• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI LAHAN KERING MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI LAHAN KERING MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI

LAHAN KERING MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN

Soehardi Kusumowarno

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 10 Cimanggu, Bogor, 16114

e-mail: ksoehardi@yahoo.com

ABSTRAK

Upaya peningkatan produksi kedelai di dalam negeri perlu dilakukan untuk menekan keter-gantungan terhadap kedelai impor. Pengembangan kedelai memberikan peluang bagi pe-ningkatan pendapatan petani. Untuk perluasan areal salah satunya adalah pemanfaatan lahan kering, baik pada lahan yang belum maupun yang telah dimanfaatkan untuk pertanian. Potensi lahan kering di sentra-sentra produksi kedelai cukup luas yang sesuai untuk pengembangan komoditas kedelai, dengan pertimbangan teknis budidaya adalah; (1) sebagian besar wilayah-nya walaupun kering tetapi kelembaban air cukup untuk pertumbuhan kedelai,(2) untuk daerah luar Jawa sebagian besar penduduknya adalah transmigrasi terutama dari Jawa, Bali dan NTB sebagai masyarakat yang telah biasa menanam dan mengkonsumsi bahan pangan kedelai, (3) harga kedelai yang saat ini sangat kondusif dengan diberlakukannya HPP Kedelai serta mengingat pasokan dari impor semakin meningkat. Produktivitas kedelai di sentra-sentra produksi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan di mana pada tahun 2011 sebesar 1,49 t/ha dan ini dapat ditingkatkan terus, mengingat hasil penelitian dari Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Malang untuk tanaman kedelai mencapai 2,3 t/ha. Upaya-upaya yang pernah dilakukan dengan bantuan sarana produksi berupa benih dan pupuk serta budidaya kedelai dengan menggunakan benih unggul spesifik lokasi sehingga menghasilkan produksi yang maksimal.

Kata kunci: pengembangan kedelai, lahan kering, penggunaan benih lokal

ABSTRACT

Chance of soybean production improvement in dry land to support indepen-dence of food. Increasing soybean production in the country is necessary to suppress the dependence on imported. Soybean development provides opportunities for increasing farmers' income. Dry land is one of the potential areal for soybean expansion. Some of considerations is (1) most of the territory although quite dry but the water moisture for soybean growth, (2) for regions outside Java predominately transmigration mainly from Java, Bali, and NTB as a community that has been used to grow and consume soy foods, (3) the current price of soybeans is very conducive to the implementation of HPP soy and considering increasing the supply of imports. Soybean productivity in production centers in Indonesia from year to year has increased significantly which in 2011 amounted to 1.49 t / ha and this can be improved continuously, considering the results of Balitkabi for soybean crop reached 2.3 t / ha. And the other hand, giving of production means in the form of seeds and fertilizers and soybean cultivation technique will help farmer to increase soybean production.

(2)

PENDAHULUAN

Kebutuhan kedelai nasional dewasa ini mencapai lebih dari 1,95 juta ton per tahun, sedangkan produksi dalam negeri hanya 1,02 juta ton (BPS 2012). Peningkatan produksi kedelai di dalam negeri perlu dilakukan untuk menekan ketergantungan terhadap kedelai impor. Kebutuhan kedelai yang cukup besar dengan jumlah yang terus meningkat merupakan peluang bagi pengembangan komoditas ini, baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Oleh karena itu upaya peningkatan produksi kedelai di dalam negeri perlu mendapat perhatian yang lebih besar.

Sumber daya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, dan teknologi budidaya yang telah tersedia merupakan modal utama bagi pengembangan kedelai. Disisi lain pengembangan kedelai di lahan kering banyak menemui kendala biofisik dan kimia tanah, tetapi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi yang sesuai. Di Indonesia lahan kering yang sesuai untuk pengembangan kedelai masih cukup luas, yaitu 4,29 juta hektar: 1,99 hektar di Sumatera, 1,46 juta hektar di Jawa, 0,16 juta hektar di Bali dan NTB, 0,46 juta hektar di Sulawesi, 0,23 juta hektar di Papua (BPPSDL Pertanian 2008).

Kondisi lahan yang kurang subur dapat diatasi dengan penerapan teknologi ameliorasi, pemupukan dan konservasi lahan. Ameliorasi lahan kering sangat diperlukan dalam peningkatan produksi kedelai untuk memperbaiki kondisi tanah, yakni menaikkan pH tanah, menurunkan kadar Al, Mn dan Fe. Bahan ameliorasi yang efektif dan banyak tersedia adalah batu kapur berupa kalsit maupun dolomit yang banyak mengandung Ca dan Mg. Jumlah batu kapur yang diberikan berdasarkan pada upaya untuk menurunkan kejenuhan Al dapat ditukar (Al-dd) sampai pada tingkat yang dapat ditoleransi tanaman kedelai, yaitu sekitar 20%. Jika tanah yang diberi kapur pertanian (kaptan) hanya pada lapisan atas sekitar 20 cm teratas, maka jumlah batu kapur yang diberikan berkisar 1,2–2,2 kw/ha, sedang jika pada lapisan sub soil (30 cm teratas) diperlukan batu kapur 2,4–5,0 kw/ha (Subandi et al. 2009). Agar cepat bereaksi dengan tanah, batu kapur harus mempunyai kehalusan butiran lolos ayakan 60 mesh atau lebih halus. Dengan ukuran ini inkubasi kaptan cukup tiga minggu.

Di lahan kering keberhasilan budi daya kedelai bergantung pada curah hujan. Pada kondisi kelebihan air (tergenang) tanaman kedelai tidak mampu berproduksi optimal, bahkan dapat menyebabkan gagal panen. Untuk dapat tumbuh dan berproduksi maksi-mal, tanaman kedelai memerlukan curah hujan rata-rata 100 mm/bulan (Arsyad 2006). Pengaruh pemupukan dan pemberian kapur pertanian berdampak positif terhadap pe-ningkatan produksi kedelai, seperti tinggi tanaman, jumlah cabang, dan jumlah polong. Selain kesuburan tanah, faktor lain yang seringkali menjadi kendala dalam budidaya kedelai pada lahan kering adalah kekeringan (akibat terlambat tanam), gangguan hama polong (Etiella zinckenella, Riptortus linearis dan Nezara viridula), dan gulma.

Selain faktor agronomi perlu dipertimbangkan kondisi budaya bertanam kedelai yaitu wilayah transmigrasi, penggunaan benih bermutu sangat mutlak diperlukan dalam pengembangan kedelai. Selama ini kendala yang sering dihadapi petani adalah sulitnya mendapatkan benih dengan kondisi enam tepat yakni tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat lokasi, tepat mutu dan tepat harga. Dalam kegiatan budidaya kedelai selain peningkatan produksi juga sebagai tempat penangkaran benih untuk penanaman musim berikutnya sehingga kebutuhan akan benih dapat berlangsung secara berkesinambungan. Penerapan teknologi budidaya dengan varietas unggul yang sesuai dengan lokasi mem-berikan produktivitas 1,8–2,5 ton/ha.

(3)

Tulisan ini memberi gambaran peluang peningkatan produktivitas kedelai di lahan kering yang tersebar di Indonesia guna mendukung program Kementerian Pertanian. 1. Pengelolaan dan pemberdayaan tanaman kedelai secara optimal untuk peningkatan

produktivitas secara maksimal.

2. Menyediakan teknologi inovatif dan strategis untuk meningkatan produktivitas, sus-tainnabilitas, efisiensi sistem produksi dan mutu produk komoditas kedelai.

3. Mendesiminasikan dan mengkomersialkan secara proaktif teknologi inovatif tanaman kedelai.

4. Mengembangkan jejaring dan kerjasama kemitraan sinergistik dengan pihak swasta yang mempunyai naluri perkedelaian.

5. Membangun kapasitas dan profesionalisme serta integritas moral sumberdaya manusia, kualitas dan ketersediaan dalam pengembangan kedelai di Indonesia.

Potensi kesesuaian lahan bagi komoditas kedelai lahan kering di Indonesia seluas 4,29 juta hektar, sedangkan luas panen baru sekitar 0,75 juta hektar, sehingga terdapat peluang pengembangan kedelai dari segi produksi maupun produktivitas (BPPSDL Pertanian 2008 dan BPS 2012). Pengembangan produktivitas maupun penggunaan benih unggul yang berproduksi tinggi telah banyak dilakukan di berbagai wilayah di Indonesia oleh Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, Malang.

Penentu keberhasilan budidaya kedelai di sentra-sentra produksi lahan kering adalah; a. Pengaturan pola tanam, dalam satu tahun di lokasi hamparan yang sama

dibudida-yakan kedelai cukup sekali pada areal yang terbatas.

b. Waktu tanam dianjurkan akhir musim penghujan, dengan harapan kelembaban tanah masih tersedia dan cukup untuk pertumbuhan kedelai dan diperkirakan panen pada musim kemarau.

c. Pemilihan dan penanaman varietas yang adaptif (sesuai) pada agrosistem lokasi spesifik.

d. Penggunaan benih bermutu tinggi dengan daya tumbuh lebih dari 80%. e. Sistem pengolahan tanah minimal.

f. Pemupukan dan pemberian kapur pertanian dolomit (Kapta) sesuai kebutuhan tana-man (spesifik lokasi), untuk daerah yang baru penanatana-man perlu diberikan Rizobium. g. Pengendalian gulma dan hama penyakit secara intensif dan terpadu.

h. Panen tepat waktu pada saat cuaca cerah, perontokan menggunakan alsintan agar mengurangi kehilangan hasil.

i. Untuk wilayah yang terdapat perkebunan sawit dapat dikembangkan ketika pohon sawitnya masih muda, selain dapat mencegah erosi sebagai tanaman penutup tanah (cover crops).

j. Dalam rangka penyediaan benih mutu unggul perlu dilakukan penanaman kedelai di sela-sela tanaman padi/pematang untuk musim berikutnya.

KONDISI KOMODITAS KEDELAI

Komoditas kedelai adalah komoditas palawija yang banyak dibutuhkan masyarakat untuk bahan pangan, pakan dan industri. Hingga kini produksi dalam negeri belum men-cukupi untuk memenuhi kebutuhan Nasional dan masih mendatangkan dari luar sebesar 1,2 juta ton setiap tahun (Alimoeso 2008).

(4)

Tabel 1. Perkembangan Nilai Impor, Ekspor dan Neraca Kedelai Nasional dalam US$ Tahun 1990– 2010.

Tahun Impor (000 US$) Ekspor (000 US$) Neraca (000 US$) 1990 147.983,00 399 -147.584,00 1991 226.495,00 404 -226.091,00 1992 229.042,00 3.307 -225.735,00 1993 288.890,00 1.421 -287.469,00 1994 364.850,00 4.720 -360.130,00 1995 350.657,00 1.080 -349.577,00 1996 518.689,00 955 -517.734,00 1997 513.597,00 17.239 -496.358,00 1998 270.435,00 179 -270.256,00 1999 472.211,00 754 -471.457,00 2000 557.148,00 159 -556.989,00 2001 494.232,00 358 -493.874,00 2002 582.475,03 4.509 -577.966,42 2003 706.753,13 6.303 -700.449,96 2004 967.957,30 6.703 -961.254,19 2005 493.212,72 3.153 -490.060,14 2006 830.836,02 8.405 -822.431,02 2007 1.200.950,53 32.049 -1.168.902,00 2008 732.721,93 8,252 -724,470,00 2009 647.702,91 8,030 -437,251,00 2010 537.985,10 5,709 -437,251,00 Sumber: Departemen Pertanian 2012.

Selama periode 2004–2012, luas areal pertanaman kedelai di Indonesia rata-rata 598 ribu ha/tahun dengan laju peningkatan 1,11% (Tabel 2). Produktivitas kedelai yang masih rendah sekitar 1,198 t/ha walaupun meningkat 0,77% per tahun, menggambarkan bahwa peningkatan perluasan areal tanam dan penggunaan benih bermutu tinggi di tingkat petani belum berkembang seperti yang diharapkan. Produksi kedelai dalam periode 2004– 2012 rata-rata 795 ribu ton dan cenderung meningkat dengan laju 2,06% per tahun. Tampak bahwa peningkatan produksi kedelai lebih banyak ditentukan oleh peningkatan luas tanam daripada peningkatan produktivitas. Fenomena ini menunjukkan bahwa penggunaan benih bermutu tinggi di tingkat petani belum mampu meningkatkan produksi kedelai, mengingat hasil yang dilakukan lembaga penelitian dapat mencapai 2,3 t/ha.

Peningkatan produksi kedelai nasional dari tahun 2004 mengalami fluktuasi dan pada puncaknya terjadi pada tahun 2009 dengan produksi sebesar 974 ribu ton dengan laju peningkatan produksi 25,63% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena adanya program pemerintah untuk peningkatan produksi melalui bantuan langsung benih unggul kedelai. Walaupun demikian peningkatan luas panen dinilai masih rendah diban-dingkan dengan ketersediaan lahan yang sesuai untuk pertanaman kedelai. Demikian pula peningkatan produktivitas yang saat ini hanya 1,376 t/ha, sedangkan dengan inovasi teknologi spesifik lokasi serta waktu tanam yang tepat dapat meningkatkan produksi.

(5)

Dalam kurun waktu tahun 2004–2012 perkembangan perluasan tanam sangat lambat dan produktivitas juga tidak berubah. Peluang peningkatan produksi masih cukup besar dapat ditempuh melalui peningkatan produktivitas maupun perluasan areal tanam. Senjang tingkat produktivitas rata-rata nasional dan penelitian untuk komoditas kedelai mempunyai kisaran 1,3 yaitu 1,7–3,2 t/ha. (Mejaya et al. 2010). Peningkatan produksi kedelai di wilayah Sulawesi menghadapi berbagai kendala terkait dengan perubahan lingkungan strategis, diantaranya adalah; (a) perubahan iklim global yang akan berdampak pada meningkatnya frekuensi dan intensitas cekaman lingkungan biotik dan abiotik. (b) semakin meningkatnya harga sarana produksi bagi keperluan tanaman pangan terutama untuk kedelai, serta (c) konsekuensi pada persaingan produk yang menuntut perbaikan efisiensi produksi serta kualitas dan ketepatan pasokan hasil produk.

Tabel 2. Luas Panen, produktivitas, dan produksi kedelai Nasional, 2004–2012. Tahun panen Luas

(ha) Peningkatan luas panen (%) Produktivitas (t/ha) Peningkatan produktivitas (%) Produksi (t) produksi (%) Peningkatan 2004 565,155 - 1,28 - 723,483 - 2005 621,541 9,98 1,30 1,64 808,353 11,73 2006 580,534 -6,79 1,29 -0,99 747,611 -7,51 2007 459,116 -20,91 1,29 0,23 592,534 -20,74 2008 590,956 28,72 1,31 1,70 775,710 30,91 2009 722,791 22,31 1,34 2,67 974,512 25,63 2010 660,823 -8,57 1,37 1,85 907,031 -6,92 2011 622,254 -5,84 1,37 -0,73 851,286 -6,15 2012 566,693 -8,93 1,38 0,58 779,741 -8,40 Rerata 598,874 1,11 1,1,98 0,77 795,585 2,06 Sumber: www.bps.co.id (2012); Data 2012 adalah ARAM I.

KESIMPULAN

1. Peluang pengembangan kedelai di lahan kering Indonesia masih terdapat luasan 4,29 juta hektar, di mana kalau diusahakan kedelai dengan menggunakan benih spesifik lokasi dengan produksi minimal 1,25 t/ha minimal 1 juta ha saja akan menambah kesediaan kurang lebih 1,25 juta ton.

2. Perlu diperhatikan dan dipelajari secara sungguh-sungguh oleh petugas lapangan dalam pengembangan kedelai varietas spesifik lokasi serta hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Alimoeso, S. 2008. Kebijakan dan program kedelai Nasional menuju swasembada.p. 1–17. Dalam: Agus Suryanto et al, (Eds).Pemberdayaan Agribisnis Kedelai menuju Swasembada Nasional.

Arsyad, D.M dan Y.Hilman. 2004. Potensi sumber daya dan inovasi teknologi mendukung pengembangan kedelai di lahan kering, p. 115–128 Dalam A.k Makarim et.al, (Eds): Kinerja Penelitian Mendukung Agribisnis Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Puslitbang. Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. 634 p.

(6)

Arsyad, DM, 2006. Prospek Pengembangan Teknologi Budidaya Kedelai di Lahan Kering Sumatera Selatan,p. 153–162 Dalam IPTEK Tanaman Pangan,Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian.

Arief,T.,Muhadjir dan A. Bamualim. 2003. Kesesuaian lahan untuk komoditas unggulan pertanian di Sumatera Selatan, p. 1–9 dalam A.Bamualim et al,(Eds): Teknologi Budidaya Komoditas Unggulan Sumatera Selatan, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Selatan, 365 p.

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. 2008: Potensi dan Ketersediaan Lahan untuk Pengembangan Kedelai di Indonesia.Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 30,No.1, 2008

BPS, 2012. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Jakarta.

Mejaya,Marwoto dan Yusmani, 2010. Teknologi Unggulan Balitkabi 2009 dan Pengelolaan Sumber Daya Penelitian.Proseding Rapat Kerja 2012. Reformasi dan Diseminasi Hasil Penelitian Tanaman Pangan.Puslitbangtan. Hal. 103–131

Puslitbangtan, 2011. Rencana Strategis 2010–2014. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.Edisi Revisi 2011, 42 halaman.

Subandi, A. Wijanarko, G. S. A Fatah, J. Pitoyo, dan F. Rozi. 2009. Pengaruh ameliorasi sampai tanah sub soil dan alat tanam pada lahan kering masam terhadap produktivitas dan pendpatan usahatani kedelai. Laporan Tengah Tahunan, Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.

Gambar

Tabel 1. Perkembangan Nilai Impor, Ekspor dan Neraca Kedelai Nasional dalam US$ Tahun 1990– 2010
Tabel 2. Luas Panen, produktivitas, dan produksi kedelai Nasional, 2004–2012.  Tahun  panen Luas

Referensi

Dokumen terkait

Faktor Eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai yaitu: Sarana pendukung dan infrastruktur, Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai, Luas Lahan, Jumlah

PENGARUH PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK TERHADAP PRODUKTIVITAS KEDELAI DI LAHAN KERING.

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan varietas kedelai hitam unggul yang toleran terhadap lahan kering masam melalui persilangan antara kedelai kuning toleran

Hasil kajian tersebut meliputi permasalahan dalam pengelolaan lahan kering berlereng yang sangat bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya, baik permasalahan teknis

Uji multilokasi sembilan galur kedelai hasil pemilihan dari uji daya hasil pendahuluan, satu varietas introduksi dan empat varietas pem- banding dilaksanakan di lahan kering

Faktor Eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai yaitu: Sarana pendukung dan infrastruktur, Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai, Luas Lahan, Jumlah

Faktor Eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi kedelai yaitu: Sarana pendukung dan infrastruktur, Penguasaan petani terhadap teknik budidaya kedelai, Luas Lahan, Jumlah

Masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan budidaya kedelai di lahan kering masam adalah relatif rendahnya tingkat kesuburan tanah (pH, kandungan hara makro,