• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTEK KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA TAHUN 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRAKTEK KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA TAHUN 2013"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTEK KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA DI SMP NEGERI 4 TASIKMALAYA TAHUN 2013

Erni Viarni 1)

Lilik Hidayanti dan Sri Maywati 2)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Peminatan Gizi Kesehatan Universitas Siliwangi (erniviarni_24@ymail.com) 1)

Dosen Pembimbing Bagian Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi 2)

ABSTRAK

Makanan jajanan memegang peranan penting dalam memberikan kontribusi tambahan untuk kecukupan gizi, khususnya energi dan protein. Kebiasaan jajan di sekolah terjadi karena 3-4 jam setelah makan pagi perut akan terasa lapar kembali. Rendahnya sumbangan zat gizi dari makanan jajanan yang disebabkan sebagian besar anak sekolah mengonsumsi makanan jajanan yang kandungan zat gizinya kurang bervariasi karena hanya terdiri dari 1 atau 2 jenis zat gizi saja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa di SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya tahun 2013. Metode penelitian menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional dengan sampel 88 dari 709 populasi. Analisis yang dilakukan yaitu analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 73 (83 %) siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering dan sebanyak 15 (17 %) siswa memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori jarang. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,538), tidak ada hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,729), tidak ada hubungan antara kesukaan terhadap makanan dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,477), ada hubungan antara besar uang jajan dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,043), ada hubungan antara peranan teman sebaya dengan praktek konsumsi makanan jajanan (p-value=0,031). Disarankan para siswa dapat memilih makanan jajanan yang memenuhi syarat kesehatan yaitu bersih dan memiliki nilai gizi yang dibutuhkan tubuh, tidak karena hanya menyukai makanan jajanan tersebut saja.

Keperpustakaan : 33 (1982 - 2009)

(2)

ABSTRACT

STREET FOOD CONSUMPTION PRACTICES AT STUDENT IN JUNIOR HIGH SCHOOL 4 TASIKMALAYA YEAR 2013.

Street food plays an important role in contributing additional to nutritional adequacy, in particular energy and protein. The habit of eating snacks in school is because 3-4 hours after breakfast stomach will feel hungry again. The low contribution of nutrients from food hawker caused mostly schoolchildren street food lacking nutritional content varies as it consists of 1 or 2 types of nutrients alone. The purpose of this study was to determine the factors associated with the practice of street food consumption at student in Junior High School 4 Tasikmalaya year 2013. The research method using analytic survey with cross sectional sample of 88 of 709 population. The analysis is performed univariate analysis using frequency distributions and bivariate analysis using Chi Square test. The results showed that as many as 73 (83%) of students who have snack food consumption practices by category often and as much as 15 (17%) students have snack food consumption practices with rare category. In this study the result that there is no relationship between knowledge and practice nutritious snack food consumption (p-value = 0.538), there was no relationship between the role of advertising or promotion of the practice of street food consumption (p-value = 0.729), no association between liking for foods with the practice of street food consumption (p-value = 0.477), there was a great connection between the practice of spending money with snack food consumption (p-value = 0.043), there is a relationship between the role of peers in the practice of street food consumption (p- value = 0.031). It is recommended that students can choose food snacks that meet the health requirements are clean and have a nutritional value that the body needs, not because it is just like the street food.

Reference : 33 (1982 - 2009)

(3)

PENDAHULUAN

Makanan jajanan sekolah merupakan masalah yang perlu menjadi perhatian masyarakat, khususnya orang tua, pendidik, dan pengelola sekolah. Makanan dan jajanan sekolah sangat beresiko terhadap cemaran biologis atau kimiawi yang banyak menganggu kesehatan, baik jangka pendek maupun jangka panjang (Februhartanty dan Iswaranti, 2004).

Penelitian di Bogor menunjukkan bahwa makanan jajanan memberikan kontribusi tambahan sekitar 24,7% dari rata-rata dari rata-rata total konsumsi energi per hari dan sekitar 22,9% dari rata-rata total konsumsi protein per hari pada anak SD (Sihadi, 2004 : 92). Sedangkan menurut Mudjajanto (2003 : 93) bahwa kontribusi makanan jajanan untuk energi 5,5% dan protein 4,2% terhadap total konsumsi makanan sehari pada anak sekolah dasar.

Menurut Susanto (2006) konsumsi makanan jajanan merupakan cara yang baik untuk menambah masukan gizi bagi anak sekolah. Kebiasaan jajan yang telah dilakukan selama ini tidak perlu dihilangkan karena dari makanan jajanan tradisional ini bisa menyumbangkan zat-zat gizi dalam jumlah yang cukup berarti bagi pertumbuhan anak-anak. Hal ini dapat dilakukan apabila diadakan perbaikan kandungan zat gizi makanan jajanan tersebut baik kualitas maupun kuantitasnya (Pertiwi, 1998).

Praktek konsumsi makanan jajanan di sekolah terjadi karena 3 – 4 jam setelah makan pagi perut akan terasa lapar lagi (Sihadi, 2004 : 92). Anak-anak selama di sekolah antara selang waktu 3-5 jam memerlukan makanan jajanan untuk sekedar penghilang rasa lapar sesaat sebelum pulang ke rumah.

Praktek konsumsi makanan jajanan juga terjadi karena anak sering menolak untuk makan pagi di rumah dan sebagai gantinya anak-anak ini minta uang jajan . Berdasarkan hasil penelitian Hidayat (1995 : 601), terdapat sejumlah anak sekolah yang tidak sempat sarapan dengan berbagai alasan. Dalam kondisi ini maka orang tua cenderung memberikan bekal uang kepada anaknya untuk membeli makanan jajanan di sekolah. Rata-rata makanan jajanan tradisional dijual dengan harga relatif murah (Winarno, 1993). Anak sekolah lebih tertarik pada rasa dan harga dan tidak memperhatikan aspek gizi secara teliti. Berdasarkan hasil penelitian mengenai makanan jajanan yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen

(4)

Semarang (1995) ternyata anak sekolah memilih makanan jajanan karena faktor rasa, harga murah, daya tarik hadiah dan faktor pengaruh teman.

Anak sekolah rata-rata memilih makanan jajanan dengan kandungan energi dan protein yang rendah sehingga sumbangan energi dan protein dari makanan jajanan terhadap total konsumsi sehari masih rendah. Berpedoman pada Program PMT-AS, makanan jajanan diharapkan mempunyai mutu gizi kurang lebih 200-300 kkal untuk menyumbangkan kurang lebih 15-20% terhadap total konsumsi energi.

Rendahnya sumbangan zat gizi dari makanan jajanan juga disebabkan karena sebagian besar anak Sekolah mengkonsumsi makanan jajanan yang kandungan zat gizinya kurang beragam yaitu hanya terdiri dari 1 atau 2 jenis zat gizi saja (Hermina, dkk, 2004 : 19). Sedangkan dari segi kuantitas, porsi makanan jajanan tradisional yang dijual di lingkungan Sekolah Dasar disesuaikan dengan daya beli anak sehingga porsinya relatif kecil (Rahayu, 1995).

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya tahun 2013.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013. Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya sebanyak 709 siswa. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII dan VIII yaitu sebanyak 88 siswa. Tehnik pengambilan sampel menggunakan metode proportional random sampling karena populasinya mempunyai anggota yang berstrata atau terdiri dari kelas didapatkan sampel kelas VII sebanyak 45 siswa dan kelas VIII sebanyak 43 siswa. Penelitian ini tidak mengambil siswa kelas XI karena mereka dalam persiapan ujian

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data identitas sampel meliputi nama, jenis kelamin, usia, tanggal lahir, kelas, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, data pengetahuan makanan bergizi, besar uang jajan, peranan iklan atau promosi, kesukaan terhadap makanan jajanan, peranan teman sebaya dan praktek konsumsi makanan jajanan yang diperoleh berdasarkan pengisian kuesioner dan ffq yang telah disiapkan dan dilakukan uji validitas dan realibilitas sebelumnya.

(5)

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu pengetahuan makanan bergizi, besar uang jajan, peranan iklan atau promosi, kesukaan terhadap makanan jajanan, peranan teman sebaya serta praktek konsumsi makanan jajanan sebagai variabel terikat. Analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk melihat distribusi dari variabel-variabel yang diteliti baik dari variabel-variabel terikat maupun variabel-variabel bebas dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan Uji Chi-Square

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi

SMP Negeri 4 Tasikmalaya didirikan pada tahun 1960 memiliki akreditasi A. Terletak di Jalan RAA. Wiratanuningrat No. 10 Kelurahan Lengkongsari Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. SMP Negeri 4 Tasikmalaya memiliki 62 tenaga kependidikan. Total murid yang ada di sekolah ini pada tahun ajaran 2012/2013 adalah 1.086 siswa yang terdiri dari 363 siswa kelas VII, 346 kelas VIII, dan 377 siswa kelas IX.

2. KARAKTERISTIK SISWA Umur

Tabel 1

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Umur Jumlah (n) Persentase (%)

1. 12 tahun 18 20,5

2. 13 tahun 42 47,7

3. 14 tahun 28 31,8

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa berumur 13 tahun yaitu sebanyak 42 siswa (47,7 %), sedangkan presentase umur siswa terkecil adalah siswa berumur 12 tahun yaitu sebanyak 18 siswa (20,5 %).

(6)

Jenis Kelamin

Tabel 2

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 47 siswa (53,4 %), sedangkan siswa berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 41 siswa (46,6 %).

Kelas

Tabel 3

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kelas Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Kelas Jumlah (n) Persentase (%)

1. Kelas VII 45 51,1

2. Kelas VII 43 48,9

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa sebagian besar kelas siswa adalah kelas VII yaitu sebanyak 45 siswa (51,1 %), dan presentase terkecil adalah kelas VIII yaitu sebanyak 43 siswa (48,9 %).

3. Analisis Univariat

Pengetahuan Makanan Bergizi

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Makanan Bergizi Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Pengetahuan makanan bergizi Jumlah (n) Persentase (%) 1. Kurang Baik 26 29,5 2. Baik 62 70,5 Jumlah 88 100

No Jenis Kelamin Jumlah (n) Persentase (%)

1. Perempuan 47 53,4

2. Laki-laki 41 46,6

(7)

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa sebagian besar pengetahuan makanan bergizi siswa adalah baik yaitu sebanyak 62 siswa (70,5 %) sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan makanan bergizi kurang baik yaitu sebanyak 26 siswa (29,5 %).

Besar Uang Jajan

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Besar Uang Jajan Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Besar Uang Jajan Jumlah (n) Persentase (%) 1. Tinggi ( ≥ Rp. 9840,91) 58 65,9 2. Rendah ( ≤ Rp. 9840,91) 30 34,1

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa besar uang jajan siswa dengan kategori tinggi sebanyak 58 siswa (65,9 %) dan besar uang jajan dengan kategori rendah sebanyak 30 siswa (34,1 %).

Peranan Iklan atau Promosi

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peranan Iklan Atau Promosi Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Iklan atau promosi Jumlah (n) Persentase (%)

1. Terpengaruh 16 18,2

2. Tidak terpengaruh 72 81,8

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak terpengaruh peranan iklan atau promosi yaitu sebanyak 72 siswa (81,8 %) sedangkan siswa yang terpengaruh peranan iklan atau promosi yaitu sebanyak 16 siswa (18,2 %).

(8)

Kesukaan Terhadap Makanan Jajanan Tabel 7

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesukaan Terhadap Makanan Jajanan Siswa di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Kesukaan terhadap makanan jajanan Jumlah (n) Persentase (%) 1. Suka 71 80,7 2. Tidak suka 17 19,3 Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa suka terhadap makanan jajanan yaitu sebanyak 71 siswa (80,7 %) sedangkan siswa yang tidak suka terhadap makanan jajanan yaitu sebanyak 17 siswa (19,3 %).

Peranan Teman Sebaya

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Peranan Teman Sebaya Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Peranan teman sebaya Jumlah (n) Persentase (%)

1. Terpengaruh 54 61,4

2. Tidak terpengaruh 34 38,6

Jumlah 88 100

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak terpengaruh peranan teman sebaya yaitu sebanyak 54 siswa (61,4 %) sedangkan siswa yang terpengaruh peranan teman sebaya yaitu sebanyak 34 siswa (38,6 %).

Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Tabel 9

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

No Praktek konsumsi makanan jajanan Jumlah (n) Persentase (%) 1. Sering 73 83 2. Jarang 15 17 Jumlah 88 100

(9)

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diketahui bahwa praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering sebanyak 73 siswa (83 %) sedangkan praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori jarang sebanyak 15 siswa (17 %)

4. Analisis Bivariat

Hubungan pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan jajanan

Tabel 10

Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Makanan Bergizi Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Pengetahuan makanan bergizi Praktek konsumsi makanan jajanan Total p-value Sering Jarang n % 0,538 n % n % Kurang baik 23 88,5 3 11,5 26 100 baik 50 80,6 12 19,4 62 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan pengetahuan makanan bergizi dengan kategori kurang baik (88,5 %) dibandingkan dengan pengetahuan makanan bergizi dengan kategori baik (80,6 %). Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square pada diperoleh nilai p value sebesar 0.538 artinya tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan jajanan.

Tidak adanya hubungan antara pengetahuan makanan bergizi dengan praktek konsumsi makanan jajanan, bisa dimungkinkan karena mereka belum bisa memahami secara benar dan melaksanakannya dalam mengkonsumsi makanan sehari-sehari, khususnya dalam memilih makanan jajanan di sekolah walaupun pengetahuan mereka cukup baik mengenai bahaya makanan jajanan (Asih, 2001). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprilia (2008) yang membuktikan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan perilaku jajan anak sekolah (P value = 0,179). Hal ini terjadi dimungkinkan karena adanya beberapa responden yang mencontek jawaban kepada teman sebelahnya dimana kuesioner diisi langsung oleh responden sehingga jawaban kuesioner setiap siswa mungkin relatif sama.

(10)

Hubungan Besar Uang Jajan Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Tabel 11

Tabulasi Silang Antara Besar Uang Jajan Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Besar uang jajan Praktek konsumsi makanan jajanan Total p-value Sering Jarang n % 0,043 n % n % Tinggi 52 89,7 6 10,3 58 100 Rendah 21 70,0 9 30,0 30 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering sebagian besar uang jajannya tinggi yaitu (89,7 %) dan pada praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori jarang sebagian besar uang jajannya rendah yaitu (70,0 %). Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0.043 artinya ada hubungan antara besar uang jajan dengan praktek konsumsi makanan jajanan.

Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Fardiaz dan Fardiaz (1992), bahwa semakin besar uang jajan yang diperoleh dari orang tuanya semakin sering anak mengeluarkan uang tersebut untuk membeli makanan jajanan dan akan semakin beragam juga makanan yang dibelinya. Orang tua yang tingkat penghasilannya tinggi memberikan uang jajan yang lebih besar dibandingkan orang tua yang berpenghasilan rendah (Wijayanti, 1990). Di samping itu tersedianya berbagai jenis jajanan khususnya di kota-kota besar mempengaruhi pengeluaran atau penggunaan uang jajan siswa.

Hubungan Peranan Iklan Atau Promosi Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan

Tabel 12

Tabulasi Silang Antara Peranan Iklan Atau Promosi Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Peranan iklan atau promosi Praktek konsumsi makanan jajanan Total p-value Sering Jarang n % 0,729 n % n % Terpengaruh 14 87,5 2 12,5 16 100 Tidak terpengaruh 59 81,9 13 18,1 72 100

(11)

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan peranan iklan atau promosi dengan kategori terpengaruh (87,5 %) dibandingkan dengan peranan iklan atau promosi dengan kategori tidak terpengaruh (81,9 %). Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0.729 artinya tidak ada hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan jajanan.

Tidak adanya hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan jajanan dapat disebabkan oleh adanya faktor lain yang mempengaruhi praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa SMP Negeri 4 Tasikmalaya seperti pengetahuan gizi siswa mengenai makanan jajanan. Ketika siswa menyatakan terpengaruh peranan iklan atau promosi makanan jajanan, siswa akan tertarik mencoba dan membeli makanan jajanan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Prasetya (2007), yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara media massa dengan tingkat konsumsi makanan jajanan (p-value=0,186).

Hubungan Kesukaan Terhadap Makanan Jajanan Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan

Tabel 13

Tabulasi Silang Antara Peranan Iklan Atau Promosi Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Kesukaan terhadap makanan jajanan Praktek konsumsi makanan jajanan Total p-value sering Jarang n % 0.477 n % n % Suka 60 84,5 11 15,5 71 100 Tidak suka 13 76,5 4 23,5 17 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan kesukaan terhadap makanan jajanan dengan kategori suka (84,5 %) dibandingkan dengan kesukaan terhadap makanan jajanan dengan kategori tidak suka (76,5 %). Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0.477 artinya tidak ada hubungan antara peranan iklan atau promosi dengan praktek konsumsi makanan jajanan. Penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Prasetya (2007) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi makanan jajanan dengan

(12)

kesukaan siswa (p-value=0,006) dengan odds ratio (OR) sebesar 6,286 artinya siswa yang suka memiliki peluang 6 kali lebih besar dalam mengkonsumsi makanan jajanan dibandingkan siswa yang tidak suka.

Hubungan Peranan Teman Sebaya Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan

Tabel 14

Tabulasi Silang Antara Peranan Teman Sebaya Dengan Praktek Konsumsi Makanan Jajanan Siswa Di SMP Negeri 4 Tasikmalaya Tahun 2013

Peranan teman sebaya Praktek konsumsi makanan jajanan Total p-value Sering jarang n % 0,031 n % n % Terpengaruh 32 86,5 5 13,5 37 100 Tidak terpengaruh 41 80,4 10 19,6 51 100

Siswa yang memiliki praktek konsumsi makanan jajanan dengan kategori sering ternyata lebih banyak terdapat pada siswa dengan peranan teman sebaya dengan kategori terpengaruh (86,5 %) dibandingkan dengan peranan teman sebaya dengan kategori tidak terpengaruh (80,4 %). Hasil analisis dengan menggunakan Chi Square diperoleh nilai p value sebesar 0.031 artinya ada hubungan antara peranan teman sebaya dengan praktek konsumsi makanan jajanan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Hurlock (2004) bahwa pengaruh teman sebaya lebih dominan dibandingkan keluarga. Pengaruh ini dapat membentuk pola konsumsi makanan yang baru yang dapat menggantikan pola makan yang telah ada. Menurut Sartiningsih (1993) menyebutkan bahwa perilaku konsumsi makan remaja sangat dipengaruhi oleh perilaku konsumsi teman sebayanya. Pengaruh teman sebaya sangat mempengaruhi kebiasaan makan remaja. Dimana remaja cepat sekali terpengaruh lingkungan dan sangat menyadari penampilan fisik dan perilaku sosial mereka dan selalu berusaha menyesuaikan dengan kelompoknya. Kebutuhan untuk menyamakan diri dengan kelompoknya dapat mempengaruhi intake gizi remaja (Brown et al, 2005).

(13)

SIMPULAN

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan makanan bergizi siswa baik (70,5%) dan praktek konsumsi makanan jajanannya sering (83%). Tidak ada hubungan antara pengetahuan makanan bergizi, peranan iklan atau promosi, kesukaan terhadap makanan jajanan dengan praktek konsumsi makanan jajananpada siswa SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya tahun 2013. Sedangkan yang memiliki hubungan dengan praktek konsumsi makanan jajanan pada siswa SMP Negeri 4 Kota Tasikmalaya tahun 2013 adalah faktor besar uang jajan dan peranan teman sebaya.

Pihak sekolah diharapkan memperluas wawasannya mengenai makanan jajanan yang sehat dan membatasi makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah agar para siswa dapat memilih makanan yang sesuai dengan kebutuhan gizinya.

DAFTAR PUSTAKA

Februhartanti J. 2004. Amankah makanan jajanan anak sekolah di Indonesia?. [Diakses 21 September 2012]. Tersedia dari: URL: http://www.gizi.net.

Mudjajanto, Eddy Setyo. 2005. Keamanan Makanan Jajanan Tradisional. [Online]Available:http://www.gizi.net/cgibin/berita/fullnews.cgi?newsid110896 3004,13930 [Accessed on September 25, 2012].

Mumtahanah, Siti. 2002. Gambaran Frekuensi Konsumsi Makanan Siap Saji Tradisional dan Modern serta Faktor-faktor yang Berhubungan pada Remaja Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di Wilayah Jakarta Selatan Tahun 2002 (Studi Kasus di SLTPN 12 dan SLTP Islam Al Azhar Pusat Jakarta Selatan). Skripsi. Depok: FKM UI.

Notoatmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Pertiwi, D.D. , 1998. Kebiasaan Jajan dan Preferensi terhadap Makanan Jajanan Tradisional pada Anak SD di 4 Desa IDT Maluku Tengah. Skripsi Sarjana Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Rahayu, W.P. 2006a. KLB Keracunan Pangan tahun 2006 (Per Tanggal 19 Desember 2006). Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. Jakarta.

Sihadi. Makanan jajanan bagi anak sekolah. Jurnal Kedokteran YARSI. 2004;12: 91-95. Susanto. 1986. Masalah Kebiasan Jajan Pada Anak Sekolah. Buletin Gizi No 10, Hal23

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya penelitian ini akan memberikan informasi bagi Lembaga Keungan Mikro Syariah (LKMS) untuk melakukan penerapan pengendalian internal atas pelaporan keuangan

Independent Commission for World Wide Telecommunications Development(1985)The Missing Link, International

Berdasarkan pengertian – pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem adalah proses penterjemahan kebutuhan pemakaian informasi yang terperinci

1) Lakukan teknik insersi kanula secara benar, untuk menghindari cedera pada saat pemasangan kanula, perawat harus memiliki pengetahuan dasar dan pengalaman yang memadai

Untuk memuaskan pelanggan, suatu perusahaan hendaknya terlebih dahulu harus dapat memuaskan karyawannya agar produk yang dihasilkan tidak rusak kualitasnya dan pelayanan

ekonomi tidak mengorbankan hak generasi yang akan datang untuk menikmati lingkungan hidup yang baik. Pembangunan berkelanjutan memerlukan adanya suatu sistem

Dengan menggunakan kontrol PI-Fuzzy pada setpoint yang sama pada pengujian sebelumnya dimana pengujian sebelumnya menggunakan kontrol PI konvensional, pengujian ini

Hasil simulasi kebijakan peningkatan upah minimum di Jawa 15% dan pulau-pulau lainnya 20% juga memperlihatkan kondisi yang sama, yakni peningkatan upah minimum