47
PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN KONSUMSI MAKANAN
JAJANAN PADA ANAK SDN BADDOKA MAKASSAR
Asmaruddin Pakhri1 , Andi Mashuria2 dan Nursalim1 1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar 2
Alumni Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
Abstract
Background: School age children have a habit to consumption food habits snack. The
less nutritious food that doesn’t meet health requirements will treaten student health. Teachers as role models for school students are expected to play a role in the supervision of food safety snacks, especially those found in schools, both in the school cafeteria and around the school.
Objectives: This study aims to overview the knowledge and snack consumption habits in
children Baddoka Elementary School Biringkanaya District of Makassar.
Methods: This research is a descriptive study. The population in this study were all students at Baddoka Elementary School Biringkanaya District of Makassar, amounting to 346 children. The samples in this study were students of class IV and V amounts to 119 students based on purposive sampling criteria.
Result: Results reveal child's level of knowledge about the consumption of snacks mostly
have good knowledge level is 77,3% and has less snack consumption habits as much as 58.0%. Statistics analizes of Level of knowledge about the consumption of snacks and snack consumption habits has P 0,771, was no significants.
Conclusions: Based on the results of this study concluded that the samples have good
knowledge and habits of the sample is still lacking. Advice for schools to better monitor food sold in school canteens and vending food in the school environment.
Keywords: Knowledge, Habits, School Children, Snacks
PENDAHULUAN
Menurut FAO jajanan didefenisikan sebagai makanan dan minuman yang dipersiapkan dan dijual oleh pedagang kaki lima di jalanan dan tempat-tempat umum lainnya yang langsung dikonsumsi tanpa pengolahan atau dipersiapkan lebih lanjut (Februhartanty,2004)
Keamanan makanan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Kurangnya perhatian terhadap hal ini sering mengakibatkan dampak seperti gangguan kesehatan pada konsumennya, mulai dari keracunan pangan dikarenakan tidak higienisnya proses penyiapan dan penyajian sampai resiko munculnya penyakit kanker (Efriza, 2009 ).
Jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pangan jajanan diharapkan selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi. Anak sekolah
sangat menyukai pangan jajanan. Oleh karena itu, para pedagang berupaya untuk memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anak–anak dengan menambahkan bahan–bahan tertentu tanpa memperdulikan keamanannya (Rina,2007).
Pengujian keamanan makanan jajanan yang dilakukan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2006 terhadap pangan jajanan diketahui bahwa pada 13.536 sampel menunjukkan 11.871 (87,69%) sampel memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%) sampel tidak memenuhi syarat. Pangan yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena menggunakan pemanis buatan bukan untuk makanan diet (31%), menggunakan benzoat melebihi batas (7,93%), menggunakan formalin (8,88%), menggunakan boraks (8,05%), menggunakan pewarna bukan untuk makanan (12,67%), dan cemaran mikroba (19,10%).
Berdasarkan penelitian BPOM 2009 dengan skala nasional, tentang Pangan
48
Jajanan Anak Sekolah (PJAS). Sebanyak 55% sekolah yang di survei telah memiliki
peraturan tentang PJAS dan terdapat 37 % sekolah yang tidak memiliki peraturan tentang PJAS. Peraturan tersebut sebagian besar (95%) dikeluarkan oleh sekolah meskipun ada juga yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan maupun Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. Peraturan tersebut sebagian besar (68,4%) mengatur tentang siswa kemudian mengatur tentang penjaja PJAS (65,7%) dan mengatur tentang kantin sekolah (57,0%)
BPOM menempatkan Provinsi Sulawesi Selatan diurutan kedua dalam kasus keracunan makanan setelah Jawa Barat. Keracunan yang ditemukan pada sekolah sekitar 15% terutama pada anak sekolah dasar (Rahmanita, 2011 ).
Masalah keamanan jajanan di sekitar sekolah antara lain ditemukannya (1) produk pangan olahan yang tercemar bahan berbahaya (mikrobiologis & kimia), (2) pangan siap saji yang belum memenuhi syarat higiene & sanitasi, dan sumbangan pangan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Penyebabnya, tata cara penanganan pangan yang mengabaikan aspek keamanan pangan, ketidak tahuan konsumen (anak-anak sekolah & guru) akan pangan jajanan yang aman (Agustina,2002).
Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga, untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi keluarga (Engel et al, 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan dimana guru sebagai panutan bagi siswa di sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan terhadap peredaran pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah. Disamping peranan guru untuk mendidik siswa agar menjadi pintar dan cerdas, guru juga berperan dan berkewajiban melindungi siswa dari mengkonsumsi jajanan yang tidak aman.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPOM provinsi Sulawesi Selatan, pada pengawasan pangan jajanan anak sekolah dasar di 16 kabupaten/kota menunjukkan 79,8% sampel memenuhi syarat dan 20,2% sampel tidak memenuhi syarat (Boraks, Rhodamin B, Siklamat, Sakarin) (BPOM 2011)
Berdasarkan hasil observasi awal di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar pangan jajanan di sekolah tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa
kategori, yaitu : Makanan utama : Nasi kuning, mie pangsit, siomay, cilok. pangan atau kue-kue : keripik, jalangkote, kentang goreng, donat dan bakwan . Minuman : Es teh dan es cendol.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melakukan kajian tentang pengetahuan dan kebiasaan konsumsi makanan jajanan yang pada anak SDN Baddoka Makassar.
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yang dilaksanakan pada anak sekolah dasar di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar pada bulan Desember sampai bulan Agustus 2014.
Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar pada bulan Desember sampai bulan Agustus 2014, sebanyak 346 orang. Penentuan sampel siswa SD dilakukan secara purposive dengan mengambil seluruh siswa kelas IV dan V, dengan kriteria sekolah adalah memiliki peraturan tentang PJAS dan memiliki kantin sekolah. Sampel Produk Jajanan yang diambil adalah produk jajanan local dan bukan lokal.
Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner terhadap sampel. Semua data dicatat dari hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS. Langkah awal dimulai dengan editing, coding, data entry, dan dilanjutkan dengan tabulasi.
49 HASIL PENELITIAN
Pengetahuan tentang konsumsi makanan jajanan
Tabel 01
Distribusi Kategori Pengetahuan Sampel Tentang Konsumsi Makanan Jajanan
Aspek Pengetahuan
Baik Kurang
n % n %
Jajanan yang sehat tidak bau basi, tak berjamur dan rasa tidak berubah
106 89,1 13 10,9 Efek mengkonsumsi
makanan tak sehat adalah gangguan pencernaan
101 84,9 18 15,1 Pembuat makanan
memakai penutup kepala, celemek dan kaos tangan
88 73,9 31 26,1
Tempat penjualan makanan bersih dan tertutup
101 84,9 18 15,1 Ciri makanan jajanan
yang sehat tidak basi dan tidak berjamur
95 79,8 24 20,2
Makanan jajanan yang telah masak disimpan di wadah tertutup
101 84,9 18 15,1 Kuku jari tangan
penjamah makanan di kantin sekolah bersih, pendek dan rapi
100 84,0 19 16,0 Cara memilih makanan
jajanan adalah enak, bersih dan bergizi
105 88,2 14 11,8 Pengolahan jajanan
memperhatikan kebersihan alat, tempat dan lokasi
41 35,5 78 65,5
Total Pengetahuan 92 77,3 27 22,7
Berdasarkan tabel 01 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya pengetahuan siswa Sekolah Dasar tentang konsumsi makanan jajanan pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar tergolong baik terlihat dari hasil penelitian dimana dari 119
orang yaitu sebanyak 92 anak (77,3 %) memiliki pengetahuan yang baik.
Kebiasaan tentang konsumsi makanan jajanan
Tabel 02
Distribusi Kategori Kebiasaan Sampel Tentang Konsumsi Makanan Jajanan
Aspek Konsumsi Makanan
Baik Kurang
n % n %
Sering jajan makanan
yang sehat di sekolah 78 65,5 41 34,5
Jajan makanan di
sekolah tiap hari 78 65,5 41 34,5
Jajan di sekolah
karena lapar 67 56,3 52 43,7
Porsi makanan jajan di
sekolah cukup 76 63,9 43 36,1
Jenis jajanan yang dibeli di sekolah nasi kuning,mie pangsit, jalan kote,bakwan
71 59,7 48 40,3
Jenis minuman yang dibeli di sekolah adalah minuman kemasan
5 4,2 114 95,8
Cara pengolahan jajan yang dibeli adalah digoreng
94 79,0 25 21,0
Tempat membeli makanan jajan adalah kantin/warung sekolah
10 8,4 109 91,6
Total Kebiasaan
Konsumsi Makan 50 42,0 69 58,0
Berdasarkan tabel 02 di atas dapat dilihat bahwa pada umumnya kebiasaan siswa tentang konsumsi makanan jajanan pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar masih kurang terlihat dari hasil penelitian dimana dari 119 orang sebagian besar yaitu sebanyak 58.0 % memiliki praktek kebiasaan jajan yang kurang baik. Kebiasaan yang kurang sehat adalah minuman yang dibeli es cendol/sirop dan tempat membeli makanan adalah penjual gerobak/keliling.
Tabel 03
Distribusi Kebiasaan Konsumsi Makanan Jajanan Menurut Pengetahuan
Pengetahuan Jajan baik Jumlah % Jajan Kurang Jumlah % Total Jumlah % P Baik 38 31,9 54 45,4 92 77,3 Kurang 12 10,1 15 12,6 27 22,7 Total 50 42,0 69 58,0 119 100 0,771
50
Jenis Jajanan yang dijual di kantin dan luar sekolah di SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar adalah beraneka ragam. Jenis jajanan lokal yang sehat adalah nasi kuning, jalang kote, bakwan dan mie pangsit,. Jajanan lokal yang kurang sehat adalah kentang goreng, donat, tela-tela, es teh dan es cendol. Jajanan bukan lokal adalah biskuat, malkist, superco, saltcis, timtam, slai olay, susu milkita, gery coklat, roti, susu Indomilk, ultra milk dan teh gelas, umumnya tergolong sehat.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan sampel tentang konsumsi jajanan yang sehat pada sekolah dasar sudah tergolong baik dimana sebagian besar dengan kategori baik yaitu sebanyak 92 orang (77,3 %).
Dari hasil wawancara dengan sampel, diketahui bahwa di sekolah juga siswa mendapat mata pelajaran yang berhubungan dengan makanan yang sehat diantaranya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam dan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga, namun masih terdapat makanan jajanan yang tidak sesuai dengan yang diharapkan yang dijual pada SD tersebut. Hal ini disebabkan karena kurangnya perilaku serta sikap dari penjual dan guru untuk mengawasi pedagang serta anak sekolah yang membeli makanan jajanan sembarangan.
Sumber informasi tentang makanan dan minuman jajanan pada umumnya berasal dari televisi, ini merupakan salah satu hasil penelitian dari Sitorus, (2008). Hasil penelitian Purtiantini, (2010) tentang pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak dalam memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura Surakarta juga ditemukan sebanyak 96.6 % siswa SD mempunyai pengetahuan baik. Hal ini disebabkan karena lokasi penelitian berada di daerah perkotaan sehingga lebih mudah akses informasinya.
Tingkat kebiasaan responden tentang konsumsi jajanan pada sekolah dasar tergolong masih kurang yaitu sebanyak 69 sampel (58.0%). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu tingkat lingkungan, pengalaman, dan sosial ekonomi.
Hasil penelitian Purtiantini, (2010) tentang pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura Surakarta juga
menemukan sebanyak 43.1 % siswa SD mempunyai perilaku yang baik. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku selain pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan jajanan.
Berdasarkan hasil observasi di kantin dan lingkungan luar sekolah ditemukan jenis jajanan lokal yaitu nasi kuning, kentang goreng, jalang kote, bakwan, donat, mie pangsit, tela-tela, dan es teh. Berdasarkan kriteria jajanan bukan lokal yang dijual di kantin dan di lingkungan luar sekolah seperti biskuat, malkist, superco, saltcis, timtam, slai olay, susu milkita, gery coklat, roti, susu indomilk, ultra milk, teh gelas.
BPOM tahun 2009 menguji makanan jajanan siswa di sekolah pada 195 sekolah dasar di 18 provinsi diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang, Bandar Lampung, Denpasar dan Padang dengan jumlah makanan 861 contoh. Hasil uji menunjukkan 39.9% (344 jajanan) tidak memenuhi syarat keamanan pangan seperti es sirup atau buah (48.2%) dan minuman ringan (62.5%) yang mengandung bahan berbahaya dan tercemar bakteri pathogen. Jenis lain yang tidak memenuhi syarat adalah saus dan sambal (61.5%) serta kerupuk (56.2%), dari total jajanan itu, 10,45% mengandung pewarna yang dilarang yakni rhodamin B, methanol yellow dan amaranth. Sebagian contoh jajanan mengandung boraks, formalin, siklamat, sakarin, dan benzoat melebihi batas.
KESIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengetahuan siswa Sekolah Dasar tentang konsumsi jajanan yang sehat pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar sudah baik dimana dari 119 orang sebagian besar yaitu sebanyak 77,3 % memiliki pengetahuan yang baik. 2. Praktek siswa Sekolah Dasar tentang
konsumsi jajanan yang sehat pada SDN Baddoka Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar masih kurang terlihat dari hasil penelitian dimana dari 119 orang sebagian besar yaitu sebanyak 58.0 % memiliki praktek yang kurang.
3. Analisis hubungan pengetahuan gizi dengan kebiasaan jajan anak sekolah didapatkan nilai P 0,771 yang berarti tidak bermakna
4. Jenis jajanan yang dijual di kantin dan lingkungan sekolah ditemukan jenis jajanan lokal yang sehat yaitu nasi kuning,
51 jalang kote, bakwan dan mie pangsit.
Jajanan lokal yang kurang sehat adalah donat, kentang goreng,, tela-tela dan es teh. Berdasarkan kriteria jajanan bukan lokal yang dijual di kantin dan di lingkungan sekolah cukup sehat seperti biskuat, malkist, superco, saltcis, timtam, slai olay, susu milkita, gery coklat, roti, susu indomilk, ultra milk, teh gelas. SARAN
Diharapkan kepada guru untuk memantau makanan yang dijual di kantin sekolah dan penjual makanan di lingkungan sekolah agar lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi, memberlakukan peraturan kepada penjual makanan keliling yang mangkal di lingkungan sekolah sesuai syarat-syarat kesehatan serta meningkatkan kesadaran siswa untuk tidak jajan sembangan guna memperkecil jumlah gangguan kesehatan pada anak sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina C. 2002. Keamanan Mikrobiologis Makanan Jajanan Sekolah di Bogor. Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan dan
Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Badan POM 2011. Laporan Tahunan 2011.
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan
Keamanan Pangan. Deputi Bidang
Pengawasan keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya. Makassar.
BPOM. 2007. Food Watch Sistem Keamanan Pangan terpadu Kejadian Luar Biasa
Keracunan Pangan.
http://www.pom.go.id [19 november 2013].
Efriza. 2009. Efektivitas Media Promosi Dalam
Meningkatkan Pengetahuan Siswa,
Guru, dan Pedagang Tentang
Keamanan Pangan. Thesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Engel et al. 1994. Perilaku Konsumen. Jakarta: Binarupa Aksara.
Februhartanty,dkk, 2004. Amankah Makanan Jajanan Anak Sekolah di Indonesia. (http:www.gizi.net.ogibin/berita/fullnews. egi). Diakses tanggal 1 November 2013. Iswaranti., Widjajarta M.,dan Februhartanty J. 2007. Jajanan di Indonesia Berkualitas
Buruk. Diakses : 19 november 2013.
http://www.republika.co.id.
Muhilal, D. Damayanti . 2006. Gizi Seimbang Untuk Anak Usia Sekolah Dasar.
Jakarta : PT. Primamedia Pustaka. Notoadmojo S. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta .
Nuraida et al. 2009. Pedoman menuju kantin
sehat. Bogor: Seafast Center.
Purtiantini 2010. pengetahuan dan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura Surakarta .skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rahmanita I.2011. Hubungan Pengetahuan,
Sikap Serta Perilaku Ibu Mengenai Jajanan Anak Sd yang Mengandung Bahan Pengawet Dan Pewarna Di Kelurahan Beringin Jambi.
Rina. (2007).Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan
Anak Sekolah Dasar di Kota
Bogor.Skripsi.Institut Pertanian Bogor. Sitorus, lesnauli.2008. Pengetahuan ,sikap
dan tindakan siswa sekoloah dasar tentang makanan dan minuman jajanan yang mengandung bahan tambahan .skripsi universitas Sumatra utara. Medan.