• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

49 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

CV. Ofenindo Asih didirikan di Republik Indonesia pada tanggal 07 November 2001 oleh Bapak H. Agus Junaidi dan Bapak Doni Rostoni berdasarkan akta notaris Ny.Izzat Chanun Sukowijono, SH. No. 4. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman dalam Surat Keputusan No. C-174.HT.03.02 Tahun 1992 tanggal 25 Juli 1992. Perusahaan ini terdaftar sebagai perseroan komanditer atau Commanditaire Vennootschap (CV).

Perusahaan ini merupakan perusahaan konstruksi yang melakukan usaha dalam bidang kontraktor perencanaan atau pemborong bangunan, gedung-gedung, jembatan-jembatan, jalan-jalan, irigasi dan pekerjaan instalasi listrik, mesin-mesin, pipa-pipa, telepon serta instalasi dan fasilitas gedung lainnya. Perusahaan ini memulai kegiatan usahanya pada tahun 2002. Perusahaan berkedudukan di Tangerang dan memiliki kantor pusat yang berlokasi di Jl. Hasyim Ashari No.39, Kota Tangerang. Pada tanggal 2 April 2012, Perusahaan ini terdaftar pada keanggotaan dari Gabungan Pelaksanaan Konstruksi Nasional Indonesia (GAPENSI) dengan nomor registrasi 02.2012.28.3671.000719 yang disahkan oleh Badan Pimpinan Pusat GAPENSI, Bapak Ir. H. Soeharsojo dan ketua umum Badan Pimpinan Daerah GAPENSI Provinsi Banten, Bapak H.TB. Chaeri Wardaba, B.Bus.

Dalam menjalankan usahanya CV.Ofenindo Asih lebih banyak menerima proyek pembangunan yang ada di lakukan oleh pemerintah kota tangerang. Pekerjaan yang ditawarkan dapat berupa pekerjaan tata kota untuk pembangunan gedung sekolah, perpustakaan, posyandu, kantor kelurahan dan lain sebagainya. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan ini menerima pekerjaan diluar dari pekerjaan yang ditawarkan oleh pihak pemerintah Kota Tangerang. Sampai saat ini, CV.Ofenindo Asih memiliki 5 orang kepengurusan inti perusahaan dengan masing-masing jabatannya.

(2)

4.1.1 Struktur Organisasi CV. Ofenindo Asih

Struktur Organisasi adalah suatu susunan dan hubungan antara tiap bagian serta posisi yang ada pada suatu organisasi atau perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan yang di harapakan dan di inginkan. Struktur Organisasi menggambarkan dengan jelas pemisahan kegiatan pekerjaan antara yang satu dengan yang lainnya. Struktur organisasi dari CV. Ofenindo Asih dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut ini :

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi CV.Ofenindo Asih

Sumber : CV.Ofenindo Asih, 2013

4.1.2 Rincian Pekerjaan

Dalam melakukan segala kegiatan dan pekerjaannya seluruh bagian yang ada mempunyai tugas dan tanggung jawab yang berbeda untuk dilakukan. Berikut ini tugas dan tanggung jawab dari masing-masing posisi dalam perusahaan :

Direktur (H. Agus Junaidi) Wakil Direktur (Doni Rostoni) Manajer Proyek (Ambar Yusensi) Staff Manajer Administrasi & Keuangan (Desi Susanti) Staff Manajer Desain (Gustiawan) Staff Manajer Personalia (Mono) Staff

(3)

1. Direktur

• Memimpin dan mengkoordinir seluruh aktivitas perusahaan.

• Membantu direktur dalam menyusun rencana kerja serta anggarannya untuk dapat mencapai tujuan perusahaan.

• Menyetujui pembelian kebutuhan perusahaan seperti bahan baku proyek serta peralatan kantor.

• Menandatangani cek dan giro.

• Mewakili perusahaan untuk melakukan kemitraan dengan pihak lain. • Bertanggung jawab untuk mengambil keputusan akhir dari sebuah

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.

• Menyusun dokumen kontrak dan mendiskusikannya dengan manajer proyek.

2. Wakil Direktur

• Membantu direktur dalam memimpin dan mengkoordinir seluruh aktivitas perusahaan.

• Membantu direktur dalam menyusun rencana kerja serta anggarannya untuk dapat mencapai tujuan perusahaan.

• Mewakili direktur dalam menyetujui pembelian kebutuhan perusahaan. • Membantu direktur dalam pengambilan keputusan dari sebuah

permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan.

• Membantu direktur dan manajer proyek dalam menyusun dokumen kontrak kerja.

3. Manajer Proyek

• Berwewenang untuk secara penuh mengelola proyek yang sedang dilakukan oleh perusahaan.

• Melakukan perencanaan sebuah proyek.

• Melakukan penjadwalan terhadap semua aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan dalam menyelesaikan sebuah proyek.

• Mengindentifikasi masalah-masalah teknis. • Menyelesaikan konflik yang terjadi dalam proyek.

• Merekomedasikan penghentian proyek atau pengarahan kembali sumber daya.

(4)

4. Manajer Administrasi dan Keuangan

• Membuat bukti-bukti pembayaran atas pekerjaan proyek dari direktur. • Membuat laporan akuntansi proyek, retribusi dan urusan perpajakan

proyek.

• Menyusun laporandaftar hutang proyek.

• Menjalankan tugas kepegawaian seperti pengurusan asuransi tenaga kerja hingga pembayaran gaji beserta tunjangannya.

• Membantu manajer proyek untuk mengurusi keuangan dan sumber daya manusia yang digunakan agar proyek dapat selesai tepat waktu.

5. Manajer Desain

Membuat gambar pelaksanaan / gambar shop drawing. Gambar shop drawing adalah gambar detail yang disertai ukuran dan bentuk detail sebagai acuan pelaksanaan dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan dilapangan sesuai dengan gambar perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya.

• Menyesuaikan gambar perencana dengan kondisi nyata dilapangan. • Menjelaskan kepada pelaksana proyek dan manajer proyek mengenai

struktur dan ukuran bangunan yang akan dibangun.

6. Manajer Personalia

• Membuat pengorganisasian, perencanaan program dan pengendalian unit personalia.

• Melakukan proses dan prosedur rekrutmen.

Menetapkan struktur dan skala gaji, basic salary, insentif dan overtime. • Membuat sistem pelaporan seluruh kegiatan personalia.

4.1.4 Analisa Porter

Hutabarat dan Huseini (2006: 82) mengatakan bahwa Analisa Porter merupakan analisa industri yang didasarkan pada lima elemen yang diutarakan oleh Michael Porter. Kelima elemen tersebut antara lain adalah :

1. Kekuatan tawar dari pembeli. 2. Kekuatan tawar dari pemasok. 3. Kekuatan tawar dari pendatang baru.

(5)

4. Kekuatan tawar dari produk subsitusi.

5. Kekuatan tawar pemain dalam industri (persaingan industri).

Berikut analisa porter yang dilakukan pada CV.Ofenindo Asih dalam industri konstruksi :

Gambar 4. 2 Pendekatan Analisa Porter Pada CV.Ofenindo Asih

Sumber : Penulis, 2014

1. Ancaman Pesaing dalam Industri Konstruksi

Seiring dengan perkembangan zaman membuat industri konstruksi di Indonesia berkembang pesat, sehingga jumlah perusahaan konstruksi juga me

peningkatan.Persaingan yang terjadi dalam industri ini semakin ketat dan semakin dinamis. Terlebih melihat dari segi biaya dan waktu penyelesaian yang ditawarkan oleh perusahaan kontraktor dari yang satu dengan yang lainnya sangat beragam dan berus

nilai yang diajukan oleh pihak penyedia pekerjaan.Ancaman utama yang TB.Pelita

Agung, Dupa Mesh, TB.Usaha

Baru

Kekuatan tawar dari produk subsitusi.

Kekuatan tawar pemain dalam industri (persaingan industri).

Berikut analisa porter yang dilakukan pada CV.Ofenindo Asih dalam industri

Pendekatan Analisa Porter Pada CV.Ofenindo Asih

Ancaman Pesaing dalam Industri Konstruksi

Seiring dengan perkembangan zaman membuat industri konstruksi di Indonesia berkembang pesat, sehingga jumlah perusahaan konstruksi juga me

peningkatan.Persaingan yang terjadi dalam industri ini semakin ketat dan semakin dinamis. Terlebih melihat dari segi biaya dan waktu penyelesaian yang ditawarkan oleh perusahaan kontraktor dari yang satu dengan yang lainnya sangat beragam dan berusaha untuk menawarkan biaya serendah mungkin dari nilai yang diajukan oleh pihak penyedia pekerjaan.Ancaman utama yang

CV.Mustika Kencana, CV.Cipta Kalima Jaya, CV.Putra Pertama CV.Charissa Sejati Dinas Pekerjaan Umum, Kota Tangerang Tidak ada produk pengganti

Berikut analisa porter yang dilakukan pada CV.Ofenindo Asih dalam industri

Pendekatan Analisa Porter Pada CV.Ofenindo Asih

Seiring dengan perkembangan zaman membuat industri konstruksi di Indonesia berkembang pesat, sehingga jumlah perusahaan konstruksi juga mengalami peningkatan.Persaingan yang terjadi dalam industri ini semakin ketat dan semakin dinamis. Terlebih melihat dari segi biaya dan waktu penyelesaian yang ditawarkan oleh perusahaan kontraktor dari yang satu dengan yang lainnya aha untuk menawarkan biaya serendah mungkin dari nilai yang diajukan oleh pihak penyedia pekerjaan.Ancaman utama yang

Dinas Pekerjaan Umum, Kota

(6)

dihadapi oleh CV.Ofenindo Asih diantaranya adalah CV.Mustika Kencana, CV.Cipta Kalima Jaya, dan CV.Putra Pertama. Perusahaan ini dapat menjadi ancaman bagi CV.Ofenindo Asih karena perusahaan ini memiliki target market yang sama dengan CV. Ofenindo Asih. Oleh karena itu beberapa perusahaan ini adalah pesaing utama dari CV.Ofenindo Asih.

2. Ancaman Pendatang Baru

Seperti yang kita ketahui bahwa didalam industri konstruksi persaingan yang terjadi semakin dinamis.Hal ini tentu tidak menutup kemungkinan untuk para pesaing potensial untuk masuk kedalam industri tersebut.Namun, datangnya pesaing baru ini tidak dapat dianggap remeh oleh perusahaan karena setiap perusahaan kontraktor harus bersaing antara satu dengan yang lainnya untuk mendapatkan penyedia proyek (klien).

Ancaman pendatang baru harus selalu diperhatikan oleh perusahaan karena, terkadang para perusahaan baru memiliki strategi bersaing yang lebih dibandingkan dengan CV.Ofenindo Asih.Salah satu pesaing potensial yang dimiliki oleh CV.Ofenindo Asih adalah CV. Charissa Sejati. CV.Charissa Sejati adalah salah satu perusahaan baru yang berkembang dalam industri konstruksi.Perusahaan ini memiliki umur yang lebih muda dibandingkan dengan CV.Ofenindo Asih. Namun, eksistensi mereka dalam industri konstruksi juga tidak dapat dianggap remeh. Jumlah proyek yang dilakukan oleh CV.Charissa Sejati sudah dapat menandingi jumlah proyek yang dilakukan oleh CV.Ofenindo Asih.

3. Ancaman Daya Tawar Pembeli

Dalam pembangunan sebuah proyek, dengan siapa dan dengan perusahaan apa perusahaan konstruksi bekerjasama sangat penting untuk diperhatikan, karena seringkali perusahaan mengikuti tender yang diadakan oleh pihak penyedia proyek. Hal ini menunjukan bahwa daya tawar pembeli/konsumen sangat kuat sehingga perusahaan harus mengikuti batasan-batasan dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam tender tersebut. CV.Ofenindo Asih seringkali bekerja sama dengan pihak Dinas Tata Kota, Kota Tangerang. Umumnya pembangunan yang dilakukan merupakan pembangunan fasilitas-fasilitas umum yang ditujukan untuk masyarakat kota Tangerang. Seperti pembangunan gedung kelurahan, kecamatan, posyandu, sekolah-sekolah, perpustakaan dan lain sebagainya.

(7)

4. Ancaman Daya Tawar Pemasok

Membangun sebuah proyek tidak terlepas bagi perusahaan untuk tidak melibatkan pihak pemasok / supplier. Dengan standar bahan baku yang telah ditentukan oleh pihak penyedia proyek, perusahaan berusaha menggunakan pemasok yang dapat mendukung kegiatan proyek itu sendiri. Baik itu dari segi biaya maupun kualitas dari bahan baku tersebut. CV. Ofenindo Asih memiliki beberapa perusahaan yang menjadi pemasok/supplier bahan baku yang digunakan untuk pembangunan proyek cukup lama. Perusahaan tersebut antara lain adalah TB. Pelita Agung, Duta Mesh, dan TB. Usaha Baru.

Pemasok/supplier tersebut memasok bahan baku seperti semen, pasir, cat dan bahan-bahan umum lainnya yang digunakan dalam segala kegiatan proyek. Bahan baku yang digunakan tentunya memiliki kualitas yang baik untuk dapat mendukung pembangunan yang dilakukan oleh perusahaan. CV.Ofenindo Asih menggunakan perusahaan ini untuk memasok bahan baku mereka selain karena kualitas juga proses pengantaran bahan baku yang cepat. Sehingga ketika perusahaan kehabisan bahan baku, mereka tidak perlu menunggu terlalu lama sampai persediaan bahan baku tersebut datang. Hal itu tentunya akan membuang-buang perusahaan dalam menyelesaikan proyek pembangunan mereka.

5. Ancaman Produk Pengganti

CV. Ofenindo Asih merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi bangunan dimana produk yang ditawarkan merupakan jasa pembangunan sehingga perusahaan ini tidak memiliki jasa lain yang dapat menjadi pengganti jasa yang ditawarkan oleh perusahaan ini.

Berdasarkan analisa porter diatas, perusahaan harus dapat mengatasi persaingan yang ada dalam industri konstruksi saat ini dan masa yang akan datang. Untuk dapat mengatasinya, perusahaan harus dapat melakukan peningkatan kualitas kerja disegala bidang dalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Peningkatan kualitas kerja perusahaan konstruksi dapat dilihat dari beberapa elemen seperti ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan dan efisiensi pemanfaatan sumber daya yang digunakan. Untuk itu perusahaan harus melakukan analisa waktu dan biaya dalam pelaksanaan proyek pembangunan yang dilakukan guna meningkatkan kualitas.

(8)

4.2 Analisa Proyek Pembangunan Gedung Perpustakaan PGP-01 Karang Tengah, Tangerang

4.2.1 Hubungan Antara Pekerjaan Satu Dengan Pekerjaan Yang Lainnya. Berikut pendefinisian aktivitas dalam proyek pembangunan gedung perpustakaan PGP-01 di Karang Tengah, Tangerang.

Tabel 4. 1 Daftar Kegiatan Proyek

Simbol Pekerjaan Pekerjaan Pekerjaan Pendahulu Waktu yang diperlukan (hari) A Pekerjaan Persiapan - 7 B Pekerjaan Pondasi A 14

C Pekerjaan Beton Sloof B 14

D Pekerjaan Beton Kolom C 14

E Pekerjaan Beton Balok C 30

F Pekerjaan Beton Plat D 14

G Pekerjaan Beton Tangga E, F 7

H Pekerjaan Lantai J,K 21

I Pekerjaan Dinding E, F 30

J Pekerjaan Plafond I, L 14

K Pekerjaan Kusen, Daun

Pintu, dan Daun Jedela I, L 15

L Pekerjaan Atap G 20

M Pekerjaan Pengecatan H, O, P 7

N Pekerjaan Lain-Lain M 7

O Pekerjaan Sanitasi J, K 15

P Pekerjaan Mekanikal dan

Elektrikal J, K 20

Sumber : Data Olahan Penulis, 2014

Tabel diatas menunjukkan keseluruhan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan beserta waktu setiap kegiatan untuk dapat menyelesaikan pembangunan mulai dari tahap persiapan sampai tahap terakhir dalam kurun waktu 20 minggu atau dengan kata lain selama 140 hari. Semua aktivitas-aktivitas ini saling

(9)

terkait antara satu dengan yang lainnya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya aktivitas pendahulu pada setiap aktivitas yang akan dilakukan.

4.2.2 Analisa Data Menggunakan Metode CPM

Berdasarkan data aktivitas-aktivitas proyek yang sudah disusun diatas maka dapat dilakukan pengujian data dengan menggunakan metode CPM atau Critical Path Method. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program QM for Windows 2. Berikut hasil perhitungan dengan menggunakan metode CPM pada QM for Windows 2 :

Tabel 4. 2 Output Project Management dengan CPM

Activity time Early Start Early Finish Late Start Late Finish Slack Project 145 A 7 0 7 0 7 0 B 14 7 21 7 21 0 C 14 21 35 21 35 0 D 14 35 49 37 51 2 E 30 35 65 35 65 0 F 14 49 63 51 65 2 G 7 65 72 68 75 3 H 21 110 131 110 131 0 I 30 65 95 65 95 0 J 14 95 109 96 110 1 K 15 95 110 95 110 0 L 20 72 92 75 95 3 M 7 131 138 131 138 0 N 7 138 145 138 145 0 O 15 110 125 116 131 6 P 20 110 130 111 131 1

(10)

Hasil pengujian yang dilakukan dengan program QM for Windows 2 menunjukkan bahwa waktu penyelesaian proyek bila dilakukan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, proyek dapat diselesaikan dengan waktu 145 hari. Waktu yang ditentukan oleh Dinas Tata Kota, untuk menyelesaikan proyek pembangunan gedung perpustakaan ini adalah selama 20 minggu atau dengan kata lain selama 140 hari. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa penjadwalan yang dilakukan oleh pihak perusahaan tidak efektif sehingga proyek tersebut mengalami kemunduran waktu penyelesaian selama 5 hari.

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan software QM for Windows 2 dapat diketahui jaringan yang menjadi jalur kritis untuk semua aktivitas yang ada dalam proyek pembangunan. Jalur kritisnya adalah aktivitas A – B – C – E – I – K – H – M – N. Berikut gambar jaringan dan jalur kritisnya berdasarkan aktivitas-aktivitas yang ada dalam proyek pembangunan gedung perpustakaan PGP-01 Karang Tengah, Tangerang.

(11)
(12)

4.2.3 Project Crashing with CPM

Project crasing bertujuan untuk mempercepat waktu penyelesaian proyek agar sesuai dengan target yang ditetapkan oleh pihak penyedia proyek. Dalam mempercepat waktu proyek dibutuhkan sumber daya tambahan yang berdampak pada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menyelesaikan proyek tersebut. Proses crashing dipusatkan pada kegiatan yang berada di jalur kritis.

Berdasarkan jalur kritis tersebut dapat dibuat kemungkinan waktu tercepat setiap aktivitas yang ada dalam proyek tersebut. Berikut perbandingan antara nilai waktu normal, biaya normal, waktu crash, dan biaya crash yang dikeluarkan setiap aktivitasnya.

Tabel 4. 3 Perbandingan Waktu Normal, Biaya Normal, Waktu Crash, dan Biaya Crash Aktivitas Waktu Normal Biaya Normal Waktu Crash Biaya Crash A 7 5000 5 5200 B 14 27500 12 29132 C 14 11820 13 13002 D 14 18000 13 18500 E 30 21800 29 23057 F 14 34157 13 36157 G 7 7360 7 7360 H 21 18372 18 19035 I 30 49837 28 50142 J 14 10639 10 11941 K 15 53162 15 53162 L 20 28117 18 29689 M 7 20925 5 22092 N 7 18799 5 19280 O 15 20574 15 20574 P 20 18611 20 18611

(13)

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, dapat dilakukan pengujian dengan menggunakan program QM for Windows 2. Hasil crashing yang dilakukan terhadap data diatas dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4. 4 Output Crashing with CPM

Sumber : Data Olahan Penulis, 2014

Hasil crashing dengan menggunakan metode CPM menunjukkan bahwa proyek tersebut dapat diselesaikan dengan waktu 132 hari dengan tambahan biaya sebesar Rp 6.445.000.Hal ini menunjukkan bahwa waktu penyelesaian proyek pembangunan gedung perpustakaan PGP-01 Karang Tengah, Tangerang dapat dipercepat selama 8 hari dari waktu yang ditentukan oleh Dinas Tata Kota, Kota Tangerang.

Berdasarkan data-data tersebut dilakukan pengujian kembali untuk mendapatkan hasil terbaik dalam hal waktu dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan agar dapat menyelesaikan proyek pembangunan gedung perpustakaan ini secara optimal.Namun, pengujian selanjutnya dilakukan dengan menggunakan metode yang berbeda dengan metode yang sebelumnya digunakan.Metode yang digunakan kali ini adalah metode Linear Programming.Penggunaan metode ini diharapkan dapat memberikan solusi yang paling optimal untuk masalah biaya dan waktu untuk menyelesaikan proyek pembangunan gedung perpustakaan tersebut.

(14)

4.2.4 Analisa Data Menggunakan Metode Linear Programming.

Metode Linear Programming dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh CV.Ofenindo Asih untuk mengoptimalisasi biaya serta waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk dapat menyelesaikan proyek pembangunan gedung perpustakaan PGP-01 Karang Tengah, Tangerang. Data yang digunakan adalah data waktu (normal dan crash), biaya (normal dan crash), prodecessor (kegiatan pendahulu) dan cost slope untuk setiap aktivitasnya.

Dari data-data itu-lah nantinya akan digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang ada dalam linear programming. faktor-faktor-faktor-faktor tersebut antara lain adalah variable keputusan, fungsi tujuan dan fungsi kendala.

Tabel 4. 5 Waktu dan Biaya (Normal dan Crash) serta Cost Slope

Sumber : Data Olahan Penulis, 2014 Aktivitas Waktu Normal (hari) Pekerjaan Pendahulu Biaya Normal (xRp1000) Waktu Crash (hari) Biaya Crash (xRp1000) Cost Slope (xRp1000 / hari) A 7 - 5000 5 5200 100 B 14 A 27500 12 29132 816 C 14 B 11820 13 13002 1182 D 14 C 18000 13 18500 500 E 30 C 21800 29 23057 1257 F 14 D 34157 13 36157 2000 G 7 E, F 7360 7 7360 0 H 21 J,K 18372 18 19035 221 I 30 E, F 49837 28 50142 152.5 J 14 I, L 10639 10 11941 325.5 K 15 I, L 53162 15 53162 0 L 20 G 28117 18 29689 786 M 7 H, O, P 20925 5 22092 538.5 N 7 M 18799 5 19280 240.5 O 15 J, K 20574 15 20574 0 P 20 J, K 18611 20 18611 0

(15)

Berikut formulasi yang dilakukan berdasarkan data yang ada dalam Tabel 4.5 :

1. Variabel Keputusan

Masalah yang dihadapi oleh perusahaan adalah mengenai biaya dan waktu yang digunakan perusahaan untuk dapat menyelesaikan peroyek pembangunan gedung perpustakaan PGP-01.Sehingga variabel-variabel disini berkaitan erat dengan biaya serta waktu disetiap aktivitas yang ada dalam proyek pembangunan tersebut.

Variabel-variabel itu antara lain adalah sebagai berikut : YA = Waktu aktivitas A yang dipercepat YB = Waktu aktivitas B yang dipercepat YC = Waktu aktivitas C yang dipercepat YD = Waktu aktivitas D yang dipercepat YE = Waktu aktivitas E yang dipercepat YF = Waktu aktivitas F yang dipercepat YG = Waktu aktivitas G yang dipercepat YH = Waktu aktivitas H yang dipercepat YI = Waktu aktivitas I yang dipercepat YJ = Waktu aktivitas J yang dipercepat YK = Waktu aktivitas K yang dipercepat YL = Waktu aktivitas L yang dipercepat YM = Waktu aktivitas M yang dipercepat YN = Waktu aktivitas N yang dipercepat YO = Waktu aktivitas O yang dipercepat YP = Waktu aktivitas P yang dipercepat XA = Waktu selesai tercepat aktivitas A XB = Waktu selesai tercepat aktivitas B XC = Waktu selesai tercepat aktivitas C XD = Waktu selesai tercepat aktivitas D XE = Waktu selesai tercepat aktivitas E XF = Waktu selesai tercepat aktivitas F XG = Waktu selesai tercepat aktivitas G XH = Waktu selesai tercepat aktivitas H XI = Waktu selesai tercepat aktivitas I

(16)

XJ = Waktu selesai tercepat aktivitas J XK = Waktu selesai tercepat aktivitas K XL = Waktu selesai tercepat aktivitas L XM = Waktu selesai tercepat aktivitas M XN = Waktu selesai tercepat aktivitas N XO = Waktu selesai tercepat aktivitas O XP = Waktu selesai tercepat aktivitas P XStart = Waktu awal aktivitas dimulai XFinish = Waktu akhir aktivitas diselesaikan

2. Fungsi Tujuan

Tujuan dari penggunaan metode ini adalah untuk meminimalisasi jumlah biaya serta waktu pengerjaan proyek pembangunan gedung perpustakaan PGP-01. Berikut fungsi tujuan yang digunakan :

Zmin = 100YA + 816YB + 1182YC + 500YD + 1257YE + 2000YF + 221YH + 152,5YI + 325,5YJ + 78,6YL + 583,5YM +240,5YN

Nilai Zmin yang akan diperoleh melalui pengujian dengan program QM for Windows 2 ini merupakan biaya minimum untuk melakukan percepatan / crashing agar dapat menyelesaikan proyek pembangunan tepat waktu.

3. Fungsi Kendala

Dalam mengerjakan proyek pembangunan ini tentu terdapat batasan-batasan dan kendala untuk dapat mencapai fungsi tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya diatas. Kendala-kendala tersebut diterjemahkan kedalam formula matematika yang akan membatasi solusi yang akan dihasilkan.

Berikut ini persamaan yang digunakan dalam fungsi kendalanya : • Maksimal waktu tercepat aktivitas A YA ≤ 2

• Maksimal waktu tercepat aktivitas B YB ≤ 2 • Maksimal waktu tercepat aktivitas C YC ≤ 1 • Maksimal waktu tercepat aktivitas D YD ≤ 1 • Maksimal waktu tercepat aktivitas E YE ≤ 1 • Maksimal waktu tercepat aktivitas F YF ≤ 1 • Maksimal waktu tercepat aktivitas G YG ≤ 0

(17)

• Maksimal waktu tercepat aktivitas H YH ≤ 3 • Maksimal waktu tercepat aktivitas I YI ≤ 2 • Maksimal waktu tercepat aktivitas J YJ ≤ 4 • Maksimal waktu tercepat aktivitas K YK ≤ 0 • Maksimal waktu tercepat aktivitas L YL ≤ 2 • Maksimal waktu tercepat aktivitas M YM ≤ 2 • Maksimal waktu tercepat aktivitas N YN ≤ 2 • Maksimal waktu tercepat aktivitas O YO ≤ 0 • Maksimal waktu tercepat aktivitas P YP ≤ 0 • Waktu Pendahulu XStart = 0 • Batas waktu pengerjaan proyek XFinish ≤ 140 • XA – Xstart + YA ≥ 7 • XB – XA + YB ≥ 14 • XC – XB + YC ≥ 14 • XD – XC + YD ≥ 14 • XE – XC + YE ≥ 30 • XF – XD +YF ≥ 14 • XG – XE + YG ≥ 7 • XG – XF + YG ≥ 7 • XH – XJ + YH ≥ 21 • XH – XK + YH ≥ 21 • XI – XE + YI ≥ 30 • XI – XF + YF ≥ 30 • XJ – XI + YJ ≥ 14 • XJ – XL + YJ ≥ 14 • XK – XI +YK ≥ 15 • XK – XL + YK ≥ 15 • XL – XG + YL ≥ 20 • XM – XH + YM ≥ 7 • XM – XO +YM ≥ 7 • XM – XP + YM ≥ 7 • XN – XM + YN ≥ 7

(18)

• XO – XJ + YO ≥ 15 • XO – XK + YO ≥ 15 • XP – XJ + YP ≥ 20 • XP – XK + YP ≥ 20 • XFinish – XN ≥ 0

Berdasarkan formulasi model diatas, pengujian dilakukan dengan menggunakan metode Linear Programmingpada programQM for Windows 2. Persamaan-persamaan matematika yang sudah dirumuskan kedalam faktor-faktor dalam Linear Programming ini diinput kedalam lembar kerja di QM for Windows2. Penginputan data dilakukan sebagai berikut ini :

Gambar 4. 3 Input Data Linear Programming

(19)

Gambar 4. 4 Input Data Linear Programming (Lanj.)

Sumber : Data Olahan Penulis, 2014

Berikut hasil yang diperoleh dengan menggunakan program QM for Windows 2 :

Gambar 4. 5 Hasil Pengolahan Data Linear Programming

(20)

Gambar 4. 6 Hasil Pengolahan Data Linear Programming (Lanj.)

Sumber : Data Olahan Penulis, 2014

Hasil pengujian dengan menggunakan metode Linear Programming menunjukkan bahwa jumlah waktu yang digunakan untuk dapat menyelesaikan proyek pembangunan gedung perpustakaan ini adalah selama 140 hari. Sedangkan jumlah biaya tambahan akibat adanya percepatan umur proyek tersebut adalah sebesar Rp 726.000. Durasi penyelesaian proyek pembangunan yang sebelumnya adaalah 145 hari berdasarkan hasil analisa data dengan menggunakan metode CPM dipercepat selama 5 hari agar dapat diselesaikan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah di tentukan oleh Dinas Tata Kota, Kota Tangerang.

Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan metode Crashing with CPM dan Linear Programming, hasil yang ditampilkan memiliki beberapa perbedaan dari jumlah waktu percepataan yang dihasilkan untuk setiap metode yang digunakan serta jumlah total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk dapat mempercepat waktu penyelesaian proyek pembangunan gedung perpustakaan yang dilakukan oleh CV.Ofenindo Asih di Karang Tengah, Tangerang.

(21)

Berikut ini rincian hasil penyelesaian yang dilakukan oleh kedua metode tersebut : Tabel 4. 6 Perbandingan Hasil Pengolahan Data

Aktivitas Waktu Normal

(hari)

Crashing with CPM Linear Programming Waktu Crash (hari) Biaya Crash (xRp1000) Waktu Crash (hari) Biaya Crash (xRp1000) A 7 2 200 2 200 B 14 2 1.632 0 0 C 14 1 1.182 0 0 D 14 0 0 0 0 E 30 1 1.275 0 0 F 14 0 0 0 0 G 7 0 0 0 0 H 21 1 221 1 221 I 30 2 305 2 305 J 14 0 0 0 0 K 15 0 0 0 0 L 20 0 0 0 0 M 7 2 1.167 0 0 N 7 2 481 0 0 O 15 0 0 0 0 P 20 0 0 0 0 Total 13 6.445 5 726

Sumber : Data Olahan Penulis, 2014

4.3 Implikasi Hasil Penelitian

Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode Crashing with CPM dan Linear Programming, masing-masing didapat waktu penyelesaian proyek yang diharapkan yaitu selama 132 hari dan 140 hari. Dari waktu percapatan ini terdapat tambahan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan agar dapat menyelesaikan proyek sesuai dengan waktu yang diharapkan.Crashing with CPM menunjukkan biaya sebesar Rp 6.445.000 untuk dapat menyelesaikan proyek selama 132 hari.

(22)

Sedangkan metode Linear Programming menunjukkan biaya sebesar Rp 726.000 sebagai tambahannya agar proyek dapat diselesaikan selama 140 hari.

Proyek pembangunan gedung perpustakaan ini memiliki 16 aktivitas inti dan dari keseluruhan aktivitas tersebut terdapat sembilan aktivitas kritis dalam jaringan kerja dalam proyek pembangunan gedung perpustakaan PGP-01 Karang Tengah, Tangerang. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah aktivitas A, B, C, E, I, K, H, M, dan N. Sedangkan aktivitas lainnya yaitu aktivitas D, F, G, J, L, O, dan P tidak termasuk kedalam aktivitas kritis.

Aktivitas kritis merupakan aktivitas yang mempunyai nilai slack “ 0 ”. Nilai 0 disini menunjukkan bahwa aktivitas tersebut harus diselesaikan tepat waktu, apabila aktivitas ini tertunda maka aktivitas selanjutnya akan mengalami keterlambatan penyelesaian yang akan berdampak pada keseluruhan waktu penyelesaian proyek. Untuk aktivitas non-kritis, nilai slack bukan bernilai 0. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang sebesar nilai slack untuk setiap aktivitas – aktivitasnya. (Tabel 4.2).

Berdasarkan solusi yang ditawarkan dari kedua metode yang digunakan untuk mempercepat waktu penyelesaian proyek pembangunan ini solusi yang paling optimal adalah solusi yang ditawarkan pada metode Linear Programming.Hal ini dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk dapat mempercepat waktu penyelesaian proyek yang lebih kecil dibandingkan dengan yang ditawarkan metode Crashing with CPM. Namun, untuk durasi atau waktu penyelesaian proyeknya tetap dapat diselesaikan tidak melebihi dari waktu yang telah ditentukan oleh Dinas Tata Kota, Kota Tangerang.

Perincian Pekerjaan : • Aktivitas A*

Aktivitas A merupakan pekerjaan persiapan dimana kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah pekerjaan untuk mempersiapkan papan nama proyek, pembersihan lokasi proyek, pengukuran dan pemasangan bouwplank dan pembuatan direksi keet. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan awal dari proyek pembangunan gedung perpustakaan di Kota Tangerang. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses

(23)

penyelesaian pekerjaan persiapan ini. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas A sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas B*

Aktivitas B merupakan pekerjaan pondasi. Pekerjaan pondasi ini terdiri dari 3 kegiatan utama yaitu kegiatan untuk pembuatan pondasi tapak tipe P1 sebanyak 2 unit, pondasi tapak tipe P2 sebanyak 10 unit dan terakhir adalah pondasi batu kali. Kegiatan ini dilakukan dengan membuat galian tanah, pengurugan, pemasangan pondasi, poer plat dan pekerjaan lantai kerja. Pekerjaan ini dapat dilakukan ketika pekerjaan persiapan sudah selesai dilakukan. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan pondasi. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas B sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas C*

Aktivitas C merupakan pekerjaan beton sloof. Kegiatan yang termasuk dalam pekerjaan beton sloof adalah kegiatan pembuatan sloof dan tie Beam. Pekerjaan ini dapat dilakukan ketikan pekerjaan pondasi sudah selesai dilakukan. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan beton sloof. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas C sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas D

Aktivitas ini merupakan pekerjaan beton kolom. Pekerjaan ini dapat dilakukan ketika pekerjaan beton sloof sudah selesai dilakukan. Pekerjaan ini terdiri dari tiga pekerjaan utama yaitu pekerjaan kolom lantai 1, lantai 2 dan lantai atap. Aktivitas ini merupakan aktivitas non-kritis. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang selama 2 hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 2.

*

(24)

Aktivitas E*

Aktivitas E merupakan pekerjaan beton balok. Pekerjaan beton balok terdiri dari kegiatan pembuatan beton balok plat lantai 2 dan balok atap. Pekerjaan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan pada aktivitas D yaitu pekerjaan beton kolom dimana aktivitas pendahulunya adalah aktivitas C. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan beton balok. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas E sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan.Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas F

Aktivitas F merupakan pekerjaan beton plat. Pekerjaan ini dapat dilakukan saat pekerjaan beton kolom sudah selesai dilakukan. Pekerjaan ini terdiri dari kegiatan pembentukan plat lantai, beton lisplank, plat dak kontilever, plat dak atap Sun Cleading, plat dak canopy, dan plat talang. Aktivitas ini merupakan aktivitas non-kritis. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang selama 2 hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 2.

Aktivitas G

Aktivitas G merupakan pekerjaan beton tangga. Pekerjaan ini dapat dilakukan ketika pekerjaan beton balok dan beton plat sudah selesai dilakukan. Pekerjaan beton tangga merupakan kegiatan pembuatan plat beton tangga yang akan menjadi tangga utama untuk penghubung antara lantai 1 dengan lantai 2. Aktivitas ini merupakan aktivitas non-kritis. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang selama 3 hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 3.

Aktivitas H*

Aktivitas H merupakan pekerjaan lantai. Pekerjaan ini dapat dilakukan jika pekerjaan plafond dan pemasangan kusen, daun jendela serta daun pintu sudah selesai dilakukan. Pekerjaan lantai terdiri dari kegiatan pengurugan tanah guna mempertinggi lantai, pemasangan lantai keramik untuk lantai 1, 2 dan toilet, pemasangan plit, serta pemasangan step nosing keramik. Aktivitas ini

(25)

merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan lantai. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas H sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas I*

Aktivitas I merupakan pekerjaan dinding. Pekerjaan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan beton tangga yaitu, ketika pekerjaan beton balok dan beton plat sudah selesai dilakukan. Pekerjaan ini terdiri dari kegiatan pemasangan dinding batu bata, plesteran dinding, plesteran beton kolom, balok, lisplank, dak exspose dan acian. Kegiatan ini dilakukan untuk lantai 1 dan lantai 2. Kegiatan lainnya yaitu pemasangan dinding keramik pada toilet dan pantry, serta pemasangan batu andesit di lantai 2 untuk tampak depan. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan dinding. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas I sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas J

Aktivitas J merupakan pekerjaan plafond. Pekerjaan ini dapat dilakukan ketika pekerjaan dinding dan pekerjaan atap sudah selesai dilakukan. Pekerjaan ini terdiri dari kegiatan pemasangan plafond gypsum untuk lantai 1 dan 2 serta pemasangan plafond GRC di lantai2. Aktivitas ini merupakan aktivitas non-kritis. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang selama 1 hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 1.

Aktivitas K*

Aktivitas K merupakan pekerjaan kusen, daun pintu, dan daun jendela. Pekerjaan ini dapat dilakukan bersamaan dengan aktivitas J yaitu pekerjaan plafond. Pekerjaan ini memiliki kegiatan pendahulu yang sama dengan aktivitas J yaitu aktivitas I dan L. Pekerjaannya adalah pekerjaan dinding dan pekerjaan

(26)

atap. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan kusen, daun pintu dan daun jendela. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas K sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas L

Aktivitas L merupakan pekerjaan atap. Pekerjaan ini dapat dilakukan setelah pekerjaan beton tangga sudah selesai dilakukan. Pekerjaan atap terdiri dari kegiatan pemasangan rangka baja dan pemasangan atap Zincalume dan Glasswall. Aktivitas ini merupakan aktivitas non-kritis. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang selama 3 hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 3. Aktivitas M*

Aktivitas M merupakan pekerjaan pengecatan. Pekerjaan ini dapat dilakukan ketika pekerjaan lantai, sanitasi dan pekerjaan mekanikal dan elektrikal sudah selesai dilakukan. Pekerjaan pengecatan terdiri dari kegiatan pengecatan dinding, beton, daun pintu, plafond, dan pekerjaan waterploofing plat canopy. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan pengecatan. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas M sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

Aktivitas N*

Aktivitas N merupakan pekerjaan lain-lain. Pekerjaan ini dapat dilakukan ketika pekerjaan pengecatan sudah selesai dilakukan. Pekerjaan lain-lain terdiri dari kegiatan pemasangan ralling tangga, pembuatan huruf, stainless steel bertuliskan “PERPUSTAKAAN KECAMATAN KARANG TENGAH” serta pemasangan Sancleading. Aktivitas ini merupakan aktivitas kritis. Sehingga tidak terdapat waktu tenggang pada proses penyelesaian pekerjaan lain-lain. Pekerja harus dapat menyelesaikan pekerjaan yang ada dalam aktivitas N sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh pihak perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 0.

(27)

Aktivitas O

Aktivitas O merupakan pekerjaan sanitasi. Pekerjaan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lantai yaitu, ketika pekerjaan plafond dan pekerjaan kusen daun pintu dan daun jendela sudah selesai dilakukan. Pekerjaan sanitasi terdiri dari kegiatan pemasangan system penyediaan air bersih dan system pembuangannya. Aktivitas ini merupakan aktivitas non-kritis. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang selama 6 hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 6. Aktivitas P

Aktivitas P merupakan pekerjaan mekanikal dan elektrikal. Pekerjaan ini dapat dilakukan bersamaan dengan pekerjaan lantai dan pekerjaan sanitasi yaitu ketika pekerjaan plafond dan pekerjaan kusen, daun pintu dan daun jendela sudah selesai dilakukan. Pekerjaan mekanikal dan elektrikal ini terdiri dari kegiatan penyambungan daya listrik sebesar 2200 VA, pemasangan panel, kabel tofoer, feeder, instalasi listrik, fixture dan outlet serta pemasangan air conditioner (AC). Aktivitas ini merupakan aktivitas non-kritis. Sehingga aktivitas ini memiliki waktu tenggang selama 1 hari untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.2 dengan nilai Slack sebesar 1.

Gambar

Gambar 4. 1 Struktur Organisasi CV.Ofenindo Asih
Gambar 4. 2 Pendekatan Analisa Porter Pada CV.Ofenindo Asih
Tabel 4. 2 Output Project Management dengan CPM
Tabel 4. 3 Perbandingan Waktu Normal, Biaya Normal, Waktu Crash, dan Biaya  Crash  Aktivitas  Waktu  Normal  Biaya  Normal  Waktu Crash  Biaya Crash  A  7  5000  5  5200  B  14  27500  12  29132  C  14  11820  13  13002  D  14  18000  13  18500  E  30  21800  29  23057  F  14  34157  13  36157  G  7  7360  7  7360  H  21  18372  18  19035  I  30  49837  28  50142  J  14  10639  10  11941  K  15  53162  15  53162  L  20  28117  18  29689  M  7  20925  5  22092  N  7  18799  5  19280  O  15  20574  15  20574  P  20  18611  20  18611
+6

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa dimensi dari indikator kualitas lingkungan yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar adalah: kualitas udara, kualitas air,

Depo Farmasi Rawat Jalan melayani pasien poliklinik, jaminan kantor, asuransi perusahaan, juga resep pegawai yang obatnya tidak diberikan di Depo Farmasi Pegawai. Alur pelayanan

Atas Rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan (LP3A) dengan judul Museum Paleontologi Patiayam di

adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak- anaknya;--- Menimbang, bahwa berdasarkan jawaban sebagaimana terurai diatas, telah

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang kualitas pelayanan izin trayek oleh DLLAJ Kabupaten Bogor, sesuai dengan yang telah ditentukan dalam

Estrous Cycle Profile and Thyroxine Hormone (T4) Levels in Experimental Animal Models of Hyperthyroidism by Throglobulin Induction 12-13 September 2014, Malang 28 1 st

Hal tersebut dikarenakan pada saat mengolah makanan tidak dilakukan dengan baik dan hygiene, tidak menggunakan celemek dan penutup kepala, pencucian bahan makanan tidak

a) Memberikan informasi tentang pengaruh jenis format dan genre game yang berbeda terhadap munculnya gejala cybersickness. b) Mendorong pengguna dan konsumen video game