• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP

PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh :

Muhammad Aidi Faiz

NIM. 21411012

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

(HES)

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN (IAIN) SALATIGA

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

Website: www.stainsalatiga.ac.id email: administrasi@stainsalatiga.ac.id

Telah dipertahankan di depan sidang munaqosyah skripsi Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Kamis, tanggal 17 Maret 2016, dan telah dinyatakan telah memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Salatiga, 21 Maret 2016 Dekan Fakultas Syariah

(4)

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Muhammad Aidi Faiz NIM : 21411012

Judul : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI

Dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Salatiga, 4 Februari 2016 Pembimbing

Evi Ariyani, SH., MH.

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Muhammad Aidi Faiz

NIM : 21411012

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah Fakultas : Syari’ah

Judul Skripsi : ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN GRIYA BANK SYARIAH MANDIRI

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 4 Februari 2016 Yang menyatakan

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Barang siapa yang meringankan kesulitan seorang mukmin dari kesulitan dunia, maka Allah akan meringankan kesulitannya dari kesulitan di hari kiamat. Barang

siapa yang memudahkan orang yang tertimpa kesulitan, maka Allah akan memudahkan kepadanya di dunia & akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang

muslim, maka Allah akan menutupi aibnya di dunia & akirat. Allah akan membantu hamba-Nya selagi hamba tersebut membantu saudaranya

(HR. Muslim).

Dan sesungguhnya ketika kita berbuat baik pada seseorang, maka pasti akan dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan pula.

PERSEMBAHAN

Buah karya sederhana ini Penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku yang selalu mengasihi dan menyayangiku dengan tulus dan ikhlas.

2. Adikku tersayang Muhammad Afriza yang selalu menemani hari hariku dalam menciptakan hiburan dan memberi motivasi.

(7)

vii

4. Teman-teman progdi HES yang selalu menemaniku berjuang dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya kepada hamba hambanya. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umat manusia menuju jalan kebenaran dan keilmuan.

Alhamdulillah, dengan rasa syukur penulis skripsi dengan judul ”Analisis Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri” ini telah selesai. Skripsi ini merupakan salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Dalam Hukum Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tanpa ada bantuan dari berbagai pihak baik spiritual maupun material, laporan ini tidak akan mungkin akan selesai sesuai yang ditargetkan. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis menghaturkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga terwujudnya skripsi ini.

Adapun pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini adalah:

1. Bapak Dr.H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

(9)

ix

3. Ibu Evi Ariyani, S.H., M.H., selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syariah IAIN Salatiga dan sebagai pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya semata-mata untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Ayah Muhammad Ta’wilullah, dan Ibu Ponijah tercinta dan tersayang sebagai orang yang bersusah payah dalam membiayai studi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.

5. Adikku Muhammad Afriza yang selalu menemani dan memberi motivasi. 6. Saudara-saudaraku, Kak Nila, Afghany, Wisnu, dan Barly yang selalu

menemaniku dalam mengerjakan skripsi ini.

7. Bank Mandiri Syariah Cabang Ungaran khususnya Ahmad Permadi yang selalu membantu saya dalam penelitian.

Terima kasih kepada semua pihak atas bantuannya, penulis hanya bisa

berdo’a kepada Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah

membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skirpsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama bagi civitas akademika IAIN Salatiga.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(10)

x

ABSTRAK

Faiz, Muhammad Aidi. 2016. Analisis Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri.Skripsi Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Evi Ariyani, SH., MH.

Kata Kunci: Pembiayaan, Hukum Islam

Bank Syariah merupakan suatu lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan prinsip kerja yang sesuai dengan hukum Islam. Diantara beberapa produk Bank Syariah ternyata terdapat produk yang masih diragukan sistem pengelolaannya. Oleh karena itu penulis memilih zakat hasil pertanian untuk dijadikan kajian yang menarik untuk dibahas. Penulis mengambil judul Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri. Rumusan masalah yang diangkat untuk dijadikan pembahasan tentang bagaimanakah praktik pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM, dan Apakah Produk Pembiayaan Griya BSM sudah sesuai dengan prinsip-prinsip hukum Islam. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM dan Mengetahui kesesuaian Produk Pembiayaan Griya BSM dengan Hukum Islam.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif, Pendekatan induktif dimana penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari lapangan.

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL JUDUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Kegunaan Penelitian ... 4

E. Penegasan Istilah ... 4

F. Tinjauan Pustaka ... 5

G. Metode Penelitian ... 5

(12)

xii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Gambaran Umum Bank ... 13

a. Pengertian ... 13

b. Sejarah ... 13

c. Jenis-Jenis Bank ... 16

d. Prinsip Kerja Bank ... 17

e. Kegiatan Bank ... 17

f. Produk-Produk Bank ... 24

B. Gambaran Umum Bank Syariah ... 26

a. Pengertian ... 26

b. Sejarah ... 27

c. Sistem Operasional Bank Syariah ... 31

d. Prinsip Dasar Bank Syariah ... 34

e. Produk Bank Syariah ... 47

f. Dasar Hukum Bank Syariah ... 51

C. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah ... 55

a. Pengertian ... 55

b. Akad yang Digunakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah ... 55

c. Syarat dan Rukun Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah... 56

(13)

xiii

B. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri (BSM) ... 62

C. Prinsip Operasional Bank Syariah Mandiri (BSM) ... 62

D. Produk-Produk Bank Syariah Mandiri (BSM) ... 63

E. Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri (BSM) ... 71

F. Pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri (BSM) . 74 BAB IV PEMBIAYAAN KEPEMILIKAN RUMAH SYARIAH MENURUT HUKUM ISLAM A. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri (BSM) ... 77

B. Pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri (BSM) . 78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

C. Penutup ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Konsultasi Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Lampiran 3 Daftar Nilai SKK Lampiran 4 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 5 Surat Pernyataan Permohonan Pembiayaan Lampiran 6 Cheklist Dokumen Pembiayaan

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagaimana halnya makanan dan pakaian. Rumah memiliki arti penting bagi sebuah keluarga, karena rumah merupakan tempat untuk istirahat dan mencurahkan kasih sayang setelah sibuk bekerja atau beraktivitas di luar. Maka tidak heran apabila permintaan masyarakat akan rumah tiap tahun terus bertambah.

Namun harga rumah yang terus membumbung menyebabkan jarang orang yang mampu membeli rumah secara tunai. Peluang inilah yang dimanfaatkan oleh banyak lembaga pembiayaan dan perbankan untuk menawarkan produk konsumtif yang banyak dikenal dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR). Berbagai fasilitas kemudahan mulai dari proses pengajuan, keringanan biaya admnistrasi, rendahnya tingkat suku bunga dan sebagainya pun ditawarkan sebagai daya tarik.

Bank di Indonesia ada dua macam, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Dimana bank konvensional merupakan lembaga keuangan yang berorientasi pada keuntungan semata, sedangkan bank syariah merupakan suatu lembaga perbankan yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah (Dahlan, 2012:101).

(17)

2

keuntungan semata dan menggunakan sistem bunga yang tetap. Berbeda dengan bank syariah yang mengunakan prinsip islam, dimana islam sendiri mengajarkan untuk saling tolong menolong dan saling menguntungkan satu sama lain yaitu dengan menggunakan prinsip bagi hasil.

Apabila mengamati dunia perbankan saat ini, banyak bank-bank yang menyiapkan satu bagian atau unit tersendiri untuk melayani keinginan masyarakat dengan sistem syariah. Dan sampai saat ini tercatat ada 11 bank umum syariah dan 24 unit usaha syariah. Hal ini menunjukan bahwa Islam mempunyai daya tarik tersendiri dalam sistem pengelolaan keuangan yang tentunya berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah lebih mengedepankan prinsip keadilan dan tolong menolong antara sesama manusia (Ali, 2008:8).

Dasar hukum didirikannya bank syariah di Indonesia adalah Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang-undang No. 7 tahun 1992, Undang-undang No.3 tahun 2004 tentang bank Indonesia, undang-undang No.3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, dan Fatwa MUI yang berkaitan dengan Perbankan Syariah.

(18)

3

Suku bunga bank konvensional yang fluktuatif dan tidak pasti terkadang membuat orang merasa ragu untuk mengambil kredit kepemilikan rumah dari perbankan. Hal itu menyebabkan Nasabah merasa khawatir jika di tengah masa kredit suku bunga tiba-tiba naik dan menyebabkan mereka tidak mampu lagi membayar sisa angsurannya. Kekhawatiran seperti itu seharusnya tidak perlu terjadi jika memanfaatkan fasilitas pembiayaan kepemilikan rumah dari bank syariah (KPR iB).

Namun pada pelaksanaannya produk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ini menggunakan sistem yang mirip dengan produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang dijalankan oleh Bank konvensional. Hal ini terlihat pada cara pembayarannya dan perjanjiannya. Dengan kata lain terdapat suatu kesenjangan antara teori hukum islam dan pada praktek Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) ini. Maka Peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis Hukum Islam Terhadap Pelaksanaan Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah pada produk Pembiayaan Griya Bank Syariah Mandiri.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah bentuk pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM ?

(19)

4

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mengetahui bagaimana bentuk pelaksanaan Produk Pembiayaan Griya BSM. 2. Mengetahui kesesuaian Produk Pembiayaan Griya BSM dengan Hukum

Islam.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Manfaat atau kegunaan yang bisa diambil dari Penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menambah pengetahuan bagi Masyarakat yang membutuhkan Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) agar lebih selektif dan melalui ini masyarakat dapat menyesuaikan konsisi finansialnya dalam pengadaan rumah tinggal yang nyaman bagi keluarganya.

2. Memberikan masukan dan penyempurnaan kepada Lembaga keungan Bank Syariah, khususnya Bank Syariah Mandiri supaya menerapkan sistem yang benar-benar syariah.

E. PENEGASAN ISTILAH

1. Analisis

Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, atau perbuatan) untuk mengetahui keadaan yg sebenarnya (Poerwadarminta,2006:37).

2. Hukum Islam

(20)

5

3.

Pembiayaan Pemilikan Rumah

suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah (https://affgani.wordpress.com/ekonomi-islam/pembiayaan-bank-syariah-kpr-syariah/ Akses tanggal 5 Agustus 2015).

F. TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan sepengetahuan Penulis, Penulis menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) yaitu Skripsi Karya Ratnaningrum mahasiswaUIN Sunan Kalijaga tahun 2009 dengan judul Penerapan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) Syariah di Indonesia. Penelitian ini mengkaji mengnai akad, jangka waktu dan harga unitnya. Sedangkan Penelitian yang yang dilakukan oleh penulis adalah terfokus pada Pelaksanaan Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) Syariah yaitu Pembiayaan Griya BSM.

G. METODE PENELITIAN a. Jenis Penelitian

Metode merupakan hal yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu Penelitian. Terutama dalam hal pengumpulan data, karena data yang diperoleh dalam suatu Penelitian merupakan gambaran dari objek Penelitian.

(21)

6

langsung mengamati pristiwa-peristiwa sosial yang sedang terjadi. Tahap Selanjutnya adalah menentukan fokus penelitian yaitu melalui data-data yang berupa hasil wawancara, dokumen-dokumen, yang dianalisis menggunakan analisis deskriptif, yaitu menggambarkan sesuatu keadaan dari objek penelitian dengan memandang itu sudah demikian keadaannya (Moleong,2008:8-13).

Alasan Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif adalah Metode ini fleksibel sehingga bisa menyesuaikan dengan masalah yang sedang terjadi.

b. Pendekatan

(22)

7

c. Kehadiran Peneliti

Dalam Penelitian ini Peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat Penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangakan instrumen pengumpulan data yang lain selain Peneliti adalah dokumen-dokumen yang menunjang keabsahan hasil Penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya Penelitian.

Demi memperoleh data yang akurat dan sesuai dengan fakta yang dilakukan, maka Peneliti akan berperan sebagai Peneliti yang aktif mengumpulkan data dan menjalin hubungan baik dengan para karyawan di Bank Syariah Mandiri.

d. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian adalah tempat dimana Penelitian dilakukan. Penelitian mengenai Analisis Hukum Islam terhadap Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah). Peneliti memilih tempat penelitian di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ungaran.

Peneliti memilih lokasi tersbut karena lokasi tersebut merupakan lokasi terdekat dan mudah dijangkau oleh Peneliti. Jadi Peneliti dapat mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan mendapatkan data yang paling akurat.

e. Kebutuhan dan Sumber Data

(23)

8 a) Sumber data primer

Sumber data primer adalah sumber data pokok yang didapatkan dari lapangan. Yaitu data berupa hasil diskusi dan hasil wawancara dengan dan nasabah, Foto-foto, dan dokumen-dokumen perjanjian Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah).

b) Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil Penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung Penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku-buku, jurnal ataupun hasil Penelitian sebelumnya yang meneliti mengenai Perbankan Syariah, Khususnya Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah), (Moloeng,2008:157-163).

f. Teknik Pegumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu Penelitian, oleh karena itu Peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

a. Observasi langsung

(24)

9 b. Wawancara

Wawancara adalah tehnik penegumpulan data dengan tanya-jawab langsung dengan informan, yaitu dengan Karyawan yang diberi tugas mengurus PPR dari Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) dan Nasabah dari Pembiayaan Rumah ini.

Tujuan Peneliti mengunakan teknik pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang kongkrit mengenai Pelaksanaan Hukum Islam pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah). c. Dokumentasi

Untuk mendapatkan data yang jelas dan kongkrit, maka Peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa, Surat-surat Perjanjian, Brosur-brosur, dan dokumen lain yang memuat tentang tema yang akan diteliti.

g. Analisis Data

Karena banyaknya jenis data yang diperoleh maka Peneliti perlu mengelompokan data-data yang diperoleh. Mulai dari catatan lapangan, foto-foto, hasil wawancara, hasil pengamatan, hasil diskusi serta telaah pustaka.

Setelah semua data terkumpul maka Peneliti akan menganalisis semua data dengan menggunakan metode deskripsi kualitatif, yaitu teknik menggambarkan seluruh aspek Penelitian yang ada, sehingga bisa mendapatkan gambaran antara yang seharusnya terjadi.

(25)

10

memandang bahwa sesuatru itu memang sudang sedemikian keadaannya (Meloeng,2008:9).

h. Pengecekan Keabsahan Data

Amalia,(2013:11) Mengutip dari Tjuju Sundari bahwa Kriteria keabsahan data Penelitian ada empat macam yaitu, credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas) dan confirmability (objektivitas). Dalam Penelitian kualitatif penegecekan keabsahan ada tiga yaitu, credibility, transferbility dan confirmability.

a. Credibility (kepercayaan) untuk membuktikan bahwa data yang dilaporkan sama dengan objek yang ada di lapangan. Apabila laporan dengan objek yang dilaporkan sama maka data tersebut valid. Apabila data yang dilaporkan dengan objek Penelitian berbeda maka data tidak valid.

b. Dependability(kebergantungan) kriteria ini dilakukan untuk menjaga kehati-hatian dalam mengumpulkan dan mengambarkan data sehingga bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Untuk menghindari hal itu bisa dilakukan pengecekan oleh pembimbing.

(26)

11

i. Tahap-Tahap Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam Penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Tahap sebelum lapangan, yaitu hal-hal yang dilakukan sebelum melakukan Penelitian seperti pembuatan proposal Penelitian, mengajukan surat ijin Penelitian, menetapkan fokus Penelitian dan sebagainya yang harus dipenuhi sebelum melakukan Penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan, yaitu mengumpulkan data melalui pengamatan pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) di Bank Mandiri Syariah cabang Ungaran.

c. Tahap analisa data, apabila semua data telah terkumpul dan dirasa cukup maka tahap selanjutnya adalah menganalisis data-data tersebut dan mengambarkan hasil penelitian sehingga bisa memberi arti pada objek yang diteliti.

(27)

12

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Pada bab pertama membahas Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka Dan Metodologi Penelitian.

Pada bab kedua diuraikan tentang teori-teori mengenai Bank syariah beserta produk dan akadnya.

Pada bab ketiga dijelaskan tentang Gambaran Umum Bank Mandiri Syariah berikut Profil, Sejarah, dan produk-produk yang ada di Bank Mandiri Syariah, khususnya dilakukan penekanan pada Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah).

Pada bab keempat dijelaskan tentang analisa Peneliti tentang bagaimana pelaksanaan Produk Pembiayaan Pemilikan Rumah Syariah (PPR Syariah) yang dilakukan oleh Bank Mandiri Syariah.

(28)

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Gambaran Umum Bank a. Pengertian

Kata Bank berasal dari kata Banque dalam bahasa perancis, dan kata Banco dalam bahasa italia, yang berarti peti, lemari atau bangku. Kata peti atau lemari menyiratkan fungsi sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga seperti emas, uang, dan sebagainya (Sudarsono, 18:2003).

Menurut Suyatno (1999:1), bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai penyimpanan benda-benda berharga, dan lain-lain.

UU No 10 Tahun 1998 mendefinisikan bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

b. Sejarah

(29)

14

tahun 1918 sebagai pemegang monopoli pembelian hasil bumi dalam negeri dan penjualan ke luar negeri serta terdapat beberapa bank yang

4. De Algemene Volkskrediet Bank.

5. Nederlandsche Handelsmaatschappij (NHM). 6. Nationale Handelsbank (NHB).

7. De Escompto Bank NV.

8. Nederlansch Indische Handelsbank

Di samping itu, terdapat pula bank-bank milik orang Indonesia dan orang-orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank-bank tersebut antara lain:

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank 2. Bank Nasional Indonesia.

3. Bank Abuan Saudagar. 4. NV Bank Boemi.

5. The Chartered Bank of India, Australia and China 6. Hongkong & Shanghai Banking Corporation 7. The Yokohama Species Bank.

(30)

15 9. The Bank of China.

10.Batavia Bank.

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank-bank yang ada pada zaman awal kemerdekaan antara lain:

1. NV. Nederlandsch Indische Spaar En Deposito Bank (saat ini Bank OCBCNISP), didirikan 4 April 1941 dengan kantor pusat di Bandung 2. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang

sekarang dikenal dengan BNI '46.

3. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini berasal dari De Algemene Volkskrediet Bank atau Syomin Ginko. 4. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur (MAI) tahun 1945 di Solo. 5. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

6. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan.

7. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta.

8. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.

9. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik.

(31)

16

Di Indonesia, sampai saat ini praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Bank Umum Syariah, dan juga Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

c. Jenis-Jenis Bank

Jenis-Jenis bank yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Bank Sentral, yaitu bank yang tugasnya dalam menerbitkan uang kertas dan logam sebagai alat pembayaran yang sah dalam suatu negara dan mempertahankan konversi uang dimaksud terhadap emas atau perak atau keduanya.

2. Bank Umum, yaitu bank yang bukan saja dapat meminjamkan atau menginvestasikan berbagai jenis tabungan yang diperolehnya, tetapi juga dapat memberikan pinjaman dari menciptakan sendiri uang giral. 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), yaitu bank yang melaksanakan

kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(32)

17

d. Prinsip kerja

Menurut Sudarsono (2003:18-19), kegiatan kerja dari bank akan selalu berkaitan dengan dengan masalah uang. Kegiatan ini akan selau berkaitan dengan komoditas antara lain :

1. Pemindahan uang

2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran 3. Mendiskonto surat wesel, surat order, maupun surat berharga

lainnya

4. Membeli dan menjual surat-surat berharga

5. Membeli dan menjual cek wesel, surat wesel, kertas dagang 6. Memberi kredit

7. Memberi jaminan kredit

e. Kegiatan Bank

Kegiatan bank umum secara lengkap meliputi kegiatan sebagai berikut : 1. Menghimpun Dana (Funding)

(33)

18 a. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarik¬annya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

b. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

Merupakan simpanan pada bank yang penarikan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank.

c. Simpanan Deposito (Time Deposit),

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka wak¬tu tertentu (jatuh tempo).

2. Menyalurkan Dana (Lending)

Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan Lending.

(34)

19 a. Kredit Investasi

Yaitu merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang yaitu di atas 1(satu) tahun.

b. Kedit Modal Kerja,

Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasanya kredit jenis ini berjangka waktu pendek yaitu tidak.lebih dari 1 (satu) tahun.

c. Kredit Perdagangan,

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.

d. Kredit Produktif,

Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.

e. Kredit Konsumtif,

(35)

20 f. Kredit Profesi

Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional seperti dosen, dokter atau pengacara.

3. Memberikan jasa- jasa Bank Lainnya (Services)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. Sekalipun sebagai kegiatan penunjang, kegiatan ini sangat banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah, bahkan dewasa ini kegiatan ini memberikan kontribusi keuntungan yang tidak sedikit bagi keuntungan bank, apalagi keuntungan dari spread based semakin mengecil, bahkan cenderung negatif spread (bunga sim-panan lebih besar dari bunga kredit).

Semakin lengkap jasa-jasa bank yang dapat dilayani oleh suatu bank maka akan semakin baik. Kelengkapan ini ditentukan dari permodalan bank serta kesiapan bank dalam menyediakan SDM yang handal. Disamping itu ,juga perlu didukung oleh kecanggihan teknologi yang dimilikinya. Dalam praktiknya jasa-jasa bank yang ditawarkan meliputi:

a. Kiriman Uang (Transfer)

(36)

21

berlainan. Pengiriman uang juga dapat dilakukan derigan tujuan dalam kota, luar kota atau luar negeri.

b. Kliring (Clearing)

Merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari dalam kota. Proses penagihan lewat kliring hanya memakan waktu 1 (satu) hari.

c. Inkaso (Collection)

Merupakan penagihan warkat (surat-surat berharga seperti cek, bilyet giro) yang berasal dari luar kota atau luar negeri. Proses penagihan lewat inkaso tergantung dari jarak lokasi penagihan dan biasanya memakan waktu 1 (satu) minggu sampai 1 (satu) bulan. d. Safe Deposit Box

Safe Deposit Box atau dikenal dengan istilah safe loket jasa pelayanan ini memberikan layanan penyewaan box atau kotak pengaman tempat menyimpan surat-surat berharga atau barang berharga milik nasabah. Biasanya surat-surat atau barang-barang berharga yang disimpan di dalam box tersebut aman dari pencurian dan kebakaran.

e. Bank Card (Kartu kredit)

(37)

22

dapat digunakan untuk mengambil uang tunai di ATM-ATM yang tersebar diberbagai, tempat yang strategis.

g. Bank Notes

Merupakan jasa penukaran valuta asing. Dalam jual beli bank notes bank menggunakan kurs (nilai tukar rupiah dengan mata uang asing).

h. Bank Garansi

Merupakan jaminan bank yang diberikan kepada nasabah dalam rangka membiayai suatu usaha. Dengan jaminan bank ini si peng¬usaha memperoleh fasilitas untuk melaksanakan kegiatannya dengan pihak lain. Tentu sebelum jaminan bank dikeluarkan bank terlebih dulu mempelajari kredibilitas nasabahnya.

i. Bank Draft

Merupakan wesel yang dikeluarkan oleh bank kepada para nasabahnya. Wesel ini dapat diperjualbelikan apabila nasabah membutuhkannya.

j. Letter of Credit (L/C)

(38)

23 k. Cek Wisata (Travellers Cheque)

Merupakan cek perjalanan yang biasa digunakan oleh turis atau wisatawan. Cek Wisata dapat dipergunakan sebagai alat pem¬bayaran diberbagai tempat pembelanjaan atau hiburan seperti hotel, supermarket. Cek Wisata juga bisa digunakan sebagai hadiah kepada para relasinya.

l. Menerima setoran-setoran.

Dalam hal ini bank membantu nasabahnya dalam rangka menampung setoran dari berbagai tempat antara lain :

1) Pembayaran pajak 2) Pembayaran telepon 3) Pembayaran air 4) Pembayaran listrik 5) Pembayaran uang kuliah

6) Melayani pembayaran-pembayaran lain

Sama halnya seperti dalam hal menerima setoran, bank juga melakukan pembayaran seperti yang diperintahkan oleh nasabahnya antara lain :

(39)

24 m. Bermain di dalam pasar modal.

Kegiatan bank dapat memberikan atau bermain surat-surat berharga di pasar modal. Bank dapat berperan dalam berbagai kegiatan seperti menjadi :

1) Penjamin emisi (underwriter) 2) Penjamin (guarantor)

3) Wali amanat (trustee)

4) Perantara perdagangan efek (pialang/broker) 5) Pedagang efek (dealer)

6) Perusahaan pengelola dana (invesment company) (http://wikimedya.blogspot.co.id/2009/11/kegiatan-bank-umum.html).

f. Produk – Produk Bank

Produk – produk Bank adalah antara lain : 1. Simpanan Giro (Demand Deposit)

Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarik¬annya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)

(40)

25

menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

3. Simpanan Deposito (Time Deposit)

Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka wak¬tu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu tersebut. Dalam praktiknya jenis deposito terdiri dari deposito berjangka, sertifikat deposito dan deposit on call.

4. Kredit Investasi

Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal.

5. Kredit Modal Kerja

Merupakan kredit yang digunakan sebagai modal usaha. 6. Kredit Perdagangan

Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.

7. Kredit Produktif

Merupakan kredit yang dapat berupa investasi, modal keda atau perdagangan.

8. Kredit Konsumtif

(41)

26 9. Kredit Profesi

Merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional

seperti dosen, dokter atau pengacara

(http://ikemurwanti.blogspot.co.id/2011/11/produk-produk-bank-umum.html).

B. Gambaran Umum Bank Syariah a. Pengertian

Bank Syariah menurut Undang-undang No. 21 tahun 2008 adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Sedangkan menurut Dahlan, (2012:99) Bank syariah adalah lembaga keuangan yang operasional dan berbagai produknya dikembangkan berlandaskan Islam. Khususnya berkaitan dengan pelaragan Riba (bunga), Maisir (Spekulasi), dan Gharar (ketidak jelasan).

Pada umumnya yang dimaksud bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip syariah (Sudarsono, 2003:18).

(42)

27

mirip dengan Bank pada umumnya, namun perbedaannya terletak pada pengelolaan usahanya, yaitu dikelola dengan prinsip yang sesuai dengan ajaran Islam.

b. Sejarah

Walaupun Bank Islam mulai muncul pada tahun 1960-an, pada masa Nabi Muhammad SAW juga sudah berlangsung sistem perbankan syariah, misalnya pada penitipan barang. Berkat keamanahan beliau, para sahabat mulai meniru tidakan Nabi Muhammad SAW dalam menjaga barang titipan tersbut, dan juga mengembangkannya dengan cara meminjamkannya dan tentunya juga mengembalikannya (Arifin,2002:5).

(43)

28

Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat islam. Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah islam.

Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah haji (Karim, 2013:18-25).

(44)

29

Saefudin, M. Amien Azis, dan lain-lain. Uji coba yang pertama adalah didirikannya Baitut Tamwil – Salman Bandung, yang dapat tunmbuh mengesankan. Dan di jakarta ada Koperasi Ridho Gusti.

Dan secara khusus Bank Islam di Indonesia didirikan pada tahun 1990. MUI membentuk suatu kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI yang bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan pihak terkait.

Berkat kerja dari tim perbankan MUI, Bank Muaamalat Indonesia lahir dan akte pendiriannya ditanda tangani tanggal 1 November 1991 dan terkumpul saham sebanyak 84 miliar. Pada awal pendiriannya, Bank Muamalat Indonesia hanya dikategorikan sebagai bank dengan sistem bagi hasil dan belum ada rincian secara jelas tentang jenis-jenis usaha yang akan dilakukan.

Setelah disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, banyak bank-bank konvensional yang mulai membuka cabang syariah, bahkan ada juga yang mengkonversi diri menjadi bank syariah. Dalam undang-undang ini diatur secara rinci mengenai landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dilakukan oleh bank syariah.

Peluang tersebut ternyata disambut dengan baik oleh masyarakat perbankan. Sejumlah bank mulai memberikan pelatihan di bidang perbankan syariag bagi para stafnya.

(45)

30

berasal dari Bank Susila Bakti yang merupakan anak cabang dari Bank Mandiri yang kemudian dikonversikan secara penuh menjadi Bank Syariah. Sebagai Bank yang dimiliki oleh Bank Mandiri dan memiliki asset tinggi dan jaringan yang luas, BSM memiliki keunggulan yang komparatif dibandingkan pendahulunya (Antonio, 2001:18-26).

Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, Bank Umum Umum diperbolehkan untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu melalui pembukaan UUS (Unit Usaha Syariah). Bank umum dapat memilih untuk melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan sistem umum atau berdasarkan prinsip syariah atau melakukan kedua kegiatan tersebut. Sehingga kemudian tahun 2008, keluarlah UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang melengkapi minimnya regulasi perbankan syariah selama ini.

(46)

31

Bank Syariah (Pasal 5 ayat 7). Bila terjadi penggabungan (merger) atau peleburan (akuisisi) antara Bank Syariah dengan Bank Non Syariah wajib menjadi Bank Syariah (Pasal 17 ayat 2). Ketiga, bank umum umum yang memiliki Unit Usaha Syariah (UUS) harus melakukan pemisahan (spin off) apabila (Pasal 68 ayat 1), UUS mencapai asset paling sedikit 50 persen dari total nilai aset bank induknya, atau 15 tahun sejak berlakunya UU Perbankan Syariah(Sudarasono, 2003: 25-28).

Sampai sekarang terdapat 11 Bank Umum Syariah dan 29 Unit Usaha Syariah. Hal ini menunjukan bahwa Bank syariah mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat Indonesia dan semakin berkembang dari tahun ke tahun.

c. Sistem Operasional Bank Syariah

Pada intinya sistem operasional bank syariah terfokus pada Penghimpunan dana dan penyaluran dana kepada masyarakat, namun dalam hal ini Antonio (2001:136) membagi sistem operasional Bank syariah sebagai berikut ini :

1. Profit Sharing Sebagai Karakteristik Dasar Bank Syariah

(47)

32

Bank Islam tidak hanya menggunakan akad Mudharabah saja dalam sistem pengelolaannya, namun Bank Islam juga mengunakan sistem pengkongsian, jual beli, sewa-menyewa, dan sistem lain yang sah menurut Islam.

Keuntungan yang diperoleh oleh Bank di peroleh dari bagi hasil antara Bank dan Pengusaha yang meminjam modal kepada bank. Jadi Sistem Profit Loss Sharing ini menjadi suatu dasar sistem pengoperasian Bank Islam.

2. Sistem Penghimpunan Dana Bank Syariah

Menghimpun dana merupakan suatu tugas pokok bank syariah dalam melakukan operasionalnya, pada intinya, sistem penghimpunan dana Bank Islam terdiri atas :

a) Modal

Dalam hal ini Modal diserahkan oleh pemilik modal kepada Bank untuk disalurkan dalam bentuk Pembiayaan. Dalam suatu periode, Pemilik modal tersebut juga akan menerima keuntungan dari modal yang ditanamkan di Bank tersebut.

b) Titipan

(48)

33 c) Investasi

Prinsip lain yang digunakan adalah prinsip investasi. Akad yang digunakan dalam prinsip ini adalah Mudharabah. Tujuannya adalah kerjasama untuk memperoleh keuntungan dengan cara bagi hasil.

3. Menabung di Bank Syariah

Menabung adalah tindakan yang dianjurkan oleh Islam. Manfaat dari menabung sendiri adalah untuk mempersiapkan hari esok supaya lebih baik. Atau bisa juga digunakan untuk jaga-jaga sewaktu-waktu. Dalam bank syariah dikenal beberapa jenis tabungan, yaitu giro, tabungan, dan deposito.

Perbedaan menabung di bank syariah dan bank konvensional adalah terletak pada akadnya, bank syariah menggunakan akad bagi hasil, sedangkan bank konvensional menggunakan prinsip bunga yang berlaku tetap.

4. Sistem Pembiayaan Bank Syariah

(49)

34

Pembiayaan merupakan satu tugas pokok dari bank, yaitu pemberian fasilitas dana untuk memnuhi kebutuhan pihak yang membutuhkan (Antonio, 2001:160). Secara umum Pembiayaan dibagi menjadi dua, yaitu pembiayaan modal kerja dan pembiayaan investasi.

Hampir sama dengan pernyataan di atas, sistem operasional bank syariah menurut UU No 21 tahun 2008 adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat. Tentunya sesuai dengan prinsip muamalah yang diperbolehkan oleh ajaran Islam.

d. Prinsip Dasar Bank Syariah

Menurut Wirdyaningsih (2006:15-16) menyatakan bahwa pada intinya, Bank syariah mempunyai visi menjadi wadah terpercaya bagi masyarakat yang ingin melakukan investasi dengan sistem bagi hasil secara adil sesuai dengan prinsip syariah. Demi mewujudkan visi ini, Bank syariah menggunakan prinsip yaitu sebagai berikut :

1. Prinsip Titipan (Wadi’ah)

Wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Antonio,2001:85). Landasan Hukum dari Wadi’ah ini adalah Surat An-Nisa ayat 58 :

ٌَْأ ِساَُّنا ٍٍََْب ْىُتًَْكَح اَرِإَٔ آَِهَْْأ ىَنِإ ِتاََاَيلأا أُّدَؤُت ٌَْأ ْىُكُشُيْأٌَ َ َّاللَّ ٌَِّإ

اًشٍِصَب اًؼًٍَِس ٌَاَك َ َّاللَّ ٌَِّإ ِِّب ْىُكُظِؼٌَ اًَِّؼَِ َ َّاللَّ ٌَِّإ ِلْذَؼْناِب إًُُكْحَت

(

(50)

35

Artinya :“Sesungguhnya Allah memerintahkan (menyuruh) kamu melaksanakan (menunaikan/menyampaikan) amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran (pelajaran) yang sebaik-baiknya (sangat berharga) kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

2. Prinsip Bagi Hasil (Profit and Loss Sharing)

Menurut Antonio (2001:90), prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama, yaitu:

a) Musyarakah

Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau

lebih pengusaha pemilik modal bekerja sama sebagai mitra usaha. Dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan bersama.

Seperti firman Allah dalam Surat Shad ayat 24 :

(51)

36

Ayat di atas menunjukan bahwa Allah SWT membolehkan adanya persekutuan dibidang muamalah, tentunya adalah muamalah yang tidak dilarang oleh agama Islam.

b) Mudharabah

Mudharabah adalah sebagai suatu kontrak bagi hasil ketika

pemilik modal yang biasa disebut sebagai shahibul mal menyediakan 100% modal kepada pengusaha sebagai pengelola, yang biasa disebut Mudharrib,. Kontrak ini ditujukan untuk membentuk suatu aktivitas produktif dengan syarat keuntungan yang dihasilkan akan dibagi diantara mereka menurut kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad (Ascarya,2011:60). Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surah Al -sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah.

Dalam surat ini terkandung makna bahwa kita sesama kaum muslimin didorong untuk melakukan upaya perjalanan usaha (Antonio,2001:96).

(52)

37

meningkat, dan bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, karena disesuaikan dengan pendapatan usaha bank. Namun hal ini juga mempunyai resiko, yaitu jika kelalaian-kelalaian yang disengaja oleh mudharib dan penyembunyian keuntungan oleh nasabah yang tidak jujur (Antonio,2001:97-98).

Menurut Nabhan (2008:93), Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam cara pembayarannya, murabahah juga dapat dilakukan dengan cara cicilan. Namun harga yang disepakati dalam akad adalah harga jual dan harga beli yang diketahui oleh kedua belah pihak.

Transaksi Murabahah juga masih mendominasi transaksi penyaluran dana Bank Syariah, sebagai contoh, transaksi ini biasa dilakukan dalam produk Pengadaan barang, perseediaan modal kerja, dan renovasi rumah (Wiroso,2005:56-57).

c) Muzara’ah

(53)

38

Dalam konteks ini, bank dapat memberikan suati pembiayaan dalam bidang plantation atas dasar bagi hasil dari hasil panen.

Dasar hukum dari Muzara’ah ini adalah Hadis yang diriwayatkan oleh imam Muslim :

ِطْشَشِب َشَبٍَْخ َمَْْأ َمَياَػ َىَّهَسَٔ ٍَِّْهَػ ُاللَّ ىَّهَص ًِِّبَُّنا ٌََّاَشًَُػ ٍِْبِا ٍَْػ

kebun kepada penduduk khaibar agar dipelihara oleh mereka dengan perjanjian mereka akan diberi sebagian dari penghasilan, baik dari buah – buahan maupun dari hasil pertahun (palawija)” (H.R Muslim)

Hadis di atas menunjukan bahwa Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja sama dan tolong menolong dalam bidang muamalah yaitu dilakukan dengan cara bagi hasil sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak, dan tentunya Muzara’ah ini diperbolehkan oleh Islam.

d) Musaqah

(54)

39 3. Prinsip Jual Beli

Jual beli atau perdagangan dalam terminologi fiqh berarti tukar menukar atas dasar saling rela, atau memindahkan kepemilikan dengan imbalan pada sesuatu yang diizinkan (Ascarya,2011:76).

Ada tiga jenis akad jual beli yang digunakan dalam perbankan syariah, yaitu :

a) Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tembahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam hal ini penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu (Sudarsono,2003:47).

(55)

40

sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Menurut Sudarsono (2003:48) Dalam dunia perbankan syariah, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual suatu produk dicantumkan dala akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Biasanya akad ini ditemukan dalam akad pembiayaan, yang lazimnya dilakukan dengan cara pembayaran cicilan (bitsaman ajil).

Pada awalnya menurut Ascarya (2011:83) Murabahah ini merupakan konsep jual beli biasa dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun akad ini selanjutnya digunakan sebagai tambahan bagi konsep lain sehinggamenjadi bentuk pembiayaan. Akan tetapi, validitas transaksi ini tergantung pada beberapa syarat yang benar-benar harus diperhatikan agar transaksi tersebut diterima secara syariah.

Mudharabah ini memberi banyak keuntungan bagi bank syariah.

(56)

41 b) Salam

Salam berasal dari kata Salama. Disebut Salam karena pemesan

barang menyerahkan uangnya ditempat akad. Definisi dari Salam sendiri adalah akad pemesanan barang yang disebutkan sifat-sifatnya, yang dalam majelis itu pemesan barang menyerahkan uang seharga barang pesanan yang menjadi tanggungan dari penerima pesanan (Sudarsono,2003:48).

Seperti dalam Surat Al Baqarah Ayat 282 yang berbunyi :

(57)

42

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu´amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah mu´amalahmu itu), kecuali jika mu´amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”

Dalam ayat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa bermuamalah dengan cara salam atau pesanan diperbolehkan asalkan dilakukan dengan jelas dan kedua belah pihak saling melakukan kesepakatan.

(58)

43

Akad Salam ini sangatlah bermanfaat bagi penjual, karena pembayaran dilaukan di muka. Namun juga bermanfaat bagi pembeli karena pada umumnya harga dengan akad Salam ini lebih murah dibandingkan dengan jual beli biasa (Ascarya,2011:91).

Dalam aplikasi perbankan, akad ini digunakan dalam transaksi pembiayaan pertanian maupun pembiayaan industri. Yaitu pembiayaan dengan pembayaran yang dilakukan dengan cara mengangsur maupun tunai dengan barang pesanan sesuai dengan produk yang diproduksi (Antonio,2001:111).

c) Istishna’

Menurut Sudarsono (2003:50), Istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari Salam. Ketentuan-ketentuannya pun juga mengeikuti ketentuan produk Salam. Namun dalam akad Istishna’ pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali pembayaran. Biasanya akad ini digunakan dalam pembiayaan di bidang manufaktur.

Antonio (2001:113) menjelaskan bahwa dalam kontrak Istishna’ ini pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untu membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir.

(59)

44

Pembayarannya dapat dilaukan dengan cara di bayar dimuka, dicicil, atau di belakang dengan jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama (Ascarya,2011:99).

4. Prinsip Sewa

Sewa atau ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan atas barang itu sendiri (Sudarsono,2003:51).

Dalam hal ini individu yang membutuhkan pembiayaan untuk membeli aset dapat mendatangi bank sebagai pemilik dana untuk membiayai pembelian aset produktif. Pemilik dana kemudian membeli barang yang dimaksud dan kemudian menyewakan kepada yang membutuhkan aset tersebut (Ascarya,2011:191).

Dalam prinsip sewa ini juga dikenal akad Al-Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (IMB) yang merupakan transaksi sewa dengan perjanjian untuk

menjual atau menghibahkan objek sewa di akhir periode sehingga transaksi ini diakhiri dengan alih kepemilikan objek sewa (Sudarsono,2003:103).

Akad yang biasa digunakan dalam perbankan adalah akad Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (IMB) atau sering dikenal dengan leasing.

Al-Ijarah Muntahia Bit-Tamlik (IMB) adalah suatu transaksi sewa dengan

(60)

45 5. Prinsip Jasa

a) Wakalah

Wakalah dapat diartikan sebagai penyerahan, pendelegasian, atau pemberian mandat kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Atas jasanya, maka penerima mandat dapat menerima imbalan tertentu dari pemberi mandat (Ascarya,2011:104).

Islam mensyariatkan Al-Wakalah karena manusia sangat membutuhkannya. Tidak semua orang mempunyai kemapuan untuk menyelesaikan segala urusannya sendiri. Manusia sewaktu-waktu akan membutuhkan bantuan dari orang lain.

Dalam penerapan perbankan, Wakalah ini digunakan dalam L/C (letter of credit), transfer, kliring, RTGS, Inkaso, dan pembayaran gaji.

b) Kafalah

Kafalah adalah jaminan, beban, atau tanggungan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung. Kafalah ini juga bisa diartikan sebagai pengalihan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin. Atas jasa dari penjamin itu, maka penjamin diperbolehkan meminta imbalan tertentu kepada yang dijamin (Ascarya,2011:105).

Dalam aplikasi perbankan, akad ini digunakan dalam segala

(61)

46 c) Hawalah

Hawalah diambil dari kata tahwil yang berarti perpindahan.

Yang dimaksud disini adalah perpindahan hutang dari tanggungan orang yang berhutang kepada orang yang diberi kewajiban untuk membayarkan hutang (Sudarsono,2003:56).

Dalam penerapan perbankan, akad ini digunakan dalam pembiayaan, dimana bank bertindak sebagai penanggung hutang dari nasabahnya dengan supplier. Dan dengan ini bank akan mendapatkan imbalan atas jasa perpindahan hutang tersebut (Sudarsono,2003:57). d) Rahn

Rahn merupakan suatu penahanan terhadap harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Selain itu barang yang ditahan adalah barang yang memiliki nilai ekonomis. Dalam perbankan, akad ini biasa digunakan dalam penjaminan hutang dan gadai (Sudarsono,2003:57).

e) Qardh

Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

(62)

47

e. Produk bank syariah

Secara umum, produk-produk bank syariah dibagi menjadi tiga, yaitu, Pendanaan, Pembiayaan, dan jasa perbankan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai produk-produk tersebut :

1) Pendanaan

Produk pendanaan bank syariah ditujukan untuk investasi tabungan untuk pembangunan perekonomian dengan cara yang adil untuk mendapatkan keuntungan yang adil untuk kedua belah pihak.

a) Pendanaan prinsip Wadi’ah 1. Giro Wadi’ah

Produk pendanaan bank syariah berupa simpanan dari nasabah dalam bentuk rekening giro untuk keamanan dan kemudahan pemakainya. Dalam hal ini bank memberikan dua pilihanyaitu giro Wadi’ah dengan bonus dan giro wadiah tanpa bonus (Ascarya,2012:113)

2. Tabungan Wadi’ah

(63)

48

dibandingkan dengan giro Wadi’ah. Dan bonusnyapun juga lebih besar (Ascarya, 2012:115).

b) Pendanaan prinsip Qardh

Karakteristik dari produk ini adalah mirip dengan giro dan tabungan Wadi’ah. Bank sebagai pemijam dapat memberikan bonus karena bank menggunakan dana untu tujuan produktif dan menghasilkan keuntungan. Namun produk ini masih jarng digunakan di indonesia, hanya bank syariah Iran yang menggunaan akad ini (Ascarya, 2012:116).

c) Pendanaan prinsip Mudharabah 1. Tabungan Mudharabah

Tabungan ini merupakan produk bank syariah dalam bentuk simpanan yang menggunakan prinsip bagi hasil, dimana bagi hasilnya telah disepakati antara kedua belah pihak.

2. Deposito / Investasi Umum (tidak terikat)

(64)

49

3. Deposito / Investasi Khusus (terikat)

Investasi ini mirip dengan investasi umum, namun disini bank memberikan suatu rekening investasi khusus untuk nasabah yang ingin menginvestasikan dananya langsung dalam proyek yang disukainya yang dilaksanakan oleh bank dengan prinsip bagi hasil (Ascarya, 2012:118). 4. Sukuk Al-Mudharabah

Akad Mudharabah pada bank syariah juga digunakan untuk menghimpun dana dengan menernitkan sukuk. Dengan sukuk ini, bank syariah mendapatkan alternatif sumber dana berjangka panjang, yaitu selama lima tahun tau lebih (Ascarya,2012:119).

d) Pendanaan prinsip ijarah 1. Sukuk Al Ijarah

(65)

50 2) Pembiayaan

Dari sekian banyak produk pembiayaan bank syariah, ada tiga produk yang mendominasi pembiayaan bank syariah, diantaranya adalah :

b) Pembiayaan modal kerja

Dari produk pembiayaan ini bank menggunakan dua akad, yaitu bagi hasil dan jual beli. Kebutuhan masyarakat yang beragam membuat bank syariah menggunakan dua akad ini. Produk ini biasanya digunakan oleh pengusaha-pengusaha yang ingin menambah modal dan juga mendirikan usaha baru.

c) Pembiayaan Investasi

Sebenarnya, pembiayaan investasi ini mirip dengan pembiayaan modal kerja, pada intinya bank memberikan suatu suntikan dana untuk pengusaha yang membutuhkan modal, dan bank akan memperoleh keuntungan dari usaha yang dilakukan oleh pengusaha yang diberi tambahan modal tersebut, yaitu dengan akad bagi hasil.

d) Pembiayaan Aneka Barang, perumahan, dan properti

(66)

51

tersebut. Jika pembayaran sewa tersebut sudah jatuh tempo, maka aset tersebut sepenuhnya menjadi milik nasabah.

3) Jasa Perbankan

Produk jasa perbankan ini lebih dititik beratkan pada pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh bank syariah. Berikut adalah beberapa produk dari jasa perbankan :

1. Dana Talangan 2. Anjak Piutang 3. Letter of Credit 4. Inkaso

5. Kliring 6. Transfer 7. Gadai 8. Payroll 9. Dan lain-lain.

f. Dasar Hukum Bank Syariah

Bank syariah tentunya tidak serta merta berdiri dan melakukan kegiatan usaha. Bank syariah memiliki dasar hukum yang menjadi landasan untuk mendirikan dan melakukan semua kegiatannya, yaitu :

1. UU No.7 Tahun 1992

(67)

52

rakyat, memberikan angin segar kepada sebagian umat muslim yang anti-riba, yang ditandai dengan mulai beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 Mei 1992.

Meskipun UU No.7 Tahun 1992 tersebut tidak secara eksplisit menyebutkan pendirian bank syariah atau bank bagi hasil dalam pasal-pasalnya, kebebasan yang diberikan oleh pemerintah melalui deregulasi tersebut telah memberikan pilihan bebas kepada masyarakat untuk merefleksikan pemahaman mereka atas maksud dan kandungan peraturan tersebut.

2. UU No.10 Tahun 1998

UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas undang-undang No.7 Tahun 1992 hadir untuk memberikan kesempatan meningkatkan peranan bank syariah untuk menampung aspirasi dan kebutuhan masyarakat . Dalam pasal 6 UU No.10 Tahun 1998 ini mempertegas bahwa:

a) Bank Umum adalah bank yang menyelesaikan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

(68)

53

Dalam UU No.10 Tahun 1998 ini pun memberi kesempatan bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah, termasuk pemberian kesempatan kepada BUK untuk membuka kantor cabangnya yang khusus menyelenggarakan kegiatan berdasarkan Prinsip Syariah. Selain itu, pemerintah juga menjabarkan apakah yang dimaksud dengan Prinsip Syariah dalam pasal ini, yaitu terdapat dalam pasal 1 ayat 13 UU No.10 Tahun 1998: Prinsip Syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (Musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

3. UU No.23 Tahun 2003

(69)

54 4. UU No.21 Tahun 2008

Undang-undang yang secara spesifik mengatur tentang perbankan syariah adalah Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008. Undang-undang ini muncul setelah perkembangan perbankan syariah di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam undang-undang ini berisi tentang Ketentuan Umum perbankan syariah serta perbedaan antara bank kovensional beserta jenis-jenisnya dengan bank syariah beserta jenis-jenisnya.

5. PBI No.9/19/PBI/2007

Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank syariah.

6. PBI No.7/35/PBI/2005

Perubahan atas peraturan bank Indonesia No. 6/24/PBI/2004 tentang bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

7. PBI No.6/24/PBI/2004

Bank umum yang melaksnakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

(70)

55

C. Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah a. Pengertian

PPR merupakan suatu produk dari perbankan di bidang property, yaitu pembiayaan untuk perumahan. Tidak hanya untuk rumah tinggal saja, Pembiayaan ini juga meliputi membuka usaha baru, rumah toko (ruko), dan Rumah kantor (Rukan), serta apartemen mewah. Pada bank syariah, produk ini menggunakan akad Murabahah dan Istishna’ (Haris, 2007:115).

b. Akad yang Digunakan Pembiayaan Kepemilikan Rumah (KPR) Syariah

1. Murabahah

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan

tembahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam hal ini penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu (Sudarsono,2003:47).

2. Istishna’

(71)

56

Dalam aplikasi perbankan syariah, bank bertindak sebagai penerima pesanan dari nasabah, kemudian bank memesankan permintaan barang nasabah kepada penjual barang tersebut. Pembayarannya dapat dilaukan dengan cara di bayar dimuka, dicicil, atau di belakang dengan jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama (Ascarya,2011:99).

3. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

Al Ijarah Al Muntahiya bit Tamlik (financial leasing with purchase

option) atau Akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan

dengan jangka waktu tertentu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, biasanya akad ini digunakan dalam transaksi Pembiayaan Kepemilikan Rumah, dan Pembiayaan pembelian kendaraan bermotor (Dahlan,2012:184-190).

c. Syarat dan Rukun Pembiayaan Kepemilikan Rumah (PPR) Syariah

1. Syarat Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)

Mengacu pada akad yang ada dalam Pembiayaan PPR Syariah, maka syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah :

a) Pihak Bank harus memberitahukan biaya pembelian rumah kepada nasabah

(72)

57

d) Penjual juga harus menjelaskan semua hal yang berkaitan dengan barang yang dijualnya (Antonio,2001:102).

2. Rukun Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR)

Berikut merupakan rukun untuk Pembiayaan Pemilikan Rumah (PPR) :

a) Pihak yang berakad yaitu Penjual dan Pembeli

Syarat dari Pihak yang berakad yang sah menurut Islam adalah : 1) Dewasa atau sadar

Pembeli ataupun penjual harus baligh dan berakal, menyadari dan mampu memelihara agama dan hartanya. Dengan demikian, akad anak mumayyiz (belum baligh) dipandang belum sah. Sebagian ulama memperboleh anak kecil untuk melaksanakan jualbeli jika ada izin dan dalam pengawasan orangtuanya dan barang-barang yang dibeli yang harganya murah dan tidak berbahaya.

2) Tidak dipaksa dengan cara yang tidak benar, maka tidak sah jual beli oleh orang yang dipaksa.

3) Islam, bila barang yang akan dibeli kepadanya berupa mushaf al- Quran dan lain sebagainya.

4) Pembeli bukan musuh

(73)

58

b) Objek yang diakadkan yaitu Barang yang diperjual belikan dan harga jual

Syarat sah Objek yang di perjual belikan adalah :

1) Suci, maka tidak sah menjual barang najis (atau barang yang haram sesuai ketentuan fiqih)

2) Bermanfaat. Dapat dimanfaatkan secara syara’. 3) Dapat diserahkan.

4) Barang milik sendiri atau menjadi wakil orang lain

5) Jelas dan diketahui oleh kedua orang yang melakukan akad, baik zat, ukuran maupun sifatnya.

c) Serah terima (Sighat) 1) Berhadap-hadapan

Pembeli dan penjual harus menunjukkan sigat akadnya kepada orang yang sedang bertransaksi dengannya, yaitu harus sesuai dengan orang yang dituju.

2) Ditujukan kepada badan yang akad

Tidak sah mengatakan, “ Saya menjual barang ini kepada kepala

atau tangan kamu”.

3) Qabul (kalimat yang diucapkan oleh pembeli kepada penjual saat transaksi) diucapkan oleh orang yang dituju dalam ijāb.

Orang yang mengucapkan qabul haruslah orang yang diajak bertransaksi oleh yang mengucapkan ijāb, kecuali jika

Gambar

Tabel 3.1 Maksimum Pembiayaan

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi, Jakarta: Program Studi Pendidikan Ekonomi, Konsentrasi Pendidikan Administrasi Perkantoran, Jurusan Ekonomi dan Administrasi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Di samping itu, pengamatan dan analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran uang (M2) merupakan variabel kunci bagi otoritas moneter untuk menetapkan

Ketika pemerintah menerapkan liberalisasi perdagangan beras maka pasar beras Indonesia terintegrasi dengan pasar beras internasional dan harga beras dalam negeri akan

perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan bahwa mempunyai. reaksi pasar

Pada tahap persiapan, praktikan menyiapkan seluruh kebutuhan dan administrasi yang diperlukan untuk mencari tempat PKL. Dimulai dengan pengajuan surat permohonan PKL

Adanya gas yang terlarut, oksigen dan karbon dioksida pada air umpan boiler adalah penyebab utama general corrosion dan pitting corrosion (tipe oksigen elektro kimia dan

salah satunya adalah Bauran Pemasaran (Marketing Mix). Untuk bisnis dalam sektor industri manufaktur yang perlu dikaji adalah; lokasi usaha, kapasitas produksi, jenis

Pada penelitian ini telah dilakukan uji coba aplikasi Sistem Pakar untuk mendeteksi Penyakit Kulit Menular kepada 20 orang user , hasil yang diperoleh dari