(Studi Kasus pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009)
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAM A ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
2010S K R I P S I
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
A ’ISYAH M.
NIM : 12107028
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 2 Telp. (0298) 32370 Fax. (0298) 323433,323433 Salatiga 50712 http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail :akademi@stainsalatiga.ac.id
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi saudari : A ’isyah M. dengan Nomor Induk Mahasiswa 12107028
yang beijudul Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini (Studi Kasus pada
Masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang
Tahun 2009)) telah di munaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian Jurusan
Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari sabtu, 13 Maret
2010, dan telah di terima sebagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar
Satjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)
Salatiga, 17 Maret 2010
Panitia ujian
SALATIGA
Jl. Tentara Pelajar 2 Telp. (0298) 32370 Fax. (0298) 323433, 323433 Salatiga 50712 http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail :akademi@stainsalatiga.ac.id
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
. v _ ^ ** * *
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : A’isyah M.
NIM : 12107028
Jurusan : Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Salatiga, 19 Februari 2010
Yang menyatakan,
A’isyah M. NIM : 12107028
MOTTO
“kemulyaan seseorang itu dengan budi pekerti
bukan dengan keturunan
”“Janganlah kamu tergesa-gesa ingin mencapai sesuatu, tapi
cobalah terus bersabar, karena sabar itu ibarat api yang
dapat melunakkan tongkat dari besi ” (Syeikh Az-Zarnuji)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
❖ Kedua orang tuaku Bapak Maksum dan Ibu
Tarwiyah tersayang yang telah membesarkan dan
mendidikku dengan penuh kerelaan dan
pengorbanan baik secara lahir maupun batin
dengan iringan do ’a restunya.
❖ Kakak-kakakku dan adikku tersayang, Mbak
Nur Fadhilah beserta keluarga, Mas Muhlisin
beserta keluarga dan Dik Lailatun Bariroh,
terima kasih atas dorongan dan motivasinya.
*** Kekasihku tercinta Mas Ahmad Fauzi yang
selalu mengsupport dan memotivasi baik dalam
keadaan suka maupun duka
❖ Semua teman-teman PAI transfer senasib
seperjuangan angkatan 2007 yang telah
memberikan motivasi dan semangat belajar.
Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT. Yang
telah memberikan nikmat dan hidayahnya kepada makhluk-makhluknya
tanpa terkecuali. Shalawat serta salam kita sanjungkan kepada beliau
Baginda Nabi Agung Muhammad Swa. Beserta keluarga, Sahabat, dan
para pengikutnya yang telah membawa manusia dari zaman kebodohan
hingga ke zaman yang penuh dengan Ilmu Pengetahuan ini.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa
ada bantuan, dorongan, mutivasi serta bimbingan dari berbagai pihak yang
terkait. Namun kebahagiaan yang tiada taranya tidak dapat disembunyikan
setelah penulisan skripsi ini selesai.
Oleh karena itu tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih
setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Fatchurrohman, M.Pd selaku ketua progdi PAI STAIN Salatiga yang
telah merestui penulisan skripsi ini.
3. Hj. Maslikhah, M.Si. selaku pembimbing yang telah mengarahkan dan
memberi petunjuk serta meluangkan waktu dan perhatian dalam
penulisan skripsi ini.
saya.
5. Bapak KH. Drs. Nasafi selaku pengasuh pondok pesanten Nurul Asna
Pulutan Sidorejo Salatiga yang telah mengasuh, mendidik, dan
membimbing kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga
dapat terselesaikan dengan baik.
Dengan demikian, akhirnya penulis mengucapkan banyak terima
kasih dan tentunya dalam penulisan atau penyusunan skripsi ini masih
banyak kekurangan. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun, sehingga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang dermawan, serta
bermanfaat bagi Agama, nusa, dan Bangsa
Salatiga, 19 Februari 2010 penulis
A’isyah M. NIM : 12107028
Masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang). Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Hj.Maslikhah, M.Si
Kata kunci: Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini
Anak merupakan tanggung jawab orang tua oleh karena itu, orang tua adalah faktor penting dalam hal baik buruknya anak. Sejak anak masih berusia dini anak telah melihat dan mempelajari hal-hal yang ada diluar mareka, ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari orang tua maupun orang lain.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebih baik dalam kaitannya dengan akhlak di lingkungan masyarakat maupun di lingkungan keluarga, keluargalah yang merupakan pendidikan pertama dan utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan didikan dan bimbingan. Pertanyaan utama yang ingin di jawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimana kondisi keagamaan masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang ?, (2) bagaimana persepsi masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak anak usia dini ?, (3) bagaimana variasi model pendidikan akhlak anak usia dini pada masyarakat Alas Roban Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang ?. untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat diskriptif.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan teknik analisis data deduktif, induktif, reduksi, dan sintesis.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sentul, mayoritas memeluk agama islam (a) dalam memperkuat keagamaan dimasyarakat mereka melaksanakan nilai-nilai keagamaan, kerukunan beragama, kehidupan beragama, moral dan etika keagamaan, dan melaksanakan kegiatan kegamaan. (b) persepsi masyarakat desa sentul tentang pendidikan akhlak anak usia dini yaitu mempunyai peranan yang sangat penting, (c) variasi model pendidikan akhlak anak usia dini pada masyarakat desa sentul, kecamatan gringsing, kabupaten batang yaitu meliputi, metode yang digunakan untuk mendidik akhlak anak usia dini dan materi yang diberikan untuk mendidik akhlak anak usia dini.
LEMBAR BERLOGO... i
HALAMAN SAMPUL... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
PENGESAHAN KELULUSAN... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang... 1
B. Rumusan masalah... 6
C. Tujuan penelitian... 6
D. Manfaat hasil penelitian... 7
E. Penegasan istilah... 8
F. Metode penelitian... 11
L Jenis Penelitian... 11
2. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 12
3. Subjek Penelitian... 13
G. Sistematika Penulisan... 20
BAB I I : KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI... 22
1. Pendidikan akhlak... 22
a. Pendidikan... 22
1) Pengertian Pendidikan... 22
2) Jenis Pendidikan... 23
3) Tujuan Pendidikan... 25
4) Ruang Lingkup Pendidikan... 27
5) Tanggung Jawab Pendidikan... 33
b. Akhlak... 35
1) Pengertian Akhlak... 35
2) Macam-macam Akhlak... 37
3) Ruang Lingkup Akhlak... 38
c. Pendidikan Akhlak... 41
1) Pendidikan Akhlak di Rumah... 42
2) Pendidikan Akhlak di Sekolah... 43
3) Pendidikan Akhlak di Masyarakat... 43
2. Anak usia dini... 49
a. Pengertian Anak... 49
b. Tipologi Anak... 49
e. Tanda-tanda dan Sifat-sifat Ana kecil... 52
f. Perkembangan Anak Usia Dini... 53
g. Pendidikan Anak Usia Dini... 54
3. Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini... 57
a. Aspek-aspek Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini... 58
1) Metode... 58
2) Materi... 59
b. Aspek-aspek dalam Pembinaan Akhlak Anak Usia Dini 61 1) Birui walidain... 61
2) Berlaku dan Bersifat Jujur... 61
3) Belajar Membaca Al-qur’an... 62
4) Membiasakan Berbicara dengan Baik... 63
5) Membiasakan Bergaul Dengan Baik... 63
B. TELAAH PUSTAKA... 64
1. Hasanah... 64
2. Sukini... 65
BAB I I I : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data... 67
1. Lokasi Penelitian... 67
2. Penduduk... 67
3. Mata Pencaharian... 68
B. Temuan Penelitian... 70
1. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing,
Kabupaten Batang... 70
2. Persepsi Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten
Batang Tentang Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini... 73
3. Variasi Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini Masyarakat Desa
Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang... 79
BAB IV : PEMBAHASAN
A. Kondisi Keagamaan Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing,
Kabupaten Batang... 86
B. Persepsi Masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten
Batang Tentang Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini... 89
C. Variasi Model Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini Masyarakat Desa
Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang... 93
BABA V : PENUTUP
A. Kesimpulan... 97
B. Saran... 98
C. Penutup... 191
1. Tabel I nama-nama responden yang dijadikan sampel... 14
2. Tabel II Jumlah penduduk masyarakat Desa Sentul... 67
3. Tabel III Mata Pencaharian Penduduk... 68
4. Tabel IV Tingkat Pendidikan... 69
5. Tabel V Daftar Pemeluk Agama... 69
6. Tabel V ITempat Ibadah... 70
1. Daftar Pustaka
2. Daftar Riwayat Hidup
3. Kisi-kisi wawancara
4. Pedoman wawancara
5. Daftar Responden
6. Catatan lapangan
7. Surat ijin penelitian
8. Surat keterangan penelitian
9. Lembar konsultasi pembimbing
10. Laporan SKK
A. Latar Belakang
Ketika anak dilahirkan ke dunia, anak masih dalam keadaan lemah
baik fisik maupun psikis. Walaupun dalam keadaan yang demikian, anak telah
memiliki kemampuan bawaan sejak dalam kandungan dalam keadaan suci dan
yang menjadikan yahudi, nasrani dan majusi adalah orang tuanya. Dalam
hadits Rasulullah diriwayatkan:
alJj*li 6^ylaal1
Jj
t*
a \\i ii-n.
Artinya : “Setiap bayi tidaklah dilahirkan melainkan dalam kesucian (fitrah) kedua orang tuanyalah yang membuatnya kelak ja d i yahudi, nasrani atau majusV (HR. Al Bukhari) (Ummatin, 2006 : 5)
Maka setelah manusia lahir di dunia, anak tersebut adalah tanggung
jawab orang tuanya, yaitu sebagai pendidik dan pembimbing dalam hal
kehidupan anaknya, terutama dalam hal keagamaan dalam penanaman nilai-
nilai aqidah, akhlak dan ibadah. Jelas campur tangan orang tua memiliki peran
penting, karena anak merupakan anugrah Allah yang diberikan kepada
manusia, dan anak juga merupakan harta dan perhiasan. Dalam Al Qur’an
surat Al-Kahfi ayat 46 dijelaskan.
J=s
\ $ j f \
b«1)UJT
Artinya: “harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan d u n ia ...” (QS. Alkahfi ayat 46) (Anonim Al-Qur’an dan teijemahanya, 1999 : 450)
Oleh karena itu, orang tua atau pendidik merupakan faktor penting
keteladanan dalam hal baik buruknya anak. Jika orang tua berakhlak mulia,
jujur, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan
dengan agama, maka anak akan tumbuh dalam kejujuran, berakhlak mulia,
dan menjauhkan perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama.
Begitu juga sebaliknya jika orang tua berbohong, berkhianat, durhaka, kikir,
dan hina maka akhlak anak akan tumbuh buruk.
Sejak usia dini, anak telah melihat dan mempelajari hal-hal yang
berada di luar diri mereka. Mereka telah melihat dan mengikuti apa-apa yang
dikeijakan dan diajarkan orang dewasa dan orang tua mereka tentang sesuatu
yang berhubungan dengan kemaslahatan agama. Dengan demikian, menurut
Jalaludin (1996 : 68) ketaatan kepada ajaran agama merupakan kebiasaan
yang menjadi milik mereka yang mereka pelajari dari para orang tua maupun
guru mereka.
Perkembangan sosial dan kepribadian anak dimulai dari usia dini
sampai dewasa ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak
melepaskan diri dari keluarga, ia makin mendekatkan diri pada orang-orang
lain disamping anggota keluarga. Meluasnya lingkungan sosial bagi anak
menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada di luar
pengawasan orang tua. Ia bergaul dengan teman-teman, ia mempunyai guru-
guru yang mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses emansipasi.
Dalam proses emansipasi dan individu maka teman-teman sebagai mempunyai
Islam mempunyai dua sumber yaitu Al Qur’an dan As Sunnah yang
menjadi pegangan dalam menentukan segala urusan dunia dan akhirat. Kedua
sumber itulah yang menjadi sumber akhlak islamiyah.Prinsip-prinsip dan
kaedah ilmu islam semuanya didasarkan kepada wahyu yang bersifat mutlak
dan tepat. Oleh karena itu orang tua maupun keluarga dan masyarakat harus
selalu memantau anak-anak dari jarak dekat maupun jarak jauh agar akhlak
anak usia dini tidak melenceng dari ajaran Islam yang telah diterapkan dalam
Al Qur'an dan sunnah.
Akhlak merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengoptimalkan
sumber daya potensi untuk mencapai kesejahteraan hidup manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Oleh karena itu, bagaimana manusia dalam
menggunakan sumber daya potensi yang tersedia untuk meningkatkan
kehidupan lebih baik. Karenanya diperlukan alat yang digunakan untuk
menganalisis sekaligus membuktikan konsep Al Qur'an dan hadits yang secara
langsung maupun tidak langsung bersentuhan dengan masalah akhlak
(Mansur, 2007: 227). Karena akhlak atau prilaku yang ada dalam suatu
masyarakat dalam unsur pokok yang membentuk baik buruknya masyarakat
tersebut. Jika akhlaknya baik maka masyarakat akan baik dan jika prilaku
buruk masyarakat pun akan buruk. Jadi akhlak mempunyai hubungan
kausalatif dengan adanya perubahan (Mahmud, 1995 :174)
Dengan kata lain, akhlak ialah suatu sistem yang menilai perbuatan
lahir dan batin manusia baik secara individu, kumpulan, dan masyarakat
manusia denga hewan, manusia dengan malaikat, manusia dengan jin, dan
juga dengan alam sekitar. Dengan demikian masyarakat merupakan salah satu
tempatuntuk beradaptasi dan berinteraksi manusia.
Menurut Koencaraningrat dalam kutipan buku yang beijudul
masyarakat Islam pengantar sosiologi dan sosiografi pengarang Sidi Gazalba
masyarakat adalah kelompok terbesar dan makhluk-makhluk manusia dimana
hidup terjaring sesuatu kebudayaan yang oleh manusia-manusia tadi dirasakan
sebagai satu kebudayaan (Gazalba, 1976 : 15)
Masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang
merupakan salah satu lokasi penduduk yang terletak di sekitar Alas Roban
yang letak geografisnya sangat strategis, dimana penduduknya adalah bekeija
sebagai buruh swasta. Walaupun penduduknya mayoritas bekeija sebagai
buruh swasta, tetapi mereka sangat memperhatikan pendidikan anak-anaknya
sejak usia dini, yaitu dengan cara memasukan anak-anaknya ke lembaga
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), selain PAUD para orang juga
memasukannya ke Madrasah Diniyah.
Dengan adanya PAUD dan Madrasah Diniyah, orang tua sangat
optimis bahwa anak mereka akan memiliki akhlak yang baik, karena di didik
dan di bimbing oleh guru atau ustadz, sehingga orang tua tidak meragukan lagi
akhlak anak-anaknya, selain itu juga anak tidak mungkin meniru cara
kehidupan modem (Barat) pada zaman sekarang ini.
Pada dasarnya pendidikan anak itu berkaitan dengan keluarga, maka
orang tuanya baik maka anak akan baik dan sebaliknya jika orang tua
berperilaku jelek maka anak akan ikut jelek, oleh sebab itu anak harus
mendapatkan pendidikan akhlak langsung dari orang tua.
Semua orang tua ingin memberikan pendidikan yang terbaik kepada
anak-anaknya. Hal itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari
mengasuh anak sejak bayi yaitu, dengan cara pemberian asah (stimulasi yang
diberiakan) memberikan contoh perkataan dan perbuatan yang baik dalam
kehidupan sehari-hari, asih (kasih sayang yang diberikan orang tua kepada
anak-anaknya), dan asuh (kecukupan sandang, pangan, papan, dan kesehatan)
termasuk pendidikan yang diperoleh anak agar dapat mempengaruhi karakter
anak.
Adapun pendidikan akhlak yang diberikan orang tua kepada anak usia
dini antara lain, orang tua melibatkan anak sepenuhnya, yaitu orang tua
memiliki tingkat pnengendalian yang tinggi dan mengharuskan anak-anaknya
bertindak pada tingkat intelektual, sosial, dan agama sesuai dengan usia dan
kemampuan anak-anak. Orang tua penyabar yaitu, akan menerima apa adanya,
sedikit memberikan tuntutan pada anak-anaknya, agar anak akan lebih positif
dalam perkataan maupun perbuatan dalam kehidupan sehari-hari baik di dalam
keluarga maupun di lingkungan masyarakat.
Dalam kaitannya dengan ahklak anak di lingkungan masyarakat,
lingkungan keluargalah yang merupakan lingkungan pendidikan pertama dan
utama, karena dalam keluarga inilah anak pertama kali mendapatkan didikan
dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak adalah
dalam keluarga atau orang tua. Tugas orang tua bagi pendidikan anaknya
adalah sebagai peletak dasar bagi pendidikan ahklak dan pandangan hidup
beragama, karena sifat dan tabiat anak sebagian besar diambil dari kedua
orang tuanya.
Dengan demikian dari uraian latar belakang di atas penulis tertarik
untuk mengambil judul penelitian : MODEL PENDIDIKAN AKHLAK
ANAK USIA DINI (Studi Kasus pada Masyarakat Alas Roban Desa Sentul
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi keagamaan masyarakat Alas Roban Desa Sentul
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang ?
2. Bagaimana persepsi masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan
Gringsing Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak bagi anak usia
dini ?
3. Bagaimana variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada
masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten
Batang ?
C. Tujuan Penelitian
L Untuk mengetahui kondisi keagamaan masyarakat Alas Roban Desa
2. Untuk mengetahui persepsi masyarakat Alas Roban Desa Sentul
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang tentang pendidikan akhlak anak
usia dini.
3. Untuk mengetahui variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini
pada masyarakat Alas Roban Desa Sentul Kecamatan Gringsing
Kabupaten Batang.
D. Manfaat Hasil Penelitian
1. Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi orang tua dalam
pendidikan akhlak anak usia dini khususnya bagi masyarakat Desa
Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
b. Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengembangan pendidikan
ahklak bagi anak usia dini khususnya bagi masyarakat Desa Sentul
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
c. Diharapkan dapat dijadikan ilmu pengetahuan sebagai dasar
pertimbangan dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yang
menyangkut masalah pendidikan akhlak anak usia dini khususnya bagi
masyarakat Desa Sentul Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
d. Diharapkan menambah pengetahuan bagi penulis khususnya tentang
2. Teoritik
a. Dapat menyumbangkan wacana baru bagi orang tua tentang
pendidikan akhlak sebagai pedoman megnenai pendidikan akhlak anak
usia dini yang sesuai dengan ajaran Islam.
b. Dapat menjadi panduan dalam berperilaku dan tingkah laku akhlak
anak usia dini dalam lingkungan masyarakat yang sesuai dengan ajaran
Islam.
E. Penegasan Istilah
1. Pendidikan Akhlak
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan psiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 3)
Sedangkan pendidikan yang dimaksud oleh penulis ialah
bimbingan atau usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah
maupun masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan akhlak,
moral dan sosial yang mendorong seseorang mempunyai potensi
b. Akhlak
Akhlak adalah bentuk jamak dari kata khuluk yang berarti budi
pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat. Dari pengertian etimologi
ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan atau norma perilaku yang
mengatur hubungan antar sesama manusia, tetapi juga norma yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan alam
semesta (Azmi, 2006 : 40)
Secara termologi akhlak (budi pekerti) yang terdiri dari kata
budi dan pekerti, “budi” ialah yang ada pada manusia, yang
berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh pikiran, ratio,
yang disebut karakter. “Pekerti” ialah apa yang terlihat pada manusia,
karena didorong oleh perasaan hati yang disebut behavior. Jadi budi
pekerti adalah merupakan perpaduan dari hasil ratio dan rasa yang
bermanifestasi pada karsa dengan tingkah laku manusia. (Djatmiko :
1996 :26)
Sedangkan akhlak yang dimaksud oleh penulis ialah tingkah
laku atau akhlak yang mulia yaitu melaksanakan kewajiban-kewajiban
menjauhi segala larangan, baik yang berhubungan dengan Allah
maupun yang berhubungan dengan makhluk, baik diri sendiri, orang
tua maupun orang lain dan lingkungan.
c. Pendidikan Akhlak
Pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang
buruk, kebenaran dan kebatilan, keadilan dan peperangan, serta
perdamaian dan peperangan. Oleh karena itu Islam menetapkan nilai-
nilai dan prinsip-prinsip yang membuat manusia mampu hidup di
dunia, sehingga manusia mampu mewujudkan kebaikan di dunia dan
akhirat.
Dengan demikian pendidikan akhlak yang dimaksud oleh
penulis ialah mendidik dan membimbing akhlak yang sesuai dengan
nilai-nilai dan prinsip-prinsip agama baik pendidikan akhlak di rumah,
pendidikan akhlak di sekolah, maupun pendidik akhlak di masyarakat,
karena pendidikan akhlak adalah tanggung jawab bagi semua orang
muslim untuk membawa manusia ke jalan yang benar.
2. Anak Usia Dini
a. Pengertian Anak
Anak adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan
orang tua kepada Allah SWT. Anak adalah tempat orang tua
mencurahkan kasih sayangnya. Dan juga investasi masa depan untuk
kepentingan orang tua di akhirat kelak. Oleh karena itu orang tua harus
memelihara, membesarkan, merawat, menyantuni, dan mendidik anak-
anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang. (Ilyas, 2007
: 172)
Dengan demikian anak yang dimaksud oleh penulis ialah :
manusia yang masih kecil yang harus dikasihi dan disayangi dan
b. Usia Dini
Usia dini adalah anak yang masih berumur antara 2 sampai 6
tahun. Pada masa ini anak sangat sensitif. Ia dapat merasakan apa yang
terkandung dalam hati ibu bapaknya, artinya anak masih membutuhkan
kasih sayang ayah ibunya yang sungguh-sungguh dan pada masa ini
juga anak masih berpikir secara inderawi atau anak belum mampu
untuk memahami hal yang maknawi.
3. Pendidikan Akhlak Anak Usia Dini
Pendidikan ankhlak anak usia dini yang dimaksud oleh penulis
ialah membimbing atau usaha sadar yang dilakukan oleh orang tua
(keluarga), guru (sekolah) dan masyarakat terhadap perkembangan dan
pertumbuhan akhlak yang mulia bagi anak usia dini yaitu usia 2 sampai 6
tahun, yang dapat mendorong seseorang (anak) mempunyai potensi
menuju terbentuknya kepribadian yang baik.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam membahas beberapa permasalahan-permasalahan yang ada
dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah penelitian
kualitatif bersifat deskriptif, yaitu : data atu informasi yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, tulisan hasil penelitian berisi kutipan-
isi laporan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti lebih menitik beratkan
kepada gejala proses dari pada hasil dari proses tersebut.
Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu
pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini
digunakan karena beberapa pertimbangan, antara lain :
a. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah jika berhadapan dengan
kenyataan jamak.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dengan responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih menyesuaikan dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
(Moleong, 1999:9-10)
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan difokuskan di Desa Sentul, Kecamatan
Gringsing, Kabupaten Batang. Penulis memilih lokasi tersebut karena
Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang merupakan salah
satu lokasi yang ada di sekitar Alas Roban yang letak geografisnya sangat
strategis dan dekat dengan jalan Pantura (Jakarta- Semarang). Sedangkan
luas Desa sentul adalah 24 km2 yang terdiri dari perkampungan penduduk
9 km2, hutan Alas roban 11 km2, dan persawahan 4 km2. Adapun waktu
penelitian ini akan dilaksanakan kurang lebih dalam waktu 2 bulan dari
3. Subjek Penelitian
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitiaan. Penelitian
populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua lika-liku yang
ada di dalam populasi. (Arikunto, 1998 : 115) Populasi dalam
penelitian adalah seluruh masyarakat Desa Sentul Kecamatan
Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009 yang beijumlah 1975 jiwa
dengan 332 kepala keluarga (KK).
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
(Arikunto, 1998 : 117) Dalam penelitian kualitatif tujuan pengambilan
sampel adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin,
bukan untuk melakukan generalisasi. Adapun pengambilan sampel
dalam penelitian dikenakan pada situasi, subjek, informan, dan waktu.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel atau subjek
penelitian yaitu dengan cara menggunakan metode purposive sampling
yaitu subjek di pilih karena beberapa karakteristik, yaitu para orang tua
yang mempunyai anak usia dini. Kemudian data yang diperoleh dari
sampel dipilih dengan teknik bola salju (snowball sampling), yaitu data
dijaring terus menerus sampai menemukan data atau jawaban yang
hampir sama. Adapun nama-nama responden yang dijadikan sampel
Tabel I
nama-nama responden yang dijadikan sampel
No Nama Keterangan
1 Tohiroh Ibu
2 A. Taufik Ayah
3 Tutik Hanifah Ibu
4 Sri Hartatik Ibu
5 A Wahidin Ayah
6 Sri widayanti Ibu
7 Safaroh Ibu
8 Turyanti Ibu
9 Sulatif Ayah
10 Khasanudin Ayah
4. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah sebagai pengamatan, meliputi kegiatan
pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh
alat indera. (Arikunto, 1998 : 146)
Metode observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai alat
bantu untuk mendapatkan data-data antara lain, data tentang sosio
kultural yang meliputi, kegiatan keagamaan yang dilakukan di
masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang
tahun 2009. Dan data tentang keadaan lokasi Desa Sentul, Kecamatan
Kemudian data persepsi masyarakat Desa Sentul, Kecamatan
Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009 yaitu tentang pendidikan
akhlak anak usia dini dan yang terakhir yaitu pengamatan terhadap
variasi model yang dilakukan masyarakat terhadap pendidikan akhlak
anak usia dini,
b. Wawancara
Wawancara adalah dialog yang dilakukan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dari terwawancara dan digunakan untuk
menilai keadaan seorang mencari data tentang variabel latar belakang,
orang tua, pendidikan, perhatian sikap terhadap sesuatu (Arikunto,
1998 : 145)
Metode ini digunakan sebagai alat bantu juga yaitu untuk
mandapatkan data-data tentang persepsi pendidikan akhlak baagi anak
usia dini pada masyarakat Desa Sentul, Kecamatan Gringsing,
Kabupaten Batang tahun 2009 yang meliputi kegiatan keagamaan yang
diikuti oleh orang tua. Bagaimana cara orang tua mendidik anak usia
dini, perilaku dan tingkah laku anak usia dini kepada orang tua, dan
apakah penting pendidikan akhlak ditanamkan pada anak usia dini,
yang kedua yaitu untuk mandapatkan data tentang variasi model
pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada masyarakat Desa Sentul,
Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang yang meliputi, memasukkan
anak usia dini ke lembaga pendidikan formal yaitu PAUD,
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998 : 236)
Metode dokomentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan data penduduk masyarakat Desa sentul kecamatan
Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009 per kepala keluarga (KK),
untuk mendapatkan data tempat beribadah yang ada, dan untuk
mendapatkan data tentang keadaan lokasi Desa sentul kecamatam
Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Ia membedakannya dengan panafsiran, yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan uraian dan hubungan di
antara dimensi-dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefiniskan analisis
data sebagi proses yang merinci usaha secar formal untuk menemukan dan
merumuskan hipotesis keija (ide) seperti yang disarankan oleh data dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan kepada tema dan hipotesis kerja
itu.
Madrasah Diniyah, dan mendidik anak cukup dirumah saja yaitu orang
tua itu sendiri sebagai pendidik,
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998 : 236)
Metode dokomentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan data penduduk masyarakat Desa sentul kecamatan
Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009 per kepala keluarga (KK),
untuk mendapatkan data tempat beribadah yang ada, dan untuk
mendapatkan data tentang keadaan lokasi Desa sentul kecamatam
Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Ia membedakannya dengan panafsiran, yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan uraian dan hubungan di
antara dimensi-dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefiniskan analisis
data sebagi proses yang merinci usaha secar formal untuk menemukan dan
merumuskan hipotesis keija (ide) seperti yang disarankan oleh data dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan kepada tema dan hipotesis kerja
itu.
Madrasah Diniyah, dan mendidik anak cukup dirumah saja yaitu orang
tua itu sendiri sebagai pendidik,
Jadi analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis keija yang
disarankan oleh data (Moleong, 1999 : 280)
a. Deduktif
Deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari
kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan
menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data
tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan
(prediksi). Dengan kata lain deduksi berarti menyimpulkan hubungan
yang tadinya tidak tampak berdasarkan generalisasi yang sudah ada
(Azwar, 2007:40)
Pendekatan deduktif adalah berfikir dari suatu keadaan yang
abstrak kepada yang kongkret. Dengan kata lain deduktif adalah
kaidah umum dengan mengambil kesimpulan khusus.
Penerapan pendekatan deduktif dimaksud dalam penelitian ini
yaitu membnatu untuk menyimpulakn hal-hal yang bersifat umum
menjadi khusus atau kongkret dalam penelitian ini untuk
menyimpulakn hasil wawancara dan observasi yang dilakukan antara
lain tentang data persepsi masyarakat tentang pendidikan akhlak anak
usia dini, kondisi keagamaan masyarakat, dan model masyarakat
tentang pendidikan akhlak anak usia dini di Desa Sentul, Kecamatan
Adapun penerapan pendekatan induktif dalam penelitian ini
digunakan untuk mengorganisasikan faktor-faktor dan hasil observasi
dan wawancara yang dilakukan pada masyarakat Desa Sentul
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009. Yang meliputi
mengenai kondisi keagamaan, persepsi pendidikan akhlak bagi anak
usia dini, dan variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada
masyarakat Desa sentul kecamatan Gringsing kabupaten Batang Tahun
2009.
c. Reduksi
Reduksi data ialah proses penelitian, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-
catatan yang tertulis di lapangan sesuai dengan tema yang diteliti. Data
yang diperoleh dan lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian
atau laporan yang terinci (Nasution, 2003 :129)
Pada mulanya data yang diperoleh dikumpulkan dan
diindentifikasi secara sederhana yangsesuai dengan data yang
diperoleh yaitu tentang kondisi sosiokultural masyarakat. Persepsi
pendidikan akhlak anak usia dini pada masyarakat Desa Sentul,
Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009. Kemudian data-
data tersebut disusun secara teliti, sistematis dan terperinci dalam
d. Sintesis
Sintesis yaitu mengintegrasikan semua unsur baik dan
menyisihkan atau melengkapi semua unsur yang tidak memadai.
Sintesis itu tidak menambah pemahaman serba baru, melainkan
menyeimbangkan semua yang telah ditentukan (Bakker dan Akhmad
Charis Zubair, 1994 : 100)
Penerapan sintesis dalam penelitian ini yaitu menggabungkan
pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan
yakni mengenai pendidikan akhlak anak usia dini, dari hasil data-data
yang telah disusun secara sistematis yaitu tentang kondisi
sosiokultural, persepsi pendidikan akhlak anak usia dini, dan variabel
model pendidikan akhlak anak usia dini. Kemudian data-data tersebut
digabungkan dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan
pokok permasalahan pendidikan akhak anak pada usia dini.
G. Sitematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah,
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 1998 : 236)
Metode dokomentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
mendapatkan data penduduk masyarakat Desa sentul kecamatan
Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009 per kepala keluarga (KK),
untuk mendapatkan data tempat beribadah yang ada, dan untuk
mendapatkan data tentang keadaan lokasi Desa sentul kecamatam
Gringsing kabupaten Batang Tahun 2009.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian
dasar. Ia membedakannya dengan panafsiran, yaitu memberikan arti yang
signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan uraian dan hubungan di
antara dimensi-dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefmiskan analisis
data sebagi proses yang merinci usaha secar formal untuk menemukan dan
merumuskan hipotesis keija (ide) seperti yang disarankan oleh data dan
sebagai usaha untuk memberikan bantuan kepada tema dan hipotesis keija
itu.
Madrasah Diniyah, dan mendidik anak cukup dirumah saja yaitu orang
tua itu sendiri sebagai pendidik,
Jadi analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis keija yang
disarankan oleh data (Moleong, 1999 : 280)
a. Deduktif
Deduktif adalah proses pendekatan yang berangkat dari
kebenaran umum mengenai suatu fenomena (teori) dan
menggeneralisasikan kebenaran tersebut pada suatu peristiwa atau data
tertentu yang berciri sama dengan fenomena yang bersangkutan
(prediksi). Dengan kata lain deduksi berarti menyimpulkan hubungan
yang tadinya tidak tampak berdasarkan generalisasi yang sudah ada
(Azwar, 2007:40)
Pendekatan deduktif adalah berfikir dari suatu keadaan yang
abstrak kepada yang kongkret. Dengan kata lain deduktif adalah
kaidah umum dengan mengambil kesimpulan khusus.
Penerapan pendekatan deduktif dimaksud dalam penelitian ini
yaitu membnatu untuk menyimpulakn hal-hal yang bersifat umum
menjadi khusus atau kongkret dalam penelitian ini untuk
menyimpulakn hasil wawancara dan observasi yang dilakukan antara
lain tentang data persepsi masyarakat tentang pendidikan akhlak anak
usia dini, kondisi keagamaan masyarakat, dan model masyarakat
tentang pendidikan akhlak anak usia dini di Desa Sentul, Kecamatan
b. Induktif
Induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik
lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain induksi
adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil
pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan
atau suatu generalisasi (Saifuddin Azwar, 2007 : 40)
Pendekatan induktif dimaksud untuk membantu pemahaman
tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan
tema-tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Pendekatan ini jelas
dalam analisis data kualitatif.
Analisis data secara induktif ini digunakan karena beberapa
alasan antara lain :
1) Proses induktif lebih dapat menemukan kenyataan-kenyataan
jamak sebagai yang terdapat dalam kata.
2) Analisis induktif lebih dapaat membuat hubungan peneliti-
responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan akuntabel.
3) Analisis demikian lebih dapat membuat keputusan-keputusan
tentang dapat tidaknya pengalihan pada suatu latar lainnya.
4) Analisis induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang
mempertajam hubungan-hubungan.
5) Analisis demikian dapat memperhitungkan nilai-nilai secara
peksplisif sebagai bagian dari struktur analisis (Moleong, 1999 :
Adapun penerapan pendekatan induktif dalam penelitian ini
digunakan untuk mengorganisasikan faktor-faktor dan hasil observasi
dan wawancara yang dilakukan pada masyarakat Desa Sentul
Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang Tahun 2009. Yang meliputi
mengenai kondisi keagamaan, persepsi pendidikan akhlak bagi anak
usia dini, dan variasi model pendidikan akhlak bagi anak usia dini pada
masyarakat Desa sentul kecamatan Gringsing kabupaten Batang Tahun
2009.
c. Reduksi
Reduksi data ialah proses penelitian, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-
catatan yang tertulis di lapangan sesuai dengan tema yang diteliti. Data
yang diperoleh dan lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian
atau laporan yang terinci (Nasution, 2003 : 129)
Pada mulanya data yang diperoleh dikumpulkan dan
diindentifikasi secara sederhana yangsesuai dengan data yang
diperoleh yaitu tentang kondisi sosiokultural masyarakat. Persepsi
pendidikan akhlak anak usia dini pada masyarakat Desa Sentul,
Kecamatan Gringsing, Kabupaten Batang tahun 2009. Kemudian data-
data tersebut disusun secara teliti, sistematis dan terperinci dalam
d. Sintesis
Sintesis yaitu mengintegrasikan semua unsur baik dan
menyisihkan atau melengkapi semua unsur yang tidak memadai.
Sintesis itu tidak menambah pemahaman serba baru, melainkan
menyeimbangkan semua yang telah ditentukan (Bakker dan Akhmad
Charis Zubair, 1994 : 100)
Penerapan sintesis dalam penelitian ini yaitu menggabungkan
pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan pokok permasalahan
yakni mengenai pendidikan akhlak anak usia dini, dari hasil data-data
yang telah disusun secara sistematis yaitu tentang kondisi
sosiokultural, persepsi pendidikan akhlak anak usia dini, dan variabel
model pendidikan akhlak anak usia dini. Kemudian data-data tersebut
digabungkan dengan pengetahuan-pengetahuan yang berkaitan dengan
pokok permasalahan pendidikan akhak anak pada usia dini.
G. Sitematika Penulisan
BAB I : PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, penegasan istilah,
BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Kajian pustaka berisi tentang landasan teori yang membahas
tentang pendidikan akhlak, anak usia dini dan pendidikan akhlak
anak usia dini, dan berisi tentang telaah pustaka.
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Paparan data dan temuan penelitian berisi tentang paparan data
dan temuan penelitian yang meliputi kondisi keagamaan, persepsi
pendidikan akhlak anak usia dini, dan variasi model pendidikan
akhlak anak usia dini.
BAB IV : PEMBAHASAN
Pembahasan berisi tentang kondisi keagamaan masyarakat,
persepsi masyarakat pendidikan akhlak anak usia dini, dan variasi
model pendidikan akhlak anak usia dini.
BAB V : PENUTUP
A. Land asan Teori
1. Pendidikan Akhlak
a. Pendidikan
1) Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Anonim, UU Sisdiknas
2007:3)
Menurut Dewey pendidikan dalam pengertianya yang dasar
merupakan proses perwujudan diri secara utuh menyangkut aspek
fisik, intelektual, moral dan sosial (Soewandi dkk, 2005 : 23)
Dengan demikian pendidikan menurut penulis ialah dapat
disimpulkan bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh keluarga,
sekolah maupun masyarakat terhadap perkembangan akhlak,
moral, sosial, fisik, dan intelektual yang mendorong seseorang
mempunyai potensi menuju terbentuknya kepribadian yang
matang, yang berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan hadits.
Adapun batasan-batasan pendidikan menurut penulis
pendidikan dipandang dari segi pandang masyarakat dan segi
pandang individu.
a) Pendidikan segi pandang masyarakat berarti pewaris
kebudayaan dari generasi tua kepada generasi muda agar hidup
masyarakat itu tetap berkelanjutan.
b) Pendidikan segi pandang individu berarti pengembangan
potensi-potensi yang terpendam dan tersembunyi.
Pendidikan dalam Islam adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya,
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan
eksistensinya sebagai kholifah Allah di muka bumi, yang
berdasarkan kepada ajaran Al Qur'an dan sunnah.
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya
kepribadian yang utama (Mansur, 2007 : 84)
2) Jenis Pendidikan
Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada
kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan (Anonim,
a) Pendidikan formal
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi (Anonim, UU
Sisdiknas, 2007:5)
Pendidikan sebagaimana diharapkan oleh pendidik
adalah pendidikan yang dapat membantu pererta didik
memperoleh kebijaksanaan. Kebijaksanaan dalam pengertianya
adalah buah pertumbuhan yang seimbang antara pengetahuan
dan intelektual. Dengan demikian pendidikan formal
diharapkan dapat memberikan ruang kebebasan bagi peserta
didik untuk memperkembangkan minat, inisiatif dan imajinasi
kreatifnya dalam aktifitas diri atau aktifitas yang digerakkan
dari dalam hati (cita-cita) peserta didik.
b) Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan. Dalam kaitannya pendidikan informal, keluarga
merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan,
karena menurut Rasulullah fungsi dan peran orang tua akan
mampu membentuk arah keyakinan anak-anak mereka (Arifin,
c) Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan diluar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara struktur dan
beijenjang.
Pendidikan non formal berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan
sikap dan kepribadian professional (Anonim, UU Sisdiknas,
2007:20)
Dalam kaitannya jenis pendidikan dengan pendidikan
akhlak yaitu memiliki hubungan yang erat, karena pada hakikatnya
orang tua membutuhkan peranan orang lain untuk mendidik dan
membimbing anak baik di lembaga pendidikan formal maupun non
formal.
3) Tujuan pendidikan
Pendidikan bertujuan untuk perkembangan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab (Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 8)
Pendidikan mempunyai tujuan untuk membantu anak didik
agar berkembang menjadi manusia yang utuh, yang bahagia Oleh
menyempurnakan orang lain dan alamnya, maka pendidikan pun
hams membantu orang untuk berbaik dan berlelasi saling membantu
dengan orang lain dan juga mengembangkan alam dunia ini.
Driyakarta dalam Slamet Soewandi (2005 : 110)
mengungkapkan bahwa pendidikan itu bertujuan untuk
memanusiakan manusia, atau untuk membantu proses hominisasi
dan humanisasi. Artinya membantu orang muda untuk semakin
menjadi manusia, manusia yang berbudaya tinggi dan bernilai
tinggi.
Sedangkan tujuan pendidikan dalam islam mempunyai
peran Yang sangat penting, sebab pendidikan akan memberikan
standar arahan, batas ruang gerak, dan penilaian atas keberhasilan
kegiatan yang akan dilakukan oleh manusia, baik dalam perkataan
maupun perbuatan. Dalam Al-qur’an surat al mujadilah dijelaskan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al Mujadilah: 11) (Anonim,Al-Qur’an dan teijemahnya, 1999 : 910)
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pendidikan berhubungan dengan pendidikan akhlak. Karena
pendidikan manusia muda (anak) bukan hanya soal pendidikan dan
pengembnagan pengetahuan otak saja, tetapi baik dalam tingkah
laku selaku individu dalam kehidupan pribadinya maupun dalam
lingkungan serta alam semesta dimana manusia berada.
4) Ruang lingkup pendidikan
Kata pendidikan dipergunakan dalam bermacam-macam
pengertian. Pada umumnya pengertian pendidikan tergantung pada
kata-kata yang mengiringnya. Adapun ruang lingkup pendidikan
dalam penelitian ini antara lain pendidik, anak didik, metode dan
materi,
a) Pendidik
(1) Pengertian
Pendidik adalah komponen yang sangat penting
dalam sistem pendidikan, karena ia yang akan
mengantarkan anak didik pada tujuan yang telah ditentukan,
bersama komponen yang lain terkait dan lebih bersifat
komplementatif (Rosyadi, 2004 : 172)
Sedangkan Al-Ghozali mempergunakan pendidik
al-mudaris (pengajar), al-muadib (pendidik), dan al-walid
(orang tua). Oleh karana itu, pembahasan dalam bab ini,
meliputi semua istilah pendidik tersebut, yakni pendidik
dalam arti yang umum, yang bertugas dan bertanggung
jawab atas pendidikan dan pengajaran (Zainuddin, 1991 : 50)
Dalam Islam, orang yang paling bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik adalah orang tua (ayah
dan ibu) anak didik. Tanggung jawab itu disebabkan
sekurang-kurangnya oleh dua hal, pertama, karena kodrat
yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua.
Kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang
yang berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan
anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga
(Rosyadi, 2004: 174)
(2) Tugas Pendidik
Tugas pendidik dalam pandangan Islam secara
umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan
seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor,
kognitif, maupun potensi afektif. Potensi itu harus
dikembangkan secara seimbang sampai ketingkat setinggi
mungkin, menurut ajaran Islam. Karena orang tua adalah
pendidik pertama dan utama, maka inilah tugas orang tua
Adapun tugas pendidik dalam Islam antara lain;
(a) Mengetahui karakter murid
(b) Guru harus selalu berusaha meningkatkan keahlianya,
baik dalam bidang yang diajarkan maupun dalam cara
yang mengajarkanya.
(c) Guru harus mengamalkan ilmunya, jangan berbuat
berlawanan dengan ilmu yang diajarkanya (Rosyadi,
2004:180)
(3) Syarat pendidik
Syarat menjadi pendidik (guru) antara lain takwa
kepada Allah. Sebab pendidik adalah teladan bagi anak
didik, berilmu yaitu jika pendidikan pendidik (guru)
semakin baik maka makin tinggi pula derajatnya,
berkelakuan baik yaitu sebagai pendidik harus mempunyai
budi pekerti, sehat jasmani yaitu kesehatan seorang
pendidik sangat mempengaruhi untuk mendidik anak didik.
(4) Kompetensi pendidik
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan dan bertindak, kompetensi pendidik akan
perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi
sebagai guru (Suparlan, 2005 : 93)
Adapun kompetensi sebagai pendidik antara lain,
memiliki kepribadian sebagai pendidik, menguasai bahan
pelajaran, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan
penilaian (evaluasi).
Dengan demikian secara sederhana pendidik adalah
orang yang mengajar dan mendidik anak didik. Jadi seseorang
pendidik baik orang tua maupun guru hendaknya mengikuti
ajaran Rosulullah, maka ia tidak mencari upah, balas jasa dan
ucapan terima kasih dalam mengajarkan ilmu pengetahuan.
Tetapi maksud mengajar adalah mencari keridhoan Allah,
b) Anak didik
(1) Pengertian
Anak didik sebagai komponen pendidikan yang
tidak bisa terlepas dari sistem pendidikan, sehingga ada
aliran pendidikan yang menetapkan anak didik sebagai
pusat segala usaha pendidikan (Rosyadi, 2004 :192)
Al-Ghozali mempergunakan istilah anak dengan
beberapa kata seperti, al-shobiy (kanak-kanak),
al-mutaallim (pelajar), dan tolibul ilmi (penuntut ilmu
pengetahuan). Oleh karena itu istilah anak didik disini dapat
perbuatan secara profesional dalam menjalankan fungsi
sebagai guru (Suparlan, 2005 : 93)
Adapun kompetensi sebagai pendidik antara lain,
memiliki kepribadian sebagai pendidik, menguasai bahan
pelajaran, melaksanakan bimbingan dan melaksanakan
penilaian (evaluasi).
Dengan demikian secara sederhana pendidik adalah
orang yang mengajar dan mendidik anak didik. Jadi seseorang
pendidik baik orang tua maupun guru hendaknya mengikuti
ajaran Rosulullah, maka ia tidak mencari upah, balas jasa dan
ucapan terima kasih dalam mengajarkan ilmu pengetahuan.
Tetapi maksud mengajar adalah mencari keridhoan Allah,
b) Anak didik
(1) Pengertian
Anak didik sebagai komponen pendidikan yang
tidak bisa terlepas dari sistem pendidikan, sehingga ada
aliran pendidikan yang menetapkan anak didik sebagai
pusat segala usaha pendidikan (Rosyadi, 2004 : 192)
Al-Ghozali mempergunakan istilah anak dengan
beberapa kata seperti, al-shobiy (kanak-kanak),
al-mutaallim (pelajar), dan tolibul ilmi (penuntut ilmu
pengetahuan). Oleh karena itu istilah anak didik disini dapat
jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan
obyek utama dari pendidikan (dalam arti yang luas)
(Zainuddin, 1991 : 192)
(2) Sifat individu anak didik
Adapun dalam sifat-sifat umum anak didik antara
lain, anak bukan miniatur orang dewasa, anak didik
mengikuti fase-fase perkembangan tertentu, anak didik
mempunyai pola perkembangan sendiri, anak didik harus
melaksanakan perkembangan yaitu tugas yang harus
diselesaikan oleh individu dalam tiap-tiap fase
perkembangan, anak didik mempunyai kebutuhan antara
lain, kebutuhan kasih sayang, rasa aman, rasa harga diri,
kebebasan, sukses dan kebutuhan ingin tahu, anak didik
merupakan makhluk aktif dan kreatif.
(3) Karakteristik anak didik
Anak didik memiliki karakteristik tertentu yaitu,
belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik (guru), masih
menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya
sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik, dan
memiliki sifat-sifat dasar manusia yang sedang berkembang
secara terpadu yaitu kebutuhan biologis, rohani, sosial,
untuk bekeija, latar belakang sosial, latar belakang biologis,
serta perbedaan individual (Dj amarah,
2000 :52)
c) Metode
(1) Pengertian
Metode mengajar adalah jalan seorang guru untuk
memberi paham kepada murid-muridnya dan merubah
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan-tujuan yang
diinginkan (Rosyadi, 2004 : 210)
(2) Kedudukan metode dalam pendidikan Islam
Dalam proses pendidikan Islam, metode mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai
tujuan, karena ia menjadi sarana yang melaksanakan materi
yang tersusun dalam kurikulum pendidikan sedemikian rupa
sehingga dapat dipahami oleh anak didik menjadi
pengertian yang fungsional dalam tingkah lakunya
(Rosyadi, 2004 : 211)
Dengan demikian metode merupakan cara yang
digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi
kepada anak didik. Adapun metode mengajar yang
digunakan anara lain, metode ceramah, metode Tanya
d) Materi
Dalam proses belajar mengajar itu ada isi (materi)
tertentu yang releven dengan tujuan pengajaran. Dengan
demikian harus ada keterpautan terus menerus antara koponen
yang satu dengan yang lain.
Kemampuan dasar membaca, menulis, menghafalkan
bagi usia anak-anak memiliki fungsi fundamental utuk dapat
mempelajari berbagai ilmu pada jenjang pendidikan.
Maka jelaslah bahwa anak-anak perlu dan wajib
menerima bermacam ilmu pengetahuan dasar sebagai alat
untuk mengembangkan daya ingatan, akal pikiran dan bakat
mereka, dan agar dapat menguasai ilmu pengetahuan tersebut
untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai
dasar untuk memperdalam ilmu pengetahuan berikutnya atau
bahkan sebagai dasar pandangan dan pegangan hidup nantinya
(Zainuddin, 1991 :74)
Jadi materi pendidikan merupakan alat pendidikan yang
dapat mepermudah dalam pencapaian suatu tujuan pendidikan.
5) Tanggung jawab pendidikan
a) Orang tua (keluarga)
Peranan orang tua bagi pendidikan anak adalah
memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar,
seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika,
dan menanamkan kebiasaan yang baik. Selain itu, peranan
keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkahlaku yang
sesuai dengan yang diajarkan disekolahan. (Hasan, 2009 : 19)
b) Masyarakat
Dalam UU sistem pendidikan nasional pasal 8 dan 9
dijelaskan;
(1) Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi progam
pendidikan.
(2) Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan.
(Anonim, UU Sisdiknas, 2007 : 11)
Dengan demikian pendidikan merupakan tanggung jawab
masyarakat. Masyarakat berperan serta dalam penyelenggaraan
pendidikan, oleh karena itu masyarakat merupakan lapangan
pendidikam setelah orang tua (keluarga).
c) Pemerintah
Dalam UU sistem pendidikan nasional pasal 10 dijelaskan :
Pemerintah dan pemerintah daerah berhak mengarahkan,
membimbing, membantu, dan mengawasi penyelnggaraan
pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
Maka pemerintah berperan penting dan bertanggung
jawab atas keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan untuk
setiap warga Negara.
b. Akhlak
1) Pengertian akhlak
Secara etimologi akhlak bentuk jamak dari kata khuluk
yang berarti budi pekerti, perangi, tingkah laku, atau tabiat. Dari
pengertian etimologi ini, akhlak bukan saja merupakan tata aturan
atau norma prilaku yang mengatur hubungan antar sesama
manusia, tetapi juga norma yang mengatur hubungan manusia
dengan Tuhan dan bahkan dengan alam semesta (Azmi, 2006 : 40)
Sedangkan menurut termologi kata budi pekerti (akhlak)
yang terdiri dari kata budi dan pekerti, “budi” ialah yang ada pada
manusia, yang berhubungan dengan kesadaran, yang didorong oleh
pemikiran, ratio, yang disebut karakter, “pekerti” ialah apa yang
terlihat pada manusia, karena didorong oleh perasaan hati, yang
disebut behavior. Jadi budi pekerti adalah merupakan perpaduan
dari hasil ratio dan rasa yang bermanivestasi pada karsa dan
tingkahlaku manusia (Djatmiko, 1996: 26)
Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dulu (Mansur,
%
oik
"Perangai itu ialah keadaan gerak jiw a yang mendorong kearah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran" (Djatmiko, 1996:27)
Menurut Al Ghazali, akhlak adalah suatu sifat yang
tertanam dalam jiwa, dari sifat itu timbul perbuatan-perbuatan
dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
lebih dulu (Mansur, 2007 : 222)
(jc - Aj jA ( jc .
i^Gc. (jjliJla
j i j j j
"Khuluk, perangi ialah suatu sifat yang tetap pada jiw a, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak
membutuhkan kepada pikiran" (Djatmiko, 1996 : 27)
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk
perilaku. Adapun contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman
kepada anaknya ialah:
(1) Akhlak anak terhadap orang tua.
(2) Akhlak terhadap orang lain.
(3) Akhlak dalam penampilan diri (Daradjat, 1995 :58)
Akhlak yang baik adalah tujuan setiap agama dan setiap
aliran filsafat, karena dengan akhlak yang baik, akan tercipta
kebaikan dan perdamaian dalam masyarakat maupun dalam diri
2) Macam-macam akhlak
a) Akhlakul karimah (akhlak yang baik)
Menurut Al-Ghozali, bahwa akhlak yang baik itu hanya
dapat dicapai dengan empat syarat yaitu; tenaga ilmu, tenaga
amarah, tenaga syahwat (keinginan), dan tenaga keadilan antara
ketiga tersebut.
Adapun tenaga ilmu ialah dengan mudah mengetahui
perbedaan antara yang benar dan yang dusta dalam perkataan
dan antara yang hak dan yang batil dalam kepercayaan dan
antara yang indah dan yang keji dalam perbuatan.
Tenaga amarah haruslah tunduk menurut kehendak
hikmah. Sedangkan syahwat harus tunduk di bawah isyarat
khikmah, yaitu isyarat akal dan syara’. Begitu juga tenaga
keadilan ialah marem (mengengkang) syahwat dan amarah,
supaya menurut isyarat dan syara’ (Yunus, 1992 : 144)
Maka akhlak yang mulia dalam Islam adalah
melaksanakan kewajiban-kewajiban menjauhi segala larangan
memberikan hak kepada yang mempunyainya, baik yang
berhubungan dengan Allah maupun yang berhungan dengan
makhluk, baik diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dengan
sebaik-baiknya seakan-akan melihat Allah. Hums yakin bahwa
Allah selalu melihatnya, sehingga perbuatan itu benar-benar
b) Akhlakul madzmunah (akhlak yang tercela)
Akhlak yang tercela adalah perbuatan dan perkataan
yang keluar dari dari seseorang. Akhlak tercela dan jahat
adalah penyAkit jiwa, penyakit batin, penyakit hati. Orang
yang tanpa penyakit jiwa akan kehilangan makna hidup yang
hakiki, hidup yang abadi (Hamka, 1992 :1)
Dengan demikian kuat atau lemahnya iman seseorang
dapat diukur dan diketahui dari prilaku akhlaknya. Karena iman
yang kuat mewujudkan akhlak yang baik dan mulia, sedang
iman yang lemah mewujudkan akhlak yanh jahat dan buruk
laku, mudah terkilir pada perbuatan keji yang merugikan
dirinya sendiri dan orang lain.
3) Ruang lingkup akhlak
a) Akhlak terhadap Allah
Akhlak terhadap Allah dapat diartikan sebagai sikap
atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia
sebagai makhluk kepada Tuhan sebagai kholik.
Adapun alasan manusia berakhlak kepada Allah antara
lain; pertama, karena Aliahlah yang menciptakan manusia.
Kedua, karena Aliahlah yang memberikan perlengkapan panca
indra berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran, dan hati
sanubari. Ketiga, Aliahlah yang telah menyediakan berbagai