• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kemudian akan dianalisis tentang Pengaruh Leverage, Free Cash Flow

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kemudian akan dianalisis tentang Pengaruh Leverage, Free Cash Flow"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

48 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

Pada bab ini akan dibahas tahap-tahap dan pengolahan data yang kemudian akan dianalisis tentang “Pengaruh Leverage, Free Cash Flow terhadap Manajemen Laba dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari BEI. Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam kurun waktu Tahun 2010-2014, sehingga sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penarikan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel tidak secara acak, tetapi dengan menggunakan pertimbangan dan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan peneliti yaitu perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI Tahun 2010-2014. Berikut ini kriteria pemilihan sampel penelitian:

(2)

Tabel 4.1

Prosedur Penarikan Sampel

No. Keterangan Jumlah

1

Perusahaan manufaktur yang telah terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) tahun 2010-2014. 146

2 Perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menerbikan laporan keuangan secara lengkap dan konsisten dari Tahun 2010-2014

146 3 Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki data kepemilikan

manajerial pada Tahun 2010-2014. (111)

4 Jumlah sampel 35

5 Jumlah observasi 35 x 5 175

Sumber : Data Diolah

Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, maka sebanyak 35 perusahaan akan dijadikan sebagai obyek penelitian untuk mengetahui pengaruh leverage dan free cash flow terhadap manajemen laba dengan corporate governance sebagai variable pemoderasi.

4.2Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Pengujian statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi dari variabel-variabel penelitian. Hasil analisis statistik deskriptif dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 4.2 di bawah ini :

(3)

Tabel 4.2

Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Variabel Minimum Maximum Mean SD

Manajemen Laba (DA) 5,303 18,253 13,45479 1,834179 Leverage (Lev) 0,00025 3,60407 0,5151495 0,43929175 Free Cash Flow(FCF) -93028552,070 8378927,153 -1382454,23774 7328208,228 118 Kepemilikan Manajerial (KM) 0,000004 180,3000 3,878133 23,8624562 Kepemilikan Instusional (KepsIns) 0,0000 693,7000 14,685274 91,8473769 Dewan Komisaris Independen (DKI) 0,200 0,750 0,36825 0,103367 Komite Audit (KA) 1 1 1,00 0,000

(Sumber: Hasil Olah Data Statistik Deskriptif)

Dari hasil analisis deskriptif pada tabel diatas, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Ratarata Manajemen Laba (DA) sebesar 13,45479, nilai minimum sebesar -5,303 dimiliki oleh Sat Nusapersada Tbk, nilai maksimum sebesar 18,253 dimiliki oleh Unitex Tbk, dan standar deviasi sebesar 1,834179 dengan jumlah observasi (n) sebesar 175. Nilai rata-rata Manajemen Laba (DA) cukup mendekati nilai standar deviasi sebesar 1,834179, dengan demikian penyimpangan data Manajemen Laba (DA) cukup rendah. Dari rata-rata

(4)

yang didapat Manajemen Laba (DA) memiliki nilai positif, hal ini berarti perusahaan sampel pada penelitian melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menaikan laba, baik dengan menaikan pendapatan atau mengurangi beban. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa dengan menaikan laba, manajer memiliki motivasi manajemen laba terkait bonus purposes atau pergantian CEO yang dikemukakan oleh Scott (2000:302).

2. Rata-rata Leverage (Lev) sebesar 0,5151495, nilai minimum sebesar 0,00025 dimiliki oleh Sat Nursapersada Tbk, nilai maksimum sebesar 3,60407 dimiliki oleh Saranasentral Bajatama Tbk, dan standar deviasi sebesar 0,43929175 dengan jumlah observasi (n) sebesar 175. Nilai rata-rata Leverage (Lev) mendekati nilai standar deviasi sebesar 0,43929175, dengan demikian penyimpangan data Leverage (Lev) rendah. Dari rata-rata yang didapat menunjukan bahwa rata-rata Leverage (Lev) kurang baik karena melebihi batas standar penggunaan Leverage sebesar (0,5).

3. Rata-rata Free Cash Flow (FCF) sebesar -1382454,23774, nilai minimum sebesar -93028552,070 dimiliki oleh PT Tifico Fiber Indonesia ditahun 2014, nilai maksimum sebesar 8378927,153 dimiliki perusahaan Pyridam Farma Tbk, dan standar deviasi sebesar 7328208,228118 dengan jumlah observasi (n) sebesar 175. Nilai rata-rata Free Cash Flow (FCF) cukup mendekati nilai standar deviasi sebesar 7328208,228118, dengan demikian penyimpangan data Free Cash Flow (FCF) cukup rendah.

(5)

4. Rata-rata Kepemilikan Manajerial (KM) sebesar 3,878133, nilai minimum sebesar 0,00004 dimiliki oleh Kalbe Farma Tbk, nilai maksimum sebesar 180,300 dimiliki oleh Unitex Tbk, dan standar deviasi sebesar 23,8624562 dengan jumlah observasi (n) sebesar 175. Nilai rata-rata Kepemilikan Manajerial (KM) cukup menjauhi nilai standar deviasi sebesar 23,8624562, dengan demikian penyimpangan data Kepemilikan Manajerial (KM) cukup tinggi. Menurut Agustia (2013) dari statistik deskriptif terlihat bahwa kepemilikan manajerial perusahaan di Indonesia sangat kecil dengan rata-rata di bawah 5%. Sehingga para manajer yang juga memiliki saham perusahaan tersebut cenderung mengambil kebijakan untuk mengelola laba dengan sudut pandang keinginan investor, misalnya dengan meningkatkan laba yang dilaporkan sehingga banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal dan bisa menaikkan harga saham perusahaan.

5. Rata-rata Kepemilikan Instusional (KepsIns) sebesar 14,685274, nilai minimum sebesar 0,000dimiliki oleh Tempo Scan Pasifik Tbk, Intanwijaya Internasional Tbk dan Saranacentral Bajatama Tbk, nilai maksimum sebesar 693,7000 dimiliki oleh Unitex Tbk, dan standar deviasi sebesar 91,8473769 dengan jumlah observasi (n) sebesar 175. Nilai rata-rata Kepemilikan Instusional (KepsIns) menjauhi nilai standar deviasi sebesar 91,8473769, dengan demikian penyimpangan data Kepemilikan Instusional (KepsIns) tinggi.

(6)

6. Rata-rata Dewan Komisaris Independen (DKI) sebesar 0,36825, nilai minimum sebesar 0,200 dimiliki oleh Sumalindo Lestari Jaya Tbk, nilai maksimum sebesar 0,750 dimiliki oleh Tempo Scan Pasifik Tbk, dan standar deviasi sebesar 0,103367 dengan jumlah observasi (n) sebesar 175. Nilai rata-rata Dewan Komisaris Independen (DKI) mendekati nilai standar deviasi sebesar 0,103367, dengan demikian penyimpangan data Komposisi Dewan Komisaris Independen (DKI) rendah.

7. Rata-rata Komite Audit (KA) sebesar 1,00, nilai minimum sebesar 1, nilai maksimum sebesar 1, dan standar deviasi sebesar 0,000 dengan jumlah observasi (n) sebesar 175. Nilai Rata-rata Komite Audit (KA) mendekati nilai standar deviasi sebesar 0,000, dengan demikian penyimpangan data Komite Audit (KA) rendah. Hal ini juga menunjukkan bahwa data pada variabel komite audit memiliki sebaran yang sama dengan nilai rata-rata dari komite audit. Dimana perusahaan perusahaan masing-masing memiliki 1 komite audit.

4.3Pengujian Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal ataukah tidak (Ghozali, 2011). Jika tidak berdistribusi normal, maka data tersebut

(7)

harus dibuang agar tidak menimbulkan bias dalam interpretasi dan tidak mempengaruhi data lainnya.

Hasil uji normalitas dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3

Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov Test Variabel Sig. Nilai Kritis Keterangan Residual 0,410 0,05 Normalitas Sumber: Lampiran Hasil Uji Normalitas, 2016

Berdasarkan hasil uji normalitas dengan kolmogorov smirnov test di atas terlihat bahwa nilai probabilitas = 0,410 > 0,05, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

4.3.2Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk membantu perhitungan digunakan penilaian tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Nilai tolerance berbanding terbalik terhadap VIF. Bila nilai tolerance kurang dari 0,10 atau VIF lebih dari 10, maka ada indikasi terjadi gejala multikoliniearitas. Bila nilai tolerance lebih dari 0,10 atau VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi gejala multikolinieritas. Kriteria pengujian :

(8)

- Jika VIF < 10, maka Ho diterima

Hasil uji multikoliniearitas dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini :

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinearitas dengan Metode VIF

Variabel VIF Tolerance Keterangan

Lev 1,323 0,653 Tidak terkena multikolinearitas FCF 3,523 0,290 Tidak terkena multikolinearitas KM 2,459 0,407 Tidak terkena multikolinearitas KepIns 4,498 0,119 Tidak terkena multikolinearitas DKI 4,538 0,117 Tidak terkena multikolinearitas KA 2,517 0,465 Tidak terkena multikolinearitas Lev*KM 2,362 0,423 Tidak terkena multikolinearitas FCF*KM 3,532 0,281 Tidak terkena multikolinearitas Lev*KepIns 4,466 0,121 Tidak terkena multikolinearitas FCF*KepIns 5,000 0,100 Tidak terkena multikolinearitas Lev*DKI 1,433 0,574 Tidak terkena multikolinearitas FCF*DKI 1,526 0,593 Tidak terkena multikolinearitas Lev*KA 1,532 0,540 Tidak terkena multikolinearitas FCF*KA 1,270 0,601 Tidak terkena multikolinearitas (Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Uji VIF)

Dari hasil analisis uji multikoliniearitas di atas, dihasilkan nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas pada variabel independen dalam model regresi ini dan dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.

(9)

4.3.3 Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah suatu keadaan dimana faktor pengganggu (error term) pada periode tertentu berkorelasi dengan faktor pengganggu pada periode lain. Faktor pengganggu tidak random (unrandom). Autokorelasi disebabkan oleh faktor-faktor kelembaman (inersial), manipulasi data, kesalahan dalam menentukan model (bias spesification), adanya fenomena sarang laba-laba, dan penggunaan lag dalam model. Pendeteksian asumsi autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Durbin-Watson. Kriteria pegujian :

- Jika d-hitung < dL atau d-hitung > (4-dL), Ho ditolak, berarti ada autokorelasi

- Jika dU < d-hitung < (4 – dU), Ho diterima, berarti tidak terjadi autokorelasi

- Jika dL < d-hitung < dU atau (4-dU) < d-hitung < (4-dL), maka tidak dapat disimpulkan ada tidaknya autokorelasi.

Dari hasil regresi diperoleh nilai D-Wstatistik sebesar 1,920. Dengan n =

175, k = 14, dan taraf nyata (α) 5 %, maka nilai dL = 1,621, dU = 1,919, sehingga :

(4-dU) = 4-1,919 = 2,081 (4-dL) = 4-1,621 = 2,390.

(10)

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi

Tingkat Autokorelasi (DW) Jenis Autokorelasi 1,919 < 1,920 < (2,081) Tidak Ada Autokorelasi ( Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Durbin Watson)

Maka dapat disimpulkan nilai D-Wstatistik sebesar 1,920 berada di daerah

penerimaan Ho. Hal ini berarti model yang diestimasi tidak terjadi autokorelasi.

4.3.4Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Yuliana Sosiawan, 2012). Jika residualnya mempunyai varians yang sama maka disebut telah terjadi homoskedastisitas, dan jika variansnya tidak sama / berbeda, maka disebut terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dengan Glejser sebagai berikut :

(11)

Tabel 4.6

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Glejser Variabel Sig. Nilai Kritis Keterangan

Lev 0,163 0,05 Homoskedastisitas FCF 0,793 0,05 Homoskedastisitas KM 0,144 0,05 Homoskedastisitas KepIns 0,996 0,05 Homoskedastisitas DKI 0,306 0,05 Homoskedastisitas KA 0,796 0,05 Homoskedastisitas Lev*KM 0,465 0,05 Homoskedastisitas FCF*KM 0,679 0,05 Homoskedastisitas Lev*KepIns 0,999 0,05 Homoskedastisitas FCF*KepIns 0,852 0,05 Homoskedastisitas Lev*DKI 0,900 0,05 Homoskedastisitas FCF*DKI 0,777 0,05 Homoskedastisitas Lev*KA 0,751 0,05 Homoskedastisitas FCF*KA 0,833 0,05 Homoskedastisitas (Sumber: Lampiran Hasil Olah Data Uji heteroskedastisitas)

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan menggunakan Glejser terlihat bahwa nilai probabilitas > 0,05. Hal ini berarti model yang diestimasi bebas dari heteroskedastisitas.

4.4Analisis Regresi

4.4.1 Uji Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variable leverage, free cash flow, kepemilikan manajerial, kepemilikan instusional, dewan komisaris independen,

(12)

komite audit, moderasi leverage*kepemilikan manajerial, moderasi free cash flow*kepemilikan manajerial, moderasi leverage*kepemilkan institusional, moderasi free cash flow*kepemilkan institusional, moderasi leverage*dewan komisaris independen, moderasi free cash flow*dewan komisaris indpedenden, moderasi leverage*komite audit, dan moderasi free cash flow*komite audit terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer SPSSfor Windows diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Regresi Linier Berganda Metode OLS Variabel Koefisien Regresi Standart Error Sig.

Konstanta 5,346 2,016 0,009 Lev 3,712 0,298 0,000 FCF 0,00000255 0,000 0,000 KM 0,016 0,002 0,000 KepIns 0,004 0,011 0,710 DKI 1,018 0,945 0,283 KA 6,274 2,052 0,003 Lev*KM -0,011 0,001 0,000 FCF*KM -0,000000212 0,000 0,000 Lev*KepIns 0,002 0,005 0,653 FCF*KepIns -0,00000000935 0,000 0,015 Lev*DKI -1,681 0,901 0,048 FCF*DKI -0,00000163 0,000 0,371 Lev*KA -0,700 0,328 0,034 FCF*KA 0,000000896 0,000 0,141 R2: 0,947 Adj. R2: 0,942 F-statistik : 203,561, Sig = 0,000. DW-statistik :1,920 N : 175

(13)

Dari hasil analisis regresi linear berganda di atas, maka model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :

DA = 5,346 + 3,712Lev + 0,00000255FCF + 0,016KM + 0,004KepIns + 1,018DKI + 6,274KA + (-0,011Lev*KM) + (-0,000000212FCF*KM) + 0,002Lev*KepIns + 0,00000000935FCF*KepIns) + 1,681Lev*DKI) + (-0,00000163FCF*DKI) + (-0,700Lev*KA) + 0,000000896FCF*KA

Pada persamaan di atas ditunjukkan pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Adapun arti dari koefisien regresi tersebut adalah:

1. Nilai konstanta sebesar 5,346. Hasil ini dapat diartikan bahwa apabila Leverage, Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Instusional, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Moderasi Leverage*Kepemilikan Manajerial, Moderasi Free Cash Flow*Kepemilikan Manajerial, Moderasi Leverage*Kepemilikan Institusional, Moderasi Free Cash Flow*Kepemilikan Institusional, Moderasi Leverage*Dewan Komisaris Independen, Moderasi Free Cash Flow*DKI, Moderasi Leverage*Komite Audit, dan Moderasi Free Cash Flow*Komite Audit sama dengan nol, maka Manajemen Laba sebesar 5,346 persen.

2. Nilai koefisien regresi variabel Rasio Leverage 3,712 artinya apabila kenaikan Leverage sebesar 1, maka Manajemen Laba naik sebesar 3,712 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

(14)

3. Nilai koefisien regresi variable Rasio Free Cash Flow 0,00000255 artinya apabila kenaikan Free Cash Flows sebesar 1, maka Manajemen Laba naik sebesar 0,00000255 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus). 4. Nilai koefisien regresi variable Rasio 0,016 artinya apabila kenaikan Kepemilikan

Manajerial sebesar 1, maka Manajemen Laba naik sebesar 0,016 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

5. Nilai koefisien regresi variable Rasio 0,004 artinya apabila kenaikan Kepemilikan Institusional sebesar 1, maka Manajemen Laba naik sebesar 0,004 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

6. Nilai koefisien regresi variable Rasio 1,018 artinya apabila kenaikan Komposisi Dewan Komisaris Independen sebesar 1, maka Manajemen Laba naik sebesar 1,018 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

7. Nilai koefisien regresi variable Rasio 6,274 artinya apabila kenaikan Komite Audit (KA) sebesar 1, maka Manajemen Laba (DA) naik sebesar 6,274 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

8. Nilai koefisien regresi variable Rasio -0,011 artinya apabila kenaikan Moderasi Lev*KM sebesar 1, maka Manajemen Laba turun sebesar 0,011 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

9. Nilai koefisien regresi variable Rasio -0,000000212 artinya apabila kenaikan Moderasi FCF*KM sebesar 1, maka Manajemen Laba turun sebesar 0,000000212 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

(15)

10. Nilai koefisien regresi variable Rasio 0,002 artinya apabila kenaikan Moderasi Lev*KepIns sebesar 1, maka Manajemen Laba naik sebesar 0,002 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

11. Nilai koefisien regresi variable Rasio -0,00000000935 artinya apabila kenaikan Moderasi FCF*KepIns sebesar 1, maka Manajemen Laba turun sebesar 0,00000000935 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan.

12. Nilai koefisien regresi variable Rasio -1,681 artinya apabila kenaikan Moderasi

Lev*DKI sebesar 1, maka Manajemen Laba turun sebesar 1,681 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

13. Nilai koefisien regresi variable Rasio -0,00000163 artinya apabila kenaikan Moderasi FCF*DKI sebesar 1, maka Manajemen Laba turun sebesar 0,00000163 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

14. Nilai koefisien regresi variable Rasio -0,700 artinya apabila kenaikan Moderasi Lev*KA sebesar 1, maka Manajemen Laba turun sebesar 0,700 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

15. Nilai koefisien regresi variable Rasio 0,000000896 artinya apabila kenaikan Moderasi FCF*KA sebesar 1, maka Manajemen Laba naik sebesar 0,000000896 persen dengan asumsi variabel lain adalah konstan (ceteris paribus).

4.5Uji Hipotesis

4.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai adjusted R2 bukan R2. Sebab seberapa jauh kemampuan model dalam menjelaskan variasi dependen,

(16)

dapat kita ketahui dengan menggunakan uji koefisien determinasi (R2). Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.8 :

Tabel 4.8

Rangkuman Uji Koefisien Determinasi

(Sumber : Data Olah SPSS)

Hasil dari regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square) diperoleh R2 (Koefisien Determinasi) sebesar 0,942, artinya variabel dependen (Y) dalam model yaitu Manajemen Laba dijelaskan oleh variabel independen yaitu variabel Leverage, Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Instusional, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit, Moderasi Lev*KM, Moderasi FCF*KM, Moderasi Lev*KepIns, Moderasi FCF*KepIns, Moderasi Lev*DKI, Moderasi FCF*DKI, Moderasi Lev*KA, dan Moderasi FCF*KAsebesar 94,2%, sedangkan sisanya sebesar 5,8% dijelaskan oleh faktor lain di luar model.

4.5.2 Uji Signifikansi Simultan ( Uji Statistik-F ) Tabel 4.9

Rangkuman Hasil Uji Signifikansi Simultan ( Uji F ) Variabel

Dependen

F hitung Sig. Keterangan

Y 34,031 0,000 Signifikan

(Sumber : Data Olah SPSS)

R R square Adjusted R Square

(17)

Hasil pengujian F yang ditampilkan pada tabel 4.9 menunjukkan nilai F hitung sebesar 34,031 dan signifikan sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan tingkat kesalahan yang akan ditanggung peneliti jika model yang dikatakan bagus. Karena nilai signifikan F sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat kesalahannya sangat kecil. Kecilnya nilai signifikan F merupakan model yang ada adalah model yang baik dan layak digunakan.

4.5.3 Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji T ) Tabel 4.10

Rangkuman Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual ( Uji T ) Variabel dependen : Manajemen Laba

Variabel Indipenden

Koefisien Signifikan Kesimpulan

Leverage 5,346 0,000 H1 : Diterima

Free Cash Flow 3,712 0,000 H2 : Diterima

Lev*KM -0,011 0,000 H3 : Diterima FCF*KM -0,000000212 0,000 H4 : Diterima Lev*KepIns 0,002 0,653 H5 : Ditolak FCF*KepIns -0,00000000935 0,015 H6 : Diterima Lev*DKI -1,681 0,048 H7 : Diterima FCF*DKI -0,00000163 0,371 H8 : Ditolak Lev*KA -0,700 0,034 H9: Diterima FCF*KA 0,000000896 0,141 H10 : Ditolak

(Sumber : Data Olah SPSS)

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil pengujian secara parsial sebagai berikut :

1. Pengujian pengaruh variabel leverage terhadap manajemen laba (Y). Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi

(18)

koefisien regresi dari leverage. Pada hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat α = 5%, maka leverage berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis pertama penelitian ini berhasil dibuktikan.

2. Pengujian pengaruh variabel free cash flow terhadap manajemen laba (Y). Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi dari variabelfree cash flow. Pada hipotesis kedua dalam penelitian ini menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa free cash flow memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat α = 5%, maka free cash flow berpengaruh terhadap manajemen laba, sehingga hipotesis pertama penelitian ini berhasil dibuktikan.

3. Pengujian variabel independen leverage terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh kepemilikan manajerial. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis ketiga dalam penelitian ini menyatakan bahwa berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa leverage memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat α = 5%, maka kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba, sehingga hipotesis kedua penelitian ini berhasil dibuktikan.

(19)

4. Pengujian variabel independen free cash flow terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh kepemilikan manajerial. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis keempat dalam penelitian ini menyatakan bahwa berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,000 dengan tingkat α = 5%, maka kepemilikan majerial berpengaruh terhadap hubungan free cash flow dengan manajemen laba, sehingga hipotesis keempat penelitian ini berhasil dibuktikan.

5. Pengujian variabel independen leverage terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh kepemilikan institusional. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis kelima dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,653 dengan tingkat α = 5%, maka kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba, sehingga hipotesis kelima penelitian ini tidak berhasil dibuktikan.

6. Pengujian variabel independen free cash flow terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh kepemilikan lnstitusional. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis keenam dalam penelitian ini menyatakan bahwa berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,015 dengan tingkat α = 5%, maka kepemilikan institusional berpengaruh terhadap

(20)

hubungan free cash flow dengan manajemen laba, sehingga hipotesis keenam penelitian ini berhasil dibuktikan.

7. Pengujian variabel independen leverage terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh dewan komisaris independen. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis ketujuh dalam penelitian ini menyatakan bahwa berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,048 dengan tingkat α = 5%, maka dewan komisaris independen berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba, sehingga hipotesis keenam penelitian ini berhasil dibuktikan.

8. Pengujian variabel independen free cash flow terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh dewan komisaris independen. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis kedelapan dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,371 dengan tingkat α = 5%, maka dewan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap hubungan free cash flow dengan manajemen laba, sehingga hipotesis keenam penelitian ini tidak berhasil dibuktikan.

9. Pengujian variabel independen leverage terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh komite audit. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis kesembilan

(21)

dalam penelitian ini menyatakan bahwa berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,034 dengan tingkat α = 5%, maka komite audit berpengaruh terhadap hubungan leverage dengan manajemen laba, sehingga hipotesis keenam penelitian ini berhasil dibuktikan.

10.Pengujian variabel independen free cash flow terhadap manajemen laba (Y) yang dimoderasi oleh komite audit. Pengujian terhadap hipotesis ini dilakukan melalui pengujian signifikansi koefisien regresi. Pada hipotesis terakhir dalam penelitian ini menyatakan bahwa tidak berpengaruh signifikan. Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh nilai signifikan sebesar 0,141 dengan tingkat α = 5%, maka komite audit tidak berpengaruh terhadap hubungan free cash flow dengan manajemen laba, sehingga hipotesis terakhir penelitian ini tidak berhasil dibuktikan.

4.6Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Leverage terhadap manajemen laba

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti, jika leverage mengalami peningkatan, maka tindak manajemen laba juga akan meningkat. Karena hutang (leverage) merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian hutang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal

(22)

kemampuan membayar hutangnya. Terdapat kemungkinan bahwa adanya perjanjian kontrak hutang memicu manajemen untuk meningkatkan laba dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur karena kinerja yang dinilai stabil sehingga perusahaan memperoleh suntikan dana. Tindakan manajemen yang biasa dilakukan adalah melakukan perataan laba untuk mendapatkan kesan stabil oleh para kreditur (Balkish et al, 2015).

Hasil penelitian dalam skripsi ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Zamri, Rahman, & Isa (2013) dan yang dilakukan oleh Rice (2013)yang menemukan hasil bahwa leverage berpengaruh terhadap tindakanmanajemen laba.

4.6.2 Pengaruh free cash flow terhadap manajemen laba

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Hal ini berarti, jika free cash flow mengalami peningkatan maka manajemen laba juga akan meningkat. Karena dengan adanya free cash flow akan mendorong manajer melakukan investasi. Akibatnya perusahaan dengan free cash flow tinggi disertai dengan kesempatan pertumbuhan yang rendah akan cendrung terus melakukan investasi pada proyek-proyek dengan NPV negative, yang mungkin akan memberikan keuntungan bagi manajer, baik dalam bentuk uang ataupun imbalan yang lainnya, namun akan menurunkan kinerja

(23)

perusahaan. Selanjutnya sebagai upaya untuk menutupi kinerja perusahaan ini, manajer akan melakukan tindakan manajemen laba untuk meningkatkan laba (Fanani, 2014).

Hasil penelitian dalam skripsi ini mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Agustia (2013); dan Kono & Yuyetta (2013) yang menemukan hasil bahwa free cash flow berpengaruh terhadap tindakanmanajemen laba.

4.6.3 Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap hubungan leverage dan manajemen laba

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara leverage dan manajemen laba berpengaruh signifikan. Hal ini menjelaskan bahwa apabila adanya kepemilikan manajerial atas sekuritas perusahaan dapat menyamakan kepentingan manajemen dengan pihak eksternal. Dimana kepemilikan saham diatur dalam Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang terdapat pada pasal 36 dan pasal 51 yang mengatur tentang saham yang ditawarkan kepada karyawan, serta pasal 104 yang mengatur mengenai perbuatan hukum perseroan dan permasalahan hukum yang terjadi dalam perseroan. Di dalam Undang-undang Perseroan Terbatas perlindungan hukum bagi pemegang saham oleh karyawan sama dengan pemegang saham lainnya baik suara, dividen, sisa likuidasi dan lain

(24)

sebagainya. Jadi dapat disimpulkan semakin meningkatnya kepemilikan saham oleh manajemen, akan menyebabkan kehati-hatian manajemen dalam menggunakan hutang dan menghindari prilaku opportunistic karena hal tersebut telah diatur dalam undang-undang PT sehingga mereka ikut menanggung konsekuensi dari tindakannya yang menyeybabkan kepemilikan manajerial dapat mengurangi keinginan manajemen dalam melakukan tindak manajemen laba.

4.6.4Pengaruh kepemilikan manajerial terhadap hubungan free cash flow dan manajemen laba.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial terhadap hubungan antara free cash flow dan manajemen laba berpengaruh signifikan. Dikarenakan adanya kepemilikan manajerial atas sekuritas perusahaan dapat menyamakan kepentingan manajemen dengan eksternal perusahaan, dimana kepentingan tersebut adalah keinginan mendapatkan hasil dari pembagian dividen yang diperoleh dari free cash flow. Hal ini berarti dengan adanya kepemilikan manajerial, hubungan antara free cash flow dengan manajemen laba dapat berkurang. Karena jika kepemilikan manajerial tinggi maka tingkat pengembalian saham juga akan tinggi, sehingga manajemen tidak mau untuk melakukan tindakan manajemen laba, karena manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham yang

(25)

menginginkan tingkat pengembalian saham yang tinggi. Hal ini sesuai dengan kepemilikan saham yang diatur dalam Undang-undang No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang terdapat pada pasal 36 dan pasal 51 yang mengatur tentang saham yang ditawarkan kepada karyawan, serta pasal 104 yang mengatur mengenai perbuatan hukum perseroan dan permasalahan hukum yang terjadi dalam perseroan.

4.6.5 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap hubungan leverage dan manajemen laba.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepemilikan institusional terhadap hubungan antara leverage dan manajemen laba tidak berpengaruh signifikan. Hal ini berarti jika kepemilikan intitusional ada, kepemilikan institusional tidak dapat memoderasi hubungan antara leverage dengan manajemen laba. Dikarenakan menurut Kusumaningtyas (2012) tujuan dari kepemilikan institusional sebagai pemilik sementara yang lebih berfokus kepada current earnings, sementara fokus dari leverage adalah jangka panjang. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berfokus kepada keputusan manajemen terkait tingginya leverage yang dapat menyebabkan terjadinya manajemen laba.

(26)

4.6.6 Pengaruh kepemilikan institusional terhadap hubungan free cash flow dan manajemen laba.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa kepemilikan institusional terhadap hubungan antara free cash flow dan manajemen laba berpengaruh signifikan. Hal ini dikarenakan manajer cenderung mengejar kepentingan pribadinya, dengan menggunakan free cash flow untuk membayar gaji, tunjangan dan bonus mereka sendiri dan menggunakan free cash flow untuk alternatif investasi yang tersedia tanpa selektif memilih proyek yang menguntungkan, dimana proyek yang tidak menguntungkan akan menurunkan nilai perusahaan sehingga manajer cendrung melakukan tindak manajemen laba untuk menutupi ketidak optimalan kinerja mereka. Dengan peningkatan mekanisme pengawasan oleh investor institusional maka para manajer akan lebih selektif dalam memilih alternatif investasi dan tidak hanya bertindak untuk mengejar keuntungan pribadi tetapi untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kesejahteraan pemegang saham. Sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya kepemilikan institusional dalam perusahaan dapat mencegah adanya manajemen laba yang disebabkan penggunaan dari free cash flow yang tidak efektif.

(27)

4.6.7 Pengaruh dewan komisaris independen terhadap hubungan leverage dan manajemen laba.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa dewan komisaris independen terhadap hubungan antara leverage dengan manajemen laba berpengaruh signifikan. Hal ini berarti semakin banyak jumlah dewan komisaris independen maka tindakan pengawasan semakin meningkat sehingga dapat mengurangi tindakan manajemen laba. Dikarenakan dengan adanya fungsi pengawasan dewan komisaris independen, dimana fungsinya adalah untuk memonitori penyusunan laporan keuanganan, maka manajemen tidak dapat melakukan opportunistic dalam meningkatkan leverage yang dapat menyebabkan tindak manajemen laba. Dalam peraturan OJK Nomor 33/POJK.04/2014 tentang Direksi dan Dewan Komisaris Emiten atau Perusahaan Publik pada pasal 28 yang berisi bahwa Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan dan bertanggung jawab atas pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Emiten atau Perusahaan Publik maupun usaha Emiten atau Perusahaan Publik, dan memberi nasihat kepada Direksi. 4.6.8 Pengaruh dewan komisaris independen terhadap hubungan free cash

flow dan manajemen laba.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa dewan komisaris independen terhadap hubungan antara free cash flow dan manajemen laba

(28)

tidak berpengaruh signifikan. Berarti dalam hal ini ada atau tidaknya dewan komisaris independen tidak mampu meminimilasir tindakan manajemen laba yang disebabkan oleh free cash flow. Dikarenakan salah satu fungsi dari dewan komisaris independen adalah sebagai pelindung hak dari pemegang saham minoritas, sehingga menuntut manajemen untuk membagikan dividen atas free cash flow yang menyebabkan manajemen melakukan tindakan manajemen laba dengan cara menurunkan laba sehingga laba menjadi sedikit untuk dibagikan dan hal ini termasuk tindakan manajemen laba.

4.6.9Pengaruh komite audit terhadap hubungan leverage dan manajemen laba.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa komite audit terhadap hubungan antara leverage dan manajemen laba berpengaruh signifikan. Dikarenakan adanya komite audit yang berfungsi sebagai pengawas manajemen dalam menyusun laporan keuangan, komite audit memastikan laporan keuangan telah disusun berdasarkan PSAK. Leverage yang tinggi adalah hasil dari ketidak efektifan manajemen dalam menyusun laporan keuangan yang menyebabkan perusahaan akan bangkrut karena perusahaan tidak dapat membayar hutang jangka panjang atas aktiva yang dimiliki. Sehingga manajemen tidak dapat melakukan praktik manajemen laba atas leverage karena diawasi oleh komite audit. Dimana tanggung jawab komite audit diatur dalam keputusan ketua badan pengawas pasar

(29)

modal dan lembaga keuangan nomor: kep-643/bl/2012 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit.

4.6.10 Pengaruh komite audit terhadap hubungan free cash flow dan manajemen laba.

Hasil regresi linier berganda menunjukkan bahwa komite audit terhadap hubungan antara free cash flow dan manajemen laba tidak berpengaruh signifikan. Hal ini berarti jika komite audit ada, komie audit tidak dapat memoderasi hubungan antara free cash flow dengan manajemen laba. Dikarenakan dengan adanya komite audit yang berfungsi sebagai pengawas dari penyusunan laporan keuangan, free cash flow yang digunakan oleh manajemen dalam melakukan investasi dinilai baik oleh komite audit bagi keberlangsungan perusahaan. Sehingga akan terjadi adanya manajemen laba dalam menurunkan laba untuk membagikan free cash flow sebagai dividen kepada pemegang saham dan membuat manajemen dapat menggunakan free cash flow dalam kegiatan investasi.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Sidestream Smoke pada Kadar Sgpt Tikus Wistar Jantan (Rattus norvegicus); Nur Pradana Apreliantino, 091610101020; 2013: 43 Halaman; Fakultas Kedokteran

(c) Guru BK memanfaatkan fasilitas yang ada semaksimal mungkin walaupun dalam keadaan keterbatasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bimbingan kelompok tentang

Peserta pelatihan terdiri dari pemuda pemudi yang berasal dari seluruh Indonesia yang dikirim ke Yayasan Karang Widya untuk dilatih dalam beberapa bidang Teknologi Informasi

Namun pada penelitian Abdolkarim yang dilakukan di Mashhad, Iran mengenai resistensi antibiotik pada anak dengan diare berdarah dijelaskan bahwa 97% bakteri Shigella

Langkah ke-tiga adalah proses defuzzifikasi yaitu dengan mulai mencari alfa predikat pada masing – masing 18 rule pada metode wall follower yang digunakan dengan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage , dan pertumbuhan penjualan terhadap penghindaran pajak pada perusahaan

Kelompok ternak yang menjadi kelompok sasaran di Nagari Kapelgam Koto Barapak ini adalah Kelompok Tani Kabun Pinang yang memiliki unit usaha ternak sapi yang

sebelumnya. Proses Iuran akan membentuk data tagihan pelanggan dengan status belum tercetak. Data tagihan ini nantinya akan dipergunakan untuk melakukan pencetakan kwitansi