• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM

TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

OLEH

IDA AYU CUPU TURI

NIM. 1302115008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM

TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH

IDA AYU CUPU TURI

NIM. 1302115008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM

TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

IDA AYU CUPU TURI NIM. 1302115008

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama

Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS

Pembimbing Pendamping

(4)

iii

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN JAJANAN PADA

SISWA SDN 1 TISTA KABUPATEN KARANGASEM TAHUN 2015

Studi Dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem

OLEH:

IDA AYU CUPU TURI NIM. 1302115009

TIM PENGUJI

MENGETAHUI

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI PADA HARI : JUMAT

TANGGAL : 17 APRIL 2015

1. Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS (Ketua) ...

2. A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM (Anggota) …………

3. Ns. Ni Luh Putu Eva Yanti, S.Kep, M.Kep., Sp.Kep. Kom (Pembahas) …………

DEKAN

FK UNIVERSITAS UDAYANA

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes NIP. 19530131 198003 1 004

KETUA

PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

(5)

iv

2.1Karakteristik Anak Usia Sekolah ... 9

2.2Perilaku Konsumsi Makanan Anak Usia Sekolah ... 11

2.2.1 Perilaku Konsumsi Makanan ... 11

2.2.2 Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Anak Sekolah ... 13

2.3Makanan Jajanan ... 14

(6)

v

2.3.2 Jenis-jenis Makanan Jajanan ... 14

2.3.3 Keamanan Makanan Jajanan ... 15

2.3.4 Dampak Makanan Jajanan ... 17

2.4Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan ... 18

BAB III KERANGKA KONSEP ... 28

3.1 Kerangka Konsep ... 28

3.2 Variabel Penelitian dan definisi operasional ... 29

3.2.1 Variabel penelitian ... 29

3.2.2 Definisi Operasional ... 30

BAB IV METODE PENELITIAN ... 32

4.1 Jenis Penelitian ... 32

4.2 Kerangka Kerja ... 33

4.3 Tempat dan waktu penelitian ... 34

4.4 Populasi, Sampel Penelitian dan Tehnik Penelitian ... 34

4.4.1 Populasi Penelitian ... 34

4.4.2 Sampel Penelitian ... 34

4.4.3 Teknik Sampling ... 35

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.1 Jenis Data yang Dikumpulkan ... 36

4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 36

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 39

4.5.4 Uji Validitas ... 42

4.5.5 Uji Reliabilitas ... 43

4.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 44

4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 44

4.6.2 Analisis Data ... 45

(7)

vi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

5.1 Hasil Penelitian ... 47

5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 47

5.1.2 Karakteristik Responden Penelitian ... 49

5.1.3 Hasil Penelitian ... 50

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

5.2.1 Jenis Kelamin ... 56

5.2.2 Pengetahuan Gizi dan Makanan Jajanan ... 57

5.2.3 Besar Uang jajan ... 58

5.2.4 Kebiasaan Membawa Bekal ... 58

5.2.5 Pengaruh Teman Sebaya ... 59

5.2.6 Pengaruh Orang Tua ... 60

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

6.1 Simpulan ... 62

6.2 Saran ... 63

(8)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Variabel Definisi Operasional Penelitian ... 31

Tabel 5.1 Karakteristik Responden ... 49

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Gizi Dan Makanan Jajanan ... 51

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Gizi Dan Makanan Jajanan ... 52

Tabel 5.5 Uang Jajan ... 52

Tabel 5.6 Kebiasaan Membawa Bekal ... 54

Tabel 5.7 Besar Uang Jajan dan Kebiasaan Membawa Bekal ... 54

Tabel 5.8 Pengaruh Teman Sebaya ... 55

(9)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 : Kerangka Konseptual Penelitian ... 28

(10)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pernyataan Keaslian Tulisan

Lampiran 2 : Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 : Surat Persetujuan Orang Tuan/Wali Responden

Lampiran 4 : Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 : Kisi-kisi Kuesioner

Lampiran 6 : Kuesioner

Lampiran 7 : Rencana Anggaran Penelitian

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena

atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi

berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi

Makanan Jajanan Pada Siswa SDN 1 Tista, Kabupaten Karangasem Tahun 2015”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu menyelesaikan proposal ini. Ucapan terima kasih penulis berikan

kepada:

1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K), M.Kes, sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan

menuntut ilmu di PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar.

2. Prof. dr. Ketut Tirtayasa MS, AIF, sebagai Ketua PSIK Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana Denpasar yang memberikan pengarahan dalam proses

pendidikan.

3. Ns. Made Rini Damayanti S, S.Kep., MNS, sebagai pembimbing utama yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan

proposal ini tepat waktu.

4. A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM, sebagai pembimbing pendamping yang

telah memberikan bantuan dan bimbingan sehingga dapat menyelesaikan

(12)

xi

5. Bapak I Gede Putu, S.pd. SD sebagai Kepala Sekolah SDN 1 Tista yang telah

mengijinkan penulis untuk melakukan pengambilan data di SDN 1 Tista

Kabupaten Karangasem dan membantu dalam penyediaan data sekunder yang

diperlukan dalam melengkapi proposal ini.

6. Bapak I Made Widana, SKM, M.Kes., sebagai Kepala UPTD Kesehatan

Kecamatan Abang yang telah membantu dalam penyediaan data sekunder

yang diperlukan dalam melengkapi proposal ini.

7. Keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan memberi dukungan semangat

kepada penulis secara moril dan materil sehingga penulisan proposal ini

selesai tepat waktu.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian proposal

ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan tugas akhir ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri untuk menerima segala saran dan

kritik yang membangun.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Denpasar, April 2015

(13)

xii ABSTRAK

Cupu Turi, Ida Ayu. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Pada Siswa SDN 1 Tista, Kabupaten Karangasem Tahun 2015. Studi ini dilakukan di SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem. Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Denpasar. Pembimbing (1) Ns. M. R. Damayanti, S.Kep., MNS; (2) A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM.

SDN 1 Tista pada tahun 2013 tingkat pengkonsumsian makanan jajanan di SDN 1 Tista didapatkan 80% anak-anak mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah saat jam istirahat. Makanan yang dijual tersebut terdiri dari makanan yang dibuat menggunakan pemanis buatan, mengandung bahan penyedap dan menggunakan pewarna yang mencolok. Makanan yang ada di kantin sekolah kurang bersih, karena ada beberapa makanan yang tidak terbungkus atau tertutup sehingga lalat bisa hinggap pada makanan tersebut. Pada tahun 2013 didapatkan bahwa pernah terjadi kasus diare pada siswa SDN 1 Tista sebanyak 12 orang akibat mengkonsumsi makanan jajanan dari kantin sekolah yang mengandung bakteri dan makanan jajanan yang sudah kadaluarsa. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SDN 1 Tista. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional descriptive dengan rancangan

cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 40 siswa. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan statistik deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini mendapatkan faktor jenis kelamin dapat menimbulkan kebiasaan siswa dalam mengkonsumsi makanan jajanan terutama pada laki-laki sebesar 62,5%. Faktor pengetahuan sebanyak 45,2% siswa memiliki pengetahuan yang baik tentang pengetahuan gizi dan makanan jajanan. Faktor besar uang jajan tergolong besar yaitu terdapat 57,5% siswa membawa uang jajan lebih dari Rp. 3.900,-. Faktor kebiasaan membawa bekal yaitu sebesar 60% dengan alasan terbanyak adalah untuk mengurangi kebiasaan jajanan di sekolah. Faktor pengaruh teman sebaya dalam kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada sebagian besar responden yaitu sebesar 60%. Orangtua mempunyai pengaruh besar terhadap kebiasaan jajan anak sekolah sebesar 70%. Kesimpulan penelitian ini adalah faktor jenis kelamin, pengetahuan, besar uang jajan, kebiasaan membawa bekal, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh orang tua dapat melatarbelakangi kebiasaan konsumsi makanan jajanan siswa di SDN 1 Tista.

Kata kunci: makanan jajanan, siswa, SD

(14)

xiii M. R. Damayanti, S.Kep., MNS; (2) A.A Ngurah Taruma Wijaya, SKM. SDN 1 Tista in 2013 the level of consumption of snack foods in SDN 1 Tista obtained 80% of children eating snack food in canteen during breaktime. The food consists of artificial sweeteners in it, contain flavoring and coloring striking use. In school cafeteria, the food isn’t clean enough, because there are some foods that are not wrapped or covered so the flies can perch on the food. In 2013, there are some cases of diarrhea in SDN 1 Tista, about twelve student are got diarrhea because of consumed and eat the food at canteen that contains bacteria and snacks have been expired food. The aim of this research is aware of the associated with the consumption of food products at students of SDN 1 Tista. The type of research used is descriptive of observational research with the design of cross sectional. The sample of this research are 40 students. Data was gathered using a questionnaire. Data available for analysis uses statistics descriptive and presented in table form a frequency distribution. This research result get a factor of sex could lead to students in the habit of consumed snack food primarily in males at 62.5 percent. Factors as much as knowledge 45,2 percent of students having knowledge nice about their knowledge about nutrition and snack food. Factors relatively large amount of pocket money that there is 57.5% of students bring pocket money of more than 3,900 rupiah. The habit of carrying provisions to school , which is about 60 percent by reason of the most is to reduce the habit of snacks in schools. A factor of the influence of peers in the habit of snack food consumption in most of which is about 60 percent of respondents. The influence of parents is 70 percent. The conclusion of this research is factor of gender, knowledge , pocket money , the habit of carrying provisions , the influence of their peers , and influence of parents could be given for this snack food consumption habits of students in SDN 1 Tista.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan jajanan adalah makanan berupa penganan kudapan.Makanan jajanan

merupakan salah satu jenis makanan yang sering dikonsumsi dan dikenal oleh banyak

orang, termasuk anak sekolah. Anak sekolah biasanya membeli makanan dari

pedagang di kantin sekolah maupun pedagang di sekitar rumah.Konsumsi makanan

jajanan pada anak sekolah merupakan suatu kebiasaan yang hampir terjadi di seluruh

dunia (Fitri, 2012).

Menurut data Food and Agriculture Organisation (FAO, 2013), diperoleh data bahwa

anak usia 6 sampai 11 tahun merupakan konsumen tersering dan terbesar dalam

mengkonsumsi makanan jajanan. Kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan

mengalami peningkatan yaitu 74% menjadi 95% dari tahun 2012 sampai 2013.

Data di Indonesia merurut hasil survei Badan Pengawas Obat dan Makanan Repulik

Indonesia (BPOM RI, 2013), mendapatkan data bahwa 80% anak sekolah

mengkonsumsi makanan jajanan di lingkungan sekolah baik dari penjaja maupun di

sekitar kantin sekolah.Frekuensi makanan ringan lebih dari 11 kali perminggu (66%).

Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Novitasari (2005) di SDN Anyelir I

Depok, mendapatkan data bahwa dari 210 siswa terdapat 165 siswa (79%) memiliki

(16)

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, didapatkan bahwa anak usia

sekolah mengalami peningkatan pengkonsumsian makanan jajanan di kantin sekolah

dari 70% menjadi 83%. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem Tahun

2012, didapatkan data bahwa dari tahun 2011 menuju 2012 terjadi kenaikan

pengkonsumsian makanan jajanan pada anak sekolah dasar di kantin sekolah dari

68% menjadi 78 %.

Kebiasaan jajanan pada anak sekolah dapat berdampak negatif pada status kesehatan

dan status gizi anak yang mengkonsumsi makanan jajanan tersebut. Disisi lain,

makanan jajanan memiliki dampak positif karena makanan jajanan yang dikonsumsi

anak sekolah dapat melengkapi dan menambah kebutuhan gizi anak (BPOM, 2005).

Mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak aman dapat menimbulkan penyakit yang

disebut foodborne disease atau penyakit bawaan makanan yang dapat menimbulkan

masalah gangguan pencernaan (Jacob, 2003). Menurut data World Health

Organization (WHO, 2013) menyatakan bahwa di negara maju seperti Amerika 3.000

orang meninggal setiap tahunnya akibat foodborne disease. Menurut data Center for

Science in Public Interest (2012), di Asia khususnya negara maju seperti Cina,

diperoleh bahwa lebih dari 250 anak sakit dan 40 orang anak meninggal per tahun

akibat terkontaminasi makanan jajanan yang tidak sehat.

Berdasarkan data Kejadian Luar Biasa (KLB, 2012-2013) mengenai jajanan anak

(17)

(SD) merupakan kelompok yang paling sering mengalami keracunan makanan

(BPOM, 2013). Tahun 2012 terjadi sebanyak 24 kali kejadian keracunan makanan

yang berasal dari makanan jajanan dengan kejadian luar biasa tertinggi terjadi pada

anak SD, yaitu 21 kali kejadian keracunan (BPOM, 2012). Pada tahun 2013, terjadi

180 kejadian keracunan makanan dimana 30 KLB keracunan makanan terjadi di

lingkungan sekolah.Penyebab KLB keracunan pangan di lingkungan anak SD sebesar

29, 58% berasal dari makanan yang terkontaminasi oleh bakteri (BPOM, 2013).

Data yang didapat oleh BPOM Provinsi Bali (2013), diperoleh bahwa dari 135

kejadian kasus keracunan makanan di Bali, terdapat 57 siswa SD yang mengalami

keracunan makanan setelah mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekitar

sekolah. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karangasem (2013)

yang melakukan pemeriksaan terhadap sampel makanan, diperoleh data bahwa 17

siswa SD keracunan makanan setelah mengkonsumsi jajanan di kantin sekolah.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan

jajanan pada anak sekolah adalah jenis kelamin, uang jajan, pengetahuan, teman

sebaya, peran serta orang tua, dan kebiasaan membawa bekal (Fitri, 2012). Pada anak

laki-laki tingkat konsumsi makanan jajanan lebih tinggi daripada perempuan, hal

tersebut dikarenakan anak laki-laki lebih sering beraktifitas seperti bermain dan

berolahraga, sehingga membutuhkan asupan makanan lebih banyak daripada anak

perempuan yang aktifitasnya lebih rendah dari pada anak laki-laki (Juster, 2007).

(18)

mendapatkan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat konsumsi makanan yang lebih

tinggi daripada siswi perempuan.

Faktor uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam

mengkonsumsi makanan jajanan. Menurut Berg (1986), besarnya uang yang dimiliki

seseorang dapat mempengaruhi apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan besar uang jajan

mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak sekolah.

Faktor pengetahuan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk bertindak

(Notoatmojo, 2003). Seseorang yang mempunyai pengetahuan yang baik tentang gizi

akan mampu menerapkan kemampuannya dalam memilih maupun mengolah pangan,

sehingga dapat mencukupi kebutuhan gizinya (Yuliastuti, 2012). Menurut menelitian

yang dilakukan oleh Novitasari (2005), menunjukkan bahwa pengetahuan anak

mengenai gizi makanan jajanan dapat mempengaruhi kebiasaan dalam

mengkonsumsi makanan jajanan.

Faktor teman sebaya mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada anak,

pengaruhnya akan semakin besar apabila anak memiliki keinginan yang besar untuk

diterima dalam sebuah kelompok tertentu (Hurlock, 2003). Menurut hasil penelitian

Gregori (2011), mendapatkan bahwa teman sebaya dapat mempengaruhi kebiasaan

(19)

Pengaruh peran serta orang tua sangat mempengaruhi terbentuknya kepribadian pada

anak (Cahyaningsih, 2011). Sifat anak adalah mudah meniru hal yang ada di

lingkungannya, terutama di lingkungan keluarga (Notoatmojo,2003). Menurut

penelitian Cooke (2004), memperoleh bahwa makanan yang dikonsumsi orang tua

mempengaruhi kebiasaan makanan anak.

Faktor kebiasaan membawa bekal merupakan faktor yang mempengaruhi kebiasaan

jajanan anak di sekolah. Kebiasaan anak membeli makanan jajanan di sekolah karena

mereka tidak membawa bekal makanan dari rumah (Suci, 2009). Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Widiasari (2001), mendapatkan bahwa kebiasaan membawa

bekal mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan anak.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan melalui observasi dan wawancara kepada

guru, siswa dan pedagang pada kantin di SDN 1 Tista, pada tahun 2013 tingkat

pengkonsumsian makanan jajanan di SDN 1 Tista didapatkan 80% anak-anak

mengkonsumsi makanan jajanan di kantin sekolah saat jam istirahat. Makanan yang

dijual pada kantin sekolah antara lain: ketupat sayur, cilok, nasi goreng, mie goreng,

es cendol, es gula, es susu, snack buatan pabrik, gorengan, kerupuk, roti dan biskuit.

Makanan tersebut dibuat menggunakan pemanis buatan, mengandung bahan

penyedap dan menggunakan pewarna yang mencolok.Makanan yang ada di kantin

sekolah kurang bersih, karena ada beberapa makanan yang tidak terbungkus atau

(20)

makanan yang dijual di kantin sekolah, mengharuskan siswa agar lebih selektif dalam

memilih makanan jajanan yang akan dikonsumsi.

Dari data yang didapat di Puskesmas Kecamatan Abang, pada tahun 2013 didapatkan

bahwa pernah terjadi kasus diare pada siswa SDN 1 Tista sebanyak 12 orang akibat

mengkonsumsi makanan jajanan dari kantin sekolah yang mengandung bakteri dan

makanan jajanan yang sudah kadaluarsa. Jika kejadian diare tidak ditangani, maka

akan berpengaruh terhadap siswa. Siswa yang tidak bersekolah akibat sakit terkena

diare akan ketinggalan pelajaran di kelas. Hal tersebut bisa menurunkan prestasi

siswa di sekolah. Menurunnya prestasi akan mengakibatkansiswa ketinggalan kelas.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajanan masih

jarang dibahas di SDN 1 Tista. Mengingat peran makanan jajanan dapat dijadikan

sebagai makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi anak dan dapat

mempengaruhi pertumbuhan anak, maka penting untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa SD.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

lebih lanjut tentang faktor-faktor yang yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi

jajanan anak Sekolah Dasar.

(21)

Apa sajakah faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan

jajanan pada siswa SDN 1 Tista Kabupaten Karangasem?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahuigambaran faktor-faktor yang

berhubungan dengan kebiasaan konsumsi makanan jajananpada siswa SDN 1 Tista.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran tentang kebiasaan konsumsi makanan jajanan pada siswa

SDN 1 Tista.

2. Mengetahui gambaran faktor-faktor dalam kebiasaan mengkonsumsi makanan

jajanan yaitu jenis kelamin, pengetahuan gizi dan makanan jajanan, besar uang

jajan, kebiasaan membawa bekal, pengaruh teman sebaya dan pengaruh orang tua

pada siswa di SDN 1 Tista.

(22)

1. Bagi peneliti, sebagai bahan belajar dan meningkatkan wawasan pengetahuan

khususnya tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kebiasaan konsumsi

makanan jajanan siswa SDN 1 Tista.

2. Bagi SDN 1 Tista, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan

bagi guru agar dapat mengawasi dan memperhatikan jenis makanan jajanan yang

dijual di lingkungan sekolah, serta dapat memberikan intervensi yang tepat terkait

kebiasaan makanan jajanan pada siswa.

3. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai bahan masukan agar dapat mengawasi

dan memperhatikan kebiasaan makanan jajanan pada anak.

4. Bagi Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesehatan, penelitian ini dapat

menjadi rekomendasi dalam penentuan kebijakan terkait perencanaan program

kesehatan gizi anak sekolah pada UPTD Kesehatan yang ada dalam binaan dinas

kesehatan terutama dalam pengembangan sumber daya manusia (tenaga),

penyediaan fasilitas pelayanan, pendidikan dan pelatihan, monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program di lapangan.

1.4.2 Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian sebagai sumbangan referensi dan pemikiran bagi pengembangan

ilmu pengetahuan di bidang keperawatan, khususnya keperawatan komunitas dan

anak.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan kepustakaan dan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Karakteristik Anak Usia Sekolah

Menurut Brown (2005), anak usia sekolah dapat digolongkan menjadi dua kategori,

yaitu middle childhood dan preadolescence. Middle childhood merupakan kategori

untuk anak usia lima sampai sepuluh tahun, preadolescence merupakan kategori anak

usia 9 sampai 11 tahun untuk anak perempuan dan usia 10 sampai 12 tahun untuk

anak laki-laki.

Pada anak usia middle childhood, kekuatan otot, koordinasi motorik, dan stamina

meningkat secara terus menerus. Anak-anak pada usia ini dapat melakukan gerakan

yang lebih kompleks. Dengan meningkatnya aktifitas fisik ini, maka diikuti pula

dengan peningkatan asupan makanan (Brown, 2005). Selain peningkatan aktifitas

fisik, pada anak usia sekolah juga terjadi perkembangan kesadaran diri (sense of self).

Anak-anak akan semakin mandiri dan belajar tentang perannya dalam keluarga,

sekolah, dan masyarakat. Dengan kemandiriannya, maka anak akan mulai

mengkonsumsi santapan atau jajanan di luar rumah, sehingga diperlukan pengawasan

dari orang tua agar anak tepat dalam memilih makanan (Brown, 2005).

Pada masa anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa intelektual atau masa

(24)

dididik daripada sebelumnya. Karakteristik anak pada usia sekolah dasar dapat dibagi

menjadi dua, yaitu:

1. Masa kelas rendah, yaitu anak dengan usia tujuh sampai sembilan tahun

Karakteristik anak pada kelas ini adalah:

a. Sikap yang patuh terhadap peraturan pada permainan

b. Suka membandingkan diri sendiri dengan teman yang lain dan kecendrungan

meremehkan orang lain

c. Jika anak tidak mampu menyelesaikan suatu hal, maka hal tersebut dianggap

tidak penting

d. Pada masa ini anak mengharapkan nilai pelajaran yang baik, tanpa mempedulikan

prestasinya memang pantas diberi nilai yang baik atau tidak.

2. Masa kelas tinggi, yaitu anak dengan usia 10 sampai 12 tahun.

Karakteristik anak pada kelas ini adalah:

a. Anak selalu ingi tahu, ingin belajar dan realistis

b. Pada masa ini anak memandang nilai rapot sebagai ukuran yang tepat untuk

prestasi sekolah

c. Anak-anak pada masa ini akan membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk

dapat bermain bersama-sama

d. Adanya keinginan untuk hidup praktis dalam keseharian yang konkret

(25)

1.2Perilaku Konsumsi Makanan Anak Usia Sekolah 1.2.1 Perilaku Konsumsi Makanan

Perilaku terhadap gizi, makanan dan minuman merupakan aspek dalam perilaku

pemeliharaan kesehatan. Makanan dan minuman dapat memelihara kesehatan

seseorang, namun makanan dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya

kesehatan seseorang. Hal tersebut tergantung pada perilaku orang terhadap makanan

dan minuman (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Green (2003), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu faktor perilaku (behavioral causes) dan faktor di luar perilaku (non

behavioral causes). Faktor yang menyebabkan perilaku kesehatan tersebut dibagi

menjadi tiga faktor yaitu:

1. Faktor predisposisi (predisposing)

Merupakan faktor yang mempermudah atau merintangi terwujudnya perilaku yang

berasal dari dalam diri seseorang. Faktor-faktor ini meliputi pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai dan variabel demografis (umur, jenis kelamin, bangsa,

kelompok etnis)

2. Faktor enabling

Merupakan faktor dari setiap karakteristik lingkungan yang mempermudah perilaku

(26)

mewujudkan perilaku. Faktor ini meliputi lingkungan fisik sarana dan prasarana atau

fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan. Faktor enabling ini juga menyangkut

keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, waktu dan sebagainya.

Keterjangkauan sumber daya meliputi kebiasaan membawa bekal pada anak, adanya

kemauan orang tua untuk menyiapkan makanan untuk dijadikan bekal dan

ketersediaan bahan-bahan makanan yang akan dijadikan bekal makanan. Biaya

meliputi besarnya uang saku yang diterima anak-anak untuk jajan di sekolah.

3. Faktor reinforcing

Merupakan faktor yang berkaitan dengan pengaruh dari orang lain, yang hasilnya

dapat mendorong atau melemahkan perilaku. Faktor tersebut meliputi keluarga,

teman sebaya, guru, petugas dan penyedia sarana kesehatan.

Menurut Khomsan (2002), perilaku makan pada dasarnya merupakan bentuk

penerapan dari kebiasaan makan. Menurut Khumaidi (1989), kebiasaan makan

merupakan tingkah laku manusia atau kelompok manusiadalam memenuhi

kebutuhannya akan makanyang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan.

Sikap seseorang terhadap makanan dapat bersifat positif maupun negatif yang

bersumber pada nilai-nilai afektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, social

dan ekonomi) sebagai tempat manusia atau kelompok itu tumbuh.Kepercayaan

(27)

Pemilihan makanan adalah proses psikomotorikuntuk memilih makanan sesuai

dengan sikap dan kepercayaannya.

Menurut Suharjo (1989), kebiasaan makanan adalah suatu istilah untuk

menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makan dan

makanan, seperti tata karma, frekuensi makan seseorang, pola makan, kepercayaan

tentang makanan (pantangan), distribusi makanan diantara anggota keluarga,

penerimaan terhadap makanan (suka atau tidak suka) dan cara pemilihan makanan

yang akan dimakan.

1.2.2 Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Anak Sekolah

Perilaku makanan anak sekolah sehari-hari mencangkup lima aspek yaitu kebiasaan

makan pagi, kebiasaan mengkonsumsi makanan jajanan di sekolah, keragaman

konsumsi makanan dalam sehari (di rumah maupun di sekolah), kebiasaan

mengkonsumsi protein hewani dan kebiasaan mengkonsumsi sayuran. Perilaku

makan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi gizi pada seseorang (Devi,

2012).

Penelitian yang dilakukan oleh Hermina (2000), mendapatkan bahwa perilaku makan

pada siswa SD sebagian besar (48,3%) kurang baik. Salah satu penyebabnya adalah

karena sebagian murid masih mengalami sulit makan makanan pokok dan terlalu

(28)

terhadap kualitas dan kuantitas makanan makanan pokok pada anak menjadi tidak

maksimal. Menurut Brown (2005), ketika anak usia sekolah makan di luar rumah,

biasanya anak usia sekolah paling sering makan di kantin sekolah, di rumah teman

atau restoran cepat saji.

Pada anak usia sekolah, frekuensi mengkonsumsi snack berkisar antara empat sampai

lima kali per hari pada hari sekolah dan anak usia sekolah biasanya mengkonsumsi

snack pada waktu istirahat atau jam pulang sekolah (Thrams & Pipes, 2000).

1.3Makanan Jajanan

2.3.1 Definisi Makanan Jajanan

Menurut Iswarawanti dan Februhartanty (2004), makanan jajanan adalah makanan

dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan

maupun pada tempat keramaian umum. Menurut Winarno (2004), makanan jajanan

merupakan jenis makanan yang dijual di pedagang kaki lima, pinggiran jalan, di pasar

dan di tempat keramaian. Menurut pengertian dari Keputusan Menteri Kesehatan

nomor 942/MenKes/SK/VII/2003, makanan jajanan merupakan makanan dan

minuman yang diolah penyaji makanan di tempat penjualan dan atau disajikan

sebagai makanann siap santap untuk dijual.

2.3.2 Jenis-jenis Makanan Jajanan

Menurut Tarwotjo (1998), mengelompokkan makanan jajanan menjadi dua jenis,

yaitu jajanan dengan rasa manis dan jajanan dengan rasa asin. Jajanan dengan rasa

(29)

contohnya yaitu kue lemper, arem-arem, kroket, kastangel dan sosis. Jenis jajanan ada

juga yang berupa minuman yaitu minuman panas (seperti wedang ronde dan wedang

jahe) dan minuman dingin (seperti es buah, jus buah, es doger, es teller dan

softdrink).

Menurut Depkes RI (2013), makanan jajanan di sekolah dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Makanan utama, seperti nasi soto, nasi goreng, mie ayam, mie bakso, gado-gado

dan sejenisnya.

2. Penganan atau kue, seperti apem, kripik, cilok dan sejenisnya.

3. Minuman, seperti es sirup, es campur, es teh dan sejenisnya.

4. Buah-buahan, seperti melon potong, semangka potong, papaya potong, nanas

potong dan sejenisnya.

2.3.3 Keamanan Makanan Jajanan

Pengaruh makanan jajanan terhadap anak usia sekolah dapat memberikan asupan

energi untuk menambah kebutuhan akan gizi pada anak. Selain gizi, kebersihan

makanan jajanan di kantin sekolah perlu diperhatikan karena kebersihan makanan

pada kantin pada umumnya masih rendah, sehingga kurang menjamin keamanan

makanan jajanan tersebut (Yuliastuti, 2012).

Berdasarkan hasil survei BPOM (2007), pada makanan jajanan anak sekolah masih

terdapat makanan jajanan yang tidak memenuhi syarat. Adapun kriteria makanan

(30)

pangan (BTP) yang melebihi batas, penyalahgunaan bahan berbahaya yang

seharusnya tidak boleh digunakan dalam pangan, serta cemaran mikroba pada jajanan

anak sekolah.

Menurut Setiawan (2010), kontaminasi kimiawi ditemukan pada makanan jajanan

adalah penggunaan boraks, formalin, rhodamin-B dan methanill yellow. Pengaruh

jangka pendek penggunaan bahan kimiawi tersebut dapat menimbulkan pusing, mual,

muntah, diare dan susah buang air besar. Dalam jangka waktu panjang, penggunaan

bahan kimiawi akan terakumulasi pada tubuh orang yang mengkonsumsinya dan

bersifat karsinogenik sehingga dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan

tumor.

Makanan jajanan yang sehat dan aman adalah pangan jajanan yang bebas dari bahaya

fisik, cemaran bahan kimia dan bahaya biologis (Direktorat Perlindungan Konsumen,

2006) :

1. Bahaya fisik dapat berupa benda asing yang masuk kedalam pangan, seperti isi

stapler, batu/kerikil, rambut, kaca.

2. Bahaya kimia dapat berupa cemaran bahan kimia yang masuk ke dalam pangan

atau karena racun yang sudah terkandung di dalam bahan pangan, seperti: cairan

pembersih, pestisida, cat, jamur beracun, jengkol.

3. Bahaya biologis dapat disebabkan oleh mikroba patogen penyebab keracunan

(31)

Adapun cara memilih pangan jajanan yang sehat dan aman yaitu (Direktorat

Perlindungan Konsumen, 2006) :

1. Hindari pangan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa penutup

dan tanpa kemasan

2. Beli pangan yang dijual ditempat bersih dan terlindung dari matahari, debu, hujan,

angin dan asap kendaraan bermotor. Pilih tempat yang bebas dari serangga dan

sampah.

3. Hindari pangan yang dibungkus dengan kertas bekas atau koran. Belilah pangan

yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang bersih dan aman.

4. Hindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau bahan

tambahan pangan terlarang dan berbahaya. Biasanya pangan seperti itu dijual dengan

harga yang sangat murah.

5. Warna makanan atau minuman yang terlalu mencolok, besar kemungkinan

mengandung pewarna sintetis, jadi sebaiknya jangan dibeli.

6. Untuk rasa, jika terdapat rasa yang menyimpang, ada kemungkinan pangan

mengandung bahan berbahaya atau bahan tambahan pangan yang berlebihan

7. Makanan tidak berbau busuk dan berlendir.

2.3.4 Dampak Makanan Jajanan

Mengkonsumsi makanan jajanan memiliki keuntungan, hal tersebut dapat membantu

ibu yang tidak sempat membuatkan anak mereka makanan, maka dengan membeli

(32)

tersebut.Keuntungan lain yang didapat oleh anak adalah terpenuhinya asupan untuk

energi mereka, karena di sekolah memerlukan aktifitas fisik, terutama terpenuhinya

kebutuhan energi bagi anak yang belum sarapan (Devi, 2012).

Selain keuntungan, mengkonsumsi makanan jajanan yang terlalu sering dapat

berdampak negatif, karena dengan seringnya mengkonsumsi makanan jajanan maka

konsumsi nasi anak akan berkurang atau tidak makan nasi sama sekali. Ditinjau dari

segi kebersihan, makanan jajanan masih masih diragukan kebersihannya, terlebih

pada makanan jajanan yang tidak dibungkus atau terbuka (Devi, 2012).

2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan

1. Jenis Kelamin

Anak laki-laki akan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang lebih banyak

dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini dikarenakan aktifitas fisik laki-laki

lebih sering dan lebih berat dibandingkan perempuan (Worthington & Roberts, 2000).

2. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain penting

untuk membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Menurut Wawan dan Dewi (2010), faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu:

a.Faktor interna, meliputi pendidikan, pekerjaan dan umur

(33)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan gizi menjadi landasan dalam menentukan konsumsi makanan

(Khomsan, 2002). Individu yang memiliki pengetahuan yang baik akan mempunyai

kemampuan dalam mengaplikasikan pengetahuan gizinya dalam memilih maupun

mengolah makanan agar dapat mencukupi kebutuhannya (Yuliastuti, 2012).

Pengetahuan tentang gizi yang seimbang seharusnya diberikan sejak dini agar dapat

menuntun anak dalam memilih makanan yang tepat, serta anak dapat memahami dan

menerapkan konsumsi makanan yang sehat dalam kehidupan sehari-hari (Irawati,

1998).

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari–hari yang mengandung zat gizi dalam

jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan

keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan

ideal (Depkes, 2014).

Makanan seimbang haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi air,

karbohidrat, protein, vitamin & mineral dan lemak.

1. Air bermanfaat untuk pencernaan dan metabolisme tubuh yang baik. Air juga

berfungsi untuk menghilangkan rasa haus. Dalam sehari, kebutuhan air putih untuk

(34)

2. Karbohidrat sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena zat inilah yang memiliki peran

penting sebagai sumber energi utama untuk kegiatan sehari-hari pada tubuh manusia.

Contohnya nasi, kentang, mie, ubi, singkong, dan lainnya. Bila tubuh mengalami

ketidak cukupan zat karbohidrat, maka gejala paling awal yang paling mudah didapati

adalah tubuh terasa lebih cepat lelah karena kekurangan tenaga dari biasanya. Pada

makanan jajanan bisa berbentuk roti, biskuit, nasi goreng, mie goreng dan lain-lain.

3. Lemak merupakan zat yang bersifat sebagai cadangan energi bagi tubuh. Lemak

yang berlebihan dapat membuat tubuh menjadi gemuk. Contohnya terdapat pada

minyak, margarin, santan, kulit ayam, kulit bebek dan lemak hewan lainnya. Pada

makanan jajanan, lemak bisa berbentuk gorengan, cokelat, keripik, kolak dan

lain-lain.

4. Protein berfungsi untuk pertumbuhan tubuh dan mengganti jaringan yang rusak

pada tubuh. Zat protein dibutuhkan oleh tubuh setiap hari. Contoh makanan yang

berprotein terdapat pada ikan, ayam, daging, telur, susu, tahu, tempe serta

kacang-kacangan. Pada makanan jajanan, protein bisa berbentuk tahu goreng, tempe goreng,

bakso, ayam goreng dan lain-lain.

5. Vitamin dan mineral memiliki fungsi untuk membantu melancarkan kinerja tubuh. Vitamin dan mineral banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan.

Contohnya sayur bayam, kangkung, kacang panjang, wortel, tomat, buah semangka,

mangga, jeruk, pisang, dan lain-lain. Pada makanan jajanan vitamin dan mineral

dapat berbentuk es buah, buah-buahan yang dipotong kecil, manisan buah dan

(35)

Selain bahan makanan yang bergizi dan bermanfaat bagi tubuh, perlu diketahui

bahwa terdapat juga bahan makanan yang dapat berbahaya bagi tubuh bila bahan

tersebut terlalu banyak ada pada makanan yang disebut bahan tambahan makanan

(BTM).

Bahan Tambahan Makanan atau zat aditif merupakan zat tambahan yang biasanya

diberikan pada sejumlah makanan dan minuman. Pemberian zat aditif dimaksudkan

untuk menjadikan makanan lebih enak dan lebih menarik sehingga dapat

meningkatkan selera makan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988 tentang bahan

tambahan pangan atau aditif, bahan tambahan makanan atau zat aditif dapat berupa

bahan pewarna, penyedap, pemanis, pengawet, dan antikempal.

a. Bahan Pewarna

Bahan pewarna yang terdapat dalam bahan tambahan makanan dibedakan menjadi

bahan pewarna alami dan buatan. Bahan pewarna alami seperti warna kuning dari

kunyit dan warna hijau dari daun suji tidak membahayakan kesehatan. Bahan

pewarna buatan dapat bersifat racun (toksik) dan dapat menimbulkan kanker

(karsinogen).

b. Bahan Penyedap

Bahan penyedap rasa dan aroma yang masih bagi kesehatan adalah vetsin atau

(36)

yang berlebihan dapat menimbulkan rasa pusing dan mual. Sebagai pengganti rasa

gurih pada makanan cukup ditambahkan garam dan rempah-rempah.

c. Bahan Pemanis

Pemakaian bahan pemanis buatan yang berlebihan dengan dosis tinggi dapat

mengakibatkan gejala-gejala kanker dalam waktu relatif lama. Efek pemakaian

pemanis buatan tidak langsung atau dalam jangka waktu yang lama. Contoh bahan

pemanis buatan adalah sakarin, siklamat, dan aspartam.

d. Bahan Pengawet

Bahan pengawet alami tersebut dinamakan chitosan.Chitosan berupa kristal berwarna

putih yang dapat larut dalam larutan asam organik seperti asam asetat. Beberapa

bahan kimia yang disalahgunakan untuk pengawetan bahan makanan adalah asam

borat (boraks) dan formalin.

e. Bahan Antikempal

Bahan tambahan pangan lain yang digunakan adalah antikempal. BTP ini biasanya

digunakan pada produk tepung-tepungan seperti terigu dan susu bubuk. Tujuannya

agar tepung-tepung tersebut tidak menggumpal. Antikempal yang diizinkan antara

lain aluminium silikat, kalsium silikat, magnesium oksida, dan magnesium silikat.

Bahan tambahan makanan berbahaya menurut badan POM yaitu bahan kimia yang

digunakan pada bahan makanan antara lain formalin, rodhamin, methanil yellow dan

(37)

1) Formalin

Formalin adalah bahan kimia yang kegunaannya digunakan untuk urusan di luar

tubuh. Contohnya untuk pembunuh hama, pengawet mayat, bahan disinfektan dalam

industri plastik, busa, dan resin untuk kertas. Di dalam formalin terkandung sekitar

37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan metanol hingga 15% sebagai

pengawet.

Akibat masuknya formalin pada tubuh bisa akut maupun kronis. Kondisi akut tampak

dengan gejala alergi, mata berair, mual, muntah, seperti iritasi, kemerahan, rasa

terbakar, sakit perut dan pusing. Kondisi kronis tampak setelah dalam jangka lama

dan berulang bahan ini masuk ke dalam tubuh. Gejalanya iritasi parah, mata berair,

juga gangguan pencernaan, hati, ginjal, pankreas, sistem saraf pusat, menstruasi dan

memicu kanker.

Ciri makanan berformalin:

a. Bau menyengat seperti khas formalin

b. Awet, tahan dua hari dalam suhu kamar (25ºCelsius). Pada suhu 10ºCelsius atau

dalam lemari es bisa tahan lebih 15 hari

c. Makanan tampak mengkilat (seperti berminyak dan tidak lengket)

d. Bentuk makanan tidak mudah hancur

e. Tekstur makanan kenyal

(38)

Boraks adalah bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu, antiseptik kayu, dan

pengontrol kecoak antara lain, natrium biborat, natrium piroborat, natrium tetraborat.

Sifatnya berwarna putih dan sedikit larut dalam air.

Sering mengonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan otak, hati,

lemak, dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam, anuria (tidak

terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat, menimbulkan depresi,

apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal, pingsan, bahkan kematian.

Ciri makanan berboraks sama seperti formalin, cukup sulit menentukan apakah suatu

makanan mengandung boraks.

Ciri-ciri makanan yang mengandung boraks adalah:

a. Tekstur makanan lebih kenyal dari makanan yang tidak mengandung boraks

b. Bila digigit akan kembali ke bentuk semula

c. Tahan lama atau awet beberapa hari

d. Bau makanan terasa tidak alami, ada bau lain yang muncul

3) Pewarna Textile

Bahan berbahaya seperti pewarna tekstil, kertas, dan cat (Rhodamin B), methanyl

yellow, amaranth. Pemakaian ini sangat berbahaya karena bisa memicu kanker serta

merusak ginjal dan hati. Bahan-bahan ini ditambahkan pada jajanan untuk anak-anak

seperti es sirup atau cendol, minuman ringan seperti limun, kue, gorengan, kerupuk

(39)

Ciri makanan yang mengandung Rhodamin B:

1. Warna kelihatan cerah (berwarna-warni), sehingga tampak menarik

2. Ada sedikit rasa pahit (terutama pada sirop atau limun)

3. Muncul rasa gatal di tenggorokan setelah mengonsumsinya

4. Baunya tidak alami sesuai makanannya

3. Besar uang jajan

Jumlah uang jajan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebiasaan makanan,

karena semakin banyak uang jajan yang dimiliki seseorang akan dapat mempengaruhi

apa yang dikonsumsi oleh orang tersebut (Berg, 1986). Besarnya uang jajan

berhubungan dengan frekuensi konsumsi makanan jajanan. Semakin besar uang jajan

yang diterima anak, maka semakin sering anak tersebut untuk mengkonsumsi jajanan

(Novitasari, 2005). Menurut Suci (2005), di Indonesia 90% alasan orang tua

memberikan uang saku pada anaknya adalah bertujuan agar anaknya bisa

memperoleh makanan ketika lapar. Menurut Yuliastuti (2012), mengatakan bahwa

pada anak yang memiliki banyak uang saku, mereka akan lebih sering memanfaatkan

uang saku untuk membeli jajanan.

4. Kebiasaan membawa bekal

Salah satu alasan anak membeli makanan di sekolah adalah karena anak-anak tidak

membawa bekal dari rumah (Suci, 2009). Dengan memiliki kebiasaan membawa

bekal dari rumah maka akan dapat mengurangi frekuensi jajanan anak (Sandall,

(40)

Menurut Moehji (2002), terdapat keuntungan jika anak-anak membawa bekal dari

rumah, yaitu anak-anak dapat terhindar dari rasa lapar, pemberian bekal dapat

menghindari anak dari kekurangan kalori, dan membawa bekal akan dapat

menghindari anak dari kebiasaan jajanan.

5. Pengaruh teman sebaya

Teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat pada diri seorang anak, bahkan pada

situasi tertentu pengaruh teman sebaya menjadi lebih besar daripada keluarga. Dalam

pemilihan makanan, anak-anak akan meminta atau menolak makanan berdasarkan

usulan dari temannya (Brown, 2005).

Pengaruh teman sebaya pada anak akan lebih besar dengan adanya keinginan dari

dalam diri anak untuk dapat diterima di kelompok teman sebayanya (Hurlock, 2002).

6. Pengaruh orang tua

Pengaruh orang tua merupakan pengaruh utama dalam membentuk kepribadian anak,

membuat standar kebiasaan dan menetapkan sistem nilai (Cahyaningsih, 2011).

Menurut Kraak dan Pelletier (1998), keluarga merupakan salah satu faktor

lingkungan yang paling berpengaruh dalam keputusan dan perilaku terkait dengan

(41)

Kebiasaan jajan anak sekolah tidak terlepas dari kehidupan ekonomi dan kebiasaan

makan dalam keluarga. Kebiasaan jajanan pada anak dimulai ketika anak melihat

salah satu anggota keluarganya memakan makanan jajanan (Brown, 2005).

Kebiasaan orang tua yang mengajak anaknya membeli makanan di luar akan

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar kuesioner yang terdiri dari formulir identitas responden, kuesioner pengetahuan memilih

Skripsi berjudul Hubungan antara Konsumsi Makanan Jajanan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di SDN Wirolegi 1 Kabupaten Jember telah diuji dan disahkan oleh

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara jumlah uang saku siswa dengan kebiasaan konsumsi makanan cepat saji, ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

Hasil : dari penelitian didapatkan partisipan mengatakan mengkonsumsi jajanan dengan frekuensi >2 kali sehari, jajanan manis dan kebiasaan menyikat gigi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan anak tentang makanan jajanan dengan kejadian penyakit diare di SDN 001 Teratak kecamatan Rumbio

Tabel 5.3 Distribusi data berdasarkan pengetahuan siswa, sikap siswa, peran ibu, peran guru, peran teman sebaya berhubungan dengan tindakan konsumsi jajanan pada siswa

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi ikan siswa Sekolah Dasar Negeri 060919 di Kecamatan