• Tidak ada hasil yang ditemukan

{mosimage}ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "{mosimage}ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

{mosimage}Ismail Yusanto, Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia

Akhirnya para eksekutor dari kesatuan Brimob mengeksekusi mati tersangka bom Bali I, yakni Amrozi, Imam Samudra dan Mukhlas. Ketiganya dieksekusi setelah enam tahun menunggu kepastian waktu pelaksanaan hukumannya. Yang menjadi pertanyaan apakah para tersangka itu betul-betul pelaku utama bom Bali I. Banyak kalangan meragukan kemampuan dari trio bom Bali I tersebut dan menduga ada master mind yang bekerja di balik aksi ketiganya.

Karena itu, eksekusi Amrozi dkk itu akan mengalihkan pandangan bahwa seolah mereka itu pelaku utama, sekaligus menutup master mind yang sesungguhnya. Kalau demikian, itu berarti Indonesia sudah terjebak dalam war on terrorism. Ini juga bisa menjadi jalan bagi  berlanjutnya isu teroris di negeri ini. Seperti apa sebenarnya peristiwa ekseskusi dan bom Bali I ini dibaca dan disikapi, berikut wawancara wartawan Tabloid Media Umat Pendi Supendi dengan juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia M Ismail Yusanto beberapa waktu lalu di Jakarta.

Komentar Anda terhadap eksekusi Amrozi dkk?

Pertama saya kira penting untuk ditegaskan kembali bahwa  Islam adalah agama yang sangat menghargai hidup manusia. Karenanya, Islam sangat melarang siapa pun membunuh manusia tanpa haq atau tanpa alasan yang dibenarkan oleh syariah. Kita membaca dalam Alquran: walaa taqtulunnafsa llati harrama llaahu illa bil haq. Maka siapa saja yang membunuh orang tanpa alasan yang dibenarkan syariah, ia berhak mendapatkan hukuman qishash atau balas dibunuh bila ahli warisnya tidak memaafkan.

Nah peristiwa bom Bali, juga bom lainnya jelas telah merenggut nyawa banyak orang. Bom Bali satu menewaskan lebih dari 200 orang, melukai ratusan orang, dan menghancurkan sejumlah bangunan di jalan Legian, Denpasar. Dengan demikian  pelakunya itu juga berhak

mendapatkan hukuman setimpal.

Cuma persoalannya siapa yang melakukannya? Itu saya kira yang menjadi pertanyaan penting. Memang pengadilan telah menyatakan Amrozi dkk adalah pelakunya sehingga mereka harus bertanggung jawab. Tapi banyak hal yang membuat kita menjadi ragu, benarkah mereka itu

(2)

pelaku yang sebenarnya?

Kenapa Anda mengatakan demikian?

Pertama, kalau kita menggunakan analisis hubungan antara motivasi dan aksi dimana antara keduanya mestinya nyambung, maka  semakin banyak bom yang meledak, sejak bom Bali satu hingga bom  Bali dua, itu semakin aneh. Sebab kalau kita percaya bahwa semua bom itu

dilakukan dalam rangka apa yang mereka katakan sebagai perlawanan terhadap Amerika, kenapa sampai bom Bali  dua tidak ada satu pun instalasi penting Amerika yang terkena. Bom Bali satu meledak di Legian, Denpasar. Kenapa tidak terjadi di Jakarta? Bukankah instalasi penting Amerika itu ada di Jakarta? Memang ada bom kecil di gedung konsulat Amerika di Denpasar, tapi itu kecil saja, paling cuma mematahkan satu dua ranting pohon.

Kemudian pas giliran di Jakarta, kenapa Hotel Marriot yang dibom. Hotel Marriot itu bukan hotel Amerika. Itu hotel milik orang Indonesia yang kebetulan dioperasikan oleh jaringan manajemen Hotel Marriot. Kenapa bukan gedung kedutaan? Pas gedung kedutaan, kenapa harus gedung kedutaan Australia? Itu pun hanya di depannya. Bukan gedung Kedubes Amerika?

Yang lebih aneh lagi, bom Bali dua. Apa hubungan Raja's Restoran dan pantai Jimbaran dengan Amerika? Dari 22 orang yang meninggal di pantai Jimbaran, 19 orang diantaranya muslim. Ini aneh. Jadi kalau kita menggunakan analisis hubungan antara motivasi dan aksi, aksi-aksi pemboman itu tidak nyambung dengan motivasi yang katanya untuk melawanan Amerika, karena sekali lagi tidak ada satu pun instalasi penting milik Amerika yang kena. Apalagi orang Amerika. Jangankan yang meninggal, yang luka saja tidak ada.

Kemudian yang kedua, Imam Samudra sendiri di pengadilan mengaku kaget dengan besarnya bom yang meledak di depan Sari Club. Menurutnya itu di luar kemampuannya. Yang mereka persiapkan itu kan cuma 3 ton potasiun atau karbit. Banyak ahli bom yang mengatakan ini bom Sari Club bukanlah bom biasa, apalagi hanya sekadar dibuat dari karbit. Ini bom yang setara dengan C4. Bahkan Joe Vialls, ahli bom dari Australia mengatakan bom Bali setara dengan micronuklir yang dicirikan dengan matinya aliran listrik sebelum bom meledak, kemudian ada cendawan, dan ada panas yang sangat menyengat. Pihak TNI sendiri mengatakan berulang kali bahwa mereka tidak mampu membuat bom semacam itu. Nah sampai persidangan selesai, tak pernah dibuktikan bahwa Amrozi dkk lah yang membuat bom semacam itu, karena memang tidak pernah ada reka ulang bagaiman cara mereka  membuat bom seperti itu.

(3)

Yang pernah dilakukan adalah peragaan cara membuat bom oleh Ali Imran. Dan itu pun hanya ditunjukan teorinya, tapi tak pernah hasil dari rangkaian itu betul-betul dicoba. Ketika pihak TNI melakukan percobaan terhadap bom yang dibuat Ali Imran di lapangan Cibodas, bom macam itu hanya merobohkan satu batang pohon.

Imam Samudra juga menyatakan rasa kagetnya mendapati mobil yang dipakai dalam aksi itu adalah Mitsubishi L-300 yang dari nomor chassisnya itulah semua terbongkar, padahal katanya dalam rapat terakhir disepakati yang akan digunakan adalah Suzuki Carry.

Lalu apa yang Anda simpulkan dari fakta itu?

Berdasarkan fakta-fakta itu maka pantas bila kita meragukan bahwa Amrozi dkk lah pelakunya. Kita menengarai bahwa selama ini telah terjadi operasi (intelejen) yang telah melakukan 5i. Apa itu 5i? Yaitu infiltrasi terhadap kelompok-kelompok Islam yang tidak sulit dijumpai di negeri ini, yaitu mereka yang memiliki semangat perlawanan terhadap Amerika. Kemudian terhadap kelompok itu dilakukan radikalisasi agar mereka lebih bersemangat lagi untuk melawan.  Lantas mereka diprovokasi untuk melakukan aksi berupa tindakan-tindakan pengeboman dan

sebagainya sehingga terciptanya stigmasisasi. Stigma seperti apa? Stigma bahwa Indonesia adalah sarang teroris, dimana pelakunya adalah kelompok fundamentalis yang berhubungan dengan pesantren. Stigma semacam itu sekarang sudah terjadi. Bahwa Indonesia memang adalah benar sarang teroris. Buktinya banyak sekali pemboman, dan pelakunya adalah orang-orang semacam Imam Samudra dkk.

Sikap resmi HTI sendiri dengan eksekusi itu?

Pertama, kita mendoakan semoga Amrozi, Imam Samudra dan Mukhlas meninggal dalam keadaan khusnul khatimah dimana seluruh amal shalehnya diterima oleh Allah SWT, dan segala dosa, kesalahan dan kekhilafah mereka diampuni, sehingga di Akhirat mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Nya.  

Kedua, kita menilai bahwa eksekusi Amrozi dkk itu akan mengalihkan pandangan bahwa seolah mereka itu pelaku utama, sekaligus menutup master mind yang sesungguhnya. Itu

(4)

berarti Indonesia sudah terjebak dalam war on terrorism. Karena kalau betul War on terrorism itu kampanye untuk memerangi teroris, dan terorisme  itu diartikan setiap orang atau kelompok yang dalam mencapai tujuannya menggunakan kekerasan, mestinya orang-orang seperti George Bush, Tony Blair, John Howard, yang telah menghancurkan Iraq dan  Afghanistan juga harus dinyatakan sebagai teroris dan harus diperangi. Tapi kan kenyataannya yang disebut teroris hanyalah orang atau kelompok Islam saja, yang sesungguhnya bertindak sebagai perlawanan terhadap kedzaliman terhadap dunia Islam, sementara negara dan orang-orang yang jelas-jelas memerintahkan  melakukan kedzaliman dan kerusakan luar biasa itu justru tidak pernah dipersoalkan.

Bandingkan dengan Bush yang telah menewaskan jutaan orang tak pernah disebut sebagai teroris.

Tentang diulur-ulurnya eksekusi Amrozi itu, bagaimana Anda melihatnya?

Saya kira yang pertama, pemerintah ingin memastikan bahwa memang sudah tidak ada upaya hukum lagi yang bisa ditempuh. Artinya, kalau pemerintah telah memberikan kesempatan kepada penasehat hukum Amrozi cs untuk melakukan seluruh upaya hukum, dan itu sudah dilakukan hasilnya  mentok, maka ketika eksekusi itu benar-benar dilakukan, pemerintah bisa mengatakan kepada publik bahwa eksekusi ini adalah sebuah keputusan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap sehingga tidak ada lagi celah untuk dipersoalkan secara hukum di kemudian hari.

Kemudian yang kedua, saya kira pemerintah menghitung benar reaksi dari dunia internasional yang memang terus memaksa pemerintah Indonesia untuk segera mengeksekusi Amrozi dkk. Juga menghitung reaksi umat Islam di dalam negeri yang mungkin pemerintah khawatir akan memberikan reaksi keras.

Yang ketiga, terakhir-terakhir saya mendengar TNI telah mengirimkan surat ke Presiden, yang isinya mengatakan boleh-boleh saja Amrozi dkk itu dieksekusi, tapi yakinlah bahwa mereka itu bukan pelaku utama. Di sinilah timbul keraguan untuk mengeksekusi Amrozi dkk.

(5)

Kembali ke Pelaku utama Bom Bali, kalau itu bukan Amrozi lalu siapa?

Itu yang semestinya harus dicari. Sebenarnya sudah banyak data tentang hal itu. Analisis dari tim pencari fakta MUI waktu itu  yang dipimpin ZA Maulani, memberikan indikasi awal adanya tangan lain yang bekerja. Kemudian ahli bom dari Australia, Joe Vialls, menyampaikan analisis yang sama melalu websitenya. Katanya, kenyataan listrik mati sebelum adanya kilatan cahaya pra ledakan telah menjadi petunjuk kuat dan tak terbantahkan, bahwa masa kritis dari suatu senjata mikronuklir telah tercapai. Bom kecil di Paddy's Bar hanya menimbulkan kerusakan lokal, 10 detik kemudian meledaklah bom ke-2 di Sari Club yang sangat dahsyat.

Berdasar fakta-fakta di atas, jadi saya pikir ada tangan-tangan yang memang ingin

menyukseskan terciptanya stigma bahwa Indonesia itu sarang teroris. Tuduhan bahwa sarang teroris ini kan harus dibuktikan, yaitu dengan fakta. Maka fakta itu harus dicipta. Harus dibuat melalui kelompok-kelompok Islam yang memang bisa disusupi atau ditunggangi untuk

melakukan aksi yang mereka maui. Itulah yang terjadi.

Terkait keinginan Amrozi dkk melakukan pemboman itu, bisa dibenarkan?

Amrozi dkk mengatakan, semua itu dilakukan untuk melawan Amerika. Niat untuk melawan Amerika itu tidak salah. Bahkan memang sudah semestinya umat Islam ketika diserang harus mempertahankan dirinya. Inilah yang disebut dengan jihad defensif  (Jihad difaa'i). Al Quran mengatakan perangilah oleh kamu sekalian orang-orang yang memerangi kamu, dan janganlah melampau batas. Jadi dari segi niat itu benar. Tidak salah.

Yang jadi soal adalah ke mana sasaran itu dituju. Kita tahu, ketika  berjihad  Islam melarang membunuh warga sipil, apalagi perempuan atau anak-anak. Pendek kata, yang tidak termasuk objek perang. Nah sampai di sini saya setuju dengan pernyataan  Ustadz Abubakar Ba'asyir yang mengatakan bahwa Amrozi dkk itu keliru dalam sasaran, karena Indonesia itu daarul aaman bukan darul atau mahalul jihad. Kenapa mereka melakukan itu? Katanya,  karena mendapatkan info bahwa tentara Amerika telah masuk ke Denpasar Bali. Nah, kalau malam hari pasukan Amerika itu ada di mana? Ya di café. Ini informasi yang mereka terima. Berdasar informasi itu, mereka kemudian merasa punya alasan yang kuat atau absah untuk melakukan tindakan di Bali. Apakah betul pasukan Amerika telah menyusup ke Bali atau Denpasar, itu yang kita tidak tahu.

(6)

Tapi apapun, Amrozi, Imam Samudera dan Mukhlas kini telah meninggal. Kita doakan saja semoga mereka meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Semua amal shaleh termasuk perjuangan dan jihad  mereka di berbagai tempat diterima oleh Allah SWT.

Eksekusi telah dilakukan. Apakah dengan eksekusi ini lantas  isu teroris berhenti?

Jadi dengan penjelasan tadi itu, nyatalah bahwa terorisme di Indonesia adalah fabricated terrorism, terorisme jadi-jadian atau terorisme yang diciptakan. Nah kalau ditanya apakah setelah eksekusi ini, isu terorisme akan berhenti, ya tergantung. Apakah pabriknya atau master mind-nya itu masih terus bekerja atau tidak. Kalau mereka itu berhenti, ya berhenti. Kalau mereka itu terus bekerja, ya berarti terorisme akan terus terjadi lagi. Dan saya pikir, untuk kepentingan tetap terpeliharanya stigma buruk bahwa Indonesia adalah sarang teroris dan untuk memelihara momentum kampanye war on terrorism, maka diduga kuat mastermind atau otak di balik kasus terorisme di Indonesia masih akan terus bekerja untuk menciptakan

peristiwa terorisme  baru.

Kemudian yang lainnya,  apakah ketidakadilan di dunia internasional itu nanti masih ada atau tidak. Sebab akar dari perlawanan ini adalah ketidakadilan. Siapa pun muslim yang melihat kedzaliman yang dilakukan Amerika dan sekutunya di Irak, Afghanistan, termasuk di Palestina, maka pasti tidak terima. Apa reaksinya? Macam-macam. Ada yang biasa-biasa saja atau tidak melakukan apa-apa. Tapi ada juga yang ingin melakukannya secara kongkrit.  Maka, sepanjang kelompok-kelompok perlawanan ini masih ada, dan master mind-nya masih ada, maka

penunggangan-penunggangan atau infiltrasi-infiltrasi semacam  itu akan terus ada.  

Apakah Anda melihat upaya  stigmatisasi negatif Islam berlanjut kini?

Iya. Betul. Ada upaya memang agar stigma itu terus berlanjut. Mereka itu kan  ingin agar kampanye war or terrorism itu benar-benar absah. Kalau ingin kampanye war on terrorism itu absah, maka terorisme itu harus ada terus. Supaya ada terus, maka harus ada

kejadian-kejadian. Kejadian itu ada yang natural, artinya bentuk perlawanan murni. Tapi juga ada  yang merupakan rekayasa. Juga ada yang gabungan, yakni semula murni tapi kemudian ditumpangi melalui infiltrasi.

(7)

Tujuan dari itu semua apa?

Memang dalam rangka terus menjaga dominasi Amerika dan sekutunya. Kita tahu, setelah perang dingin berakhir, rival utama Barat yang potensial kan dunia Islam. Makanya dunia Islam harus dilemahkan dengan berbagai cara, salah satunya dengan isu terorisme itu. Diciptakanlah tragedi WTC  agar seolah benar bahwa dunia tengah menghadapi terorisme global. Padahal, banyak bukti menunjukkan bahwa WTC itu dihancurkan oleh orang Amerika Serikat sendiri. Selanjutnya, dengan fakta-fakta terorisme yang ada, Barat merasa absah dan berhak untuk melakukan tindakan apa pun terhadap dunia Islam. Afghanistan diserang. Irak dihancurkan. Negara lainnya ditekan supaya mau mengikuti kemauan AS.  

Lalu bagaimana untuk menghadapi itu semua?

Pertama dari segi mikro, tentu kelompok Islam harus dijaga benar agar jangan mudah  terinfiltrasi dan terprovokasi untuk melakukan tindakan-tindakan yang justru akan merugikan Islam dan menguntungkan mereka. Jadi harus ada kewaspadaan internal. Yang kedua, pemerintah tidak boleh terjebak atau larut dalam  program war on terrorism, yang fakta  sesungguhnya adalah war on Islam. Karenanya harus ada independensi.  

Kemudian ketiga, bagi umat Islam secara keseluruhan, harus disadari inilah kondisi umat Islam yang sangat lemah itu. Karena sangat lemah maka berbagai macam skenario jahat Barat begitu mudah berjalan. Umat sekarang ini seperti anak ayam yang kehilangan induk. Tidak ada

pelindung. Nah di sinilah relevansi  gagasan Hizbut Tahrir untuk memperjuangkan tegaknya kembali khilafah yang akan menyatukan  1,4 milyar umat Islam seluruh dunia. Dengan persatuan itu umat menjadi kuat. Selama begini rupa, umat Islam menjadi lemah dan tidak memiliki daya apa-apa sehingga akan terus menjadi objek pecundang dari negara-negara besar seperti Amerika. Dengan khilafah, insya Allah kita tidak akan mengalami keadaan seperti itu. Di sinilah pentingnya umat Islam bahu membahu berjuang untuk tegaknya kembali

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kadar sari air dan alko- hol cukup tinggi ini menunjukkan bahan aktif yang terkandung dalam simplisia tidak banyak yang hilang selama proses pengeringan matahari selama

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini sebagai berikut : 1) Sistem peminjaman buku perpustakaan yang ada saat ini masih manual sehingga menyebabkan banyak

superior.Meski di sebagian masyarakat mungkin tidak secara eksplisit dinyatakan, tetapi sejumlah indikasi memperlihatkan bahwa dalam banyak hal memang posisi kaum lelaki

Koesnadi Bondowoso yang bersumber dari Dana PAD Kabupaten Bondowoso Tahun Anggaran 2012 dengan nilai Harga Perkiraan Sendiri (HPS) sebesar Rp.. 130.349.450,- (Seratus

Tokoh utama dalam novel ini adalah Alif seorang anak yang merantau mencari ilmu di pulau jawa dengan setengah hati karena dipaksa orang tuanya yang ingin menjadikannya tokoh

Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada gilirannya harus dijabarkan lebih lanjut

Namun yang paling penting apakah kita mengadopsi model sentralisme orde baru, atau federasi ataupun asymmetric decentralization adalah memastikan