. Variabel yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, bobor segar brangkasan, bobot kering brangkasan, volume akar, jumlah bintil akar total, jumlah bintil akar efektif.

(4)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan dari variabel pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak disajikan pada tabel berikut:

Rata -rata tinggi tanaman umur (7, 14, 21, 28 , 35) hst disajikan dalam tabel 1. Tabel 1. Tinggi tanaman kacang tunggak umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst, 35 hst pada berbagai

pemberian mikrobia rhizosfer dari beragam inang tumbuhan pantai (cm) Perlakuan (macam inang) Umur tanaman (hst.) 7 14 21 28 35 Cemara laut 12,47a 14,13 a 16,51 a 17,66 a 19,00 a Rumput pantai 10,22 a 11,74 a 13,96 a 15,40 a 16,48 a Pandan 11,71 a 12,37 a 14,99 a 16,35 a 17,46 a Katang-katang 10,88 a 12,33 a 14,63 a 16,29 a 17,39 a Tanpa rhizofer 11,30 a 13,05 a 15,98 a 17,42 a 18,44 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata

menurut Uji F taraf 5%.

Tabel 2. Jumlah daun tanaman kacang tunggak umur 7 hst, 14 hst, 21 hst, 28 hst, 35 hst pada

berbagai pemberian mikrobia rhizosfer dari beragam inang tumbuhan pantai Perlakuan (macam inang) Umur Tanaman (Hst.) 7 14 21 28 35 Cemara laut 1,20a 2,27 b 4,20 a 5,67 a 7,27 a Rumput pantai 1,00 a 2,00 a 4,27 a 5,47 a 6,53 a Pandan 1,00 a 2,00 a 4,27 a 5,67 a 6,53 a Katang-katang 1,07 a 2,27 b 4,60 a 5,73 a 6,80 a Tanpa rhizofer 1,07 a 2,60 b 5,07 a 5,80 a 6,47 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut

Uji F taraf 5%.

Tabel 3. Bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, bobot segar akar, bobot kering akar

pada berbagai pemberian mikrobia rhizosfer dari beragam inang tumbuhan pantai (g)

Perlakuan Rerata Pengamatan Bobot segar tajuk (gram) Bobot kering tajuk (gram)

Bobot segar akar (gram)

Bobot kering akar (gram)

Cemara laut 19,80 b 2,75 a 8,89 b 1,11 a

Rumput pantai 14,86 a 2,04 a 8,70 b 1,42 a

(5)

5

Katang-katang 17,08 b 2,58 a 8,34 b 1,17 a

Tanpa rhizofer 16,02 b 2,15 a 6,49 a 1,21 a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut

DMRT taraf 5%.

Tabel 4. Volume akar, jumlah bintil akar total,jumlah bintil akar efektif, berat bintil akar pada berbagai perlakuan dengan macam pemberian berbagai inang mikrobia rhizosfer tanaman pantai maupun tanpa pemberian mikrobia rhizosfer tanaman pantai

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut

DMRT taraf 5%.

Tabel 5. Macam isolat dan asalnya serta diameter zona bening yang dibentuk oleh Isolat pereduksi sulfat

No. Asal Mikrobia Nama mikrobia Diameter zona

terang ( cm )

1. Rumput pantai ( Spinifex sericeus ) R9N 0,40

2. Rumput pantai ( Spinifex sericeus R2P 0,20

3. Cemara udang (Casuarina equisetifolia) C7N 0,20

4. Pandan ( Pandanus sp) P4P 0,80

5. Katang ( Ipoemea pescaprae) K2N 0,55

6. Katang ( Ipoemea pescaprae) K8N 0,40

7. Katang ( Ipoemea pescaprae) K9N 0,30

8. Katang ( Ipoemea pescaprae) K15N 0,80

9. Katang ( Ipoemea pescaprae) K5P 0,40

10. Katang ( Ipoemea pescaprae) K6P 0,80

11. Katang ( Ipoemea pescaprae) K9P 0,90

12. Katang ( Ipoemea pescaprae) K10P 0,40

13. Katang ( Ipoemea pescaprae) K15P 0,80

Perlakuan

Volume akar (ml)

Jumlah bintil akar total

Jumlah bintil akar efektif

Bobot bintil akar efektif (g) Cemara laut 103,00 a 81,33 b 80,33 b 1,15 b Rumput pantai 103,67 a 74,67 b 71,67 b 0,91 b Pandan 103,33 a 81,33 b 58,33 b 0,96 b Katang-katang 103,50 a 100,33 c 100,33 c 1,01 b Tanpa rhizofer 102,17 a 42,33 a 35,67 a 0,58 a

(6)

6

Mikrobia yang mampu menghasilkan fosfat tersedia sebagian besar berasal dari katang-katang. Semakin luas zona terang yang dihasilkan maka semakin kuat kemampuan dari mikrobia dalam menguraikan fosfat menjadi fosfat tersedia (Tabel 5).

Uji kemampuan isolat dalam menghasilkan IAA disajikan pada tabel 6. Tabel 6 . Konsentrasi IAA (ppm) umur 24, 48 dan 72 jam dari beragam isolat

No. Nama Isolat Konsentrasi IAA (ppm)

24 jam 48 Jam 72 Jam

1. R9N 0,4972 0,5375 0,9631 2. R2P 0,1617 0,1285 0,5206 3. C7N 1,0502 0,6466 0,6232 4. P4P 0,4871 0,7013 0,6425 5. K2N 0,3503 0,3699 0,3668 6. K8N 0,5379 0,4345 0,4239 7. K9N 1,3371 0,5912 0,5990 8. K15N 0,6207 0,5788 0,5881 9. K5P 0,6406 0,4344 0,2521 10. K6P 0,25105 0,23525 0,31325 11. K9P 0,1299 0,1912 0,2420 12. K10P 0,1455 0,17295 0,26615 13. K15P 0,1358 0,15535 0,24465

Keterangan : R dari inang rumput laut; C dari Cemara; P dari pandan dan K dari katang-katang

Tinggi tanaman umur 7 hst, 14 hst, 21 hst maupun 35 hst menunjukkan tinggi yang tidak berbeda pada semua perlakukan termasuk yang tanpa pemberian mikrobia rhizosfer ( Tabel 1). Pada jumlah daunpun juga tidak terjadi perbedaan (Tabel 2), sedangkan bobot segar tajuk, pada pemberian rhizosfer dari cemara laut menujukkan bobot yang lebih besar yang tidak berbeda dengan katang-katang maupun tanpa rhizosfer (Tabel 3) dan bobot kering tajuk semuanya tidal menunjukkan perbedaan (Tabel 4)

Pemberian rhizosfer pada semua perlakukan tidak menunjukkan perbedaan ( Tabel 1, tabel 2, tabel 3 dan tabel 4 ) walaupun secara teori pemberian mikrobia rhizosfer akan memacu pertumbuhan tanaman ( Widyawati, 2008; Tirta, 2006; Sinar tani on line, 2010, Saraswati, dkk., 2006; Goenadi dan Isroi, 2003). Ketidak adanya perbedaan ini kemungkinan diakibatkan karena lahan yang digunakan merupakan lahan yang telah ideal untuk pertumbuhan kacang tunggak karena adanya penambahan top soil dan pupuk sehingga cukup porous pada tanah yang digunakan. Seperti dinyatakan oleh Susilo, 2008 bahwa tanaman kacang-kacangan akan tumbuh ideal pada lahan dengan porositas yang sedang selain itu tanaman kacang tunggak merupakan tanama legum yang relatif tahan terhadap lahan marginal kering maupun rawa ( Balitbang Pertanian, 2013) .

(7)

7

Media yang digunakan untuk penelitian adalah media yang cukup porous dan subur. Fungsi mikrobia rhizosfer antara lain adalah memperluas jangkauan kemampuan tanaman untuk menyerap hara maupun air apabila lahannya kurang baik dan fungsi mikrobia rhizosfer akan maksimal apabila lahannya marginal (Husen, dkk., 2007 dan Setiadi, 2003)

Bobot kering akar, jumlah bintil akar total , jumlah bintil akar efektif maupun bobot bintil akar tanaman kacang tunggak pada rhizosfer katang-katang menunjukkan hasil paling tinggi dan diikuti pemberian mikrobia rhizosfer lainnya dan yang paling rendah adalah yang tanpa pemberian mikrobia rhizosfer ( Tabel 3 dan tabel 4). Pemberian mikrobia rhizosfer mampu meningkatkan kemampuan bintil akar dalam membentuk kolonisasi, seperti dinyatakan oleh Hartono dkk., 2005 dan Husen dkk., 2007.

Tumbuhan Rumput pantai ( Spinifex sericeus), Cemara udang (Casuarina equisetifolia), pandang (Pandanus sp.) dan katang (Ipoemia pescaprae) merupakan tumbuhan dominan yang tumbuh di lahan pasiran pantai. Dominasi tanaman ini kemungkinan disebabkan karena adanya simbiose antara tumbuhan pantai dengan mikrobia. Menurut Bustaman, 2006 tumbuhan utamanya yang berada di lahan marginal akan dapat tumbuh dengan baik apabila ada keikutsertaan mikrobia , utamanya mikroia yang membentuk koloni di akar yang sering disebut PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobakteria ). PGPRM adalah mikrobia yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Mikrobia tersebut hidupnya secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Fungsi PGPR bagi tanaman adalah memacu pertumbuhan tanman, fisologi akar serta mengurangi penyakit sekaligus menyediakan P, Fe, S dan Cu tersedia bagi tanamn (Hartono dkk., 2005 ; Husen, 2007).

Mikrobia yang berperan sebagai PGPR antara lain Bacillus, Pseudomonas, serta Mikoriza. Mikoriza adalah jamur yang bersimbiose di perakaran tumbuhan. Dari pengamatan ada tidaknya simbiose mikoriza dengan tumbuhan, dihasilkan semua kolonisasi akar terbentuk mikoriza. Jadi adanya mikoriza kemungkinan menyebabkan tumbuhan mampu tumbuh dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Bashan, 2002. adanya mikoriza dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap air, fosfat, bahkan juga IAA.

Mikrobia yang berperanan sebagai PGPR diindikasikan dengan kemampuannya menghasilkan IAA dan Fosfat (Tabel 6 dan 7). Kemampuan menguraikan fosfat dari mikrobia yang berasal dari katang-katang relatif lebih luas dibandingkan yang lainnya (Tabel 5). Sedangkan IAA yang dihasilkan berkisar antara 0,3 sampai 1,34 dan isolat dari rhizosfer katang-katang menghasilkan IAA relitif lebih banyak dibandingkan tanaman lain (Tabel 6). Karena kemampuan sebagian besar isolat dari katang-katng dalam menghasilkan hara fosfat tersedia dan IAA inilah yang kemungkinan

(8)

8

menagkibatkan pertumbuhan tanamn kacang tunggak reatif lebih baik ( walaupun tidak beebeda secara statistik (Tabel 2 dan 4).

IAA merupakan hormon kunci bagi berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan. Kemampuan produksi IAA dari ketiga belas ( 13) galur bakteri terpilih merupakan dasar untuk dikaji potensinya dalam peningkatan pertumbuhan.

Masing-masing isolat menghasilkan konsentrasi IAA yang berbeda. Dengan lama inkubasi lebih lama beberapa isolat mengalami kenaikan sedangkan isolat lainnya kandungan IAA nya menurun. Isolat C7 ( dari inang Cemara ) dan K9N ( dari inang tanaman katang-katang) menghasilkan IAA yang lebih banyak dibandingkan isolat lainnya. Dengan adanya kandungan IAA yang lebih tinggi ini mengakibatkan pertumbuhan kacang tunggak menjadi lebih baik (Tabel 4).

SIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pemberian mikrobia rhizosfer tidak mempengaruhi pertumbuhan kacang tunggak pada tanah dengan komposisi ( Pasir pantai : top soil vertisol: pupuk kandang sapi = 1: 1:1)

2. Pemberian mikrobia rhizosfer mampu memacu pembentukan bintil akar, dan mikrobia rhizosfer dari tumbuhan katang-katang menghasilkan bintil akar paling banyak.

3. Mikrobia rhizosfer dari inang katang-katang menghasilkan IAA dan fosfat tersedia terbanyak dibandingkan rhizosfer dari rumput pantai, pandan maupun cemara.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani Hatmanti, Ruyitno N Dan Julinasari D. 2009. Screening Bakteri Penghambat Untuk Bakteri Penyebab Penyakit Pada Budidaya Ikan Kerapu Dari Perairan Banten Dan Lampung, Makara, Sains, Vol. 13, No. 1, April 2009: 81-86

Bashan, Y. 1998. Inoculants of plant growth-promoting bacteria for use in agriculture. Biotechnol. Adv. 16:729-770.

Bustaman, 2006. Seleksi Mikroba Rizosfer Antagonis Terhadap Bakteri Ralstolnia solanacearum Penyebab Penyakit Layu Bakteri Pada Tanaman Jahe di Lahan Tertindas, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia Vol. 8 No. 1 Hal 12-18

Didiet, H.S dan Umul Aiman, 2009. Potensi Mikoriza Indegenus Lahan Pasir Pantai Sebagai Agen Hayati Pengungkit Ketahanan Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan . Laporan Penelitian.

(9)

9

Djatmiko, H.A., Triwidodo Adirwiyanto, Bambang Hadisutrisno, dan Bambang Hendro Siminto, 2007. Potensi Tiga Genus Bakteri dari Tiga Rizosfer Tanaman Sebagai Agensia Pengendali Hayati Penyakit Loncat

Goenadi, D.H dan Isroi, 2003. Aplikasi Bioteknologi Dalam Upaya Peningkatan Efisiensi Agribisnis Yang Berkelanjutan .Makalah disampaikan pada Lokakarya Nasional Pendekatan Kehidupan Pedesaan dengan Perkotaan dalam Upaya Membangkitkan Pertanian Progresif, UPN “Veteran” Yogyakarta , 8 – 9 Desember 2003

Hartono, Sukresno, S. Andy Cahyono, Eko Priyanto, Gunarti. 2005. Pengembangan Teknik Rehabilitasi Lahan Pantai Berpasir Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. Prosiding Ekspose BP2TPDAS-IBB , Surakarta 3 Agustus 2003, 23-38

Husen, E., Rasti Sarasati, dan Ratih Dewi Hastuti, 2007. Rizobakteri Pemacu Tumbuh Tanaman,

Http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/buku/pupuk/pupuk9.pdf, 16 Mei 2012

Kertonegoro, B.J. 2003. Pengembangan Budidaya Tanaman Sayuran dam Hortikultura pada Lahan Pasir Pantai:Sebuah Model Spesifik Dari Daerah Istimewa

Yogyakarta. Agr-UMY XI(2):67-75.

Prescott, LM; John PH; Donald AK. 2002. Microbiology 5th edition. McGraw-Hill Company. New York

Prescott, Harley. 2002. Laboratory Exercises in Micrrobiology. The MC-Graw Hill Companies. New York ; 126, 139

Raharjo, 2005. Screening Of Copper (Cu) Tolerance And Indole Acetic Acid Producer Of Rhizobacteria From Rhizosphere Of Soybean Pl (Glycine Max L.) Thesis., ITB Rao, N.S.S. 1994. Mikroba Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Jakarta: UI Press

Saraswati, R., Trini Prihatini, Ratih Dewi Hastuti, 2006. Teknologi Pupuk Mikrobia Untuk Meningkatkan Efisiensi Pemupukan dan Keberlanjutan Sistem Produksi Padi Sawah, Sawah dan Teknologi Pengelolaannya : 169-189

Sinar tani on line, 2010. Anfaat Aplikasi “Starter Solution Technology” pada Sistem Rhizosfer Tanah, http//www.sinartani.com/iptek/, 19 Mei 2012.

Setiadi, Y. 2003. Arbuscular mycorrhizal inokulum production. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan

Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. 16 September 2003. Bandung.

(10)

10

Triastuti R., 2006. Potensi Antibiotik Isolat Bakteri Rizosfer Terhadap Bakteri Escherichia coli Multiresisten . Sains Dan Teknologi, 7 (2). Pp. 81-91

Udin, L.Z., Nurhayati, Y., T.A. Budiwati, A.T. Karrosil dan A. Manututty, 2001. Potensi Antibakteri Dari Bakteri Yang Bersimbiose Dengan Spong Dysidea Cinerea (Keller). Prsiding Seminar NasionalX “Kimia dalam Industri dan Lingkungan”Hotel Santika Yogyakarta, 6- 7 November 2001.

Widyawati, A, 2008. Bacillus sp. Asal Rizosfer Kedelai Yang Berpotensi Sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman Dan Biokontrol Fungi Patogen Akar, Thesis, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor.

Gambar

Tabel 3. Bobot segar tajuk, bobot kering tajuk, bobot segar akar, bobot kering akar
Tabel 5.    Macam isolat dan asalnya serta diameter zona bening yang dibentuk oleh Isolat                        pereduksi sulfat

Referensi

Dokumen terkait

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Intan Tiara Kireina, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH STOCK SELECTION SKILL DAN MARKET TIMING ABILITY

Pada faktor organisasi secara parsial persepsi pengetahuan, budaya keselamatan pasien dan respon pelaporan berpengaruh signifikan terhadap niat mela- por IKP kasus sedang,

Penelitian penggunaan kompleks fermentasi onggok-urea-zeolit dengan membandingkan hasil fermentasi yang menggunakan kapang Aspergillus niger, Aspergillus oryzae

Surat Setoran Pajak Daerah yang dapat disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak atau penanggung pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang

Selain cakep mereka juga menyukai lelaki yang sudah berpenghasilan, kalaupun si lelakinya masih kuliah, mereka lebih suka dengan lelaki yang kuliahnya mentereng dari perguruan tinggi

Data penelitian yang diperoleh adalah rata-rata kadar LDL kolesterol serum tikus pada masing-masing kelompok perlakuan, yaitu setelah masa adaptasi ( LDL hari ke-0 ),

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c di atas, perlu menetapkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara tentang Perubahan

Berdasarkan uji keteknikan, pembuatan batako, dan uji kuat tekan bebas yang telah dilakukan terhadap tuf pasiran, mengindikasikan bahwa endapan ini dapat dipakai