• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI ANTARETNIK DI KAMPUNG RAMA KOTA MAKASSAR (Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dengan Etnik Bugis) Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KOMUNIKASI ANTARETNIK DI KAMPUNG RAMA KOTA MAKASSAR (Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dengan Etnik Bugis) Skripsi"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

VNfVER9tfA9 ..V.M NIEOLllU

ALAUDDLN

zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA M A k A S $ A A

(Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dengan Etnik Bugis)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.IKOM) Jurusan Ilmu Komuniaksi

pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar

Oleh

NURAHMAD KURNIAWAN NIM: 50700112080

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

(2)

ii

'1»

zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Nurahmad Kurniawan zyxwvutsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA

Nll\1 :50700112080

Samata-Gowa, 14 Mei 2017

Menyuiakan dengan sesungguhnya dan pcnuh kesadaran bahwa skrips: rm benur adalah basil karya -endin. Jrka dikemudian ban terbukn b<lhwn ia merupak.an duphkar, riruan, plagiar, arau dibuat olch orang lam, sebagian aiau seluruhnya, maka skripsi dun

gelar yang drperoleh karenanya batal deIDJ hukum.

Judul ."'Komunilul$i Antaretnik di K11mpung Rama

Kou

Mllka•sar (Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Tor11ja dengan Etnik Bugi~)"

A lamut : Snn1atn, Gowa

Fukultas Dakwah dan Komumkasi Jurusan/Prodi : fimu Kcmunikasi/Sl Tempat/Tgl, Lahir : Bantaeng, 30 July 1994

NIM : 50700112080

(3)
(4)
(5)

v



























Segala puji dan syukur kami panjatkan ke kehadirat Allah swt, atas limpahan

berkah, rahmat, dan pertolongan serta hidyah-Nya, sehingga penulis diberikan

kesempatan, kesehatan, dan keselamatan, serta kemampuan untuk dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini. Salawat dan salam atas junjungan kami baginda Nabi

Muhammad saw yang telah menyampaikan kepada kami nikmat Islam dan menuntun

manusia ke jalan yang lurus, yaitu jalan yang dikehendaki serta diridhoi oleh Allah swt.

Skripsi yang berjudul “Komunikasi Antaretnik di Kampung Rama Kota

Makassar (Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dengan Etnik Bugis)”

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untukmemperoleh gelar sarjana (S.Sos)

pada program studi Ilmu Komunikasi FakultasDakwah dan Komunikasi Universitas

Islam Negeri Alauddin Makassar.Dalam penyusunan dan pembuatan skripsi ini, penulis

sadar masih banyakkekurangan didalamnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan

sumbangan sarandan kritikan dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini

menjadi lebih baik. Baik itu dari bimbingan para dosen maupun rekan – rekan

mahasiswa. Padapenyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak motivasi, baik

secara moralmaupun materi. Oleh karena itu, dengan tulus penulis mengucapkan terima

(6)

vi

Sultan MA., Wakil Rektor III UIN Alauddin Makassar, Prof. Dr. Hj. Siti Aisyah

Kara, MA. PhD., Wakil Rektor IV Prof. Hamdan Juhannis, MA,.PhD serta

seluruh staff UIN Alauddin Makassar.

2. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar, Dr. H. Abd.

Rasyid Masri, S.Ag., M.Pd., M.Si., M.M., Wakil Dekan I Dr. H. Misbahuddin,

M.Ag., Wakil Dekan II, Dr. H. Mahmuddin, M.Ag, dan Wakil Dekan III, Dr. Nur

Syamsiah, M.Pd.I yang telah memberikan wadah buat penulis.

3. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Ramsiah Tasruddin, S.Ag., M.Si., dan Haidir

Fitra Siagian,S.Sos., M.Si., Ph.D selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi,

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

4. Muliadi S.Ag., M.Sos.I., selaku pembimbing I yang senantiasa memberikan

arahan serta petunjuk pada setiap proses penulisan skripsi ini sampai akhir hingga

dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis. Rahmawati Haruna, SS., M.Si.,

selaku pembimbing II yang telah mencurahkan perhatian dan meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis, dan tidak bosan-bosannya membantu

penulis saat konsultasi hingga semua proses dilewati dengan penuh semangat oleh

penulis.

5. Dr. H. Misbahuddin, M.Ag., selaku penguji I dan Dr. H. A. Aderus, Lc., MA.,

(7)

vii

dan Komunikasi tak lupa penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas ilmu, bimbingan, arahan serta motivasi selama penulis menempuh pendidikan

di Jurusan Ilmu Komunikasi.

7. Segenap jiwa dan cinta serta ketulusan dalam hati, saya ucapkan terima kasih ku

kepada kedua orang tua saya Ayahanda tercinta M. Basri dan Ibunda tercinta

Nursiah S.Sos, yang selamanya menjadi sumber inspirasi, semangat, kekuatan,

dan keberuntungan, serta kehangatan dalam melewati berbagai tantangan dan do’a

yang tak terhingga, yang penulis sadari bahwa Allah swt telah memberikan

keberuntungan yang tak terbatas kepada penulis karena memberikan kedua orang

tua yang luar biasa kepada penulis, Alhamdulillah. Serta buat kakak – kakak serta

adik – adik saya, beserta kepada keluarga besar kami.

8. Teman seperjuangan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terkhusus Jurusan

Ilmu Komunikasi Angkatan 2012, dan 2015. Kepada kelas Ikom C 2012, yang

telah menjadi teman seperjuangan selama 2 tahun. Untuk senior I.Kom 08, I.Kom

09, “Buntu 09” dan semua senior yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu,

serta junior-junior saya di 2013, hingga sekarang.

9. Ucapan terima kasih kepada teman-teman PPL di Pengadilan Tinggi Makassar

Sulawesi Selatan, Kamil Nurasyraf Jamil, A. Tubagus Malolo Arief, Muh. Fadli,

Muh. Akbar, Riswanto, Astrid Ainun dan Novita Jamilatul Serta pegawai

(8)

viii

Ariani Ariska, Adilawati Taufik, dan Yunizar Khaerunnisa, yang selalu

memberikan motivasi dan juga telah berbagi ilmu dan pengalaman selama penulis

mengikuti aktivitas di kampus UIN Alauddin Makassar.

Dengan penuh kesadaran penulis menyadari penulisan skripsi ini jauh dari

sempurna, walau demikian penulis berusaha menyajikan yang terbaik. Semoga Allah

senantiasa memberi kemudahan dan perlindungan-Nya kepada semua pihak yang

berperan dalam penulisan skripsi ini. Wassalam.

Samata-Gowa, 14 Mei 2017 Penyusun

(9)

ix

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN SKRIPSI...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL/ GAMBAR...xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

ABSTRAK ...xx

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang...1

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus...5

C. Rumusan Masalah ...6

D. Kajian Pustaka ...7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian...12

BAB II TINJAUAN TEORETIS ...13

A. Komunikasi Antarbudaya ...13

B. Etnik Toraja ...20

C. Etnik Bugis ...23

D. Teori atau Konsep Komunikasi Antarbudaya...25

E. Komunikasi Antarbudaya dalam Persepektif Islam ...31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...33

A. Jenis Penelitian ...33

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...33

C. Pendekatan Penelitian ...33

D. Sumber Data ...34

E. Teknik Pengumpulan Data ...35

F. Instrumen Penelitian ...36

(10)

x

C. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses komunikasi antara etnik Toraja dan etnik Bugis di Kampung

Rama Kota Makassar. ...50

BAB V PENUTUP ...63

A. Kesimpulan ...63

B. Implikasi Penelitian ...63

DAFTAR PUSTAKA...64

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 67

(11)

xi

Tabel 1.1 ... 11

Gambar 1.1 ... 43

Tabel 1.3... 44

Tabel 1.4 ... 45

Tabel 1.5 ... 46

Tabel 1.6 ... 47

Tabel 1.7 ... 49

Gambar 1.2 ... 62

Gambar 1.3 ... 62

Gambar 1.4 ... 63

(12)

xii

Yang dimaksud dengan transliterasi Arab-Latin dalam pedoman ini adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin serta segala perangkatnya.

Ada beberapa sistem transliterasi Arab-Latin yang selama ini digu-nakan dalam lingkungan akademik, baik di Indonesia maupun di tingkat global. Namun, dengan sejumlah pertimbangan praktis dan akademik, tim penyusun pedoman ini mengadopsi “Pedoman Transliterasi Arab Latin” yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I., masing-masing Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987. Tim penyusun hanya mengadakan sedikit adaptasi terhadap transliterasi artikel atau kata sandang dalam sis-tem tulisan Arab yang dilambangkan dengan huruf ل ا (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman ini,al-ditransliterasi dengan cara yang sama, baik ia diikuti olehalif lam SyamsiyahmaupunQamariyah.

Dengan memilih dan menetapkan sistem transliterasi tersebut di atas sebagai acuan dalam pedoman ini, mahasiswa yang menulis karya tulis ilmiah di lingkungan UIN Alauddin Makassar diharuskan untuk mengikuti pedoman transliterasi Arab-Latin tersebut secara konsisten jika transli-terasi memang diperlukan dalam karya tulis mereka. Berikut adalah penje-lasan lengkap tentang pedoman tersebut.

1. Konsonan

(13)

xiii

Arab

ا alif tidakdilambangkan tidak dilambangkan

ب ba b be

ت ta t te

ث s\a s\ es (dengan titik di atas)

ج jim j je

ح h}a h} ha (dengan titik di bawah)

خ kha kh ka dan ha

د dal d de

ذ z\al z\ zet (dengan titik di atas)

ر ra r er

ز zai z zet

س sin s es

ش syin sy es dan ye

ص s}ad s} es (dengan titik di bawah) ض d}ad d} de (dengan titik di bawah) ط t}a t} te (dengan titik di bawah) ظ z}a z} zet (dengan titik di bawah)

ع ‘ain apostrof terbalik

غ gain g ge

(14)

xiv

Hamzah (ء ) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (’).

2. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong.

Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:

Nama Huruf Latin Nama Tanda

fath}ah a a

َا

kasrah i i

ِا

d}ammah u u

ُا

م mim m em

ن nun n en

و wau w we

ھ

ـ ha h ha

ء hamzah apostrof

(15)

xv

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:

Contoh: َﻒـْﯿـَﻛ :kaifa َل ْﻮـَھ :haula

3. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambangnya berupa harkat dan huruf, transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Nama Huruf Latin Nama Tanda

fath}ah dan ya ai adan i

ْﻰ َـ

fath}ah dan wau au adan u

ْﻮ َـ Nama Harkat dan Huruf fath}ah danalif َ ... ا َ ... | ى kasrahdan ya ِ◌ ـ ـ ﻰ d}ammah danwau ـ ـ ُـ ﻮ Huruf dan Tanda a> i> u> Nama

a dan garis di atas

i dan garis di atas

(16)

xvi

َﻞـْﯿـِﻗ :qi>la ُت ْﻮُـﻤـَﯾ :yamu>tu

4. Ta marbu>t}ah

Transliterasi untukta marbu>t}ahada dua, yaitu: ta marbu>t}ah yang hidup atau mendapat harkat fath}ah, kasrah, dan d}ammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbu>t}ah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h].

Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbu>t}ahdiikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbu>t}ahitu ditransliterasikan dengan ha (h).

Contoh:

ِل ﺎ َﻔ ْط ﻷ ا ُ ﺔ ـ َﺿ ْو َر :raud}ah al-at}fa>l

ُ ﺔَﻠــِﺿﺎَـﻔـْﻟَا ُ ﺔـَﻨـْﯾِﺪـَﻤـْﻟَا :al-madi>nah al-fa>d}ilah ُ ﺔ ـ ـ َﻤ ـ ْﻜ ـ ِﺤ ْـ ﻟ َا :al-h}ikmah

5. Syaddah(Tasydi>d)

(17)

xvii

Contoh:

َﺎﻨ ـ َـ ّﺑ َر :rabbana> َﺎﻨــْﯿَـّﺠـَﻧ :najjai>na> ُ ّﻖ ـ َﺤ ـ ْـ ﻟ َا :al-h}aqq ُ ّﺞ ـ َﺤ ـ ْـ ﻟ َا :al-h}ajj َﻢـ ِـ ّﻌ ُﻧ :nu“ima ﱞو ُﺪ ـ َﻋ :‘aduwwun

Jika huruf ى ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah ( ّﻰ ـ ِـ ـ ـ ـ), maka ia ditransliterasi seperti hurufmaddah(i>).

Contoh:

ﱞﻰ ـ ِﻠ ـ َﻋ : ‘Ali> (bukan ‘Aliyy atau ‘Aly)

ﱡﻰ ـ ِـ ﺑ َﺮ ـ َﻋ : ‘Arabi> (bukan ‘Arabiyy atau ‘Araby)

6. Kata Sandang

Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf ل ا (alif lam ma‘arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).

Contohnya:

(18)

xviii

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi

hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.

Contohnya:

َن ْو ُﺮ ـ ُﻣ ﺄ َـ ﺗ :ta’muru>na ُء ْﻮ َـ ّﻨ ـ ْـ ﻟ َا :al-nau’ ٌء ْﻲ ـ َﺷ :syai’un ُت ْﺮ ـ ِﻣ ُ◌ ُ أ :umirtu

8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (darial-Qur’a>n), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.

Contoh:

Fi> Z{ila>l al-Qur’a>n

Al-Sunnah qabl al-tadwi>n

(19)

xix

Kata “Allah” yang didahului partikel seperti hurufjarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mud}a>f ilaih (frasa nominal), ditransli-terasi tanpa huruf hamzah.

Contoh:

ِﷲ ُﻦْـﯾِد di>nulla>h ِﷲ ِﺎ ِﺑ billa>h

Adapun ta marbu>t}ah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz} al-jala>lah,ditransliterasi dengan huruf [t].Contoh:

ُھ

ـ

ِﷲ ِﺔ َﻤ ـ ْـ ـ ﺣ َر ْﻲ ِﻓ ْﻢ hum fi> rah}matilla>h

10. Huruf Kapital

Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All Caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf kapital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bila nama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (Al-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK, DP, CDK, dan DR).

Contoh:

Wa ma> Muh}ammadun illa> rasu>l

Inna awwala baitin wud}i‘a linna>silallaz\i> bi Bakkata muba>rakan

(20)

xx

Al-Munqiz\ min al-D}ala>l

Jika nama resmi seseorang menggunakan kata Ibnu (anak dari) dan Abu> (bapak dari) sebagai nama kedua terakhirnya, maka kedua nama terakhir itu harus disebutkan sebagai nama akhir dalam daftar pustaka atau daftar referensi. Contohnya:

DAFTAR SINGKATAN

Beberapa singkatan yang dibakukan adalah: swt. = subh}a>nahu> wa ta‘a>la> saw. = s}allalla>hu ‘alaihi wa sallam a.s. = ‘alaihi al-sala>m

H = Hijrah

M = Masehi

SM = Sebelum Masehi

l. = Lahir tahun (untuk orang yang masih hidup saja)

w. = Wafat tahun

Q.S. …(…): 4 = Quran, Surah …, ayat 4

Abu> al-Wali>d Muh}ammad ibnu Rusyd, ditulis menjadi: Ibnu Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad (bukan: Rusyd, Abu> al-Wali>d Muh}ammad Ibnu)

(21)

xxi

r.a = radhiallahu anhu/ anha/ anhum Beberapa singkatan dalam bahasa Arab: ص = ﺔ ﺤ ﻔ ﺻ

م د = ن ﺎ ﻜ ﻣ ن و ﺪ ﺑ

ﻢ ﻌ ﻠ ﺻ = ﻢﻠﺳ و ﮫﯿﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ط = ﺔ ﻌ ﺒ ط

ن د = ﺮ ﺷ ﺎ ﻧ ن و ﺪ ﺑ

(22)

xxii

Judul : Komunikasi Antaretnik di Kampung Rama Kota Makassar

(Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dengan Etnik Bugis) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, bagaimana proses komunikasi etnik Toraja dengan etnik Bugisdi Kampung Rama Kota Makassar dan faktor-faktor apa sajayang mendukung dan menghambat proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar?

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan keilmuan komunikasi antarbudaya dengan metode pengumpulan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yaitu pengambilan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian mengungkap bahwa proses komunikasi yang terjalin diantara etnik Toraja dan etnik Bugis berjalan secara alami tanpa mempermasalahkan perbedaan-perbedaan yang mencolok diantara kedua etnis tersebut. Hal ini melahirkan keharmonisan diantara mereka tetap terjaga.Adapun faktor pendukung dan penghambat proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar yaitu toleransi yang kuat, tingkat pendidikan yang baik, motivasi hidup berkasih sayang sedangkan faktor penghambatnya adalah bahasa, prasangka sosial dan hambatan nonverbal.

(23)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk pribadi dan sosial. Sebagai makhluk pribadi, manusia mempunyai beberapa tujuan dan cita-cita yang ingin di capai masing-masing individu dan memiliki tujuan, kebutuhan yang berbeda dengan individu lainnya, sedangkan sebagai makhluk sosial, individu selalu berinteraksi dan hidup dinamis bersama orang lain.

Komunikasi memiliki fungsi tidak hanya sebagai pertukaran informasi dan pesan tetapi sebagai kegiatan individu dan kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide, agar komunikasi berlangsung efektif dan informasi yang disampaikan oleh seorang komunikan dapat diterima dan dipahami dengan baik oleh seorang komunikator, maka seorang komunikan perlu menetapkan pola komunikasi yang baik pula.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak peduli dimana manusia berada, kita selalu berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang-orang tertentu yang berasal dari kelompok, ras, etnik atau budaya lain. Berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda kebudayaan merupakan kegiatan sehari-hari yang sangat popular dan pasti dijalankan dalam pergaulan manusia.

(24)

dengan manusia, manusia dengan alam dan hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.1

Keberagaman simbol-simbol dan makna menandai kehidupan manusia yang kompleks. Hal ini ditandai dengan kenyataan latar belakang sosial-budaya etnik yang berbeda-beda. Kenyataan tersebut, tidaklah mudah bagi setiap budaya untuk mewujudkan suatu integrasi dan menghindari konflik atau bahkan perpecahan.

Etnik Toraja memiliki sedikit gagasan secara jelas mengenai diri mereka sebagai sebuah kelompok etnik sebelum abad ke-20. Sebelum penjajahan Belanda dan masa pengkristenan, suku Toraja, yang tinggal di daerah dataran tinggi, dikenali berdasarkan desa mereka, dan tidak beranggapan sebagai kelompok yang sama. Ritual-ritual menciptakan hubungan di antara desa-desa, ada banyak keragaman dalam dialek, hierarki sosial, dan berbagai praktik ritual di kawasan dataran tinggi Sulawesi.2

Kedatangan etnik Toraja memberikan warna tersendiri dalam kehidupan bermasyarakat di Kota Makassar. Bertemunya dua etnik ini akan efektif jika keduanya mempunyai kecakapan dan kompetensi komunikasi, dan salingmemahami perbedaan budaya diantara mereka. Komunikasi yang baik dapat menunjang hubungan yang baik antara keduanya. Banyak yang menganggap bahwa melakukan interaksi atau komunikasi itu mudah. Namun, setelah mendapat hambatan ketika melakukan komunikasi, barulah disadari bahwa komunikasi antarbudaya yang berbeda tidak mudah.

1

Ali Moertopo,Strategi kebudayaan, (Jakarta: CSIS,1987), h. 4.

2

(25)

Komunikasi yang terjadi antara kelompok orang yang ditandai dengan bahasa dan asal-usul yang sama, oleh karena itu, komunikasi antaretnik juga merupakan bagian dari komunikasi antarbudaya, sebagaimana juga komunikasi antarras, komunikasi antaragama dan komunikasi antargender, dengan kata lain, komunikasi antarbudaya lebih luas dari bidang-bidang komunikasi yang lainnya. Pemahaman mengenai komunikasi antarbudaya bukan sesuatu yang baru, karena sebenarnya sejak dulu manusia sudah saling berinteraksi yang tentu saja manusia tersebut mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda, maka komunikasi antarbudaya telah dapat dikatakan berlangsung.

Bertemunya etnik Toraja dengan etnik bugis di Kota Makassar, berarti mempertemukan unsur-unsur etnik dan budaya yang berbeda pula. Ada tujuh unsur kebudayaan yang dapat ditemukan pada semua bangsa di dunia, yaitu: pertama, bahasa yaitu lisan dan tulisan. Kedua, sistem pengetahuan. Ketiga,organisasi sosial. Keempat, sistem peralatan hidup dan teknologi.Kelima, sistem mata pencaharian hidup. Keenam, sistem religi.Ketujuh, kesenian.3

Proses pertukaran pesan dan informasi menggunakan bahasa berpotensi mendatangkan kesalahpahaman persepsi akan arti sebenarnya. Berbahasa yang efektif akan dicapai apabila pihak-pihak yang terlibat dalam suatu komunikasi memberikan arti dan makna yang sama terhadap pesan-pesan yang disampaikan dengan menggunakan simbol yang sama. Penggunaan symbol atau tanda yang sama merupakan faktor yang

3

Shinta Soviatul Maula, Keanekaragaman Agama, Ras dan Etnik

(26)

sangat menentukan dalam proses komunikasi antara individu atau kelompok yang terlibat dalam komunikasi.

Seperti halnya orang Toraja oleh para antropolog dikategorikan sebagai bangsa Melayu Tua. Mereka berkomunikasi menggunakan bahasa yang unik, dialeknya banyak mengandung bunyi glotal. Susunan abjad yang terdapat dalam bahasa Toraja jika diteliti dengan seksama mempunyai ciri khas sebagai suku bangsa yang berbudaya Melayu Tua. Ciri itulah yang membedakan bahasa Toraja dengan bahasa-bahasa daerah lain di Indonesia. Huruf dan tanda tersebut adalah:a, b, d, e, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, r, s, t, u, w, y Jadi huruf yang tidak dijumpai dalam bahasa Toraja adalah:c, f, q, v, x, z.4

Berbicara komunikasi tidak bisa lepas dari berbicara tentang bahasa, karenadengan bahasalah manusia berkomunikasi dan mempertukarkan pikiran, perasaan, menerima dan memahami perbuatan satu sama yang lain, oleh karena itu, apa yang manusia lakukan, bagaimana mereka bertindak, bagaimana mereka hidup dan berkomunikasi, merupakan bagian dari kehidupan manusia. Proses pertukaran pesan dan informasi menggunakan bahasa berpotensi mendatangkan kesalahpahaman persepsi akan arti sebenarnya.

Dewasa ini pola interaksi yang terjadi antara entik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar telah berlangsung cukup lama. Dengan demikian hal yang menjadi ketertarikan calon peneliti adalah terkait dengan fenomena proses komunikasi yang terjadi antara kedua etnik tersebut. Dalam hal ini etnik Bugis yang

4

Shesa, Abjad dan Ejaan Bahasa Toraja

(27)

minoritas di Kampung Rama dengan etnik Toraja yang mayoritas dapat menciptakan kerukunan umat beragama dan keharmonisan antar etnik.

Berbagai macam perbedaan budaya, bahasa, agama, dan adat istiadat yang dimiliki etnik Toraja dalam berkomunikasi dengan etnik Bugis yang minoritas. Kajian ini menarik untuk melihat proses komunikasi antarbudaya antar etnik yang berbeda.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini penulis memberikan batasan atau fokus penelitian untuk menghindari kesalahpahaman atau persepsi baru sehingga tidak keluar dari apa yang menjadi fokus penelitian. Penulis disini hanya fokus pada proses komunikasi etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Ramadi Kota Makassardan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar.

2. Deksripsi Fokus

Berdasarkan pada fokus penelitian diatas maka penulis memberikan deskripsi fokus sebagai berikut.

a. Komunikasi Antarbudaya

(28)

b. Etnik Toraja

Etnik Toraja adalah salah satu etnik yang ada di Sulawesi Selatan dan mendiami beberapa wilayah yang ada di Kota Makassar. Dalam penelitian yang menjadi objek penelitian adalah etnik Toraja yang bermukim di Kampung Rama Kota Makassar.

c. Etnik Bugis

Etnik Bugis adalah salah satu etnik yang berada di Sulawesi Selatan dan berasal dari berbagai wilayah misalnya Bugis Bone, Bulukumba, Sidenreng-Rappang, Luwu, Polewali-Mamasa, Pare-pare, Pangkajene, Maros, Soppeng, Barru dan Sinjai. Dalam penelitian ini etnik Bugis yang menjadi objek penelitian tidak dibatasi berdasarkan asalnya.

d. Kampung Rama

Kampung Rama merupakan daerah yang berada di kota makassar tepatnya di bagian tengah antara Jln. Abdullah DaengSirua dengan Jln. Urip Sumiharjo di Kelurahan Paroppo Kecamatan Panakkukang Jln. Dirgantara. Kampung Rama dikenal sebagai kampung masyarakat Toraja di kota Makassar, dimana kampung ini sangat di identik dengan budaya Toraja, semua pernak pernik Toraja ada di kampung ini termasuk, tongkonan, warung makan khas toraja dan sebagainya. Rama adalah sebutan yang mewakili komunitas masyarakat Rantepao dan Makale.

C. Rumusan Masalah

(29)

masyarakat etnik Bugis dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam proses komunikasi di wilayahKampung Rama Kota Makassar.

Berdasarkan batasan masalah yang akan dibahas, maka penulis merumuskan masalah tersebut sebagai berikut.

1. Bagaimana proses komunikasi etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar?

2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar?

D. Kajian Pustaka

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Komunikasi Antaretnik di Kampung Rama Kota Makassar (Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dengan Etnik Bugis) yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini yaitu:

(30)

narasi realism,yaitu berusaha mendeskriptifkan peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupan objek penelitian untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil dari penelitian ini yaitu:

1. Tampilan komunikasi verbal cenderung menggunakan bahasa Indonesia dengan tetap mempertahankan dialek atau logat Bugis yang kental, meskipun telah lama melakukan adaptasi diri di Kota Bandung.

2. Tampilan komunikasi nonverbal yang ditampilkan adalah tetap mempertahankan intonasi dan suara yang agak keras dengan tetap senyum dan ramah yang juga sesuai dengan karakter adat sopan santun etnik Bugis.5 Peneliti kedua, Reni Juliani 2015 membahas mengenai “Komunikasi AntarbudayaEtnis Aceh Dan Bugis-Makassar Melalui Asimilasi Perkawinan Di Kota Makassar”. Reni Juliani menggunakan metode deksriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yaitu menggunakan wawancara. Metode Analisis data dengan dengan menggunakan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman. Hasil dari penelitian ini yaitu, menunjukkan bahwa komunikasi antarbudaya etnis Aceh dengan etnis Bugis-Makassar di Kota Makassar berjalan dengan baik, maksudnya mereka lebih mudah melebur satu sama lain dikarenakan mempunyai kesamaan budaya dan juga agama. Mereka tidak terlalu menitik beratkan kedua budaya mereka dalam pengenalan budaya kepada anak-anak mereka. Faktor pendukung asimilasi etnis Aceh

5

(31)

dengan etnis Bugis-Makassar adalah toleransi yang tinggi, kepercayaan dan kejujuran, keterbukaan satu sama lain, dan memilih mengalah untuk menang. Sedangkan faktor penghambat asimilasi mereka adalah sifat etnosentrisme. Saluran-saluran komunikasi yang digunakan dalam mempertemukan mereka pada umumnya berlangsung dalam situasi pertemuan informal, tanpa pelantara atau perjodohan.6

Calon peneliti membahas mengenai “Komunikasi Antaretnik di Kampung Rama Kota Makassar (Studi Komunikasi Antarbudaya Etnik Toraja dengan Etnik Bugis) ” Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologi, teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam, observasi dan riset kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data interpretative understanding. Maksudnya penulis melakukan penafsiran data dan fakta yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitian.

Hasil Penelitian yaitu, Proses komunikasi yang terjalin diantara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama berjalan secara alami tanpa mempermasalahkan perbedaan-perbedaan yang mencolok diantara kedua etnik tersebut. Hal ini menyebabkan keharmonisan diantara mereka tetap terjaga.Faktor pendukung dan penghambat proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama kota Makassar yaitu: Toleransi yang kuat, tingkat pendidikan yang baik, motivasi hidup berkasih sayang dan faktor penghambat yaitu, bahasa, prasangka sosial dan hambatan non verbal.

6

(32)

Adapun tabel perbandingan penelitian adalah: Tabel 1.1

Perbandingan Penelitian Terdahulu

Penelitian Terdahulu

Judul penelitian 1:

Tuti Bahfiarti Mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar Fakultas FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi tahun 2013 yang membahasmengenai “Pengelolaan Kesan Etnik Bugis Dalam Adaptasi Diri dengan

Budaya Sunda

Lokasi Sunda

Jenis penelitian Kualitatif

Pendekatan penelitian Deskripsitf

Fokus Penelitian Untuk menemukan dan mengkategorisasikan pengelolaan kesan melalui bahasa verbal dan nonverbal yang mereka tampilkan dalam dalam adaptasi diri dengan budaya Sunda

Teknik pengumpulan data Pengamatan dan Wawancara

Teknik analisis data Penyajian data yang diperoleh dalam penilitian kualitatif ini akan disajikan berbentuk uraian-uraian, kata-kata yang tentunya akan mengarahkan pada pokok focus penelitian yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Karena penelitian ini merupakan penilitian yang bersifat deskriptif, maka data akan disajikan dalambentuk narasi realism, yaitu berusaha mendeskriptifkan peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberapa bagian pokok dari kehidupanobjek penelitian untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi dari rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasil Penelitian 1. Tampilan komunikasi verbal cenderung menggunakan bahasa Indonesia dengan tetap mempertahankan dialek atau logat Bugis yang kental, meskipun telah lama melakukan adaptasi diri di Kota Bandung.

2. Tampilan komunikasi nonverbal yang ditampilkan adalah tetap mempertahankan intonasi dan suara yang agak keras dengan tetap senyum dan ramah yang juga sesuai dengan karakter adat sopan santun etnik Bugis. Judul penelitian 2:

Reni Juliani Mahasiswa Universitas Hasanuddin, Makassar Jurusan Ilmu Komunikasi 2015 yang membahasmengenai “Komunikasi Antarbudaya

Etnis Aceh Dan Bugis-Makassar Melalui Asimilasi Perkawinan di Kota Makassar”

Lokasi Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar

Jenis penelitian Kualitatif

Pendekatan penelitian Deksriptif

(33)

perkawinan di Kota Makassar, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendukung dan yang tidak mendukung proses asimilasi kedua etnis (Aceh- Bugis-Makassar), dan untuk mengetahui saluran-saluran mana saja yang banyak mereka gunakan sehingga mereka dipertemukan kemudian membina rumah tangga sebagai keluarga multikultur.

Teknik pengumpulan data Wawancara

Teknik analisis data Analisis data dengan menggunakan teknika nalisis data model interaktif Miles dan Huberman.

Hasil Penelitian Menunjukkan bahwa komunikasi antarbudayae tnis Aceh dengan etnisBugis-Makassar di KotaMakassar berjalan denganbaik. Mereka lebih mudah melebur satus ama lain dikarenakan mempunyai kesamaan budaya dan juga agama. Mereka tidak terlalu menitik beratkan kedua budaya mereka dalam pengenalan budaya kepada anak-anak mereka. Faktor pendukung asimilasi etnis Aceh dengan etnis Bugis-Makassar adalah toleransi yang tinggi, kepercayaan dan kejujuran, keterbukaan satu samalain, dan memilih mengalah untuk menang. Sedangkan factor penghambat asimilasi mereka adalah sifat etnosentrisme. Saluran-saluran komunikasi yang digunakan dalam mempertemukan mereka pada umumnya berlangsung dalam situasi pertemuan informal, tanpa pelantara atau perjodohan

Judul calon penelitian :

Komunikasi Antaretnik di Kampung Rama Makassar (Studi Komunikasi Antarbudaya EtnikToraja dengan Etnik Bugis)

Lokasi dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Kampung Rama Kota Makassar

Jenis Penelitian Kualitatif

Pendekatan penelitian Fenomenologi

Fokus Penelitian 1. Proses komunikasi etnik Toraja dengan etnikBugis di Kampung Rama Kota Makassar?

2. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses komunikasi antaraetnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar

Teknik pengumpulan data 1. Library Research (riset kepustakaan) 2. Wawancara mendalam

3. Observasi/ pengamatan

Teknik analisis data Analisis Data koding dalam grounded Theory yang mencangkup tiga langkah berikut.

1. Pengumpulan dan pengambilan data 2. Reduksi data

3. Sajian data

4. Penarikan Kesimpulan(Conclusion Drawing) Hasil Penelitian Hasil Penelitian yaitu, Proses komunikasi yang terjalin

(34)

menyebabkan keharmonisan diantara mereka tetap terjaga. Faktor pendukung dan penghambat proses komunikasi antara etnikToraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar yaitu: Toleransi yang kuat, tingkat pendidikan yang baik, motivasi hidup berkasih saying dan factor penghambat yaitu, Bahasa, prasangka sosial dan hambatan non verbal

Sumber:OlahanPeneliti, 2016

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar.

Manfaat yang dapat peroleh dari penelitian mengenai proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai proses komunikasi antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar. 2. Memberikan penjelasan dan pemahaman mengenai faktor-faktor apa saja

(35)

13

TINJAUAN TEORETIS

A. Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi antarbudaya adalah kajian komunikasi yang menempatkan fokus komunikasi pada identitas budaya yang dimiliki oleh para pelaku budaya di dalamnya, dengan kata lain komunikasi antarbudaya lebih menitikberatkan pada cara pandang mengenai fakta bahwa budaya sangatlah beragam dan karenanya peristiwa komunikasi antarbudaya bisa muncul ketika melibatkan para pelaku komunikasi yang secara signifikan memiliki perbedaan kelompok budaya pada suatu budaya tertentu.1

Bila kita melihat perbedaan-perbedaan berkisar pada suatu skala minimum-maksimum, tampaklah bahwa besarnya perbedaan dua kelompok budaya tergantung pada keunikan sosial kelompok-kelompok budaya dibandingkan.Perbedaan dapat ditemukan melalui penampakan fisik, agama, sikap, sosial, bahasa, pusaka, konsep diri dan alam semesta serta derajat perkembangan teknologi hanya merupakan sebagian saja dan faktor budaya yang berbeda tajam.

Komunikasi manusia terikat oleh budaya, sebagaimana budayaberbeda antara yang satu dengan yang lainnya maka praktek dan perilakukomunikasi individu-individu yang diasuh dalam budaya-budaya tersebutpun akan berbeda pula. Paling tidak ada tiga unsur sosial-budaya yangberhubungan dengan: persepsi, proses verbal dan proses nonverbal, dan kedalam persepsi yang dibentuk terhadap orang lain ketika berkomunikasi terhadap tiga unsur yang mempunyai pengaruh besar dan langsung atas

1

(36)

makna-makna yang dibangun, yaitu: sistem-sistem kepercayaan (belief), nilai (value), sikap (attitude), pandangan dunia (world view) dan organisasi sosial (social organization). Ketika ketiga unsur utama ini memengaruhi persepsi manusia dan makna

yang dibangun dalam persepsi maka unsur-unsur tersebut memengaruhi aspek-aspek makna yang bersifat pribadi dan subjektif.2

Pembahasan komunikasi antarbudaya hampir pasti melibatkan beberapakonsep atau mungkin istilah yang berulang-ulang. Konsep-konsep itu misalnya:

1. Gender

Gender dalam sosiologi mengacu pada sekumpulan ciri-ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin individu seseorang dan diarahkan pada peran sosial atau identitasnya dalam masyarakat.Konsep gender berbeda dari seks atau jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) yang bersifat biologis, walaupun dalam pembicaraan sehari-hari seks dan gender dapat saling dipertukarkan.

Dalam konsep gender, yang dikenal adalah peran gender individu di masyarakat, sehingga orang mengenal maskulinitas dan feminitas. Sebagai ilustrasi, sesuatu yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai feminim dalam budaya lain, dengan kata lain, ciri maskulin atau feminim itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata pada perbedaan jenis kelamin.3

2

Alo Liliweri,Gatra-Gatra Komunikasi Antarbudaya, h. 160

3

Afilla Pengertian Gender

(37)

2. Etnik

Etnik merupakan seperangkat keadaan atau kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu atau kelompok etnik. Yang dimaksud dengan sekelompok etnik adalah sekumpulan orang atau individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi mereka yang berikutnya.

Secara etnik, bangsa indonesia adalah bangsa yang majemuk dengan jumlah etnik yang besar. Mengenai jumlah suku bangsa yang ada di Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.

Suku yang berkembang di Indonesia ada yang memiliki tingkat peradaban yang telah maju dan mampu berbaur dengan suku bangsa lain. Kelompok etnik adalah kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang:

a. Mampu melestarikan kelangsungan kelompok dengan berkembang pesat

b. Mempunyai nilai-nilai budaya sama dan sadar akan rasa kebersamaannya dalam suatu bentuk budaya

c. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri

d. Menentukan ciri kelompoknya sendiri dan diterima oleh kelompok lain serta dapat dibedakan dari kelompok populasi lain.4

3. Ras

Ras adalah suatu himpunan manusia (sub kelompok orang) dari suatu masyarakat yang dicirikan oleh kombinasi karakteristik fisik, genetika keturunan, atau kombinasi

4

Gabrielleizious, Pengertian Gender, Ras, dan Etnis

(38)

dari faktor-faktor tersebut yang memudahkan kita untuk membedakan sub kelompok itu dengan kelompok lainnya.

Perbedaan itu meliputi warna kulit, bentuk kepala, wajah, dan warna yang didistribusikan pada rambut atau bulu-bulu badan, atau faktor-faktor fisik lain yang membuat kita mengakui bahwa ada perbedaan ras diantara manusia. Ras juga merupakan term yang biasa digunakan untuk merinci karakteristik fisik dan biologis, namun sebagian orang percaya bahwa ras selalu berdampak sosial. Melalui keyakinan itu disosialisasikan informasi yang efektif, baik dari kelompok sendiri maupun dari kelompok lain bahwa perbedaan fisik mengandung mitos dan stereotip.5

4. Proses Komunikasi

Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisadigambarkan sepertiberikut.

a. Komunikator ( sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentukbahasaataupun lewat simbol

-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak.

b. Pesan ( message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu mediaatau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon , surat , email, atau media lainnya, media (channel) alat yang menjadi penyampai pesan dari komunikator ke komunikan.

5

(39)

Proses komunikasi seperti yang dijelaskan Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A dalam bukunya yang berjudulIlmu Komunikasi Teori dan Praktek(2006 : ) dibagi menjadi dua tahap, yakni proses komunikasi secara primer dan komunikasi secara sekunder.

1) Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan. Proses komunikasi ini berlangsung secara tatap muka sehingga umpan balik atau feedback yanng diberikan komunikan dapat diterima secara langsung oleh komunikator.

2) Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau media. Media yang sering digunakan dalam komunikasi diantaranya surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film dan banyak lagi. Proses ini tidak terjadi secara tatap muka seperti komunikasi primer sehingga umpan balik atau feedback dalam komunikasi bermedia seperti ini menjadi tertunda.6

6

(40)

5. Hambatan Komunikasi

Proses komunikasi biasanya terjadi sebuah gangguan atau hambatan dan hal ini dapat menyebabkan proses penyampaian pesan ditdak berjlan dengan efektif sehingga para pesan yang disampaikan komunikator tidak diterima dengan baik oleh komunikan.hambatan yang sering terjadi dalam proses komunikasi dapat menimbulkan salah pengertian antara komunikator dengan komunikan dan biasa disebut miss communication.

Hambatan komunikasi dibagi menjadi empat, yaitu: a. Gangguan

Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat diklasfikasikan sebagai berikut:

1) Gangguan mekanik

Gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan yang bersifat fisik, seperti contohnya adalah gangguan yang dihasilkan dari suara atau bunyi, gambar yang tidak jelas dan lainnya.

2) Gangguan semantik

(41)

b. Prasangka Sosial

Prasangka Sosial merupakan salah satu hambatan berat suatu kegiatan komunikasi. Dalam prasangka sosial, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar tanpa menggunakan pikiran yang rasional: sesuatu yang objektif akan dimulai secara efektif.7

Prasangka sosial disini yang peneliti maksud merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada seseorang yang akan timbul dalam pikiran orang-orang yang memiliki perbedaan apalagi perbedaan budaya yang sangat tajam. .

Di dalam komunikasi, ada dua cara dasar ketika berkomunikasi yang terbagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi verbal menunjukkan pesan-pesan yang dikirimkan atau yang diterima dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun tulisan, sedangkan komunikasi nonverbal merupakan tindakan dan atribusi (lebih dari penggunaan kata-kata) yang dilakukan seseorang kepada orang lain untuk bertukar makna. Komunikasi nonverbal mengandalkan ekspresi wajah, nada suara, gerakan anggota tubuh, kontak mata hingga gerakan ekspresif. Untuk memahami perilaku komunikasi, pemaham atas komunikasi nonverbal itu lebih penting daripada pemahaman atas kata-kata verbal yang diucapkan atau ditulis. Pesan-pesan nonverbal memperkuat apa yang disampaikan secara verbal.

c. Hambatan Nonverbal

Hambatan nonverbal merupakan komunikasi yang dilakukan tanpa kata-kata yang dilakukan seseorang untuk mengirim pesan kepada orang lain. Gerakan tubuh memberi

7

(42)

makna yang lebih kuat daripada komunikasi verbal. Tindakan sering kali dapat menyampaikan lebih banyak maksud dari pada kata-kata. Komunikasi nonverbal meliputi seluruh pancaindra.

B. Etnik Toraja

Kata Toraja berasal dari bahasa Bugis yaitu to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya.

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia, tepatnya di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa. Agama yang dianut mayoritas agama Kristen, dan sebagian lainnya menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Aluk To Dolo telah diakui oleh pemerintah Indonesia sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.8

1. Masyarakat Toraja a. Keluarga

Keluarga adalah kelompok sosial dan politik utama dalam suku Toraja. Setiap desa adalah suatu keluarga besar. Setiap tongkonan memiliki nama yang dijadikan sebagai nama desa. Keluarga ikut memelihara persatuan desa. Pernikahan dengan sepupu jauh (sepupu keempat dan seterusnya) adalah praktek umum yang memperkuat hubungan kekerabatan. Hubungan kekerabatan berlangsung secara timbal

8

(43)

balik, dalam artian bahwa keluarga besar saling menolong dalam pertanian, berbagi dalam ritual kerbau, dan saling membayarkan utang.

b. Agama

Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja adalah kepercayaan animisme politeistik yang disebut aluk, atau "jalan" (kadang diterjemahkan sebagai "hukum").

Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta. Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah. Pada awalnya, surga dan bumi menikah dan menghasilkan kegelapan, pemisah, dan kemudian muncul cahaya.9

2. Karakter orang Toraja

Di Provinsi Sulawesi Selatan, Orang Toraja mungkin gampang di kenal, karena mempunyai ciri-ciri khas yang menonjol dan berbeda dengan suku-suku lain.

a. Bersuara keras

Orang Toraja aslinya berada di atas pegunungan, yang medannya di penuhi lembah perbukitan, serta rumah yang saling berjauhan, jadi untuk berkomunikasi mereka harus memperbesar volume suara mereka beberapa oktaf lebih tinggi di banding suku lain yang berada di dataran rendah. Jadi jangan heran jika di daerah lain ada yang meneriakkan nama Anda dengan suara melengking, dipastikan itu teman Anda dari kampong halaman. Namun sekarang karena perkembangan

9

Gidion Yuris Triawan, Toraja Paradise

(44)

teknologi, dan ditemukannya ponsel, maka untuk teriak-teriak saja sudah sedikit ditinggalkan.

a) Logat yang kental

Orang Toraja lebih nyaman berbicara menggunakan bahasa nenek moyang mereka yaitu bahasa Toraja. Bahkan kalo mencoba menggunakan bahasa Indonesia, maka dia akan di cemooh "bahasa Toraya mba'mokan kami" . Makanya kalo ketemu orang dari suku lain dan harus berbahasa Indonesia, logat kental mereka akan keluar. Kata-kata yang tidak ada di Kamus Besar Bahasa Indonesia seperti : le', toda',sia, ba', dan lain-lain, kadang mengalir dengan deras dari mulut orang Toraja yang mencoba berbahasa Indonesia. Namun saat ini sudah banyak orang Toraja yang mulai belajar menggunakan bahasa Indonesia tanpa menggunakan dialek atau menggunakan dialek yang populer di Televisi (macam logat Jakarta itu).

b) Ma' Lindo-lindo duku' bai

(45)

kota yang modis dan cantik dengan muka putih karena menggunakan pemutihmade in china.10

C. Etnik Bugis

Bugis adalah suku yang tergolong ke dalam suku-suku Melayu. Masuk ke Nusantara setelah gelombang migrasi pertama dari daratan Asia tepatnya Yunan. Kata "Bugis" berasal dari kata To Ugi, yang berarti orang Bugis. Penamaan "ugi" merujuk pada raja pertama kerajaan Cina yang terdapat di Pammana, Kabupaten Wajo saat ini, yaitu La Sattumpugi. Ketika rakyat La Sattumpugi menamakan dirinya, maka mereka merujuk pada raja mereka. Mereka menjuluki dirinya sebagai To Ugi atau orang-orang atau pengikut dari La Sattumpugi. La Sattumpugi adalah ayah dari We Cudai dan bersaudara dengan Batara Lattu, ayah dari Sawerigading. Sawerigading sendiri adalah suami dari We Cudai dan melahirkan beberapa anak termasuk La Galigo yang membuat karya sastra terbesar di dunia dengan jumlah kurang lebih 9000 halaman folio. Sawerigading Opunna Ware (Yang dipertuan di Ware) adalah kisah yang tertuang dalam karya sastra I La Galigo dalam tradisi masyarakat Bugis. Kisah Sawerigading juga dikenal dalam tradisi masyarakat Luwuk, Kaili, Gorontalo dan beberapa tradisi lain di Sulawesi seperti Buton.11

1. Adat dan Kepercayaan Suku Bugis

Suku Bugis atau to Ugi‘ adalah salah satu suku di antara sekian banyak suku di

Indonesia. Mereka bermukim di Pulau Sulawesi bagian selatan. Namun dalam perkembangannya, saat ini komunitas Bugis telah menyebar luas ke seluruh Nusantara.

10

Winny, Info Toraja

https://art-andarias.blogspot.co.id/2016/05/ciri-ciri-khas-orang-toraja.html (diakses tanggal 12 mei 2016

11

(46)

Penyebaran Suku Bugis di seluruh Tanah Air disebabkan mata pencaharian orang–

orang bugis umumnya adalah nelayan dan pedagang. Sebagian dari mereka yang lebih

suka merantau adalah berdagang dan berusaha (massompe‘) di negeri orang lain. Hal

lain juga disebabkan adanya faktor historis orang-orang Bugis itu sendiri di masa lalu. Orang Bugis zaman dulu menganggap nenek moyang mereka adalah pribumi yang telah

didatangi titisan langsung dari “dunia atas” yang “turun” (manurung) atau dari “dunia

bawah” yang “naik” (tompo) untuk membawa norma dan aturan sosial ke bumi.12

2. Karakter Orang Bugis

Adapun beberapa karakter dari orang bugis yaitu sebagai berikut:

a. Malabo = Labo berarti dermawan. Tentang hal ini ada adagium bugis mengatakanaja mumaleo naburuki labo natunai sekke =Janganlah anda ingin dihancurkan oleh kedermawanan dan dihinakan oleh kekikiran. Dermawan dalam kacamata manajemen disini berarti selalu ada alokasi anggaran untuk membantu sesama namun nominal bantuan itu tidak menghabiskan modal. Misalnya dalam bisnis, seorang pedagang tidak akan menyumbang sebelum ia mengkalkulasi berapa keuntungannya dalam hari itu. Kemudian setelah ia mendapat keuntungan, maka ia akan mengalokasikan untuk membantu sesamanya. Adapun diatas memberikan kita pandangan yang realistis dalam aktifitas ekonomi tanpa harus kehilangan nilai-nilai kemanusiaan.

b. Macca= Acca berarti pintar. Disebutkan bahwa orang yang pandai adalah mampu melihat sebab-sebab terjadinya sesuatu, memahami proses terjadinya sesuatu dan

12

(47)

akibat dari sesuatu. Orang yang Macca sangat disenangi karena kemampuannya mengurai dan memberikan solusi terhadap permasalahan yang ada.

c. Warani = secara harfiah berarti keberanian, misalnya, tidak gentar diposisikan dibelakang, ditengah dan didepan, tidak kaget mendengar kabar baik dan kabar buruk.

Tiga karakter diatas sebenarnya hanya mewakili sebagian dari banyak karakter bugis (maogi-ogi=bersifat bugis).13

D. Teori/ Konsep Komunikasi Antarbudaya

1. Anxiety/Uncertainty Management

Teori Anxiety/Uncertainty Management dikemukakan oleh William Gundykunst. Gundykunst merupakan Profesor Speech Communication di California State University. Gundykunst ingin teori yang dikemukakanya dapat diaplikasikan dalam berbagai situasi dimana perbedaan antar manusia menimbulkan keraguan dan ketakutan. Gundykunst berasumsi bahwa seseorang akan merasakan dirinya sebagai orang asing pada saat ada pertemuan antar budaya. Orang tersebut akan merasakan kegelisahan dan ketidakpastian, dan merasa tidak naman dan tidak tau harus bagaimana dirinya bersikap. Teori ini memfokuskan padaperbedaan budaya pada kelompok asing atau orang asing. Teori ini bertujuan untuk dapat digunakan dalam segala situasi dimana terdapat keraguan dan ketidakpastian diantara dua orang tersebut. Gundykunst juga meyakini bahwa kecemasan dan ketidakpastian merupakan penyebab dari kegagalan komunikasi di dalam sebuah situasi.

13

(48)

Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila seseorang dapat memprediksi dan menjelaskan perilaku pihak yang lain. Gundykunst menggunakan istilah komunikasi efektif merupakan proses untuk meminimalkan kesalahpahaman. Namun penulis lain menggunakan istilah keepatan (accuracy),kebenaran (fidelity), pemahaman (understanding)untuk istilah yang sama.

Penyebab dasar kegagalan komunikasi antar kelompok menurut Gundykunst adalah kecemasan dan ketidakpastian. Dua penyebab dari kesalahan dalam menafsirkan saling berhubungan satu sama lain. Kecemasan didefinisikan sebagai perasaan gelisah, tekanan, khawatir atau takut akan hal yang terjadi, sedangkan ketidakpasrtian adalah pikiran.

Dalam proses komunikasi, semakin tinggi ketidakpastian seseorang maka akan semakin rendah keberhasilan komunikasi yang akan dilakukannya. Dengan kata lain, proses komunikasi dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai. Konsep kecemasan digunakan oleh Gundykunst untuk menjelaskan proses penyesuaian budaya, ketidakpastian digunakan untuk memprediksi perilaku orang lain.

Konsep-konsep dasar Anxiety/Uncertainty Management Theory: a. Diri dan konsep diri

Meningkatnya kebanggaan (self-esteem) dalam diri pada saat berinteraksi dengan orang lain akan menaikan kemampuan kita dalam hal mengatur kecemasan.

(49)

Meningkatnya kebutuhan untuk masuk ke dalam kelompok pada saat berinteraksi dengan orang asing akan menaikan kecemasan kita.

c. Reaksi terhadap orang asing

Meningkatnya keterampilan dalam diri kita untuk secara kompleks memproses informasi mengenai orang asing akan menaikkan kemampuan kita dalam hal memprediksi perilaku secara akurat.

d. Kategori sosial dari orang-orang asing

Semakin meningkatnya persamaan personal yang dirasakan antara diri kita dengan orang asing, maka akan tinggi pula kemampuan kita untuk engontrol kecemasan dan kemampuan kita dalam memprediksi perilaku mereka secara akurat.

e. Proses situasional

Meningkatnya situasi informal pada saat kita berkomunikasi dengan orang asing yang kemudian menghasilkan penurunan kecemasan kita dan meningkatnya kepercayaan diri kita dalam memprediksi perilaku orang asing.

f. Hubungan dengan orang asing

Meningkatnya ketertarikan terhadap orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan meningkatnya percaya diri kita dalam hal memprediksi perilaku orang lain.14

Teori ini dapat diterapkandalam kehidupan sehari-hari manusia di Kampung Rama Kota Makassar dalam berkomunikasi. Proses komunikasi yang dilakukan untuk mengurangi ketidakpastian sehingga tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai.

14

Wahyudin Yudi, Teori Komunikasi Antarbudaya

(50)

Perbedaan budaya yang berbeda di setiap individu menyebabkan cara pengurangan ketidakpastian berbeda pula. Proses pengurangan ketidakpastian juga dipengaruhi oleh tingkat identifikasi seseorang terhadap kelompoknya

2. Studi Fenomenologi

Fenomenologi berasal dari bahasa yunani phainomai yang berarti menampak, sedangkan menurut istilah adalah fakta yang disadari, dan masuk kedalam pemahaman manusia, jadi suatu objek itu ada dalam relasi dengan kesadaran, dan disajikan dengan kesadaran pula.15

Tradisi fenomenologi berkonsentrasi pada pengalaman pribadi termasuk bagian dari individu – individu yang ada saling memberikan pengalaman satu sama lainnya. Komunikasi di pandang sebagai proses berbagi pengalaman atau informasi antar individu melalui dialog. Hubungan baik antar individu mendapat kedudukan yang tinggi dalam tradisi ini.

Dalam tradisi ini mengatakan bahwa bahasa adalah mewakili suatu pemaknaan terhadap benda. Jadi, satu kata saja sudah dapat memberikan pemaknaan pada suatu hal yang ingin di maknai. Pada dasarnya fenomenologi adalah suatu tradisi pengkajian yang digunakan untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Seperti yang dikemukakan oleh Littlejohn bahwa fenomenologi adalah suatu tradisi untuk mengeksplorasi pengalaman manusia. Dalam konteks ini ada asumsi bahwa manusia aktif memahami dunia disekelilingnya sebagai sebuah pengalaman hidupnya dan aktif menginterpretasikan pengalaman tersebut. Asumsi pokok fenomenologi adalah manusia secara aktif

15

(51)

menginterpretasikan pengalamannya dengan memberikan makna atas sesuatu yang dialaminya. Oleh karena itu interpretasi merupakan proses aktif untuk memberikan makna atas sesuatu yang dialami manusia. Dengan kata lain pemahaman adalah suatu tindakan kreatif, yakni tindakan menuju pemaknaan.16

Manusia memiliki paradigma tersendiri dalam memaknai sebuah realitas. Pengertian paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan sesuatu yang penting, absah, dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial atau epistimologis yang panjang.

Fenomenologi deduktif atau realisme metafisik merupakan satu-satunya fenomenologi telaah deduktif. Model ini menjadi penting, karena cara berpikir Einstein dalam mengembangkan relativesme metafisik da nada beberapa model fenomenologi realisme metafisik, yakni:

a. Berpikir deduktif

Realisme metafisik berangkat dari berpikir bahwa ada kebenaran objektif universal. Popper menyebeut metafisik adalah dunia kebenaran universal yang tidak dapat dibuktikan.

d. Kebenaran Probabilistik

Kebenaran universal secara epistemology akan berada pada rentangan probabilistik, terkait dengan kondisi atau situasi atau konteks setiap kasus.

16

(52)

e. Data, analisis, kesimpulan fenomenologi

Data, analisis, kesimpulan fenomelogi ini menggunakan kualitatif interpretatife fenomenologi, bukan menggunakan yang kuantitatif objektif.

f. Uji falsifikasi

Keakhasan berikut adalah menggunakan uji falsifikasi untuk membuktikan teorinya.

g. Third order of logic

Sistem logika yang digunakan adalah sistem logika filsafat fenomenologi yang dibangun oleh tokoh-tokoh filsafat Husserl, dan Heidegger.17

Hubungan yang terjalin antara etnik Toraja dengan etnik Bugis di Kampung Rama Kota Makassar terlihat dari fenomena bahwa etnik Toraja dalam berkomunikasi dengan masyarakat pribumi mereka menggunakan bahasa Indonesia. Keaktifan mereka menggunakan bahasa Indonesia membuat komunikasi yang berlangsung sangat efektif. Bukan hanya itu hubungan antara etnik Toraja dengan etnik Bugis sangat berbaur dan menyatu, keduanya saling menghargai dan saling menunjukkan rasa kebersamaan mereka, misalnya ada acara kawinan, berduka, hari keagamaan pesta rakyat dan kegiatan kerja bakti pasti etnik Bugis ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, ini menunujukkan bahwa memang etnik Toraja dengan etnik Bugis sudah menyatu, tidak ada jarak untuk berinteraksi, menyebabkankeharmonisandiantaramerekatetapterjaga. Ini membuktikan fenomena minoritas (etnik Bugis) dapat berbaur dengan baik dengan penduduk yang mayoritas (etnik Toraja) di Kampung Rama Kota Makassar.

17

(53)

E. Komunikasi Antarbudaya Dalam Perspektif Islam

Komunikasi Islam antarbudaya adalah acuan prediktif kebenaran yang menjadi dasar berpikir dan bertindak merealisasikan bidang dakwah yang mempertimbangkan aspek budaya dan keragamannya ketika berinteraksi dengan mad’u dalam rentang ruang

dan waktu sesuai perkembangan masyarakat.

Dalam organisasi keagamaan di Indonesia terdapat puluhan organisasi politik dan keagamaan dan semua itu merupakan keragaman budaya pengalaman dan pemahaman dalam beragama. Para Da’I dituntut bersikap bijakdalam melakukandakwah.

Prinsip-prinsip komunikasi dan dakwah antarbudaya dalam masyarakat hendaknya senantiasa menjiwai lahirnya masyarakat yang sadar akan perbedaan dan pluralitas. Kesadaran akan pluralitas akan melahirkan sikap co-eksistensi, kesadaran untuk saling memahami keberadaan, kendatipun berbeda latar belakang budaya masing-masing. Motto komunikasi Islam antarbudaya adalah harmonis dalam perbedaan.18

Komunikasi Antarbudaya dalam pandangan Islam terkait dalam beberapa ayat dalam Al-Quran yakni:. firman Allah Swt, surah Al-Hujaraat: 49/13yang berbunyi:

Q.S Al-Hujuraat:49/13

























Terjemahnya:

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, serta menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara

18

(54)

kalian di sisi Allah ialah orang yang paling takwa. Sesunggguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.19

Maksud ayat tersebut, Allah swt menyuruh kepada hambanya untuk saling menghargai tanpa mengenal perbedaan dari segi budaya maupun agama karena siapapun yang mendengar perkataan Allah swt maka dialah orang yang paling mulia disisinya.

Nabi saw dalam beberapa haditsnya menyuruh hambanya untuk bersikap ramah termasuk dalam berkomunikasi. Misalnya Nabi pernah melarang istrinya Aisyah r.a berkata pedas kepada sekelompok orang Yahudi yang datang ke rumah beliau dengan sikap yang kurang bersahabat. Hal tersebut dapat disimak dalam hadits sebagai berikut.

“Dari Urwah Bin Zubair, sesungguhnya Aisyah r.a berkata: sekelompok orang Yahudi datang kepada Rasulullah SAW, mereka berkata al-sam’alaikum (kematian untuk kalian), Aisyah r.a berkata: saya memahami perkataan Yahudi tersebut, kemudian saya menjawab: wa Alaikum al-Salam wa la’nat (dan untuk kalian pula kematian dan laknat Allah). Aisyah berkata: kemudian Rasulullah bersabda: tenang ya Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai keramahan dalam segala urusan. Kemudian saya (Aisyah) berkata: Ya Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang merekakatakan? Rasulullah bersabda saya menjawab (salam Yahudi) wa’Alaikum”.

Hadits ini menjelaskan kepada semua umat untuk menyuruh kita selalu saling menghargai kepada sesama manusia meskipun terdapat banyak perbedaan seperti agama dan perbedaan lainnya sehingga dalam proses komunikasi dapat berjalan dengan baik.

19

(55)

33

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat kualitatif yakni suatu penelitian yang mengungkap situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah.Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, manusia serta alat penelitian yang memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis dan induktif. Selain itu, penelitian jenis ini juga mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan dasar teori, bersifat deskriptif dengan mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan focus memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data.1

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kota Makassar tepatnya di Kampung Rama Kecamatan Panakkukang Kelurahan Paroppo Kota Makassar selama 2 bulan yakni mulai bulan September-Oktober 2016. Penelitian ini berada di pusat Kota Makassar. Lokasi atau tempat yang dilakukan penulis untuk melalui wawancara yaitu di rumah maupun di tempat pekerjaan seperti toko.

C. Pendekatan Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi keilmuan yaitu Ilmu Komunikasi (Komunikasi Antarbudaya) dengan menggunakan

1

(56)

pendekatan fenomenologi yang melibatkan pengujian yang diteliti dan seksama pada kesadaran pengalaman manusia. Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna. Makna yang diperoleh dari manusia dan diinterpretasikan berdasar pada pengalamannya sendiri di dalam kehidupan sosial.

D. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik dalam mengumpulkan data yaitu. 1. Data Primer

Data primer adalah berbagai informasi dan keterangan yang diperoleh langsung dari sumbernya, yaitu pihak yang dijadikan informan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik penentuan informan dengan purposive sampling yaitu peneliti memilih orang-orang atau kelompok terbaik untuk dipelajari atau dalam hal ini memberikan informasi yang akurat. Kelompok dengan sebutan the typical and the best people yang dipertimbangkan oleh peneliti untuk dipilih sebagai subjek penelitian dan para Informan yang dinilai akan banyak memberikan pengalaman yang unik dan pengetahuan yang memadai yang dibutuhkan peneliti.

Dalam penelitian ini peneliti memiliki beberapa kriteria yaitu,Etnik Torajayang sering melakukan proses komunikasi dengan etnik Bugis sejumlah 3 informan dan selanjutnya etnik Bugis yang sering melakukan proses komunikasi dengan etnik Toraja dalam setiap harinya yang berjumlah 3 informan.

Etnik Toraja : a) Reni Oktavianus b) Yusuf Manda c) Yoel Bello Etnik Bugis : a) Samsul

(57)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah mengumpulkan data dengan mencari tahu dari bahan bacaan seperti dengan jurnal-jurnal, buku-buku, dan artikel yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adap

Gambar

Tabel 1.1Perbandingan Penelitian Terdahulu
Gambar 1.2 Letak Geografis Kampung Rama
Tabel 1.3
Tabel 1.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perpustakaan merupakan upaya untuk memelihara dan meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses belajar-mengajar. Perpustakaan yang terorganisir secara baik dan

kitab baik bahasa jawa maupun indonesia juga menulis hal-hal yang penting.3 Hasil penelitian dan kajian teori yang sudah dipaparkan adanya kesamaan teori dan hasil penelitian,

Arah Kiblat Kota Medan, Metode Dan Solusi , maka teknik yang digunakan dalam penulisan buku ini agar memperoleh data yang akurat tentang status akurasi arah kiblat

Tobat ( al-taubah ) terdapat dalam Q.S. Menurut para sufi dosa adalah pemisah antara seorang hamba dengan Tuhannya karena dosa adalah sesuatu yang kotor, sedangkan Allah

Penelitian ini membahas tentang Evaluasi Pendidikan Pemakai Perpustakaan di UPT Perpustakaan Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yang bertujuan

Bab ini menguraikan pembahasan dari permasalahan yang diangkat serta menyelaraskan berdasarkan kenyataan yang ada pada objek yang diteliti (yang terjadi) dan dalam

Strategi distributor terkadang juga menyalahi aturan Herbalife yaitu mereka tidak merekrut konsumennya hanya memberikan saran kepada konsumennya untuk membeli

Objek laring yang tampil berbentuk 3D terdapat teks yang menentukan bagian dari laring. Kemudian pada marker terdapat virtualbutton play dan stop, ketika menekan