• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Anak Di Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa

BAB III: PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Paparan Data

3. Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Pendidikan Agama Anak Di Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan yang berkaitan dengan dampak perceraian orang tua terhadap pendidikan anak di Kelurahan Lodoyong Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang sebagai berikut.

59

Ketika setelah terjadinya perceraian, orang tua yang mengasuh saat ini misalnya Ibu HS, dia merasa kurang memperhatikan anak-anaknya. Karena dari pagi harus berjualan soto sampai sore hari. Terutama dalam hal sholat 5 waktunya. Seperti yang dituturkan oleh Ibu HS sebagai berikut:

“Sholat dan ngajinya itu lo bu, nyuwun tulung disanjangi geh bu. Kalau sholat subuh itu pasti bu. Soale geh dek CT itu yang bantu-bantu kulo. Kalau sholat dhuhurnya memang sampun ten sekolahan, tapi bu kalau sholat asyarnya itu lo bu. Kadang kan kulo tasih ten warung, la dek CT kan tidur siang tidak ada yang membangunkan terus bablas sampai sore. Jadi tidak sholat asyar, niku geh kadang-kadang. Kalau sholat magrib itu geh pasti tapi yen sholat isya’ niku geh jarang bu. Kadang dek CT udah tidur, kulo geh ajeng nangekke niku geh pripun ngoten. (Sholat dan mengaji itu lo bu, minta tolong di nasehati bu. Kalau sholat subuh itu pasti bu. Karena dek CT itu yang membantu saya. Kalau sholat dhuhurnya memang sudah di sekolahan, tapi kalau sholat asyarnya itu bu. Kadang kan saya masih di warun, dek CT kan tidur siang tidak ada yang membangunkan. Jadi tidak sholat asyar , namun itu juga kadang-kadang. Kalau sholat magrib itu pasti. Namun sholat isya’nya itu juga kadang sudah terlanjur tidur. Saya yang tidak tega untuk membangunkannya).” (2-3-2017).

Untuk keluarga dari ibu HS memang dampaknya itu tidak terlalu buruk, karena memang pendidikan dasarnya didalam keluarga memang matang karena ketika kecil hidup di daerah yang agamis. Dan orang tua selalu mencontohkan, menasehati, membiasakan hal-hal yang positif didalam keluarga.

Namun dikeluarga lain karena memang dalam keluarga orang tua tidak mencontohkan maka sikap dan perilaku anak itu juga mencontoh orang tuanya. Misal ibu tidak melaksanakan sholat kemudian anaknya juga tidak melaksanakannya.

60

Setelah terjadinya perceraian itu anak menjadi lebih manja karena memang dia diasuh oleh seorang ibu saja, yang manja misalnya, tidak mau TPA kalau tidak di tunggu olehibunya. Kalau di rumah sama neneknya pasti dia tidak TPA, dia dari rumah berangkat namun tidak sampai tempat.

Memang anak itu tergantung kebiasaannya soalnya seperti ibu DY yang ternyata dia tidak pernah melaksanakan sholat, akhirnya anak pun sama ketika disuruh untuk sholat dia hanya diam dan tidak melaksanakan..

“Enggih bu, LS dari awal niku ken sholat niku angile pol. Geh kulo geh tak akoni pancen kulo ki dereng nglampahi, tapi geh mulai niki kulo ajeng milai nglampahi. ( Iya bu, LS dari awal disuruh unuk melaksanakan sholat itu sangat susah bu. Iya memang saya akui kalau saya juga tidak pernah sholat, namun mulai sekarang saya akan mulai sholat).” (7-3-2017).

Pernyataan di atas dapat penulis kroscek dari anak-anaknya sendiri.

Seperti dengan CT, memang sekarang dia jarang untuk mengaji. Karena rumah temannya jauh, sampai-sampai ibunya menghadirkan guru les ngaji sendiri agar dia bisa melanjutkan mengaji.

Setelah terjadinya perceraian bunda dan papanya dia kembali ke rumah kakek neneknya yang di Jawa. Dan lingkungan yang ada di Aceh dan di Ambarawa berbeda sekali. Di Aceh tidak mengaji sekali malu dengan tetangganya, jika di Ambarawa tidak mengaji beberapa kali itu hal yang biasa. Seperti yang dituturkan CT sebagai berikut.

61

“Iya bu, dek CT ngajinya masih Iqro’ bu. La temene aja jauh -jauh tempat ngajinya juga -jauh, jadi sering malas bu. Terus biasanya aku sering ketiduran bu. Misal habis sekolah kan sudah jam dua terus tidur siang, bunda diwarung jadi tidak ada yang membangunkan. Mbah kakung dan abang di bengkel, jadi dek CT dirumah sendiri. Kadang-kadang dek CT juga tidak sholat asyar kok bu , sama sholat isyak kadang sering ketiduran juga.” (2-3-2017).

CT ini ketika ditanya penulis mengenai puasa senin kamisnya malah dia hanya jawab dengan senyuman. Memang sesuai yang dituturkan ibunya dia sering puasa sunah senin dan kamis.

Beda cerita dengan DD, dia terkenal galak sering tidak di rumah namun mengajinya bagus sudah sesuai dengan maharijul huruf. Sholatnya masih belum penuh 5 waktu. Seperti yang dituturkan oleh DD sebagai berikut.

“Aku sering ke tempat tetanggaku bu, cerita-cerita sama temen tapi kadang ya sama ibunya temenku itu, katane temen-temenku to bu aku ki galak kok bu. Kalau sholat 5 waktu itu yang susah sholat subuh bu, pasti kesiangan.” (2-3-2017).

Untuk si LS ini memang orangnya beda dari DD dan CT dia itu pendiam. Tidak banyak berbicara, ketika ditanya juga menjawabnya hanya singkat. Dia sekarang masalah sholat dari yang dituturkan ibunya dia tidak pernah sholat jika di rumah dan disuruh mengaji pasti tidak sampai tempat TPA. Seperti yang dituturkan LS sebagai berikut.

“La ibu dirumah saja tidak pernah sholat kok bu, terus ngaji kalau tidak diantar ibu aku tidak mau mau ngaji bu. Misal ibu tidak di rumah ya udah aku berangkat tapi ke rumahe temen.” (7-3-2017).

Dari pernyataan orang tua dan kroscek dari anak-anak diketahui bahwa perceraian orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan

62

anak terutama dalam hal agama. Mulai dari ibadah yang setiap hari mereka wajib laksanakan yaitu sholat, ada yang tidak melaksanakan karena orang tua tidak melaksanakan (pendidikan agama dengan cara membiasakan hal yang buruk), ada yang sholat baru 3 waktu yang 2 waktu jarang karena alasanan di rumah sendiri, dan yang baru 4 waktu karena memang dia sulit bangun pagi.

63 BAB IV

PEMBAHASAN

A.Penyebab Terjadinya Perceraian Orang Tua di Kelurahan Lodoyong