• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR - BAB 5 MMT ELABORASI TPM MP B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KATA PENGANTAR - BAB 5 MMT ELABORASI TPM MP B"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN MUTU TERPADU

TUGAS MATA KULIAH:

MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU

Dosen Pengampu: Dr. H. M. Hosnan, M.Pd.

Di Susun Oleh :

KELAS TPM-MP B

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,

Taufik dan Hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini

dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat

dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang penulis miliki sangat

kurang. Oleh kerena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk memberikan

masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cilegon, April 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR I

DAFTAR ISI II

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG 1

B. RUMUSAN MASALAH 1

C. TUJUAN. 2

BAB II. PEMBAHASAN

3

A. HAKEKAT MANAJEMEN MUTU TERPADU 3

1. Konsep Mutu 3

2. Pengertian Manajemen Mutu Terpadu 3

3. Prinsip Mutu Terpadu 5

4. Sejarah Manajemen Mutu Terpadu 8

5. Perbedaan Manajemen Terpadu Dengan Manajemen Lainnya 13

B. KOMPONEN DALAM MMT 14

1. Fokus Pada Pelanggan 14

2. Obsesi terhadap Kualitas 14

3. Pendekatan Ilmiah. 15

4. Komitmen Jangka Panjang 15

5. Kerja Sama Tim (Team Work) 15

6. Perbaikan Sistem Secara Terus Men 15

7. Pendidikan dan Pelatihan 16

8. Kebabasan yang Terkendali 16

9. Kesatuan Tujuan 16

(4)

C. DIMENSI-DIMENSI PRINSIP DASAR MMT 17

1. Kepuasan pelanggan 17

2. Respek terhadap setiap orang 17

3. Manajemen berdasarkan fakta 18

4. Perbaikan Kesinambungan 18

D. INDIKATOR KEBERHASILAN MMT 19

E. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENERAPKAN MMT 19

1. Persiapan 19

2. Perencanaan 20

3. Eksekusi 20

F. IMPLEMENTASI MMT 20

1. Manajemen Kurikulum 21

2. Manajemen Ketenagaan 23

3. ManajemenKesiswaan 23

4. Manajemen Keuangan 27

5. Manajemen Sarana dan Prasarana 27

6. Manajemen Kelas 28

7. Manajemen Laboratorium 29

8. Manajemen Perpustakaan 29

9. Manajemen Bimingan dan Konseling 31

BAB III PENUTUP. 33.

A. KESIMPULAN. 33.

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dewasa ini perkembangan pemikiran manajemen sekolah mengarah pada sistem manajemen yang disebut TQM (Total Quality Management) atau Manajemen Mutu Terpadu. Pada prinsipnya sistem manajemen ini adalah pengawasan menyeluruh dari seluruh anggota organisasi (warga sekolah) terhadap kegiatan sekolah. Penerapan TQM berarti semua warga sekolah bertanggung jawab atas kualitas pendidikan.

Sebelum hal itu tercapai, maka semua pihak yang terlibat dalam proses akademis, mulai dari komite sekolah, kepala sekolah, kepala tata usaha, guru, siswa sampai dengan karyawan harus benar – benar mengerti hakekat dan tujuan pendidikan ini. Dengan kata lain, setiap individu yang terlibat harus memahami apa tujuan penyelenggaraan pendidikan. Tanpa pemahaman yang menyeluruh dari individu yang terlibat, tidak mungkin akan diterapkan TQM.

Dalam ajaran TQM, lembaga pendidikan (sekolah) harus menempatkan siswa sebagai “klien” atau dalam istilah perusahaan sebagai “ stakeholders” yang terbesar, maka suara siswa harus disertakan dalam setiap pengambilan keputusan strategis langkah organisasi sekolah. Tanpa suasana yang demokratis manajemen tidak mampu menerapkan TQM, yang terjadi adalah kualitas pendidikan didominasi oleh pihak – pihak tertentu yang seringkali memiliki kepentingan yang bersimpangan dengan hakekat pendidikan.

(6)

Selain kebebasan berpendapat juga harus ada kebebasan informasi. Harus ada informasi yang jelas mengenai arah organisasi sekolah, baik secara internal organisasi maupun secara nasional. Secara internal, manajemen harus menyediakan informasi seluas- luasnya bagi warga sekolah. Termasuk dalam hal arah organisasi adalah progran – program, serta kondisi fnansial.

Singkatnya, TQM adalah sistem menajemen yang menjunjung tinggi efsiensi. Sistem manajemen ini sangat meminimalkan proses birokrasi. Sistem sekolah yang birokratis akan menghambat potensi perkembangan sekolah itu sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang ingin penulis kupas dalam makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Mutu Terpadu (TQM) ?

2. Apa yang menjadi kesulitan implementasi TQM di bidang Pendidikan ?

3. Apa yang menjadi indikator keberhasilan implementasi TQM di bidang pendidikan ?

C. TUJUAN.

Dari permasalahan yang penulis pilih, penulis mempunyai tujuan :

1. Menjelaskan pengertian Manajemen Mutu Terpadu (TQM).

2. Menjelaskan kesulitan – kesulitan implementasi TQM di bidang pendidikan.

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

A. HAKEKAT MANAJEMEN MUTU TERPADU

1. Konsep Mutu

Mutu merupakan gagasan dinamis yang sulit untuk dapat disamakan. Di suatu sisi mutu data dipahami sebagai konsep absolut dan pada sisi lain dapat dipahami sebagai konsep yang bersifat relatif.

Mutu sebagai konsep absolut memungkinkan kepala sekolah untuk merumuskan standar maksimal, yang pada kenyataannya akan sulit untuk direalisasikan. Dalam pemahaman seperti ini, kepala sekolah akan berpikir bahwa sekolah yang dipimpin harus selalu menjadi sekolah unggulan baik bertaraf nasional maupun internasional. Mutu akan menjadi simbol status bagi pelanggan internal maupun pelanggan eksternal, sehingga stakeholder/pemilik akan merasa bangga dan merasa puas, khususnya bagi orang tua peserta didik.

Mutu sebagai konsep relatif, sangat mengikuti keinginan pelanggan. Mutu ditentukan oleh spesifikasi standart yang telah ditetapkan dan selalu disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. Mutu pada kondisi sekarang belum tentu menjadi ukuran mutu dimasa datang. Kepala sekolah harus bisa merancang kebutuhan masa depan dengan visi dan misi sekolah yang menantang. Untuk itu sekolah harus merumuskan program-programnya terlebih dahulu dengan kejelasan target yang akan dicapai.

2. Pengerti Manajemen Mutu Terpadu.

(8)

sementara Ross dalam William Mantja sebagaimana yang dikutib oleh Marno dan Triyo Supriyatno mendefinisikan TQM sebagai integrasi dari semua fungsi dan proses dalam organisasi untuk memperolehdan mencapai perbaikan serta peningkatan kualitas barang sebagai produk dan layanan yang berkesinambungan. Tujuannya adalah kepuasan konsumen atau pelanggan1

Menurut Nasution (2001) yang membedakan Total Quality Management (TQM) dengan pendekatan-pendekatan lain dalam menjalankan usaha adalah komponen-komponennya. Komponen ini memiliki sepuluh unsur utama, yaitu : focus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerjasama tim (teamwork), perbaikan system secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali, kesatuan tujuan dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.2

Manajemen mutu terpadu merupakan sebuah konsep yang mengaplikasikan berbagai prinsip mutu untuk menjamin suatu produk barang/jasa memiliki spesifikasi mutu sebagaimana ditetapkan secara menyeluruh dan berkelanjutan. Manajemen mutu dilakukan secara menyeluruh, yaitu mulai dari input, proses, output, dan outcome. Dilakukan secara berkelanjutan menunjukkan bahwa upaya mewujudkan mutu merupakan bagian kerja keseharian, bukan sesuatu yang bersifat temporal (sewaktu-waktu). Dalam konteks outcome (dampak) dikenal dengan istilah layanan purna plethoraof new external pressures”.Pendapat diatas menekankan pengertian bahwa manajemen mutu terpadu merupakan suatu filsafat dan metodologi yang membantu

1 Marno dan Triyo Supriyatno,2008, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan

Islam,Bandung, Refka Aditama, hal 110.

2http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19414/4/Chapter%20II.pdf, jumát 28

(9)

berbagai institusi, terutama industri dalam mengelola perubahan dan menyusun agenda masing-masing untuk menanggapi tekanan- tekanan faktor eksternal3.

Pada dasarnya total quality management (manajemen mutu terpadu) merupakan suatu pendekatan pengendalian mutu melalui penumbuhan partisifasi karyawan. TQM merupakan mekanisme formal dan dilembagakan yang bertujuan untuk mencari pemecahan persoalan dengan memberikan tekanan pada partisifasi dan kreatifias diantara karyawan. Setiap gugus bertindak sebagai mekanisme pemantau yang membantu organisasi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan dalam mematau kesempatan. Bersifat proaktif, tidak menunggu bergerak kalau persoalan timbul dan tidak menghentikan kegiatanya kalau suatu persoalan telah ditemukan pemecahannya. Artinya TQM harus bekerja terus-menerus dan tidak tergantung pada proses produksi.4

3. Prinsip Manajemen Mutu Terpadu

Menurut Dean sebagaimana dikutip oleh Ali Djamhuri (2001:8) prinsip umum Manajemen Mutu Terpadu meliputi:

1) Organisai yang memfokuskan pada ketercapaian kepuasan pelanggan (Customer Focus Organization).

Organisasi dalam hal ini manajemen harus dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan sumber daya organisasi dan sistem yang ada untuk menciptakan aktivitas terhadap tercapainya kepuasan pelanggan. Tercapainya kepuasan pelanggan meliputi seluruh stakeholders, baik yang berada didalam organisasi maupun di luar organisasi.

2) Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan merupakan proses untuk mempengaruhi pihak lain untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya pemimpin harus memiliki visi dan

3 Syafarudin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Grasindo, Jakarta, 2002 hal

29.

4 Vethzal Rivai, Prof,Dr, 2008, Education Management, analisis Teori dan Pratek, Jakarta,

(10)

misi yang jelas, sehingga keduanya dapat dituangkan dalam kebijakan yang akan diambil.

3) Keterlibatan seluruh partisipan organisasi (People Organization)

Seluruh komponen di dalam suatu organisasi harus dilibatkan. Artinya seluruh sitivitas organisasi harus selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus. Perbaikan bukan hanya dari pihak kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, tetapi semua sivitas sekolah harus memiliki komitmen untuk melakukan perbaikan. Dengan kata lain semua sivitas sekolah harus dilibatkan dalam upaya memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada para pelanggan.

4) Pendekatan yang menekankan pada perbaikan proses (Process Approach)

Kurangnya dukungan sistem informasi dan alat ukur keberhasilan MMT berasumsi bahwa output akhir suatu organisasi tidak semata-mata dilihat secara parsial, tetapi suatu proses yang panjang. Proses tersebut dilakukan secara sadar oleh setiap individu. Kegiatan tersebut juga dilakukan saling terkait satu dengan lainnya sehingga menghasilkan outputorganisasi. Jelassnya tamatan atau lulusan bukan semata-mata produk tenaga akademik, atau karyawan sajak, tetapi menyangkut proses yang melibatkan tenaga akademik, karyawan, kepala sekolah, murid, orang tua, pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat luas, yang tentu saja proporsinya berbeda satu sama lainnya.

5) Penerapan manajemen dengan menggunakan pendekatan sistem (System Approach)

Dalam konteks organisasi, upaya menyempurnakan proses tertentu harus dikaitkan dengan proses lainnya. Oleh karena pihak-pihak yang terkait dengan proses tersebut merupakan tangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Tuntutan peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat dilakukan oleh tenaga pengajar semata, tetapi harus pula melibatkan aspek ketatausahaan, kepemimpinan, fassilitas, dan penciptssn organisasi yang optimal atau mendukung.

(11)

Inti perbaikan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan adalah adanya

human resources empowerment baik bagi tenaga edukatif maupun administratif. Realitas menunjukkan belum seluruhnya pemimpin organisasi menyadari arti pentingnya pemberdayaan tenaga akademik dan administratif. Para pimpinan sering lebih mementingkan pengembangan fasilitas atau pegembangan fasilitas. Hal ini ditunjukkan oleh adanya anggaran pendidikan dan pelatihan untuk kedua tenaga tersebut tidak setidak-tidaknya kurang berimbang dibandingkan dengan anggaran pembangunan fisik.

7) Penerapan pengembilan keputusan didasarkan fakta (Factual Apprecision Making)

Manajemen Mutu Terpadu-MMT berdasarkan pada kepuasan pelanggan. Oleh karenanya maka orientasi MMT harus mendasarkan pada fakta yang diinginkan oleh pelanggan. Pada sisi lain kepuasan berkaitan dengan kualitas. Implikasinya kualitas kepuasan tersebut harus dapat diukur dan dapat dilakukan monitoring

setiap saat. Dengan demikian, pemimpin organisasi harus dapat menciptakan dan mengembangkan alat ukur sebagai keberhasilan suatu lembaga

8) Hubungan dengan supplier yang saling menguntungkan (Mutually Beneficial Relationship).

Filosofi Manajemen Mutu Terpadu:

Pertama: pemenuhan kebutuhan sebaik-baiknya atau kepuasan pelanggan.

Kedua : menciptakan budaya kerja dan budaya akademik dalam diri karyawan maupun tenaga kependidikan dalam layanan pendidikan, misalnya motivasi, sikap, kemauan, dedikasi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

(12)

4. Sejarah Manajemen Mutu Terpadu5.

a. Deming

W Edward Deming adalah seorang ahli statistik, profesor, pengarang, pensyarah dan perunding di Amerika. Beliau terkenal di bidang pengurusan kualiti adalah kerana kejayaannya di Jepun. Bermula dari tahun 1950, beliau telah membekalkan banyak pengetahuan kepada pengurusan atasan tentang cara untuk memperbaiki reka bentuk perkhidmatan, kualiti perkhidmatan , ujian dan jualan di pasaran dunia dengan melalui pelbagai kaedah termasuk penggunaan kaedah statistik.

Deming telah membuat sumbangan penting ke atas pembinaan reputasi Jepun dalam bidang pembuatan produk yang inovatif dan berkualiti tinggi. Terdapat 3 asas dalam falsafah kualiti Deming iaitu ketekunan mencapai matlamat, pembaikan berterusan dan pengetahuan yang mendalam. Dengan ketiga-tiga asas ini, ia dapat membantu sesebuah organisasi meningkatkan tahap kualiti perkhidmatannya. Selain itu, Deming juga telah membahagikan asas pengetahuan yang mendalam kepada 4 komponen iaitu penghargaan kepada sesuatu sistem, teori variasi, teori ilmu dan psikologi. Kesemua teori ini dapat membantu pihak pengurusan organisasi dalam usaha membekalkan sama ada produk atau perkhidmatan yang berkualiti.

Pada permulaanya, Deming telah mendefinisikan bahawa kualiti adalah ditentukan oleh pelanggan. Kemudian, beliau telah meluaskan definisi kualitinya kepada "Kualiti bererti membuatkan setiap orang melaksanakan apa yang mereka telah persetujui dan mereka melaksanakannya dengan tepat pada kali pertama". Ini bermakna pihak pengusaha organisasi seharusnya memberikan perkhidmatan atau produk mengikut permintaan pelanggan tanpa sebarang kesilapan. Dengan itu, kepuasan pelanggan dapat dipenuhi dan seterusnya ia dapat membantu meningkatkan prestasi perniagaannya. Di samping itu, pengurusan atasan juga dapat memperoleh banyak cara untuk mempertingkatkan kualiti perkhidmatan

5 Vethzal Rivai, Prof,Dr, 2008, Education Management, analisis Teori dan Pratek, Jakarta,

(13)

melalui falsafah Demings 14 Points dan Deming's Seven Deadly Diseases yang dicipta oleh Deming.

Adapun 14 poin Deming adalah sebagai berikut:

1) Ciptakan sebuah usaha peningkatan produk dan jasa, dengan tujuan agar bisa kompetitif dan tetap berjalan serta menyediakan lowongan pekerjaan. Deming percaya bahwa terlalu banyak organisasi yang hanya memiliki tujuan jangka pendek dan tidak melihat apa yang akan terjadi pada 20 atau 30 tahun yang akan datang. Mereka harus memiliki rencana jangka panjang yang didasarkan pada visi masa depan dan inovasi baru. Mereka harus terus-menerus berusaha memenuhi kebutuhan pelanggan mereka.

2) Adopsi falsafah baru. Sebuah organisasi tidak akan mampu bersaing jika mereka terus mempertahankan penundaan waktu, kesalahan, bahan-bahan cacat dan produk yang jelek. Mereka harus membuat perubahan dan mengadopsi metoda kerja yang baru.

3) Hindari ketergantungan pada inspeksi massa untuk mencapai mutu. Inspeksi tidak akan meningkat atau menjamin mutu. Anda tidak dapat menginspeksi mutu ke dalam produk. Deming berpendapat bahwa manajemen harus melengkapi staf-staf mereka dengan pelatihan tentang alat-alat statistik dan teknik-teknik yang dibutuhkan mereka untuk mengawasi dan mengembangkan mutu mereka sendiri.

4) Akhiri praktek menghargai bisnis dengan harga. Menurut deming harga tidak memiliki arti apa-apa tanpa ukuran mutu yang dijual. Praktek kontrak yang hanya cenderung pada harga yang murah dapat mengiring pada kesalahan yang mahal. Metode yang ditawarkan mutu terpadu adalah mengembangkan hubungan dekat dan berjangka panjang dengan pensuplai, dan sebaiknya pensuplai tunggal dan bekerja sama dengan mereka dalam mutu komponen. 5) Tingkatkan secara konstan system produksi dan jasa, untuk meningkatkan

mutu dan produktivitas dan selanjutnya turunkan biaya secara konstan. Ini merupakan tugas manajemen untuk mengarahkan proses peningkatan dan menjamin bahwa ada proses perbaikkan yang berkelanjutan.

(14)

Mempergunakan uang untuk pelatihan tenaga kerja adalah penting namun yang lebih lagi adalah melatih dengan standar terbaik dalam kerja. Pelatihan adalah alat kuat dan tepat untuk perbaikan mutu.

7) Lembaga kepemimpinan. Deming mengatakan bahwa kerja manajemen bukanalah mengawasi melainkan memimpin. Makna dari hal tersebut adalah berubah dari manajemen tradisional yang selalu memperhatikan hasil indicator-indikator prestasi, spefikasi dan penilaian-penilaian menuju peranan kepemimpinanan yang mendorong peningkatan proses produksi barang dan jasa yang lebih baik

8) Hilangkan rasa takut, agar setiap orang dapat bekerja secara efektif. Keamanan adalah basis motivasi yang dibutuhkan para pegawai. Deming yakin bahwa pada hakikatnya setiap orang ingin melakukan kerja dengan baik asalkan bekerja dalam lingkungan yang mampu mendorong semangat mereka.

9) Uraikan kendala-kendala antar departemen. Orang dalam departemen yang berbeda harus dapat bekerja bersama sebagai sebuah tim. Organisasi tidak diperkenakan untuk memiliki unit atau departemen yang mendorong pada arah yang berbeda.

10) Hapuskan slogan, desakan, dan target serta tingkatkan produktivitas tanpa menambah beban kerja. Tekanan untuk bekerja giat merepresentasikan sebuah pemaksaan kerja oleh seorang manajer. Slogan dan target memiliki sedikit dampak praktis terhadap pekerja. Kebanyakan persoalan system dan ini merupakan tanggungjawab manajemen untuk mengatasinya.

11) Hapuskan standar kerja yang menggunakan quota numeric. Mutu tidak dapat diukur dengan hanya mengkonsentrasikan pada hasil proses. Bekerja untuk mengejar quota numerik sering menyebabkan terjadinya pemotongan dan penyusutan mutu.

12) Hilangkan kendala-kendala yang merampas kebanggaan karyawan atas keahliannya. Hal ini perlu dilakukan denga menghilangkan system penilaian dan penghitungan jasa. Deming telah berupaya keras menentang system penilaian yang mana diyakini menempatkan kerja dalam kompetensi antara satu dengan yang lain dan merusak kerja tim.

(15)

14) Tempatkan setiap orang dalam tim kerja agar dapat melakukan transformasi. Transformasi menuju sebuah kultur mutu adalah tugas setiap orang. Ia juga merupakan tugas terpenting dari manajemen.

Seven Deadly Diseases Deming (tujuh penyakit mematikan) tersebut adalah:

1) Kurangnya Kehadiran tujuan

2) Penekanan pada keuntungan jangka pendek

3) Evaluasi oleh kinerja, merit rating, atau tinjauan tahunan kinerja 4) Mobilitas manajemen

5) Menjalankan sebuah perusahaan pada angka terlihat sendirian 6) Biaya medis yang berlebihan

7) Biaya yang berlebihan garansi, didorong oleh pengacara yang bekerja untuk biaya kontingensi

b. Juran

Joseph Juran merupakan tokoh yang ketiga dalam falsafah bidang kualiti dan beliau menjadi terkenal dengan Pareto Chart dan Pareto Principles yang dicipta olehnya. Seperti kedua-dua tokoh sebelum ini, beliau telah memberikan banyak usahanya dalam bidang pengurusan kualiti sejak tahun 1926 dan beliau bersara pada tahun 1998. Joseph merupakan tokoh yang pertama yang menggunakan cara pengekosan dalam mengira kos bagi kualiti. Beliau menekankan bahwa peningkatan keuntungan akan dicapai sekiranya kos kepada kualiti dapat diturunkan.

(16)

Selain itu, Juran juga tidak terlalu menekankan penggunaan kaedah statistik seperti mana yang ditekankan oleh Deming. Beliau percaya bahawa kualiti bermula dengan mengenalpasti siapa pelanggannya dan keperluan serta kehendak mereka. Teras kepada kualiti adalah komitmen pihak pengurusan terhadap pelanggan, pembekal dan kakitangan dalam sesebuah organisasi itu. Dengan itu, pihak pengurusan dapat memahami keperluan dan idea-idea mereka dan kemudiannya mengeluarkan produk atau perkhidmatan yang berkualiti.

c. Feigenbaum

Tokoh yang keempat dalam mengeluarkan falsafah pengurusan kualiti ialah Armand Feigenbaum. Feigenbaum ialah seorang pakar kawalan kualiti dan peniaga berbangsa Amerika. Beliau telah menulis beberapa buku dan juga pernah menyandang jawatan sebagai Presiden untuk American Society For Quality (1961-1963).

Sumbangan beliau dalam gerakan kualiti adalah beliau mengalihkan perhatian ahli korporat untuk menggunakan pendekatan "cost of conformance" dalam melaksanakan program kualiti. Beliau juga membangunkan konsep Kawalan Kualiti Menyeluruh (Total Quality Control), yang kemudiannya dikenali sebagai Pengurusan Kualiti Menyeluruh (TQM).

d. Crosby

(17)

Dengan ini, ia bermakna usaha-usaha percegahan adalah lebih penting berbanding dengan proses penambahbaikan dan juga dapat menjimatkan kos dengan melakukan sesuatu itu dengan betul pada awal proses.

5. Perbedaan Manajemen Terpadu Dengan Manajemen Lainnya.

Ada empat perbedaan pokok antara TQM dengan metode manajemen lainnya6.

Pertama, asal intelektualnya. Sebagian besar teori dan teknik manajemen berasal dari ilmu-ilmu sosial. Ilmu ekonomi mikro merupakan dasar dari sebagian besar teknik-teknik manajemen keuangan, ilmu psikologi mendasari teknik pemasaran dan decision support system, dan sosiologi memberikan dasar konseptual bagi desain organisasi. Sementara itu dasar teoritis dari TQM adalah statistika. Inti dari TQM adalah Pengendalian Proses Statistikal (SPC/Statistical Process Control) yang didasarkan pada sampling dan analisis varians.

Kedua, yakni sumber inovasinya. Bila sebagian besar ide dan teknik manajemen bersumber dari sekolah bisnis dan perusahaan konsultan manajemen terkemuka, maka inovasi manajemen sebagian besar dihasilkan oleh para pionir yang pada umumnya adalah insinyur industri dan ahli fisika yang bekerja di sektor industri dan pemerintah.

Ketiga, yakni asal negara kelahirannya. Kebanyakan konsep dan teknik dalam manajemen keuangan, pemasaran, manajemen strategik, dan desain organisasi berasal dari Amerika Serikat dan kemudian tersebar ke seluruh dunia. Sebaliknya TQM semula berasal dari Amerika Serikat, kemudian lebih banyak dikembangkan di Jepang dan kemudian berkembang ke Amerika Utara dan Eropa. Jadi TQM mengintegrasikan keterampilan teknikal dan analisis dari Amerika, keahlian implementasi dan pengorganisasian Jepang, serta tradisi keahlian dan integritas dari Eropa dan Asia.

Keempat, yakni proses diseminasi atau penyebaran. Penyebaran sebagian besar manajemen modern bersifat hirarkis dan top-down. Yang mempeloporinya biasanya adalah perusahaan-perusahaan raksasa seperti General Electric, IBM, dan General Motors. Sedangkan gerakan perbaikan kualitas merupakan proses bottom up, yang dipelopori perusahaan-perusahaan kecil. Dalam implementasi TQM, penggerak

6 Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

(18)

utamanya tidaklah selalu CEO, tetapi seringkali malah manajer departemen atau

2. Sumber inovasi Insinyur industry dan fisikawan yang bekerja

kelahiranya Internasional:dikembangkan di USA, kemudian ditransfer ke Jepang setelah itu tersebar

Komponen-komponen manajemen mutu terpadu pendidikan (MMTP) mempunyai 10 unsur utama (Goetsch & Davis, 1994) sebagai berikut 7:

1. Fokus Pada Pelanggan.

Dalam MMTP, baik pelanggan Internal maupun pelanggan eksternal merupakan

driver. pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang berhubungan dengan produk atau jasa.

2. Obsesi terhadap Kualitas.

7 Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

(19)

Dalam organisasi yang menerapkan MMTP, pelanggan eksternal dan internal yang menentukan mutu. Dengan mutu tersebut, organisasi harus terobsesi untuk memenuhi yang diinginkan pelanggan yang berarti bahwa semua karyawan berusaha melaksanakan setiap aspek pekerjaannya. Apabila suatu organisasi terobsesi dengan mutu maka berlaku prinsip good enough is never good enough.

3. Pendekatan Ilmiah.

Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk mendesain pekerjaan dalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut. Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.

4. Komitmen Jangka Panjang

MMTP merupakan paradigma baru, maka dari itu dibutuhkan budaya sekolah yang baru pula. Dan untuk membentuk budaya sekolah yang baru itu diperlukan adanya komitmen jangka panjang agar penerapan MMTP dapat berjalan dengan baik.

5. Kerja Sama Tim (Team Work)

Dalam organisasi yang menerapkan TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina, baik anatr karyawan perusahaan maupun dengan pemasok, lembaga-lembaga pemerintah, dan masyarakat sekitarnya.

6. Perbaikan Sistem Secara Terus Menerus

Setiap produk memanfaatkan proses tertentu dalam suatu sistem, sehingga sistem yang ada perlu diperbaiki secara terus menerus agar mutu dapat meningkat.

(20)

tanpa henti hingga tujuan organisasi dapat dicapai dan dengan melibatkan segenap komponen dalam organisasi

Sebagai sebuah pendekatan, MMT mencari sebuah perubahan permanen dalam sebuah tujuan organisasi, dari tujuan “kelayakan” jangka pendek menuju tujuan “perbaikan mutu” jangka panjang. Institusi yang melakukan inovasi secara konstan, melakukan perbaikan dan perubahan secara terarah, dan mempraktekan MMT, akan mengalami siklus perbaikan secara terus menerus. Semangat tersebut akan menciptakan sebuah upaya sadar untuk menganalisa apa yang sedang dikerjakan dan merencanakan perbaikannya..

7. Pendidikan dan Pelatihan

Sekolah yang menerapkan MMTP, pendidikan dan pelatihan merupakan faktor yang mendasar, karena dengan pendidikan dan pelatihan setiap guru dan staf tata usaha akan meningkatkan keterampilan teknisnya.

8. Kebabasan yang Terkendali

Kebabasan yang timbul karena keterlibatan pemberdayaan guru dan staf merupakan hasil pengendalian yang terencana, misalnya keterlibatan dan pemberdayaan guru dan staf tata usaha dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Adanya keterlibatan dan pemberdayaan tersebut akan dapat meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat serta dapat memperkaya wawasan dan pandangan dalam suatu keputusan.

9. Kesatuan Tujuan

Agar MMTP dapat diterapkan dengan baik maka sekolah harus memiliki kesatuan yang jelas. Dengan demikian semua usaha dapat diarahkan pada tujuan yang sama. Meski begitu, dalm kesatuan tujuan tidak berarti harus selalu ada persetujuan antara pihak kepala sekolah dengan guru dan staf tata usaha mengenai upah dan kondisi kerja.

(21)

Keterlibatan guru dan staf tata usaha merupakan hal penting dalam memerpkan MMT. Manfaat dari keterlibatan guru dan staf, adalah :

a. Dapat menghasilkan keputusan yang baik dan perbaikan yang lebih efektif karena mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja.

b. Meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab atas keputusan dengan melibatkan orang yang harus melaksanakan.

Dan untuk menciptakan kultur perbaikan terus menerus, seorang manejer harus mempercayai stafnya dan mendelegasikan keputusan pada tingkatan-tingkatan yang tepat. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan staff sebuah tanggungjawab untuk menyampaikan mutu dalam lingkungan mereka. Staf membutuhkan kebebasan kerja dalam keranagka kerja yang sudah jelas dan tujuan organisasi sudah diketahui.

C. DIMENSI-DIMENSI PRINSIP DASAR MMT

Untuk menjalankan mutu terpadu diperlukan suatu perubahan baik perubahan dalam budaya dan sistem nilai dari suatu organisasi yang harus mengacu pada prinsip-prinsip manajemen mutu terpadu.

Menurut Hensle dan Brunel8 ada empat prinsip utama manajemen mutu terpadu yang

merupakan sasaran dalam pengelolaan pendidikan

1. Kepuasan pelanggan

Dalam manajemen mutu terpadu konsep dan pelanggan diperluas. Kualitas tidak lagi bermuara pada kesesuaian dengan spesialisasi-spesialisasi tertentu tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri meliputi pelanggan internal dan eksternal . kebutuhan pelanggan diusahakan untuk dipuaskan dalam segala aspek termasuk di dalamnya harga, keamanan dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktfitas organisasi harus dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.

2. Respek terhadap setiap orang

8 Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

(22)

Dalam organisasi yang kualitasnya kelas dunia, setiap karyawan dipandang sebagai individu yang memilki talenta dan kreatifitas khas. Ini berarti bahwa karyawan merupakan sumber daya organisasi yang paling berharga. Oleh karena itu setiap orang dalam organisasi harus diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambilan keputusan, karyawan akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil keputusan yang merupakan keputusan bersama, sehingga akan menjadi keputusan bulat yang didukung semua lapisan.

3. Manajemen berdasarkan fakta

Organisasi kelas dunia biasanya berorientasi pada fakta. Ini menunjukkan bahwa keputusan yang diambil berdasarkan pada fakta bukan pada perasaan. Ada dua konsep yang berkaitan dengan ini . Pertama adanya prioritas dan kedua adanya variasi.

Prioritas merupakan konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen dan tim dalam organisasi dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu yang sangat vital. Sedangkan variasi yang dimaksudkan adalah varibilitas kinerja manusia yang memberikan gambaran pada sistem organisasi. Dengan demikian manajemen dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

4. Perbaikan Kesinambungan

Untuk dapat sukses setiap organisasi perlu melakukan proses yang sistematis dalam melaksanakan perbaikan yang berkesinambungan . Konsep yang berlaku disini adalah siklus PDCA (Paln-Do-Check-act). Siklus ini terdiri dari langkah-langkah perencanaan, melaksanakan rencana, memeriksa hasil pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan rencana dan melakukan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh.

(23)

D. INDIKATOR KEBERHASILAN MMT

Menurut Hadari Nawawi, bagi organisasi pendidikan, adaptasi manajemen mutu terpadu dapat dikatakan sukses, jika menunjukkan gejala – gejala sebagai berikut 9:

1. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat.

2. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang.

3. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat

4. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.

5. Kontrol berlangsung efektif terutama dari atasan langsung melalui pengawasan melekat, sehingga mampu menghemat pembiayaan, mencegah penyimpangan dalam pemberian pelayanan umum dan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 6. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.

7. Peningkatan ketrampilan dan keahlian bekerja terus dilaksanakan sehingga metode atau cara bekerja selalu mampu mengadaptasi perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai cara bekerja yang paling efektif, efisien dan produktif, sehingga kualitas produk dan pelayanan umum terus meningkat.

E. LANGKAH DALAM MENERPAKAN MMT

Langkah-langkah penerapan MMT menurut Goetsh dan Davis.10

1. Persiapan.

9 Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers :

Yogyakarta halaman 47.

10 Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

(24)

1) Bentuk komisi pengarah mutu total 2) Pembentukan tim

3) Pelatihan

4) Prinsip petunjuk penciptaan visi 5) Mengatur tujuan umum

6) Mengkomunikasikan dan mempublikasikanya 7) Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan 8) Sukap dasar pekerja

9) Memenuhi kepuasan pelanggan

2. Perencanaan.

1) Merencanakan pendekatan pelaksanaan 2) Mengidentifikasi tim

3) Komposisi proyek 4) Pelatihan tim

5) Kegiatan tim dan pengarahan

3. Eksekusi.

1. Umpan balik untuk komisi pengarah 2. Umpan balik pelanggan

3. Umpan balik pekerja,

F. IMPLEMENTASI DALAM MMT.

Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa. Yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka.

(25)

pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat), pelanggan tertier (pemakai/ penerima lulusan baik diperguruan tinggi maupun dunia usaha).

Komponen yang terkait dengan mutu pendidikan adalah 1) siswa : kesiapan dan motivasi belajarnya, 2) guru : kemampuan profesional, moral kerjanya (kemampuan personal), dan kerja-samanya (kemampuan sosial). 3) kurikulum : relevansi konten dan operasionalisasi proses pembelajaran-nya, 4) dan, sarana dan prasarana : kecukupan dan keefektifan dalam mendukung proses pembelajaran, 5) Masyarakat (orang tua, pengguna lulusan, dan perguruan tinggi) : partisipasinya dalam pengembangan program-program pendidikan seko-lah. Mutu komponen-komponen tersebut di atas menjadi focus perhatian kepala sekolah.

1. Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum adalah segenap proses usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mangajar11.

Secara sederhana dan lebih mudah dipelajari secara mendalam, maka ruang lingkup manajemen kurikulum adalah sebagai berikut12:

b. Planning

Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran, mata pelajaran, masalah-masalah, proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut:

1) Bidang-bidang keilmuan yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA, matematika, dan lain-lain.

2) Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan program.

11 Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta,

PT.Gramedia Pustaka, Hal,162.

12 Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta,

(26)

3) Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar.

4) Tiap-tiap mata pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus

c. Organizing

Pengorganisasian kurikulum dapat dilihat dari dua pendekatan, yaitu secara structural dan secara akademik. Secara structural, organisasi sangat diperlukan dalam melaksanakan13 :

1) Organisasi perencanaan kurikulum 2) Organisasi pelaksanaan kurikulum 3) Organisasi pengevaluasi kurikulum.

Secara akademik, organisasi kurikulum dikembangkan dalam bentuk-bentuk organisasi

1) Kurikulum mata ajaran 2) Kurikulum bidang studi 3) Kurikulum integrasi 4) Core curriculum

d. Staffing

Staffing adalah fungsi penyusunan/penyediaan orang-orang untuk melaksanakan system yang diorganisasikan. Staffing meliputi rekrutment, seleksi, hiring, penempatan, penilaian, pelatihan dan kompensasi14

e. Contolling

13 Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta,

PT.Gramedia Pustaka, Hal,164.

14 Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta,

(27)

Control kurikulum dapat dilihat sebagai proses pembuatan keputusan-keputusan tentang kurikulum disebuah sekolah atau proses pengajaran yang dibatasi minat-minat pihak luar.15

2. Manajemen Ketenagaan

Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5) menyebutkan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Dimana tenaga kependidikan tersebut memenuhi syarat yang ditentukan oleh undang-uandang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu jabatan dan digaji pula menurut aturan yang berlaku.

Tenaga kependidikan merupakan seluruh komponen yang terdapat dalam instansi atau lembaga pendidikan yang tidak hanya mencakup guru saja melainkan keseluruhan yang berpartisipasi dalam pendidikan. Dilihat dari jabatannya, tenaga kependidikan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

1) Tenaga struktural

Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan-jabatan eksekutif umum (pimpinan) yang bertanggung jawab baik langsung maupun tidak langsung atas satuan pendidikan.

2) Tenaga fungsional

Merupakan tenaga kependidikan yang menempati jabatan fungsional yaitu jabatan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya mengandalkan keahlian akademis kependidikan.

3) Tenaga teknis kependidikan

15 Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta,

(28)

Merupakan tenaga kependidikan yang dalam pelaksanaan pekerjaannya lebih dituntut kecakapan teknis operasional atau teknis administratif.

3. Manajemen Kesiwaan

Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Tujuan Manajemen Peserta Didik adalah menata proses kesiswaan mulai dari perekrutan, mengikuti pembelajaran sampai dengan lulus sesuai dengan tujuan institusional agar dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Fungsi Manajemen Peserta Didik adalah sebagai wahana bagi peserta didik untuk mengembangakan diri seoptimal mungkin, baik yang berkenaan dengan segi-segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi, kebutuhan dan segi-segi potensi peserta didik lainnya16.

Agar tujuan dan fungsi manajemen peserta didik dapat tercapai, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya.

Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:

1) Penyelenggara harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan

2) Manajemen peserta didik harus mempunyai tujuan yang sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah secara keseluruhan

3) Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik haruslah mengemban misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik

4) Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik haruslah diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan dan punya banyak perbedaan

5) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik

16 Hermino, Agustinus 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta,

(29)

6) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah mendorong dan memacu kemandirian peserta didik

7) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik di sekolah lebih-lebih di masa depan

Ruang lingkup Manajemen Peserta Didik itu meliputi:

1) Analisis Kebutuhan Peserta Didik

Langkah pertama dalam kegiatan manajemen peserta didik adalah melakukan analisis kebutuhan yaitu penetapan siswa yang dibutuhkan oleh lembaga pendidikan (sekolah). Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah:

a) Merencanakan jumlah peserta didik yang akan diterima b) Menyusun progam kegiatan kesiswaan

2) Rekruitmen Peserta Didik

Rekruitmen peserta didik di sebuah lembaga pendidikan (sekolah) pada hakikatnya adalah merupakan proses pencarian, menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) yang bersangkutan.

a) Langkah-langkah rekruitmen peserta didik (siswa baru) adalah sebagai berikut:

Pembentukan panitia penerimaan siswa baru

b) Pembuatan dan pemasangan pengumuman penerimaan peserta didik baru yang dilakukan secara terbuka.

3) Seleksi Peserta Didik

Seleksi peserta didik adalah kegiatan pemilihan calon peserta didik untuk menentukan diterima atau tidaknya calon peserta didik menjadi peserta didik di lembaga pendidikan (sekolah) tersebut berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(30)

a) Melalui tes atau ujian

b) Melalui penelusuran bakat kemampuan c) Berdasarkan nilai STTB atau nilai UAN

4) Orientasi

Orientasi peserta didik adalah kegiatan penerimaan siswa baru dengan mengenalkan situasi dan kondisi lembaga pendidikan (sekolah) tempat peserta didik itu menempuh pendidikan. Tujuan diadakannya orientasi bagi peserta didik antara lain:

a) Agar peserta didik dapat mengerti dan mentaati segala peraturan yang berlaku di sekolah

b) Agar pesera didik dapat berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan sekolah

c) Agar peserta didik siap menghadapi lingkungannya yang baru baik secara fisik, mental dan emosional sehingga ia merasa betah dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah serta dapat menyesuaikan dengan kebutuhan sekolah.

5) Penempatan Peserta Didik (Pembagian Kelas)

Sebelum peserta didik yang telah diterima pada sebuah lembaga pendidikan (sekolah) mengikuti proses pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya. Pengelompokan peserta didik yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah sebagian besar didasarkan kepada sistem kelas.

6) Pembinaan dan Pengembangan Peserta Didik

Pembinaan dan pengembangan peserta didik dilakukan sehingga anak mendapatkan bermacam-macam pengalaman belajar untuk bekal kehidupannya di masa yang akan datang.

(31)

Pencatatan dan pelaporan tentang kondisi peserta didik perlu dilakukan agar pihak lembaga dapat memberikan bimbingan yang optimal pada peserta didik.

8) Kelulusan dan Alumni

Proses kelulusan adalah kegiatan paling akhir dari manajemen peserta didik. Kelulusan adalah pertanyaan dari lembaga pendidikan (sekolah) tentang telah diselesaikannya program pendidikan yang harus diikuti oleh peserta didik. Ketika peserta didik sudah lulus, maka secara formal hubungan antara peserta didik dan lembaga telah selesai. Namun demikian, diharapkan hubungan antara para alumni dan sekolah telah terjalin. Hubungan antara sekolah dan para alumni dapat dapat dipelihara lewat pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh para alumni yang biasa disebut “reuni”.

4. Manajemen Keuangan

Manajemen keuangan merupakan tindakan pengurusan/ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban dan pelaporan Dengan demikian, manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah17.

Melalui kegiatan manajemen keuangan maka kebutuhan pendanaan kegiatan sekolah dapat direncanakan, diupayakan pengadaannya, dibukukan secara transparan, dan digunakan untuk membiayai pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien. Untuk itu tujuan manajemen keuangan adalah:

1) Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah 2) Meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah. 3) Meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah.

Sumber keuangan sekolah secara garis besar dapat berasal dari pemerintah dan masyarakat.

5. Manajemen Saran Prasarana

17 Mulyono,MA.2010, Konsep Pembiayaan Pendidikan, Jogjakarta, Ar Ruzz Media, halaman

(32)

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah, Sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah sedangkan Prasaranaadalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah/madrasah18.

Dalam hubungannya dengan proses belajar mengajar, ada dua jenis sarana pendidikan. Pertama, sarana pendidikan yang secara langsung digunakan dalam proses belajar mengajar. Sebagai contonya adalah kapur tulis, atlas dan sarana pendidikan lainnya yang digunakan guru dalam mengajar. Kedua, sarana pendidikan yang secara tidak langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar, seperti lemari arsip di kantor sekolah merupakan sarana pendidikan yang secara tidak langsung digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

Ditinjau dari sifat barangnya. Sarana dan prasarana pendidikan dapat dibedakan menjadi barang bergerak dan barang tidak bergerak, yang kesemuanya dapat mendukung pelaksanaan tugas. Barang bergerak atau barang berpindah/dipindahkan dikelompokkan menjadi barang habis-pakai dan barang tak habis pakai.

1) Barang habis-pakai ialah barang yang susut volumenya pada waktu dipergunakan, dan dalam jangka waktu tertentu barang tersebut dapat susut terus sampai habis atau tidak berfungsi lagi, seperti kapur tukis, tinta, kertas, spidol, penghapus, sapu dan sebagainya.

2) Barang tak-habis-pakai ialah barang-barang yang dapat dipakai berulang kali serta tidak susut volumenya semasa digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tetapi tetap memerlukan perawatan agar selalu siap-pakai untuk pelaksanaan tugas, seperti mesin tulis, komputer, mesin stensil, kendaraan, perabot, media pendidikan dan sebagainya.

6. Manajemen Kelas

Pengelolaan kelas merupakan usaha sadar, untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu mengarah pada persiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan, waktu, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai.

Menurut Ahmad bahwa tujuan pengelolaan kelas adalah sebagai berikut19:

18 Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana.

(33)

1) Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan semaksimal mungkin.

2) Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi belajar mengajar.

3) Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan intelektual siswa dalam kelas.

4) Membina dan membimbing sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta sifat-sifat individunya.

7. Manajemen Laboratorium.

Fungsi utama dari laboratorium adalah wadah untuk melakukan praktik atau penerapan atas teori, penelitian dan pengembangan keilmuan, sehingga menjadi unsur penting dalam kegiatan pendidikan dan penelitian, khususnya di bidang IPA20 .

Pengelola laboratorium IPA di sekolah idealnya meliputi; a. Kepala laboratorium adalah seorang staf edukatif atau fungsional yang ditugaskan menjadi pimpinan tertinggi dalam organisasi laboratorium serta membawahi anggota laboratorium, pembimbing praktikum, staf administrasi, laboran, dan asisten praktikum serta bertanggung jawab terhadap semua kegiatan di laboratorium, b. Anggota laboratorium adalah staf edukatif yang memiliki minat keilmuan dan bersedia turut berperan aktif dalam pengelolaan serta pengembangan laboratorium, c. Pembimbing praktikum adalah staf edukatif yang bertanggungjawab dalam memberikan bimbingan praktikum bagi siswa untuk mata pelajaran IPA, d. Staf administrasi adalah tenaga administratif yang menjalankan fungsi administrasi di laboratorium, e. Laboran adalah staf laboratorium yang membantu pelaksanaan kegiatan dan teknis operasional dalam laboratorium, serta mempersiapkan peralatan dan bahan.

8. Manajemen Perpustakaan

Secara umum perpustakaan mempunyai arti sebagai tempat yang di dalamnya terdapat kegiatan penghimpunan, pengolahan dan penyebarluasan (pelayanan) segala macam

(34)

informasi, baik yang tercetak maupun yang terekam dalam berbagai media seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recoreder, video, komputer dan lain-lain. Semua koleksi sumber informasi tersebut disusun berdasarkan sistem tertentu dan dipergunakan untuk kepentingan belajar melalui kegiatan membaca dan mencari informasi bagi segenap masyarakat yang membutuhkannya.21

Perpustakaan sekolah mempunyai empat fungsi umum, yaitu edukatif, informatif, kreasi dan riset atau penelitian22.

1) Fungsi Edukatif : adalah segala fasilitas dan sarana yang ada pada perpustakaan sekolah, terutama koleksi yang dikelola, banyak membantu para siswa sekolah untuk belajar dan memperoleh kemampuan dasar dalam mentransfer konsep-konsep pengatahuan, sehingga di kemudian hari para siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya lebih lanjut. Fungsi ini erat kaitannya dengan pembentukan manusia pembangunan yang berkualitas di masa yang akan datang. Pendidikan memang merupakan salah satu cara yang paling tepat untuk banyak tahu tentang segala hal yang terjadi di dunia ini.

3) Fungsi Rekreasi : Dengan disediakannya koleksi yang bersifat ringan seperti surat kabar, majalah umum, buku-buku fiksi dan sebagainya, diharapkan dapat menghibur pembacanya di saat yang memungkinkan. Misalnya dikala sedang ada waktu senggang sehabis belajar seharian, bisa memanfaatkan jenis koleksi ini. Fungsi rekreasi ini memang bukan yang utama dari dibangunnya perpustakaan sekolah, namun hanya sebagai pelengkap saja guna memenuhi kebutuhan sebagai anggota masyarakat sekolah akan hiburan intelektual.

4) Fungsi Riset atau Penelitian : adalah koleksi perpustakaan sekolah bisa dijadikan bahan untuk membantu dilakukannya penelitian sederhana. Segala jenis informasi

21 Darmono, 2001, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Grasindo,

halaman 2.

22 Darmono, 2001, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Grasindo,

(35)

tentang pendidikan setingkat sekolah yang bersangkutan sebaiknya disimpan di perpustakaan, sehingga jika ada siswa atau guru yang meneliti ingin mengetahui informasi tertentu tinggal membacanya di perpustakaan.

Sesuai dengan pengertian perpustakaan sekolah yang memiliki tiga kegiatan utama yaitu kegiatan penghimpunan, pengolahan dan penyebarluasan segala macam informasi pendidikan kepada para siswa dan guru, maka perpustakaan sekolah bertugas dengan tugas inti yang dimaksudkan, yaitu23 :

1) Menghimpun atau mengumpulkan, mendayagunakan, memelihara dan membina secara terus-menerus bahan koleksi atau sumber informasi (bahan pustaka) dalam bentuk apa saja, seperti misalnya buku, majalah, surat kabar, da jenis koleksi lainnya.

2) Mengolah sumber informasi dengan menggunakan sistem atau cara tertentu, sejak dari bahan pustaka tersebut datang ke perpustakaan sampai kepada bahan pustaka tersebut siap untuk disajikan untuk dilayankan kepada penggunanya yakni para siswa, guru, dan staf dilingkungan sekolah yang bersangkutan. Kegiatan ini antara lain meliputi pekerjaan penginvetarisasian, pengklasifikasian, penggolongan koleksi, pengatalogan, pelabelan, pembuatan alat kartu dan kantong buku, pembuatan lembar pengembalian buku, dan lain-lain.

3) Menyebarluaskan sumber informasi atau bahan-bahan pustaka kepada segenap anggota yang membutuhkannya sesuai dengan kepentingannya yang berbeda satu dengan yang lain. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah pelayanan referens dan informasi, pelayanan peminjaman koleksi, pelayanan promosi, pelayanan bimbingan kepada pembaca dan sebagainya, termasuk pelayanan kepada para siswa dan guru dalam rangka mencari informasi yang berkaitan dengan minatnya

9. Manajemen Bimbingan Dan Konseling

Konselor adalah tenaga pendidikprofesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individuyang menerima

23 Darmono, 2001, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Grasindo,

(36)

pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor24.

Secara umum, tujuan bimbingan dan konseling ialah agar individu dapat :

1) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupannya di masa yang akan dating.

2) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliknya seoptimal mungkin.

3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya.

4) Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.

(37)

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan :

1. Manajemen Mutu Terpadu(TQM) adalah suatu sistem manajemen yang mendayagunakan sumber – sumber kualitas yang ada dalam organisasi melalui tahapan – tahapan manajemen secara terkendali untuk meningkatkan kualitas pelayanan pada pelanggan secara efektif dan efisien.

2. Kesulitan penerapan TQM dalam bidang pendidikan adalah kesulitan dalam penentuan kualitas produknya (lulusan) yang lebih bersifat kualitatif.

3. Implementasi TQM di bidang pendidikan dikatakan berhasil jika dapat ditemukan ciri – ciri sebagai berikut :

a. Tingkat konsistensi produk dalam memberikan pelayanan umum dan pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan peningkatan kualitas SDM terus meningkat. b. Kekeliruan dalam bekerja yang berdampak menimbulkan ketidakpuasan dan

komplain masyarakat yang dilayani semakin berkurang. c. Disiplin waktu dan disiplin kerja semakin meningkat

d. Inventarisasi aset organisasi semakin sempurna, terkendali dan tidak berkurang/hilang tanpa diketahui sebab – sebabnya.

(38)

f. Pemborosan dana dan waktu dalam bekerja dapat dicegah.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono, 2001, Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah, Jakarta, Grasindo,

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta, Jakarta

Hadari Nawawi (2005); Manajemen Strategik, Gadjah Mada Pers : Yogyakarta

Hermino, Agustinus, 2013, Assesmen Kebutuhan Organisasi Persekolahan, Jakarta, PT.Gramedia Pustaka

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19414/4/Chapter%20II.pdf, jumát 28 Maret 2014, jam 22.15 WIB.

http://www.m-edukasi.web.id/2013/03/pengelolaan-laboratorium-ipa-di-sekolah.html

Marno dan Triyo Supriyatno,2008, Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam,Bandung, Refika Aditama.

Mulyono,MA.2010, Konsep Pembiayaan Pendidikan, Jogjakarta, Ar Ruzz Media

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 27 TAHUN 2008

Permendiknas No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana

Syafarudin, 2002, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Jakarta,Grasindo.

(39)

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian terhadap filtrat menunjukkan bahwa penyaringan air baku menggunakan Mn-Z variasi waktu perendaman menyebabkan kadar besi dalam filtrat berkurang dari 5

Namun belum ada penelitian lebih lanjut tentang perbedaan besar ekspresi CXCL12 pada limfoma folikuler derajat rendah dan derajat tinggi serta hubungan ekspresi

9 Pada kelompok perlakuan 1 dan 2 masih didapatkan jumlah pembuluh darah baru dalam jumlah yang lebih banyak dibanding kelompok kontrol, hal ini terjadi karena

PERBANDINGAN HASIL SHOOTING MENGGUNAKAN SHOTLOC, FINGER TAPE PLASTER, DAN SHOOTING BIASA DALAM PERMAINAN BOLA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

- KTSP dikembangkan dengan melibatkan seluruh warga sekolah beserta stakeholder yang terkait sesuai prosedur dan program kerja yang telah dibuat. 

Tindakan menyediakan dasar pilihan rumah oleh anggota telah memberi peluang kepada anggota untuk membuat pilihan ke atas jenis rumah yang mereka inginkan dan secara tidak

 Ketentuan pidana, setiap orang atau badang yang melanggar peraturan ini di pidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana denda paling banyak Rp.. Peraturan

Dari berbagai pandangan tersebut, koordinasi dalam pendekatan pengelolaan jaringan lebih mengarah pada bentuk koordinasi yang negosiatif dan konsultatif, yang mana