SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA
SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM
TAHUN 2015
Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem
OLEH
IDA AYU CUPU TURI
NIM. 1302115008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
i
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA
SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM
TAHUN 2015
Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH
IDA AYU CUPU TURI
NIM. 1302115008
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA
SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM
TAHUN 2015
Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
Oleh :
IDA AYU CUPU TURI NIM. 1302115008
TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI
Pembimbing Utama
Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS
Pembimbing Pendamping
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA
SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015
Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem
OLEH:
IDA AYU CUPU TURI NIM. 1302115009
TIM PENGUJI
MENGETAHUI
TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI : JUMAT
TANGGAL : 17 APRIL 2015
1. Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS (Ketua) ...
2. A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM (Anggota) …………
3. Ns. Ni Luh Putu Eva Yanti, S.Kep, M.Kep., Sp.Kep. Kom (Pembahas) …………
DEKAN
FK UNIVERSITAS UDAYANA
Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes NIP. 19530131 198003 1 004
KETUA
PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA
iv
2.1Karakteristik Anak Usia Sekolah ... 9
2.2Perilaku Konsumsi Makanan Anak Usia Sekolah ... 11
2.2.1 Perilaku Konsumsi Makanan ... 11
2.2.2 Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Anak Sekolah ... 13
2.3Makanan Jajanan ... 14
v
2.3.2 Jenis-jenis Makanan Jajanan ... 14
2.3.3 Keamanan Makanan Jajanan ... 15
2.3.4 Dampak Makanan Jajanan ... 17
2.4Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan ... 18
BAB III KERANGKA KONSEP ... 28
3.1 Kerangka Konsep ... 28
3.2 Variabel Penelitian dan definisi operasional ... 29
3.2.1 Variabel penelitian ... 29
3.2.2 Definisi Operasional ... 30
BAB IV METODE PENELITIAN ... 32
4.1 Jenis Penelitian ... 32
4.2 Kerangka Kerja ... 33
4.3 Tempat dan waktu penelitian ... 34
4.4 Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Penelitian ... 34
4.4.1 Populasi Penelitian ... 34
4.4.2 Sampel Penelitian ... 34
4.4.3 Teknik Sampling ... 35
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 36
4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 36
4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 36
4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 39
4.5.4 Uji Validitas ... 42
4.5.5 Uji Reliabilitas ... 43
4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 44
4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 44
4.6.2 Analisis Data ... 45
vi
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
5.1 Hasil Penelitian ... 47
5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 47
5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 49
5.1.3 Hasil Penelitian ... 50
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
5.2.1 Jenis Kelamin ... 56
5.2.2 Pengetahuan Gizi dan Makanan Jajanan ... 57
5.2.3 Besar Uang jajan ... 58
5.2.4 Kebiasaan Membawa Bekal ... 58
5.2.5 Pengaruh Teman Sebaya ... 59
5.2.6 Pengaruh Orang Tua ... 60
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 61
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62
6.1 Simpulan ... 62
6.2 Saran ... 63
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Variabel Definisi Operasional Penelitian ... 31
Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 49
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi Dan Makanan Jajanan ... 51
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Dan Makanan Jajanan ... 52
Tabel 5.5 Uang Jajan ... 52
Tabel 5.6 Kebiasaan Membawa Bekal ... 54
Tabel 5.7 Besar Uang Jajan dan Kebiasaan Membawa Bekal ... 54
Tabel 5.8 Pengaruh Teman Sebaya ... 55
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Kerangka Konseptual Penelitian ... 28
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pernyataan Keaslian Tulisan
Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian
Lampiran 3 : Surat Persetujuan Orang Tuan/Wali Responden
Lampiran 4 : Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5 : Kisi-kisi Kuesioner
Lampiran 6 : Kuesioner
Lampiran 7 : Rencana Anggaran Penelitian
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Jajanan Pada Siswa SDN 1 Tista, Kabupaten Karangasem Tahun 2015”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan proposal ini. Ucapan terima kasih penulis berikan
kepada:
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan
menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.
2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa MS, AIF, sebagai Ketua PSIK Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam proses
pendidikan.
3. Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS, sebagai pembimbing utama yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan
proposal ini tepat waktu.
4. A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM, sebagai pembimbing pendamping yang
telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan
xi
5. Bapak I Gede Putu, S.pd. SD sebagai Kepala Sekolah SDN 1 Tista yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan pengambilan data di SDN 1 Tista
Kabupaten Karangasem dan membantu dalam penyediaan data sekunder yang
diperlukan dalam melengkapi proposal ini.
6. Bapak I Made Widana, SKM, M.Kes., sebagai Kepala UPTD Kesehatan
Kecamatan Abang yang telah membantu dalam penyediaan data sekunder
yang diperlukan dalam melengkapi proposal ini.
7. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan semangat
kepada penulis secara moril dan materil sehingga penulisan proposal ini
selesai tepat waktu.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian proposal
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan
kritik yang membangun.
Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Denpasar, April 2015
xii ABSTRAK
Cupu Turi, Ida Ayu. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Pada Siswa SDN 1 Tista, Kabupaten Karangasem Tahun 2015. Studi ini dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. M. R. Damayanti, S.Kep., MNS; (2) A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM.
SDN 1 Tista pada tahun 2013 tingkat pengkonsumsian makanan jajanan di SDN 1 Tista didapatkan 80% anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah saat jam istirahat. Makanan yang dijual tersebut terdiri dari makanan yang dibuat menggunakan pemanis buatan, mengandung bahan penyedap dan menggunakan pewarna yang mencolok. Makanan yang ada di kantin sekolah kurang bersih, karena ada beberapa makanan yang tidak terbungkus atau tertutup sehingga lalat bisa hinggap pada makanan tersebut. Pada tahun 2013 didapatkan bahwa pernah terjadi kasus diare pada siswa SDN 1 Tista sebanyak 12 orang akibat mengkonsumsi makanan jajanan dari kantin sekolah yang mengandung bakteri dan makanan jajanan yang sudah kadaluarsa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SDN 1 Tista. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional descriptive dengan rancangan
cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini mendapatkan faktor jenis kelamin dapat menimbulkan kebiasaan siswa dalam mengkonsumsi makanan jajanan terutama pada laki-laki sebesar 62,5%. Faktor pengetahuan sebanyak 45,2% siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang pengetahuan gizi dan makanan jajanan. Faktor besar uang jajan tergolong besar yaitu terdapat 57,5% siswa membawa uang jajan lebih dari Rp. 3.900,-. Faktor kebiasaan membawa bekal yaitu sebesar 60% dengan alasan terbanyak adalah untuk mengurangi kebiasaan jajanan di sekolah. Faktor pengaruh teman sebaya dalam kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada sebagian besar responden yaitu sebesar 60%. Orangtua mempunyai pengaruh besar terhadap kebiasaan jajan anak sekolah sebesar 70%. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor jenis kelamin, pengetahuan, besar uang jajan, kebiasaan membawa bekal, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh orang tua dapat melatarbelakangi kebiasaan konsumsi makanan jajanan siswa di SDN 1 Tista.
Kata kunci: makanan jajanan, siswa, SD
xiii M. R. Damayanti, S.Kep., MNS; (2) A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM. SDN 1 Tista in 2013 the level of consumption of snack foods in SDN 1 Tista obtained 80% of children eating snack food in canteen during breaktime. The food consists of artificial sweeteners in it, contain flavoring and coloring striking use. In school cafeteria, the food isn’t clean enough, because there are some foods that are not wrapped or covered so the flies can perch on the food. In 2013, there are some cases of diarrhea in SDN 1 Tista, about twelve student are got diarrhea because of consumed and eat the food at canteen that contains bacteria and snacks have been expired food. The aim of this research is aware of the associated with the consumption of food products at students of SDN 1 Tista. The type of research used is descriptive of observational research with the design of cross sectional. The sample of this research are 40 students. Data was gathered using a questionnaire. Data available for analysis uses statistics descriptive and presented in table form a frequency distribution. This research result get a factor of sex could lead to students in the habit of consumed snack food primarily in males at 62.5 percent. Factors as much as knowledge 45,2 percent of students having knowledge nice about their knowledge about nutrition and snack food. Factors relatively large amount of pocket money that there is 57.5% of students bring pocket money of more than 3,900 rupiah. The habit of carrying provisions to school , which is about 60 percent by reason of the most is to reduce the habit of snacks in schools. A factor of the influence of peers in the habit of snack food consumption in most of which is about 60 percent of respondents. The influence of parents is 70 percent. The conclusion of this research is factor of gender, knowledge , pocket money , the habit of carrying provisions , the influence of their peers , and influence of parents could be given for this snack food consumption habits of students in SDN 1 Tista.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan jajanan adalah makanan berupa penganan kudapan.Makanan jajanan
merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak
orang, termasuk anak sekolah. Anak sekolah biasanya membeli makanan dari
pedagang di kantin sekolah maupun pedagang di sekitar rumah.Konsumsi makanan
jajanan pada anak sekolah merupakan suatu kebiasaan yang hampir terjadi di seluruh
dunia (Fitri, 2012).
Menurut data Food and Agriculture Organisation (FAO, 2013), diperoleh data bahwa
anak usia 6 sampai 11 tahun merupakan konsumen tersering dan terbesar dalam
mengkonsumsi makanan jajanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan
mengalami peningkatan yaitu 74% menjadi 95% dari tahun 2012 sampai 2013.
Data di Indonesia merurut hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan Repulik
Indonesia (BPOM RI, 2013), mendapatkan data bahwa 80% anak sekolah
mengkonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah baik dari penjaja maupun di
sekitar kantin sekolah.Frekuensi makanan ringan lebih dari 11 kali perminggu (66%).
Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Novitasari (2005) di SDN Anyelir I
Depok, mendapatkan data bahwa dari 210 siswa terdapat 165 siswa (79%) memiliki
Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, didapatkan bahwa anak usia
sekolah mengalami peningkatan pengkonsumsian makanan jajanan di kantin sekolah
dari 70% menjadi 83%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem Tahun
2012, didapatkan data bahwa dari tahun 2011 menuju 2012 terjadi kenaikan
pengkonsumsian makanan jajanan pada anak sekolah dasar di kantin sekolah dari
68% menjadi 78 %.
Kebiasaan jajanan pada anak sekolah dapat berdampak negatif pada status kesehatan
dan status gizi anak yang mengkonsumsi makanan jajanan tersebut. Disisi lain,
makanan jajanan memiliki dampak positif karena makanan jajanan yang dikonsumsi
anak sekolah dapat melengkapi dan menambah kebutuhan gizi anak (BPOM, 2005).
Mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dapat menimbulkan penyakit yang
disebut foodborne disease atau penyakit bawaan makanan yang dapat menimbulkan
masalah gangguan pencernaan (Jacob, 2003). Menurut data World Health
Organization (WHO, 2013) menyatakan bahwa di negara maju seperti Amerika 3.000
orang meninggal setiap tahunnya akibat foodborne disease. Menurut data Center for
Science in Public Interest (2012), di Asia khususnya negara maju seperti Cina,
diperoleh bahwa lebih dari 250 anak sakit dan 40 orang anak meninggal per tahun
akibat terkontaminasi makanan jajanan yang tidak sehat.
Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB, 2012-2013) mengenai jajanan anak
(SD) merupakan kelompok yang paling sering mengalami keracunan makanan
(BPOM, 2013). Tahun 2012 terjadi sebanyak 24 kali kejadian keracunan makanan
yang berasal dari makanan jajanan dengan kejadian luar biasa tertinggi terjadi pada
anak SD, yaitu 21 kali kejadian keracunan (BPOM, 2012). Pada tahun 2013, terjadi
180 kejadian keracunan makanan dimana 30 KLB keracunan makanan terjadi di
lingkungan sekolah.Penyebab KLB keracunan pangan di lingkungan anak SD sebesar
29, 58% berasal dari makanan yang terkontaminasi oleh bakteri (BPOM, 2013).
Data yang didapat oleh BPOM Provinsi Bali (2013), diperoleh bahwa dari 135
kejadian kasus keracunan makanan di Bali, terdapat 57 siswa SD yang mengalami
keracunan makanan setelah mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekitar
sekolah. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem (2013)
yang melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan, diperoleh data bahwa 17
siswa SD keracunan makanan setelah mengkonsumsi jajanan di kantin sekolah.
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan
jajanan pada anak sekolah adalah jenis kelamin, uang jajan, pengetahuan, teman
sebaya, peran serta orang tua, dan kebiasaan membawa bekal (Fitri, 2012). Pada anak
laki-laki tingkat konsumsi makanan jajanan lebih tinggi daripada perempuan, hal
tersebut dikarenakan anak laki-laki lebih sering beraktifitas seperti bermain dan
berolahraga, sehingga membutuhkan asupan makanan lebih banyak daripada anak
perempuan yang aktifitasnya lebih rendah dari pada anak laki-laki (Juster, 2007).
mendapatkan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat konsumsi makanan yang lebih
tinggi daripada siswi perempuan.
Faktor uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam
mengkonsumsi makanan jajanan. Menurut Berg (1986), besarnya uang yang dimiliki
seseorang dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan besar uang jajan
mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah.
Faktor pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak
(Notoatmojo, 2003). Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi
akan mampu menerapkan kemampuannya dalam memilih maupun mengolah pangan,
sehingga dapat mencukupi kebutuhan gizinya (Yuliastuti, 2012). Menurut menelitian
yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan bahwa pengetahuan anak
mengenai gizi makanan jajanan dapat mempengaruhi kebiasaan dalam
mengkonsumsi makanan jajanan.
Faktor teman sebaya mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak,
pengaruhnya akan semakin besar apabila anak memiliki keinginan yang besar untuk
diterima dalam sebuah kelompok tertentu (Hurlock, 2003). Menurut hasil penelitian
Gregori (2011), mendapatkan bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi kebiasaan
Pengaruh peran serta orang tua sangat mempengaruhi terbentuknya kepribadian pada
anak (Cahyaningsih, 2011). Sifat anak adalah mudah meniru hal yang ada di
lingkungannya, terutama di lingkungan keluarga (Notoatmojo,2003). Menurut
penelitian Cooke (2004), memperoleh bahwa makanan yang dikonsumsi orang tua
mempengaruhi kebiasaan makanan anak.
Faktor kebiasaan membawa bekal merupakan faktor yang mempengaruhi kebiasaan
jajanan anak di sekolah. Kebiasaan anak membeli makanan jajanan di sekolah karena
mereka tidak membawa bekal makanan dari rumah (Suci, 2009). Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Widiasari (2001), mendapatkan bahwa kebiasaan membawa
bekal mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan anak.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada
guru, siswa dan pedagang pada kantin di SDN 1 Tista, pada tahun 2013 tingkat
pengkonsumsian makanan jajanan di SDN 1 Tista didapatkan 80% anak-anak
mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah saat jam istirahat. Makanan yang
dijual pada kantin sekolah antara lain: ketupat sayur, cilok, nasi goreng, mie goreng,
es cendol, es gula, es susu, snack buatan pabrik, gorengan, kerupuk, roti dan biskuit.
Makanan tersebut dibuat menggunakan pemanis buatan, mengandung bahan
penyedap dan menggunakan pewarna yang mencolok.Makanan yang ada di kantin
sekolah kurang bersih, karena ada beberapa makanan yang tidak terbungkus atau
makanan yang dijual di kantin sekolah, mengharuskan siswa agar lebih selektif dalam
memilih makanan jajanan yang akan dikonsumsi.
Dari data yang didapat di Puskesmas Kecamatan Abang, pada tahun 2013 didapatkan
bahwa pernah terjadi kasus diare pada siswa SDN 1 Tista sebanyak 12 orang akibat
mengkonsumsi makanan jajanan dari kantin sekolah yang mengandung bakteri dan
makanan jajanan yang sudah kadaluarsa. Jika kejadian diare tidak ditangani, maka
akan berpengaruh terhadap siswa. Siswa yang tidak bersekolah akibat sakit terkena
diare akan ketinggalan pelajaran di kelas. Hal tersebut bisa menurunkan prestasi
siswa di sekolah. Menurunnya prestasi akan mengakibatkansiswa ketinggalan kelas.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan masih
jarang dibahas di SDN 1 Tista. Mengingat peran makanan jajanan dapat dijadikan
sebagai makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak dan dapat
mempengaruhi pertumbuhan anak, maka penting untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SD.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut tentang faktor-faktor yang yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi
jajanan anak Sekolah Dasar.
Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan
jajanan pada siswa SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahuigambaran faktor-faktor yang
berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajananpada siswa SDN 1 Tista.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tentang kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa
SDN 1 Tista.
2. Mengetahui gambaran faktor-faktor dalam kebiasaan mengkonsumsi makanan
jajanan yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi dan makanan jajanan, besar uang
jajan, kebiasaan membawa bekal, pengaruh teman sebaya dan pengaruh orang tua
pada siswa di SDN 1 Tista.
1. Bagi peneliti, sebagai bahan belajar dan meningkatkan wawasan pengetahuan
khususnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi
makanan jajanan siswa SDN 1 Tista.
2. Bagi SDN 1 Tista, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan
bagi guru agar dapat mengawasi dan memperhatikan jenis makanan jajanan yang
dijual di lingkungan sekolah, serta dapat memberikan intervensi yang tepat terkait
kebiasaan makanan jajanan pada siswa.
3. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar dapat mengawasi
dan memperhatikan kebiasaan makanan jajanan pada anak.
4. Bagi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan, penelitian ini dapat
menjadi rekomendasi dalam penentuan kebijakan terkait perencanaan program
kesehatan gizi anak sekolah pada UPTD Kesehatan yang ada dalam binaan dinas
kesehatan terutama dalam pengembangan sumber daya manusia (tenaga),
penyediaan fasilitas pelayanan, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi
pelaksanaan program di lapangan.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian sebagai sumbangan referensi dan pemikiran bagi pengembangan
ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan
anak.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.1Karakteristik Anak Usia Sekolah
Menurut Brown (2005), anak usia sekolah dapat digolongkan menjadi dua kategori,
yaitu middle childhood dan preadolescence. Middle childhood merupakan kategori
untuk anak usia lima sampai sepuluh tahun, preadolescence merupakan kategori anak
usia 9 sampai 11 tahun untuk anak perempuan dan usia 10 sampai 12 tahun untuk
anak laki-laki.
Pada anak usia middle childhood, kekuatan otot, koordinasi motorik, dan stamina
meningkat secara terus menerus. Anak-anak pada usia ini dapat melakukan gerakan
yang lebih kompleks. Dengan meningkatnya aktifitas fisik ini, maka diikuti pula
dengan peningkatan asupan makanan (Brown, 2005). Selain peningkatan aktifitas
fisik, pada anak usia sekolah juga terjadi perkembangan kesadaran diri (sense of self).
Anak-anak akan semakin mandiri dan belajar tentang perannya dalam keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Dengan kemandiriannya, maka anak akan mulai
mengkonsumsi santapan atau jajanan di luar rumah, sehingga diperlukan pengawasan
dari orang tua agar anak tepat dalam memilih makanan (Brown, 2005).
Pada masa anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa intelektual atau masa
dididik daripada sebelumnya. Karakteristik anak pada usia sekolah dasar dapat dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Masa kelas rendah, yaitu anak dengan usia tujuh sampai sembilan tahun
Karakteristik anak pada kelas ini adalah:
a. Sikap yang patuh terhadap peraturan pada permainan
b. Suka membandingkan diri sendiri dengan teman yang lain dan kecendrungan
meremehkan orang lain
c. Jika anak tidak mampu menyelesaikan suatu hal, maka hal tersebut dianggap
tidak penting
d. Pada masa ini anak mengharapkan nilai pelajaran yang baik, tanpa mempedulikan
prestasinya memang pantas diberi nilai yang baik atau tidak.
2. Masa kelas tinggi, yaitu anak dengan usia 10 sampai 12 tahun.
Karakteristik anak pada kelas ini adalah:
a. Anak selalu ingi tahu, ingin belajar dan realistis
b. Pada masa ini anak memandang nilai rapot sebagai ukuran yang tepat untuk
prestasi sekolah
c. Anak-anak pada masa ini akan membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk
dapat bermain bersama-sama
d. Adanya keinginan untuk hidup praktis dalam keseharian yang konkret
1.2Perilaku Konsumsi Makanan Anak Usia Sekolah 1.2.1 Perilaku Konsumsi Makanan
Perilaku terhadap gizi, makanan dan minuman merupakan aspek dalam perilaku
pemeliharaan kesehatan. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan
seseorang, namun makanan dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya
kesehatan seseorang. Hal tersebut tergantung pada perilaku orang terhadap makanan
dan minuman (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Green (2003), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor perilaku (behavioral causes) dan faktor di luar perilaku (non
behavioral causes). Faktor yang menyebabkan perilaku kesehatan tersebut dibagi
menjadi tiga faktor yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing)
Merupakan faktor yang mempermudah atau merintangi terwujudnya perilaku yang
berasal dari dalam diri seseorang. Faktor-faktor ini meliputi pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai dan variabel demografis (umur, jenis kelamin, bangsa,
kelompok etnis)
2. Faktor enabling
Merupakan faktor dari setiap karakteristik lingkungan yang mempermudah perilaku
mewujudkan perilaku. Faktor ini meliputi lingkungan fisik sarana dan prasarana atau
fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor enabling ini juga menyangkut
keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, waktu dan sebagainya.
Keterjangkauan sumber daya meliputi kebiasaan membawa bekal pada anak, adanya
kemauan orang tua untuk menyiapkan makanan untuk dijadikan bekal dan
ketersediaan bahan-bahan makanan yang akan dijadikan bekal makanan. Biaya
meliputi besarnya uang saku yang diterima anak-anak untuk jajan di sekolah.
3. Faktor reinforcing
Merupakan faktor yang berkaitan dengan pengaruh dari orang lain, yang hasilnya
dapat mendorong atau melemahkan perilaku. Faktor tersebut meliputi keluarga,
teman sebaya, guru, petugas dan penyedia sarana kesehatan.
Menurut Khomsan (2002), perilaku makan pada dasarnya merupakan bentuk
penerapan dari kebiasaan makan. Menurut Khumaidi (1989), kebiasaan makan
merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusiadalam memenuhi
kebutuhannya akan makanyang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.
Sikap seseorang terhadap makanan dapat bersifat positif maupun negatif yang
bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, social
dan ekonomi) sebagai tempat manusia atau kelompok itu tumbuh.Kepercayaan
Pemilihan makanan adalah proses psikomotorikuntuk memilih makanan sesuai
dengan sikap dan kepercayaannya.
Menurut Suharjo (1989), kebiasaan makanan adalah suatu istilah untuk
menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makan dan
makanan, seperti tata karma, frekuensi makan seseorang, pola makan, kepercayaan
tentang makanan (pantangan), distribusi makanan diantara anggota keluarga,
penerimaan terhadap makanan (suka atau tidak suka) dan cara pemilihan makanan
yang akan dimakan.
1.2.2 Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Anak Sekolah
Perilaku makanan anak sekolah sehari-hari mencangkup lima aspek yaitu kebiasaan
makan pagi, kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan di sekolah, keragaman
konsumsi makanan dalam sehari (di rumah maupun di sekolah), kebiasaan
mengkonsumsi protein hewani dan kebiasaan mengkonsumsi sayuran. Perilaku
makan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi gizi pada seseorang (Devi,
2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Hermina (2000), mendapatkan bahwa perilaku makan
pada siswa SD sebagian besar (48,3%) kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah
karena sebagian murid masih mengalami sulit makan makanan pokok dan terlalu
terhadap kualitas dan kuantitas makanan makanan pokok pada anak menjadi tidak
maksimal. Menurut Brown (2005), ketika anak usia sekolah makan di luar rumah,
biasanya anak usia sekolah paling sering makan di kantin sekolah, di rumah teman
atau restoran cepat saji.
Pada anak usia sekolah, frekuensi mengkonsumsi snack berkisar antara empat sampai
lima kali per hari pada hari sekolah dan anak usia sekolah biasanya mengkonsumsi
snack pada waktu istirahat atau jam pulang sekolah (Thrams & Pipes, 2000).
1.3Makanan Jajanan
2.3.1 Definisi Makanan Jajanan
Menurut Iswarawanti dan Februhartanty (2004), makanan jajanan adalah makanan
dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan
maupun pada tempat keramaian umum. Menurut Winarno (2004), makanan jajanan
merupakan jenis makanan yang dijual di pedagang kaki lima, pinggiran jalan, di pasar
dan di tempat keramaian. Menurut pengertian dari Keputusan Menteri Kesehatan
nomor 942/MenKes/SK/VII/2003, makanan jajanan merupakan makanan dan
minuman yang diolah penyaji makanan di tempat penjualan dan atau disajikan
sebagai makanann siap santap untuk dijual.
2.3.2 Jenis-jenis Makanan Jajanan
Menurut Tarwotjo (1998), mengelompokkan makanan jajanan menjadi dua jenis,
yaitu jajanan dengan rasa manis dan jajanan dengan rasa asin. Jajanan dengan rasa
contohnya yaitu kue lemper, arem-arem, kroket, kastangel dan sosis. Jenis jajanan ada
juga yang berupa minuman yaitu minuman panas (seperti wedang ronde dan wedang
jahe) dan minuman dingin (seperti es buah, jus buah, es doger, es teller dan
softdrink).
Menurut Depkes RI (2013), makanan jajanan di sekolah dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Makanan utama, seperti nasi soto, nasi goreng, mie ayam, mie bakso, gado-gado
dan sejenisnya.
2. Penganan atau kue, seperti apem, kripik, cilok dan sejenisnya.
3. Minuman, seperti es sirup, es campur, es teh dan sejenisnya.
4. Buah-buahan, seperti melon potong, semangka potong, papaya potong, nanas
potong dan sejenisnya.
2.3.3 Keamanan Makanan Jajanan
Pengaruh makanan jajanan terhadap anak usia sekolah dapat memberikan asupan
energi untuk menambah kebutuhan akan gizi pada anak. Selain gizi, kebersihan
makanan jajanan di kantin sekolah perlu diperhatikan karena kebersihan makanan
pada kantin pada umumnya masih rendah, sehingga kurang menjamin keamanan
makanan jajanan tersebut (Yuliastuti, 2012).
Berdasarkan hasil survei BPOM (2007), pada makanan jajanan anak sekolah masih
terdapat makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat. Adapun kriteria makanan
pangan (BTP) yang melebihi batas, penyalahgunaan bahan berbahaya yang
seharusnya tidak boleh digunakan dalam pangan, serta cemaran mikroba pada jajanan
anak sekolah.
Menurut Setiawan (2010), kontaminasi kimiawi ditemukan pada makanan jajanan
adalah penggunaan boraks, formalin, rhodamin-B dan methanill yellow. Pengaruh
jangka pendek penggunaan bahan kimiawi tersebut dapat menimbulkan pusing, mual,
muntah, diare dan susah buang air besar. Dalam jangka waktu panjang, penggunaan
bahan kimiawi akan terakumulasi pada tubuh orang yang mengkonsumsinya dan
bersifat karsinogenik sehingga dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan
tumor.
Makanan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas dari bahaya
fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis (Direktorat Perlindungan Konsumen,
2006) :
1. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan, seperti isi
stapler, batu/kerikil, rambut, kaca.
2. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan
atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti: cairan
pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, jengkol.
3. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan
Adapun cara memilih pangan jajanan yang sehat dan aman yaitu (Direktorat
Perlindungan Konsumen, 2006) :
1. Hindari pangan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa penutup
dan tanpa kemasan
2. Beli pangan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari matahari, debu, hujan,
angin dan asap kendaraan bermotor. Pilih tempat yang bebas dari serangga dan
sampah.
3. Hindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Belilah pangan
yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman.
4. Hindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau bahan
tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya pangan seperti itu dijual dengan
harga yang sangat murah.
5. Warna makanan atau minuman yang terlalu mencolok, besar kemungkinan
mengandung pewarna sintetis, jadi sebaiknya jangan dibeli.
6. Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan pangan
mengandung bahan berbahaya atau bahan tambahan pangan yang berlebihan
7. Makanan tidak berbau busuk dan berlendir.
2.3.4 Dampak Makanan Jajanan
Mengkonsumsi makanan jajanan memiliki keuntungan, hal tersebut dapat membantu
ibu yang tidak sempat membuatkan anak mereka makanan, maka dengan membeli
tersebut.Keuntungan lain yang didapat oleh anak adalah terpenuhinya asupan untuk
energi mereka, karena di sekolah memerlukan aktifitas fisik, terutama terpenuhinya
kebutuhan energi bagi anak yang belum sarapan (Devi, 2012).
Selain keuntungan, mengkonsumsi makanan jajanan yang terlalu sering dapat
berdampak negatif, karena dengan seringnya mengkonsumsi makanan jajanan maka
konsumsi nasi anak akan berkurang atau tidak makan nasi sama sekali. Ditinjau dari
segi kebersihan, makanan jajanan masih masih diragukan kebersihannya, terlebih
pada makanan jajanan yang tidak dibungkus atau terbuka (Devi, 2012).
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan
1. Jenis Kelamin
Anak laki-laki akan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih banyak
dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini dikarenakan aktifitas fisik laki-laki
lebih sering dan lebih berat dibandingkan perempuan (Worthington & Roberts, 2000).
2. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain penting
untuk membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:
a.Faktor interna, meliputi pendidikan, pekerjaan dan umur
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi makanan
(Khomsan, 2002). Individu yang memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai
kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan gizinya dalam memilih maupun
mengolah makanan agar dapat mencukupi kebutuhannya (Yuliastuti, 2012).
Pengetahuan tentang gizi yang seimbang seharusnya diberikan sejak dini agar dapat
menuntun anak dalam memilih makanan yang tepat, serta anak dapat memahami dan
menerapkan konsumsi makanan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari (Irawati,
1998).
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan
ideal (Depkes, 2014).
Makanan seimbang haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi air,
karbohidrat, protein, vitamin & mineral dan lemak.
1. Air bermanfaat untuk pencernaan dan metabolisme tubuh yang baik. Air juga
berfungsi untuk menghilangkan rasa haus. Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk
2. Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena zat inilah yang memiliki peran
penting sebagai sumber energi utama untuk kegiatan sehari-hari pada tubuh manusia.
Contohnya nasi, kentang, mie, ubi, singkong, dan lainnya. Bila tubuh mengalami
ketidak cukupan zat karbohidrat, maka gejala paling awal yang paling mudah didapati
adalah tubuh terasa lebih cepat lelah karena kekurangan tenaga dari biasanya. Pada
makanan jajanan bisa berbentuk roti, biskuit, nasi goreng, mie goreng dan lain-lain.
3. Lemak merupakan zat yang bersifat sebagai cadangan energi bagi tubuh. Lemak
yang berlebihan dapat membuat tubuh menjadi gemuk. Contohnya terdapat pada
minyak, margarin, santan, kulit ayam, kulit bebek dan lemak hewan lainnya. Pada
makanan jajanan, lemak bisa berbentuk gorengan, cokelat, keripik, kolak dan
lain-lain.
4. Protein berfungsi untuk pertumbuhan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak
pada tubuh. Zat protein dibutuhkan oleh tubuh setiap hari. Contoh makanan yang
berprotein terdapat pada ikan, ayam, daging, telur, susu, tahu, tempe serta
kacang-kacangan. Pada makanan jajanan, protein bisa berbentuk tahu goreng, tempe goreng,
bakso, ayam goreng dan lain-lain.
5. Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu melancarkan kinerja tubuh. Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan.
Contohnya sayur bayam, kangkung, kacang panjang, wortel, tomat, buah semangka,
mangga, jeruk, pisang, dan lain-lain. Pada makanan jajanan vitamin dan mineral
dapat berbentuk es buah, buah-buahan yang dipotong kecil, manisan buah dan
Selain bahan makanan yang bergizi dan bermanfaat bagi tubuh, perlu diketahui
bahwa terdapat juga bahan makanan yang dapat berbahaya bagi tubuh bila bahan
tersebut terlalu banyak ada pada makanan yang disebut bahan tambahan makanan
(BTM).
Bahan Tambahan Makanan atau zat aditif merupakan zat tambahan yang biasanya
diberikan pada sejumlah makanan dan minuman. Pemberian zat aditif dimaksudkan
untuk menjadikan makanan lebih enak dan lebih menarik sehingga dapat
meningkatkan selera makan.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan
tambahan pangan atau aditif, bahan tambahan makanan atau zat aditif dapat berupa
bahan pewarna, penyedap, pemanis, pengawet, dan antikempal.
a. Bahan Pewarna
Bahan pewarna yang terdapat dalam bahan tambahan makanan dibedakan menjadi
bahan pewarna alami dan buatan. Bahan pewarna alami seperti warna kuning dari
kunyit dan warna hijau dari daun suji tidak membahayakan kesehatan. Bahan
pewarna buatan dapat bersifat racun (toksik) dan dapat menimbulkan kanker
(karsinogen).
b. Bahan Penyedap
Bahan penyedap rasa dan aroma yang masih bagi kesehatan adalah vetsin atau
yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pusing dan mual. Sebagai pengganti rasa
gurih pada makanan cukup ditambahkan garam dan rempah-rempah.
c. Bahan Pemanis
Pemakaian bahan pemanis buatan yang berlebihan dengan dosis tinggi dapat
mengakibatkan gejala-gejala kanker dalam waktu relatif lama. Efek pemakaian
pemanis buatan tidak langsung atau dalam jangka waktu yang lama. Contoh bahan
pemanis buatan adalah sakarin, siklamat, dan aspartam.
d. Bahan Pengawet
Bahan pengawet alami tersebut dinamakan chitosan.Chitosan berupa kristal berwarna
putih yang dapat larut dalam larutan asam organik seperti asam asetat. Beberapa
bahan kimia yang disalahgunakan untuk pengawetan bahan makanan adalah asam
borat (boraks) dan formalin.
e. Bahan Antikempal
Bahan tambahan pangan lain yang digunakan adalah antikempal. BTP ini biasanya
digunakan pada produk tepung-tepungan seperti terigu dan susu bubuk. Tujuannya
agar tepung-tepung tersebut tidak menggumpal. Antikempal yang diizinkan antara
lain aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium oksida, dan magnesium silikat.
Bahan tambahan makanan berbahaya menurut badan POM yaitu bahan kimia yang
digunakan pada bahan makanan antara lain formalin, rodhamin, methanil yellow dan
1) Formalin
Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya digunakan untuk urusan di luar
tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam
industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar
37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai
pengawet.
Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak
dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa
terbakar, sakit perut dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama
dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair,
juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan
memicu kanker.
Ciri makanan berformalin:
a. Bau menyengat seperti khas formalin
b. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25ºCelsius). Pada suhu 10ºCelsius atau
dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari
c. Makanan tampak mengkilat (seperti berminyak dan tidak lengket)
d. Bentuk makanan tidak mudah hancur
e. Tekstur makanan kenyal
Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan
pengontrol kecoak antara lain, natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.
Sifatnya berwarna putih dan sedikit larut dalam air.
Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati,
lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak
terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi,
apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.
Ciri makanan berboraks sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu
makanan mengandung boraks.
Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks adalah:
a. Tekstur makanan lebih kenyal dari makanan yang tidak mengandung boraks
b. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula
c. Tahan lama atau awet beberapa hari
d. Bau makanan terasa tidak alami, ada bau lain yang muncul
3) Pewarna Textile
Bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (Rhodamin B), methanyl
yellow, amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta
merusak ginjal dan hati. Bahan-bahan ini ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak
seperti es sirup atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk
Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:
1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik
2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun)
3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya
4. Baunya tidak alami sesuai makanannya
3. Besar uang jajan
Jumlah uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makanan,
karena semakin banyak uang jajan yang dimiliki seseorang akan dapat mempengaruhi
apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut (Berg, 1986). Besarnya uang jajan
berhubungan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan. Semakin besar uang jajan
yang diterima anak, maka semakin sering anak tersebut untuk mengkonsumsi jajanan
(Novitasari, 2005). Menurut Suci (2005), di Indonesia 90% alasan orang tua
memberikan uang saku pada anaknya adalah bertujuan agar anaknya bisa
memperoleh makanan ketika lapar. Menurut Yuliastuti (2012), mengatakan bahwa
pada anak yang memiliki banyak uang saku, mereka akan lebih sering memanfaatkan
uang saku untuk membeli jajanan.
4. Kebiasaan membawa bekal
Salah satu alasan anak membeli makanan di sekolah adalah karena anak-anak tidak
membawa bekal dari rumah (Suci, 2009). Dengan memiliki kebiasaan membawa
bekal dari rumah maka akan dapat mengurangi frekuensi jajanan anak (Sandall,
Menurut Moehji (2002), terdapat keuntungan jika anak-anak membawa bekal dari
rumah, yaitu anak-anak dapat terhindar dari rasa lapar, pemberian bekal dapat
menghindari anak dari kekurangan kalori, dan membawa bekal akan dapat
menghindari anak dari kebiasaan jajanan.
5. Pengaruh teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada diri seorang anak, bahkan pada
situasi tertentu pengaruh teman sebaya menjadi lebih besar daripada keluarga. Dalam
pemilihan makanan, anak-anak akan meminta atau menolak makanan berdasarkan
usulan dari temannya (Brown, 2005).
Pengaruh teman sebaya pada anak akan lebih besar dengan adanya keinginan dari
dalam diri anak untuk dapat diterima di kelompok teman sebayanya (Hurlock, 2002).
6. Pengaruh orang tua
Pengaruh orang tua merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak,
membuat standar kebiasaan dan menetapkan sistem nilai (Cahyaningsih, 2011).
Menurut Kraak dan Pelletier (1998), keluarga merupakan salah satu faktor
lingkungan yang paling berpengaruh dalam keputusan dan perilaku terkait dengan
Kebiasaan jajan anak sekolah tidak terlepas dari kehidupan ekonomi dan kebiasaan
makan dalam keluarga. Kebiasaan jajanan pada anak dimulai ketika anak melihat
salah satu anggota keluarganya memakan makanan jajanan (Brown, 2005).
Kebiasaan orang tua yang mengajak anaknya membeli makanan di luar akan