• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI PEGAWAI (Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI PEGAWAI (Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak) - Test Repository"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI PEGAWAI

(Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur

Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten

Demak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh:

SITI MUALIMAH

NIM. 21211008

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN AHWAL AL SYAKHSIYAH

(2)
(3)

IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI PEGAWAI

(Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur

Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten

Demak)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Dalam Ilmu Syari’ah

Oleh:

SITI MUALIMAH

NIM. 21211008

FAKULTAS SYARIAH

JURUSAN AHWAL AL SYAKHSIYAH

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO





























Artinya: “ (7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, (8) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (QS. Al-Insyirah: 7-8)

PERSEMBAHAN

Untuk orang tuaku,

Suami dan anak-anakku tercinta

Keluarga besar bapak H. Komariyanto

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan segala keterbatasan yang dimiliki.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai sebagai syarat guna memperoleh gelar

sarjana pada fakultas Syari’ah jurusan Ahwal Al Syakhsiyah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari

berbagai pihak skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik. Oleh

karena itu, penulis hanya mampu menyampaikan ucapan kasih

sebanyak-banyaknya kepada:

1. Bapak. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah

3. Bapak Sukron Makmun, M.Si selaku Ketua Jurusan Ahwal

Al-Syakhsiyah

4. Bapak Prof. Dr. Muh. Zuhri, M.A Selaku Pembimbing yang telah

meluangkan waktunya semata-mata untuk membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyusun hingga terselesaikannya skripsi

ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga, khususnya dosen Fakultas Syari’ah

(9)

6. Bapak Kepala dan Staf Perpustakaan kampus 1 IAIN Salatiga dan

Perpustakaan Syari’ah Kampus 2 IAIN Salatiga.

7. Bapak Ketua BAZDA Kabupaten Demak yang telah memberikan surat

izin dalam penelitian.

8. Bapak Ketua UPZ Kementerian Agama Kabupaten Demak yang telah

memberikan surat izin dalam penelitian.

9. Ayah, Ibu, suami dan anak-anakku yang tercinta dan tersayang, yang

senantiasa mendo’akan, dan memotivasi dengan tulus dan ikhlas.

10. Teman-temanku mahasiswa AS-NR angkatan 2011 yang selalu memberi

motivasi.

Skripsi ini merupakan hasil dari usaha maksimal yang dilakukan

selama ini, meskipun penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Penulis

berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendiri, bagi para

pembaca dan bagi perkembangan pengelolaan zakat pada masa mendatang.

Dan akhir kalam penulis yakin sampai kapanpun tak akan pernah bisa

membalas jasa-jasa dan kebaikan semua pihak yang telah berkontribusi terhadap

penulisan skripsi ini. dan penulis hanya mempersembahkan jazakumullah

khairan katsiran, semoga Allah swt membalas segala kebaikan kalian semua,

amin.

Salatiga, September 2015

(10)

ABSTRAK

Mualimah, Siti. 2015. Implementasi Zakat Profesi Pegawai (Studi terhadap Pengelolaan Zakat Profesi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak. Skripsi, Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing Prof. Dr. Muh. Zuhri, M.A.

Kata Kunci:zakat profesi, ASN

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanan zakat profesi bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) khususnya di Kementerian Agama Kabupaten Demak. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah 1) Bagaimana konsep zakat profesi dalam fiqh dan Undang-Undang? 2) Bagaimana pengelolaan zakat profesi pegawai di Kemeterian Agama Kabupaten Demak? 3) Bagaimanakah distribusi zakat profesi pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Demak?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa istilah zakat profesi tidak dikenal dalam istilah fiqh, akan tetapi dalam Undang-Undang No. 23 tahun 2011 zakat penghasilan dan jasa bisa dinamakan dengan zakat profesi. Pengelolaan zakat profesi di Kementerian Agama Kabupaten Demak menjadi tanggung jawab bersama Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak dan BAZNAS Kabupaten Demak. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak mengelola 75 % dari zakat profesi yang terkumpul sedangkan 25 % sisanya dikelola oleh BAZNAS Kabupaten Demak. Sedangkan penyaluran zakat profesi diperuntukkan kepada 8 ashnaf yang berhak menerima sesuai syari’ah Islam dengan 2 bentuk, yaitu zakat untuk konsumtif dan zakat bersifat produktif.

(11)

DAFTAR ISI

LEMBAR BERLOGO……… i

HALAMAN JUDUL ……….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING..………. iii

PENGESAHAN KELULUSAN………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………. v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. vi

KATA PENGANTAR ……….. vii

ABSTRAK……….. ix

DAFTAR ISI ………. x

DAFTAR TABEL ……… xiv

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……… xvi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Focus Penelitian ……… 4

C. Tujuan Penelitian ……… 4

D. Kegunaan Penelitian ……….. 5

E. Penegasan Istilah ……… 5

(12)

G. Metode Penelitian ……….. 9

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……… 9

2. Kehadiran Peneliti ……….. 9

3. Lokasi Penelitian ……… 9

4. Sumber Data……… 9

5. Prosedur Pengumpulan data ……….. 10

6. Analisa Data ……….. 12

7. Pengecekan Keabsahan ………. 12

8. Tahap-Tahap Penelitian ………. 13

H. Sistematika Penulisan ……… 13

BAB II KAJIAN PUSTAKA ……… 15

A. Zakat Profesi dalam Tinjauan Fiqh………. 15

1. Pengertian Zakat Profesi ……… 15

2. Tujuan, Fungsi dan Hikmah Zakat Profesi ……… 17

3. Waktu Pengeluaran Zakat Profesi ……… 19

4. Sasaran Zakat profesi ……… 22

B. Zakat Profesi dalam Tinjauan Perundang-undangan ……… 26

C. Pengelolaan Zakat ……….. 29

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ……….. 31

A. Gambaran Umum Kementerian Agama Kabupaten Demak ………. 31

(13)

2. Ruang Lingkup dan cakupan Kerja Kementerian Agama

Kabupaten Demak ……… 33

3. Kondisi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kantor Kementerian

Agama Kabupaten Demak ………. 37

B. Gambaran Umum Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama

Kabupaten Demak dan Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten

Demak ……… 39

1. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten

Demak ……… 39

a. Sejarah Singkat Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian

Agama Kabupaten Demak ……… 39

b. Struktur Organisasi, Program dan Kegiatan Unit Pengumpul

Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak … 40

2. Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kabupaten Demak …. 45

a. Sejarah Singkat Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA)

Kabupaten Demak ………... 45

b. Ruang Lingkup Kegiatan Badan Amil Zakat Daerah

(BAZDA) Kabupaten Demak ………..………. 45

C. Pola Pembayaran dan Distribusi Zakat Profesi yang dilakukan oleh UPZ

Kementerian Agama Kabupaten Demak ……….. 48

1. Pola pembayaran zakat profesi yang dilakukan oleh Unit

Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama

(14)

2. Pola distribusi zakat profesi yang dilakukan oleh Unit Pengumpul

Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak ……. 49

BAB IV PEMBAHASAN ……….. 52

A. Analisa Pengelolaan Zakat Profesi……… 52

B. Analisa Pola Pembayaran Zakat Profesi ……… 54

C. Analisa Distribusi Zakat Profesi……… 54

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……… 59

B. Saran-saran………. 60

C. Penutup……….. 61

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Data penerimaan dan pengeluaran zakat profesi UPZ 44

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Penelitian

Lampiran 2. Surat Tugas Pembimbing

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 4. Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5 Surat Perjanjian Bazda dan UPZ

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang tidak hanya berisi tentang doktrin-doktrin

ketuhanan yang diwujudkan dalam ritual-ritual keagamaan seperti shalat,

puasa dan lain sebagainya. Islam juga agama yang sangat peduli terhadap

persoalan kemanusiaan baik berupa interaksi antar manusia maupun

kepedulian terhadap sesama seperti fakir miskin. Bukti kongkritnya adalah

adanya kewajiban membayar zakat, baik zakat Fitrah maupun zakat Mal.

Dewasa ini kesadaran umat Islam dalam melaksanakan perintah

agamanya semakin lama semakin tinggi. Kesadaran ini tidak hanya

perhatian terhadap perintah-perintah wajib yang berhubungan dengan

vertikal (hablum min Allah) atau hubungan manusia dengan Allah SWT,

melainkan juga ibadah yang orientasi pelaksanaan melibatkan sosial

kemasyarakatan, contohnya Zakat. Kesadaran masyarakat untuk

mengeluarkan zakat pada dekade ini semakin tinggi, hal ini dibuktikan

dengan menjamurnya lembaga-lembaga yang menerima titipan zakat untuk

dikelola. Seiring berlakunya UU No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan

zakat, pengelolaan zakat di Indonesia mempunyai landasan hukum.

Pengelolaan zakat di Indonesia dalam Undang-Undang ini bisa dilakukan

oleh pemerintah dengan mendirikan Badan Amil Zakat (BAZ) mulai dari

(19)

pihak-pihak lainnya seperti lembaga-lembaga keagamaan, lembaga

kemasyarakatan dan lain sebagainya.

Dalam pasal 1 ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat dijelaskan : “ Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh

seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak

menerimanya sesuai dengan syariat Islam”. Hal ini berarti bahwa ibadah

zakat hukumnya wajib bagi orang muslim maupun badan usaha. Pada

kenyataannya dalam khazasah keilmuan Islam zakat yang dibahas adalah

zakat yang secara terang dijelaskan oleh nash. Zakat profesi pada awalnya

tidak direspon oleh khazanah keilmuan Islam, tapi pada perkembangannya

zakat profesi ini mulai menjadi trading topic setelah seorang cendikian

muslim dari Mesir, yakni Yusuf Qordawi mengemukakan hal tersebut.

Yang dapat dikategorikan dari sejumlah pendapatan yang termasuk

dalam kategori zakat profesi, seperti:

1. Pendapatan dari hasil kerja pada sebuah instansi, baik pemerintah

(Pegawai Negeri Sipil) maupun swasta (Perusahaan swasta). Pendapatan

yang dihasilkan dari pekerjaan seperti ini biasanya bersifat aktif atau

dengan kata lain relatif ada pemasukan/pendapatan pasti dengan jumlah

yang relatif sama diterima secara periodik (biasanya perbulan).

2. Pendapatan dari hasil kerja profesional pada bidang pendidikan,

keterampilan dan kejuruan tertentu, dimana si pekerja mengandalkan

kemampuan/keterampilan pribadiannya, seperti: dokter, pengacara,

(20)

dan sebagainya. Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaan seperti ini

biasanya bersifat pasif, tidak ada ketentuan pasti penerimaan

pendapatan pada setiap periode tertentu. (Mufraini, 2006:73)

Hasil kerja dalam pengertian kini mencakup:

1. Gaji dan upah dan apa saja yang sehukum dengannya.

2. Upah keahlian selain perniagaan, dimana yang berperanan penting

disitu ialah kerja.

Sejak dulu, permasalahan zakat secara umum hanya terfokus kepada

dua hal pokok, yakni mengenai pengelolaan dan mengenai kesadaran para

wajib zakat. Untuk pengelolaan zakat sesungguhnya sudah diatur oleh UU

nomor 38 tahun 1999, hanya pelaksanaannya yang masih kurang konsisten.

Pembayaran zakat profesi melalui pemotongan gaji PNS (sekarang

berubah dengan istilah ASN) Kementerian Agama Kabupaten Demak telah

lama dilakukan. Pada awalnya pemotongan zakat profesi mendapatkan

respon yang beragam dari kalangan pegawai Kemenag Kabupaten Demak,

baik berupa respon positif maupun negatif. Pada perkembangannya semua

pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak menerima pembayaran

zakat profesi dengan cara potongan gaji setiap bulan. Penyaluran zakat

profesi yang dikelola oleh Kementerian Agama Kabupaten Demak dirasa

masih kurang transparan. Penulis hanya mengetahui berapa jumlah zakat

dikumpulkan serta berapa jumlah penyalurannya saja, tanpa perincian yang

jelas melalui papan pengumuman yang ditempelkan di papan pengumuman

(21)

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten

Demak merupakan lembaga satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

melaksanakan tugas pengumpulan zakat pegawai di wilayah Kementerian

Agama Kabupaten Demak. Lembaga ini secara hirarki dibawah Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak. Potensi zakat yang berasal

dari pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak kurang lebih 1 milyar

rupiah. Potensi sebesar itu kalo tidak dikelola dengan baik akan

menimbulkan persoalan yang besar.

Berpijak dari fenomena tersebut diatas, penulis merasa terpanggil

untuk mengetahui lebih dalam bagaimana pelaksanaan zakat profesi pegawai

Kementerian Agama Kabupaten Demak.

B. Focus Penelitian

Dari gambaran latar belakang tersebut di atas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini direncanakan sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep zakat profesi dalam Fiqh dan Undang-Undang?

2. Bagaimanakan pengelolaan zakat profesi pegawai di Kementerian

Agama Kabupaten Demak?

3. Bagaimanakan distribusi zakat profesi pegawai di Kementerian Agama

Kabupaten Demak?

C. Tujuan Penelitian

Rencana tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut:

1. Memahami konsep zakat profesi menurut fiqh dan Undang-undang yang

(22)

2. Memahami pengelolaan zakat profesi pegawai di Kementerian Agama

Kabupaten Demak.

3. Memahami distribusi zakat profesi pegawai di Kementerian Agama

Kabupaten Demak.

D. Kegunaan penelitian

Manfaat dari penelitian ini direncanakan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, sebagai bahan kajian serta referensi untuk penelitian yang

lebih mendalam.

2. Bagi mahasiswa, penelitian ini sebagai bahan untuk memperkaya

wawasan tentang pengelolaan zakat profesi.

3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini bisa sebagai rujukan serta menambah

wawasan tentang pengelolaan zakat profesi.

E. Penegasan Istilah 1. Implementasi

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “implementation”

yang berarti pelaksanaan. (Echols, 2003:313) Implementasi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan zakat profesi bagi

aparatur sipil negara khususnya PNS di bawah Kementerian Agama

Kabupaten Demak. Pelaksanaan zakat profesi disini meliputi

kegiatan pengumpulan, pengelolaan, serta pendistribusian zakat.

2. Zakat Profesi

Kata zakat berasal dari bahasa arab “zakkaa” yang berarti

(23)

benda dengan mengeluarkan sebagian harta yang dimiliki sesuai dengan

ketentuan-ketentuan Islam. (Rifa’i, 1978:346) Profesi dari kata

professionyang artinya pekerjaan. (Echols, 2003:449)Bila dikaitkan

dengan zakat, maka zakat profesi adalah zakat yang dikenakan

pada tiap-tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu. Zakat

profesi adalah zakat yang diberikan oleh setiap orang Islam, yang

menyangkut imbalan profesi yang diterima, seperti gaji dan

honoranium. (Alwi, 2007:1279)

Bentuknya bisa berbentuk gaji, upah, honor, persen dan

sebagainya. Profesi tersebut misalnya pegawai negeri, Dosen, Pegawai

Bank, Pegawai Pemerintahan, Dokter, Guru, Pengacara dan lain-lain.

3. Aparatur Sipil Negara

Aparatur Sipil Negara atau disingkat ASN adalah profesi bagi

pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja

yang bekerja pada instansi pemerintah. (UU No. 5 tahun 2014)

Sedangkan Pegawai Aparatur Sipil Negara yang disingkat Pegawai

ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat Pembina kepegawaian dan

diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahanatau diserahi tugas

negara lainnyadan digaji sesuai peraturan perundang-undangan.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan ASN adalah semua

pegawai negeri sipil baik pegawai struktural maupun pegawai

(24)

Kabupaten Demak. Pegawai yang dimaksud adalah guru, penyuluh

agama, pengawas, penghulu, pegawai kantor baik staf maupun pejabat

dan lain sebagainya.

F. Tinjauan Pustaka

Hasil penelitian yang membahas tentang zakat profesi ada beberapa

diantaranya sebagai berikut:

Endarti Nurwiyani (2009), dengan judul: “Urgensi Komunikasi

Hukum terhadap Pengeloaan Zakat Profesi di Kabupaten Temanggung”,

dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana pelaksanaan

komunikasi hukum zakat profesi di kabupaten Temanggung?, 2)

Bagaimana kesadaran hukum masyarakat terhadap keberhasilan

pengelolaan zakat profesi di Kabupaten Temanggung?, 3) Bagaimana

model ideal komunikasi hukum dalam bentuk sosialisasi zakat profesi di

Kabupaten Temanggung?. Hasil penelitian ini menggungkapkan bahwa

komunisasi hukum yang dilakukan oleh BAZ Kabupaten Temanggung

menggunakan metode pelatihan, ceramah umum, penyebaran leaflet,

pemberian instruksi oleh bupati, pemberitaan lewat radio dan media

cetak, dan melalui surat-surat dengan sasaran pegawai. Untuk

menumbuhkan kesadaran pegawai untuk mengeluarkan zakat profesi, serta

pengelolaan BAZ yang tertib, akuntabel dan transparan dibentuklah 39 UPZ

(unit pengumpul zakat) yang akuntabel dan transparan. Model ideal

komunikasi hukum zakat profesi di kabupaten Temanggung dengan

(25)

pelaksanaan zakat profesi, serta instruksi Bupati Temanggung kepada

SKPD SKPD merupakan starategi yang paling baik untuk pelaksanaan

dan pengelolaan zakat profesi masyarakat Kabupaten Temanggung.

Muhammad Fuad (2011), dengan judul: “Zakat Profesi Pegawai

Negeri Sipil (PNS) di Salatiga (Studi terhadap pembayaran zakat oleh

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga), dengan

rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana konsep zakat profesi dalam

Fiqh dan UU?, 2) Bagaimanakah pemahaman masyarakat muslim PNS di

Kecamatan Sidorejo tentang zakat profesi?, 3) Apakah motivasi masyarakat

muslim PNS di Kecamatan Sidorejo untuk membayar atau tidak membayar

zakat profesi?, 4) Bagaimanakah pola pembayaran zakat profesi masyarakat

muslim PNS di Kecamatan Sidorejo? Hasil penelitian ini berisi tentang

tingkat kesadaran PNS muslim di Kecamatan Sidorejo terhadap pemahaman

zakat profesi sebesar 75 %, sebagian besar PNS yang mengeluarkan zakat

profesi dengan alasan kepedulian terhadap ajaran agama sebersar 40 %, dan

30 % masing-masing dengan alasan kepedulian sosial dan agar hartanya

menjadi berkah. serta pola pembayaran zakat profesi PNS muslim di

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga mayoritas atau 90 % langsung kepada

yang berhak dan sisanya melalui BAZ/LAZ.

Penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan kedua penelitian

yang telah dilakukan oleh Indarti dan Muhammad Fuad. Penelitian ini lebih

menfokuskan pada pelaksanaan zakat profesi yang meliputi pengelolaan dan

(26)

G. Metode penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini tergolong dalam penelitian kualitatif dengan

pendekatan normatif. Analisa dalam Penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif yang bertujuan untuk memberi gambaran terhadap

pengelolaan zakat profesi Pegawai Negeri Sipil Kementerian Agama

yang dikelola oleh Kementerian Agama Kabupaten Demak.

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti bertindak sebagai subyek atau pelaku sekaligus

pengumpul data yang mana penulis langsung datang dan mewawancarai

Kasi Bimas Syari’ah, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian

Agama Kabupaten Demak, Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Kabupaten Demak serta PNS Kementerian Agama Kabupaten Demak.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Demak JL. Bayangkara Baru No. 6 Demak lebih khususnya

di Kantor Kasi GARAZAWA yang sekarang bernama Bimas Syari’ah

serta Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten

Demak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak.

4. Sumber Data

a. Data Primer

Merupakan sebuah keterangan atau fakta yang secara

langsung diperoleh melalui penelitian lapangan. Dalam hal ini

(27)

dokumen tentang pengelolaan zakat profesi dari bimas Syari’ah,

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten

Demak serta Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Demak.

b. Data Sekunder

Merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data

primer, data sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan cara

penelitian kepustakaan melalui literatur maupun dengan cara

peneliti secara langsung datang ke lapangan untuk melakukan

observasi.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer

dan data sekunder. Adapun metode pengumpulan data pada penelitian

ini sebagai berikut:

a. Dokumentasi

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai

sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber

data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk

meramalkan. (Moloeng, 2004:917) Dokumen-dokumen yang ada

dipelajari untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian

ini. Dokumen tersebut adalah yang berkaitan dengan topik

penelitian ini dan berkaitan dengan masalah-masalah yang akan

(28)

Dokumentasi dapat dianggap sebagai materi yang tertulis atau

sesuatu yang menyediakan informasi tentang suatu subjek.

Dokumen adalah semua bahan pustaka, baik yang berbentuk

tulisan, cetakan, maupun dalam bentuk rekaman lainnya. Disini

peneliti menggunakan dokumen dengan cara mengumpulkan data

dengan mencatat data-data yang sudah ada. Dokumen tersebut

seperti naskah, daftar nama-nama para PNS serta nominal zakat

profesinya, dokumen penyaluran zakat dan sebagainya.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan (Moloeng,

2004:186)

Wawancara dilakukan kepada kasi Bimas Syari’ah, pengurus

lembaga amil zakat Kementerian Agama Kabupaten Demak serta

aparatur sipil Negara (ASN) dalam hal ini adalah PNS dilingkungan

Kementerian Agama Kabupaten Demak. Metode wawancara

dilakukan dengan tanya jawab secara lisan mengenai

masalah-masalah yang ada dengan berpedoman pada daftar pertanyaan

sebagai rujukan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode

wawancara ini penulis gunakan untuk mengetahui bagaimana

(29)

c. Observasi

Observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan jalan

pengamatan secara langsung mengenai objek penelitian. Metode ini

penulis gunakan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi

objektif mengenai objek penelitian. (Arikunto, 1997:234)

Teknik observasi ini merupakan upaya memperoleh data

dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan

pencatatan terhadap kejadian yang penulis ketahui.

6. Analisa data

Dalam penelitian, setelah data terkumpul, langkah selanjutnya

adalah mengadakan analisis data, data mentah yang terkumpul tidak ada

gunanya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan hal yang penting

dalam metode ilmiah karena dengan analisis data tersebut dapat diberi

arti dan makna yang berguna untuk menyelesaikan masalah penelitian.

Dalam analisis ini penulis menggunakan analisis kualitatif yang

mendeskripsikan pengelolaan dan distribusi zakat profesi pegawai

Kementerian Agama Kabupaten Demak.

7. Pengecekan Keabsahan

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil

wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:30) Pengecekan

keabsahan data dilakukan karena dikhawatirkan masih adanya

(30)

menulis kembali hasil wawancara setelah selesai melakukan wawancara

secara langsung, ataupun mewawancarai ulang dari salah satu subjek

penelitian untuk menambah data yang kurang bila diperlukan.

8. Tahap-tahap penelitian

Langkah yang diambil peneliti untuk memulai suatu penelitian

adalah dengan menentukan atau memilih topik penelitian, pencarian

informasi, menentukan lokasi yang akan diteliti, pencarian

sumber-sumber dan prosedur pengumpulan data, serta menganalisis data yang

ada.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih

lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika

penulisan penelitian ini sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan; Bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Fokus

Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah,

Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan

Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data,

Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data,

Tahap-tahap Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Kajian Pustaka; Bab ini berisi pembahasan tentang: Zakat

profesi dalam tinjauan fiqh yang meliputi; Pengertian zakat profesi, tujuan,

(31)

zakat profesi, dan pembahasan zakat profesi dalam tinjauan

perundang-undangan

Bab III Paparan Data dan Temuan Penelitian; Bab ini membahas

tentang: gambaran umum Pegawai Kementerian Agama Kabupaten Demak

yang meliputi: Sejarah dan letak geografis, Pegawai Kementerian Agama

Kabupaten Demak. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama

Kabupaten Demak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Demak.

Bab IV Pembahasan; Berisi tentang analisis tentang pengelolaan zakat

profesi, analisis pola pembayaran zakat profesi serta analisa distribusi zakat

profesi.

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Zakat Profesi dalam Tinjauan Fiqih 1. Pengertian Zakat Profesi

Dalam buku Ensiklopedi Islam; kata “zakat” berasal dari kata

dasar (masdar)-nya zaka yang berarti tumbuh, berkah, bersih, baik

dan bertambah. (Depdikbud, 1993: 224) Pendapat ini sejalan

dengan pendapat Abu Bakar bin Muhammad bin Abdul mu’min

dalam bukunya “Kifayatu al-Akhyar fi ghoyati al-Ikhtishor” zakat

secara bahasa diartikan tumbuh, berkah dan tambahnya kebaikan.

(Abu Bakar, tt: 161) Dalam kitab Fathül Wahab juga terdapat

definisi zakat sebagai berikut: “Sesuatu nama dari harta atau

badan yang dikeluarkan menurut syarat syarat yang ditentukan”.

(Zakaria al-anshari, tt, 102). Dalam istilah fiqih, zakat adalah

sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan

Allah SWT supaya diserahkan kepada orang-orang yang berhak

(mustahak). (Depdikbud, 1993: 224)

Adapun pengertian zakat secara terminologi (istilah) telah

direspon dengan beberapa pengertian, sebagaimana berikut ini.

Dalam Ensiklopedi al-Quran disebutkan, Menurut istilah hukum

Islam, zakat itu maksudnya mengeluarkan sebagian harta,

(33)

tinggal menjadi bersih dari orang-orang yang memperoleh harta

menjadi suci jiwa dan tingkah lakunya. (Fahrudin HS, 1992: 618)

Zakat merupakan pranata keagamaaan untuk mewujudkan

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan

masyarakat yang kurang mampu, hingga dibentuknya undang-undang

tentang Pengelolaan Zakat oleh pemerintah yaitu Undang-Undang

Nomor 23 tahun 2011 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 38

tahun 1999. Dalam Bab 1 tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (2)

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau

badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai

dengan syariat Islam. Pada pasal 4 ayat 2 poin h dijelaskan bahwa salah

satu zakat mal adalah pendapatan dan jasa. Dalam Undang-Undang ini

tidak tersurat adanya istilah zakat profesi akan tetapi dalam pasal 23

ayat 2 dijelaskan bahwa bukti setoran zakat dapat digunakan sebagai

pengurang penghasilan kena pajak.

Berdasar pemahaman diatas bahwa objek zakat penghasilan bisa

disebut dengan istilah zakat profesi. Dalam Ensiklopedi Islam zakat

profesi termasuk dalam kelompok zakat mal, yaitu maal

al-mustafaad (kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui

bentuk usaha baru yang sesuai dengan syariat agama). (Depdikbud,

1993: 227) Sejalan dengan hal tersebut Abdul Ghofur Anshori

menjelaskan bahwa zakat profesi (penghasilan) adalah zakat yang

(34)

arsitek, notaries, ulama’/da’i, karyawan, guru, dan lain-lain. (Anshori,

2006: 86)

Zakat merupakan bentuk taqorrub (pendekatan diri) kepada

Allah, yang merupakan sarana penting untuk membersihkan jiwa

manusia dari sifat-sifat tercela seperti kikir, rakus dan egois.

Sebagaimana zakat juga dapat memberikan solusi untuk menanggulangi

masalah krisis ekonomi yang menimpa umat manusia, karena penulis

berpendapat seorang petani saja diwajibkan membayar zakatnya, maka

para dokter, dosen, guru, karyawan lebih utama untuk mengeluarkan

zakat profesinya, karena selain kerjanya lebih ringan, gajinya dalam

beberapa bulan sudah melebihi nisab.

2. Tujuan, Fungsi Dan Hikmah Zakat Profesi.

Dasar hukum kewajiban zakat disebutkan baik dalam Al-Qur’an

maupun Al-Hadits yang antara lain sebagai berikut:

Artinya : “ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. (QS. At-Taubah:9, 103)

Dari surat At-Taubat ayat 103 di atas tergambar bahwa zakat

yang dikeluarkan oleh para muzaki akan dapat membersihkan dan

(35)

terhadap harta seperti rakus dan kikir. Secara teologis kewajiban zakat

diberlakukan untuk membersihkan harta dari berbagai syubhat dan

sekaligus membersihkan jiwa pemiliknya dari berbagai kotoran rohani.

Dan secara sosial menunjukkan rasa solidaritas dan kepedulian

orang-orang kaya kepada orang-orang-orang-orang miskin sehingga terjalin persaudaraan

yang kokoh di masyarakat yang saling menolong dan saling

menyayangi. (http://tanbihun.com/fikih/bahsul-masail/zakat-profesi/)

Artinya: “Dari Anas RA berkata: Seorang dari Suku Tamim menghadap Rasulullah SAW dan bertanya: Hai Rasulullah aku mempunyai harta yang banyak dan mempunyai keluarga yang banyak pula serta banyak tamu-tamu yang datang, maka berikanlah aku petunjuk bagaimana sebaiknya aku beramal dan berinfaq? Maka Rasulullah memberikan petunjuk: Keluarkanlah zakatnya dari hartamu itu, karena dengan mengeluarkan zakatnya kamu dapat membersihkan (harta dan jiwamu), dan kamu dapat mempererat tali kekeluargaanmu, serta kamu mengerti hak-hak fakir miskin, hak-hak tetangga dan hak-hak orang yang meminta-minta” (HR Ahmad)

Hadits ini memberikan petunjuk singkat mengenai tujuan dan

fungsi zakat profesi, baik tujuan teologis maupun tujuan sosialnya.

Allah memberikan rizki kepada hambanya berbeda-beda, ada yang

diberi kemudahan-kemudahan dan ada yang diberi kesulitan dan

(36)

saling membutuhkan. Seorang suku Tamim diberi harta yang melimpah

dan mempunyai tanggungan keluarga yang banyak.

Di samping itu banyak pula orang-orang yang datang kepadanya

untuk meminta bantuan. Rasulullah SAW memberikan petunjuk agar

dikeluarkan zakatnya sehingga secara proporsional harta yang

digunakan untuk keperluan keluarga adalah harta yang sudah bersih,

sedangkan harta yang dikeluarkan untuk kelompok fakir miskin

berfungsi sebagai tali kasih yang memperkokoh persaudaraan dan

kekeluargaan. Fungsi dan hikmah zakat profesi antara lain:

a. Menghindari kecemburuan sosial sehingga harta menjadi aman,

karena kecemburuan sosial bisa menimbulkan kerawanan di

masyarakat.

b. Memberi bantuan langsung kepada fakir miskin. Apabila mereka

mempunyai keterampilan, maka uang bantuan itu dapat

dipergunakan sebagi modal usaha kecil, dan apabila tidak

mempunyai kerampilan, maka akan dipergunakan sebagai bantuan

yang dapat meringankan beban hidupnya.

c. Membersihkan muzakki dari sifat-sifat yang tidak terpuji dan tidak

peduli kepada orang lain, karena orang mu’min yang telah

membiasakan membayar zakat akan menjadi orang dermawan.

d. Sebagai pernyataan rasa syukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan karunia dan memberikan kemudahan-kemudahan

(37)

membanting tulang tetapi rizkinya pas-pasan.

(http://tanbihun.com/fikih/bahsul-masail/zakat-profesi/)

3. Waktu Pengeluaran Zakat Profesi

Dalam Ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa para ulama sepakat

harta pendapatan wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas

nisab. Adapun nisabnya sama dengan nissab uang, dengan kadar zakat

2,5%. (Depdikbud, 1993: 227) Firman Allah SWT QS. Al-Baqarah

ayat 267 dijelaskan:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik -baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk -buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.(QS. Al-Baqarah, 2: 267)

Ayat tersebut diturunkan sebagai perintah dari Allah kepada

manusia yang beriman untuk mengeluarkan zakat dari hasil usaha

manusia yang baik-baik. Karena seorang muslim dianjurkan untuk

menyegerakan dalam membayar zakat, tidak diperkenankan

(38)

Untuk menentukan waktu pengeluaran zakat profesi baik itu

berupa gaji, upah, penghasilan atau sejenisnya, Yusuf Qardhawi

menyarankan untuk menangguhkan pengeluaran zakat kekayaannya

yang lain yang sudah jatuh tempo zakatnya, bila dia tidak khawatir

penghasilannya itu akan terbelanjakan olehnya sebelum jatuh tempo.

Alasannya, agar tidak terjadi pewajiban pembayaran dua kali pada

keseluruhan kekayaan dalam satu tahun.

Namun menurut Yusuf Qardhawi, keterangan-keterangan

tentang tidak wajib zakat atas harta penghasilan (profesi) sebelum

melewati masa setahun, tidak cukup kuat sehingga menimbulkan

perbedaan pendapat yang tajam diantara para ulama’. Siapa yang

mengusahakan sesuatu harta, yakni yang diperhitungkan tahunnya,

sedangkan ia tiada mempunyai harta yang lain, kemudian mencapai satu

nisab, atau ia mempunyai sesuatu harta sejenis yang tidak cukup satu

nisab, kemudian dengan hasil usaha itu mencapai nisab, dimulailah

pehitungan tahun zakat dari saat itu nanti bila cukup masa satu tahun,

wajiblah ia mengeluarkan zakat.

Zakat penghasilan yang telah mencapai nisab dikeluarkan pada

setiap kali menerima/gajian, diqiyaskan dengan waktu pengeluaran

zakat tanaman setiap kali panen. Sebagaimana Allah Swt berfirman:

(39)

Artinya: “dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila Dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. ( QS. Al-An’am: 141)

Zakat profesi itu bisa dilaksanakan setahun sekali atau sebulan

sekali, atau berapa bulan sekali. Yang jelas, bila ditotal setahun besar

zakat yang dikeluarkan harus sama. Namun zakat tersebut wajib

dikeluarkan jika penghasilannya, seandainya ditotal setahun setelah

dikurangi kebutuhan-kebutuhannya selama setahun melebihi nisab.

dengan ketentuan nisab setara dengan 85 gram emas 24 karat, dan

kadarnya sebesar 2.5 %. Jika tidak mencapai nishab, tidak wajib untuk

dizakati. (Hafidhuddin, 2002: 94)

Semua penghasilan melalui kegiatan profesional tersebut,

apabila telah mencapai nisab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini

berdasarkan nash-nash yang bersifat umum, misalnya firman Allah

dalam SuratAt-taubah:103 SuratAl-baqoroh:267.

4. Sasaran Zakat Profesi

Pekerjaan yang menghasilkan uang ada dua macam, pertama

adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung pada orang

(40)

dengan cara ini merupakan penghasilan profesional, seperti penghasilan

seorang dokter, insinyur, advokat, seniman, pengrajin, penjahit dan

lain-lain. Kedua, adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak

lain, baik pemerintah, perusahaan maupun perorangan dengan

memperoleh upah, gaji atau honoranium.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa setiap keahlian dan pekerjaan

apapun yang halal, baik yang dilakukan sendiri maupun yang terkait

dengan pihak lain, seperti seorang pegawai atau karyawan, guru atau

dosen, apabila penghasilan dan pendapatannya mencapai nisab, maka

wajib dikeluarkan zakatnya. (Suyitno dkk, 2005 : 32)

Pekerjaan di bidang pertanian, peternakan, dan perdagangan

aturan zakatnya sudah ada sejak dulu, terdapat di kitab-kitab fiqh

terdahulu, itu karena pekerjaan-pekerjaan itu sudah ada sejak dulu.

Sementara pekerjaan profesional di kantor-kantor, baik swasta atau

negeri, pabrik-pabrik, tidak terdapat dalam kitab-kitab terdahulu.

Kemungkinan besar para ustadz atau kyai yang diikuti oleh masyarakat

itu masih merujuk pada kitab-kitab terdahulu. Karena jelas, tidak akan

ditemukan pendapat yang mengatur soal zakat profesi.

Disamping itu adanya pendapat sahabat dan para ulama fiqh

yang mengatakan bahwa penghasilan wajib zakatnya pada saat diterima

bila mencapai nisab, tetapi menurut ketentuan wajib zakat atau

penghasilan itu bila masih bersisa di akhir tahun dan cukup senisab.

(41)

pendapatan yang diterima, berarti sama saja membebaskan kebanyakan

golongan profesi yang menerima gaji beberapa kali pembayaran dan

jarang sekali cukup nisab dari kewajiban zakat, sedangkan bila seluruh

gaji itu dari satu waktu itu dikumpulkan akan cukup senisab bahkan

akan mencapai beberapa nisab, begitu juga halnya kebanyakan para

pegawai dan pekerja.

Menurut Yusuf Qardawi, atas dasar ini dapat dikatakan bahwa

satu tahun merupakan satu kesatuan menurut pandangan pembuat

syariat, begitu juga menurut pandangan ahli perpajakan modern. Oleh

karena itulah ketentuan setahun diberlakukan dalam zakat. Faktanya

adalah bahwa para pemerintahan mengatur gaji pegawainya berdasarkan

ukuran tahun, meskipun dibayarkan perbulan karena kebutuhan pegawai

yang mendesak.

Berdasarkan hal itulah zakat penghasilan bersih seorang pegawai

dan golongan profesi dapat diambil dari dalam setahun penuh, jika

pendapatan bersih setahun itu mencapai satu nisab. Semoga

pendapat-pendapat sebagian ulama fiqh yang menegaskan bahwa harta

penghasilan wajib zakat dan cara mengeluarkan zakatnya seperti yang

diterangkan mereka, dapat membantu dalam menetapkan kebijaksanaan

wajib zakat atas penghasilan pegawai dan golongan profesi tersebut.

Islam tidak mewajibkan zakat atas seluruh harta benda, sedikit

atau banyak, tetapi mewajibkan zakat atas harta benda yang mencapai

(42)

pemiliknya. Hal ini untuk menetapkan siapa yang termasuk golongan

orang kaya yang wajib zakat. Zakat hanya dibebankan kepada

orang-orang kaya tersebut.

Berdasarkan keterangan di atas, penghasilan yang mencapai

nisab seperti gaji yang tinggi dan honorarium yang besar dari para PNS,

serta pembayaran-pembayaran yang besar kepada golongan profesi

wajib dikenakan zakat. Sehingga pada akhirnya, dengan adanya batasan

nisab tersebut memungkinkan membebaskan orang-orang yang

mempunyai gaji kecil (belum mencapai nisab) dari kewajiban zakat dan

membatasi kewajiban zakat hanya atas pegawai-pegawai yang

mempunyai gaji tinggi saja (sudah mencapai nisab).

Oleh karenanya akan tercapai rasa keadilan dan kesamaan hak

antar sesamanya serta terpenuhinya tujuan syar'i dari zakat, yaitu

kesejahteraan bagi orang yang tidak mampu (miskin). Lain halnya

dengan Yusuf Qardlawi, yang juga termasuk sebagai ulama

kontemporer dan seorang ahli fiqh kontekstual. Yusuf Qardlawi

berpendapat dengan argumentasi bahwa orang memperoleh gaji dan

pendapatan dalam bentuk uang, maka yang paling baik adalah

menetapkan nisab gaji itu berdasarkan nisab uang. Oleh karenanya,

berdasarkan pendapat Yusuf Qardlawi tersebut nisab dan presentase

zakat profesi adalah disamakan dengan zakat uang, emas, dan perak

(43)

Zakat merupakan sendi pokok ajaran Islam yang menyangkut

sosial ekonomi dalam rangka mewujudkan suatu masyarakat yang adil

dan makmur, yang merata materil dan spiritual. Dengan melihat

kesenjangan sosial ekonomi masyarakat sekarang ini, rasanya ada salah

satu indikator yang menunjukan bahwa zakat masih belum difungsikan

untuk meraih tujuan sosial ekonomi zakat sebagaimana yang

dicita-citakan oleh syara’, hal ini disebabkan antara lain oleh faktor-faktor

yang menghambat kepada seorang muslim ketika mau mengeluarkan

zakat, salah satunya adalah kurangnya kesadaran dari masyarakat untuk

mengeluarkan zakat ketika sudah terpenuhi syarat dan rukunnya atau

kurangnya pemahaman pengetahuan tentang zakat profesi.

Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa di antara hal yang sangat

penting untuk mendapatkan perhatian kaum muslimin saat ini adalah

penghasilan atau pendapatan yang diusahakan melalui keahliannya, baik

keahlian yang dilakukannya secara sendiri maupun secara

bersama-sama. Penghasilan-penghasilan tersebut dalam istilah fiqh disebut

dengan al-mal al-mustafad. (Suyitno, Heri Junaidi, M. Adib

Abdushomad, 2005 : 50)

B. Zakat Profesi dalam Tinjauan Perundang-undangan

Di dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 sebagai pengganti

Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 mengenai pengelolaan zakat, pasal

pasal 4 ayat 2 disebutkan bahwa salah satu harta yang wajib dikeluarkan

(44)

penghasilan karyawan tidak banyak dikenal di zaman Rasulullah, karena

saat itu kaum muslimin lebih banyak berprofesi sebagai petani/peternak dan

sebagai pedagang sehingga penghasilan seorang karyawan tidak banyak

dibahas oleh para ulama salaf terdahulu. Namun bukan berarti tidak pernah

ada riwayat khusus tentang zakat profesi yang pernah diterapkan terhadap

gaji/penghasilan seseorang, contoh di zaman Umar bin Abdul Aziz yang

memberi upah kepada Abu Ubaid atas pekerjaannya dimana upah yang

diterima memenuhi nisab zakat sehingga diambil zakat atas gaji yang

diterimanya.

Dengan telah diundangkannya Undang-undang Nomor 23 Tahun

2011, terlihat dengan jelas bahwa:

a. Penunaian zakat merupakan kewajiban umat Islam Indonesia yang

mampu, dan hasil pengumpulan zakat merupakan sumber dana yang

potensial bagi upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

b. Zakat merupakan pranata keagamaan untuk mewujudkan keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memperhatikan

masyarakat yang kurang mampu.

Sebelum Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat, Pemerintah pertama kali mengatur kaitan antara Zakat yang

dibayarkan oleh orang pribadi dan badan yang dimiliki oleh pemeluk agama

Islam dengan pajak penghasilan yang dibayarnya kepada negara yang

merupakan kewajiban kenegaraan dari setiap warga negara dalam

(45)

yang sebelumnya tidak pernah diatur. Dengan demikian zakat profesi dalam

hal ini mempunyai kekuatan hukum, tinggal pribadi masyarakat sendiri yang

bagaimana pemenuhan kewajiban zakat profesinya dapat terlaksana.

Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan

zakat, pasal 4 ayat (2) dikemukakan tentang harta yang dikenai zakat adalah;

a. emas, perak, dan logam mulia lainnya;

b. uang dan surat berharga lainnya;

c. perniagaan;

d. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;

e. peternakan dan perikanan:

f. pertambangan;

g. perindustrian;

h. pendapatan dan jasa; dan

i. rikaz.

Sementara dalam Undang-undang pajak, yaitu Undang-undang

Nomor 17 tahun 2000 dalam pasal 9 ayat (1) dikemukakan bahwa untuk

menentukan besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri

dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan; (g) harta yang dihibahkan,

bantuan atau sumbangan dan warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4

ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas penghasilan nyata-nyata

dibayarkan wajib zakat, orang pribadi pemeluk agama Islam dan atau wajib

(46)

Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk

dan disahkan oleh pemerintah.

Penulis menyimpulkan adanya keterkaitan antara undang-undang

zakat dan pajak yang dibuat oleh pemerintah, terutama dari pajak

penghasilan. Begitu juga peran BAZ/LAZ dalam kinerjanya sebagai amil

zakat yang dibentuk oleh pemerintah diharapkan meningkatkan fungsinya

sebagai badan amil yang professional, amanah dan terpercaya untuk bisa

meyakinkan masyarakat dalam memiliki program kerja yang jelas dan

terencana, sehingga mampu mengelola zakat dengan baik.

Zakat adalah kewajiban seorang umat Islam yang memiliki harta dalam jumlah tertentu sesuai dengan perintah Allah. Selain memiliki

kewajiban zakat, seorang muslim juga warga negara, ia juga memiliki

kewajiban untuk membayar pajak. Jadi, seorang muslim memiliki kewajiban

ganda, untuk membayar zakat dan pajak. Oleh karena itu, dalam rangka

meringankan beban muslim itu, dalam UU Nomor 23 tahun 2011 tentang

Pengelolaan Zakat pasal 23 ayat (2) yang berbunyi; Bukti setoran zakat

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai pengurang

penghasilan kena pajak.

C. Pengelolaan Zakat

Menurut Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat, pada pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa Pengelolaan zakat adalah

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam

(47)

pengelolaan zakat dalam Undang-Undang tersebut dikelola oleh Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) sesuai dengan jenjangnya, mulai dari tingkat

pusat sampai daerah yaitu provinsi maupun kabupaten/kota. BAZNAS

merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat

secara nasional.

Dalam melaksanakan tugas BAZNAS menyelenggarakan fungsi:

1. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

2. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

3. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat;

dan

4. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan pengelolaan zakat.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS

provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota dapat membentuk UPZ pada instansi

pemerintah, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah,

perusahaan swasta, dan perwakilan Republik Indonesia di luar negeri serta

dapat membentuk UPZ pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama

(48)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kementerian Agama Kabupaten Demak

1. Sejarah dan letak geografis Kantor Kementerian Agama Kabupaten

Demak

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal tersebut

tercermin baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam

kehidupan bernegara. Di lingkungan masyarakat terlihat terus

meningkat kesemarakan dan kekhidmatan kegiatan keagamaan baik

dalam bentuk ritual, maupun dalam bentuk sosial keagamaan. Semangat

keagamaan tersebut, tercermin pula dalam kehidupan bernegara yang

dapat dijumpai dalam dokumen-dokumen kenegaraan tentang falsafah

negara Pancasila, UUD 1945, GBHN, dan buku Repelita serta memberi

jiwa dan warna pada pidato-pidato kenegaraan. Dalam pelaksanaan

pembangunan nasional semangat keagamaan tersebut menjadi lebih

kuat dengan ditetapkannya asas keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan yang Maha Esa sebagai salah satu asas pembangunan. Hal ini

berarti bahwa segala usaha dan kegiatan pembangunan nasional dijiwai,

digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketaqwaan terhadap

Tuhan Yang Maha Esa sebagai nilai luhur yang menjadi landasan

(49)

Secara filosofis, sosio politis dan historis agama bagi bangsa

Indonesia sudah berurat dan berakar dalam kehidupan bangsa. Itulah

sebabnya para tokoh dan pemuka agama selalu tampil sebagai pelopor

pergerakan dan perjuangan kemerdekaan baik melalui partai politik

maupun sarana lainnya. Perjuangan gerakan kemerdekaan tersebut

melalui jalan yang panjang sejak jaman kolonial Belanda sampai

kalahnya Jepang pada Perang Dunia ke II. Kemerdekaan Indonesia

diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada masa

kemerdekaan kedudukan agama menjadi lebih kokoh dengan

ditetapkannya Pancasila sebagai ideologi dan falsafah negara dan UUD

1945. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang diakui sebagai sumber dari

sila-sila lainnya mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sangat

religius dan sekaligus memberi makna rohaniah terhadap

kemajuankemajuan yang akan dicapai. Berdirinya Departemen Agama

pada 3 Januari 1946, sekitar lima bulan setelah proklamasi kemerdekaan

kecuali berakar dari sifat dasar dan karakteristik bangsa Indonesia

tersebut di atas juga sekaligus sebagai realisasi dan penjabaran ideologi

Pancasila dan UUD 1945. Ketentuan juridis tentang agama tertuang

dalam UUD 1945 BAB E pasal 29 tentang Agama ayat 1, dan 2:

1. Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa;

2. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk

agamanya masing-masing dan beribadah menurut agamanya dan

(50)

dari sistem kenegaraan sebagai hasil konsensus nasional dan

konvensi dalam praktek kenegaraan Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pada awal berdirinya, Kementerian Agama Kabupaten

Demak berkantor di utara Alun-alun Demak yang sekarang berdiri

Indomaret dan bersebelahan dengan Klenteng. Pada awal tahun 1990

tanah kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak ditukar guling

dengan tanah wakaf milik Badan Kesejahteraan Masjid (BKM)

Kabupaten Demak yang lebih luas dari pada tanah sebelumnya. Sampai

sekarang tanah tersebut berdiri bangunan kantor Kementerian Agama

Kabupaten Demak yang berada di Jalan Bayangkara Baru No. 08

Demak. Dalam komplek kantor kementerian agama berdiri beberapa

banguna seperti masjid, gedung kantor kementerian agama, gedung

pengawas madrasah, gedung aula pertemuan, gedung koperasi dan

rumah dinas bagi kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten

Demak.

2. Ruang lingkup dan cakupan kerja Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Demak

Kementerian Agama mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan di bidang keagamaan dalam pemerintahan untuk membantu

Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam

(51)

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang

keagamaan;

b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung

jawab Kementerian Agama;

c. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian

Agama;

d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan

urusan Kementerian Agama di Nasional;

e. pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional; dan

f. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke Nasional.

Berdasar Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 2 tahun

2010, Visi Kementerian Agama adalah terwujudnya masyarakat

Indonesia yang taat beragama, rukun, cerdas, mandiri dan sejahtera lahir

batin. Sedangkan Misi Kementerian Agama sebagai berikut:

a. Meningkatkan kualitas kehidupan beragama,

b. Meningkatkan kualitas kerukunan umat beragama,

c. Meningkatkan kualitas raudlotul athfal, madrasah, perguruan tinggi

agama, pendidikan agama dan pendidikan keagamaan.

d. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan ibadah haji

e. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

Mengacu pada PMA No. 2 tahun 2010 diatas, Kementerian

Agama Kabupaten Demak mencoba menterjemahkan Visi dan Misi

(52)

Kementerian Agama Kabupaten Demak. Dalam laman resminya

(http://kemenagkabdemak.org) menjelaskan bahwa Visi Kementerian

Agama Kabupaten Demak adalah terwujudnya Demak damai dan

dinamis berdasarkan nilai-nilai agama. Sedangkan Misi Kementerian

Agama Kabupaten Demak sebagai berikut:

a. Meningkatkan etos kerja pegawai

b. Meningkatkan mutu pendidikan agama dan keagamaan

c. Meningkatkan pelayanan jamaah calon haji

d. Meningkatkan pemberdayaan pegawai

e. Mengoptomalkan fungsi masjid

f. Memberdayakan lembaga keagamaan

g. Meningkatkan kerukunan umat beragama

Untuk mencapai visi dan misi tersebut Kementerian Agama

Kabupaten Demak menetapkan 5 tata nilai kerja dan 10 budaya malu

kepada semua aparatur. Adapun 5 tata nilai kerja sebagai berikut:

a. Integritas

b. Profesionalitas

c. Inovasi

d. Tanggung jawab

e. Keteladanan

Disamping 5 tata nilai kerja diatas tersebut, Kementerian

Agama kabupaten Demak juga membudayakan 10 budaya malu,yaitu:

(53)

b. Tidak ikut apel

c. Tidak masuk kerja tanpa alasan

d. Sering minta ijin tidak masuk kerja

e. Bekerja tanpa program

f. Pulang sebelum waktunya

g. Sering meninggalkan pekerjaan tanpa alasan penting

h. Bekerja tanpa pertanggungjawaban

i. Pekerjaan terbengkalai

j. Berpakaian sering tidak rapi dan tanpa atribut

Dalam melaksanakan tugas, Kementerian Agama kabupaten

Demak mendistribusikan tugas pokoknya ke beberapa kepala seksi

(Kasi), diantaranya:

a. Kepala Sub Bagian Umum yang membawahi bagian administrasi

umum , keuangan, dan kepegawaian.

b. Kasi Pendidikan Madrasah, yang membawahi pendidikan di

lingkungan Madrasah mulai dari RA/BA, MI, MTs dan MA.

c. Kasi Pendidikan Agama Islam pada Sekolah (PAIS) yang wilayah

kerjanya membina semua guru PAI di sekolah mulai dari PAUD,

TK, SD, SMP, SMA/SMK.

d. Kasi Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren, yang

membawahi pendidikan TPQ, Madrasah diniyah, Pondok

Pesantren.

(54)

f. Kasi Bimas Islam, yang mengurusi masalah wakaf, zakat dan infaq

g. Kasi Bimas Syariah, yang membawahi Kantor Urusan Agama

(KUA) yang jumlahnya ada 14 KUA, penyuluh agama, serta

majelis taklim.

3. Kondisi Aparatur Sipil Negara (ASN) Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Demak

Sebelum tahun 2005 jumlah pegawai Kementerian Agama

Kabupaten Demak (dulu bernama Departen Agama/Depag) kurang dari

500 orang. Kondisi Kabupaten Demak yang luas serta jumlah madrasah

baik Madrasah Ibtidaiyyah, MTs maupun MA yang begitu banyak, 500

pegawai tidak mencukupi. Pada tahun 2005 Kementerian Agama

kabupaten Demak memperoleh formasi CPNS yang sangat banyak yaitu

sekitar 250 orang yang 90 % adalah tenaga pendidik. Hal ini bertambah

dengan adanya pengangkatan pegawai honorer menjadi CPNS. Tahun

2015 jumlah aparatur sipil negara yang ditugaskan di Kementerian

agama Kabupaten Demak kurang lebih sejumlah 1.500 pegawai dan

tersebar di seluruh wilayah Kabupaten demak.

Secara umum kondisi Aparatur Sipil Negara (ASN)

Kementerian Agama Kabupaten Demak dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pegawai struktural yang meliputi staf baik yang bekerja di

lingkungan madrasah, Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan

(55)

b. Pegawai fungsional yang meliputi fungsional guru, fungsional

penghulu dan fungsional penyuluh.

Berdasarkan tempat tugasnya, Aparatur Sipil Negara (ASN)

Kementerian Agama Kabupaten Demak dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Pegawai non DPK, yaitu pegawai yang ditugaskan di institusi

Kementerian Agama sendiri dan di Madrasah Negeri baik MIN,

MtsN dan MAN,

b. Pegawai DPK, yaitu pegawai Kementerian Agama yang ditugaskan

di Institusi yang bukan milik Kementerian Agama sebagai contoh

Guru PAI ditugaskan di SD, SMP, SMA/SMK dan juga pegawai

Kementerian Agama yang ditugaskan di institusi dibawah

Kementerian Agama tetapi status institusi tersebut bukan negeri,

contohnya pegawai yang ditugaskan di MI, Mts dan MA swasta.

Di samping status kepegawai yang telah disebutkan diatas,

kementerian Agama Kabupaten Demak melalui Kantor Wilayah

Kementerian Agama jawa Tengah juga mengangkat Penyuluh Agama

Non PNS yang digaji menggunakan DIPA Kementerian Agama yang

berasal dari APBN. Adapun jumlan Penyuluh Agama Non PNS

Kementerian Agama Kabupaten Demak berjumlah 244 orang yang

bertugas diseluruh pelosok wilayah Kabupaten Demak dan dibawah

binaan Kasi Bimas Islam dan Kantor Urusan Agama (KUA)

(56)

B. Gambaran Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten

Demak dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak.

1. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak

a. Sejarah singkat Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama

Kabupaten Demak.

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama

Kabupaten Demak merupakan perubahan nama dari Badan Amal

Zakat Infaq dan Shodaqoh (BAZIS) Departemen Agama Kabupaten

Demak hal ini merupaka dampat dari perubahan Undang-Undang

tentang Zakat. Pada awalnya Badan Amal Zakat Infaq dan

Shodaqoh (BAZIS) yang sekarang bernama Unit Pengumpul Zakat

(UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak hanya menerima

infaq dan sodaqoh dari pegawai secara sukarela dan tidak

tersistematis dengan baik, sehingga hasil pengumpulan zakatnya

kurang maksimal.

Akan tetapi dalam pelaksanaannya, kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan baru nampak pada akhir tahun 2013 setelah dijabat

oleh Bapak Ali sugiyanto. Setelah beliau diangkat jadi ketua Unit

Pengumpul Zakat, pada tahun 2013 beliau langsung mengadakan

sosialisasi UU No 23 Tahun 2011. Beliau juga mensosialisasikan

Motto beliau yakni “Lebih baik Anda masuk surga dengan cara

(57)

Ada beberapa hal yang melatar belakangi Unit Pengumpul

Zakat Kementrian Agama Kabupaten Demak, diantaranya adalah:

1) Prihatin banyak Aparatur Sipil Negara dilingkungan

Kementrian Agama yang tidak berzakat.

2) Diluar jawa, sudah banyak Unit Pengumpul Zakat yang

berjalan.

3) Adanya surat kesanggupan dari Aparatur Sipil Negara, untuk

dipotong gaji sebagai pembayaran zakat profesi.

b. Struktur Organisasi, Program dan Kegiatan Unit Pengumpul Zakat

(UPZ) Kementerian Agama Kabupaten Demak

Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011

tentang pengelolaan zakat, Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kantor

kementerian Agama Kabupaten Demak berbenah diri dengan

membentuk kepengurusan baru yang lebih enerjik dan memiliki

terobosan. Pengalaman BAZIS (Badan Amal Zakat Infaq dan

shodaqoh) Kantor Departemen agama Kabupaten Demak pada

masa lalu menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi pengelolaan

zakat, infaq dan shodaqoh.

Unit Pengumpul Zakat (UPZ) Kementerian Agama

Kabupaten Demak yang mengusung perubahan dan paradigma baru

terbentuk pada tanggal 4 Juni 2013 dengan diterbitkannya Surat

Keputusan Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak

(58)

Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPZ Kementeriaan Agama Kabupaten Demak Masa Bakti 2013 – 2016

PROGRAM KERJA

Program dan kegiatan Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

Kementerian Agama Kabupaten Demak sebagai berikut:

1) Bagian Sekretariat

a) Menyusun Surat Perjanjian antara BAZNAS Kabupaten

Demak dengan UPZ Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Demak

b) Merumuskan SOP Pentasharufan Penanggungjawab Drs. H. M Thobiq

Pengawas

H. Muhaimin, S,PdI, MH

Ketua

H. Ali Sugiyanto, SHI, MM

Sekretaris Drs. Su’ali MS

Sami’in AH

Bendahara Hj. Rahmi Indah S, MH

Siti Musyari’ah

Seksi Pengumpul H. Juair, S.Ag, M.Si, MM

Drs. H. M. Anas, M.S.I Drs. H. Masrohan, M. Pd

H. Chanafi, S. Ag

Seksi Pendayagunaan/ Pendistribusian Drs. H. Mustain, M.S.I Drs. Ali Murtadlo, M. Pd.I

Ali Musthofa, S. Ag

Seksi Pengembangan Dra. Hj. Maskanah

(59)

c) Membuka Rekening UPZ Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Demak

d) Mengusulkan pembentukan Majlis Fatwa UPZ kepada

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Demak

e) Menyelenggarakan rapat-rapat pengurus

f) Mengelola dan melaporkan keuangan kepada pihak-pihak

terkait

2) Seksi Pengumpul/Penghimpun

a) Mendata para muzakki dan calon muzakki

b) Mendata calon mustahiq, baik konsumtif maupun

produktif

c) Menyusun peta mustahiq

d) Menggali potensi-potensi zakat yang memungkinkan

3) Seksi Pendayagunaan/Pendistribusian

Bidang/seksi ini lebih menekan pada program pentasharufan

yang bersifat konsumtif, meliputi:

a) Ashnaf Fakir Miskin :

1. Santunan Santri Ponpes/Panti asuhan

2. Santunan keluarga miskin dan dlu’afa

3. Tanggap bencana

4. Membantu perbaikan Rumah Tidak Layak Huni

(RTLH)

(60)

6. Bantuan untuk penyandang cacat

7. Insentif penjaga kantor/madrasah

b) Ashnaf fi Sabilillah :

1. Insentif ustad TPQ / Madrasah Diniyah

2. Insentif kyai/pengasuh/ustad ponpes/panti asuhan

3. Insentif guru madrasah swasta non-sertifikasi

4. Bantuan ormas Islam

5. Bina tempat ibadah (sertifikasi tanah wakaf)

6. Santunan penjaga masjid

7. Bantuan alat sekolah bagi siswa miskin

c) Ashnaf Muallaf :

1. Santunan muallaf

2. Membantu pengembangan pemahaman Islam bagi

muallaf

d) Ashnaf Ibnu sabil :

1. Melayani permohonan santunan bagi musafir yang

kehabisan bekal

e) Ashnaf Gharim :

1. Santunan gharimin PNS Kantor Kementerian Agama

Kabupaten Demak

2. Santunan gharimin di lingkungan Kementerian Agama

Kabupaten Demak

(61)

4) Seksi Pengembangan

Melaksanakan pentasharufan ZIS yang bersifat produktif dan

pengembangan:

a) Memberikan bantuan modal bergulir bagi dlu’afa’ yang produktif

b) Menyelenggarakan desa binaan (qaryah thayyibah)

c) Pendidikan pelatihan ketrampilan bagi pemuda/remaja masjid

yang belum bekerja

Dalam tahun 2014 Unit Pengumpul Zakat (UPZ)

Kementerian Agama dapat mengumpulkan zakat profesi sebesar:

Tabel 3.1 Data penerimaan dan pengeluaran zakat profesi UPZ Kantor Kementerian Agama Kabupaten DemakTahun 2014 Bulan Saldo Awal Penerimaan Pengeluaran Saldo Akhir Januari 52.130.044 81.890.784 - 134.020.828 Februari 134.020.828 82.028.077 36.564.400 179.484.505 Maret 179.484.505 99.551.833 - 279.036.338 April 279.036.338 107.162.320 19.382.200 366.816.458 Mei 366.816.458 91.743.420 38.383.600 420.176.278 Juni 420.176.278 87.930.800 22.653.000 485.454.078 Juli 485.454.078 22.449.200 162.617.675 345.285.603 Agustus 345.285.603 88.414.400 121.169.300 326.071.703 September 326.071.703 120.327.600 20.448.200 425.951.103 Oktober 425.951.103 95.646.300 106.781.450 414.815.953 Nopember 414.815.953 112.307.800 125.953.750 401.170.003 Desember 401.170.003 38.035.900 149.380.600 289.825.303

Demak, 31 Desember 2014

Ketua Bendahara

(62)

2. Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak

a. Sejarah singkat Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Demak.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak

terbentuk atas inisiatif dan saran dari Bapak Bupati Demak Bpk.

Drs. H. Tafta Zani M.M (Alm). Dengan semangat dan gigihnya

Bapak Bupati ingin menciptakan terwujudnya kesadaran

masyarakat berzakat, berinfaq, bershadaqah dan hibah dalam

rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun Visi

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak adalah

terwujudnya kesadaran masyarakat berzakat, berinfaq, bershadaqah

dan hibah, dalam rangka meningkatkat kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan Misinya, antara lain;

1) Meningkatkan kesadaran berzakat, berinfaq, bershadaqah dan

hibah.

2) Meningkatkan ekonomi dan kesehatan ummat.

3) Meningkatkan kecerdasan keluarga muslim

4) Meningkatkan kesehatan ummat

5) Berkiprah pada Da’wahBilaqwal Wal Ahwal

6) Melaksanakan manajemen ZIS yang Amanah, Profesional dan

(63)

Tujuan pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Badan Amil

Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Demak terbagi menjadi dua,

yaitu:

1) Tujuan umum

Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan zakat dalam

rangka membangun kesejahteraan umat dan keadilan sosial.

2) Tujuan khusus

a) Meningkatkan kesadaran umat untuk berzakat

b) Meningkatkan pelayanan zakat

c) Meningkatkan fungsi dan peran lembaga pengelola zakat

d) Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat secara

produktif

e) Memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup dhuafak

b. Ruang lingkup kegiatan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)

Kabupaten Demak.

Dalam pelaksanaan kegiatan Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS) Kabupaten Demak ditetapkan melalui Keputusan

Bupati Demak Nomor: 451/234/2011 tentang perubahan lapiran

keputusan Bupati Demak Nomor: 451/20/2010 tentang

Pembentukan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten

Demak. BAZNAS Kabupaten Demak memiliki tugas untuk

(64)

baik secara individu maupun melalui Unit Pengumpul Zakat yang

berada diseluruh instansi, SKPD yang ada di Kabupaten Demak.

Progam BAZNAS diantaranya adalah;

1) Progam perluasan Muzzaki

2) Progam penguatan ekonomi produktif

3) Progam layanan kesehatan terpadu

4) Progam santunan konsumtif

5) Progam bantuan pendidikan

6) Progam layanan Ambulance gratis

Dengan semangat dan kegigihan BAZNAS Kabupaten

Demak telah dapat mengumpulkan zakat, infak dan shadaqah

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Besaran dana ZIS yang dapat dikumpulkan oleh BAZNAS Kabupaten Demak

Tahun Besaran ZIS

2007 17.946.600

2008 238.600.587

2009 570.545.283

2010 737.292.520

2011 1.073.526.898

2012 1.970.040.482

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi UPZ Kementeriaan AgamaKabupaten Demak Masa Bakti 2013 – 2016
Tabel 3.1 Data penerimaan dan pengeluaran zakat profesi UPZKantor Kementerian Agama Kabupaten DemakTahun 2014
Tabel 3.2 Besaran dana ZIS yang dapat dikumpulkan oleh

Referensi

Dokumen terkait

Tiap-tiap indikator motivasi memperoleh nilai pesentase tinggi dengan kualitas motivasi tinggi sampai motivasi sangat tinggi hal ini dapat dilahat pada standar penilaian

ءارجلإا لولأا ادانتسا لىإ جئاتنلا تيلا تم لوصلحا اايلع نه رود اه لبق دعب ءارجإ ،ةظحلالما ،تاظحلاهو لبقو رابتخا ةطشنلأا رشابه برعو تنترنلإا ( نع قيرط يربكتلا

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Efektivitas Bioinsektisida Tanaman Majapahit (Crescentia cujete) dalam Pengendalian Hama Helicoverpa armigera pada Tanaman

Explosion adalah pecah secara tiba-tiba dan dengan cara kekerasan dari suatu “plant” yang disebabkan oleh kekuatan tekanan uap atau cairan dari dalam (selain

Untuk mencapai tujuan tersebut, dibuat kegiatan, pengelolaan aplikasi Dalkot dalam bidang marketing communication yang terdiri dari kegiatan pre-event dalam bentuk buzzing

Hipotesis Nol (Ho) diterima, dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa hasil belajar Agama Islam siswa yang memiliki religiusitas tinggi lebih tinggi dibandingkan

Coaching pada penelitian ini adalah proses interaktif antara coach dalam hal ini pengawas dengan guru sebagai coachee untuk memberdayakan potensi yang dimiliki