• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Kasus Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Kasus Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak Di Kecamatan Batang Kuis Tahun 2016"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

(2)

NAPZA, 1032 kasus disebabkan oleh cyber crime dan pornografi dan rata-rata 45 anak mengalami kekerasan seksual setiap bulannya di tahun 2015.

Studi kekerasan anak di Tanzania yang dirilis oleh UNICEF tahun 2011 dalam penelitian Kartika (2015), mengungkapkan bahwa satu dari tiga anak-anak perempuan dan satu dari tujuh anak laki-laki di Tanzania mengalami kekerasan seksual sebelum usia delapan belas tahun. Selain itu, tingkat kekerasan fisik yang cukup tinggi, hampir tiga dari empat anak laki-laki dan anak-anak perempuan mengalami kekerasan fisik seperti dicambuk pada masa kanak-kanak, sementara seperempat dari semua anak-anak secara emosional telah dilecehkan. Sebagian besar dari mereka tidak melaporkan apa yang mereka alami, sebagiannya lagi sudah meminta pertolongan dan mendapatkan perawatan serta pengobatan. Penelitian Waladeri (2014) sepanjang tahun 2012 sampai 2013 program kerja UNICEF dan mitra di Republik Afrika Tengah mencakup, 1.500 anak-anak dibebaskan dari angkatan bersenjata dan kelompok-kelompok dan 80 persen yang diintegrasikan dengan keluarga mereka, 2.000 perempuan dan anak perempuan yang diidentifikasi sebagai korban kekerasan seksual memiliki akses ke dukungan holistik, 3.200 pengungsi dan anak-anak berpartisipasi dalam kegiatan rekreasi dan pendidikan di ruang ramah anak.

(3)

apa yang dialaminya. Hampir dari setiap kasus yang diungkap, pelakunya adalah orang yang dekat korban.Tak sedikit pula pelakunya adalah orang yang memiliki dominasi atas korban, seperti orang tua dan guru.Tidak ada satupun karakteristik khusus atau tipe kepribadian yang dapat diidentifikasi dari seorang pelaku kekerasan seksual terhadap anak. Dengan kata lain, siapa pun dapat menjadi pelaku kekerasan seksual terhadap anak atau pedofilia. Kemampuan pelaku menguasai korban, baik dengan tipu daya maupun ancaman dan kekerasan, menyebabkan kejahatan ini sulit dihindari.Dari seluruh kasus kekerasan seksual pada anak baru terungkap setelah peristiwa itu terjadi, dan tak sedikit yang berdampak fatal (Noviana, 2015).

Permasalahan kekerasan terhadap anak semakin mengemuka di Indonesia setelah media menayangkan berbagai berita mengenai kasus kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur.Kekerasan seksual dari tahun ke tahun mengalami peningkatandan menjadi fenomena gunung es, hal ini disebabkan kebanyakan anak yang menjadi korban kekerasan seksual enggan melapor.Peningkatan tersebut tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah kasus yang terjadi, bahkan juga dari kualitas. Dan yang lebih tragis lagi pelakunya adalah kebanyakan dari lingkungan keluarga atau lingkungan sekitar anak itu berada, antara lain di dalam rumahnya sendiri, sekolah, lembaga pendidikan, dan lingkungan sosial anak.

(4)

superior.Meski di sebagian masyarakat mungkin tidak secara eksplisit dinyatakan, tetapi sejumlah indikasi memperlihatkan bahwa dalam banyak hal memang posisi kaum lelaki cenderung ditempatkan lebih berkuasa, berhak memimpin, dan bahkan berhak untuk meguasai lawan jenisnya.Dalam konteks hubungan atau relasi sosial yang tidak seimbang seperti inilah, kaum perempuan akhirnya sering diperlakukan tidak senonoh, kurang menguntungkan bahkan merugikan perempuan secara fisik maupun mental.Bentuk perlakuan yang merugikan perempuan ini sangat banyak bentuk dan jenisnya, diantaranya adalah pelecehan dan tindak kekerasan seksual terhadap perempuan.Salah satunya praktik seks yang dinilai menyimpang adalah bentuk kekerasan seksual pada anak, artinya praktik hubungan seksual yang dilakukan dengan cara-cara kekerasan, bertentangan dengan ajaran agama serta melanggar hukum yang berlaku.Kekerasan ditunjukkan untuk membuktikan bahwa pelakunya memiliki kekuatan baik fisik maupun non fisik kepada anak (Suyanto, 2010).

(5)

dapat menumbuhkan dan mengembangkan kehidupan mental yang sehat (Ghufran, 2015).

Kekerasan menurut Undang undang Nomor 23 Tahun 2002 adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum. United Nations Children’s Fund (UNICEF) mendefenisikan kekerasan seksual adalah setiap tindakan seksual yang dilakukan terhadap seseorang termasuk melakukan tindakan pemerkosaan, melakukan kontak seksual yang tidak diinginkan, mengancam kekerasan seksual, pelecehan seksual secara verbal.

(6)

karena merasa sia-sia dan tidak punya harapan masa depan. Dampak sosial anak yang mengalami kekerasan cenderung berprilaku menyimpang, anak dapat menutup diri dari pergaulan dan tidak memiliki kecerdasan interpersonal dan intrapersonal. Menurut Myers, 1999 dalam (Puspitawati, 2011) kekerasan menyatakan luka fisik ataupun luka psikis yang dialami anak korban kekerasan membawa dampak terhadap kesejahteraan anak sebagai seorang individu. Hal ini terjadi karena kesejahteraan seseorang di pengaruhi oleh dirinya sendiri seperti harga diri, pengendalian diri, sifat ekstovert, optimisme, hubungan positif, keintiman emosional, kontak sosial, pemahaman tentang arti dan tujuan, dan jadi penyelesaian konflik dalam diri. Dalam penelitan Bahri (2015) dalam kasus kekerasan seksual ini, satu hal yang perlu diketahui, bukan berapa tahun hukuman pelaku melainkan seberapa dalam luka psikis yang dialami korban dan betapa sulitnya bagi korban untuk dapat pulih, berdamai dengan dengan masa lalu. Sebab trauma psikis tidak sama dengan luka fisik yang waktu penyembuhan relatif cepat. Luka psikis ataupun trauma psikis adalah luka yang tidak tampak, menyembuhkan luka trauma pada korban pelecehan seksual tidak mudah tentu dibutuhkan usaha yang keras dan waktu yang tidak dapat ditentukan untuk pemulihannya.Bisa saja upaya pemulihan korban membutuhkan waktu bertahun-tahun, atau bahkan seumur hidup untuk dapat berdamai dengan dirinya sendiri dan masa lalunya, serta upaya untuk menyembuhkan trauma dan gangguan-gangguan lain yang dialaminya.

(7)

perlindungan terhadap anak dari tindak kekerasan.Pada tahun 1974, Indonesia menerbitkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial Anak. Pada tahun 1989, Indonesia merativikasi Konveansi Hak Anak (KHA) dan pada tahun 2002 diterbitkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Peraturan perundang-undangan tersebut menggambarkan bahwa negara dan pemerintah Indonesia sejak 40 tahun silam sudah memberikan respon terhadap persoalan kekerasan terhadap anak (Suradi, 2013).

Pemerintah Indonesia telah menyatakan komitmennya terhadap deklarasi AWorld Fit for Children (WFC) dalam 27 th United Nations General Assembly

Special Session on Children pada tahun 2002. Terdapat 4 bidang pokok yang mendapat perhatian khusus dalam deklarasi WFC yaitu promosi hidup sehat (promoting healthy lives), penyediaan pendidikan yang berkualitas (providing quality education), perlindungan terhadap perlakuan salah (abuse), eksploitasi dan kekerasan (protecting against abuse, exploitation and violence) dan penanggulangan HIV/AIDS

(combating HIV/AIDS). Pelaksanaan program ini merupakan Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) sampai dengan tahun 2015 (Paramasatri, 2010)

(8)

akanmembahayakan kelangsungan tumbuh kembang anak seperti anak korban kekerasan, anak korban terorisme, anak dengan perilaku menyimpang, dan anak korban stigmatisasi/labelisasi orang tua (UU Perlindungan Anak, 2015).

Pasal 4 Undang undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak disebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Namun, kenyataannya setiap tahun jumlah kasus kejahatan seksual terus meningkat.Lemahnya penegakan hukum atas kejahatan seksual menyebabkan tidak ada efek jera bagi pelaku.Akibatnya, ada kemungkinan pelaku kembali melakukan aksinya (Wahyuni, 2014).

1.2 Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana dampak kekerasan seksual pada anak di Kecamatan Batang Kuis 2016”.

1.3 Tujuan Penelitian

(9)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya tentang dampak yang terjadi pada anak korban kekerasan seksual, khususnya dampak kesehatan reproduksi.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi responden sehingga mengetahui dampak yang terjadi pada kekerasan seksual yang pernah dialaminya.

3. Memberi sumbangan informasi kepada keluarga atau lingkungan sekitar korban agar dapat memberikan dukungan yang positif dan pemulihan hingga anak mampu mengatasi trauma akibat kekerasan seksual.

Referensi

Dokumen terkait

Sudut istimewa adalah sudut yang perbandingan trigonometrinya dapat dicari tanpa memakai tabel matematika atau kalkulator, yaitu: 0°, 30°, 45°,60°, dan 90°. Sudut-sudut istimewa

Dakwah rasulullah sesuai keadaan orang yang ada dihadapan beliau Tidak semua ilmu dapat diterima oleh masyrakat.. Kita faham belum tentu orang

Program yang sering dipakai di antaranya seperti Lotus maupun Microsoft Excel yang biasa digunakan untuk membantu administrasi seperti yang berkaitan dengan data/angka

Rekomendasi dari hasil penelitian ini antara lain : (1)Aparat pemerintah kelurahan Popongan Karanganyar hendaknya meningkatkan kinerja untuk mencapai realisasi

Di mana hal tersebut menyebabkan sistem untuk menghasilkan kalimat ringkasan yang rata porsinya untuk setiap topik dalam data teks dokumen, yang tidak seperti halnya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar peranan Citra Merek, Kepercayaan Merek, dan Kepuasan Pelanggan terhadap Minat Beli Ulang pakaian wanita

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap analisis mutu minyak kelapa murni buatan industri rumah tangga secara menyeluruh bahwa ketiga sampel tersebut

Iuran kepada negara yang terhutang oleh yang wajib membayarnya (Wajib Pajak) berdasarkan' undang-undang, dengan tidak mendapat prestasi (balas jasa) kembali se~