i
DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA
TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ANAK
STUDI KASUS PADA TIGA KELUARGA
DI KELURAHAN LODOYONG
KECAMATAN AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
LU’LUUL KHASANAH
NIM. 111-12-191
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
vi
MOTTO
“Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”
“Sebaik-Baiknya Perhiasan Adalah Istri Sholihah
Sebaik-Baiknya Harta Adalah Anak Yang Sholih-Sholihah
vii
PERSEMBAHAN
Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah Bacalah, dan Tuhanmulah yang
maha mulia, Yang mengajar manusia dengan pena,
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (QS: Al-’Alaq 1-5)
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan ? (QS: Ar-Rahman 13)
Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat
(QS : Al-Mujadilah 11)
Kupersembahkan sebuah karya kecil ini untuk:
1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Muhammad Shohibul Hadi dan ibu
Qo’idah yang tiada pernah hentinya selama ini memberiku semangat, doa,
dorongan, nasehat dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat menjalani setiap rintangan yang ada didepanku.
2. Almukaram Abah K.H. Hasyim Hadi dan Ummah Nyai.Hj. Umi Hasyim beserta Almukaram Abah K.H. Abdul Qadir al Hafidz yang selalu memberikan dorongan spiritual, nasehat dan motivasi selama menimba ilmu di pesantren.
3. Kedua kakakku Syaiful Bahri Zen,S.Pd.I. dan Muhammad Ulil Absor yang selalu membimbing, memberikan dorongan dan inspirasi dalam hal kuliah dan selalu ada saat aku butuhkan.
4. Kedua adikku tercinta Muhammad Abdul Aziz dan Muhammad Idris Lutfi yang selalu menjadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, dan semoga mereka bisa mengikuti langkah kakaknya.
5. Teman-teman mengajarku guru SDN Lodoyong 02 yang menjadi penyemangat dan selalu memberikan waktu dan ijin untuk penyelesaian skripsiku.
viii
7. Keluarga besar Pon.Pes Al Mujahidin Ambarawa yang selalu ada waktu untuk keluhkesahku selama ini.
8. Teman sejawat saudara seperjuangan PAI angkatan 2012. "Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersamasahabat-sahabatterbaik”.
9. Sahabat-sahabatku tercinta (Ara, Ida, Fifi, Silvi, Mbak Uun, Putik, Olip, Asnan, Ika dan Risma) yang setia menemaniku dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Keluarga besar Asrama Al Muflihun Kota Salatiga yang sudah berkenan menerima saya untuk menginap dalam penyelesaian skripsi khusus buat Ustadzah Arfi dan Ustadzah Ida yang welcom dalam menerima saya. 11.Seseorang yang tidak perlu disebutkan namanya. Dia yang selalu memberi
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam penyelesaian skripsi ini. Sholawat serta salam semoha tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan para pengikut setianya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di institut Agama islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
x
5. Para dosen pengajar di lingkungan IAIN Salatiga, yang telah membekali pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Keluarga besar penulis, atas segala motivasi, dukungan dan doa restu kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Berbagai pihak yang secara langsung dan tidak langsung yang telah membantu baik moral maupu materiil dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.
Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
xi
ABSTRAK
Lu’luul, Khasanah. 2017.Dampak perceraian orang tua terhadap pendidikan
agama anak studi kasus dalam tiga keluarga di kelurahan Lodoyong kecamatan Ambarawa kabupaten Semarang tahun 2017. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK), Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.
Kata Kunci:Pendidikan agama anak, Perceraian Orang Tua
Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui Dampak perceraian terhadap pendidikan agama anak dalam keluarga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) Apa penyebab terjadinya perceraian orang tua di kelurahan Lodoyong kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, (2) Bagaiamana pendidikan agama anak dalam keluarga sebelum terjadinya perceraian orang tua? (3) Bagaimana dampak negatif perceraian terhadap pendidikan agaman anak dalam keluarga? Dengan demikian, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya perceraian orang tua di kelurahan Lodoyong kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang, mengetahui pendidikan agama anak dalam keluarga sebelum terjadinya perceraian orang tua dan mengetahui dampak negatif perceraian terhadap pendidikan agaman anak dalam keluarga.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data diperoleh melalui triangulasi sumber. Data yang terkumpul dianalisis dengan cara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN BERLOGO ... ii
NOTA DINAS PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
MOTTO ... vi A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian... 6
D.KegunaanPenelitian ... 6
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Penelitian ... 8
G.Sistematika Penulisan ... 15
BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Perceraian 1. Pengertian Perceraian Orang Tua...16
2. Penyebab Perceraian ...17
xiii
B. Pendidikan Agama Anak dalam Keluarga ... 22
1. Pengertian pendidikan agama anak dalam keluarga...22
2. Hak dan kewajiban Ayah, ibu dan anak ...25
3. Metode mendidik anak ...29
C. Dampak perceraian orang tua terhadap pendidikan agama anak dalam keluarga ...36
D. Penelitian yang relevan ...40
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data ... 43
1. Letak Geografis Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa .. 43
2. Keadaan Demografi ...44
3. Keadaan Sarana Prasarana ...45
4. Struktur Organisasi ...47
B. Temuan Penelitian ...47
1. Penyebab Terjadinya Perceraian Orang Tua di Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa ...47
2. Pendidikan Agama Anak dalam Keluarga Sebelum Terjadinya Perceraian Orang Tua ... 50
3. Dampak Perceraian Orang Tua terhadap Pendidikan Agama Anak dalam Keluarga ...54
BAB IV : PEMBAHASAN A. Penyebab Terjadinya Perceraian Orang Tua di Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa ...59
B. Pendidikan Agama Anak dalam Keluarga Sebelum Terjadinya Perceraian Orang Tua ... 61
xiv BAB V : PENUTUP
xv
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Agama ... 44
2. Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia ... 44
3. Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 45
4. Tabel 3.4 Sarana Pendidikan...45
5. Tabel 3.5 Sarana Ibadah... ... 46
6. Tabel 3.6 Olah Raga/ Kesenian dan Sosial ...46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN 1. Akta Cerai dan KK
2. Daftar Nilai SKK 3. Riwayat Hidup Penulis 4. Nota Pembimbing Skripsi 5. Surat Keterangan Ijin Meneliti
6. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian 7. Lembar Konsultasi
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hidup berkeluarga dijalani hampir seluruh umat manusia. Bahkan orang yang hidup sebatang kara pun pernah mengalami suasana hidup dalam keluarga. Maka sudah selayaknya jika hidup dalam sebuah keluarga memberikan warna atau kontribusi tersendiri dalam pembentukan perilaku seseorang. Hidup dalam keluarga tidak hanya dilihat sebagai urusan pribadi maupun urusan kemasyarakatan. Akan tetapi hidup berkeluarga sebagai cara hidup yang sesuai dengan rencana dan kehendak Allah.
Kenyataan yang semacam ini akan mempunyai arti positif pada kehidupan berkeluarga. Seluruh anggota keluarga tidak hanya sebagai partner hidup. Namun mereka adalah amanat dari Allah yang harus dijaga. Dalam penjagaannya tentu harus sesuai dengan kaidah yang telah diberikan dari Sang pemberi amanat tersebut.
Keyakinan semacam ini akan mendorong seseorang untuk lebih berhati-hati dan tidak sembarangan dalam menjaga amanat tersebut. Karena kelak amanat itu pasti dimintai pertanggung jawaban. Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. At-tahrim ayat 6.
2
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
Dari ayat tersebut telah jelas bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk menjaga diri dan keluarganya dari hal-hal buruk yang akan merugikan mereka sendiri. Perintah ini dapat dilakukan dengan cara memperdulikan keluarganya baik dari segi pendidikan maupun perilaku.
Dengan demikian penting sekali peran keluarga bagi anak, karena keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya anak mendapat pendidikan yang pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak, oleh karena itu keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan berpengaruh positif terhadap anak sedangkan keluarga yang buruk akan berpengaruh negatif (Ahid, 2010: 99).
3
Namanya orangtua pasti ingin menjadikan anak itu lebih baik dibandingkan diri mereka, dengan demikian pasti orang tua memberikan bekal hidup untuk anak-anak mereka agar hidupnya lebih baik dari pada orangtuanya. Salah satu bekal yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya adalah pendidikan agama.
Agama sebagai pondasi yang dapat membentengi anak agar ketika ia remaja maupun dewasa nantinya dapat mengfilter segala yang buruk. Di dalam mendidik anak, orang tua harus betul-betul mampu memiih suatu metode yang tepat serta dapat berpengaruh positif terhadap tingkat perkembangan anak. Karena memang orang tua mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap masa depan anak dalam berbagai tingakatan umur mereka, dari masa kanak-kanak hingga remaja, sampai beranjak dewasa baik dalam mewujudkan masa depan yang bahagia dan gemilang maupun masa depan yang sengsara dan menderita.
Namun disisi lain, keluarga khususnya orang tua sering kali menjadi sumber konflik bagi sejumlah orang. Secara tidak sadar keluarga yang tidak harmonis kebanyakan mengarah pada terjadinya perceraian. Permasalahan yang seperti itu salah satu hal yang ditakutkan oleh seorang anak. Ketika perceraian terjadi anak akan menjadi korban utama, anakmerasa tidak aman, tidak diinginkan atau ditolak oleh orangtuanya, sedih dan kesepian, marah,
4
lainnya, menjadi pendiam, tidak lagi ceria, tidak suka bergaul, sulit
berkonsentrasi, dan tidak berminat pada tugas sekolah sehingga prestasi di
sekolah cenderung menurun, suka melamun, terutama mengkhayalkan
orangtuanya akan bersatu lagi.
PerceraianmenurutUU No.1 Tahun 1974tentangperkawinanpasal 39 ayat 1 Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak(Nasution, 2002: 221).Banyaknya perceraian yang terjadi diantara pasangan suami istri disebabkan karena mereka sudah tidak dapat
membina hubungan perkawinan dan rumah tangga lagi. Berita tentang
perceraian suami istri banyak menghiasi tayangan media elektronik seperti
televisi dan media cetak.
Perceraiantidakhanyaterjadidikalanganparaartissajanamundikalangan
masyarakatbiasapunbanyak yang terjadi.Sepertihalnya di daerahkabupaten
Semarang, pada tahun 2015 tercatat bahwa tingkatperceraian suami istri
mencapai 2.214 perkara yang diputusi dari 8.000 angkapernikahan yang
terjadi.
Dari 2.214 perkara perceraian ini masing- masing meliputi 1.319 perkara
perceraian yang diputus di Pengadilan AgamaAmbarawa. Dari pernyataan
tersebut berarti tingkat perceraian di kecamatan ambarawa termasuk
kategori tinggi dengan berbagai alasan yang melatar belakangi. Dalam hal
ini kasus yang diangkat oleh penulis adalah kasus perceraian
5
sudah tidak ada keharmonisan dan banyak konflik yang menjadi faktor
penyebab.
Cerai merupakan peristiwa traumatis yang sangat berdampak besar
terhadap anak-anak. Anak akan merasa sangat kehilangan orang tua dari
kehidupan yang dijalaninya. Hal itu akan sangat berpengaruh besar terhadap
perkembangan pribadi anak atau perkembangan psikologis anak. Selain itu
anak akan merasa tidak nyaman di rumah dan sebagai kompensasi, anak
akan mencari tempat yang nyaman yang sekiranya dapat menerimanya dan
membuat nyaman. Tidak seperti orang dewasa yang dapat berpaling pada
teman, atau pun kerabatnya untuk mendapatkan dukungan moril dan saran,
sedangkan anak korban perceraian mereka tidak dapat dukungan dari
siapapun. Konflik yang terjadi pada kedua orangtua sudah pasti akan
berimbas pada anak-anak mereka. Hidup di lingkungan keluarga yang sering
bertengkar, akan menyulitkan bagi anak untuk mengembangkan kepribadian
yang sehat. Hal ini membuka peluang bagi perkembangan rasa kurang
percaya diri yang intens, yang membuat mereka sering mengalami
kegagalan dalam meraih prestasi yang optimal (Sadarjoen, 2005: 93).
Terutama dalam pendidikan didalam keluarga. Karena ayah dan ibu anak
sudah bercerai, pasti perhatian, mengawasi, mendidik, dan kepedulian
terhadap anak berkurang apalagi dalam hal pendidikan agama. Biasanya
sebelum orang tua bercerai anak diperhatikan, setiap waktu sholat
diingatkan untuk melakukan sholat dan diajak sholat berjamaah, kemudian
6
sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam. Namun setelah orangtua bercerai
kehidupan anak menjadi terbalik, sekarang banyak orangtua yang
menitipkan anaknya kepada kakek ataupun neneknya kemudian hanya
dikasih uang, tidak pernah memperhatikan bagaimana perkembangan
anaknya, dari prestasi si anak di sekolahan, sholatnya, puasanya, sopan
santunnya dan mengajinya. Seperti halnya yang dirasakan anak-anak Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang banyak menjadi korban perceraian orang tua mereka. Diantara mereka sering melakukan perbuatan yang sesuka hati yang menurut mereka itu paling benar, ketika diantar mengaji malah bolos, disuruh sholat malah membangkan, kepada orangtua berani, dll.
Bertolak dari latar belakang diatas maka penulis mengangkat judul sebagai berikut:
“DAMPAK PERCERAIAN ORANG TUA TERHADAP
PENDIDIKAN AGAMA ANAK STUDI KASUS PADA TIGA
KELUARGA DI KELURAHAN LODOYONG AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2017”.
B.RumusanMasalah
7
1. Apa penyebab terjadinya perceraian orang tua di kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang 2017?
2. Bagaimana pendidikan agama anak dalam keluarga sebelum terjadinya perceraian orang tua di kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang 2017?
3. Bagaimana dampak negatif perceraian orang tua terhadap pendidikan agama anak dalam keluarga di kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang 2017?
C.Tujuan
1. Mengetahui penyebab terjadinya perceraian orang tua di kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang 2017.
2. Mengetahui pendidikan agama anak dalam keluarga sebelum terjadinya perceraian orang tua di kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang 2017.
3. Mengetahui dampak negatif perceraian orang tua terhadap pendidikan agama anak dalam keluarga di kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang 2017.
D.Kegunaan Penelitian
8
1. Dapat memberikan sumbangan dan informasi yang berarti bagi pengembangan keilmuan di bidang pendidikan dan psikologis anak. 2. Sumbangsih pemikiran tentang dampak perceraian orang tua terhadap
psikologis anak di Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang.
9 E.Penegasan Istilah
1. Perceraian orang tua
Cerai diartikan pisah/ putus hubungan sebagai suami istri atau dalam Islam adalah talak (Pusat Bahasa, 2008: 290 ).
Orang tua adalah pembimbing dan pendidik dalam keluarga yang pertama dan utama bagi anak-anaknyayaitu bapak dan ibu.
Perceraian orang tua adalah terputusnya keluarga atau perpisahan yang terjadi antara suami dan istri karena salah satu meninggal ataupun keduanya tidak bisa didamaikan dihadapan hakim karena alasan tertentu dan tidak bisa menjalankan kewajibannya dalam hal urusan suami istri.
2. Pendidikan AgamaAnak dalam Keluarga
Pendidikan dalam kamus besar bahasa indonesia pusat bahasa
(2008: 326) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang alam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa
(2008: 15) adalah ajara, sistem yang mengatur tata keimanan (
kepercayaan ) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta
tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta
lingkungannya ( Islam, Kristen, Buda ).
10
Keluarga adalah ibu dan ayah beserta ank-anaknya seisi rumah. Pendidikan agama anak dalam keluarga adalah proses pengubahan sikap dan perilaku anak sesuai pedoman atau ajaran yang dianut didalam rumah dan pendidiknya adalah ayah dan ibu.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Penelitian lapangan adalah suatu tindakan penelitian yang dilakukan di tempat penelitian yang dipilih untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi penelitian (Fathoni, 2006: 96). Penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penyelidikan secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang ada relevansinya dengan penelitian ini (Muhadjir, 2002: 38).
Untuk melaksanakan penelitian ini penulis menggunakan penelitian kualitatif. Moloeng menjelaskan penelitian kualitatif adalah prosedur data penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moloeng, 2011: 4).
2. Kehadiran Peneliti
11
dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi Dusun Pandean Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dan terlibat secara langsung dalam usahanya untuk memperoleh data dan berbagai informasi. Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis pada bulan Januari 2017 sampai selesai.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Pandean Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang yang difokuskan pada 3 orang anak. Peneliti memilih lokasi ini karena sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian tentang dampak perceraian orang tua terhadap perkembangan psikologi pendidikan agama anak di Dusun Pandean Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. 4. Sumber Data
Untuk pengambilan data dalam penelitian ini, penulis mengambil dan mengumpulkan data dari sumber data primer (utama) dan sumber data sekunder (pendukung).
a. Sumber Primer
12 b. Sumber Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data sekundernya seperti kroscek dari anak yang menjadi korban perceraian dan tokoh masyarakat atau guru ngaji dan dokumen-dokumen seperti Studi Pustaka digunakan untuk memperoleh data dan informasi yang
berhubungan menunjang dengan permasalahan penelitian. Data dan
informasi diperoleh melalui studi daftar pustaka melalui buku,
lapangan penelitian, karya ilmiah, dokumenp-dokumen, arsip pihak
terkait, catatan-catatan, artikel dan koran.
5. Metode Pengumpulan Data
Menurut Maslikhah (2013: 321), prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
a. Wawancara
Menurut Maslikhah (2013:321) Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.
13
terjadinya perceraian, dan dampak perceraian mereka terhadap diri anak.
b. Observasi
Observasi dapat diinterpretasi secara komprehensif sebagai suatu pengamatan mendalam, teliti mengenai fenomena yang ada di sekitar kita dan kemudian didokumentasikan dalam rangka untuk mengungkapkan keterkaitan antarfenomena. Dengan demikian kegiatan observasi tidak lepas dari kegiatan untuk membuat dokumen (pendokumentasian) mengenai gejala itu sendiri (Yunus, 2010: 376). Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan, mencatat secara langsung tentang keadaan atau kondisi pendidikan agama anak dalam keluarga cerai di kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang tahun 2017. c. Dokumentasi
14 6. Analisis Data
Dalam analisis data ada yang mengemukakan proses dan ada pula yang menjelaskan tentang komponen-komponen yang perlu ada ( Moleong, 2009: 248 ).
Analisis data yang digunakan adalah analisi data secara induktif. Berarti bahwa upaya pencarian data bukan dimaksudkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dirumuskan sebelum penelitian diadakan, akan tetapi lebihmerupakan pembentukan abstraksi berdasarkan bagian-bagian yang telah dikumpulkan kemudian dikelompok- kelompokkan ( Moleong, 2009: 10-11 ).
Menurut Salim dalam tulisan Maslikhah (2013: 323), proses analisis data sebagaimana penelitian kualitatif, digunakan teknik analisis data sebagai berikut:
a. Reduksi data yaitu proses pemilihan, pemusatan pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang diperoleh di lapangan.
b. Penyajian data yaitu deskripsi kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
15
keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang mungkin ada, alur akusalitas, dan proposisi.
7. Pengecekan Keabsahan Temuan
Sebagai upaya untuk membuktikan bahwa data yang diperoleh itu benar-benar valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Menurut Moleong (2011: 330-332) data yang telah terkumpul diuji keabsahannya dengan teknik triangulasi data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dan untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah melalui sumber lainnya. Ada tiga macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu sumber, metode, dan teori.
a. Triangulasi sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif, menurut Patton hal itu dapat dicapai dengan jalan:
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara;
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi;
16
4) Membandingkan keadaan dan persepektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; dan
5) Membandingan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
b. Triangulasi metode,menurut Patton terdapat dua strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengempulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. c. Triangulasi teori, menurut Lincoln dan Guba menganggap bahwa
fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Sedangkan Patton berpendapat lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (Moleong, 2011: 330-332).
Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi sumber yaitu dilakukan dengan cara membandingkan hasil wawancara dengan hasil observasi atau sebaliknya, dan membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
17 8. Tahap-Tahap Penelitian
Menurut Moleong (2009: 127), dalam tahap penelitian ini terdiri dari tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data.
a. Tahap Pra-Lapangan
Pada tahapan ini, peneliti harus menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. Untuk penelitian di Kelurahan Lodoyong Kabupaten Semarang, maka peneliti menyusun rancangan penelitian berupa rumusan penelitian, surat izin penelitian, persiapan untuk penelitian, beberapa rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, memilih dan menentukan informan, serta meyiapkan hal-hal lain yang dibutuhkan dalam penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
18
Ketua KESBANGPOL Kab.Semarang, Camat Ambarawa, Lurah Lodoyong, , dan Ketua RT setempat, selanjutnya melakukan observasi pada anak yang menjadi korban perceraian orang tua dan kemudian mencari/meminta dokumen-dokumen yang ada di Dusun Pandean Kelurahan Lodoyong Kabupaten Semarang untuk dijadikan data penelitian.
c. Tahap Analisis Data
Menganalisa hasil temuan data dari penelitian baik secara lisan ataupun tulisan. Semua data yang diperoleh di Dusun Pandean Kelurahan Lodoyong Kabupaten Semarang akan dianalisis dan dipilah oleh peneliti.
G.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi merupakan garis besar penyusunan untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Oleh karena itu, skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika sebagai berikut.
BAB I : PENDAHULUAN
19 BAB II : KAJIAN PUSTAKA
Bab ini membahas tentang berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi pengertian pengertian pendidikan agama anak, perceraian, faktor yang mempengaruhi perceraian orang tua, dampak perceraian terhadap pendidikan agama anak dalam keluarga.
BAB III: PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang dan data dari hasil penelitian. BAB IV: PEMBAHASAN
Bab ini membahas satu persatu tentang analisis data dari hasil penelitian.
BAB V: PENUTUP
20 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Perceraian OrangTua 1. Perceraian OrangTua
Cerai atau talak adalah melepaskan ikatan perkawinan atau putusnya hubungan perkawinan antara suami dan istri dalam waktu tertentu atau selamanya. Perceraian berawal dari kata dasar cerai dan mendapati awalan “per” dan akhiran “an” yang mempunyai fungsi sebagai pembentuk kata menjadi perceraian yang berarti perbuatan cerai.
Menurut bahasa, talak berarti menceraikan atau melepaskan.
Sedangkan menurut syara’ yang dimaksud talak adalah memutuskannya
perkawinan yang sah, baik seketika atau dimasa mendatang oleh pihak suami dengan mengucapkan kata-kata tertentu atau cara yang lain yang menggantikan kedudukan hal tersebut.
PerceraianmenurutUU No.1 Tahun 1974tentangperkawinanpasal 39 ayat 1 Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak (Nasution, 2002: 221).
21
saling meninggalkan dan dengan demikian berhenti melaksanakan kewajibannya didalam keluarga.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan dapat putus karena: kematian, perceraian, dan atas keputusan pengadilan. Sedangkan perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak bisa mendamaikan kedua belah pihak (Anik dkk, 2007: 79-80).
Orang tua adalah pembimbing dan pendidik dalam keluarga yang pertama dan utama bagi anak-anaknya yaitu bapak dan ibu, yang keduanya sangat mendukung terhadap masa depan anaknya.
Perceraian orang tua adalah terputusnya keluarga atau perpisahan yang terjadi antara ayah dan ibu (suami/istri) yang keduanya tidak bisa didamaikan dihadapan hakim karena alasan tertentu dan tidak bisa menjalankan kewajibannya dalam hal urusan suami istri.
2. Penyebab Perceraian
Adapun alasan-alasan putusnya perkawinan, baik dengan cerai talak atau cerai gugat, dalam perundang-undangan Indonesia adalah (Afandi, 2004: 126).
22
b. Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya..
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak yang lain.
e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami/istri. f. Antara suami dan istri terus menerus terjadi perselisihan dan
pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
g. Suami melanggar taklik-talak.
h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak rukunan dalam rumah tangga.
Diatas itu merupakan alasan-alasan yang bisa diterima oleh hakimuntuk mengabulkan permohonan dalam kasus perceraian. Namun kebanyakan keluarga atau suami/istri yang bercerai karena masalah konflik-konflik yang tidak bisa diselesaikan.
23
ekonomi, perbedaan usia yang besar, keinginan memperoleh anak putra (putri), dan persoalan prinsip hidup yang berbeda. Faktor lainnya berupa perbedaan penekanan dan cara mendidik anak, juga pengaruh dukungan sosial dari pihak luar, tetangga, sanak saudara, sahabat dan situasi masyarakat yang terkondisi, dan lain-lain. Semua faktor ini menimbulkan suasana keruh dan meruntuhkan kehidupan rumah tangga.
Faktor yang medorong terjadinya konflik rumah tangga (Dagun, 2013:114):
a. Ekonomi
Untuk urusan ekonomi segala hal bisa berubah, banyak orang yang (terpaksa) menggadaikan kesetiaannya hanya demi barang mewah ataupun sebungkus nasi. Karena memang syarat utama untuk menjalin pernikahan adalah mempunyai pekerjaan yang layak dan ekonomi yang cukup untuk kebutuhan keluarga baru setelah menikah. Jika keadaan ekonomi dalam rumah tangga semakin menipis tentu menyebabkan banyak masalah baru sehingga menimbulkan cekcok antara suami-istri. b. Usia
Usia saat menikah, pasanganyang menikah pada usia 20 tahun atau diusia yang lebih muda memiliki kemungkinan perceraian lebih tinggi terutama selama 5 tahun pertama usia pernikahan.
c. Persoalan prinsip
24 d. Dukungan dari pihak luar
Biasa kasus ini berasal dari dalam keluarga sendiri, bisa dari orang tua, sanak saudara, tetangga ataupun dari sahabat sendiri.
3. Dampak Perceraian
Percerain mempunyai dampak yang besar untuk keluarga baik ayah, ibu maupun anaknya. Perceraian tidak selamanya menyisakan dampak negatif saja, namun perceraian mempunyai dampak positif dan negatif (Farida, 2007: 59-61).
a. Dampak positif
1) Bagi mantan suami/ istri merasa bebas dari tekanan, kesengsaran dan kekerasan.
2) Mantan suami/istri bisa bekerja dan hasilnya untuk dirinya sendiri dan anak
3) Anak menjadi lebih mandiri
4) Anak mempunyai kemampuan untuk bertahan 5) Beberapa anak menjadi lebih kuat dan bangkit b. Dampak negatif
Dampak yang terjadi pada umumnya untuk anak dan orangtua adalah mantan suami/ istri bertindak sebagai orangtua tunggal (single parent) bagi anak-anaknya, melahirkan rasa traumatis pada anak, perubahan hidup pada anak, kualitas hidup anak. Untuk dampak yang khusus untuk anak adalah:
25
Anak dari keluarga bercerai memiliki fungsi fisik yang lebih lemah, hal ini dapat disebabkan oleh sumber keuangan yang diterima anak menjadi lebih sedikit sehingga dapat berpengaruh terhadap ketersediaan dana kesehatan untuk anak.
2) Emosi
Ketidakstabilan suasana hati dan emosi merupakan salah satu dampak jangka pendek yang ditimbulkan akibat dari perceraian orang tua. Anak akan mengalami berbagai emosi sebelum proses perceraian, selama proses perceraian dan setelah proses perceraian.
Tentu berdampak pada mental anak yang tertekan, merasa sedih, down, gelisah, stres, atau bahkan sampai depresi berat, minder, perilaku kasar, kemudian anak jarang pulang ke rumah, kehidupan anak mulai kacau bahkan sampai bertindak yang sudah kelewat batas.
3) Hubungan dengan orang tua
26
Dagun (2013: 115) mengatakan bahwa setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru ini memperlihatkan cara dan penyelesaiannya berbeda. Kelompok anak yang belum berusia sekolah pada saat kasus ini terjadi, ada kecenderungan untuk mempersalahkan diri bila ia menghadapi masalah dalam hidupnya.
Kelompok anak yang sudah menginjak usia besar pada saat terjadi kasus perceraian memberi reaksi lain. Kelompok anak ini tidak lagi menyalahkan diri sendiri, tetapi memiliki sedikit perasaan takut karena perubahan situasi keluarga dari merasa cemas karena ditinggalkan salah satu dari kedua orangtuanya.
Kelompok anak yang sudah menginjak usia remaja, anak sudah mulai memahami seluk beluk arti perceraian.
B.Pendidikan Agama Anak dalam Keluarga
1. Pengertian Pendidikan Agama dalam Keluarga
Pendidikan dalam kamus besar bahasa indonesia pusat bahasa ( 2008:
326 ) adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
Menurut Hamdani dalam Ahid (2010: 3) Pendidikan didalamnya
adalah mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua ke generasi
muda dalam usaha mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan
27
Agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa ( 2008:
15 ) adalah ajara, sistem yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya ( Islam,
Kristen, Buda ).
Berarti pendidikan agama adalah proses pengubahan sikap dan tata
laku sesorang atau kelompok untuk memperbaiki diri/ mendewasakan diri
sesuai dengan ajaran atau kepercayaan masing-masing. Ajaran yang
dimaksudkan oleh penulis di sini adalah ajaran agama islam. Karena islam
merupakan ajaran yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, alam
sekitar dan dengan Allah SWT sebagai penciptanya.
Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata
yaitu kawula dan warga. kawula berarti abdi dan warga adalah anggota.
Artinya keluarga adalah kumpulan individu yang memiliki rasa pengabdian
tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di
dalamnya.
Menurut Aziz (2015: 16 ) keluarga adalah sekelompok orang yang
terdiri dari kepala keluarga dan anggotanya dalam ikatan nikah ataupun
nasab yang hidup dalam satu tempat tinggal, memiliki aturan yang ditaati
secara bersama dan mampu mempengaruhi antar anggotanya serta memiliki
tujuan dan progam yang jelas. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, anak,
28
Menurut Abdurrahman an Nahlawi dalam Ahid (2010: 61) Keluarga
merupakan lembaga pertama dan utama yang dikenal oleh anak. Hal ini
disebabkan, karena kedua orangtuanyalah orang yang pertama dikenal dan
diterimanya pendidikan. Bimbingan, perhatian, dan kasih sayang yang
terjalin antara kedua orang tua dengan anak-anaknya merupakan senjata
yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai
sosial dan religius pada diri anak.
Pendidikan keluarga adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan pada anak di dalam kelompok kecil
yang pendidiknya adalah ayah dan ibu.
Dari beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa
Pendidikan Agama dalam Keluarga adalah proses pengubahan sikap dan
tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan untuk mengembangkan
fitrah keberagamaan seseorang agar lebih mampu memahami, menghayati
dan mengamalkan ajaran-ajaran agama.
Menurut penulis pendidikan agama di sini adalah pendidikan agama
Islam karena ini dalam keluarga yang beragama Islam juga.
Pendidikan agama Islam adalah suatu proses penggalian,
pembentukan, pendayagunaan dan pengembangan fitrah dan kreasi serta
potensi manusia melalui pengajaran, bimbingan latihan dan pengabdian
29
pribadi muslim sejati, mampu mengontrol, mengatur dan merekayasa
kehidupan dengan penuh tanggung jawab berdasarkan nilai-nilai ajaran
Islam ( Ahid, 2010: 19 ).
2. Hak dan Kewajiban Ayah, Ibu dan Anak
Didalam anggota keluarga mereka mempunyai hak dan kewajiban
masing-masing (Aziz, 2015: 31-42):
a. Ayah
Kewajiban dan tanggung jawab ayah sebagai kepala keluarga
dalam pendidikan pada hakikatnya mencakup pendidikan tauhid dan
akhlak. Pendidikan tauhid adalah tanggungjawab seorang ayah guna
meluruskan serta memurnikan aqidah setiap anggota keluarga.
Pendidikan tauhid ini tidak semata mengantarkan anggota keluarga
memasuki jenjang akidah atau keyakinan yang benar semata namun juga
dalam penguatan aqidah.
Sedangkan pendidikan akhlak dapat di klasifikasikan menjadi
empat poin yaitu: penanaman dan pengembangan akhlak terhadap Tuhan,
akhlak terhadap diri sendiri, akhlak terhadap orang lain atau masyarakat
dan akhlak terhadap lingkungan.
Penanaman dan pengembangan akhlak terhadap Tuhan dapat
diimplementasikan dalam bentuk mensyukuri nikmat Tuhan dengan cara
beribadah sesuai dengan petunjukNya. Sedangkan bentuk pendidikan
akhlak terhadap diri sendiri menurut Baharits dalam Safrudin ( 2015: 32
30 1) Pemberian tanggung jawab
2) Menghindarkan anak dari kebakhilan 3) Kecintaan untuk memiliki
4) Menerapkan rasa malu pada anak 5) Mendidik anak untuk menahan amarah 6) Menjauhkan anak dari sifat dusta
7) Menghindarkan anak dari kebiasaan mencuri 8) Menjauhkan anak dari sikap sombong
Ayah adalah seseorang yang sangat berpengaruh pada diri anak. Karena memang tugas ayah adalah menanamkan akidah mulai dari kecil. Sesuai dengan pendapat Spock (1991: 91-92 ) bahwa dasar rasa cinta anak kepada Tuhan serupa dengan dasar rasa cintanya terhadap ayah. Namun jika anak sudah meninggalkan usia 6 tahun, seorang anak akan melepaskan diri dari usahanya untuk menjiplak orang tua dan lebih suka meniru-niru teman sebayanya. Anak yang berusia 6-10 tahun akan terikat kepada teman-temannya. Mereka ingin mengerjakan segala sesuatu yang dikerjakan teman-teman. Misalnya temant-teman melakukan shalat, mengaji dan memakai pakaian muslim, pasti si anak akan meniru apa yang dilakukan teman-temannya. Tugas orang tua adalah mendukung walaupun mereka tidak melakukannya.
b. Ibu
Kewajiban dan hak seorang ibu (istri) adalah memperokeh cinta
31
yang baik, mendapatkan, bimbingan dan pendidikan khususnya
pendidikan agama dan keluarga, di cukupi segala kebutuhannya baik
ketika masih berusia muda maupun ketika sudah berusia lanjut serta
memperoleh kecukupan lahir maupun batin.
c. Anak
Hak anak dalam keluarga pada hakikatnya mencakup aspek spiritual, sosial maupun emosional. Adapun rincian dari ketiga aspek diatas pada substansinya mencakup:
1. Hak nasab dan penyusuan
Artinya seorang anak yang dilahirkan ke dunia berhak memperoleh hak nasab atau hak menjadi keturunan dari sepasang suami istri ( orang tuanya ) dan sebagai alat untuk menguatkan ikatan perkawinan keduanya sekaligus menjadi bukti bahwa mereka benar-benar orang tua anak yang telah dlahirkan.
2. Seorang anak berhak memperoleh pengasuhan dari orang tuanya. Pengasuhan ini dapat berupa pemeliharaan dalam bentuk pemberian makan, minum, pakaian dan kesehatan serta pendidikan yang terbaik sesuai dengan kemampuan anak.
3. Anak berhak memperoleh nama yang baik
32
4. Anak berhak mendapatkan bimbingan dan nasihat dari kedua orang tuanya termasuk pertimbangan dalam memperoleh jodoh atau pasangan hidup.
Proses pendidikan keluarga secara alami memiliki problematika atau kendala-kendala baik yang terlihat secara langsung ataupun tidak langsung. Kendala ini tentunya beriringan erat dengan berbagai macam perangkat-perangkat pendidikan, baik mencakup unsur fisik, psikis, ataupun kendala yang muncul dari lingkungan masyarakat di sekitarnya.
Adapun beberapa kendala pelaksanaan pendidikan dalam keluarga dapat diklasifikasikan menjadi dua unsur, yaitu intern dan ekstern.
1. Beberapa kendala secara intern diantaranya sebagai berikut:
a) Pemahaman dan perhatian orang tua terhadap pentingnya pendidikan b) Kemiskinan ekonomi keluarga
c) Lemahnya keimanan orang tua d) Unsur psikologi
e) Tidak adanya pendidik ( orang tua ) dalam keluarga f) Sakit atau cacat fisik dan psikologi
g) Komunikasi orang tua
2. Beberapa kendala eksternal adalah: a. Tontonan
b. Kepedulian masyarakat dalam menumbuhkan nilai-nilai pendidikan c. Aspek budaya
33
Sesuai dengan teori Tabularasa yang dikemukakan oleh John Locke bahwa perkembangan anak itu sepenuhnya tergantung pada faktor lingkungan, sebab lingkungan itu dapat mendidik anak menjadi apa saja (bisa ke arah baik maupun buruk ) sesuai dengan kehendak lingkungan tersebut ( termasuk juga pendidikannya ) (Baharuddin, 2007: 60-61 ). 3. Metode Mendidik Anak
Pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam pembentukan keberagamaan dan akhlak anak. Sejak kecil anak sudah mendapat pendidikan dari orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan. Namun metode yang bisa digunakan untuk mendidik anak tidak hanya itu saja. Menurut Hadari Nawawi (1993: 213-238) mendidik anak yang baik dengan cara: keteladanan, kebiasaan, nasihat dan cerita, disiplin, partisipasi dan pemeliharaan.
a. Mendidik melalui keteladanan
34
toleransi, ia belajar menahan diri. Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri. Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai. Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan. Jika anak dibesarkan dengan rasa dukungan, ia belajar menyenangi dirinya. Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua tidak hanya secara sadar, tetapi juga terkadang secara tidak sadar memberikan contoh yang tidak baik kepada anak. Misalnya, meminta tolong kepada anak dengan nada mengancam, tidak mau mendengarkan cerita anak tentang sesuatu hal, memberi nasihat tidak pada tempatnya dan tidak pada waktu yang tepat, berbicara kasar kepada anak, shalat wajibnya bolong-bolong atau bahkan tidak pernah melaksanakannya, ayah tidak melaksanakan shalat
jum’at, kemudian orang tua di rumah tidak pernah mengaji terlalu
mementingkan diri sendiri, tidak mau mengakui kesalahan padahal apa yang telah dilakukan adalah salah.
35
banyak hal dari sikap dan perilaku yang dicontohkan oleh orang tuanya. Efek negatif dari sikap dan perilaku yang demikian terhadap anak misalnya, anak tidak mau melaksanakan shalat 5 waktu, tidak mau
shalat jum’at, mempunyai sikap pemalas, pendusta, keras kepala, keras
hati, manja dan lain-lain.
Dengan keteladanan itu diharapkan anak akan mencontoh atau meniru segala sesuatau yang baik didalam perkataan yang baik didalam perkataan dan peruatan pendidiknya (orang tua). Sungguh sangat mustahil bagi orang tua melarang anak-anaknya berkata kotor dan keji, minum minuman keras, berjudi, begadang dimalam hari dan lain-lain walaupun orang tua tersebut senang atau selalu melakukannya. Demikian pula sungguh sangat sulit menjadikan anak bertaqwa dengan menyuruhnya menunaikan shalat, berpuasa, dll. Jika orang tua sendiri tidak melakukannya, berarti pada diri orang tua tersebut terdapat keteladanan yang tidak baik untuk anak-anaknya. Sebaliknya jika orang tua yang dalam kehidupan sehari-harinya selalu menampilkan perilaku sabar, ramah, menjauhi semua larangan Allah dan perbuatan amal kebaikan lainnya, sebagai pendidik di dalam dirinya terdapat teladan yang baik untuk anak-anaknya.
b. Mendidik melalui kebiasaan
36
dari menggosok gigi, berwudhu dan berdoa sebelum tidur, mencuci tangan dan berdoa sebelum makan, berdoa sebelum dan sesudah belajar, wudu sebelum shalat, menghormati keduaorang tua, guru dan orang yang lebih tua, menyayangi sesama dan orang yang lebih muda, sapa dan salam ketika bertemu sesama saudara, dll.
Demikian pula masih banyak kebiasaan dalam kehidupan beragama yang perlu dibentuk agar menjadi tingkah laku yang dilakukan secara otomatis, misalnya:kebiasaan mengucapkan salam pada waktu masuk atau meninggalkan rumah bila ada orang lain. Demikian pula kebiasaan bangun pagi dan segera meninggalkan tempat tidur, berwudhu dan menunaikan shalat subuh. Kebiasaan melafalkan
“Basmalah” setiap melakukan pekerjaan dan mengucapkan
“Alhamdulillah” setelah menyelesaikan suatu pekerjaan atau setiap kali
mendapat nikmat Allah.
Dari penjelasan di atas jelas bahwa ada dua jenis kebiasaan, yaitu: 1. Kebiasaan yang bersifat otomatis: yaitu kebiasaan yang dilakukan
meskipun anak-anak yang melakukannya tidak mengerti makna atau tujuannya. Misalnya: membaca basmalah sebelum mengerjakan suatu apapun.
37 c. Mendidik melalui nasihat dan cerita
Nasihat dan cerita merupakan cara mendidik menggunakan bahasa, baik lisan maupun tulisan dalam mewujudkan interaksi antara pendidik dengan anak. Cerita atau nasihat yang bisa dipergunakan dalam membantu dan mengarahkan anak agar menjadi orang dewasa yang beriman dan mampu memanfaatkan waktu dalam mengerjakan sesuatau yang diridhai Allah, untuk mengerjakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Sangat banyak cerita yang dapat disampaikan pada anak, terutama di dalam
al-Qur’an. Karena al-Qur’an adalah penerangan yang isinya dapat bersifat
nasihat tanpa cerita dan dapat pula berupa cerita yang berisi nasihat, yang disebut petunjuk dan pelajaran bahkan juga peringatan-peringatan. Sehubungan dengan itu suatu contoh yang menarik adalah tentang cerita Luqman dalam menasehati anaknya, cerita Qobil dan Habi, perjuangan para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW seperti kapal Nabi Nuh, Mukjizat Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, riwayat nabi Yusuf yang menarik. Demikian juga mengenai tokoh-tokoh yang
dzalim seperti Fir’aun, saudara Nabi Yusuf yang iri dan dengki,
d. Mendidik melalui disiplin
38
dalam arti mau dan mampu ematuhi dan menaati ketentuan-ketentuan yang erlaku di dalam keluarga.
39 e. Mendidik memalui partisipasi
Manusia tidak mungkin hidup sendiri tanpa manusia lain. Manusia saling membutuhkan satu dengan yang lain, sehingga perlu bekerjasama, agar terwujud kehidupan yang harmonis yang didasari oleh saling percaya mempercayai dan saling hormat menghomati.
Dalam hal pendidikan di dalam keluarga juga seperti itu, orang tua melibatkan anak dalam sebagian kegiatannya. Kira-kira disesuaikan dengan perkembangan anak. Jika anak masih SD orang tua harus tahu kira-kira kegiatan apa saja yang bisa diikuti anak seusia itu. Misalnya, shalat berjamaah di rumah, kunjungan ke tempat anak yatim, bersedekah, pengajian majelis taklim dan lain-lain.
Selanjutnya dalam pengikut sertakan anak, janganlah menuntut proses dan hasilnya sebaik yang dapat dicapai orang dewasa. Namun dengan demikian diharapkan anak akan terlatih dan mempunai pengalaman yang nyata.
f. Mendidik melalui pemeliharaan
40
yang berkenaan aqidah, akhlak dan syariah. Dalam hal ini anak-anak memerlukan perlindungan agar tidak mendapat pengaruh buruk dari kawan-kawannya atau masyarakat disekitarnya. Diantaranya anak harus dilindungi dari pengaruh kenakalan remaja, perjudian, minum minuman keras dan lain-lain.
C. Dampak Perceraian Orangtua Terhadap Pendidikan Agama Anak dalam Keluarga
Perceraian yang terjadi karena berbagai penyebab yang melatar belakangi mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif sering kali terjadi kepada mantan suami ataupun mantan istri. Seperti yang dinyatakan Margaret Mead yang dikutip Dagun (2013: 136) Setiap saat kita mendambakan kebahagiaan, rukun dengan anak-anak tetapi kita mempunyai hak untuk mengakhiri suatu perkawinan bila mendatangkan bencana dan ketidaktentraman. Namun untuk anak-anak pasti mengalami dampak yang negatif, bisa kita lihat dari segi perkembangan anak. Baik dalam hal perkembangan fisik, emosional, dan kognitif.
41
Perceraian orang tua terhadap anak tidak selalu berdampak negatif, namun juga berdampak positif juga, diantaranya:
1. Dampak Positif
a. Anak menjadi lebih mandiri
Anak yang sudah tidak bersama orangtua utuh pasti kemandiriannya beda dengan anak yang masih diperhatikan kedua orangtuanya. Karena mereka beranggapan, jika menunggu sampai kedua orang tua mereka yang sudah bercerai atau salah satu dari mereka memperhatikan itu membutuhkan waktu yang lama/ kelamaan. Maka dari itu mereka lebih baik melakukan apapun sendiri, dan melakukan pekerjaan atau apapun yang sudah menjadi kebiasaannya tidak usah menunggu perintah ari orang lain. Misalnya: mengikuti TPA walau tidak diantar orang tua, melaksanakan shalat 5 waktu, sopan santun kepada orang lain, dll. b. Anak mempunyai kemampuan untuk bertahan
42
c. Beberapa anak menjadi lebih kuat dan bangkit (Meliy, 2013) Dalam kasus ini anak yang usia 6-12 tahun karena mereka sudah mengerti arti kehidupan, saat mereka tahu bahwa orang tua mereka bercerai pasti awalnya sedih namun kelamaan dia akan menerima dan bangkit dengan dan akan lebih kuat.
2. Dampak negatif
Dampak yang terjadi pada umumnya bagi anak melahirkan rasa traumatis pada anak, perubahan hidup pada anak, kualitas hidup anak. Untuk yang lebih spesifik, antara lan:
a. Emosi
Ketidakstabilan suasana hati dan emosi merupakan salah satu dampa jangka pendek yang ditimbulkan akibat dari perceraian orang tua. Anak akan mengalami berbagai emosi sebelum proses perceraian, selama proses perceraian dan setelah proses perceraian. Tentu berdampak pada mental anak yang tertekan, merasa sedih, down, gelisah, stres, atau bahkan sampai depresi berat, minder, perilaku kasar, kemudian anak jarang pulang ke rumah, kehidupan anak mulai kacau bahkan sampai bertindak yang sudah kelewat batas.
b. Hubungan dengan orang tua
43
yang masih utuh kasih sayang, perhatian yang diberikan pasti jauh lebih besar dibandingkan dengan hanya diasuh oleh satu orangtua saja. Dan anak merasa kurang jika perhatian atau kasih sayang itu hanya diberikan dari orang tua yang single parent.
Save (2013: 115) mengatakan bahwa setiap tingkat usia anak dalam menyesuaikan diri dengan situasi baru ini memperlihatkan cara dan penyelesaiannya berbeda. Kelompok anak yang belum berusia sekolah pada saat kasus ini terjadi, ada kecenderungan untuk mempersalahkan diri bila ia menghadapi masalah dalam hidupnya.
Kelompok anak yang sudah menginjak usia besar pada saat terjadi kasus perceraian memberi reaksi lain. Kelompok anak ini tidak lagi menyalahkan diri sendiri, tetapi memiliki sedikit perasaan takut karena perubahan situasi keluarga dari merasa cemas karena ditinggalkan salah satu dari kedua orangtuanya.
Menurut Djamarah (2004: 30) dalam keluarga Broken Home sering ditemukan seorang anak yang kehilangan keteladanan. Orang tua yang diharapkan oleh anaknya sebagai teladan, ternyata belum mampu memperlihatkan sikap dan perilaku yang baik. Akhirnya anak kecewa terhadap orang tuanya. Anak merasa resah dan gelisah. Mereka idak betah tinggal di rumah. Keteduhan dan ketenangan merupakan hal yang langka bagi anak.
44
tumpuan harapan untuk berbagi perasaan dalam duka dan lara. Di luar ruamah, anak mencari teman yang dianggapnya dapat memahami dirinya; perasaannya dan keinginannya. Keguncangan jiwa anak ini tidak jarang dimanfaatkan oleh anak-anak nakal untuk menyeretnya kedalam sikap dan perilaku tidak baik. Misalnya: mencuri, minum minuman keras, terlibat pergaulan bebas dan lain-lain. Orang tua manapun pasti tidak suka jika anaknya terlibat dalam hal yang seperti itu, karena bisa menjerumuskan anak ke jurang kenistaan. Karenanya orang tua pasti mencari upaya untuk menghentikannnya dengan cara menasihati anaknya untuk tidak bergaul dengan anak yang memiliki akhlaq yang tidak terpuji itu.
D.Penelitian yang Releven
1. Skripsi Aminah (STAIN Salatiga, 2010) yang berjudul “Pengaruh Keharmonisan Keluarga Terhadap Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus
Pada Siswa SDN Kauman Kidul Kecamatan Sidorejo Salatiga)”. Jenis
penelitian skripsi ini adalah penelitian kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keharmonisan dalam keluarga siswa SDN Kauman Kidul yang kondisinya sedang malah motivasi belajar anak tinggi dan untuk kondisi keharmonisan keluarga yang rendah dan tinggi malah motivasi anak sedang.
2. Skripsi Widi Tri Estuti (UNNES, 2013) yang berjudul “Dampak Perceraian Orangtua Terhadap Kematangan Emosi Anak Kasus Pada 3
45
penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya perceraian dapatmengakibatkan dampak negatif dan positif bagi kematangan emosi remaja.Berdampak negatif karena subyek mengalami kekacauan emosi, ditampakkan olehekspresi emosi yang berlebihan, tidak terkontrol dan lebih agresif, serta tidak mampu bersikap rasional, obyektif dan realistik dalam menghadapi kenyataan,serta tidak memiliki semangat belajar sehingga menyebabkan prestasi di sekolahmenurun hal ini terjadi karena rasa frustasi dalam menghadapi masa depan.Sedangkan dapat berdampak positif karena menunjukkan perilaku yangdicerminkan oleh kemampuan subyek yang tidak menunjukkan rasa frustasi,memiliki rasa tanggung jawab, dan mandiri sehingga dalam tindakannya subyeklebih menunjukkan kedewasaan diri.
3. Skripsi Nur Azizah (IAIN Walisongo Semarang, 2009) yang berjudul “Perilaku Anak Akibat Perceraian (Studi Analisis Psikologis di Desa
Nalumsari Kabupaten Jepara)”. Jenis penelitian skripsi ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku anak akibat perceraian di desa Nalumsari Jepara dapat dijelaskan sebagai berikut: dendam pada ayah,mabuk, keras kepala, mudah tersinggung, mencuri,
membohong, memutarbalikkankenyataan dengan tujuan menipu orang atau
menutup kesalahan.Perilaku lainnya seperti, membolos, kabur, meninggalkan
rumah, keluyuran, pergisendiri maupun berkelompok tanpa tujuan, membawa
benda yang membahayakanorang lain, bergaul dengan teman yang memberi
46
kriminil. Berpesta pora, membaca buku-bukucabul dan kebiasaan
mempergunakan bahasa yang tidak sopan, tidaksenonoh seolah-olah
menggambarkan kurang perhatian dan pendidikan, secaraberkelompok makan
47 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A.Paparan Data
1. Letak Geografis Kelurahan Lodoyong
Lodoyong adalah sebuah kelurahan di kecamatan Ambarawa, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Lodoyong terletak ditengah kota Ambarawa terdiri dari beberapa kampung (RW), yaitu Pandean, Sanggrahan, Lodoyong, Losari, Warung Lanang dan Bugisan.
Secara geografis Kelurahan Lodoyong dibatasi oleh : a. Sebelah Utara : Kelurahan Kranggan b. Sebelah Selatan : Kelurahan Pojoksari c. Sebelah Timur : Kelurahan Panjang d. Sebelah Barat : Kelurahan Kupang
Luas wilayah kelurahan Lodoyong 113,21 Ha dan keadaan jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 0.5 Km, jarak dari Ibukota Kabupaten Dati II 19 Km, jarak dari Ibukoa Propinsi Dati I 45 Km dan jarak dari Ibukota Negara 586 Km.
48 2. Keadaan Demografi
Menurut data statistik, jumlah Kelurahan Lodoyong pada tahun 2016 berjumlah 3183 orang laki-laki dan 3323 orang perempuan dari 2667 kepala keluarga dan semua berkewargaan Negara Indonesia.
a. Keadaan Penduduk Menurut Agama
Tabel 3.1 Jumlah penduduk menurut agama :
No. Agama Jumlah Penduduk
1 Islam 4763 orang
Sumber: dokumentasi di Kelurahan Lodoyong Ke. Ambarawa b. Jumlah Penduduk menurut Usia
Tabel 3.2 Jumlah penduduk menurut usia
No. Tingkat Usia Jumlah Penduduk
49
Sumber : dokumentasi di Kelurahan Lodoyong Ke. Ambarawa c. Jumlah Penduduk menurut Mata Pencaharian
Tabel 3.3Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk
1 Karyawan/ ABRI 1.788 orang
2 Wiraswasta/ Swasta 842 orang
3 Tani 11 orang
Sumber : dokumentasi di Kelurahan Lodoyong Ke. Ambarawa 3. Keadaan Sarana dan Prasarana di Kelurahan Lodoyong kec.
50
4 SMP 1
5 SMU -
Sumber : dokumentasi di Kelurahan Lodoyong Ke. Ambarawa b. Sarana Ibadah
Tabel 3.5 sarana Ibadah
No. Sarana Ibadah Gedung
1 Masjid 6
2 Musholla 9
3 Gereja 6
4 Wihara -
5 Pura -
Sumber : dokumentasi di Kelurahan Lodoyong Ke. Ambarawa c. Saran Olah Raga/ Kesenian dan Sosial
Tabel 3.6Olah Raga/ Kesenian dan Sosial
No. Nama Sarana Jenis
1 Sarana Olah Raga 4
2 Sarana Kesenian -
3 Sarana Sosial 1
51
4. Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang
Tabel 3.7 Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Lodoyong
No. Jabatan Nama
1. Lurah Widarpo, S.H
2. Sekretaris Kelurahan Sukarmin, S.E
3. Staf Sekretaris Kelurahan Shoderi
4. Seksi Pemerintahan Nur sukma ernawati, S.E 5. Staf Seksi Pemerintahan Mubin
6. Seksi Pembangunan Istanto, S.E
Sumber : dokumentasi di Kelurahan Lodoyong Ke. Ambarawa B. Temuan Penelitian
1. Penyebab terjadinya Perceraian Orang Tua di Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa
Berdasarkan hasil wawancara lapangan yang berkaitan dengan penyebab terjadinya perceraian antara tiga keluarga tersebut sebagai berikut.
Penyebab perceraian orang tua dari DD yaitu Ibu LL yang dapat penulis peroleh data pada tanggal 1 Maret 2017 di Lodoyong dan hasilnya sebagai berikut.
52
LL. Dan ini dilakukan tidak hanya sekali, namun sudah berkali-kali dan kejadian yang seperti itu disaksikan secara langsung oleh anak mereka sendiri, yang saat itu si anak baru berusia 2,5 tahun.
Sebagaimana yang dituturkan oleh ibu LL adalah sebagai berikut:
“Begitu kulo diajar kulo terus minggat to bu, wong kulo kesah wong kulo pun wegah. Soale mpun moro tangan, la moro tangane niku mpun ping bola bali mboten ping pisan mawon la sing terakhir niku begitu kulo diajar kula langsung kesah mawon trus DD kulo titipke ten mbah e.” (begitu saya dipukul/ dianiaya kemudian saya pergi dari rumah bu, karena saya sudah tidak mau lagi. Dia (mantan suami ibu LL) melakukan kekerasan itu tidak sekali, namun sudah berkali- kali. Puncaknya itu, saat saya dipukul yang ke sekian kali saya langsung pergi dari rumah. Dan anak saya DD saya titipkan ke kakek/ neneknya). (1-3-2017).
Penyebab perceraian responden ke-2 yaitu ibu dari CT (Ibu HS) yang dapat penulis peroleh data pada tanggal 1 Maret 2017 di Lodoyong dan hasilnya sebagai berikut.
Penyebab perceraian Ibu HS dengan suaminya karena suami di penjaraakibat kasusnarkoba. Saat itu ibu HS penulis wawancarai mengenai penyebab perceraian dia tidak mau menjawab. Sebagaimana yang dituturkan oleh ibu HS adalah sebagai berikut:
“Mangkeh ten surat cerai enten, mangkeh yen kulo cerita ndak
nyesek. Tapi niki geh mpun kulo pertahanke. Kabeh niku lak yen mpun enten anak niku lak demi anak to bu. Kulo geh mpun ngeboti anak, tapi geh bakti untuk suami yen mpun sakit hati geh mboten
saget to bu.” (Nanti disurat cerai ada, nanti kalau saya cerita saya
53
Penyebab perceraian responden ke-3 yaitu ibu dari LS (Ibu DY) yang dapat penulis peroleh data pada tanggal 6 Maret 2017 di Lodoyong dan hasilnya sebagai berikut.
Menurut Ibu DY penyebab perceraiannya karena suami sudah menghamili perempuan lain, berganti perempuan dan dipenjara. Berganti pasangan tidak hanya sekali dua kali, namun beberapa kali. Dan itu pun dibawa masuk ke dalam rumah mereka. Ibu DY yang ada di rumah hanya bisa menyaksikan suaminya berhubungan dengan perempuan lain. Sebagaimana yang dituturkan oleh DY adalah sebagai berikut:
“Penyebabe kulo cerai niku ki bapak e menghamili tiyang niku lo bu, trus senengane niku gontas-gantos tiyang estri. Kulo jane pengen cerai sak cepete bu, mosok kulo ken sak omah terus. Lak kulo geh mboten kiyat geh. Ning malah bapak e niku mlebet penjaralan kulo niku malah hamil LS, akhire kulo geh ngentosi LS lahir. Geh kinten-kinten selapan lah bu. (penyebab saya cerai adalah bapaknya ketauhan menghamili orang, gonta-ganti pasangan kencan. Saya ingin secepatnya bercerai bu, masak saya satu rumah terus dengan suami, saya tidak kuat. Namun malah bapaknya itu masuk penjara dan saya dalam kondisi hamil LS, akhirnya saya menunggu LS lahir. Itu sekitar 35 hari lah bu ).” (6-3-2017).
54
mereka ke meja hijau.Sebagaimana yang dituturkan oleh AN adalah sebagai berikut:
Ibu HS memang pernah cerita dengan saya bahwa penyebab perceraian dari Ibu HS dengan suaminya karena suami tertangkap polisi karena mengkonsumsi narkoba dan dipenjara. Menurut penuturan Ibu HS, sebenarnya masih sayang dan cinta. Namun orang tua dari Ibu HS menginginkan Ibu HS untuk kembali ke Ambarawa dan bercerai saja gitu. Kemudian Ibu HS ngikut aja sama orang tuanya. (2-3-2017).
Dari ke tigaresponden penulis bisa menarik kesimpulan bahwa ke tigakeluarga yang bercerai di atas pada umumnya mengalami perceraian dengan cerai gugat. Namun penyebab perceraiannya berbeda beda. Ada yang karena kekerasan dalam rumah tangga, dipenjara, dan ada pula yang karena kasus perselingkuhanatau berganti pasangan dan zina.
Mereka yang mengalami perceraian diatas sudah benar-benar mempertahankan keutuhan keluarganya, agar tidak sampai terjerumus pada hal yang paling dibenci Allah.Namun menurut hasil penilitian penulis dari ketiga keluarga itusudah sama-sama mempertahankan keutuhan keluarga karena mereka semua sudah mempunyai anak. Namun pribadi masing-masing tidak bisa menerimanya dan akhirnya memilih jalan untuk bercerai dengan cerai gugat.
2. Pendidikan Agama Anak dalam Keluarga Sebelum Terjadi Perceraian Orang Tua