• Tidak ada hasil yang ditemukan

Edisi Dua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Edisi Dua"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

No. 3 Edisi Desember 2013

LAPORAN UTAMA 5

WAWANCARA 38

LAPORAN KHUSUS 32

Koreksi bersama dalam satu forum dihadiri oleh Hakim Agung, Panitera Pengganti, Panitera Muda, dan Operator. Di Hotel Aryaduta, 11-13 November 2013.

Dr. Mohammad Saleh S.H., M.A.: “Hakim Harus Belajar Terus- Menerus dan Tahan Godaan”

Para hakim empat lingkungan peradilan mengikuti Mu-nas Ikahi XVII di Denpasar, Bali.

KONFERENSI PERS

Capaian MA di Tahun 2013 ...36

DHARMAYUKTI Melindungi Keluarga dari Bahaya Narkoba ... 46

Bermain Sambil Peduli dengan Lingkungan? Bisa Kok! ... 47

BUKU Perjalanan Panjang Peradilan Umum di Jakarta ... 48

Hukum Harus Selalu Dinamis ... 50

PUSTAKA Peneliti dan Mahasiswa: Pengunjung Potensial Perpustakaan ... 52

Membangun Masyarakat Cinta Perpustakaan ... 54

TIRTA Pembawa Damai Dalam Kegaduhan ... 56

Tuhan Melawat Umat-Nya ... 58

KOLOM Informasi Perkara Dalam Genggaman ... 60

Pelayanan Publik ... 62

“Perbuatan Melawan Hukum” dalam Tipikor pada Putusan MA ... 64

BERANDA Pola Karir dalam Jabatan Fungsional ... 69

Sidang Pleno Akhir Tahun ... 72

RAGAM Pelantikan Kepala Badan Pengawasan MA ... 74

Kunjungan Perwakilan Mahasiswa Hukum ... 75

Empat Hakim Agung Perkuat Formasi MA di tahun 2013 ... 76

MA Raih Peringkat Pertama Integritas Sektor Publik Tahun 2013 ... 77

Bersama Ketua PN Denpasar ... 78

SISTEM INFORMASI Pengembangan SIMARI Terpadu ... 80

TOKOH Terganjal Anggaran ... 86

(4)

SALAM REDAK SI

Edisi Akhir Tahun

Assalamualaikum wr.wb.

Redaksi bersyukur kepada Allah SWT karena majalah Mahkamah Agung edisi ketiga telah sampai ke tangan pembaca.

Tahun 2013 merupakan tahun yang membahagiakan, banyak capaian yang diraih Mahkamah Agung baik pada bidang kesekretariatan maupun kepaniteraan bukti roda pembaruan terus berjalan.

Ada dua hal besar yang sekarang sedang diupayakan penyelesaiannya oleh Mahkamah Agung. Pertama, lambatnya penyelesaian perkara. Kedua, lamanya putusan sampai ke tangan pihak yang berperkara.

Sebuah kelompok bentukan Ketua MA, yaitu Kelompok Kerja Manajemen Perkara, yang terus menyuarakan sistem membaca berkas secara bersama, tidak bergiliran lagi seperti cara lama. Ada SK Ketua MA Nomor 119/KMA/SK/ VII/2013. Apa dan bagaimana implementasinya dua unsur ini terhadap manaje-men perkara, kami kemas dalam Laporan Utama.

Untuk mendukung Laporan Utama, kami mewawancarai Panitera dan Ke-tua Pokja yang juga KeKe-tua Kamar Perdata, Dr. Suwardi, S.H.,M.A. Sedangkan wawancara utama kami pilih Wakil Ketua MA bidang Yudisial, agar pembaca mendapat informasi lengkap tentang dua wakil yang dimiliki Ketua Mahkamah Agung.

Salah satu strategi percepatan penyelesaian perkara di MA adalah penga-dilan tingkat pertama, apakah sudah efektif dalam memanfaatkan fasilitas IT yang disediakan oleh MA. Oleh sebab itu, Redaksi mengangkat PN Denpasar dan PN Balikpapan sebagai sumber di hulu.

Redaksi merasa perlu menyajikan Munas IKAHI yang diselenggarakan akhir Oktober lalu. Pembaca bisa mendapat info: Apa sikap IKAHI terhadap kehidupan hukum ke depannya.

Edisi pertama Majalah Mahkamah Agung terbit pada Mei 2013. Dengan segala keterbatasannya akhirnya sampai pada edisi ketiga. Redaksi bersyukur cukup mendapat apresiasi dari pembaca, baik dari lingkungan Mahkamah Agung dan peradilan di bawahnya maupun dari masyarakat peduli hukum dan peduli media. Berharap di tahun 2014 Majalah Mahkamah Agung terus eksis dengan isi dan tampilan yang lebih baik. Redaksi selalu menerima saran dan kritik untuk kemajuan majalah ini.

Mari kita sambut tahun 2014 dengan semangat dan harapan baru. Seluruh jajaran Redaksi mengucapkan Selamat Natal 2013 bagi pembaca yang meraya-kannya dan Selamat Tahun Baru 2014.

Wassalamu’alaikum wr.wb. Ridwan Mansyur

PELINDUNG

DR. H.M. HATTA ALI, SH., MH. DR. H. MOHAMMAD SALEH, SH., MH. DR. H. AHMAD KAMIL, SH., M.Hum.

PEMBINA

WIDAYATNO S. HARDJONO, SH., MSC. NURHADI, SH.,MH.

DR. DRS. ACO NUR, MH.

PENANGGUNG JAWAB

KEPALA BIRO HUKUM DAN HUMAS MAHKAMAH AGUNG RI

PEMIMPIN REDAKSI

DR. RIDWAN MANSYUR, SH.,MH.

REDAKSI

JOKO UPOYO PRIBADI, SH. M.E.R HERKI ARTANI R, SH.,MH.

SEKRETARIS REDAKSI

DEWA NYOMAN SWASTIKA, SH.,MSi.

FOTOGRAFER

DEVI SUGARA PEPPY NOFRIANDI SONNY FEBIANTO

KONTRIBUTOR DAERAH

PENGADILAN NEGERI BANDA ACEH PENGADILAN NEGERI MAKASAR

BIRO HUKUM DAN HUMAS BADAN URUSAN ADMINISTRASI MAHKAMAH AGUNG RI

Jl. Merdeka Utara No. 9-13 JAKARTA 10010

(5)

SAYA dari Pengadilan Tinggi Jayapura mengucapkan selamat atas ter-bitnya Majalah Mahkamah Agung. Semoga terus berkembang. Saya berharap agar liputan dan berita yang dimuat dalam majalah ini merata di badan peradilan seluruh Indonesia. Termasuk badan peradilan yang berada di ujung timur Indonesia, khususnya di Papua dan Papua Barat. Selain itu, kiranya jumlah eksemplar majalah Mahkamah Agung juga diperbanyak, misalnya setiap pengadilan mendapatkan lebih dari 2 ek-semplar. Hal ini dimaksudkan agar semakin banyak orang di lingkungan peradilan yang membacanya, baik hakim, pengunjung, staff, dll. Terima kasih.

Tom m y K .I . M e de llu, S.H ., Panitera Muda Pidana Pengadilan Tinggi Jayapura

Terima kasih atas ucapan selamat dan apresiasi Anda. Liput an dan berita MMA akan diusahakan meliputi seluruh empat peradilan di bawah Mahkamah Agung. Sebelum tim redaksi Majalah Mahkamah Agung (MMA) sampai ke Papua, jika ada hal yang menarik di lingkungan peradilan di Papua, kami berharap Anda ataupun yang lainnya mengirimkan tulisan ke Redaksi MMA. Jika cocok dan memenuhi syarat, tulisan itu akan kami muat. Redaksi akan mengirimkan dua eksemplar MMA ke Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Ne-geri Kelas I A. - Redaksi

Law Ofice Makugawene dan LBH D’sula menyampaikan apresiasi ser -ta menyambut hangat a-tas diterbitkannya Majalah Mahkamah Agung sebagai media komunikasi, bukan saja untuk kalangan praktisi hukum, tetapi juga untuk masyarakat pemerhati hukum, bahkan untuk pada masyarakat luas pada umumnya. Diharapkan dari majalah ini masya-rakat mendapat informasi tentang kiprah Mahkamah Agung RI sebagai benteng terakhir dalam penentu keadilan.

Dr. Ra djik a n Pa lopia n, SH .,M Si, Ternate, Maluku Utara

Terima kasih atas apresiasi dan sambutan hangat Anda. Harapan Anda sesuai dengan tujuan diterbitkannya MMA, antara lain sebagai sarana komunikasi, khususnya yang ber-kaitan dengan aktivitas dan kinerja Mahkamah Agung serta seluruh jajarannya dan empat peradilan di bawahnya. MMA menjadi bagian yang menyehatkan kinerja MA yang begi-tu berat beban begi-tugasnya sebagai ‘gerbang terakhir pencari keadilan’. - Redaksi

Saya menyampaikan ucapan selamat atas diterbitkannya media komuni-kasi Mahkamah Agung, yaitu majalah Mahkamah Agung. Saya berharap agar media ini dapat lebih mendekatkan para pencari keadilan dengan Mahkamah Agung RI. Mudah-mudahan penerbitan majalah ini dapat ber-jalan lancar dan berkesinambungan.

Saya usul ada rubrik khusus yang menyampaikan permasalahan hukum yang dihadapi oleh masyarakat di daerah, khususnya yang beperkara di tingkat peradilan pertama (Pengadilan Negeri) dan di tingkat banding (Pengadilan Tinggi), sebagai bentuk kontrol sosial dari masyarakat pencari keadilan. Dengan demikian, ke depan akan terpola hakim yang berprestasi dan berkinerja baik yang pantas mendapatkan penghargaan. Sementara

hakim yang berperilaku buruk segera ditindak secara objektif dan berim-bang sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Kiranya Tuhan memberkati seluruh pengelola majalah Mahkamah Agung. Amin.

M a t ius Dj. N doda , S.H ., advokat, Tangerang

Terima kasih atas ucapan selamat Anda. Usul Anda bagus sekali. Redaksi akan mempertimbangkannya pada penerbit-an berikutnya. - Redaksi

Saya sebagai alumni fakultas hukum yang berkunjung ke pengadilan agama di Banten sangat senang bisa membaca majalah Mahkamah Agung. Saya pun mengapresiasi laporan utama atas transparansi me-ngenai anggaran MA yang dimuat pada edisi lalu. Saya berharap bu-kan hanya anggaran saja yang dapat diketahui oleh publik, namun juga keterbukaan mengenai perkara-perkara di MA juga perlu dimuat, agar masyarakat lebih mengetahui bagaimana tahapan penanganan perka-ra ditangani. Kemudian agar kiperka-ranya ditambahkan rubrik atau konten tentang igure of the edition (sosok edisi ini), tentunya tokoh yang berkecimpung dalam bidang hukum. Besar harapan saya, semoga bisa terbit setiap bulan dan mampu bertahan seterusnya. Terima kasih.

I lha m , FH Untirta Banten

Terima kasih atas apresiasi Anda. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa menggunakan desk info MA melalui CTS/SIPP. Anda juga bisa membaca MMA edisi ketiga ini, karena re-daksi mengangkat manajemen perkara sebagai laporan uta-ma. - Redaksi

Sebagai pemerhati media, saya mengapresiasi Mahkamah Agung yang notabenenya sebagai institusi tinggi negara untuk keadilan sudah memiliki media internal berupa majalah. Semoga majalah ini menja-di wadah keterbukaan informasi yang berkaitan dengan hukum dan keadilan.

Setelah membaca 2 edisi yang lalu, saya menjadi tahu bahwa ternyata perpustakaan MA memiliki koleksi buku-buku hukum yang cukup leng-kap, sehingga bisa menjadi referensi hukum yang lengkap pula. Saya usul agar ditampilkan juga gambar ilustrasi, bukan hanya beru-pa foto, agar majalah semakin menarik. Semoga majalah ini menja-di wadah keterbukaan informasi yang berkaitan dengan hukum dan keadilan.

SU CI , alumni Fisip, Komunikasi Massa, Universitas Tirtayasa, Banten

Terima kasih Anda telah membaca MMA. Semoga terus up-date pada terbitan-terbitan MMA selanjutnya. Usul Anda menginspirasi Redaksi untuk edisi berikutnya. - Redaksi

(6)

M uha m m a d Andi, Jakarta

Gayung bersambut antara keinginan Anda dan Laporan Uta-ma MMA edisi ketiga ini yang memuat antara lain beberapa artikel tentang manajemen perkara. Untuk lebih jelasnya, silakan membaca MMA edisi ini. Terima kasih atas ucapan selamat Anda. - Redaksi

Selamat atas terbitnya Majalah Mahkamah Agung. Saya usul, ada baiknya jika ada pengamat hukum/narasumber dari luar Mahkamah Agung untuk menulis artikel yang memberikan masukan untuk MA dan lembaga peradilan lainnya. Supaya ada komunikasi yang interaktif an-tara institusi peradilan dan masyarakat.

M ur nia t i, pemerhati media hukum, Jakarta

Usul yang bagus. Redaksi akan mempertimbangkannya. Te-rima kasih atas ucapan selamat Anda. - Redaksi

Saya ikut bersyukur atas terbitnya majalah Mahkamah Agung, semoga bisa menjadi media informasi, edukasi, peningkatan kreativitas, dan khazanah keilmuan bagi pembaca, khususnya warga peradilan. Saya mengusulkan adanya rubrik khusus tanya jawab masalah hu-kum dan administrasi peradilan untuk menambah pengetahuan dan wawasan sebagai upaya peningkatan kinerja bagi aparatur peradilan, dalam rangka mewujudkan cita-cita Reformasi Birokrasi Menuju Badan Peradilan yang Agung.

Agung Ridw a n Sa ni, S.H ., Pengadilan Tinggi Agama Yogya-karta

Usul Anda sangat bagus. Semoga bisa direalisasikan untuk edisi-edisi berikutnya. Terima kasih. - Redaksi

Selamat atas terbitnya Majalah Mahkamah Agung. Semoga terus berkembang, baik isi beritanya maupun jumlah eksemplarnya. Selain itu dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi dalam pelaksanaan

tugas sehari-hari.

Lilik Sriha r t a t i, Sekretaris Bawas, MA-RI

Terima kasih atas ucapan selamat Anda. Harapan Anda se-moga bisa terwujud pada edisi-edisi berikutnya. Jumlah ek-semplar akan ditambah untuk edisi ketiga. - Redaksi

Redaksi menerima artikel ilmiah tentang hukum dan laporan kegiatan di lingkungan peradilan. Naskah harus asli dan belum pernah dimuat di media manapun. Naskah dikirim ke alamat redaksi:

Perpustakaan Mahkamah Agung RI Jl. Medan Merdeka Utara no. 9-13

JAKARTA 10010

Telepon: 3843348, 3810350, 3457661

(7)

2013, Tahun Bahagia

Mahkamah Agung

JUDUL di atas betul. Tahun 2013 banyak capaian dan prestasi yang sudah dicapai Mahkamah Agung. Baik dari bidang kesekretariatan maupun bidang kepaniteraan.

Kesekretariatan

Pada 31 Oktober 2013, Mahkamah Agung mendapat penghargaan dari Kementerian Keuangan sebagai juara ketiga dalam kinerja pengelolaan barang milik Negara da-lam kategori Sertiikat Barang Milik Negara untuk kelompok Kementerian/Lembaga dengan jumlah unit kuasa penggu-na barang lebih dari satuan kerja.

Beberapa bulan sebelumnya, dalam laporan keuang-an, MA meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (laporan lengkap baca Majalah Mahkamah Agung edisi 1 dan edisi 2).

Prestasi bidang kesekertariatan selengkapnya dapat dibaca dalam laporan konferensi pers MA tgl 30 Desember 2013 (hlm. 36).

Kepaniteraan

Untuk edisi ketiga ini, laporan utama difokuskan pada bidang kepaniteraan. Itu karena semua usaha yg dilaku-kan MA bermuara pada penyelesaian perkara. Bagaimana perkara kasasi dan peninjauan kembali yang masuk ke MA bisa cepat diputus, serta bagaimana putusannya cepat sampai ke pihak yang berperkara, semuanya masuk dalam bagian manajemen perkara.

Mahkamah Agung terus berupaya untuk memper-cepat penyelesaian perkara. Untuk itu Ketua MA telah mengeluarkan beberapa SK. Mulai dari SK Ketua MA Nomor 138/KMA/SK/IX/2008 tanggal 11 September 2009 tentang Jangka Waktu Penanganan Perkara di Mahkamah Agung, SK Nomor 142/KMA/SK/IX/2011 tentang Pedoman Penerapan Sistem Kamar di MA, SK Nomor 017/KMA/SK/ II/2012 tentang Perubahan Pertama SK KMA Nomor 142/ KMA/SK/IX/2011, sampai pada SK KMA Nomor 119/KMA/ SK/VII/2013 tentang Penetapan Hari Musyawarah dan

(8)

LAPORAN U TAM A

Ucapan pada MA.

Lebih dari setengah abad MA memberlakukan sistem penanganan perkara dengan membaca bersama. Sejak tanggal 1 Agustus 2013 sistem tersebut mulai ditinggalkan. Menyusul perubahan besar dalam sistem penanganan perkara yang dipicu oleh SK KMA Nomor 119/KMA/SK/ VII/2013 tentang Penetapan Hari Musyawarah dan Ucap-an pada MA. Oleh sebab itu, Asep Nursobah (Redaksi MMA, Hakim Yustisial, dan Koordinator Data dan Informasi Kepaniteraan) menurunkan tulisan dengan judul ‘Empat Lembar yang Membawa Perubahan Besar di Mahkamah Agung’ sebagai artikel utama dalam Laporan Utama (hlm. 7) serta dua tulisan artikel pendukung (hlm. 14 & 16)

SK KMA Nomor 119/2013 benar-benar ‘revolusioner’. SK ini memaksa MA keluar dari comfort zone (memeriksa berkas bergiliran), menggantinya dengan membaca ber-kas secara serentak/bersamaan. Langkah ini sangat bera-ni karena wacana perubahan sistem ibera-ni telah lama bergulir, bahkan tertuang dalam SK Sistem Kamar, namun “tidak be-rani” dieksekusi. Bayangkan saja, setelah setengah abad berada di zona nyaman, MA dipaksa menjalani sistem baru yang berbeda. Semua pihak yang terkait dengan proses pemeriksaan perkara dituntut untuk beradaptasi dengan sistem ini. Ada tujuh diktum yang terkandung dalam SK KMA Nomor 119/2013. Secara lengkap disajikan sebagai artikel pendukung dalam Laporan Utama (hlm. 10).

Perubahan besar oleh MA tentunya harus mendapat

dukungan dari pengadilan tingkat pertama. “Dukungan tersebut dalam bentuk kepatuhan mengirimkan dokumen elektronik, karena pembacaan berkas oleh hakim agung diarahkan pada e-reading (pembacaan elektronik),” de-mikian disampaikan Panitera Mahkamah Agung, Soeroso Ono. Ia pun meminta seluruh pengadilan untuk menggu-nakan aplikasi komunikasi data Direktori Putusan.

Sistem ini lebih efektif dan memiliki nilai plus diban-ding menggunakan media lain CD atau e-mail misalnya. Penelusuran Redaksi terhadap aktivitas upload dan komu-nikasi data dari pengadilan menunjukkan fakta yang cukup menggembirakan (selengkapnya baca hlm. 18).

Menyangkut penyelesaian perkara, Kepaniteraan MA terus berinovasi untuk menyelesaikan tiga isu utama yang dihadapi MA. Pertama, lambatnya penyelesaian perkara (delay); kedua, sulitnya mengakses informasi pengadilan (access); dan ketiga, integritas aparatur peradilan (integri-ty). Kepaniteraan MA mengatasinya dengan sederet kebi-jakan inovatif berbasis teknologi informasi.

Semua terobosan di atas diharapkan dapat menyele-saikan persoalan, khususnya dalam bidang penyelesaian perkara yang terangkum dalam sistem manajemen per-kara. Dan pada akhirnya, semua usaha Mahkamah Agung dapat melayani masyarakat pencari keadilan.

Harapan masyarakat akan proses peradilan modern dan berbiaya murah segera terwujud. Semoga.

(AN/MMA)

(9)

SK K M A 1 1 9 /2 0 1 3 :

Empat Lembar yang Membawa

Perubahan Besar

KAPAN sebuah perkara di Mahkamah Agung akan diputus? Ini pertanyaan yang sangat sulit di-jawab. Apalagi kalau jawaban yang diinginkan harus menunjuk hari dan tanggal tertentu.

Sulitnya mengetahui hari musya-warah dan ucapan suatu perkara yang ditangani MA dipicu oleh sistem pemeriksaan perkara yang dianutnya. MA menganut sistem pemeriksaan berkas perkara secara bergiliran. Diawali dari hakim agung Pembaca 1 (P-1), kemudian Pembaca 2 (P-2), baru ditetapkan hari musyawarah ucapan setelah berkas “berpindah” ke Pembaca 3 (P-3, ketua majelis). Sistem ini telah dianut sejak lemba-ga kekuasaan kehakiman tertinggi di negeri ini berdiri, 68 tahun yang lalu.

Dalam sistem membaca berkas bergiliran, kecepatan suatu perkara diputus sangat tergantung kepada kecepatan anggota majelis menu-angkan pendapatnya di adviseblad. P-2 tidak bisa memberikan pendapat apabila P-1 belum berpendapat. De-mikian juga Ketua Majelis (P-3) be-lum bisa menetapkan kapan per kara yang ditanganinya tersebut dipu-tus apabila P-2 belum memberikan pendapatnya. Walhasil, jangka wak-tu pemeriksaan perkara pun diliputi ketidakpastian dan saling ketergan-tungan.

Sebenarnya MA telah berupaya meminimalisasi ketidakpastian waktu pemeriksaan perkara dengan

mener-bitkan SK KMA 138/KMA/SK/IX/2008 tanggal 11 September 2009 tentang Jangka Waktu Penanganan Perkara di Mahkamah Agung. Dalam diktum ketiga huruf C diatur jangka waktu majelis hakim agung dalam meme-riksa perkara.

Meskipun SK KMA tersebut te-lah secara limitatif mengatur jangka waktu bagi majelis hakim untuk me-meriksa perkara, namun angka-ang-ka yang menunjukangka-ang-kan batasan waktu dalam aturan tersebut tidak berdaya untuk memaksa majelis menyele-saikan pendapatnya sesuai durasi yang ditetapkan. Monitoring terhadap kepatuhan pun terasa sangat sulit. Bukan saja karena beban perkara yang ditangani sangat tinggi (melam-paui angka 20.000 per tahun), namun juga pergerakan berkas dari P-1, P-2 dan P-3 tidak terekam oleh sistem in-formasi. Selain itu, karena tidak ada

majelis tetap, kedudukan seorang hakim agung dalam majelis pun ber-beda untuk masing-masing perkara. Dalam satu perkara, ia bisa menjadi P-1 namun di perkara lain ia menjadi P-2 bahkan P-3.

(10)

meng-LAPORAN U TAM A

gunungnya perkara yang ditangani para hakim agung.

Akan tetapi wacana tentang hi-jrah dari cara membaca bergiliran ke membaca bersama terus digulirkan. Upaya ini akhirnya menunjukkan ha-sil. Dalam SK KMA Nomor 017/KMA/ SK/II/2012 tanggal 3 Februari 2012 tentang Perubahan Pertama SK KMA Nomor 142/KMA/SK/IX/2011 tentang Pedoman Penerapan Sistem Ka-mar di Mahkamah Agung, ketentuan membaca bersama mulai diberlaku-kan. Hal ini dapat dilihat dalam Lam-piran I angka rumawi IV yang berjudul Pemeriksaan Perkara dalam Majelis Hakim Agung, sebagai berikut:

Meskipun sistem membaca berkas serentak atau bersama telah mendapat legitimasi yuridis melalui SK KMA Nomor 017/KMA/SK/II/2012 yang berlaku mulai tanggal 3 Fe-bruari 2013, namun ternyata hingga pertengahan 2013 (1,5 tahun sejak SK lahir), belum ada perubahan da-lam sistem membaca berkas. Semua majelis dalam setiap kamar masih kompak menggunakan sistem lama dalam membaca berkas. Membaca secara bergiliran!

Berawal dari Rapim

Juni 2013, Ketua MA menggelar Rapat Pimpinan dengan agenda uta-ma evaluasi kinerja penanganan per-kara. Dalam acara tersebut, Panitera MA, Soeroso Ono, memaparkan keadaan perkara periode Janu-ari-Mei 2013. Dikatakannya, perka-ra yang diterima MA pada periode Januari-Mei 2013 berjumlah 5.359 perkara, sedangkan perkara yang diputus pada periode tersebut ber-jumlah 4.372 perkara. “Dibandingkan perkara putus, lebih banyak perka-ra masuk. Keadaan ini menjadikan jumlah sisa perkara jadi meningkat,” jelas Soeroso Ono.

“Jika dirata-ratakan, setiap bu-lannya ada selisih 197 perkara. Jika ini dibiarkan, maka sisa perkara akhir tahun bisa menyentuh angka 12.000-an. Padahal di akhir tahun 2011, sisa perkara sudah turun di level 7.600-an,” imbuh Panitera.

Satu upaya ditawarkan Panitera untuk mendorong peningkatan pro-duktivitas dalam memutus perkara. Yaitu “menghidupkan” sistem mem-baca berkas bersama atau memmem-baca serentak yang telah diatur dalam SK KMA Nomor 017/KMA/SK/II/2012. Sistem ini diyakini Panitera bisa men-jadi obat mujarab untuk meningkat-kan produktivitas MA dalam memutus perkara.

Ada dua alasan yang membuat Panitera yakin sistem “membaca se-rentak” ampuh untuk mendongkrak produktivitas. Pertama, hilangnya ketidakpastian dan saling ketergan-tungan dalam proses memberikan pendapat di antara para anggota majelis. Kedua, hari musyawarah dan ucapan sudah ditentukan di awal

oleh Ketua Majelis ketika ia meneri-ma berkas perkara. Cara ini akan mendatangkan kepastian waktu da-lam pemeriksaan perkara.

Dalam kesempatan itu, Panitera mempresentasikan draft yang menja-di cikal bakal SK KMA tentang “mem-baca berkas bersama”.

Gayung bersambut. Para pimpinan MA yang dimotori oleh Ke-tua MA, H. M. Hatta Ali, menyetujui gagasan “membaca serentak” yang bunyi aturannya sudah ada di SK 017/ KMA/SK/II/2012. Ketua MA, meminta agar Panitera segera menyusun draft SK KMA yang memuat aturan teknis mengenai sistem membaca serentak tersebut.

Empat Lembar yang Memba-wa Perubahan Besar

Kurang lebih satu bulan sejak Rapat Pimpinan MA, tepatnya Jum-at 19 Juli 2013, terbitlah SK KMA Nomor 119/KMA/SK/VII/2013. SK ini bertitel Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan pada Mahkamah Agung RI.

Dilihat dari isiknya , SK ini hanya berjumlah empat lembar, versi pdf -nya ha-nya sebesar 1,57 megabytes, dan jumlah diktum aturannya pun hanya delapan. Namun jika dilihat dari resonansinya, empat lembar SK ini membawa gelombang perubahan besar dalam sistem penanganan per-kara di Mahkamah Agung. Betapa ti-dak, setelah lebih dari setengah abad MA memberlakukan sistem penan-ganan perkara dengan membaca bersama, terhitung mulai 1 Agustus 2013 sistem tersebut ditinggalkan. Perubahan besar dalam sistem pe-nanganan perkara yang “dipicu” oleh 1. Anggota Majelis Hakim Agung

membaca berkas perkara secara serentak atau bersamaan;

(11)

empat lembar SK 119/2013 ini adalah sebagai berikut:

1. Sistem membaca berkas perkara secara bersama/se-rentak

Dalam sistem membaca berkas bergiliran, jalannya berkas dimulai dari hakim agung Pembaca 1 (P-1) dilanjutkan ke hakim agung Pem-baca 2 (P-2) dan berakhir di hakim agung Pembaca 3 (P-3) yang bertin-dak sebagai ketua majelis. Pergera-kan berkas dalam sistem ini terjadi ketika hakim agung (P-1, P-2, dan P-3) selesai membaca berkas dan menuangkan pendapatnya di lem-bar advise blaad yang disediakan. Oleh karena itu, hakim agung P-2 belum bisa membaca berkas dan menuangkan pendapatnya apabila P-1 selesai membaca dan menuang-kan pendapat. Hal yang sama juga

menimpa kepada hakim agung P-3. Kinerja ketua majelis ini sangat ter-gantung kepada dua hakim anggota-nya.

Apabila suatu perkara ditangani

oleh para hakim agung yang memi-liki “kecepatan” yang tinggi dalam membaca berkas, maka perkara tersebut akan cepat selesai. Na-mun jika semua atau salah seorang hakim agung yang berada di majelis “kecepatan” dalam membaca berkas kualiikasinya rendah, maka perkara tersebut akan lambat diputus.

SK KMA 119/2013 mengubah semua prosedur pemeriksaan tersebut di atas. Berkas perkara—setelah ditun-juk majelis hakim yang menangani –pertama kali disampaikan kepada Ketua Majelis (dulu disebut P-3). Ke tua Majelis selanjutnya mem-buat penetapan hari musyawarah

dan ucapan untuk perkara tersebut. Oleh SK 119/2013, penetapan hari musyawarah ditentukan paling lama 3 (tiga) bulan sejak perkara diterima oleh ketua majelis.

Setelah tanggal dan hari musya-warah ditetapkan, masing-ma sing anggota majelis diberi bundel B (dalam bentuk hard copy atau soft copy) yang dilampiri penetapan hari musyawarah dan ucapan dan lembar pendapat (advise blaad) . Masing-masing hakim agung da-lam majelis kemudian menuangkan pendapatnya ke dalam advise blad. Jangka waktu memberikan pendapat ini dibatasi hingga waktu sebelum pelaksanaan musyawarah dan ucap-an yucap-ang telah ditetapkucap-an oleh Ketua Majelis.

(12)

w

pakatan dan akhirnya perkara terse-but diputus.

2. Hari musyawarah/ucapan ditetapkan di muka

Diktum Ketiga angka 3 (tiga) SK KMA 119/2013 menyebutkan bahwa “Hari Musyawarah dan Ucap an ha-rus ditetapkan paling lama 3 (tiga) bulan sejak berkas perkara diterima oleh Ketua Majelis, kecuali terhadap perkara yang jangka waktu pena-nganan perkaranya ditentukan lebih cepat oleh undang-undang

(misal-nya perkara-perkara Perdata Khu-sus, atau perkara Pidana yang Ter-dakwanya berada dalam Tahanan)”. Ketentuan ini memberikan ke-wajiban kepada majelis hakim agung untuk menetapkan kapan sebuah perkara yang ditanganinya akan diputus. Majelis hakim pun dibatasi waktu untuk memutus perkara yang ditanganinya, yaitu maksimum tiga bulan.

Konsekuensi administratif dari aturan ini adalah adanya

instru-men baru bernama Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan (PHM). PHM ini harus diterbitkan oleh Ke-tua Majelis paling lama 3 (tiga) hari sejak berkas perkara diterima.

Sistem ini berbeda secara dia-metral dengan sistem membaca ber-kas bergiliran. Dalam sistem lama, kapan musyawarah dan ucapan dilakukan nyaris tidak bisa diketahui. Selain karena tidak ada instrumen-PHM, proses pemberian pendapat oleh hakim agung dilakukan secara

LAPORAN U TAM A

Tujuh Diktum SK ‘Revolusioner’

SELAMA kurang lebih 68 tahun MA menerap-kan sistem membaca berkas bergiliran. Karena sudah berlangsung lama, sistem ini sudah mendarah daging. Semua yang terlibat dalam penyelesaian perkara pun telah merasa “nyaman” dengan sistem ini.

Sesungguhnya tidak ada yang salah dengan sistem ini. 68 tahun perjalanan MA telah membuktikan ketangguhan sistem ini. Akan tetapi ketika arus perkara masuk yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan MA juga dibebani tunggakan perkara yang tidak

sedikit serta tuntutan publik agar pemeriksaan perkara kasasi dan peninjauan kembali memiliki kepastian wak-tu, sistem ini kurang mampu memberikan solusi.

Sebuah kebijakan revolusioner dikeluarkan oleh Ketua Mahkamah Agung, Dr. H. Hatta Ali, SH, MH di hari Jumat 19 Juli 2013. Ketua MA kelahiran Pare-Pare 7 April 1950 ini menandatangani SK KMA Nomor 119/ KMA/SK/VII/2013 tentang Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan pada Mahkamah Agung RI. SK ini memak-sa MA keluar dari “comport zone” memerikmemak-sa berkas bergiliran dan menggantinya dengan membaca berkas secara serentak/bersamaan.

Langkah itu sangat berani karena wacana per-ubahan sistem ini telah lama bergulir, bahkan tertuang di SK Sistem Kamar, namun “tidak berani” dieksekusi. Bayangkan saja, setengah abad berada di zona nya-man sistem membaca berkas bergiliran, tiba-tiba di-paksa keluar dan harus menjalani sistem baru yang berbeda. Semua pihak yang terkait dengan proses pe-meriksaan perkara dituntut untuk beradaptasi dengan sistem ini.

Berikut tujuh diktum yang terkandung dalam SK KMA Nomor 119/KMA/SK/VII/2013 tentang Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan pada Mahkamah Agung RI.

(13)

bergiliran. Hari musyawarah dan ucap an dalam “sistem lama” ditetap-kan ketika berkas berada di tangan P-3 (Ketua Majelis). Kapan sebuah berkas perkara “sampai” ke P-3, itu tidak bisa dipastikan waktunya, karena sangat bergantung berapa lama P-1 dan P-2 dapat memberikan pendapat nya masing-masing. Sistem ini membuat SK KMA 138/KMA/SK/ IX/2009 tentang jangka waktu pe-nanganan perkara menjadi tidak ber-daya.

Adanya keharusan ketua ma-jelis menetapkan hari dan tanggal musyawarah dan ucapan bagi per-kara yang ditanganinya memberikan kepastian waktu penyelesaian per-kara. Setiap perkara yang diterima di Mahkamah Agung harus diputus paling lama pada tiga bulan ber-ikutnya. Bahkan bagi perkara yang jangka waktu penanganan perkara-nya ditentukan oleh undang-undang akan diputus lebih cepat. Sistem ini diharapkan akan mencegah

terjadi-nya tunggakan perkara di Mahkamah Agung.

3.Kalender persidangan on-line

Perubahan lain yang ditimbul-kan dari SK 119/2013 adalah adanya kalender persidangan online yang bisa diakses di internal Mahkamah Agung RI. Kalender ini disajikan oleh Kepaniteraan MA berdasarkan tembusan PHM dari masing-masing ketua majelis yang ditujukan kepada Panitera Mahkamah Agung.

1.Masing-masing Ketua Kamar Perkara menetap-kan majelis tetap dan jadwal hari tetap musyawarah dan ucapan yang berlaku untuk periode tertentu pada lingkungan kamar yang dipimpinnya.

2.Kepaniteraan menggandakan bundel B dari setiap berkas perkara sesuai dengan jumlah anggota maje-lis hakim dalam bentuk cetak (atau elektronik sesuai dengan kebutuhan) setelah proses registrasi perkara diselesaikan.

3.Setelah Ketua Kamar menetapkan Majelis Hakim yang akan memeriksa dan memutus perkara, maka: Kepaniteraan harus sudah menyampaikan berkas per-kara kepada Ketua Majelis dalam waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja;

a. Ketua Majelis membuat Surat Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak berkas perkara tersebut diterimanya; b. Hari Musyawarah dan Ucapan harus ditetapkan

paling lama 3 (tiga) bulan sejak berkas perkara diterima oleh Ketua Majelis, kecuali terhadap per-kara yang jangka waktu penanganan perper-karanya ditentukan lebih cepat oleh undang-undang (misal-nya perkara-perkara Perdata Khusus, atau perkara Pidana yang Terdakwa nya berada dalam Tahanan); c. Surat Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan

di-gandakan dan disampaikan kepada masing-masing anggota majelis bersamaan dengan penyampaian berkas, dengan tembusan pada Ketua Kamar dan Panitera Mahkamah Agung;

d. Kepaniteraan harus sudah mendistribusikan salin-an bundel B berkas perkara kepada salin-anggota ma-jelis paling lambat 3 (tiga) hari kerja setelah Ketua Majelis menetapkan Hari Musyawarah dan Ucapan; e. Pada saat yang sama Kepaniteraan menyerahkan

bundel A kepada Ketua Majelis untuk disimpan dan dipergunakan sesuai dengan kebutuhan anggota majelis.

4.Panitera Mahkamah Agung melakukan kompilasi atas jadwal tersebut dan secara berkala melaporkan jad-wal agenda persidangan dan pelaksanaannya kepada Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial melalui Sistem Informasi yang dimiliki oleh Kepaniteraan MARI. 5.Masing-masing Hakim dalam Majelis menuangkan pendapatnya di dalam Adviesblad untuk dibawa ke Si-dang Musyawarah Ucapan yang telah ditetapkan. 6.Mekanisme ini harus sudah berjalan pada perka-ra-perkara yang akan diregister terhitung tanggal 1 Agustus 2013.

(14)

LAPORAN U TAM A

Diktum keempat SK 119/2013 memerintahkan Panitera Mahkamah Agung melakukan kompilasi atas

jadwal tersebut dan secara berkala melaporkan jadwal agenda persi-dangan dan pelaksanaannya kepa-da Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial melalui Sistem Infor-masi yang dimiliki oleh Kepaniteraan MARI. Berdasarkan ketentuan ini, Kepaniteraan memanfaatkan aplikasi kalender gratis yang disediakan oleh Google di aplikasi surat elektronik Gmail. Kepaniteraan membuat se-buah account e-mail untuk kebutuh-an pelaporkebutuh-an dkebutuh-an monitoring,

moni-toring.muscap@gmail.com. Melalui account ini, kepaniteraan mengagen-dakan setiap rencana musyawarah

dan ucapan dalam aplikasi kalender gmail yang sumber informasinya ber-asal dari tembusan PHM yang disam-paikan kepada Panitera MA. Kepanit-eraan pun “mengundang” majelis atau panitera pengganti yang memi-liki account gmail untuk bergabung di agenda muscap yang ditentukan. Mereka yang “diundang” tersebut akan diberi tanda dalam menu kal-ender di gmail-nya bahwa pada hari dan tanggal yang dijadwalkan ada agenda musyawarah dan ucapan.

Mereka pun bisa mengatur sistem peringatan (reminder) akan ada-nya agenda tersebut sesuai de ngan keinginan, misalnya sehari sebe-lumnya. Pimpinan Mahkamah Agung dapat mengakses agenda persidang-an online ini melalui account “ber-sama” monitoring.muscap@gmail. com. Bagi pimpinan, adanya agenda persidangan online ini, selain untuk melakukan monitoring, juga untuk memastikan SK 119/2013 berjalan dengan efektif.

4.Majelis dan hari muscap yang tetap

Keharusan menetapkan hari musyawarah dan ucapan di muka, yaitu maksimal tiga hari setelah ke tua majelis menerima berkas, me ngan-dung risiko terjadinya “bentrokan” jadwal sidang. Hal ini dikarenakan seorang hakim agung bisa ber ada di lebih satu majelis. Untuk me-ngantisipasi terjadinya jadwal yang bersamaan, maka diktum Kesatu SK KMA 119/2013 memerintahkan ke-pada masing-masing Ketua Kamar Perkara menetapkan majelis tetap dan jadwal hari tetap musyawarah dan ucapan yang berlaku untuk peri-ode tertentu pada lingkungan kamar yang dipimpinnya. Menindaklanjuti ketentuan diktum Pertama SK KMA 119/2013 ini, masing-masing Ketua Kamar telah menetapkan susunan majelis dan hari musyawarah ucap-an. Sebagai contoh, Ketua Kamar Tata Usaha Negara telah mengelu-arkan penetapan hari musyawarah Nomor 27/Td.TUN/IX/2013 tanggal 11 September 2013.

(15)

5.Mendorong Implementasi e-Dokumen

Sebagai konsekuensi menerap-kan sistem membaca berkas bersa-ma, berkas bundel B harus digan-dakan sesuai dengan jumlah hakim anggota. Hingga akhir 2013, proses penggandaan ini dilakukan oleh Panitera Muda.

Hal penggandaan berkas ini, jika dilakukan secara hard copy, akan menjadi isu serius. Konsumsi ker-tas untuk pemeriksaan berkas per-kara akan sangat banyak. Padahal setelah pemeriksaan selesai, ber-kas yang digandakan akan menjadi sampah. Bayangkan saja, jika satu tahun MA rata-rata menerima 12.000 berkas, dan rata-rata berkas bundel B berjumlah 50 halaman, maka un-tuk kepentingan membaca berkas bersama untuk dua orang anggota majelis diperlukan 1.200.000 lembar atau 2.400 rim. Berat satu rim kertas rarata 2,27 kg, sehingga per ta-hun MA akan mengkonsumsi 5,4 ton kertas. Artinya, MA akan membuang minimal 5,4 ton per tahun.

Untuk efektivitas sistem mem-baca berkas sekaligus mengeliminasi dampak negatif penggandaan berkas isik, MA menginisiasi pemanfaatan dokumen elektronik dalam pengajuan kasasi dan peninjauan kembali. Dua

tahun sebelum terbit SK 119/2013,

MA telah mewajibkan pe ngadilan

untuk mengirimkan dokumen elek-tronik ketika mengajukan upaya hu-kum kasasi dan peninjauan kembali melalui SEMA 14 Tahun 2010. Do-kumen elektronik yang diwajibkan oleh SEMA 14 Tahun 2010 berupa putus an tingkat pertama, putusan tingkat banding, dan dakwaan jaksa. Lahir nya kewajiban pengiriman e-do-kumen ini didasari pada tujuan untuk mempercepat proses minutasi perka-ra di Mahkamah Agung.

SK KMA 119/2013 yang lahir tiga tahun kemudian setelah SEMA 14 Ta-hun 2010 mendorong pemanfaatan dokumen elektronik yang dikirim oleh pengadilan pengaju. Jika SEMA 14 Tahun 2010 memanfaatkan doku-men elektronik untuk mempercepat pe nyusunan draft putusan, maka SK KMA 119/2013 menjadikan dokumen elektronik sebagai bahan “bacaan” hakim agung dalam rangka membaca berkas secara serentak. Oleh karena itu, jenis dokumen elektronik yang wajib dikirim oleh pengadilan peng-aju bukan hanya 3 item sebagaimana ketentuan SEMA 14/2010, melainkan harus ditambah dengan memori ka-sasi, kontra memori kaka-sasi, bahkan akta pernyataan kasasi/peninjauan kembali. Dengan demikian

diperlu-kan perubahan terhadap SEMA 14 Tahun 2010.

Sistem membaca berkas bersa-ma ini memberikan efek domino ter-hadap pengadilan pengaju. Mereka harus memiliki kepatuhan yang tinggi dalam mengirim e-dokumen setiap permohonan kasasi dan peninjauan kembali. Pengadilan pun harus mem-berlakukan SOP pengajuan permo-honan kasasi/peninjauan kembali. Yaitu, para pihak wajib menyertakan dokumen elektronik seperti memori kasasi, kontra memori kasasi, dak-waan ataupun tuntutan jaksa. (AN/MMA)

No

Ketua Majelis

Hari Muscap

1 Dr. H. Imam Soebechi, SH, MH Senin

2 Marina Sidabutar, SH, MH Selasa

3 H. Yulius, SH, MH Rabu

4 Dr. H. Supandi, SH, M.Hum Kamis

Hari Musyawarah Pengucapan

(16)

LAPORAN U TAM A

MEMBIDIK hingga hulu adalah salah satu strate-gi percepatan penyelesaian perkara yang dilakukan oleh Mahkamah Agung. Hulu di sini tentu saja hulu perkara, yaitu pengadilan tingkat pertama. Ya, pengadilan tingkat pertama didorong untuk patuh mengirim e-dokumen saat mengajukan permohonan kasasi atau peninjauan kembali. Kepaniteraan meyakini bahwa kepatuhan pengadilan me-ngirim dokumen elektronik akan berbanding lurus dengan percepatan penyelesaian perkara di MA. Apalagi dengan penerapan sistem membaca berkas bersama/serentak, e-dokumen sangat diperlukan untuk pemeriksaan berkas oleh para hakim anggota.

Untuk efektivitas pengiriman e-dokumen, Kepanite-raan telah mempersiapkan sistem komunikasi data yang dibenamkan di sistem Direktori Putusan. Sistem inilah yang disosialisasikan ke lebih dari 100 pengadilan di dae rah hu-kum PT Mataram, PT Kupang, PT dan PTA Yogyakarta, PT dan PTA Balikpapan, PT dan PTA Pontianak, PT dan PTA Palangkaraya, PT Makassar, PT Maluku Utara, PT Ambon , PT dan PTA Medan, PT dan MS Aceh serta PTUN dan Dilmil yang ada di daerah-daerah tersebut tersebut. Selain pertemuan tatap muka, sosialisasi juga dilakukan secara virtual dengan mem-publish materi pelatihan di website Kepaniteraan. Pengadilan bisa mengunduh materi tersebut. Dan jika ada kesulitan, mereka bisa berkonsultasi melalui telepon, e-mail, atau chatting dengan tim Kepanite-raan Mahkamah Agung.

Menarik ditelusuri bagaimana progres publikasi dan komunikasi data dari pengadilan tingkat pertama saat ini. Penelusuran redaksi terhadap aktivitas upload dan komu-nikasi data dari pengadilan menunjukkan fakta yang cukup menggembirakan. Jumlah pengadilan yang mempublikasi putusan dan melakukan aktivitas komunikasi data elektro-nik menunjukkan tren yang meningkat dari waktu ke waktu.

Publikasi Putusan

Hingga akhir November (Kamis 28/11/2013), jumlah

putusan yang di-upload di tahun 2013 berjumlah 260.081 putusan. Jumlah ini melampaui publikasi di tahun 2012 yang berjumlah 234.320 putusan (+10,99%).

Capaian selama 11 bulan meng-upload 260.081 putus-an menunjukkputus-an bahwa Direktori Putusputus-an setiap bulputus-annya rata-rata meng-upload 23.644 putusan. Jika dirata-ratakan dalam sebulan ada 20 hari kerja, maka setiap harinya ada 1.182 putusan yang di-publish. Dan jika jam kerja per hari adalah 8 jam, maka dalam setiap jam kerja ada 148 putus-an yputus-ang di-publish di website.

Fakta mengenai jumlah putusan yang ter-publish ini, kata Panitera, menjadi salah satu indikator kesiapan pengadilan untuk menyertakan dokumen elektronik dalam pengajuan kasasi dan peninjauan kembali.

“Dokumen utama untuk bahan pemeriksaan kasasi/PK adalah putusan. Ketika pengadilan sudah meng-upload, berarti mereka sudah sangat siap untuk mendukung pem-bacaan berkas secara elektronik di Mahkamah Agung,” ujar Panitera menyimpulkan.

Hingga akhir November 2013, jumlah pengadilan yang sudah berpartisipasi meng-upload putusannya di Direkto-ri Putusan berjumlah 693 pengadilan (85%). Tinggal 126 pengadilan (15%) yang belum mempublikasikan putusan, yakni 88 dari lingkungan peradilan umum (65%) dan 44 dari lingkungan peradilan agama (35%). Sementara

peng-Ke sia pa n M e ngirim e -Dok um e n

via Dire k t ori Put usa n

(17)

adilan dari lingkungan peradilan militer dan TUN seluruhnya sudah mempublikasikan putusan.Sejak Direktori Putusan mempublikasikan putusan pengadilan tingkat pertama dan banding di tahun 2011, jumlah pengadilan yang berpartisi-pasi terus meningkat . Tahun 2011 partisiberpartisi-pasi pengadilan sebanyak 61 % (502 satker), tahun 2012 sebanyak 77 % (634 satker), dan tahun 2013 sebanyak 85% (693 satker). Dengan kecenderungan meningkatnya jumlah satker yang berpartisipasi, otomatis jumlah yang belum upload dari ta-hun ke tata-hun terus berkurang seperti terlihat dari tabel di bawah ini.

Panitera Mahkamah Agung berharap tahun depan partisipasi pengadilan mencapai 100%. “Tahun 2014 tar-getnya seluruh pengadilan berpartisipasi dalam publikasi putusan maupun komunikasi data,” ungkap Soeroso Ono.

Komunikasi Data

Indikator paling kuat untuk menggambarkan kesiapan pengadilan untuk mendukung sistem membaca berkas elektronik adalah penggunaan komunikasi data. Aplikasi ini dibenamkan pada Direktori Putusan Mahkamah Agung untuk efektivitas SEMA 14 Tahun 2010. Dan kini aplikasi ini semakin “bermanfaat” ketika MA memberlakukan sistem membaca berkas bersama.

Di tahun 2013, pengadilan yang sudah melakukan pengiriman e-dokumen dengan aplikasi komunikasi data Direktori Putusan berjumlah 274 satker dengan jumlah berkas yang diajukan 3.210 berkas. Jumlah ini meningkat 38% dari tahun sebelumnya , di mana satker yang meng-gunakan aplikasi komunikasi data hanya 170 satker de-ngan jumlah berkas sebanyak 1907 berkas.

Diharapkan di tahun 2014 Pengadilan akan menjadikan Direktori Putusan sebagai satu-satunya media pengiriman e-dokumen permohonan kasasi dan peninjauan kembali. Untuk itu, kata Panitera MA, SEMA 14 Tahun 2010 akan direvisi sehingga nantinya pengadilan tidak boleh memilih media CD atau e-mail untuk pengiriman e-dokumen. Se-lain itu, revisi juga akan menyangkut dokumen yang wajib dilampirkan, seperti memori dan kontra memori kasasi.

“Dokumen elektronik saat ini bukan hanya untuk kepentingan percepatan minutasi tetapi juga untuk kepen-tingan membaca berkas bersama,” jelas Panitera.

(AN/MMA)

(18)

LAPORAN U TAM A

MASIH ingatkah dengan kalimat “Inovasi Tiada Henti”? Kalimat itu merupakan tagline dari salah satu produsen kendaraan roda dua di era tahun 2000-an. Tagline tersebut adalah maklumat pelayanan seka-ligus nilai yang membingkai gerak langkah perusahaan, bahwa untuk

memuaskan pelanggan mereka akan terus-menerus berinovasi.

Tagline tersebut tampaknya cuk-up menggambarkan sederet aktivi-tas pembaruan yang dilakukan oleh Kepaniteraan Mahkamah Agung di bidang manajemen perkara.

Inovasi yang dilakukan

Kepanit-eraan Mahkamah Agung ini diarahkan untuk menyelesaikan tiga isu utama yang dihadapi MA sebagai lembaga peradilan, yaitu: pertama, lambatnya penyelesaian perkara (delay); kedua, sulitnya mengakses informasi peng-adilan (access); dan ketiga, integritas aparatur peradilan (integrity). Ketiga isu tersebut menurut tesis Dory Reil-ing dalam Technology for Justice: How Information Technology Can Support Judicial Reform (Leiden Uni-versity Press:2009), bukan hanya di-hadapi oleh MA RI, namun juga men-jadi persoalan yang dihadapi oleh setiap badan peradilan di dunia.

Sama dengan kesimpulan Reil-ing, Kepaniteraan Mahkamah Agung mengatasi tiga persoalan tersebut dengan sederet kebijakan inovatif berbasis teknologi informasi. Berikut adalah sebagian kebijakan inova-tif yang digulirkan untuk mengatasi persoalan kelambatan penyelesaian perkara dan kesulitan mengakses in-formasi.

Pertama, mewajibkan penyer taan dokumen

elek-tronik

Salah satu pemicu lambatnya penyelesaian minutasi perkara di Mahkamah Agung adalah karena format putusannya mengharuskan dimuatnya kembali bagian-bagian dari putusan tingkat pertama dan banding. Dulu, bagian-bagian putus-an tersebut harus diketik ulputus-ang di MA.

Inovasi Tiada Henti untuk

Percepatan Penyelesaian Perkara

(19)

Jumlahnya bisa mencapai puluh-an bahkpuluh-an ratuspuluh-an halampuluh-an. Untuk mempercepat proses ketik ulang, ada yang memanfaatkan teknologi scanning.

Padahal, dokumen yang dikirim pengadilan semuanya diketik dengan komputer, sehingga hampir dipasti-kan pengadilan masih menyimpan ilenya.

Maka muncullah pemikiran agar pengadilan diwajibkan menyertakan dokumen elektronik sehingga MA tidak perlu mengetik ulang, namun cukup copas atau copy paste. Ga-gasan ini terus dielaborasi bersama semua pihak yang terkait di MA. Akh-irnya, di penghujung tahun 2010, la-hirlah SEMA Nomor 14 Tahun 2010 tentang Dokumen Elektronik sebagai Kelengkapan Permohonan Kasasi dan Peninjauan Kembali.

Substansi SEMA ini adalah me-wajibkan kepada pengadilan untuk menyertakan dokumen elektronik da-lam pengajuan permohonan kasasi dan peninjauan kembali melalui tiga pilihan media, yaitu: compact disc, email, atau aplikasi komunikasi data. Karena sifatnya wajib, jika e-doku-men tidak ada, berkas tersebut di-anggap tidak lengkap!

Kedua, menyediakan itur

komunikasi data di Direktori Putusan

Sejak 2007, MA telah memiliki sistem untuk mempublikasikan pu-tusannya melalui website. Ketika lahir kebijakan inovatif yang mewa-jibkan pengadilan untuk menyer-takan/mengirim e-dokumen setiap kali mengajukan kasasi/peninjauan kembali, muncul gagasan agar yang dapat mempublikasikan putusan di

Direktori Putusan MA bukan hanya MA, tetapi juga seluruh pengadilan. Ide ini akhirnya diwujudkan di awal tahun 2011. Setiap pengadilan diber-ikan hak akses ke Direktori Putusan, sehingga mereka bisa meng-upload putusan di Direktori Putusan dan memiliki halam an tersendiri, lengkap dengan rekapitulasi dan kategorisasi perkaranya. Jika ada perkara yang diajukan kasasi, pengadilan pun bisa mengirimkan e-dokumen yang diwa-jibkan melalui Direktori Putusan di itur komunikasi data.

Mengirim e-dokumen dari peng-adilan ke MA lewat Direktori putusan terbukti lebih efektif dibanding deng-an media lain seperti CD. Sebab CD, sesampainya di MA, banyak yang ti-dak terbaca, pecah, atau titi-dak sesuai formatnya.

Sejak pengadilan diberi hak akses ke Direktori Putusan, jumlah putusan yang di-publish pun mening-kat berkali lipat seperti terlihat dalam graik berikut ini.

Ketiga, pemberlakuan tem-plate putusan Mahkamah Agung

Penyusunan template putusan menjadi salah satu upaya

debottle-necking proses minutasi putusan di Mahkamah Agung. Penyediaan tem-plate merupakan rekayasa proses untuk mempermudah, mempercepat, dan menstandarkan bentuk dan for-mat putusan Mahkamah Agung.

Untuk memastikan template yang sudah disusun dipedomani oleh seluruh unsur yang terkait dalam proses penyusunan putusan, Ketua Mahkamah Agung mengeluarkan Surat Keputusan No. 155/KMA/SK/ XII/2012 tanggal 27 Desember 2012 tentang Pemberlakuan Template Pu-tusan Mahkamah Agung. Berdasar-kan SEMA tersebut, ada 6 jenis tem-plate, yaitu:

1.template putusan perkara pidana umum dan pidana khusus;

2.template putusan perkara pidana militer;

3.template putusan perkara perdata umum;

4.template putusan perkara perdata khusus (dengan sub varian: perkara kepailitan, HaKI, BPSK, PHI, KPPU,

dan Parpol);

5.template putusan perkara perdata agama;

(20)

LAPORAN U TAM A

dan Pajak).

Kepaniteraan juga telah mengembangkan sistem template secara elektronik yang berbasis da-tabase sehingga proses penyusunan putusan bisa lebih cepat dan lebih mudah.

Keempat, peluncuran mak-lumat pelayanan One Day Publish

Untuk meningkatkan kualitas layanan informasi perkara, pada tanggal 12 April 2012 Mahkamah Agung melun-curkan standar layanan ‘One Day

Publish’ di Hotel Aryaduta Karawaci, Tangerang. Peluncuran maklumat ini bersamaan dengan keikutsertaan layanan website informasi perkara (info perkara dan direktori putusan) dalam ajang kompetisi Open Govern-ment Indonesia yang dilaksanakan

Perlu Dukungan Pengadilan untuk Efektivitas

Sistem Pembacaan Berkas Serentak

Pa nit e ra M A:

EFEKTIVITAS sistem pembacaan berkas secara serentak perlu dukungan pengadilan tingkat pertama. Dukungan tersebut dalam bentuk kepatuhan mengi-rimkan dokumen elektronik. Sebab pembacaan berkas oleh hakim agung akan diarahkan kepada e-reading atau pembacaan elektronik.

Demikian disampaikan Panitera Mahkamah Agung, Soeroso Ono, kepada Warta Mahkamah Agung, Senin (2/12/2013) di ruang kerjanya. “Masing-masing hakim agung dalam majelis akan diarahkan untuk membaca berkas secara elektronik, sehingga kepatuhan peng-adilan terhadap SEMA 14 Tahun 2010 harus ditingkat-kan,” ungkap Soeroso Ono.

“Kami meminta pengadilan di seluruh Indonesia harus mematuhi SEMA 14 Tahun 2010,” imbuh Panitera MA. Gunakan Direktori Putusan

Dalam kaitannya dengan pengiriman dokumen

elektronik sebagai kelengkapan permohonan kasasi dan peninjauan kembali, Panitera MA meminta seluruh jajaran pengadilan untuk menggunakan aplikasi komu-nikasi data Direktori Putusan. Sistem ini, menurut Panit-era, lebih efektif dan memiliki nilai plus dibandingkan media lainnya, seperti CD atau e-mail sebagaimana diatur dalam SEMA 14 Tahun 2010.

Panitera menjelaskan bahwa berdasarkan moni-toring selama 2 (dua) tahun implementasi SEMA 14 Ta-hun 2010, CD adalah media yang paling banyak dipilih oleh pengadilan untuk mengirimkan dokumen . Namun Kepaniteraan sering mendapat “keluhan” tentang CD. “Setelah berkas sampai di majelis, kami banyak dilapori

bahwa CD-nya pecah , kosong, formatnya pdf, ile ti

-dak terbaca, bahkan ada yang mengirim ile mp3,” jelas

Panitera kepada Warta Mahkamah Agung.

Dengan keadaan seperti itu, sudah saatnya penga-dilan beralih ke komunikasi data Direktori Putusan Mah-kamah Agung. Pengiriman e-dokumen menggunakan Direktori Putusan, menurut Panitera, memiliki nilai plus,

antara lain: Pertama, problematika CD pecah atau ile

tidak bisa diedit (pdf, Red.) tidak akan terjadi. Kedua, terjadi komunikasi data antara pengadilan peng aju dan Mahkamah Agung sehingga pengadilan menge-tahui status pengiriman berkas ke MA. Ketiga, sistem itu paralel dengan kebijakan transparansi pengadilan . Keempat, direktori putusan bisa memproduksi barcode yang bisa dijadikan media untuk pengagendaan elek-tronik oleh MA dan sekaligus menginformasikan

(21)

oleh Unit Kerja Kepresidenan Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP4).

One Day Publish dalam konteks publikasi informasi perkara memi-liki dua deinisi layanan. Pertama, Mahkamah Agung mempublikasikan informasi perkara (amar singkat pu-tusan) pada hari yang sama dengan perkara tersebut diputus. Kedua, Mahkamah Agung akan mempubli-kasikan salinan putusan lengkap pada hari yang sama dengan perka-ra tersebut dikirim kembali ke peng-adilan pengaju.

Untuk efektivitas layanan One Day Publish, sebelumnya Panitera Mahkamah Agung telah membuat Tim Monitoring dengan Surat Kepu-tusan Panitera No. 052/PAN/SK/ XII/2012 tanggal 26 Desember 2012. Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Monitoring dibekali Standar Opera-sional Prosedur yang memastikan informasi yang tersaji sesuai dengan standar One Day Publish.

Peluncuran One Day Publish

telah berhasil meningkatkan kuali-tas informasi perkara, yang ditandai

deng an berkurangnya pengaduan

masyarakat terkait updating dan aku-rasi informasi.

Kelima, memberikan reward kepada Hakim Agung dan Panitera Pengganti ber-prestasi

MA melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas penyele-saian perkara. Berbagai pendekatan telah dilakukan untuk tujuan tersebut. Salah satunya adalah menciptakan iklim kompetitif di kalangan Hakim Agung dan Panitera Pengganti. Cara-nya, Ketua MA memberikan “reward” kepada tiga orang hakim agung dan panitera pengganti yang capaian ki-nerjanya tertinggi dalam periode satu semester. Pemberian reward dilaku-kan dua kali setahun.

Mereka yang berprestasi di se-mester pertama (Januari-Juni 2013) diumumkan oleh Ketua Mahkamah Agung di sela-sela rapat pleno, Ka-mis (8/7/2013), di ruang Kusumah

At-madja. Tiga hakim agung yang berki-nerja tertinggi secara berturut-turut adalah Prof. Dr. H. Abdul Manan, SH, S.Ip, M.Hum (Kamar Agama), Dr. Artidjo Alkotsar, SH, LLM (Kamar Pidana), dan Dr. H. Imam Soebechi, SH, MH (Kamar Tata Usaha Negara). Sedangkan untuk panitera penggan-ti, tiga orang yang berkinerja terting-gi secara berturut-turut adalah Febri Widjajanto, SH, MH (Kamar Perda-ta), Mariana Sondang MP, SH, MH (Kamar Pidana), dan Amin Safrudin, SH, MH (Kamar Pidana).

Ruang lingkup kinerja hakim agung yang menjadi dasar pemering-katan kinerja adalah jumlah perkara yang diberi pendapat dan diputus. Sedangkan kinerja panitera peng-ganti meliputi seluruh rangkaian pro-ses minutasi perkara dengan indika-tor jumlah perkara yang diminutasi.

Dalam Keputusan Ketua MA No-mor 109/KMA/SK/VII/2013 tanggal 8 Juli 2013 tentang Penetapan Hakim Agung dengan Kinerja Tertinggi pada Semester Pertama Tahun 2013,

(22)

LAPORAN U TAM A

disebutkan kinerja masing-masing hakim agung yang mendasari pem-berian predikat sebagai hakim agung berkinerja tertinggi tersebut. Abdul Manan yang meraih peringkat per-tama berhasil menyelesaikan berkas sebanyak 901. Peringkat kedua, Arti-djo Alkostar, berhasil menyelesaikan berkas sebanyak 830. Sedangkan Imam Soebechi berhasil menyele-saikan 748 berkas perkara.

Sementara itu penetapan pani-tera pengganti dengan kinerja minu-tasi tertinggi pada semester pertama tahun 2013 dituangkan dalam Su-rat Keputusan Panitera Mahkamah Agung Nomor 959/PAN/HK.OO/ VII/2013 tanggal 5 Juli 2013. Dalam

SK Panitera tersebut, disebutkan Febri Widjajanto berhasil melaku-kan minutasi terhadap 198 berkas perkara. Mariana Sondang, pering-kat kedua, berhasil meminutasi 172 berkas. Sedangkan peringkat ketiga, Amin Safrudin, berhasil menyele-saikan minutasi 167 berkas.

Keenam, mengubah sistem pemeriksaan berkas dari Sistem Membaca Bergiliran menjadi Sistem Membaca Bersama

Dalam pemeriksaan berkas ka-sasi dan peninjauan kembali, MA memberlakukan sistem membaca berkas bergiliran. Hingga kini sistem ini telah berusia lebih dari setengah

abad. Mekanisme pemeriksaan ber-kas dalam sistem membaca sistem membaca berkas bergiliran dimu-lai dengan pembacaan berkas oleh Hakim Agung Pembaca 1 (P-1), dilanjutkan ke Hakim Agung Pem-baca 2 (P-2) dan berakhir di Hakim Agung Pembaca 3 (P-3) yang bertin-dak sebagai ketua majelis.

Pergerakan berkas dalam sistem ini terjadi ketika hakim agung (P-1, P-2, dan P-3) selesai membaca ber-kas dan menuangkan pendapat nya di lembar adviseblaad. Oleh kare-na itu, hakim agung P-2 belum bisa membaca berkas dan menuangkan pendapatnya apabila hakim agung P-1 selesai membaca dan menu-angkan pendapat. Hal yang sama juga menimpa kepada hakim agung P-3. Kinerja ketua majelis ini sangat tergantung kepada dua hakim anggo-tanya.

Berdasarkan keadaan tersebut, Mahkamah Agung menerbitkan SK KMA Nomor 119/SK/KMA/VII/2013 tentang Penetapan Hari Musyawarah dan Ucapan di Mahkamah Agung RI. SK ini mengubah semua prosedur pemeriksaan tersebut di atas. Ber-kas perkara—setelah ditunjuk maje-lis hakim yang menangani –pertama kali disampaikan kepada Ketua Ma-jelis (dulu disebut P-3). Ketua MaMa-jelis selanjutnya membuat penetapan hari musyawarah dan ucapan untuk per-kara tersebut. Dalam SK, penetapan hari musyawarah ditentukan paling lama 3 bulan sejak perkara diterima oleh ketua majelis.

(23)

copy) yang dilampiri penetapan hari musyawarah dan ucapan dan lembar pendapat (advise blaad) . Masing-masing hakim agung da-lam majelis kemudian memberikan pendapatnya yang dituangkan ke da-lam advise blad. Jangka waktu mem-berikan pendapat ini dibatasi hingga waktu sebelum pelaksanaan musya-warah dan ucapan yang ditetapkan oleh Ketua Majelis.

Dalam sistem membaca berkas bersama/serentak ini, setiap hakim agung harus memberikan pendapat-nya secara lengkap. Masing-masing hakim agung tidak bisa mengetahui pendapat hakim agung lain karena advisblad dibuat untuk masing-ma-sing hakim agung. Oleh karena itu, dalam sistem baru ini hakim agung tidak bisa memberikan pendapat dengan hanya menulis dua hurup “C dan F” (conirm) seperti yang sering terjadi dalam sistem membaca ber-kas bergiliran. “CF” dalam sistem lama bermakna hakim agung yang bersangkutan sependapat dengan pembaca sebelumnya.

Pada hari dan tanggal

musya-warah yang ditetapkan, selanju tnya masing-masing anggota majelis membawa advise blad. Di forum musyawarah majelis ini, para hakim agung beradu argumentasi hingga akhirnya perkara tersebut diputus.

Ketujuh, menyelenggarakan koreksi bersama

Salah satu faktor yang mempe-ngaruhi penyelesaian perkara adalah tahapan koreksi. Koreksi ini dilaku-kan oleh Pembaca 1 dan Pembaca 3. Proses koreksi dilakukan di tempat dan waktu yang berbeda. Sistem ini menjadikan tahapan koreksi me-makan waktu yang cukup lama.

Untuk mempercepat proses ko-reksi, MA membuat terobosan baru dalam mengoreksi berkas. Tero-bosan itu dijuluki “koreksi bersama”. Adalah Kamar Tata Usaha Negara yang membidani cara baru ini. Semu-la, koreksi bersama hanya dilakukan di ruang salah seorang ketua majelis Kamar TUN di gedung MA. Namun, karena dirasa cukup efektif, kegiatan koreksi bersama ini diperluas menja-di kegiatan kamar.

Sesuai dengan namanya,

ko-reksi bersama adalah melakukan koreksi secara bersama-sama dalam satu forum. Di situ hadir para korektor berkas, yaitu hakim agung, panitera pengganti, panitera muda, dan ope-rator. Cara ini berbeda dari sistem koreksi konvensional yang melaku-kan proses koreksi secara bergiliran sehingga memakan waktu yang cu-kup lama.

Mekanisme koreksi bersama yang pernah dilakukan oleh kamar TUN adalah sebagai berikut:

Angggota kamar dibagi ke dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari sejumlah hakim agung, panitera pengganti, dan ope-rator.

Setiap kelompok dibekali satu layar proyektor dan melalui proyektor tersebut ditampilkanlah draft putusan. Para hakim agung yang berkeduduk-an sebagai P1 dberkeduduk-an P3 dalam perkara yang ditampilkan tersebut mencer-mati dengan seksama.

Jika ada kekeliruan pengetikan atau kerancuan redaksi, pada saat itu juga langsung dilakukan perbaikan. Apabila proses koreksi sudah sele-sai, draft putusan langsung dicetak dan ditandatangani.

Salah satu best practice dari sistem koreksi bersama ini adalah kegiatan yang digelar Kamar TUN, 11-13 November 2013, yang lalu. Panitera Muda TUN, Ashadi, me-nyampaikan bahwa selama 3 hari koreksi bersama berhasil menyele-saikan 300-an putusan siap kirim. Jumlah ini tidak mungkin dicapai se-lama 3 hari melalui metode koreksi konvensional. (AN/MMA)

(24)

LAPORAN U TAM A

PROF. ABDUL MANAN:

“Ini Kewajiban Saya”

BERBAGAI macam program di-terapkan Panitera Mahkamah Agung demi memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat pencari keadilan dalam proses penyelesaian perka-ra. Salah satunya adalah pemberian reward kepada hakim agung dan panitera pengganti terbaik yang bisa menyelesaikan perkara dengan tepat dan cepat.

Mengutip dari website kepani-teraan Mahkamah Agung, Soeroso Ono selaku Panitera MA mengatakan bahwa ruang lingkup kinerja hakim agung yang menjadi dasar pembe-rian reward dalam pemeringkatan kinerja adalah jumlah perkara yang

diberi pendapat dan diputus. Se-dangkan kinerja panitera pengganti dinilai dari seluruh rangkaian proses minutasi perkara dengan indikator jumlah perkara yang diminutasi.

Penetapan hakim agung dengan kinerja tertinggi pada semester perta-ma tahun 2013 tertuang dalam Kepu-tusan Ketua MA Nomor 109/KMA/SK/ VII/2013 tanggal 8 Juli 2013. Dalam keputusan tersebut disebutkan ki-nerja masing-masing hakim agung yang mendasari pemberian predikat sebagai hakim agung berkinerja ter-tinggi tersebut. Abdul Manan yang meraih peringkat pertama berhasil menyelesaikan sebanyak 901 berkas

pada periode Januari-Juni 2013. Sebagai hakim agung yang mendapat peringkat pertama, Prof. Dr. Drs. H. Abdul Manan, SH., S.IP., M.Hum menerima cincin sebagai hadiah dari Panitera MA. Nah, se-buah hal istimewa, kali ini majalah Mahkamah Agung berkesempatan mewawancarainya. Berikut petikan-nya.

Selamat atas terpilihnya Bapak se-bagai hakim agung terbaik perta-ma dalam percepatan penyelesai-an perkara.

Terima kasih. Tetapi saya mau meralat dulu. Sebenarnya saya

(25)

kan yang terbaik. Ini cuma sebuah prestasi. Saya tidak tahu apakah saya yang terbaik, karena pasti ada yang lebih baik dari saya.

Bagaimana Bapak bisa mendapat-kannya?

Sebenarnya saya sendiri tidak tahu kenapa saya mendapatkan re-ward ini. Sebab saya tidak pernah

berpikir tentang hal itu. Saya hanya bekerja dan bekerja. Ini kewajiban saya sebagai hakim agung. Jika per-kara sudah sampai di meja saya, itu tandanya ada tugas atau kewajiban yang harus saya lakukan langsung. Bahkan, jika tidak selesai di kantor, saya bawa pulang ke rumah. Saya memiliki target setiap hari menyele-saikan minimal 10 berkas perkara. Saya tidak pernah memikirkan re-ward. Ini memang sudah tugas saya sebagai hakim agung. Tugas hakim itu menerima (berkas), memeriksa, mengadili dan memutuskan. Jadi, saya melakukan tugas pokok saya itu sebagai hakim. Saya tidak pernah berharap akan reward, itu tidak per-nah terpikirkan. Tetapi ternyata ada yang memperhatikan masalah itu, ya alhamdulillah. Kurang-lebih 1.000 berkas perkara saya selesaikan da-lam kurun waktu Januari-Juni 2013.

Ada trik khusus dalam menyele-saikan berkas perkara?

Saya tidak memiliki trik khusus dalam menyelesaikan berkas perka-ra. Mungkin karena saya sudah ter-biasa saja. Saya sebelumnya adalah

hakim karir, hingga kini kurang lebih sudah 37 tahun menjadi hakim. Maka saya sudah sangat terbiasa memba-ca berkas, sudah tahu teknik meme-riksa berkas. Kunci-kuncinya sudah saya tahu. Misalnya, perkara pokok-nya apa. Selain itu, saya pun hobi membaca, apalagi jika kasus-kasus berat, saya senang membacanya, seperti ada tantangan tersendiri.

Pendapat Bapak mengenai sistem elektronik membaca bersama?

Sistem baru ini sangat saya apresiasi. Artinya, kita bisa bekerja di mana saja. Misalnya, saat macet atau menunggu di bandara, bisa memerik-sa berkas. Saya memerik-sangat mendukung sistem ini. Semoga bisa meningkat-kan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan publik. Teta-pi sistem, sebagus apapun, tetap menuntut para hakim untuk mem-baca. Artinya, tim majelis harus fokus memeriksa berkas, bukan melakukan kegiatan lain. P1, P2 dan P3, semua harus membaca. Jangan sampai ber-kas berhenti di salah satu pembaca, sebab itu akan menghambat proses penyelesaian perkara.

Saya berharap sistem ini bisa menjadi terobosan baik dalam perce-patan penyelesaian perkara.

Jika rasa bosan melanda, aktivitas apa yang Bapak lakukan?

Alhamdulillah setiap Sabtu saya masih mengajar S3 di beberapa uni-versitas, seperti UNS Solo, Jayabaya

Jakarta, Universitas Riau, Univer-sitas Batam, dan UniverUniver-sitas di Me-dan. Bagi saya itu menjadi refreshing tersendiri.

Kalau di rumah, refreshing saya menonton sinetron kolosal, cerita se-jarah, seperti Si Buta dari Goa Hantu, Sunan Kali Jaga, dan Joko Tingkir. Saya senang menonton yang seperti itu. Selain menghibur, sinetron ko-losal mengingatkan masa lalu saya waktu jadi mahasiswa. Saat itu saya pernah membintangi beberapa ilm kolosal seperti Sunan Kali Jaga dan Janur Kuning.

Kalau di kantor, jika rasa bosan datang, biasanya saya makan ke-luar bersama hakim agung lain, se-perti Pak Imron, Prof. Syamsul, Prof. Ghani, dan Prof. Takdir. Kalau dulu masih ada Bu Rehngena dan Bu Mieke, mereka yang koordinir, seka-rang ya kami-kami aja.

Harapan Bapak dengan adanya re-ward ini?

Saya kira hal ini cukup postif, bisa menjadi pemicu bagi hakim agung dan panitera untuk fokus menyelesaikan perkara. Diteruskan saja. Kalau bisa, hadiahnya ditingkat-kan. He he he.

(26)

LAPORAN U TAM A

FEBRY WIDJAJANTO:

“Kunc inya Sine rgit a s”

Bagaimana caranya bisa mendapatkan re-ward ini?

Sebenarnya yang saya lakukan ya biasa saja. Seper-ti yang lain. Jika ada pekerjaan langsung saya kerjakan. Tips saya bahwa pekerjaan tidak dijadikan beban, saya melakukannya sebagai ibadah, menjalankan amanah Tuhan, amanah pimpinan kami, dan amanah institusi se-baik-baiknya. Terus terang saya tidak punya target khusus

dalam menyelesaikan berkas, karena saya tidak pernah menjadikan pekerjaan ini beban, saya menjalankannya dengan ikhlas dan konstan. Saya tidak mau pekerjaan itu jadi hutang, nanti menganggu ikiran.

Bagi saya yang terpenting adalah sinergi. Kita bisa mem-bayangkan, jika komputer hanya terdiri dari monitor saja, tanpa adanya keyboard, processor, mouse dan yang lain-nya. Pasti komputer itu tidak bisa digunakan. Apapun yang

SELAIN Hakim Agung, Panitera Mahkamah Agung mulai tahun 2013 memberikan reward kepada Panitera Pengganti (PP). Tujuannya sama, yaitu untuk menciptakan iklim kompetitif bagi para PP dalam menyele-saikan proses minutasi perkara. Pemberian reward ini akan diberikan dua kali dalam satu tahun. Pada periode Januari-Juni 2013 ini para panitera yang mendapatkan reward adalah: Febry Widjajanto, SH, MH (kamar perdata) peringkat pertama dengan minutasi 198 perkara. Mar-iana Sondang. MP, SH, MH (kamar pidana) peringkat kedua dengan 172 perkara. Amin Safrudin, SH, MH (kamar pidana) peringkat ketiga dengan 167 perkara. Penetapan PP dengan kinerja minuta-si tertinggi ini dituangkan dalam Surat Keputusan Pani-tera Mahkamah Agung Nomor 959/PAN/HK.OO/VII/2013 tanggal 5 Juli 2013.

Pada edisi kali ini, Tim Majalah Mahkamah Agung mewawancarai Panitera Pengganti peringkat perta-ma. Hakim yang pernah bertugas di Pengadilan Negeri Kudus ini bercerita gamblang di ruang ker-janya.

Selamat atas reward yang Bapak terima. Terima kasih banyak. Hal ini menjadi pemacu bagi saya dan yang lainnya dalam menjalan-kan tugas sehari-hari. Saya bumenjalan-kan single ighter, prestasi ini adalah hasil sinergi de-ngan tim yang lain. Kebahagiaan ini adalah kebahagiaan saya, tim, pimpinan, dan kebaha-giaan institusi.

(27)

kah Bapak merasa bosan? Jika iya, bagaimana mengatasi rasa bosan terse-but?

Tentu saja sebagai manusia biasa saya memiliki rasa bosan. Tetapi karena ini adalah kewajiban, peker-jaan yang harus saya selesaikan. Saya selalu berusaha menekan dengan sikap ikhlas, tulus, dan konstan. Se-andainya rasa bosan itu 60 persen, saya akan menekan-nya sampai 10 persen. Otomatis rasa bosan akan hilang dengan sendi rinya. Bagi saya, jika saya bisa, saya ingin menyelesaikan berkas perkara sebanyak-banyaknya. Kita kan tidak pernah mengharapkan perubahan yang jelek, tetapi suatu perubahan yang ke depan yang lebih baik, untuk itu sikap ikhlas dalam bekerja harus selalu ditanamkan.

Siapakah yang paling memiliki andil dalam penyelesaian berkas perkara?

Saya tidak pernah mengecilkan peran siapapun. Besar kecilnya peranan, semuanya memiliki andil. Kita harus bersinergi.

Pendapat Bapak dengan Sistem Membaca Bersama?

Saya berharap program elektronik bukan hanya memberikan cepatnya proses penyelesaian perkara, tetapi juga kualitas yang tetap terjaga. Kuantitas saja, jika tidak dibarengi dengan kualitas percuma saja. Tidak ada manfaatnya. Tetapi jika kualitasnya tetap terjaga, sistem ini tepat, program ini menjadi baik dan bermanfaat.

Pendapat Bapak mengenai reward ini?

Jika hal ini positif ya teruskan. Perbaiki apa yang kurang. Saya berharap reward ini bisa menjadi pemacu bagi saya dan yang lainnya. (AZH/MMA)

Staf Panitera Muda Perdata Umum sedang membereskan berkas. saya lakukan, yang saya raih pasti ada andil pihak-pihak

lain, tim yg solid, teman-teman, dan staf operator semua sangat membantu. Kita tidak boleh sombong. Kita tidak bisa melakukan apapun jika tidak solid, jika tidak ada si-nergitas.

Kita harus komit dan istiqomah. Semua ini adalah amanah. Amanah Tuhan, amanah pimpinan kami, dan amanah institusi. Apa yang sudah menjadi tugas kita, laku-kanlah dengan sebaik mungkin. Baik karena atas nama ibadah maupun karena menjaga nama baik institusi. Kita tidak bisa menutup mata bahwa di luar sana, dari berbagai lapisan masyarakat menyoroti Mahakamah Agung. Nah kita sebagai salah satu pemilik andil, kita harus melakukan hal-hal yang terbaik demi institusi kita.

Bagaimana cara Bapak menyelesaikan Ber-kas?

Berkas saya bawa pulang. Ada yang bilang bahwa

jangan membawa pekerjaan kantor ke rumah. Tetapi ti-dak berlaku bagi saya, karena pekerjaan ini adalah bagian hidup saya. Sejak saya tugas di Pengadilan Negeri, saya selalu membawa pekerjaan ke rumah, kalau tidak, berkas akan selalu menumpuk sehingga penyelesaian berkas menjadi terbengkalai.

(28)

apa-LAPORAN U TAM A

MAHKAMAH AGUNG terus berupaya untuk mempercepat penyelesaian tunggakan perkara kasasi dan pengajuan kembali . Dalam rangka itu, MA memo-dernisasi manajemen perkara di lingkungan MA dan badan peradilan di bawahnya. Menurut Cetak Biru MA, paling lambat 2015 modernisasi sudah harus tercapai. Hal ini bukan perkara sulit, karena tahun 2011 MA sudah meman-faatkan teknologi informasi melalui Direktori

Putusan. Dan 2012, diluncurkan CTS. Pada akhir 2013, sesuai kebijakan Ketua MA, manajemen perkara berbasis teknologi informasi sudah terlaksana. Saat ini seluruh peradilan tingkat pertama dan tingkat tinggi sudah memiliki web, dan CTS/SIPP sudah terlaksa-na.

Untuk mengenal le-bih dalam manajemen per-kara yang telah dilakukan MA, tim majalah Mahkamah Agung (Herki Artani dan Azizah) mewawancarai Suwardi. Dia adalah ketua Pokja Manajemen Perkara MA. Berikut petikannya.

Hambatan apa saja yang dialami MA dalam mengatasi masalah tunggakan perkara? Dan bagaimana cara mengatasi hambatan-ham-batan itu?

Ada beberapa hambatan dalam mengatasi masalah tunggakan perkara. Pertama, faktor perangkat perun-dang-undangan. Undang-Undang tidak mengatur

pem-batasan perkara perdata yang dapat diajukan kasasi mau-pun PK. Kedua, jumlah hakim agung belum mencukupi sesuai de ngan kuota yang ditentukan dalam Undang-Un-dang. Ketiga, faktor etos kerja para hakim agung. Maksud-nya, kinerja para hakim agung belum merata. Keempat, faktor kesadaran hukum masyarakat pencari keadilan. Banyak perkara yang diajukan kasasi atau PK, sekalipun

permasalahannya sudah jelas dan dalam hati kecilnya pihak yang kalah mengakui bahwa mereka di

pi-hak yang salah.

Untuk mengatasi hambatan tersebut, perlu revisi undang-undang yang

memberikan pembatasan perkara yang dapat diajukan kasasi atau

PK. Jenis perkara perdata diklasi-ikasikan atas perkara biasa dan perkara perdata kecil (small claim). Untuk perkara perdata kecil diten-tukan misalnya nilainya maksimal Rp. 100.000.000,- dan perceraian ditentukan upaya hukumnya cukup sampai di tingkat banding.

Juga perlu undang-undang atau peratur-an Mahkamah Agung yperatur-ang mengatur hukum acara pemeriksaan perkara perdata kecil dengan sistem small claim port.

Sementara itu jumlah hakim agung perlu ditambah sesuai dengan kuota yang ditentukan dalam Undang-Undang, yaitu 60 orang.

MA sudah mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mengatasi tunggakan perkara di MA, di antaranya pembatasan perkara yang dapat diajukan kasasi dan PK. Apakah pengaruh

Modernisasi Manajemen Perkara

Berbasis e-Dokumen dan e-Manajemen

Wawancara Suwardi, SH., MH.,

Ketua Pokja Manajemen Perkara

(29)

kebijakan-kebijakan itu cukup signiikan un -tuk mengurangi tunggakan perkara di MA?

Belum. Pembatasan perkara yang dapat diajukan kasasi dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 jo. Un-dang-Undang No. 5 Tahun 2004 jo. UnUn-dang-Undang No. 3 Tahun 2009 belum cukup signiikan mengurangi tunggakan perkara di MA. Karena undang-undang itu tidak mengatur pembatasan perkara yang dapat diajukan kasasi atau PK dalam perkara perdata.

Jika kita letakkan situasi MA sekarang ini pada road map MA menurut Cetak Biru, apa-kah perkembangan penyelesaian tunggakan perkara ini sudah sesuai dengan harapan?

Belum juga. Perkembangan penyelesaian tunggakan perkara pada saat ini belum sesuai dengan harapan,

kare-na perbandingan antara perkara yang masuk dan perkara yang diputus pada tahun 2011 belum signiikan (lihat lapor-an tahunlapor-an 2011).

Usaha-usaha apa lagi yang dapat dilakukan untuk mengatasi tunggakan perkara di MA?

Gambar

Gambar 1 : Bagan Sistem Informasi Mahkamah Agung Terintegrasi

Referensi

Dokumen terkait

Pesan moral yang disampaikan oleh iklan Sampoerna Hijau dengan slogan yang cukup sederhana melalui kata – kata yang tidak sulit dicerna oleh akal pikiran manusia ini

Kedua novel yang menjadi objek penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun novel-novel tersebut ditulis oleh perempuan yang juga memiliki pengalaman menjadi TKW,

Tahap penyimbolan siswa S08 mendapatkan skor maksimal pada indikator siswa dapat menuliskan simbol-simbol matematika yang didapatkan pada percobaan yang telah dilakukan

Sedangkan untuk penambahan konsentrasi etilen glikol 10, 20, 30 dan 40% secara statistik tidak berbeda secara signifikan sehingga dapat disimpulkan bahwa pada

Melalui sidang-sidang BPUPKI, usulan rumusan calon Dasar Negara, hingga menjadi rumusan Dasar Negara seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.. Rumusan Pancasila

Hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan didapatkan keluarga untuk mengenal masalah dalam pemenuhan nutrisi adalah

Berdasarkan hasil analisis faktor dari 31 item pernyataan yang dijadikan variabel dalam proses pengolahan data, terbentuk enam faktor yang berpengaruh terhadap

Hal ini didukung oleh beberapa hasil penelitian seperti penelitian Rosanjaya (2013) yang berjudul tentang prilaku gaya hidup sehat terhadap pencapaian prestasi