• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BALAI BESAR INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN  BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI 

(2)
(3)

IKHTISAR EKSEKUTIF

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun 2016 adalah wujud pertanggungjawaban Perjanjian Kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan pada Tahun Anggaran 2016 yang berisi tentang keberhasilan maupun belum tercapainya sasaran yang telah ditetapkan, termasuk hambatan yang dihadapi serta rekomendasi perbaikan kinerja.

Cakupan Laporan Kinerja terdiri dari capaian Rencana Strategis serta capaian Perjanjian Kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun Anggaran 2016. Walaupun tidak semua sasaran rencana Strategis termuat dalam Perjanjian Kinerja, namun dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tetap menyajikan capaian Rencana Strategis 2015-2019 Tahun kedua.

Adapun sasaran yang termuat dalam dokumen Rencana Strategis 2015-2019 terdiri dari: 1). Meningkatnya Kapasitas Litbang BBIHP dalam Bidang Industri Hasil Perkebunan; 2). Meningkatnya Profesionalisme dan Kapasitas Layanan Jasa Teknis; 3). Meningkatnya Layanan Dukungan Manajemen.

Sedangkan pada dokumen Perjanjian Kinerja sasaran Srategisnya terdiri dari: 1) Meningkatnya hasil-hasil Litbang yang dimanfaatkan oleh industri; 2) Meningkatnya kerjasama Litbang; 3) Meningkatnya kualitas pelayanan publik; 4) Meningkatnya Kemampuan Balai dan Hasil Litbang dalam Rangka Meningkatnya Daya Saing. Antara sasaran strategis Renstra Balai Besar Industri Hasil Perkebunan dengan Sasaran Strategis Perjanjian kinerja telah sesuai. Secara umum capaian Perjanjian kinerja telah terealisasi sesuai target yang ditetapkan dengan uraian sebagai berikut:

Sasaran Strategis I: Meningkatnya hasil-hasil Litbang yang dimanfaatkan oleh industri. Indikator kinerja dari sasaran strategis I adalah:

1. Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan

Realisasi sebanyak 1 penelitian yaitu Aplikasi Pemanfaatan Pasta Kakao menjadi bahan tambahan pangan JICO, kegiatan ini dilaksanakan IKM pengolahan cokelat yaitu Gabungan Kelompok Tani Reso Pammase, berlokasi di Kecamatan Larompong, Kab. Luwu Provinsi Sulawesi Selatan.

2. Hasil Litbang yang telah diimplementasikan, realisasi sebanyak 1 penelitian yaitu Pengembangan Formulasi Sediaan Shampo Berbahan Dasar Lemak Kakao, dilaksanakan pada IKM pengolahan cokelat yaitu KUB. Sibali Resoe, berlokasi di Kota Masamba Kab. Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan.

3. Hasil teknologi yang dapat menyelesaikan permasalahan industri (problem solving), realisasi kegiatan ini sebanyak 1 Kegiatan yaitu Optimalisasi Penggunaan Alat Press

(4)

Lemak Kakao Untuk Menghasilkan Bubuk Kakao yang Memenuhi Syarat dilaksanakan pada IKM pengolahan cokelat yaitu Gapoktan. IKM Reso Pammase berlokasi di Kecamatan Larompong, Kab. Luwu Prov. Sulawesi Selatan.

Sasaran strategis II: Meningkatnya kerjasama Litbang.

Indikator kinerja dari sasaran strategis II adalah: kerjasama Litbang instansi dengan industri. Realisasi sebanyak 2 kegiatan dengan judul Pemanfaatan Limbah Padat Kombinasi Limbah Cair Industri Pengolahan Semi Refine Caragenan Berbahan Baku Rumput Laut Euchema sp sebagai pupuk cair untuk tanaman pertanian. Bekerja sama dengan PT. Wahyu Putra Bimasakti, berlokasi di Kawasan Industri Makassar (KIMA) di kota Makassar. Dan Kerjasama Pengembangan Mutu Produk Kopi, bekerjasama dengan Unit Pengolahan Kopi-Koperasi Kopi Manipi berlokasi di Kab. Sinjai Prov. Sulawesi Selatan.

Sasaran strategis III: Meningkatnya kualitas pelayanan publik.

Indikator kinerja dari sasaran startegis III adalah tingkat kepuasan pelanggan, ditargetkan Indeks 3.6 terealisasi Indeks 3.6. Responden berasal dari semua pelanggan yang menggunakan jasa layanan BBIHP.

Sasaran strategis IV: Meningkatnya kemampuan Balai dan hasil Litbang dalam rangka meningkatnya daya saing.

Indikator kinerja dari sasaran startegis IV adalah Paket peralatan laboratorium dan sarana pendukung Balai, ditargetkan 1 Paket pengadaan dan terealisasi 1 Paket.

Realisasikan Anggaran TA 2016:

Pagu TA 2016 Rp.18.754.722.000,- realisasi sebesar Rp. 18.634.353.879,- atau sebesar 99,35%. Rincian realisasi sebagai berikut:

1. Pagu Rupiah murni sebesar 14.859.483.000,- realisasi Rp. 14.769.526.000,-atau sebesar 99,36%.

2. Pagu Penggunaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 3.895.239.000,-realisasi Rp. 3.862.748.000,- atau sebesar (99,17%).

Realisasikan Penerimaan PNBP TA 2016:

Realisasi Penerimaan PNBP dari target sebesar Rp. 2.772.830.000,- melampaui target sebesar Rp. 4.221.501.275,- atau 152%.

Kendala: Secara umum pencapaian kinerja telah sesuai target, namun masih ditemukan kendala dalam hal keterbatasan kapasitas Litbang. Balai Besar Industri Hasil

(5)

Perkebunan jika dibandingkan dengan peningkatan tuntutan dan kebutuhan aplikasi Litbang terapan. Keterbatasan ini disebabkan belum maksimalnya strategi kebijakan Litbang. Khususnya yang terkait dengan ketersediaan sarana dan prasarana litbang maupun biaya operasional. Sehingga Tim Litbang Balai Besar Industri Hasil Perkebunan masih kesulitan menciptakan penelitian-penelitian yang menjadi problem solving industri hasil perkebunan. Begitupun dengan peningkatan layanan publik yang berdampak pada peningkatan Jasa Pelayanan Teknis, peningkatan sumber dana Penerimaan Negara Bukan Pajak tidak selaras dengan peningkatan kebutuhan biaya operasional pelayanan jasa teknis disebabkan kebijakan penganggaran yang belum proporsional dengan kebutuhan pelayanan masyarakat.

Tindak Lanjut Kendala: Meningkatkan kapasitas sumber daya Balai Besar Industri Hasil Perkebunan yaitu sumber daya Litbang dan sumber daya pelayanan publik dengan cara peningkatan penganggaran yang proporsional. Disamping itu diperlukan adanya perubahan metode pelaksanaan Litbang yang lebih aktif berkoordinasi dengan industri, seperti pola konsorsium Litbang industri, diawali dengan pelaksanaan forum perencanaan Litbang industri dengan para stakeholder untuk mengetahui permasalahan dan solusi yang bisa diselesaikan bersama melalui Litbang konsorsium maupun Litbang mandiri. Meskipun pola ini memerlukan dukungan dana yang lebih besar dibanding dengan pola Litbang yang selama ini diterapkan namun lebih efektif untuk penerapan Litbang ke industri.

Capaian akhir kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar yang menurut skala ordinal pengukuran laporan kinerja diklasifikasikan cukup berhasil untuk periode tahun pertama dari Rencana Strategis Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 2015-2019 dengan tidak lepas dari faktor keterbatasan pagu anggaran yang diperoleh.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Kata Pengantar... i Ikhtisar Eksekutif ... ii Daftar Isi……….… v Daftar Tabel ... vi

Daftar Lampiran ... vii

Bab 1 Pendahuluan ... 1

A. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi ………. . 1

B. Peran Strategis Organisasi……… ... 2

C. Struktur Organisasi ……… . 5

D. Potensi ……….……….……… 9

Bab 2 Perencanaan dan Perjanjian Kinerja ... 12

A. Rencana Strategis Organisasi……… ... 12

B. Rencana Kinerja ... 16

C. Rencana Anggaran ... 18

D. Dokumen Perjanjian Kinerja ... 21

Bab 3 Akuntabilitas Kinerja ... 23

A. Capaian Kinerja Organisasi ... 23

B. Realisasi Anggaran ... 33

Bab 4 Penutup ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Permasalahan dan Kendala ... 40

C. Saran dan Rekomendasi ... 42

(7)

DAFTAR TABEL

1.1 Profil SDM berdasarkan jabatan dan pendidikan ... 11

2.1 Tujuan dan sasaran strategis organisasi (2015-2019) ... 16

2.2 Indikator kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun 2016 ... 17

2.3 Rincian anggaran tahun 2016 sebelum revisi ... 18

2.4 Rincian anggaran tahun 2016 sesudah revisi …………..………..……..… 20

2.5 Alokasi pagu anggaran BBIHP ... 21

2.6 Perjanjian kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun 2016 ... 22

3.1 Matriks alur IKU BPPI sampai perjanjian kinerja BBIHP TA 2016 ... 24

3.2 Rencana aksi perjanjian kinerja TA 2016 ... 25

3.3 Capaian rencana aksi per triwulan TA 2016 ... 26

3.4 Realisasi Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan ... 28

3.5 Rencana dan Realisasi kegiatan Litbang prioritas yang dikembangkan Tahun 2014-2016 ... 28

3.6 Hasil Litbang yang telah diimplementasikan ... 29

3.7 Realisasi hasil Litbang yang telah diimplementasikan Tahun 2014-2016 ... 30

3.8 Kegiatan problem solving ... 30

3.9 Realisasi Kegiatan Problem Solving Tahun 2015-2016 ... 31

3.10 Kerjasama Litbang instansi dengan industry ... 32

3.11 Realisasi Kerjasama Litbang dengan Industri Tahun 2014-2016 ... 32

3.12 Target dan realisasi Tingkat kepuasan pelanggan... 32

3.13 Realisasi tingkat kepuasan pelanggan dari tahun 2014-2016 ... 33

3.14 Target dan realisasi Paket Peralatan Laboratorium dan Sarana Pendukung Balai. ... 33

3.15 Realisasi anggaran kegiatan per triwulan ... 34

3.16 Realisasi Anggaran Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Perkebunan Tahun 2016 Bersumber dari Rupiah Murni (RM)... 35

3.17 Perkembangan Realisasi Anggaran TA. 2013-2016 ... 35

3.18 Pagu dan realisasi Penggunaan PNBP tahun 2016………...….. 37

3.19 Jenis dan Realisasi Penerimaan PNBP TA 2016... 37

(8)

FTAR TABELAR TABEL DA

DAFTAR LAMPIRAN

1. Pengukuran Kinerja Perjakin 2016

2. Matriks Alur IKU BPPI Sampai Perjanjian Kinerja BBIHP Tahun Anggaran 2016 3. Rencana aksi Perjakin

4. Capaian Perjanjian Kinerja Per Triwulan Berdasarkan Rencana Aksi TA 2016 5. Jumlah Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan

6. Hasil Penelitian dan Pengembangan yang Telah Diimplementasikan

7. Hasil teknologi yang dapat menyelesaikan permasalahan industri (problem solving)

8. Kerjasama Litbang dengan Instansi/ Industri 9. Indeks Kepuasan Pelanggan

10. Paket Peralatan Laboratorium dan Sarana Pendukung Balai 11. Realisasi Anggaran Kegiatan Tahun Anggaran 2016

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor: 119/M-IND/PER/11/2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Balai Besar dan Baristand Industri Dalam Masa Peralihan Terkait Perubahan Struktur Organisasi Eselon I Kementerian Perindustrian menetapkan Balai Besar Industri Hasil Perkebunan melaksanakan tugas dan fungsinya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 48/M-IND/PER/6/2006 sebagai unit pelaksana teknis di bawah Badan Penelitian dan pengembangan Industri Kementerian Perindustrian.

Tugas pokok dari Balai Besar Industri Hasil Perkebunan adalah melaksanakan kegiatan penelitian, pengembangan, standardisasi, pengujian, sertifikasi, kalibrasi dan pengembangan kompetensi industri hasil perkebunan sesuai kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Badan Penelitian dan pengembangan Industri. Sedangkan fungsi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan adalah:

a. Pelaksanaan penelitian, dan pengembangan dan pelayanan jasa teknis bidang teknologi bahan baku, bahan pembantu, proses, produk, peralatan, dan penanggulangan pencemaran industri hasil perkebunan;

b. Pelaksanaan rancang bangun dan perekayasaan peralatan proses; c. Penelitian, pengembangan, perancangan, penerapan standardisasi;

d. Pelaksanaan layanan teknis pengujian mutu bahan baku, bahan pembantu, produk akhir, hasil ikutan dan limbah;

e. Pelaksanaan pelayanan teknis kalibrasi peralatan; f. Pelaksanaan inspeksi teknis;

g. Pelaksanaan alih teknologi penelitian dan pengembangan;

h. Pelaksanaan penyuluhan termasuk pembinaan teknis dan ekonomis, konsultansi, dan informasi;

i. Pelaksanaan pemasaran dan kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi;

j. Pelayanan teknis dan administrasi kepada semua unsur di lingkungan BBIHP dan penyusunan laporan serta evaluasi hasil-hasil kegiatan yang telah dilakukan.

(10)

B. PERAN STRATEGIS ORGANISASI

Program Trisakti Pemerintah Republik Indonesia yaitu Berdaulat Dibidang Politik, Berdikari Dibidang Ekonomi, dan Berkepribadian Dalam Kebudayaan. Dimana khusus penjabaran trisakti kedua, berkaitan langsung dengan Kementerian Perindustrian yaitu Berdikari dalam ekonomi diwujudkan dalam pembangunan demokrasi ekonomi yang menempatkan rakyat sebagai pemegang kedaulatan di dalam pengelolaan keuangan negara dan pelaku utama dalam pembentukan produksi dan distribusi Nasional. Negara memiliki karakter kebijakan dan kewibawaan pemimpin yang kuat dan berdaulat dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi rakyat melalui penggunaan sumber daya ekonomi nasional dan anggaran untuk memenuhi hak dasar warganegara. Lanjut pada Sembilan program strategis Nawacita point 6 dan 7 yaitu Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional; dan Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik

.

Tentunya Program Trisakti dan Nawacita tersebut yang merupakan bagian dari visi misi Jokowi JK harus kita laksanakan sesuai dengan lingkup tupoksi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan.

Sesuai dengan amanah UU No. 3 Tentang Perindustrian tahun 2015 yang dijabarkan dalam peraturan Pemerintah No. Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2015 tentang RIPIN tahun 2015-2035 (Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional). Dalam rangka Bangun industri nasional berisikan industri andalan masa depan, industri pendukung, dan industri hulu, dimana ketiga kelompok industri tersebut memerlukan modal dasar berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, serta teknologi, inovasi, dan kreativitas. Ditetapkan 10 industri prioritas dimana BBIHP harus mampu memberi peran tupoksi (keLitbangan dan pelayanan jasa teknis) terhadap 3 dari 10 industri prioritas yang ditetapkan, yaitu: (1) Industri Pangan; (2) Industri Farmasi, Kosmetik; dan (3) Industri Hulu Agro.

Balai Besar Industri Hasil Perkebunan ikut menunjang pertumbuhan industri secara nasional dan regional khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Kondisi daerah yang mempunyai beberapa keunggulan dalam sumber daya alam yang belum dikelola secara optimal, akan menjadi fokus perhatian pelayanan keLitbangan BBIHP dan akan menjadi penggerak utama dan ujung tombak dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya alam khususnya yang meliputi :

1. Mengembangkan industri, khususnya industri kecil dan menengah, dengan melakukan penelitian dan pengembangan terhadap teknologi, bahan baku, proses, peralatan dan produk;

(11)

2. Memasyarakatkan hasil-hasil penelitian dan pengembangan kepada masyarakat industri;

3. Memberikan pelayanan teknis kepada masyarakat industri dalam hal standardisasi dan pengawasan mutu;

4. Memberikan bantuan teknik tentang teknologi proses dan peralatan;

5. Memberikan bantuan penanggulangan pencemaran akibat aktivitas industri

Dari sebelas Balai Besar di lingkup BPPI, BBIHP merupakan unit Balai Besar satu-satunya yang berada di luar Pulau Jawa. Hal ini menyebabkan BBIHP memiliki peran yang cukup strategis dalam menjalankan kebijakan-kebijakan strategis baik yang ditetapkan oleh BPPI maupun Kementerian Perindustrian. Dalam menjalankan tupoksinya sebagai lembaga Litbang dan unit pelayanan jasa teknis BBIHP memiliki potensi pengembangan Litbang dan pelayanan jasa teknis yang besar, keberadaanya yang berlokasi di kota Makassar Propinsi Sulawesi Selatan sebagai pintu gerbang pengembangan pembangunan di Kawasan Indonesia Timur menjadikan BBIHP sebagai ujung tombak pelayanan dan pembinaan industri di Kawasan Timur Indonesia khususnya. Namun potensi pelayanan jasa yang besar ini belum didukung oleh kesiapan sumber daya yang dimiliki BBIHP yang terbatas.

Sejak lima tahun terakhir (2012-2016) telah terjadi peningkatan jumlah pelayanan jasa teknis BBIHP hal ini bisa ditunjukkan dari peningkatan jumlah perusahaan/industri dan perorangan yang mendapat pelayanan oleh BBIHP dan diiringi dengan peningkatan jumlah penerimaan PNBP. Hal ini antara lain menunjukkan bahwa selain tingkat kepercayaan pelanggan yang tinggi kepada pelayanan BBIHP juga disebabkan semakin besarnya potensi pelayanan jasa teknis ke industri akibat dari pertumbuhan dan pengembangan industri di Indonesia Timur yang semakin meningkat. Sehingga secara beriringan dan berkelanjutan BBIHP harus selalu siap memberi pelayanan yang optimal dan mampu mengimbangi perkembangan potensi pelayanan jasa teknis kepada industri yang semakin meningkat. Peningkatan kebutuhan pelayanan tentunya berdampak pada peningkatan kebutuhan sumber daya pelayanan dalam hal ini SDM, sarana prasarana laboratorium, fasilitas pelayanan publik dan mekanisme pelayanan yang profesional.

Tuntutan peningkatan pelayanan berkaitan erat dengan peningkatan kebutuhan fasilitas dan operasional pelayanan (fasilitas laboratorium uji, operasional sampling dan pengujian, SDM dan sarana pendukung lainnya). Pelayanan Jasa Teknis BBIHP yang paling besar masih bersumber dari pengujian dan pengambilan sampel uji. Potensi kebutuhan pelayanan ini semakin meningkat sedangkan kapasitas

(12)

pelayanan pengujian dan pengambilan sampel tidak bertambah bahkan perlu diperbaharui karena beberapa peralatan laboratorium sudah tua, hal ini menyebabkan beberapa penawaran kerjasama pengujian dan sampling dari industri (calon pelanggan baru) untuk sementara ditolak karena ketidakmapuan memberi pelayanan sesuai target kontrak kerjasama, sehingga hanya mampu mempertahankan pelayanan pada pelanggan lama. Kondisi ini menjadi kendala yang serius bagi kementerian perindustrian sebagai pembina industri karena ketidakmampuan mengantisipasi kebutuhan pelayanan pada industri khususnya dalam rangka peningkatan daya saing industri dan berwawasan lingkungan di daerah.

BBIHP sebagai lembaga pelayanan beberapa jenis jasa teknis, merupakan unit pengelola PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Besarnya jumlah pelayanan berdampak pada besarnya jumlah penerimaan PNBP. Penerimaan PNBP ini dikelola untuk menunjang biaya operasional pelaksanaan jasa teknis, termasuk penyedia fasilitas pendukung pelayanan. Namun dengan jumlah penerimaan PNBP yang diperoleh (sesuai dengan standar tarif penerimaan PNBP) masih belum mampu menjadi sumber pembiayaan seluruh kebutuhan pengeloaan pelayanan jasa termasuk dalam penyediaan aset-aset atau fasilitas laboratorium. Karena pengadaan aset-aset tersebut cukup mahal dan terbatas. Sebagai unit pengelola PNBP, BBIHP harus melakukan usulan target penerimaan PNBP setiap tahunnya untuk dialokasi dalam pagu anggaran tahun berikutnya. Tentunya dengan asumsi penerimaan PNBP tersebut akan dikelola sesuai dengan kebutuhan operasional pelaksanaan layanan jasa teknis. Namun pada kenyataannya struktur anggaran yang disediakan mengharuskan sumber dana PNBP menanggung pembiayaan operasional perkantoran yang semestinya masih bersumber pada Rupiah Murni (RM).

Struktur penganggaran yang tersedia selama ini masih belum berimbang antara jumlah lokasi anggaran bersumber RM dengan PNBP. Kenaikan pagu akibat penerimaan PNBP tidak diimbangi dengan kenaikan RM. Yang terjadi malah sebaliknya, sehingga anggaran yang sedianya diperuntukkan untuk pengelolaan PNBP masih harus dibagi pada kegiataan yang semestinya bersumber dari RM. Sehingga akan sangat mempengaruhi pemberian pelayanan yang profesional kepada industri dan akan mempengaruhi kemampuan pencapaian target penerimaan PNBP yang telah ditetapkan. Seperti diketahui jika pelayanan ditargetkan berkelanjutan harus pula dibuatkan perencanaan anggaran yang terstruktur dan terencana. Jika sejak perencanaan anggaran sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pencapaian target sejak awal, tentunya akan sangat mempengaruhi realisasi kegiatan dan akan berdampak pada perkembangan organisasi pada tahun-tahun berikutnya. Untuk itu perlu kiranya

(13)

dilakukan penyamaan persepsi terhadap pengalokasian pagu anggaran yang berimbang terhadap kebutuhan masing-masing satker dalam lingkup BPPI khususnya dan lingkup Kemenperin umumnya.

C.

STRUKTUR ORGANISASI

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar

1. Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian di lingkungan Balai Besar Industri Hasil Perkebunan.

Dalam melaksanakan tugas, Bagian Tata Usaha menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan program, evaluasi dan laporan;

b. Pelaksanaan urusan keuangan dan inventarisasi barang milik negara; dan BALAI BESAR INDUSTRI HASIL

(14)

c. Pelaksanaan urusan surat menyurat, kearsipan, perjalanan dinas, rumah tangga, keamanan, urusan perlengkapan, pemeliharaan dan perawatan serta urusan kepegawaian.

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

(1) Subbagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program, monitoring, evaluasi, dan pelaporan.

(2) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan urusan keuangan dan inventarisasi barang milik negara.

(3) Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, perjalanan dinas, rumah tangga, keamanan, perlengkapan, pemeliharaan dan perawatan gedung, peralatan kantor dan laboratorium serta urusan kepegawaian.

2. Bidang Pengembangan Jasa Teknik mempunyai tugas melaksanakan pemasaran, kerjasama, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi. Dalam melaksanakan tugas Bidang Pengembangan Jasa Teknik menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan dan pelaksanaan pemasaran, pelayanan pelanggan, kerjasama, negosiasi, dan kontrak kerjasama usaha; dan

b. Perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan teknologi informasi bagi peningkatan pelayanan jasa teknologi pada industri, serta pengelolaan perpustakaan.

Bidang Pengembangan Jasa Teknik terdiri dari:

(1) Seksi Pemasaran dan Kerjasama mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan dan pelaksanaan pemasaran, pelayanan pelanggan, kerjasama, negosiasi, dan kontrak kerjasama usaha.

(2) Seksi Informasi mempunyai tugas melakukan persiapan bahan pengelolaan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dan perpustakaan.

3. Bidang Penelitian dan Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan perencanaan, pelaksanaan, penelitian dan pengembangan bahan baku, bahan pembantu, produk akhir, teknologi proses, rancang bangun dan perekayasaan industri, hasil ikutan serta limbah industri hasil perkebunan.

(15)

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Penelitian dan Pengembangan menyelenggarakan fungsi :

a. Perencanaan dan pelaksanaan teknologi pengolahan hasil perkebunan pasca panen; dan

b. Perencanaan dan pelaksanaan teknologi diversifikasi produk hilir. Bidang Penelitian dan Pengembangan terdiri dari :

(1) Seksi Teknologi Pengolahan Pasca Panen mempunyai tugas melakukan persiapan bahan penelitian dan pengembangan, alih teknologi dan konsultansi di bidang industri hasil perkebunan pasca panen dan hasil ikutan serta limbah industri hasil perkebunan.

(2) Seksi Teknologi Diversifikasi Produk Hilir mempunyai tugas melakukan persiapan bahan penelitian dan pengembangan alih teknologi dan konsultansi di bidang diversifikasi produk hilir industri hasil perkebunan.

4. Bidang Penilaian Kesesuaian mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengujian dan sertifikasi bahan baku, bahan pembantu, produk industri serta kegiatan kalibrasi mesin dan peralatan.

Dalam melaksanakan tugas, Bidang Penilaian Kesesuaian menyelenggarakan fungsi:

a. Perencanaan dan pelaksanaan pengujian bahan baku, bahan pembantu dan produk industri, serta pelaporan dan evaluasi hasil pengujian;

b. Perencanaan dan pelaksanaan kalibrasi peralatan, evaluasi hasil kalibrasi, penyiapan penerbitan sertifikat kalibrasi dan melaksanakan sertifikasi ulang; dan

c. Perencanaan dan pelaksanaan sertifikasi sistem mutu produk, keamanan, pengambilan contoh, jasa pelayanan sertifikasi, dan memelihara sistem sertifikasi.

Bidang Penilaian Kesesuaian terdiri dari:

(1) Seksi Pengujian dan Kalibrasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perencanaan dan pelaksanaan pengujian bahan baku, bahan pembantu dan produk industri, pelaporan dan evaluasi hasil pengujian, pelaksanaan kalibrasi peralatan, dan evaluasi hasil kalibrasi, serta persiapan penerbitan sertifikat kalibrasi dan melaksanakan sertifikasi ulang.

(16)

(2) Seksi Sertifikasi mempunyai tugas melakukan persiapan bahan sertifikasi sistem mutu produk, keamanan, keselamatan, pengambilan contoh, jasa pelayanan sertifikasi, dan memelihara sistem sertifikasi.

5. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(1) Kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 terdiri dan sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok jabatan fungsional sesuai dengan bidang keahliannya.

(2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh seorang tenaga fungsional yang dipilih oleh kelompok pejabat fungsional yang bersangkutan dan ditetapkan oleh Kepala Balai Besar Industri Hasil Perkebunan.

(3) Jumlah dan jenis tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(17)

D. POTENSI

Sebagai satker pengelola PNBP di daerah, BBIHP diberi tugas memberikan layanan jasa yang hingga tahun 2016 mampu memberikan tujuh jenis layanan, yaitu (1) Layanan Sertifikasi Produk (LSPro), (2) Layanan Pengujian, (3) Layanan Kalibrasi Alat, (4) Layanan Konsultansi, (5) Layanan Pelatihan SDM Industri, (6) Layanan Pemantauan Lingkungan, (7) Layanan lainnya termasuk bimbingan mahasiswa/siswa. Untuk itu BBIHP telah memiliki sarana dan prasaran yang mendukung layanan tersebut.

a. Kelembagaan

Jika dilihat dari aspek kelembagaan, dapat dikatakan BBIHP sudah cukup memadai dalam melaksanakan tupoksi dan pencapaian visi dan misi yang telah ditetapkan. Aspek kelembagaan ini menjadi suatu potensi yang perlu dikembangkan secara berkelanjutan untuk memperkuat perannya sebagai lembaga penelitian di bidang industri hasil perkebunan dan lembaga pengelola PNBP untuk layanan jasa teknis.

BBIHP mempunyai peran yang sangat vital dalam upaya pengembangan industri hasil perkebunan, hal ini didukung oleh kegiatan penelitian industri hasil perkebunan dan juga kegiatan pengujian, kalibrasi serta kegiatan sertifikasi produk.

 Laboratorium Uji

BBIHP memiliki laboratorium pengujian yang sudah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional dengan nomor LP-110-IDN dengan ruang lingkup sebanyak 28 komoditi yaitu:

1) Air Minum Dalam Kemasan; 15) Biskuit;

2) Mie Instan; 16) Minyak Goreng Sawit 3) Garam konsumsi beryodium; 17) Biji Kakao;

4) Tepung terigu; 18) Kopi Biji;

5) Pupuk NPK padat; 19) Semen Portland Tipe I; 6) Pupuk Urea; 20) Semen Portland Pozzolan; 7) Pupuk Dolomit; 21) Semen Portland Komposit; 8) Pupuk Kalium Klorida; 22) Air Minum dan Air Bersih; 9) Pupuk Haspramin; 23) Air Permukaan;

10) Pupuk Super Fosfat 36; 24) Air Limbah; 11) Kakao Bubuk; 25) Udara Ambien; 12) Gula Kristal Rafinasi; 26) Kebisingan;

(18)

13) Gula Kristal Putih; 27) Intensitas Cahaya;

14) Kakao Massa; 28) Emisi.

Laboratorium uji terdiri dari laboratorium air dan lingkungan, laboratorium kimia, laboratorium mikrobiologi serta laboratorium fisika dan mekanik. Masing-masing laboratorium telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat menunjang pelaksanaan kegiatan pengujian.

 Laboratorium Kalibrasi

BBIHP memiliki laboratorium kalibrasi yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional dengan nomor LK-139-IDN dengan ruang lingkup sebanyak 4 Bidang yaitu: 1)Bidang Massa; 2)Bidang Temperatur; 1) Bidang Volumetrik; serta 4) Bidang Intrumen Analitik.

 LSPro (Lembaga Sertifikasi Produk)

BBIHP memiliki LSpro yang telah terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional dengan nomor LSPr-018-IDN dengan ruang lingkup sebanyak 7 (tujuh ) Komoditi yaitu: 1). AMDK; 2) Mie Instan ; 3) Tepung terigu; 4) Pupuk urea; 5) Pupuk NPK padat; 6) Pupuk SP 36; 7) Garam Konsumsi Beryodium.

b. Kemampuan Layanan

Selain dari layanan kelembagaan LSPro, Lab. Uji, dan Lab. Kalibrasi, Inkubator Bisnis, Sentra HaKI, BBIHP juga mempunyai kemampuan layanan sebagai berikut: 1) Rancang Bangun dan Perekayasaan Industri; 2) Konsultansi; 3) Pelatihan Teknis kepada SDM Industri; 4) Pemantauan lingkungan; dan 5) Jasa Pengambilan Sampel. Tersedianya layanan-layanan tersebut diharapkan mampu mendukung kelancaran kegiatan pelayanan publik yang akan berdampak kepada peningkatan kepercayaan dan kepuasan pelanggan dalam bermitra dengan BBIHP.

c. Sumber Daya Manusia

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya BBIHP didukung oleh Sumber Daya Manusia sejumlah 86 Orang. Jumlah Sumber Daya Manusia ini merupakan suatu potensi yang dapat didayagunakan dalam menunjang tupoksi BBIHP. Jabatan terdiri dari eselon II sebanyak 1 Orang, eselon III sebanyak 4 orang dan eselon IV sebanyak 8 orang. Untuk jabatan fungsional terdiri dari fungsional peneliti sebanyak 11 orang, fungsional perekayasa 7 orang,

(19)

fungsional litkayasa sebanyak 3 orang, penyuluh sebanyak 1 orang, penguji mutu barang sebanyak 5 orang, pustakawan sebanyak 2 orang, arsiparis sebanyak 4 orang, pengendali dampak lingkungan sebanyak 1 orang, pranata humas sebanyak 1 orang, perencana sebanyak 1 orang, dan penerjemah sebanyak 1 orang. Serta fungsional umum sebanyak 36 orang. Rincian profil SDM menurut jabatan dan pendidikan disajikan pada tabel 1.1 profil SDM berdasarkan jabatan dan pendidikan.

Tabel 1.1 Profil SDM berdasarkan jabatan dan Pendidikan

No Jabatan Jumlah S2 S1 D3 SLT A SLTP SD

1 Struktural Eselon II 1 1

2 Struktural Eselon III 4 3 1

3 Struktural Eselon IV 8 4 4 4 Fungsional Peneliti 11 7 4 5 Fungsional Perekayasa 7 1 6 6 Fungsional tekni si litkayasa 3 1 2 7 Fungsional penyuluh 1 1 8 Fungsional PMB 5 5 9 Fungsional pustakawan 2 2 10 Fungsional arsiparis 4 3 1 11 Pengendali dampak lingkungan. 1 1 12 Pranata Humas 1 1 13 Perencana 1 1 14 Penerjemah 1 1 14 Umum 36 5 13 1 12 4 1 Total 86 22 42 2 15 4 1

(20)

BAB 2

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN

KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS ORGANISASI

Visi pembangunan industri nasional dalam jangka panjang adalah membawa Indonesia untuk menjadi “ Sebuah negara industri tangguh di dunia “, dengan visi yaitu “ Pada tahun 2020 Indonesia menjadi Negara Industri Maju Baru”. Hal ini terwujud dalam kondisi bahwa pada tahun tersebut kemampuan industri nasional telah diakui di dunia internasional, yang mampu menjadi basis kekuatan ekonomi modern secara struktural pada masa depan, sekaligus mampu menjadi wahana tumbuh-suburnya ekonomi, maka sebagai visi Kementerian Perindustrian Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan”

Misi Pembangunan Industri:

 Memperkuat dan memperdalam struktur Industri nasional untuk mewujudkan industri Nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan;

 Meningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan dengan meningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi;

 Membuka kesempatan berusaha dan perluasan kesempatan kerja;

 Pemerataan pembangunan Industri ke seluruh wilayah Indonesia guna memperkuat dan memperkukuh ketahanan nasional.

Penjabaran UU No. 3 tahun 2014 tentang Perindustrian yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 14 tahun 2015 tentang RIPIN tahun 2015-2035 (Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional) menjadikan BBIHP harus mampu memberi peran tupoksi (keLitbangan dan pelayanan jasa teknis) terhadap 3 dari 10 industri prioritas yang ditetapkan, yaitu: (1) Industri Pangan; (2) Industri Farmasi, Kosmetik; dan (3) Industri Hulu Agro.

Penetapan arah pembangunan indusri yang diselaraskan dengan tupoksi BBIHP diatas akan menjadi fokus sasaran strategi pada setiap kegiatan tahunan BBIHP sesuai dengan kompetensi dan sumber daya BBIHP sendiri

Sedangkan visi Badan Penelitian Pengembangan Industri adalah Menjadi lembaga penyedia rumusan kebijakan yang visioner dan pelayanan teknis

(21)

teknologis terkini yang mampu menjadi katalis peningkatan produktivitas dan daya saing sektor industri di tingkat nasional maupun global

Sebagai implementasi dari visi Kementerian Perindustrian dan visi Badan Penelitian dan pengembangan Industri maka Balai Besar Industri Hasil Perkebunan telah menetapkan visinya untuk memberikan suatu pedoman dan pendorong untuk mencapai tujuannya.

Visi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan didefinisikan sebagai berikut: “Menjadi Lembaga Penelitian dan Pengembangan dalam Bidang Industri Hasil Perkebunan dan Penyedia Layanan Jasa Teknis Yang Unggul dan Terdepan”

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, Balai Besar Industri Hasil Perkebunan selanjutnya menetapkan misi nya yang merupakan pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai yang akan membawa institusi kepada suatu fokus. Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh organisasi, sesuai visi yang ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.

Misi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan kurun waktu 2015 - 2019 adalah sebagai berikut yaitu :

1. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi yang inovatif dan berorientasi pada kebutuhan industri.

2. Meningkatkan pelayanan jasa teknis yang bertkualitas dan profesional.

TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS 1. Tujuan Strategis

Tujuan strategis Balai Besar Industri Hasil Perkebunan menggambarkan arah prioritas strategis institusi dan perbaikan-perbaikan yang akan dilakukan sesuai dengan tugas dan fungsi institusi dan isu-isu strategis. Tujuan ini merupakan penjabaran atau implementasi dari misi institusi dan merupakan hasil akhir yang ingin dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun.

Tujuan strategis Balai Besar Industri Hasil Perkebunan adalah sebagai berikut: Meningkatkan peran Litbang dan layanan jasa teknis dalam mendukung industri yang tangguh dan berdaya saing”

Indikator tujuan strategis terdiri dari:

1. Jumlah industri yang memanfaatkan hasil Litbang 2. Jumlah industri yang memanfaatkan jasa teknis 3. Indeks kepuasan pelanggan

(22)

Untuk mencapai tujuan tersebut ditetapkanlah langkah-langkah strategis yang tersusun sebagai saran strategis.

2. Sasaran Strategis

Sasaran strategis disini adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh organisasi setiap dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan sasaran dirumuskan lebih spesifik, terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula indikator pencapaian sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing.

Penentuan Sasaran Strategis Balai Besar Industri Hasil Perkebunan mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Perindustrian yaitu Sasaran Strategis 5 “Meningkatnya Pengembangan Inovasi dan Penguasaan Teknologi”. Maka ditetapkan untuk kurun waktu 2015 – 2019 adalah sebagai berikut:

Sasaran Strategis I. Meningkatkan Kapabilitas Litbang BBIHP Dalam Bidang Industri Hasil Perkebunan

Indikator kinerja:

a. Jumlah hasil Litbang dan Perekayasaan yang siap diterapkan b. Jumlah hasil Litbang dan Perekayasaan yang diterapkan

c. Jumlah hasil Litbang dan Perekayasaan yang dapat menyelesaikan permasalahan industri (problem solving)

d. Jumlah Kerjasama Litbang instansi dengan industri

Untuk sasaran strategi ke-dua mengacu pada Sasaran strategis Renstra kementerian Perindustrian “Meningkatnya Kualitas Pelayanan Publik” maka ditetapkan Sasaran strategis Ke-2 Renstra Balai Besar industri Hasil Perkebunan yaitu:

Sasaran Strategis II. Meningkatnya Profesionalisme dan Kapasitas Layanan Jasa Teknis

Indikator kinerja: a. Jumlah sampel uji

b. Jumlah peralatan yang dikalibrasi c. Jumlah sertifikat SNI yang diterbitkan

(23)

d. Jumlah perusahaan yang mendapat layanan sampling e. Jumlah orang/perusahaan yang berkonsultansi

f. Jumlah desain/prototype yang digunakan industri g. Jumlah SDM industri yang terdidik

Sasaran Strategis ke-3 adalah sebagai pendukung untuk sasaran utama Renstra Balai Besar Industri Hasil Perkebunan yaitu:

Sasaran Strategis III. Meningkatnya Layanan Dukungan Manajemen Indikator kinerja:

a. Jumlah SDM yang kompeten

b. Jumlah infrastruktur, sarana, dan prasarana fasilitas perkantoran c. Jumlah ruang lingkup pengakuan komoditi LPK yang diakui oleh KAN d. Jumlah KTI yang dipublikasikan

e. Jumlah hasil Litbang yang didaftarkan untuk mendapat paten f. Jumlah promosi dan kerjasama

g. Jumlah dokumen perencanaan, penganggaran, keuangan, pelaporan, monitoring dan evaluasi

Tujuan dan sasaran strategis organisasi tahun 2015 – 2019 telah dijabarkan secara detail dalam Matriks Kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. Karena sifatnya yang spesifik, suatu kegiatan/jasa layanan yang sejenis apalagi yang berbeda jenis, akan memerlukan sumber daya keahlian, sarana dan waktu penyelesaian yang berbeda dari yang lainnya. Uraian sasaran strategis RENSTRA Balai Besar industri Hasil Perkebunan disajikan pada tabel 2.1 Tujuan dan sasaran strategis organisasi (2015-2019).

(24)

Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Strategis Organisasi (2015-2019) TUJUAN SASARAN URAIAN INDIKATOR 1 Meningkatkan peran Litbang dan layanan jasa teknis dalam mendukung indusri yang tangguh dan berdaya saing

Meningkatnya Kapasitas Litbang BBIHP dalam bidang Industri Hasil Perkebunan

a. Jumlah hasil Litbang dan perekayasaan

b. Jumlah hasil litbang dan perekayasaan yang siap diterapkan

c. Jumlah hasil litbang dan perekayasaan yang diterpkan d. Jumlah kerjasama litbang

instansi dengan industri Meningkatnya

Profesionalisme dan Kapasitas Layanan Jasa Teknis

a. Jumlah sampel uji b. Jumlah peralatan yang

dikalibrasi

c. Jumlah sertifikat SNI yang diterbitkan

d. Jumlah perusahaan yang mendapat layanan sampling e. Jumlah orang/perusahaan yang

berkonsultansi

f. Jumlah desain/prototype yang digunakan industri

g. Jumlah SDM industri yang terdidik

Meningkatnya Layanan Dukungan Manajemen

a. Jumlah SDM yang kompeten b. Jumlah Infrastruktur, Sarana,

dan Prasarana Fasilitas Perkantoran

c. Jumlah ruang lingkup

pengakuan komoditi LPK yang diakui oleh KAN

d. Jumlah KTI yang dipublikasikan e. Jumlah hasil litbang yang

didaftarkan untuk mendapatkan paten

f. Jumlah promosi dan kerjasama g. Jumlah dokumen perencanaan,

penganggaran, keuangan, monitoring dan evaluasi

B. RENCANA KINERJA

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Rencana Kinerja BBIHP tahun 2016 ini disusun berdasarkan matriks Rencana Strategis Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 2015-2019. Sasaran strategis adalah penjabaran dari tujuan secara terukur, yaitu sesuatu yang akan dicapai/dihasilkan secara nyata oleh organisasi dalam kurun waktu satu tahun. Penetapan sasaran dirumuskan lebih spesifik,

(25)

terukur, berorientasi pada hasil, dapat dicapai, dan memiliki kurun waktu satu tahun. Dalam sasaran dirancang pula indikator pencapaian sasaran, yaitu ukuran tingkat keberhasilan pencapaian sasaran yang telah diidentifikasi untuk diwujudkan pada tahun bersangkutan dan disertai dengan targetnya masing-masing.

Sasaran diupayakan dapat dicapai dalam kurun waktu perencanaan strategi secara berkelanjutan (sustainable) dan memiliki dukungan secara nyata terhadap tujuan yang ditetapkan di dalam rencana strategis.

Sasaran yang ingin dicapai BBIHP pada tahun 2016 adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya Kapabilitas Litbang BBIHP dalam Bidang Industri Hasil Perkebunan;

2. Meningkatnya Profesionalisme dan Kapasitas Layanan Jasa Teknis; 3. Meningkatnya Layanan Dukungan Manajemen.

Untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut maka perlu disusun rencana kinerja BBIHP dengan mempertimbangkan kapasitas sumber daya termasuk alokasi anggaran yang dibutuhkan. Format rencana kinerja BBIHP disajikan pada tabel 2.2 Indikator kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun Anggaran 2016. Tabel 2.2 Indikator Kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun Anggaran 2016 No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Kinerja

BBIHP 1 Meningkatnya Kapabilitas Litbang

BBIHP dalam Bidang Industri Hasil Perkebunan

Jumlah hasil Litbang dan Perekayasaan. 7 Jumlah hasil Litbang dan Perekayasaan

yang siap diterapkan.

1

Jumlah hasil Litbang dan Perekayasaan yang diterapkan.

1 2 Meningkatnya Profesionalisme

dan Kapasitas Layanan Jasa Teknis

h. Jumlah sampel uji. 2.400

i. Jumlah peralatan yang dikalibrasi. 110

j. Jumlah sertifikat SNI yang diterbitkan. 12 k. Jumlah perusahaan yang mendapat

layanan sampling.

20

l. Jumlah orang/perusahaan yang berkonsultansi.

1

m. Jumlah SDM industri yang terdidik. 10

3 Meningkatnya Layanan Dukungan Manajemen

a. Jumlah SDM yang kompeten. 26

b. Jumlah Pengadaan peralatan laboratorium.

(26)

C. RENCANA ANGGARAN

Pada awal tahun anggaran 2016, Balai Besar Industri Hasil Perkebunan mendapat pagu anggaran dari APBN melalui DIPA sebanyak Rp.18.780.799.000,- Pagu berdasarkan per jenis belanja yaitu: Belanja Pegawai sebesar Rp. 11.547.969.000,- Belanja Operasional sebesar Rp.3.060.000.000,- dan Belanja Non Operasional sebesar Rp. 4.172.830.000,- Pagu berdasarkan sumber Pendanaan yaitu: Rupiah Murni (RM) sebesar Rp. 16.007.969.000,- dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp. 2.772.830.000. Pagu Anggaran (DIPA) awal Balai Besar Industri Hasil Perkebunan disajikan pada tabel 2.3.

Tabel 2.3 Rincian Anggaran Tahun 2016 sebelum Revisi

Output URAIAN PAGU (Rp)

Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri 18.780.799.000

Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Perkebunan 18.780.799.000

Output 1 Hasil Kajian/Penelitian Penguasaan Teknologi Industri 488.182.000

011 Penelitian 392.572.000

A. Pengembangan formulasi lipstik berbahan lemak kakao menggunakan

zat warna alam dari ekstrak biji kakao 67.415.000 B. Pemanfaatan arang kulit buah kakao sebagai body scrub sabun mandi 63.256.000 C. Pemanfaatan minuman instan cokelat kedelai sebagai

Immunomodulator 76.330.000

D. Pembuatan creambath dengan substitusi lemak kakao 47.481.000 E. Pengembangan formulasi sabun wajah dari lemak kakao berbahan

aktif ekstrak metanol limbah buah kakao 90.685.000 F. Perbaikan stabilitas cokelat batangan melalui substitusi tepung

ceragenan dari rumput laut cottoni dan bungkil kacang tanah 47.405.000

Output 2 Hasil Rekayasa Mesin/Peralatan Teknologi Industri 95.610.000

011 Rekayasa 95.610.000

A. Desain alat uji tingkat fermentasi biji kakao berdasarkan data citra

warna 95.610.000

Output 3 Layanan Jasa Teknis 1.725.785.000

011 Layanan Jasa Teknis 1.725.785.000

A. Layanan Pengujian 970.000.000

B. Layanan Kalibrasi 93.675.000

C. Layanan Pemantauan Lingkungan 490.055.000

D. Layanan Konsultansi 14.360.000

E. Layanan Pelatihan Teknis 16.990.000 F. Layanan Siswa / Mahasiswa PKL 3.125.000

G. Layanan Sertifikasi 137.580.000

Output 4 Layanan Dukungan Manajemen 1.958.863.000

011 Pengembangan SDM 357.881.000

A. Pendidikan dan Pelatihan Struktural 23.780.000 B. Pendidikan dan Pelatihan Teknis/Manajemen 240.657.000 C. In-House Training Penyusunan Arsip Inactive 5.880.000 D. TP2U Penilai Angka Kredit 10.500.000

E. Workshop dan Sosialisasi 27.994.000

F. In-House Training ISO 9001:2015 49.120.000

012 Reformasi Birokrasi 89.106.000

A. Penyusunan SPIP 34.916.000

B. Penerapan Budaya Kerja 5K 54.190.000 013 Pengembangan Sistem Informasi 110.280.000

(27)

Output URAIAN PAGU (Rp) A. Pengelolaan website BBIHP 25.340.000 B. Pengelolaan Indeks Kepuasan Pelanggan 50.800.000 C. Pengembangan Sistem Layanan Publik BBIHP 34.140.000 014 Promosi / Publikasi / Diseminasi 271.355.000 A. Diseminasi jasa layanan teknis BBIHP 85.390.000

B. Pameran 111.150.000

C. Penerbitan Jurnal Penelitian IHP Versi Elektronik 57.200.000 D. Penerbitan Jurnal rekayasa dan teknologi Industri Tahun 2016 17.615.000 015 Pembinaan dan Penerapan Hasil Litbang 110.640.000 A. Pembinaan dan Penerapan HKI 14.780.000

B. Kerjasama Riset 95.860.000

016 Akreditasi / Survailen / reakreditasi 180. 926.000 A. Survailen dan Whitness LSPRO BBIHP Makassar TA 2016 37.556.000 B. Reasesmen dan Perluasan Ruang Lingkup Lab Uji BBIHP TA 2016 76.032.000 C. Survailen Lab Kalibrasi BBIHP 25.358.000 D. Reakreditasi Jurnal IHP BBIHP 41.980.000 Output 5 Perencanaan, Penganggaran, Keuangan, Pelaporan, Monitoring dan

Evaluasi 279.602.000

011 Penyusunan Perencanaan/penganggaran/pelaporan/monitoring dan

evaluasi 181.680.000

A. Koordinasi Penyusunan Program dan rencana Kerja TA 2017 78.360.000

B. Monitoring Evaluasi 67.100.000

C. Review Renstra dan Kegiatan Tahunan 2015-2019 36.220.000

012 Pengelolaan Keuangan 97.922.000

A. Pengelolaan SAI 71.960.000

B. Pengelolaan Keuangan dan BMN 25.962.000

Output 6 Pengolah Data dan Komunikasi 167.691.000

011 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 167.691.000

Output 7 Peralatan dan Mesin 391.382.000

011 Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 196.910.000

012 Peralatan dan Fasilitas Lab 194.472.000

Output 8 Layanan Perkantoran 14.607.969.000

001 Pembayaran Gaji dan Tunjangan 11.547.969.000

002 Operasional Perkantoran 3.060.000.000

A. Kesehatan Pegawai 132.924.000

B. Keperluan Perkantoran 896.162.000

C. Belanja Langganan 694.474.000

D. Pemeliharaan Bangunan, Sarana dan Prasarana 734.480.000 E. Operasional Perkantoran Lainnya 601.960.000

Pagu Anggaran (DIPA) Balai Besar Industri Hasil Perkebunan telah mengalami perubahan yang disebabkan oleh revisi anggaran karena adanya penghematan dan pemotongan anggaran serta penambahan pagu penggunaan PNBP. Tabel 2.4 menunjukan Rincian Anggaran Balai Besar Industri Hasil Perkebunan pasca revisi per 31 Desember 2016.

Pelaksanaan kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi hasil perkebunan selain bersumber dari rupiah murni juga dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), jenis belanja berdasarkan sumber dana disajikan pada tabel 2.4.

(28)

Tabel 2.4 Rincian Anggaran Tahun 2016 sesudah Revisi

Output URAIAN PAGU (Rp)

Program Pengembangan Teknologi dan Kebijakan Industri 18.754.722.000

Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Perkebunan 18.754.722.000

Output 1 Hasil Kajian/Penelitian Penguasaan Teknologi Industri 488.182.000

011 Penelitian 380.742.000

G. Optimalisasi Penggunaan Alat Press Lemak Kakao untuk

Menghasilkan Bubuk Kakao Yang Memenuhi Syarat Mutu TA 2016 63.286.000 H. Aplikasi Pemanfaatan Pasta Kakao Menjadi Bahan Tambahan Pangan

JICO TA 2016 62.000.000

I. Pengembangan Hand Body Lotion Dari Lemak Kakao 65.960.000 J. Pengembangan Formulasi Sediaan Shampo Berbahan dasar Lemak

Kakao 66.940.000

K. Pemanfaatan Limbah Padat Kombinasi Limbah Cair Industri Pengolahan Semi Rifene Caragenan Berbahan Baku Rumput Laut Eucheua sp Sebagai Pupuk Cair Untuk Tanaman Pertanian (Hortikultura) Pada PT. Wahyu

57.377.000 L. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Pengolahan Rumput Laut Melalui

Penambahan Bioaktivator dan Sargassum Sp terhadap Spesifikasi Pupuk Organik Cair Padat Pada PT. Wahyu Putra Bimasakti

59.197.000 015 Perekayasaan Industri Pengolahan Hasil Perkebunan 113.422.000 B. Desain Perangkat Hidrogen Generator Untuk bahan Bakar Dari Air 113.422.000

Output 2 Layanan Jasa Teknis 2.060.394.000

011 Layanan Jasa Teknis 2.060.394.000

H. Layanan Pengujian 1.187.885.000

I. Layanan Kalibrasi 105.125.000

J. Layanan Pemantauan Lingkungan 603.829.000

K. Layanan Konsultansi 14.360.000

L. Layanan Pelatihan Teknis 3.250.000

M. Layanan Siswa / Mahasiswa PKL 3.125.000

N. Layanan Sertifikasi 142.820.000

Output 3 Layanan Dukungan Manajemen 2.065.556.000

011 Pengembangan SDM 185.983.000

G. Pendidikan dan Pelatihan Struktural 18.830.000 H. Pendidikan dan Pelatihan Teknis/Manajemen 91.857.000 I. In-House Training di BBIHP 36.767.000 J. TP2U Penilai Angka Kredit 10.500.000

K. Workshop dan Sosialisasi 28.829.000

012 Reformasi Birokrasi 92.261.000

C. Penyusunan SPIP 34.916.000

D. Penerapan Budaya Kerja 5K 57.345.000 013 Pengembangan Sistem Informasi 115.530.000 D. Pengelolaan website BBIHP 25.340.000 E. Pengelolaan Indeks Kepuasan Pelanggan 50.800.000 F. Pengembangan Sistem Layanan Publik BBIHP 39.390.000 014 Promosi / Publikasi / Diseminasi 206.044.000

E. Business Gathering BBIHP 72.450.000

F. Pameran 43.061.000

G. Penerbitan Jurnal Penelitian IHP Versi Elektronik 72.918.000 H. Penerbitan Jurnal rekayasa dan teknologi Industri Tahun 2016 17.615.000 015 Pembinaan dan Penerapan Hasil Litbang 110.640.000 C. Pembinaan dan Penerapan HKI 14.780.000

D. Kerjasama Riset 95.860.000

016 Akreditasi / Survailen / reakreditasi 165.534.000 E. Survailen dan Whitness LSPRO BBIHP Makassar TA 2016 37.556.000 F. Reasesmen dan Perluasan Ruang Lingkup Lab Uji BBIHP TA 2016 62.170.000 G. Survailen Lab Kalibrasi BBIHP 25.358.000 H. Reakreditasi Jurnal IHP BBIHP 40.450.000 011 Penyusunan Perencanaan/penganggaran/pelaporan/monitoring dan

evaluasi 216.899.000

(29)

Output URAIAN PAGU (Rp)

E. Monitoring Evaluasi 46.380..000

F. Review Renstra dan Kegiatan Tahunan 2015-2019 30.000.000

012 Pengelolaan Keuangan 84.392..000

C. Pengelolaan SAI 60.230.000

D. Pengelolaan Keuangan dan BMN 24.162..000 011 Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 301.491.000 011 Pengadaan Peralatan dan Fasilitas Perkantoran 194.472.000

012 Peralatan dan Fasilitas Lab 392.310.000

Output 4 Layanan Perkantoran 13.681.990.000

001 Pembayaran Gaji dan Tunjangan 10.635.990.000

002 Operasional Perkantoran 3.046.000.000

F. Kesehatan Pegawai 131.048.000

G. Keperluan Perkantoran 900.663.000

H. Belanja Langganan 588.388.000

I. Pemeliharaan Bangunan, Sarana dan Prasarana 794.461.000 J. Operasional Perkantoran Lainnya 631.440.000

Output 5 Kendaraan Bermotor 458.600.000

A. Kendaraan Bermotor 458.600.000

Tabel 2.5. Alokasi pagu anggaran Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Sumber

Dana

Jenis Belanja (dalam ribuan rupiah)

Jumlah (Rp) Belanja Pegawai

Belanja Barang Belanja Modal

RM 10.635.990.000 4.015.021.000 208.472.000 14.859.483.000

PNBP - 2.742.838.000 1.152.401.000 3.895.239.000

Total 10.635.990.000 6.757.859.000 1.360.873.000 18.754.722.000

D. DOKUMEN PERJANJIAN KINERJA

Berdasarkan rencana kinerja yang telah disusun, dengan dukungan pembiayaan yang telah disetujui dalam bentuk DIPA, maka ditetapkanlah kinerja yang akan dicapai. Dengan telah diterbitkannya Inpres Nomor 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi dan Surat Edaran Menteri Negara PAN Nomor: SE/31/M.PAN/12/2004 tentang Perjanjian Kinerja, Kementerian Perindustrian telah membuat Penetapan Kinerja tahun 2016 secara berjenjang sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi yang ada.

Perjanjian Kinerja ini merupakan tolok ukur dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil. Perjanjian kinerja terdiri dari lembar naskah perjanjian dan lembar lampiran yang memuat 4 (empat) sasaran strategis yang terdiri dari 6 (enam) indikator kinerja yang disertai target masing-masing indikator kinerja. Perjanjian Kinerja yang telah disepakati antara Kepala Balai Besar Industri Hasil

(30)

Perkebunan dengan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri adalah pernyataan komitmen Kepala Balai Besar Industri Hasil Perkebunan dalam mewujudkan target kinerja tahunan sesuai dengan Tupoksi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. Sasaran strategis, indikator kinerja serta target dimuat dalam Perjanjian Kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan TA. 2016 seperti tabel 2.5 Perjanjian kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun 2016.

Tabel 2.6. Perjanjian Kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun 2016

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

(1) (2) (3) (4)

1 Meningkatnya hasil-hasil Litbang yang dimanfaatkan oleh industri

Hasil Litbang prioritas yang

dikembangkan 1 Penelitian Hasil Litbang yang telah

diimplementasikan 1 Penelitian Hasil teknologi yang dapat

menyelesaikan permasalahan industri (problem solving)

1 Paket teknologi

2 Meningkatnya Kerjasama Litbang

Kerjasama Litbang Instansi dengan

Industri 2 Kerja sama

3 Meningkatnya Kualitas

Pelayanan Publik Tingkat Kepuasan Pelanggan Indeks 3,6

4

Meningkatnya Kemampuan Balai dan Hasil Litbang Dalam rangka Meningkatkan Daya Saing Industri

Paket Peralatan Laboratorium dan

(31)

A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI

Dalam mencapai visi dan misinya, Balai Besar Industri Hasil Perkebunan melaksanakan kegiatan yang mengacu pada Rencana Strategis (Renstra) Balai Besar Industri Hasil Perkebunan 2015-2019 yang kemudian dijabarkan dalam recana kinerja tahunan yaitu Renkin TA. 2016. Dan kemudian setiap awal Tahun Anggaran ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja (Perjakin).

Pada TA. 2016 sebagian indikator kinerja pada Renkin 2016 ditetapkan sebagai indikator kinerja Kepala BBIHP dalam bentuk Perjanjian Kinerja TA. 2016. Perjanjian kinerja BBIHP meliputi 4 (Empat) Sasaran Strategis yaitu:

1. Sasaran Strategis I: Meningkatnya hasil-hasil Litbang yang dimanfaatkan oleh industri;

2. Sasaran Strategis II: Meningkatnya kerja sama Litbang;

3. Sasaran Strategis III: Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik.

4. Sasaran Strategis IV: Meningkatnya Kemampuan Balai dan Hasil Litbang Dalam rangka Meningkatkan Daya Saing Industri.

Untuk capaian kinerja Kegiatan Balai Besar Industri Hasil Perkebunan selama kurun waktu 2016 dengan alur berdasarkan IKU Renstra Kementerian Perindustrian disajikan pada tabel 3.1 matrik alur IKU BPPI sampai kinerja BBIHP TA. 2016.

(32)

Dari matrik tersebut, untuk pedoman pelaksanaan dalam mencapai target kinerja telah disusun Rencana Aksi perjanjian kinerja seperti diuraikan pada tabel 3.2.

Sasaran Strategis (SS) Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKKS) Sasaran Program/Indikator Indikator Kinerja

Sasaran Strategis

Indikator

Kinerja Sasaran Strategis Indikator Kinerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Pertumbuhan pengembangan teknologi industri

10%

Hasil litbang prioritas yang dikembangkan

1 Penelitian 1 Penelitian

Pertumbuhan penerapan inovasi teknologi industri

10% - Jumlah hasil

litbang yang telah diimplemtasik an

Hasil litbang yang telah diimplementasikan

1 Penelitian 1 Penelitian

Hasil teknologi yang dapat menyelesaikan permasalahan

industri (problem solving)

1 Penelitian 1 Penelitian

Kerja sama litbang instansi dengan industri

2 Kerja Sama 2 Kerja Sama

Jumlah paket peralatan laboratorium dan sarana pendukungdi Balai

22 Paket

Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Meningkatnya layanan jasa

teknis kepada industri

Peningkatan kepuasan pelanggan

indeks 3,5 Tingkat kepuasan pelanggan Indeks 3,6 Indeks 3,6

Pertumbuhan infrastruktur

pelayanan teknis 5%

Pengadaan peralatan laboratorium

1 Paket 1 Paket

Meningkatnya kemampuan Balai dan hasil litbang dalam rangka meningkatkan daya saing industri Meningkatnya kualitas pelayanan dan informasi publik Meningkatnya kualitas dan kapasitas layanan jasa teknis Capacity Building BBIHP - Meningkatnya infrastruktur, sarana dan prasarana fasilitas perkantoran Meningkatnya pengenalan dan promosi kemampuan BBIHP -Realisasi IKU dalam Renstra Kementerian IKK RENSTRA BALAI PERJANJIAN KINERJA BALAI

Meningkatnya pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi

Meningkatnya penguasaan teknologi industri, pengembangan inovasi dan penerapan Hak Kekayaan Intelektual (HKI)

Meningkatnya penguasaan teknologi industri dan Penerapan HKI

- Jumlah hasil litbang yang siap diterapkan Meningkatnya Kompetensi litbang BBIHP dalam bidang industri hasil perkebunan

(33)

Target

Fisik(%) Rencana kegiatan

Target

Fisik(%) Rencana Kegiatan

Target

Fisik(%) Rencana Kegiatan

Target Fisik(%) Rencana Kegiatan 1 5 6 7 8 9 10 11 12 1 10 Inventarisasi kegiatan Litbang prioritas

35 Penentuan nilai teknometer 80 Perhitungan nilai teknoekonomi

100 Evaluasi dan Pelaporan

0 65 1) Konsultasi Industri; 2) Penyusunan konsep MoU

dan SK Tim; 3) Penandatanganan MoU dan SK Tim; 4) Penyiapan bahan dan

Peralatan; 5) Penelitian/Pembuatan Produk. 93 1) Penelitian/Pembuatan Produk lanjutan; 2) Evaluasi hasil/ Konsultasi Industri tahap II. 100 1) Evaluasi hasil/ Konsultasi Industri tahap II lanjutan; 2) Pelaporan. 20 1) Konsultasi Industri Tahap I 2) Penyusunan konsep MoU dan SK Tim

93 1) Penyusunan konsep MoU dan SK Tim; 2) Penandatanganan MoU dan SK Tim; 3) Penyiapan bahan dan

Peralatan; 4) Penelitian/Pembuatan

Produk; 5) Evaluasi hasil/ Konsultasi

Industri tahap II.

100 1) Evaluasi hasil/ Konsultasi Industri tahap II lanjutan; 2) Pelaporan. 100 1) Evaluasi hasil/ Konsultasi Industri tahap II lanjutan; 2) Pelaporan. 2 25 1)penyusunan kusioner, 2) target responden 45 3) Indeks 3,6

50 Target responden 90. Indeks 3,6 75 Target responden 135. Indeks 3,6 100 Jumlah total responden selama TA. 2016 180. Indeks 3 10 1) Konsultasi Industri Tahap I

60 1) Penyusunan konsep MoU dan SK Tim; 2) Penandatanganan MoU dan SK Tim; 3) Penyiapan bahan dan

Peralatan; 4) Penelitian/Pembuatan Produk. 85 1) Penelitian/Pembuatan Produk lanjutan; 2) Evaluasi hasil/ Konsultasi Industri tahap II; 3) Pelaporan. 100 Evaluasi dan Pelaporan

4 100 1 Paket 100 1 Paket 100 1 Paket

Meningkatnya kerja sama litbang Kerja sama litbang instansi dengan industri

2 Kerja sama (Pemanfaatan Limbah padat Kombinasi Limbah Cair Industri Pengolahan Semi Refine Caragenan Berbahan Baku Rumput Laut Euchema sp sebagai pupuk cair untuk tanaman pertanian dan Pengembangan Mutu Produk Kopi)

Meningkatnya kemampuan Balai dan hasil litbang dalam rangka meningkatkan daya saing

Paket Peralatan Laboratorium dan Sarana Pendukung 1 Paket Tingkat kepuasan pelanggan Indeks 3,6 Responden sebanyak 180 orang Meningkatnya kualitas pelayanan publik 4

Hasil litbang yang telah diimplementasikan

1 Penelitian (Pengembangan Formulasi Sediaan Shampo Berbahan Dasar Lemak Kakao)

Problem solving 1 Paket Teknologi (Optimalisasi Penggunaan Alat Press Lemak Kakao Untuk Menghasilkan Bubuk Bubuk Kakao Yang Memenuhi Syarat) Meningkatnya hasil- hasil litbang

yang dimanfaatkan oleh industri

Hasil litbang prioritas yang dikembangkan

1 Penelitian (Aplikasi Pemanfaatan Pasta Kakao menjadi bahan

2 3

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

Rencana Aksi

(34)

dari 4 (Empat) Sasaran Strategis dengan 6 (Enam) Indikator Kinerja. Realisasi Perjanjian Kinerja per triwulan disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Capaian Rencana Aksi per Triwulan TA. 2016

S R S R S R S R

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13)

Hasil litbang prioritas

yang dikembangkan 1 Penelitian 1 Penelitian 10 10 35 35 80 80 100 100

Hasil litbang yang telah

diimplementasikan 1 Penelitian 1 Penelitian 0 0 65 65 93 93 100 100

Problem Solving 1 Kegiatan 1 Kegiatan 20 20 93 93 100 100 100 100

2 Meningkatnya kualitas

pelayanan publik

Tingkat kepuasan

pelanggan Indeks 3,6 Indeks 3,6 100 100 100 100 100 100 100 100

3 2 Kerjasama 2 Kerjasama 20 20 60 60 85 85 100 100

4 Meningkatnya

kemampuan Balai dan hasil litbang dalam rangka meningkatkan daya saing industri

Paket Peralatan

Laboratorium dan Sarana Pendukung Balai

1 Paket 1 Paket

0 0 100 100 100 100 100 100

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian

Triwulan I (%) Triwulan II (%) Triwulan III (%) Triwulan IV (%)

Fisik Fisik Fisik Fisik

1 Meningkatnya hasil-hasil

Litbang yang dimanfaatkan oleh industri

Meningkatnya kerja sama litbang

Kerjasama litbang instansi dengan industri

(35)

Pada umumnya rencana kinerja telah mencapai target yang ditetapkan, meskipun demikian dalam pelaksanaan kegiatan pada perjanjian kinerja, BBIHP menghadapi beberapa kendala antara lain:

(1) Masih terbatasnya akses dan koordinasi antara Litbang BBIHP dengan industri pengolahan hasil perkebunan khususnya industri pengolahan kakao, disebabkan oleh sebagian besar industri kakao adalah PMA yang memiliki aturan yang cukup ketat untuk saling berbagi informasi keLitbangan.

(2) Investasi pengolahan kakao yang cukup besar menyebabkan sulitnya industri kecil (home industri) untuk membuka dan mengembangkan usaha pengolahan kakao, sehingga jumlah industri pengolahan kakao masih sangat terbatas, hal ini menyebabkan terbatasnya pula jumlah industri untuk menerapkan hasil Litbang produk kakao.

(3) Alokasi pagu anggaran BBIHP yang terbatas menyebabkan pengurangan jumlah target kegiatan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan pada rencana kinerja, karena sulit menyelenggarakan kegiatan tanpa dukungan anggaran yang memadai.

(4) Masih terdapat perbedaan persepsi mengenai pengertian Litbang yang prioritas, hasil Litbang yang telah diimplementasikan, dan Litbang untuk pemecahan masalah industri (problem solving), sehingga pelaksanaan dan laporan kegiatan yang disajikan oleh Tim Perjakin masih perlu ditingkatkan pada masa yang akan datang.

Diharapkan pada tahun selanjutnya, capaian kinerja dapat dipertahankan atau ditingkatkan. Adapun hasil capaian kinerja yang dilaksanakan dari masing-masing sasaran strategis adalah sebagai berikut:

1. Sasaran Strategis I: Meningkatnya hasil-hasil Litbang yang dimanfaatkan oleh industri

Sasaran strategis ini memiliki 3 (tiga) indikator kinerja sebagai berikut: a. Indikator Kinerja 1): Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan

Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan ditargetkan (satu) penelitian. Kegiatan telah dilaksanakan dengan realisasi fisik sebanyak 1 (satu) kegiatan. Kegiatan tersebut adalah Aplikasi Pemanfaatan Pasta Kakao menjadi bahan tambahan pangan JICO.

(36)

Realisasi fisik dari indikator ini 100%, yang terdiri dari kegiatan:

- Penilaian Teknometer dan teknoekonomi oleh Tim Internal Litbang BBIHP.

- Konsultasi industri dan penandatangan MoU

- Pembentukan tim, penyusunan rencana penelitian,

- Penyiapan peralatan, bahan baku dan bahan penolong

- Penelitian

- Pembuatan Produk

- Konsultasi industri

- Pembuatan produk

- Evaluasi dan pelaporan kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di IKM pengolahan cokelat yaitu Gabungan Kelompok Tani Reso Pammase, berlokasi di Kecamatan Larompong, Kab. Luwu Provinsi Sulawesi Selatan.

Tabel 3.4 Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan

Indikator Kinerja Rencana Realisasi Capaian TA.2016

Hasil Litbang prioritas yang

dikembangkan 1 1 100

Kinerja indikator Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan tahun ini tercapai 100%. Target dan realisasi kecil disebabkan oleh masih terbatasnya kapasitas dan kompetensi hasil Litbang Balai Besar Industri yang nilai Teknomoter diatas 6 (Enam), sehingga tidak mampu dikategorikan untuk Litbang prioritas. Perbandingan rincian target dan realisasi Hasil Litbang prioritas yang dikembangkan tahun ini dengan tahun sebelumnya seperti disajikan pada tabel 3.5.

Tabel3.5 Rencana dan Realisasi kegiatan Litbang prioritas yang dikembangkan Tahun 2014-2016

Indikator Kinerja TA. 2014 TA. 2015 TA. 2016

Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Hasil Penelitian dan

Pengembangan yang siap diterapkan

(37)

b. Indikator Kinerja 2): Hasil Penelitian dan Pengembangan yang telah diimplementasikan.

Hasil penelitian dan pengembangan yang telah diimplementasikan ditargetkan sebanyak 1 penelitian, dan tercapai 1 (satu) penelitian yaitu: Pengembangan Formulasi Sediaan Shampo Berbahan Dasar Lemak Kakao.

Realisasi fisik untuk indikator ini adalah 100 % tahapan pelaksanaan kegiatan hasil Litbang yang telah diimplementasikan adalah sebagai berikut:

- Konsultasi industri dan penandatangan MoU

- Pembentukan tim, penyusunan rencana penelitian, penyiapan peralatan, bahan baku dan bahan penolong

- Penelitian

- Pembuatan produk

- Konsultasi industri

- Pembuatan produk

- Evaluasi dan Pelaporan kegiatan

Kegiatan dilaksanakan pada IKM pengolahan cokelat, KUB. Sibali Resoe, berlokasi di Kota Masamba Kab. Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan. Target dan realisasi Litbang yang diimplemetasikan disajikan pada tabel 3.6.

Tabel 3.6 Hasil Litbang yang telah diimplementasikan

Indikator kinerja I.2 Target Capaian % Capaian Hasil Litbang yang

telah

diimplementasikan

1 Penelitian 1 Penelitian 100

Realisasi kinerja Litbang yang diimplemetasikan pada tahun 2016 sudah sesuai target. Realisasi pada tahun 2016 tidak mengalami peningkatan jika dibandingka dengan tahun 2015, namun jika dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2014 terjadi penurunan realisasi sebanyak 1 (satu) penelitian. Hal ini mungkin diakibatkan keterbatasan kapasitas Litbang Balai Besar Industri Hasil Perkebunan sendiri dan juga jumlah industri pengolahan kakao diwilayah Sulawesi masih sangat terbatas. Hal ini mengakibatkan pemanfaatan hasil-hasil Litbang kakao masih mengalami kendala dalam penerapan pada industri local dan juga berkurangnya nilai sumber RM akibat kenaikan PNBP, pada total DIPA BBIHP TA. 2016 yang mana semua kegiatan Litbang dianggarkan dari sumber RM. Jumlah Hasil Penelitian dan Pengembangan yang telah diimplementasikan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 disajikan pada tabel 3.7.

Gambar

Gambar 1. Struktur Organisasi Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Makassar
Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Strategis Organisasi (2015-2019) TUJUAN  SASARAN  URAIAN  INDIKATOR  1              Meningkatkan peran Litbang dan layanan jasa teknis dalam  mendukung indusri yang tangguh dan berdaya  saing
Tabel 2.2 Indikator Kinerja Balai Besar Industri Hasil Perkebunan Tahun Anggaran 2016
Tabel 2.3 Rincian Anggaran Tahun 2016 sebelum Revisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jurnal Ilmu Kehutanan menerima naskah dalam bentuk Hasil Penelitian (research papers), Catatan Penelitian (short communication), dan Ulasan (review) baik dalam bahasa Indonesia

[r]

[r]

Puncak populasi Daphnia yang dibudi- daya dengan memakai media kotoran ayam ter- jadi pada hari ke tujuh, dengan jumlah individu yang hanya mencapai antara 20.8 – 30.7% dari

Namun demikian, meskipun nilai sMAPE pada metode ARIMA untuk variabel Total Market, TM matic , Total “A”, dan “A” matic lebih kecil, dengan berbagai pertimbangan,

Kami mengundang partisipasi Donatur Kasih untuk membantu Ehipassiko Foundation menghimpun dana abadi yang akan kami depositokan dan bunganya kami gunakan untuk memajukan

Unit analisis dalam penelitian ini adalah tanda yang ada di dalam karikatur yang berupa gambar dan tulisan yang terdapat dalam karikatur pada Surat Kabar Kompas edisi Rabu, 12

Hasil penelitian pada BUSN devisa dalam pengawasan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2011-2013 menunjukkan bahwa faktor profil risiko dengan rasio Non Perform