• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA. 2.1 Umum Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TEORI DASAR WCDMA DAN HSDPA

2.1 Umum

Perkembangan teknologi komunikasi bergerak ternyata berkembang dengan pesatnya. Evolusi sistem komunikasi kini telah mencapai generasi ke-3 (3G) dimana generasi ini telah merambah pada layanan internet secara wireless. Teknologi ini telah mampu mengakses web secara permanen, video interaktif, dengan kualitas suara yang sangat baik sekualitas CD audio player hingga ke teknologi kamera video yang di integrasikan dalam telepon seluler.

Pada tahun 1978 awal munculnya teknologi generasi pertama (1G), teknologi pertama yang diluncurkan adalah Global System for Mobile (GSM) dan

Code Division Multiple Access (CDMA). Metode akses yang digunakan oleh CDMA dan GSM berbeda, yaitu 1G hanya dapat digunakan untuk menelpon dan masih menggunakan nada dering monofonik, yang tentunya belum memiliki akses ke internet. Kemudian pada tahun 1990an diluncurkan teknologi generasi kedua (2G), yaitu GSM dengan fasilitas nada dering polifonik dan baru memiliki pengaturan variasi warna. Setelah 2G, muncul telepon seluler dengan 2.5G yang telah memiliki fitur Mobile Multimedia Message (MMS) dan dilengkapi akses

General Packet Radio Service (GPRS). Perkembangan teknologi yang sangat pesat, sehingga dimunculkanlah telepon seluler dengan teknologi generasi ketiga (3G) yang disebut WidebandCode Division Multiple Access (WCDMA). Teknologi ini cukup diminati di masyarakat, dengan salah satu keunggulan baru

(2)

lawan bicara kita pada saat melakukan panggilan. Sampai saat ini telah dikeluarkan teknologi yang disebut 3.5G, yang merupakan teknologi transmisi data pita lebar (bandwith) yang dapat digunakan secara berpindah-pindah (mobile broadband) dan berbasis High-Speed Downlink Package Access (HSDPA).

2.2 Konsep Dasar WCDMA

Sistem WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) adalah teknologi multiple akses dengan menggunakan teknik direct sequence spread spectrum (DS-SS). Teknologi ini berbeda dengan teknik akses radio konvensional yang menggunakan teknik pembagian bandwidth frekuensi yang tersedia di kanal sempit ke dalam time slot tertentu. Teknologi WCDMA dalam mengakses data dilakukan secara terus menerus selebar bandwidth tertentu (5-15 MHz), untuk masing-masing UE (User Equipment) yang memakai servis seperti telepon, faxcimile data atau multimedia maka digunakan kode-kode tertentu yang saling berkorelasi untuk masing-masing servis dan di penerima akan digunakan kode-kode yang saling berkorelasi sama seperti sebelumnya. Selanjutnya pembahasan teknik WCDMA akan dilihat dari karakteristiknya, mulai dari alokasi frekuensi,

pengkodean, scrambling, dan spreading serta jenis modulasi yang dipakai.

2.2.1 Arsitektur Jaringan WCDMA

Teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) yaitu Universal Mobile Telecommunication System merupakan suatu evolusi dari GSM, dimana

interface radionya adalah WCDMA, mampu melayani transmisi data dengan kecepatan yang lebih tinggi, kecepatan data yang berbeda untuk aplikasi-aplikasi

(3)

dengan QoS(Quality of Service) yang berbeda. Gambaran arsitektur jaringan UMTS dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Arsitektur Jaringan WCDMA

Dari gambar diatas terlihat bahwa arsitektur jaringan WCDMA terdiri dari perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu sebagai berikut :

1. UE (User Equipment)

User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan smart card yang dikenal dengan nama USIM

(UMTS Subscriber Identity Module) yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk keamanan seperti

authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang berfungsi sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi

(4)

2. UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)

Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di antaranya adalah node B dan RNC (Radio Network Controller).

a) RNC (Radio Network Controller)

RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang membawahi beberapa Node B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user, dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.

b) Node B

Node B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node B merupakan perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE. Fungsi utama node B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel coding, interleaving, spreading, de-spreading,

modulasi, demodulasi dan lain-lain. Node B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce Management), seperti

handover dan power control. 3. CN (Core Network)

Core Network berfungsi sebagai switching pada jaringan UMTS, memanajeman jaringan serta sebagai interface antara jaringan UMTS

(5)

dengan jaringan yang lainnya. Komponen Core Network UMTS terdiri dari :

a) MSC (Mobile Switching Center)

MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti video, video call.

b) VLR (Visitor Location Register)

VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.

c) HLR (Home Location Register)

HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location).

d) SGSN ( Serving GPRS Support Node)

SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS. Fungsi SGSN adalah sebagai berikut :

1. Mengantarkan packet data ke MS 2. Update pelanggan ke HLR 3. Registrasi pelanggan baru

e) GGSN ( Gateway GPRS Support Node )

GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan paket data standard (PDN). GGSN berfungsi

(6)

dalam menyediakan fasilitas internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub, Iur. Antara UE dan UTRAN terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat

interface Iub yang menghubungkan Node B dan RNC,

Interface Iur yang menghubungkan antar RNC. Sedangkan UTRAN dan CN dihubungkan oleh interface Iu. Protokol pada

interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya, yaitu bagian control plane dan user plane. Bagian user plane

merupakan protocol yang mengimplementasikan layanan

Radio Access Bearer (RAB), misalnya membawa data user

melalui Access Stratum (AS). Sedangkan control plane

berfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user

dengan jaringan dari aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya transmisi , handover , mekanisme transfer Non Access Stratum (NAS) seperti Mobility Management (MM), Connection Management (CM), Session Management (SM) ,dan lain-lain.

(7)

2.2.2 Alokasi frekuensi

WCDMA telah dirancang sebagai standar 3G oleh ITU ( International Telecommunications 2000) yang dikenal dengan IMT-2000 (International Mobile Telecommunication 2000). WCDMA diatur dengan standar yang disebut dengan 3GPP (3G-Partnership Project).

Gambar 2.2 Alokasi Frekuensi WCDMA

Dalam 3GPP, WCDMA mengalokasikan frekuensi dengan susunan seperti Gambar 2.2, frekuensi uplink (dari User Equipment ke Base Station) 1920 MHz- 1980 MHz, sedangkan untuk downlink (dari Base Station ke User Equipment) 2110 MHz-2170 MHz. Dengan bandwidth sebesar 5 MHz dan chip rate sebesar 3,84 Mcps.

2.2.3 Spreading, Scrambling dan Modulasi

Keseluruhan teknologi CDMA memakai teknik spreading (tersebar) untuk memisahkan seorang pelanggan dengan pelanggan lainnya. Faktanya, akan ada laju data dari banyak pelanggan yang akan dilayani oleh sebuah base station

(Node B).

Oleh karena itu tidak cukup hanya memisahkan satu pelanggan dengan pelanggan lainnya saja, namun perlu dipisahkan satu pelanggan diantara banyaknya pelanggan yang dilayani dengan laju data masing-masing. Dengan kata

(8)

lain seorang pelanggan A mengirimkan data dan kontrol informasi (informastion control), base station pertama sekali harus memisahkan jalur transmisi pelanggan A dari transmisi pelanggan lainnya. Lalu kemudian memisahkan kontrol informasi tadi dari data pelanggan yang dikirimkannya.

Untuk memenuhi kriteria diatas, WCDMA menerapkan dua langkah di dalam transmisi data pelanggan, seperti yang terlihat dalam Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Konsep Dasar Spreading dan Srambling

Pertama kali, laju data masing-masing pelanggan akan disebar dengan

chip rate sebesar 3,84 Mcps. Sinyal yang tersebar akan tergabung di dalam saluran (channel kemudian akan diacak dengan kode pengacak yang memiliki satuan dalam chip juga. Walaupun kode pengacak ini juga dalam satuan chip, namun tidak akan meningkatkan besaran laju data (bandwidth). Penyaluran (channelization) laju data pelanggan yang telah disebar akan meningkatkan

(9)

ulang dengan aplikasi kode acak yang bersesuaian. Kemudian laju data masing-masing pelanggan diperoleh dengan membentuk penyaluran (channelization) yang sesuai pula. Jelas sangat penting bila pelanggan yang satu memiliki kode pengacak yang berbeda dengan pelanggan yang lain.

Modulasi di dalam WCDMA itu sendiri memakai teknik Quadrature Phase Shift Keying (QPSK). Teknik modulasi ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Modulasi QPSK pada WCDMA

Sinyal yang telah disebar dan diacak seperti diatas memiliki nilai chip kompleks. Bagian nyata dan khayal akan dipisahkan, dimana chip yang nyata berada pada cabang in-phase (I) dan bagian khayal pada cabang quadrature phase

(Q).

2.2.4 Power Control

Power control pada sistem WCDMA adalah untuk mengontrol daya pancar dari UE ke Node B. Level daya pancar akan diatur sedemikian rupa sehingga interferensinya tidak terlalu besar. Tujuan utama penggunaan power

(10)

control pada WCDMA adalah untuk mendapatkan kualitas komunikasi yang baik, mengurangi interferensi, dan memaksimalkan kapasitas.

Tantangan terbesar di dalam sistem komunikasi spread spectrum seperti CDMA2000 dan WCDMA yakni berkenaan dengan efek “jauh-dekat” yang ditunjukkan oleh Gambar 2.5. Ini adalah fenomena yang disebabkan oleh banyaknya user pada berbagai posisi terhadap base station yang ingin berkomunikasi secara bersamaan. Karena daya pancaran sinyal radio sangat tergantung dari fungsi jarak, biasanya user dengan posisi yang jauh memiliki sinyal lemah dan sinyal yang lebih kuat pada user dengan jarak yang lebih dekat dengan base station.

Gambar 2.5 Efek “Jauh-Dekat”

Sistem WCDMA mengatasi efek “jauh-dekat” ini dengan cara meminimalkan daya pancar mobile equipment (ME) yang terdekat melalui teknik “power control” pada Gambar 2.6. Dengan metode ini daya pancar pada ME dapat diatur melalui teknik open loop, dengan metode ini base station dapat mengatur daya pancar berdasarkan daya total yang diterima pada perangkat komunikasi.

(11)

Gambar 2.6 Skema Open Loop Power Control

2.2.5 Struktur Kanal Logika

Pada sistem bergerak radio seluler dibutuhkan sejumlah kanal logika. Kanal logika tersebut dibagi menjadi Dedicated Channel, Common Control Chanel dan System Control Channel. Hal ini dapat ditunjukkan pada Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Struktur Fungsi Kanal Logika 1. Dedicated Channel

Dedicated Channel terjadi apabila hubungan antara MS dengan BS telah terbangun baik uplink maupun downlink. Kanal ini terdiri dari:

a) Traffic Channel (TCH)

TCH berisi data user yang akan ditransmisikan pada interface radio, yang berupa suara, data dan video, dengan kecepatan bervariasi antara 0-144kbps.

(12)

b) Dedicated Control Channel (DCCH)

DCCH ini membawa informasi kontrol yang akan dipertukarkan antara BS dengan MS. Kanal ini berisi kontrol hubungan, kontrol mobility dan kontrol link dengan bit rate 0 – 9,6 Kbps.

2. Common Control Channel

Common Control Channel ini digunakan pada kanal downlink dan diberikan untuk semua MS. Kanal ini terdiri dari:

a. Broadcast Channel (BCH)

Berisi informasi MS disekitarnya. b. Paging Channel (PCH)

PCH memberitahukan akan datangnya panggilan, yang diikuti dengan penetapan kanal trafik.

c. Acces Grant Channel (AGCH)

Kanal AGCH dikodekan oleh MS selama pendudukan akses secara random dan berfungsi sebagai kontrol daya lingkar tertutup terhadap MS. Perintah kontrol daya dikirim melalui AGCH oleh BS.

d. Random Acces Channel (RACH)

RACH adalah satu-satunya kanal kontrol yang digunakan pada kanal uplink yang digunakan MS untuk inisialisasi akses ke sistem. Untuk akses random, MS mengirim sinyal diikuti kontrol daya lingkar tertutup selama pengiriman sinyal RACH. 3. System Control Channel

Dua sistem kontrol kanal adalah Pilot Channel (PICH) dan

(13)

agar BS dapat memantau dan mengidentifikasikan, sinkronisasi dan estimasi kanal pada MS. Kanal ini terdiri dari:

a. Pilot Channel (PICH)

PICH berfungsi untuk memisahkan kanal fisik broadcast pada tiap kanal RF dan laju chip dalam sel radio. PICH ditentukan oleh code spreading PN pendek (kode Gold dengan panjang 1023) dan unik untuk setiap BS. Kode PN pendek ini ditransmisikan secara periodik tanpa modulasi data informasi, sehingga mudah untuk pendeteksian pilot, sinkronisasi dan estimasi kanal pada MS.

b. Synchronization Channel (SCH)

SCH berfungsi untuk mensikronkan PICH. SCH dikirim pada kanal fisik yang terpisah dengn menggunakan kode spreading PN pendek yang diperoleh dari PICH yang bersangkutan.

2.3 Konsep Dasar HSDPA

High Speed Downlink Packet Access (HSDPA) adalah suatu teknologi terbaru dalam sistem telekomunikasi bergerak yang dikeluarkan oleh 3GPP Release 5 dan merupakan teknologi generasi 3,5 (3,5G). Teknologi yang juga merupakan pengembangan dari WCDMA, sama halnya dengan CDMA 2000 yang mengembangkan EV-DO ini didesain untuk meningkatkan kecepatan transfer data 5x lebih tinggi. HSDPA mempunyai layanan berbasis paket data di WCDMA

downlink dengan data rate mencapai 14,4 Mbps dan bandwith 5 MHz pada WCDMA downlink. Untuk jenis layanan streaming, dimana layanan data ini lebih banyak pada arah downlink daripada uplink, atau dengan kata lain user lebih

(14)

2.3.1 Arsitektur Jaringan HSDPA

Arsitektur jaringan HSDPA dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Arsitektur Jaringan HSDPA

Skema struktur jaringan HSDPA secara umum terdiri dari : 1. UE ( Unit Equipment )

Merupakan perangkat atau terminal pada sisi pelanggan yang berupa headset untuk mengirim dan menerima informasi.

2. Node B ( Base Transceiver Station )

Merupakan perangkat untuk mengkonversi aliran data antara interface

Uu dan Iub, juga berperan dalam radio resource management.

3. RNC ( Radio Network Controller )

Radio Network Controller (RNC) di GSM disebut BSC : bertanggung jawab untuk mengontrol sumber radio dalam jaringan (satu atau lebih Node B terhubung ke RNC). Suatu RNC yang dengan beberapa Node B membentuk Radio Network Subsystem (RNS).

(15)

4. Core network, terdiri dari beberapa bagian :

a. Serving GPRS Support Node (SGSN) : berfungsi sama halnya seperti MSC/VLR tetapi secara khusus digunakan untuk servis

Packet Switched (PS).

b. Gateway GPRS Support Node (GGSN) : berfungsi sama halnya seperti GMSC tetapi berhubungan dengan servis-servis PS.

2.3.2 Adaptive Modulation and Coding

Adaptive Modulation and Coding (AMC) merupakan teknologi utama yang menyebabkan HSDPA mencapai data rate jauh lebih besar dari sistem sebelumnya. Sistem CDMA biasanya menggunakan skema modulasi konstan (misalnya M-PSK) dan fast power control agar segera dapat menyesuaikan dengan kondisi kanal. Sebaliknya, AMC menggunakan power konstan sementara skema modulasi dan koding yang berubah sesuai kondisi kanal. Hasilnya meningkatkan throughput rata-rata karena level MCS (Modulation and Coding Scheme) yang diberikan semakin tinggi sesuai kondisi yang diinginkan pengguna. Untuk modulasi, Release 99 hanya menawarkan QPSK, dimana dua bit informasi diwakili oleh simbol modulasi tunggal. HSDPA menawarkan QPSK dan modulasi 16-QAM. 16-QAM menggandakan data rate dibandingkan dengan QPSK, dengan mewakili empat informasi bit per simbol modulasi. Sedangkan menguntungkan, aplikasi 16-QAM adalah terbatas pada daerah dengan kondisi Radio Frekuensi yang baik, karena besarnya informasi yang akurat dan tahap informasi keduanya

(16)

dibutuhkan untuk benar memahami posisi simbol dalam konstelasi yang dihasilkan.

2.3.3 Hybrid Automatic Repeat Request

Hybrid Automatic Repeat Request (ARQ), meskipun level MCS digunakan untuk menjamin berhasilnya proses transmisi, kegagalan masih saja terjadi pada sistem nirkabel. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh interferensi antar pengguna dan pemancar. Pada keadaan normal rata-rata 10-30% transmisi pertama harus diulangi agar berhasil. Dengan demikian, pemilihan protokol retransmisi menjadi vital dalam kinerja sistem komunikasi nirkabel. 3GPP menetapkan HARQ untuk retransmisi karena kemampuannya mengirim kembali dengan cepat. HARQ diimplementasikan pada layer MAC (Medium Acces Control) sebagai pengganti layer RLC (Radio Link Control) yang banyak digunakan untuk protokol transmisi data yang lain. Layer MAC diletakkan pada radio interface yang berhubungan langsung dengan UE sehingga menurunkan delay. Pada keadaan normal NACK diminta kurang dari 10 ms pada layer MAC padahal dengan RLC dibutuhkan antara 80-100 ms. Dengan menurunkan delay pada proses retransmisi, protokol internet yang telah diperkenalkan pada release 4 mudah diimplementasikan. Hal tersebut mendukung diterapkannya berbagai aplikasi seperti internet dan FTP. Gambar 2.9 menunjukkan proses HARQ N paralel SAW.

(17)

Gambar 2.9 Proses HARQ N paralel SAW

Untuk membatasi kompleksitas proses retransmisi, 3GPP menetapkan N paralel SAW (Stop and Wait). N Paralel SAW bekerja dengan cara mengirimkan suatu paket dan menunggu respon UE. Yang menjadi masalah adalah jika sistem

idle (diam) dan tidak merespon. Agar efisien, 3GPP memilih protokol N-channel

SAW. Saat sebuah kanal N menunggu ACK atau NACK, kanal (N-1) terus mengirimkan data. Nilai N masih dievaluasi antara 2 dan 4. HARQ menggunakan

buffer virtual untuk mengirimkan salinan data yang dikirim sebelumnya. Saat retransmisi diminta, data yang rusak dibandingkan dengan salinan pada buffer

untuk menentukan kualitas coding sehingga proses retransmisi segera berhasil dilakukan. Hal tersebut akan meningkatkan rata-rata throughput.

(18)

2.3.4 Fast Scheduling

Fast Scheduling adalah perubahan dasar yang dilakukan adalah penjadwalan pada Node B. Dengan cara inilah respon terhadap perubahan kondisi kanal segera dilakukan untuk menjamin layanan untuk UE. Tiga cara penjadwalan dipakai dalam sistem HSDPA yaitu

a. Round Robin (RR)

b. Maximum CQI (Channel Quality Indicator) c. Proportional Fair (PF) – low fairness

d. Proportional Fair (PF) – medium fairness

e. Proportional Fair (PF) – high fairness

Penjadwalan RR bekerja berdasarkan posisi antrian, first in first out. Meskipun paling sederhana dan fair, kondisi kanal yang dipakai UE tidak dijadikan pertimbangan. Sebagai konsekuensinya pengguna tetap dijadwal meskipun kondisi kanal buruk Algoritma Maximum C/I menjadwal UE ketika memiliki nilai SIR tertinggi di antara UE lain dalam suatu sel. Asumsinya seluruh UE memiliki level MCS tertinggi untuk melakukan transmisi. Hal tersebut kurang fair karena menyebabkan hampir setengah pengguna sel tidak memperoleh pelayanan yang cukup. PF merupakan bentuk kompromi antara RR dan Maximum

CQI. PF bekerja berdasarkan keseimbangan antara rata-rata SIR yang diperoleh dengan SIR pada waktu tertentu. Hasilnya setiap pengguna dilayani saat kondisi kanal mendukung. Lebih fair karena kondisi kanal waktu tertentu pasti lebih baik daripada rata– ratanya.Jika flexible scheduler dinonaktifkan hanya Round Robin dan Proportional Fair ) – medium fairness dapat dipilih.

(19)

2.3.5 Model Kanal pada HSDPA

Untuk mengimplementasikan HSDPA, tiga kanal baru ditambahkan pada

platform WCDMA. Terdiri atas High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH), High Speed Shared Control Channel (HS-SCCH), dan Uplink High Speed Dedicated Physical Control Channel (HS-DPCCH) seperti terlihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Model Kanal pada HSDPA

1. High Speed Downlink Shared Channel (HS-DSCH)

HS-DSCH disediakan sebagai kanal sharing baru untuk membawa beberapa DCH (Dedicated Transport Channel) dalam satu frekuensi. Kanal transport dituntut mampu membawa data yang besar secara efisien untuk memberikan data rate yang tinggi. Data dimultipleks dalam domain waktu dan dikirim dalam beberapa TTI (Transmission Time Interval). Setiap TTI terdiri atas 3 slot waktu yang masing-masing 2 ms. Digunakan konstan SF (spreading factor) 16 untuk proses code multiplexing sehingga tersedia 15 kanal paralel. Kanal tersebut dapat diberikan untuk satu

(20)

tergantung beban sel, kebutuhan QoS (Quality of Services), dan kemampuan UE (User Equipment).

2. High Speed Shared Control Channel (HS-SCCH)

HS-SCCH digunakan untuk menandai jenis informasi sebelum penjadwalan TTI seperti channelization code set, skema modulasi, ukuran

transport block, dan informasi protokol HARQ. Channelization code set

dan skema modulasi merupakan parameter kritis karena menunjukkan kode-kode paralel HS-DSCH yang diminta UE dan jenis modulasi yang dipakai pada pengiriman berikutnya (QPSK atau 16 QAM). Jika informasi tersebut tidak diterima sebelum pengiriman TTI, data akan ditahan hingga UE mengenali parameter tersebut. Oleh karena itu parameter kritis dikirim di awal.

3. High Speed Uplink Dedicated Physical Control Channel (HS-DPCCH) HS-DPCCH bertanggung jawab dalam proses uplink yaitu pengiriman ACK (acknowledgement) dan NACK (negative acknowledgement) untuk memberitahu status suatu paket data yang dikirim serta CQI (Channel Quality Indicator). Nilai bit digunakan untuk memilih skema modulasi dan koding yang sesuai untuk pengiriman selanjutnya, dari QPSK dengan

Referensi

Dokumen terkait

TATA TERTIB MENGIKUTI PELATIHAN KADER KESEHATAN REMAJA TATA TERTIB MENGIKUTI PELATIHAN KADER KESEHATAN REMAJA BAGI SISWA SMP-SMU/SEDERAJAT DI WILAYAH PUSKESMAS MULIA BARU BAGI

Salah satu penyebabnya adalah karena sudut antara kateter dan dinding lateral dari vena cava superior lebih dari 40% dilihat dari rontgen thoraks, sehingga walaupun posisi

Laporan keuangan konsolidasi disusun menggunakan dasar akrual dengan berdasarkan konsep biaya historis, kecuali untuk persediaan dan tanah untuk pengembangan yang

Demi kemudahan proses penelitian, tabel tersebut kemudian dimodifikasi dengan menambahkan kolom check-list, materi pembelajaran serta tautan (link). Berikut ini

Penelitian yang dilakukan oleh Firdaus dan Yusop (2009) tentang konvergensi pendapatan antar provinsi di Indonesia dengan menggunakan data panel dinamis tahun

Dengan melakukan sensitifiti frekuensi maka kita juga dapat mensensitiviti laju produksi sumur tersebut, dari hal tersebut kita dapat menentukan laju produksi

Tujuan penelitian ini akan melakukan desain model High-Pass Damped Filter dengan menggunakan data yang didapatkan dari hasil pengukuran dan simulasi menggunakan ETAP