• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Pada Program Pendidikan Dasar

Oleh

Dadan hermawan NIM 1308111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR (S2) SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar)

Oleh Dadan Hermawan

S.Pd. UPI, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

Program Studi Pendidikan Dasar S-2

© Dadan Hermawan 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM

BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA TEKNOLOGI INFORMASI

DAN KOMUNIKASI TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH DASAR

(Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas V Sekolah Dasar)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing,

Dr. Sufyani Prabawanto, M.Ed. NIP. 19600830 198603 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Dasar

(4)

Dadan hermawan, 2016

KOMUNIKASI TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR

Dadan hermawan 1308111

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengkaji masalah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa sebelum dan sesudah belajar melalui model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan TIK. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan desain kelompok kontrol non ekivalen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V pada dua kecamatan di kabupaten Subang, Sample penelitian pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V salah satu sekolah dasar di Kecamatan Subang Kabupaten Subang dan salah satu sekolah dasar yang terletak di Kecamatan Jalancagak Kabupaten Subang. Instrumen yang digunakan berupa instrumen tes, analisis kuantitatif dilakukan terhadap rata-rata pretes dan postes dengan menggunakan Uji-t. Berdasarkan pada hasil penelitian, menunjukan bahwa data pretes tidak terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model direct teaching. Diketahui pula bahwa pada hasil analisis data posttes, kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model direct teaching. Dengan demikian disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan koneksi matematis siswa. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning berbantuan TIK dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di Sekolah Dasar.

(5)

Dadan hermawan, 2016

EFFECT OF APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL ICT AGAINST ASSISTED LEARNING MATHEMATICAL CONNECTIONS

LEARNING ABILITY ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Dadan hermawan 1308111

ABSTRAC

This study aims to assess the problem of improving the ability of students' mathematical connections before and after learning through learning model Problem Based Learning ICT-supported. This research is a quasi experimental with non equivalent control group design. The study population is a fifth grade elementary school students in two district of Subang. The sample consisted of a class V one of the main elementary school in the District Subang and one elementary school in the District Jalancagak. The instrument used in the form of test instruments. Quantitative analysis was performed on the average pretest and posttest by using t-test. Based on the results of the study, showed that the data pretest there is no difference between the mathematical connection ability to obtain teaching students with learning model of problem-based learning and ICT-supported learning students who received direct teaching model. Note also that the results of the data analisis posttest, mathematical connection ability to obtain teaching students with learning model of ICT-based learning problems better than students who received direct model of learning by teaching. Thus concluded that the problem based learning model of ICT-supported learning have a positive influence on the ability of students' mathematical connections. Learning by Problem Based Learning model of ICT-can be an alternative model of learning approaches that can be used in primary school.

(6)

Dadan hermawan, 2016

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah Penelitian ...1

B. Identifikasi Masalah ...6

C. Rumusan Masalah ...7

D. Tujuan Penelitian ...7

E. Manfaat Penelitian ...8

F. Struktur Organisasi Tesis ...8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...10

A. Kemampuan Koneksi Matematis ...10

B. Model Pembelajaran Problem Based learning berbantuan TIK ....15

C. Direc Teaching ...30

D. Teori Pembelajaran Matematika...33

E. Bagaimana Pembelajaran Problem Based Learning berbantuan TIK dapat Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis ...39

F. Penelitian yang Relevan ...41

G. Definisi Operasional ...42

H. Kerangka Pemikiran ...42

I. Hipotesis Penelitian ...44

BAB III METODE PENELITIAN ...46

(7)

Dadan hermawan, 2016

B. Partisipan ...47

C. Populasi dan Sample Penelitian...47

D. Instrumen ...48

a. Validitas ...49

b. Reliabilitas ...51

c. Daya Pembeda...52

d. Indeks Kesukaran ...53

e. Rekap data hasil analisis instrument ...54

E. Prosedur Penelitian ...55

F. Pengumpulan Data...57

G. Teknik Analisis Data ...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...67

A. Hasil Penelitian...67

1. Analisis Deskripsi...67

2. Analisi Data ...69

B. Pembahasan ...87

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...96

A. Simpulan ...96

B. Saran ...96

DAFTAR PUSTAKA ...98

LAMPIRAN-LAMPIRAN A. Alat Pengumpul Data dan Pengolahan ...93

B. Data Penelitian...142

C. Alat Kelengkapan Tesis...180

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan merupakan kunci kemajuan sebuah bangsa, pendidikan pula yang menjadi lahirnya beragam budaya tinggi suatu bangsa. Dunia telah membuktikan siapa yang memberikan perhatian lebih terhadap pendidikan maka dia akan terlahir menjadi bangsa yang kuat di segala bidang serta mampu merangkak dan berdiri menjadi pemimpin dunia. Di antara sekian banyak ilmu pengetahuan yang memberikan kontribusi besar bagi kemajuan budaya dan pengetahuan suatu bangsa salah satunya adalah matematika. Peninggalan sejarah bangsa-bangsa dengan kebudayaan yang tinggi menunjukan peran ilmu matematika yang memiliki peranan penting. Kita dapat melihat hal ini dari misteri besar bangunan-bangunan kuno seperti pyramid, sphink, menara miring, dan beberapa peninggalan budaya besar yang menunjukkan peranan ilmu matematika yang besar pula. Dari sinilah maka matematika menjadi salah satu ilmu pengetahuan yang wajib dipelajari oleh siapa pun terutama di sekolah-sekolah.

Dalam matematika terdapat lima kemampuan dasar matematika yang memiliki peran penting dalam mempelajari matematika. Hal ini terdapat dalam National council of Teacher of Mathematic (NCTM) 2000, yang menyatakan

bahwa lima kemampuan dasar standar matematika yakni; pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi

(communication), koneksi (connections), dan representasi (representation).

(9)

Dadan hermawan, 2016

masalah, (4) komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif. Dari penjelasan di atas, kemampuan koneksi matematis merupakan salah satu kemampuan yang memiliki peran sinergis dalam melahirkan pembelajaran matematika yang bermakna, karena dengan kemampuan koneksi matematis inilah siswa akan diarahkan pada pemahaman mereka terhadap konsep-konsep matematika terhadap kemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari maupun manfaat keterhubungan matematika dengan mata pelajaran dan konsep-konsep ilmu yang lainnya. Kemampuan koneksi matematis memiliki peran penting dalam membangun konstruksi ilmu matematika siswa dengan kehidupannya, dan akhirnya siswa menemukan kebermaknaan dalam pelajaran matematika sehingga matematika tidak lagi hanya dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dan sukar untuk dipelajari serta susah mengaplikasikannya dalam menyelesaikan masalah kehidupan.

Berkaitan dengan pentingnya peran koneksi matematis dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari, Wahyudin (2008) menerangkan bahwa kemampuan koneksi bukan hanya kemampuan yang diajarkan dan digunakan dalam matematika, tetapi lebih dari itu kemampuan koneksi merupakan keterampilan dalam menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari. Tidak semua siswa yang pandai menguasai matematika dengan sendirinya pandai pula mengkoneksikan matematika, karena pada kenyataannya siswa yang memahami tentang suatu konsep matematika kebingungan mengaplikasikan konsep tersebut dalam kehidupan yang nyata.

(10)

istilah direct teaching pun cenderung masih stagnan dan terkesan begitu-begitu saja, kurang memberikan tantangan dan pengalaman yang menggelitik rasa keingintahuan siswa, sehingga ketika siswa menyelesaikan berbagai masalah matematika dalam pembelajaran matematika mereka hanya sebatas mengerjakan saja dan tidak memahami apa makna soal-soal tersebut dalam kehidupan mereka nanti. Pembelajaran langsung terlalu menempatkan guru sebagai sumber informasi segala-galanya sehingga siswa di cetak pengetahuannya seperti pengetahuan yang dikuasai oleh guru-gurunya dan jika soalnya diganti sedikit saja maka mereka akan kesulitan dalam mengerjakannya, sehingga ketika diberi masalah dia hanya dapat menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan apa yang dikatakan oleh guru. Siswa sering diposisikan sebagai orang yang tidak tahu apa-apa yang hanya menunggu apa yang guru berikan. Sementara dalam kurikulum matematika sekolah di Indonesia dan dalam pembelajaran selama ini sudah menjadi hal yang biasa dalam pembelajaran yang pertama disampaikan adalah mengajarkan teori/teorema/definisi, kemudian memberikan contoh-contoh terakhir memberikan latihan soal-soal.

(11)

Dadan hermawan, 2016

sebagai bagian dari komponen yang terlibat langsung dalam pemecahan masalah, merangsang dan mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan memberi kesempatan mencari perkiraan solusinya, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan alternatif solusi yang beragam serta melatih siswa menyajikan temuannya serta ide dan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah, serta memberikan ruang yang lebih banyak kepada siswa untuk mengaktualisasikan diri pada saat kegiatan pembelajaran bukan guru yang menguasai pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika guru harus melibatkan siswa lebih aktif dengan memberikan ruang yang lebih luas untuk siswa mengekplorasi kemampuannya, bahkan Freudenthal (dalam Lambertus, 2010) menunjukan kritikan terhadap pembelajaran yang hanya mentrasfer pengetahuan guru terhadap siswa karena dianggap bertentangan dengan cara para matematikawan ketika menemukan konsep-konsep matematika. Pengajaran yang baik adalah siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, siswa dilibatkan dalam masalah, mengemukakan ide-idenya, dan terlibat dalam dialog.

(12)

sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis, serta dicari pemecahannya dengan baik.

Tujuan mata pelajaran matematika di SD yang terdapat pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006. Dalam standar isi dinyatakan lima tujuan pembelajaran matematika, yang salah satu dari lima tujuan tersebut adalah agar siswa mampu memecahkan masalah matematika yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Oleh karena itu setiap guru SD harus melatih keterampilannya dalam membantu siswa belajar memecahkan masalah matematika.

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi siswa, baik dilihat dari kepentingan akademik, untuk pengembangan sikap, atau pun untuk kepentingan hidupnya di waktu yang akan datang. Kehidupan yang akan dihadapi siswa adalah lahan yang menyediakan beragam permasalahan kehidupan sementara matematika adalah tools atau alat yang menyediakan beragam perlengkapan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tadi. Kemampuan pemecahan masalah matematika menjadi sebuah keterampilan yang wajib dikuasai oleh siswa karena selain untuk mengatasi beragam permasalahan hidup, matematika itu sendiri merupakan sekumpulan permasalahan yang dapat dijadikan tempat berlatih oleh siswa untuk menghadapi permasalahan yang lebih besar dalam hidupnya.

Pentingnya pembelajaran berbasis masalah ini didasari oleh pemikiran John Dewey dan Kelas Demokratisnya (1916). Menurut Dewey, sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah kehidupan yang nyata, Wardhani (dalam Supinah dan Sutanti, 2010)

(13)

Dadan hermawan, 2016

Pembelajaran PBL (Problem based learning) merupakan sebuah model pembelajaran berbasis masalah yang mengajak siswa belajar dimulai dari masalah-masalah yang siswa temui dalam kehidupan sehari-hari. Model ini dapat membantu siswa mengkontruksi pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada dalam pengetahuan siswa tentang beragam keterampilan dan pengetahuan yang komplek kemudian membantuk jaring-jaring pengetahuan dan merestrukturisasi pemahaman siswa menjadi sebuah pemahaman utuh yang terbentuk dari berbagai pengetahuan siswa. Sejalan dengan pendapat berikut yang menyatakan bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan

suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah Ward dan Stepien (dalam Aribowo. 2002).

Dengan model problem based learning ini diharapkan membantu siswa untuk menggali kebermaknaan setiap permasalahan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari dan siswa dibantu menjadikan pengetahuan mereka sendiri tentang berbagai konsep dan pengetahuan yang sudah ada dalam diri mereka untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka temui tadi melalui kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan lebih banyak kepada siswa untuk menemukan langsung jawaban permasalahan melalui kerja kelompok dengan teman-teman sejawatnya.

(14)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan masalah masalah sebagai berikut:

1. Adanya pembelajaran matematika yang tidak merangsang tumbuhnya kemampuan dasar matematika siswa sekolah dasar.

2. Kurangnya kemampuan koneksi matematis siswa sekolah dasar sehingga kurang merasakan kebermaknaan pembelajaran matemtika.

3. Peserta didik umumnya kurang aktif saat mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di dalam kelas.

4. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran matematika.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran langsung?

2. Bagaimana kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBL berbantuan TIK?

3. Apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBL berbantuan TIK lebih baik daripada siswa yang memperoleh

pembelajaran langsung?

4. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran langsung?

5. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBL berbantuan TIK?

(15)

Dadan hermawan, 2016

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

2. Untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBL berbantuan TIK.

3. Untuk mengetahui apakah kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBL berbantuan TIK lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung?

4. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran langsung?

5. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBL berbantuan TIK?

6. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran PBL berbantuan TIK lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi siswa, meningkatkan Kemampuan koneksi matematis, baik dalam proses

pembelajaran secara individu atau kelompok.

2. Bagi Guru, Model Pembelajaran problem based learning berbantuan TIK dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan Kemampuan koneksi matematis siswa sekolah dasar secara optimal.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan ide baru untuk penelitian lanjut, sehingga hasil-hasil penelitian semakin berkembang dan dapat menjawab tantangan peningkatan proses pembelajaran di masa yang akan datang.

(16)

1. Bab I Pendahuluan yang membahas tentang Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Dan Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Dan

Struktur Organisasi Tesis.

2. Bab II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis yang membahas

tentang kajian pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis.

3. Bab III Metode Penelitian yang membahas tentang Lokasi Penelitian,

Pendekatan Dan Metode, Desain Penelitian, Populasi Dan Sampel, Instrument

Penelitian Dan Pengumpulan Data, Tekhnik Pengolahan Dan Analisis Data.

4. Bab IV Temuan Penelitian Dan Pembahasan yang membahas tentang Temuan

Penelitian Dan Pembahasan Hasil Penelitian.

5. Bab V Simpulan Dan Rekomendasi yang membahas tentang Kesimpulan dan

(17)

Dadan hermawan, 2016

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MED IA TEKNOLOGI INFORMASI D AN KOMUNIKASI TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen yang akan mencoba membandingkan kemampuan koneksi matematis siswa dengan dan atau tanpa menggunakan metode pembalajaran Problem Base Learning berbantu Media TIK. Dalam penelitian ini subjek yang akan diteliti merupakan siswa-siswa yang sudah terdaftar dalam kelasnya masing-masing, dan siswanya tidak lagi mungkin diacak. Seperti pendapat E.T. Ruseffendi (2005) bahwa "pada quasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan subjek apa adanya.”

Penelitian ini merupakan eksperimen semu terdiri dari dua kelompok penelitian yang merupakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. dalam penelitian ini kelas pertama menggunakan strategi problem based learning dan kelas kedua menggunakan pembelajaran direct learning (pembelajaran langsung)

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Control Group Pretes-Posttes Design” desainnya dapat digambarkan sebagai berikut;

O1 X O2 O3 O4

(Sugiono, 2013)

Keterangan : O1 = Pretes kelas eksperimen O2 = Posttes kelas eksperimen

O3 = Pretes kelas kontrol

O4 = Posttes kelas kontrol

X = Tindakan

(18)

Pada desain ini kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan tindakan dengan pembelajaran problem based learning berbantu Media TIK dan kelompok kontrol dengan pembelajaran direct teaching, tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada kelompok kontrol. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang akan berusaha menemukan pengaruh variabel yang satu terhadap variabel yang lainnya secara ilmiah. penelitian kuantitatif yang akan menganalisi kemudian mengolah data sehingga pada akhirnya mendapatkan kesimpulan dari hasil pengolahan data tersebut hingga mampu menjawab pertanyaan penelitian.

B. Partisipan

Penelitian ini melibatkan satu orang partisipan yaitu guru kelas V di salahsatu SD Negeri di kecamatan subang. Alasan pemilihan guru kelas V tersebut adalah karena guru tersebut dianggap mengetahui kondisi peserta didik dan menguasai dengan baik konten materi yang harus disampaikan sesuai dengan Standar Kompetensi Kelulusan (SKL) yang harus dicapai selain kompetensi khusus yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu kemampuan koneksi matematis siswa.

C. Populasi dan Sample Penelitian

(19)

Dadan hermawan, 2016

Dilihat dari kegiatan pengembangan diri para gurunya sering mengikuti kegiatan diklat dan perlombaan baik tingkat kabupaten maupun tingkat propinsi.

D. Instrumen

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk instrumen tes yang terdiri dari seperangkat soal test yang digunakan untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Bentuk instrumen dalam penelitian ini berupa pretes dan posttes. Tes kemampuan koneksi matematis diberikan kepada siswa setelah instrumennya diuji cobakan baik melalui analisis validitas item soal maupun uji reliabilitas. Uji coba dilakukan pada siswa yang telah memperoleh materi berkenaan dengan penelitian ini. Uji coba ini bertujuan untuk mengetahui instrumen yang baik, yaitu validitas item soal maupun uji reliabilitasnya sebelum instrument tes digunakan di lapangan pada saat penelitian dilaksanakan.

Kemampuan koneksi matematis siswa di ukur menggunakan tes yang berbentuk uraian, alat ukur tes ini dibuat berdasarkan pada indikator-indikator kemampuan koneksi matematis. Alat tes dibuat dengan merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar kurikulum 2006 pelajaran matematika kelas V Sekolah Dasar. Berikut rubrik penilaian untuk soal tes kemampuan koneksi matematis:

Tabel 3.1

Rubrik penskoran kemampuan koneksi matematis

Skor Interpretasi Keterangan

4 Jawaban

lengkap

Jawaban siswa jelas, sistematis, tepat pada sasaran, sesuai dengan kunci jawaban. Maksudnya ketika menjawab soal siswa menjawabnya dengan jelas, siswa juga tahu langkah-langkah dalam pengerjaan soal, dalam pengerjaan soal siswa juga tahu kemana

(20)

tahu kemana arah dari jawaban soal tersebut tetapi sistematis, namun tidak digunakannya lebih lanjut, artinya ketika menjawab soal sebagian jawaban siswa benar namun pada jawaban lanjutannya tidak sesuai dan hasilnya tidak sesuai dengan kunci jawaban yang telah dibuat.

1 Hanya sekedar menjawab

Jawaban siswa tidak jelas, tidak sistematis, tidak tepat sasaran dan juga tidak sesuai dengan kunci jawaban yang telah dibuat

0 Tidak

menjawab

Siswa mengosongkan jawabannya, artinya siswa tidak menjawab soal sama sekali.

Dalam penelitian ini data memiliki kedudukan paling vital sehingga kualitas data menjadi perhatian yang serius, untuk mendapatkan data yang baik membutuhkan instrumen yang baik pula, dan instrumen yang baik setidaknya memenuhi dua syarat yaitu memiliki validitas dan reliabilitas. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat validitas butir soal, sementara reliabilitas dilakuakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas butir soal.

Data hasil validitas akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik. Hasil dari perhitungan statistik ini akan dikonvirmasikan kepada dosen pembimbing penelitian untuk divalidasi, Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel maka dilakukan uji coba terhadap siswa yang lebih tinggi darinya.

a. Validitas

Instumen yang akan di gunakan dalam penelitian ini akan di lihat tingkat validitanya dengan dikonsultasikan kepada para ahli apakah butir-butir instrumen tersebut telah mewakili apa yang akan diukur, para ahli dalam hal ini adalah dosen pembimbing dan non pembimbing pada pendidikan matematika UPI Bandung.

(21)

Dadan hermawan, 2016

korelasi Product Moment tersebut adalah sebagai berikut (Arikunto, 2006, hal. 170). menurut Suherman dan Sukjaya (1990, hlm. 147), sebagai berikut:

Tabel 3.2

Setelah dilakukan penghitungan validitas data, diperoleh lah data koefisien korelasi (r hitung) dari tiap butir soal yang hasilnya dapat kita lihat pada table 3.3 di

bawah ini.

Tabel 3.3

Rekapitulasi perbandingan r hitung dan r table hasil hitung data instrument

No Soal Koefisien Korelasi

(22)

1 0,604

Setelah dilaksanakan perhitungan data uji instrumen maka diperoleh hasil perbandingan penghitungan r table pada N=30 senilai 0,361 dan r hasil hitung pada

Reliabilitas/keajegan suatu hasil tes adalah apabila tes yang sama diberikan kepada kelompok siswa yang berbeda, atau sebaliknya akan memberikan hasil yang sama. Artinya, jika suatu instrumen itu reliabel maka walau diujikan beberapa kali kepada subjek yang berbeda hasil datanya akan tetap sama. Untuk memperoleh reliabilitas soal prestasi belajar digunakan rumus Alpha Cronbach yaitu (Arikunto, 2006: 178-196):

r11 =

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen yang dicari k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

(23)

Dadan hermawan, 2016

bandingkan dengan patokan nilai reliabilitas yang telah di tentukan. Adapun kriteria koefisien korelasi menurut Guildford (dalam Suherman dan Sukjaya, 1990, hlm. 160) dapat dilihat pada Tabel 3.3 sebagai berikut;

Tabel 3.4

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Nilai r11 Kriteria

r11 ≤ 0,20 Sangat Rendah

0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah

0,40 < r11 ≤ 0,60 Sedang 0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi

0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat Tinggi

Dari hasil penghitungan reliabilitas butir soal, nila r yang diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan rumus Alpha Crombach didapatkan nilai reliabilitas sebesar 0,63, karena r hit > r table maka instrument tes kemampuan koneksi

matematis reliabel. Jika ditinjau pada pengkategorian, instrument tes ini reliabel pada kategori tinggi yakni pada rentang 0,600 – 0,799.

c. Daya Pembeda

Daya pembeda soal menurut Suherman (2003, hlm. 159) yaitu kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang pandai (menguasai materi) dengan peserta didik yang kurang pandai (kurang/tidak menguasai materi). Indeks daya pembeda biasanya dinyatakan dengan proporsi. Semakin tinggi proporsi itu semakin baik pula soal tersebut membedakan peserta yang pandai dengan peserta yang kurang pandai. Menurut Suherman (2003) daya pembeda sebuah butir soal dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:

DP = � − �

��

Keterangan:

DP : Daya pembeda

�� : Jumlah jawaban benar kelompok atas

�� : Jumlah jawaban benar kelompok bawah

(24)

Sedangkan untuk menentukan kriteria daya pembeda tiap butir soal digunakan kriteria menurut Suherman dan Sukjaya (1990, hlm. 202) sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 <DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 <DP ≤ 0,40 Cukup Baik

0,40 <DP ≤ 0,70 Baik

0,70 <DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Setelah dilakukan penghitungan daya pembeda butir soal, dapat kita lihat hasil penghitungan selengkapnya pada lampiran dan pada table 3.6 disajikan perolehan daya pembeda tiap butir soal;

Tabel 3.6 Kriteria Daya Pembeda

No. Soal Daya Pembeda Interpretasi

1. 0,28 Cukup

2. 0,29 Cukup

3. 0,25 Cukup

4. 0,31 Cukup

5. 0,23 Cukup

6. 0,31 Cukup

Berdasarkan tabel 3.3 diatas kita mendapatkan nilai daya pembeda dari rentang terkecil 0,23 sampai yang terbesat 0,31, setiap butir soal berada pada kriteris cukup. Dari hasil data tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa setiap butir soal cukup dapat digunakan untuk membedakan kemampuan siswa antara siswa sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.

d. Indeks Kesukaran

(25)

Dadan hermawan, 2016

IK =

� + �

�� + ��

IK : Indek Kesukaran

�� : Jumlah jawaban benar kelompok atas

�� : Jumlah jawaban benar kelompok bawah

�� : Jumlah siswa kelompok atas

�� : Jumlah siswa kelompok atas

Kriteria kesukaran yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada klasisfikasi indek kesukaran yang dikemukakan oleh Suherman (2003) berikut ini:

Tabel 3.7 Kriteria Indeks Kesukaran

Tingkat Kesukaran Kriteria 0,00 <TK ≤ 0,30 Sukar 0,30 <TK ≤ 0,70 Sedang 0,70 <TK ≤ 1,00 Mudah

Setelah melakukan perhitungan Indeks kesukaran yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, dibantu dengan menggunakan anates Ver 4.0.5 diperoleh data yang disajikan pada tabel 3.8 di bawah ini;

Tabel 3.8

Daftar Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Tiap butir soal

No. Soal Indeks Kesukaran Interpretasi

1. 0,64 Sedang

2. 0,68 Sedang

3. 0,55 Sedang

4. 0,66 Sedang

5. 0,55 Sedang

6. 0,69 Sedang

(26)

Dadan hermawan, 2016

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN

e. Rekap Data Hasil Analisi Instrumen

Berdasarkan hasil analisis validitas instrumen, analisi reliabilitas instrumen, analisi daya pembeda dan indeks kesukaran instrument yang telah dilakukan, maka didapatkan data yang merepresentasikan semua hasil pengolahan data uji instrumen seperti yang terlihat pada table 3.9 berikut :

Tabel 3.9

Rekapitulasi Hasil Uji Coba Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis

No Soa

l

Validitas Daya Pembeda Indeks kesukaran Reliabilitas rxy interpretasi DP Interpretasi IK instrumen tes yang berbentuk soal tes kemampuan koneksi matematis dapat dipergunakan sebagai soal tes pada penelitian pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning berbantu TIK terhadap kemampuan

koneksi matematis siswa sekolah dasar.

E. Prosedur Penelitian.

Prosedur penelitian yang akan dilaksanakan dapat kita lihat langkah-langkahnya pada gambar 3.3 berikut;

(27)

Dadan hermawan, 2016

Gambar 3. 2. Alur Kerja Penelitian

Prosedur penelitian memiliki tiga tahapan kegiatan penelitian, tahapan persiapan, tahapan pelaksanaan dan tahapan pengolahan data.

1. Tahapan Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan-kegiatan berikut: a. Membuat rumusan masalah

b. Mencari dan mengumpulkan sumber untuk studi kepustakaan c. Membuat dan mendesain pengembangan bahan ajar

d. Menyusun instrument penelitian serta memvaliditasnya e. Merevisi instrument

f. Menguji cobakan instrument g. Menyiapkan perizinan

(28)

a. Memberikan uji pretes pada kedua kelas yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol, pretes dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal koneksi matematis siswa pada kedua kelas.

b. Kegiatan pemberian tindakan disesuaikan dengan jadwal yang telah disepakati dengan pihak sekolah dan guru model, pembelajaran dilakukan selama 6 kali dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning pada kelas eksperimen dan model pembelajaran direct teaching pada

kelas kontrol

c. Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung kegiatan guru dan siswa diobservasi untuk melihat keterlaksanaan pembelajaran yang digunakan d. Setelah seluruh rangkaian pembelajaran dilaksanakan diberikanlah uji posttes

untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa

3. Tahapan Pengolahan Data dan Menyimpulkan

a. Setelah terkumpul data dari hasil kegiatan uji pretes dan uji posttes kegiatan selanjutnya adalah pengolahan dan analisi data sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. Data dianalisis validitasnya, reliabilitasnya, kemudian uji parametrik maupun non parametrik jika terjadi. pengumpulan data dan pengolahan data penelitian menggunakan bantuan softwere SPSS for windows versi 20

b. Dari hasil pengolahan data tersebut maka akhirnya akan di dapatkan sebuah kesimpulan dari hasil kegiatan penelitian.

F. Pengumpulan Data

(29)

Dadan hermawan, 2016

pengaruh terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa setelah penggunaan model pembelajaran problem based learning dan direct teaching selama pembelajaran dilaksanakan.

G. Teknik Analisis Data.

Teknik pengumpulan datanya adalah dengan memberikan tes kepada siswa. Tes diberikan untuk mengukur pengaruh model pembelajaran problem based learning berbantuan media TIK terhadap kemampuan koneksi matematis. Alat tes

di berikan kepada siswa setelah melalui uji validitas dan reliabilitas. Tes ini diberikan sebelum pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan media TIK dan pengajaran dengan model direct teaching

dilakasanakan dan postes diberikan sesudah pelaksanaan pembelaran dilaksanakan. Adapun pengumpulan data melalui pretes bertujuan untuk melihat kemampuan awal yang dimiliki siswa mengenai konsep materi yang akan diajarkan. Sedangkan posttes untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.

Langkah-langkah yang diperlukan untuk analisis data penelitian khususnya berkaitan dengan hipotesis penelitian dapat dilihat pada gambar berikut;

Data Data Sampel 1 Sampel II

Tidak Apakah Data Apakah Data Tidak

Berdistribusi Berdistribusi Normal? Normal?

(30)

Apakah variansinya Tidak Homogen?

Uji t’ Uji t

Statistik non-parametrik Mann-Whitney Keterangan

Gambar 3.2

Alur Analisis Data (diadopsi dari Prabawanto (2013,hal.99))

Pada penelitian ini data yang diolah adalah data kuantitatif. Data kuantitatif ini didapatkan dari hasil uji instrument tes yang berupa data hasil pretes serta posttes dan N-Gain.

1. Teknik Analisi Data tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Model Direct Teaching

Analisi data tentang kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran direct teaching dilakukan untuk mengetahui berapa besar kemampauan koneksi matematis siswa kelas kontrol ketika sebelum mendapatkan pembelajaran direct teaching atau kemudian kita kenal dengan hasil data pretes. Data pretest ini akan di konversi menjadi nilai yang setara dengan rentang nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika skor pretes berbentuk puluhan kemudian KKM di sekolah itu pada pelajaran matematika berbentuk satuan atau puluhan maka nilai skor pretes dikonversi mengguanakan rumus;

(31)

Dadan hermawan, 2016

NP = x ko

�� ��� x 10 / 100

Keterangan:

NP : Nilai Pretest

�̅ skor : Skor rata-rata pretes

Skor maks : Skor maksimal yang ditentukan

10/100 : Angka Pengali yang disesuaikan dengan rentang nilai KKM

Dari hasil pengolahan data pretes akan didapatkan kesimpulan apakah kemampuan koneksi matematis dikelas kontrol berada di atas nilai KKM atau di bawah nilai KKM matematika di kelas tersebut.

2. Teknik Analisi Data tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Model Problem based learning berbantuan TIK

Analisi data tentang kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran problem based learning berbantuan TIK dilakukan untuk mengetahui berapa besar kemampauan koneksi matematis siswa kelas eksperimen ketika sebelum mendapatkan pembelajaran problem based learning berbantuan TIK atau kemudian kita kenal dengan hasil data pretes. Data pretest ini akan di konversi menjadi nilai yang setara dengan rentang nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika skor pretes berbentuk puluhan kemudian KKM di sekolah itu pada pelajaran matematika berbentuk satuan atau puluhan maka nilai skor pretes dikonversi mengguanakan rumus;

NP = x ko

�� ��� x 10 / 100

Keterangan:

(32)

�̅ skor : Skor rata-rata pretes

Skor maks : Skor maksimal yang ditentukan

10/100 : Angka Pengali yang disesuaikan dengan rentang nilai KKM

Dari hasil pengolahan data pretes akan didapatkan kesimpulan apakah kemampuan koneksi matematis dikelas eksperimen berada di atas nilai KKM atau di bawah nilai KKM matematika pada kelas tersebut.

3. Teknik Analisi Data tentang Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Model Problem based learning berbantuan TIKdan Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Model

Direct teaching

Setelah uji pretes dilaksanakan pada kedua kelas baik kelas yang akan mendapatkan pembelajaran direct teaching maupun kelas yang akan mendapatkan pembelajaran problem based learning berbantuan TIK maka didapatkan data pretes kedua kelas tersebut. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan hasil data pretes kedua kelas diperlukan adanya uji normalitas dan homogenitas serta perbedaan dua rata-rata.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data skor pretes dari kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan SPSS 20.0 for window dengan menggunakan uji statistik Shaphiro-Wilk pada taraf signifikansi 0,05, dengan rumusan hipotesis uji normalitas :

H0 : Data sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data sample berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria normalitas data sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima

(33)

Dadan hermawan, 2016

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi sample-samplenya homogen atau tidak homogen antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji homogenitas ini menggunakan uji Levene’s test dengan taraf signifikansi 0,05, dengan rumusan hipotesis pengujiannya adalah :

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians data antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran direct teaching.

H1 : Terdapat perbedaan varians data antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran direct teaching.

kriteria pengujian sebagai berikut :

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak.

c) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

(34)

1

Kriteria keputusannya adalah H0 ditolak jika:

2 berdistribusi normal dan tidak homogen maka, pengujian hipotesis dilakukan uji t’ sample independen menggunakan SPSS 20.0 for windows. Jika data yang

diperoleh tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas namun langsung ke uji uji perbedaan dua rata-rata non parametrik Mann-whitney menggunakan SPSS 20.0 for windows. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak.

4. Teknik Analisi Data tentang Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Model Direct

Teaching

Setelah siswa di kelas kontrol mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran direct teaching dengan materi pecahan, kemudian siswa pada kelas tersebut diuji kembali kemampuan koneksi matematisnya dengan uji posttes menggunakan instrument soal yang sama dengan saat siswa di kelas tersebut diberi uji pretes. Dari hasil uji posttes akan didapatkan rata-rata skor kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas kontrol setelah mereka mendapatkan pembelajaran dengan model direct teaching.

(35)

rata-Dadan hermawan, 2016

rata skor uji koneksi matematis siswa dari sebelum mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran direct teaching dengan setelah mendapatkan pembelajaran dengan model direct teaching.

5. Teknik Analisi Data tentang Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Model Problem based

learning berbantuan TIK

Setelah siswa di kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK dengan materi pecahan, kemudian siswa pada kelas tersebut diuji kembali kemampuan koneksi matematisnya dengan uji posttes menggunakan instrument soal yang sama dengan saat siswa di kelas tersebut diberi uji pretes. Dari hasil uji posttes akan didapatkan rata-rata skor kemampuan koneksi matematis siswa pada kelas eksperimen setelah mereka mendapatkan pembelajaran dengan model problem based learning berbantuan TIK.

Rata-rata skor kemampuan koneksi matematis pada uji posttes akan dibandingkan dengan rata-rata skor pada hasil uji pretesnya, dari hasil pembandingan ini akan didapatkan kesimpulan apakah terdapat peningkatan rata-rata skor uji koneksi matematis siswa dari sebelum mendapatkan pembelajaran dengan model problem based learning berbantuan TIK dengan setelah mendapatkan pembelajaran dengan problem based learning berbantuan TIK.

6. Teknik Analisi Data tentang Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa yang Memperoleh Pembelajaran Model Problem based

learning berbantuan TIKdan Siswa yang Memperoleh Pembelajaran

Model Direct teaching

(36)

dua rata-rata, dan indeks gainnya untuk menentukan seberapa besar peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada kedua kelas tersebut.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data skor posttes dari kedua kelompok berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan SPSS 20.0 for window dengan menggunakan uji statistik Shaphiro-Wilk pada taraf signifikansi 0,05, dengan rumusan hipotesis uji normalitas :

H0 : Data sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data sample berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Kriteria normalitas data sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima

 Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 maka H0 ditolak

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah variansi sample-samplenya homogen atau tidak homogen antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Uji homogenitas ini menggunakan uji Levene’s test dengan taraf signifikansi 0,05, dengan rumusan hipotesis pengujiannya adalah :

H0 : Tidak terdapat perbedaan varians data antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran direct teaching.

H1 : Terdapat perbedaan varians data antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning dengan siswa yang memperoleh pembelajaran direct teaching.

kriteria pengujian sebagai berikut :

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima

(37)

Dadan hermawan, 2016

Uji Perbedaan dua rata-rata dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata data posttes secara signifikan antara kedua kelas penelitian. Untuk mengetahui perbedaan dua rata-rata dibuktikan dengan menggunakan rumus uji t sebagai berikut (Walpole, 1995: 305) :

Kriteria keputusannya adalah H0 ditolak jika:

2 berdistribusi normal dan tidak homogen maka, pengujian hipotesis dilakukan uji t’ sample independen menggunakan SPSS 20.0 for windows. Jika data yang

diperoleh tidak normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas namun langsung ke uji uji perbedaan dua rata-rata non parametrik Mann-whitney menggunakan SPSS 20.0 for windows. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria

pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

 Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05 maka H0 diterima

(38)

d. Data N-Gain

Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang terjadi sebelum dan sesudah pemberian pembelajaran dengan model pembelajaran direct teaching maupun dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK dihitung dengan rumus g-factor (N-Gains) dengan rumus;

<ɡ> = � − � �

���� − � � (Hake dalam Meltzer, 2002)

Keterangan:

� = skor postes

= skor pretes

���� = skor maksimum

Setelah data N-Gain didapatkan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol maka dilakukan proses pengujian normalitas dan homogenitas. Jika kedua data normal dan homogen dilanjutkan dengan uji t namun jika data yang diperoleh

normal namun tidak homogen dilanjutkan dengan uji t’ dan jika data yang

diperoleh tidak normal maka langsung dilakukan uji non parametrik Mann Whitney menggunakan SPSS 20.0 for windows. Hasil perhitungan gain kemudian

diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake dalam Meltzer (1999) yaitu:

Tabel 3.10. klasifikasi skor gain

Besar g Interpretasi

< ɡ > 0,70 Tinggi 0,30 < < ɡ > ≤ 0,70 Sedang

(39)

Dadan hermawan, 2016

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada hasil analisis data pretest dan posttes, diketahui bahwa data pretes tidak terdapat perbedaan kemampuan koneksi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK dan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model direct teaching. Diketahui pula bahwa pada hasil analissi data posttest, kemampuan

koneksi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran dengan model direct teaching. Dengan demikian disimpulkan bahwa model pembelajaran problem based learning berbantuan TIK memberikan pengaruh yang positif terhadap kemampuan koneksi matematis siswa.

B. Saran

Setelah pelaksanaan penelitian dan berdasarkan pada temuan dan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut;

1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) sebagai salah satu model pembelajaran berbasis masalah dapat dijadikan alternatif model pembelajaran di Sekolah Dasar untuk meningkatkan kemampuan matematis siswa pada beberapa pelajaran yang dipandang cocok dengan karakteristik dan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning.

(40)
(41)

Dadan hermawan, 2016

PENGARUH PENERAPAN MOD EL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MED IA TEKNOLOGI INFORMASI D AN KOMUNIKASI TERHAD AP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS BELAJAR SISWA

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I.(1997). Clasroom Instruction and Management. Mc. Graw-Hill.

________.( 2007). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

________ (2008). Learning to Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Edisi Ketujuh.

________. (2001). Learning to Teach. Penerjemah: Helly Prajitno & Sri Mulyani. New York: McGraw Hill Company.

Arikunto, S (2006). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Aribowo. (-). Probelem based Learning. [online]. Tersedia: http://titis-aribowo.blogspot.com /2011/06/problem-based-lerning.html (05-07-2015)

Asrori,M. (2009). Psikologi pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima Press.

BSNP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdikbud.

Coxford, A.F. (1995). “The Case for Connections”, dalam Connecting Mathematics across the Curriculum. Editor: House, P.A. dan Coxford, A.F. Reston, Virginia: NCTM.

Dahar, Ratna Wilis. (2006). Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga.

Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta:Depdikbud

Eggen P.,Kauchak D. (2012). Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir Edisi Keenam, Jakarta: Indeks.

Fitri, AF. (2000) Problem Based Learning [Online] diakses dari : http://id.scribd.com/doc/87289005/KSHP

Forgatry, R. (1997) Problem based learning and other curriculum models for the multiple intellegences classroom, Melbourne: Hawker Brownlow Education.

Hake, R,R. (1999). Analizing change/gain scores. [Online], tersedia; http://www.physic.indiana.edu/-sdi/Analyzingchange-Gain.pdf.

(42)

And Spatial Visualization. [Online] tersedia: http://www.physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-hake.pdf (21 Mei 2012)

Herdian. (2009). Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together). [Online]. Diakses dari: http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran- nht-numbered-head-together

Herman, T. (2001). Matematika dan Pembelajaran Matematika di SD dan SLTP: Suatu Refleksi Menyeluruh. Dalam Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA, 21 Agustus. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Hudoyo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta; Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Panduan Teknis Pembelajaran Tematik Terpadu dan Pendekatan Saintific di Sekolah Dasar. Jakarta : kemdikbud

Lambertus. (2010). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SD melalui pendekatan Matematika Realistik , Disertasi Doktor pada Jurusan Pendidikan matematika UPI: tidak diterbitkan.

Miao, Yongwu et.al. (-).PBL-protocols: Guiding and Controlling Problem Based Learning Processes in Virtual Learning Environment. GMD : Darmstad. [online]. Tersedia : http:// [05-07-2015]

Munir. (2010). Kurikulum Berbasis Tekologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta.

Mustika, E. (2012). Pembelajarna Sains Berbasis ICT untuk Meningkatkan Science dan ICT Literacy Siswa Sekolah Dasar, (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

NCTM [National Council of Teachers of Mathematics]. (2000).Curriculum and Evaluation Standards for SchoolMathematics. Reston, Va.: NCTM

National Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and evaluation standards for school mathematics. Reston, VA : Author

Noergayya, Just Wear. (2012). Teori Belajar John Dewey. Tersedia di laman http://justwearenoegayya.blogspot.com/2012/05/teori-pembelajaran-john-dewey.html. Di akses pada tanggal 4 Juli 2015.

(43)

Dadan hermawan, 2016

Puspitasari N. (2011). Pembelajaran berbasis masalah dengan strategi kooperatif jigsaw untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dan koneksi matematis siswa sekolah menengaah pertama. [offline]. Tersedia : http://respository.upi.edu/ tesisview.php?no_tesis=342. [20 Juni 2014)

Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan & Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito

______________(2006).Pengantar Kepada Membantu guru mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA. Bandung : Tarsito

Rusman (2010). Model-model pembelajaran. Bandung. Mulya Mandiri Pers.

_______ (2012). Model-Model Pembelajaran Edisi Ke Dua. Jakarta : PT Raja grafindo Persada.

_______ (2013). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiono. (2012). Metode Penelitian Pandidikan: Pendekatan Komunikatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta

Suherman,E, dkk (2003). Evaluasi Pembelajaran matematika. Bandung. FPMIPA UPI.

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk praktis untuk melaksanakan evaluasi pendididikan matematika. Bandung: Wijaya Kusuma

Suherman, E. (2007) Model-model Pembelajaran Matematika. Bandung: LPMP Jawa Barat

Sumarmo, U. (2013). Kumpulan Makalah Berpikir dan Disposisi matematika Serta Pembelajarannya. Bandung : UPI Bandung

_______ (2005). “Alternatif Pembelajaran matematika dalam Menerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Bandung : Upi Bandung.

________(1994). Suatu alternative Pengajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan masalah Pada Guru dan Siswa SMP. Laporan penelitian IKIP Bandung : Tidak dipublikasikan.

Sumiati. & Asra. (2009). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Supinah dan Susanti. (2010). Pembelajaran Berbasis Masalah Matematika di SD. Yogyakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kepandidikan (PPPPTK) Matematika.

(44)

Wahyudin. 2010. Materi Pelajaran Matematika Kelas Rendah. Bandung: Mandiri Bandung

________ 2008. Pembelajaran dan model-model pembelajaran : Pelengkap untuk meningkatkan pedagogis para guru dan calon guru professional. Diktat perkuliahan UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Walpole, R.E.(1995).Pengantar Statistika.Jakarta. Penerbit:Gramedia Pustaka Utama.

Gambar

Gambar 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.1 Rubrik penskoran kemampuan koneksi matematis
Tabel 3.2 Kriteria Koefisien Validitas
Tabel 3.4
+4

Referensi

Dokumen terkait

Membuat perangkat lunak yang mampu mengklasifikasikan citra biji-bijian ke dalam lima jenis yang berbeda menggunakan metode transformasi wavelet paket dengan metode

Sinusitis dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung. Tenggorok Kepala

PENINGKATAN ECOLITERACY PESERTA DIDIK DALAM MENGKONSUMSI MAKANAN ORGANIK DENGAN MEMANFAATKAN PANGAN LOKAL SEBAGAI MEDIA..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara status sosial ekonomi dengan minat membuka usaha busana pada mahasiswa

penelitian menunjukkan bahwa OHIS dengan kategori baik mempunyai rerata DMFT. 1,67 ± 1,40 sedangkan OHIS dengan kategori buruk mempunyai rerata

Hasil uji korelasi Pearson’s antara jumlah keempat insisivus rahang atas dengan nilai ukur interpremolar dan intermolar pada mahasiswa suku India Tamil Fakultas Kedokteran

Semakin jauh jaraknya peringkat sosial ( rank rating ) antara penutur dan mitra tutur, tuturan yang digunakan akan cenderung menjadi semakin santun.. Sebaliknya,

HUKUM ISLAM DAN PERUBAHAN SOSIAL: TELAAH FATWA MAJELIS TARJIH MUHAMMADIYAH..