• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KELOMPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN KELOMPOK"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

EXECUTIVE SUMMARY

PENELITIAN KELOMPOK

TELAAH TERHADAP INDIKATOR KESEJAHTERAAN SOSIAL

DALAM BIDANG LINGKUNGAN

Oleh:

PENELITI BIDANG KESEJAHTERAAN SOSIAL:

Anih Sri Suryani, SSi, MT

Sri Nurhayati Qodriyatun, S.Sos., MSi.

Rahmi Yuningsih SKM, MKM

Dr. Rohani Budi Prihatin, M.Si

Teddy Prasetiawan, ST, MT

PUSAT PENELITIAN

BADAN KEAHLIAN DPR RI

(2)

2

A. PENDAHULUAN

Selama ini, pengukuran kesejahteraan dan pengukuran kualitas lingkungan memiliki indikator masing-masing yang berdiri sendiri. Indikator Kesejahteraan Rakyat (IKR) merupakan salah satu upaya untuk memetakan tingkat kesejahteraan rakyat secara kuantitatif. Sedangkan penilaian secara kuantitatif kualitas lingkungan hidup di Indonesia dapat didasarkan pada laporan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang berupa Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Indonesia yang diterbitkan setiap tahun. Dalam laporan ini kualitas lingkungan hidup diindikasikan dengan tiga (3) kriteria, yaitu yaitu kualitas udara, kualitas air, dan tutupan hutan/lahan.

Kedua pengukuran tersebut (baik IKR maupun IKLH) nampaknya belum menjawab sejauh mana pembangunan bidang lingkungan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat khususnya pemenuhan kebutuhan dasar. Karena kesejahteraan sosial tidak dapat dilepaskan dari konteks ekosistem (dimana masyarakat berada). Kesejahteraan Sosial merupakan location specific tetapi juga sekaligus memuat nilai-nilai universalnya. Lebih lanjut lagi, kesejahteraan sosial bersifatnya dinamis, dimana ukurannya bisa berubah sepanjang waktu.

IKLH untuk setiap provinsi yang selama ini disusun mempunyai disparitas yang cukup tinggi. i.1 Dengan demikian, yang menjadi renungan selanjutnya adalah: apakah

IKLH tersebut benar-benar menggambarkan kualitas lingkungan sesungguhnya di suatu wilayah?. Perbedaan penilaian terhadap gambaran kondisi lingkungan tersebut disinyalir terjadi karena IKLH yang selama ini disusun belum memasukan beberapa indikator penting dalam lingkungan hidup. Indikator-indikator tersebut antara lain: keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan. Pengabaian aspek-aspek tersebut akan memberikan pemahaman yang bias terhadap kualitas lingkungan hidup yang sesungguhnya. 2

Berdasarkan kondisi tersebut, yang menjadi permasalahan adalah IKLH yang ada disinyalir belum menggambarkan secara menyeluruh kondisi kualitas lingkungan hidup di suatu wilayah termasuk keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Demikian juga IKLH belum dapat menggambarkan keterkaitannya dengan derajat kesejahteraan sosial masyarakat khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.

Oleh karena itu, perlu ada kajian lebih lanjut dalam penentuan indikator kualitas lingkungan hidup. Indikator tersebut diharapkan dapat menggambarkan kondisi lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pemenuhan unsur ekologis, kebutuhan dasar manusia akan kesehatan dan lingkungan yang bersih, serta membangun

1 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup Indonesia 2014. Kemeterian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia 2015.

(3)

3

wilayah/tempat/bangunan yang memungkinkan warga negara dan masyarakat untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup mereka, dan menciptakan kondisi untuk semua individu untuk mencapai potensi penuh mereka.

Berdasarkan permasalahan tersebut, yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah:

a. Bagaimana gambaran nilai indeks kualitas lingkungan hidup apabila ditambahkan tiga indikator baru, yakni: keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan;

b. Bagaimana telalah terhadap IKLH dengan penambahan indikator tersebut jika dihubungkan dengan derajat kesejahteraan sosial.

Maksud dari penelitian ini adalah untuk menelaah Indikator Kualitas Lingkungan Hidup dengan mempertimbangkan dan menghitung ulang IKLH dengan beberapa indikator tambahan yakni: keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik terhadap derajat kualitas lingkungan suatu wilayah.

Adapun tujuan penelitian ini selain sebagai sarana untuk mengevaluasi efektifitas program-program pengelolaan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan, juga diharapkan dapat membantu perumusan kebijakan khususnya bidang lingkungan, membantu dalam mendesain program lingkungan yang berdampak langsung terhadap kesejahteran sosial, serta mempermudah komunikasi dengan publik sehubungan dengan kondisi lingkungan. Hasil kajian diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengukur dua keberhasilan sekaligus, yakni program-program pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan kebijakan/program dalam pengelolaan lingkungan.

B. METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan dua desain atau menggabungkan kedua desain (mixed method), yaitu eksplanasi (explanatory research) dan Penelitian deskriptif (descriptive research). Objek telaahan penelitian eksplanasi adalah menguji hubungan antar-variabel yang dihipotesiskan kuantitatif dan kualitatif. Indeks kualitas lingkungan dihitung ulang secara kuantitatif dengan penamahan indicator baru. Sementara hubungan antara kualitas lingkungan dengan kesejahteraan masyarakat (dalam hal ini pemenuhan kebutuhan dasar) dihitung dengan uji statistik dari kuesioer yang disebarkan di lokasi penelitian. Wawancara kepada stakeholder terkait dilakuakn untuk memperdalam telaah terhadap hasil kuantitatif.

Penelitian ke Provinsi Gorontalo dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 23 April 2017. Sementara ke Provinsi Banten dilaksanakan pada tanggal 2 s.d. 8 Mei 2017.

(4)

4

Desain penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

C. HASIL PENELITIAN

1. Perhitungan IKLH Versi Baru

IKLH versi baru dihitung dengan memasukan indeks kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan. Indeks keanekaragaman hayati tidak dapat dimasukan dalam perhitungan karena keterbatasan data. Berdasarkan temuan lapangan, keanekaragaman belum pernah dilakukan perhitungan secara menyeluruh dalam lingkup provinsi baik itu flora maupun fauna. Indeks kesehatan masyarakat didasarkan dari rata-rata angka kematian ibu, kematian bayi dan kematian balita dihitung persentasinya dibandingkan dengan angka nasional. Sedangkan indeks kesehatan lingkungan dihitung dari rata-rata akses air bersh, sanitasi dan rumah sehat pada masing-masing provinsi. Sehubungan dengan kelengkapan dan ketersediaan data, maka untuk Proginsi Gorontalo dihitung perbandingan untuk tahun 2014 sedangkan untuk Provinsi Banten pada tahun 2012. Berdasarkan hal tersebut, maka didapatkan nilai IKLH versi baru seperti pada tabel berikut: Studi Dokumentasi Wawancara Stakeholder Penyebaran Kuesioner

Perhitungan IPU, IPA, ITH, IKH, IKM, IKL

Gambaran kondisi eksisting kualitas lingkungan dan derajat

kesejahteraan

Gambaran IKLHbaru dan persepsi

masyarakat akan pemenuhan kebutuhan dasar

IKLHbaru Hubungan antara

gambaran IKLHbaru

dengan pemenuhan kebutuhan dasar

Analisis Indikator Kesejahteraan Sosial bidang Lingkungan

Teknik pengumpulan data Pengolahan data Hasil pengolahan data Analisis lebih lanjut

(5)

5

Tabel 1. Perbandingan IKLH Versi Lama dan Baru

Gorontalo (2014) Banten (2012) IPU 96.20 53.13 IPA 48.49 53.50 IL 80.28 37.16 IKM 76.32 54.05 IKL 62.43 52.47 IKLH lama 75.52 46.85 IKLH baru 75.32 49.46

Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa nilai IKLH versi lama tidak jauh berbeda dengan IKLH versi baru di kedua provinsi tersebut. Di Provinsi Gorontalo yang selama ini IKLHnya relatif tinggi terjadi sedikit penurunan IKLH dari 75.52 menjadi 75.35. Sedangkan di Provinsi Banten terjadi sedikit kenaikan dari 46.85 menjadi 49.46. Nilai IKLH yang hampir mirif tersebut dapat diasumsikan bahwa untuk kedua lokasi penelitian penambahan dua indicator baru (yakni kesehatan lingkunga dan kesehatan lingkungan) tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai IKLH. Lokasi penelitian adalah daerah dengan IKLH tinggi dan IKLH rendah. Oleh karena itu untuk pendalaman lebih lanjut perlu penelitian lebih lanjut di daerah dengan nilai IKLH menengah atau rata-rata nasional.

2. Hubungan Antara IKLH dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Provinsi Gorontalo

Hasil pengolahan data kuesioner terkait persepsi responden akan kualitas lingkungan dan pemenuhan kebutuhan dasar di Gorontalo disarikan pada grafik berikut: (Hasil pengolahan data lebih lengkap dapat dillihat pada Lampiran A dan Lampiran B)

Grafik 1. Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan IPU IPA IL IH IKM IKL

Sangat baik 22% 26% 9% 30% 1% 14%

Baik 22% 34% 27% 39% 65% 45%

Cukup baik 34% 30% 43% 26% 27% 34% Tidak baik 16% 9% 18% 5% 7% 7% Sangat tidak baik 6% 2% 3% 1% 0% 0%

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Sangat baik Baik Cukup baik Tidak baik Sangat tidak baik

(6)

6

Berdasarkan grafik di atas, terlihat berbagai persepsi responden terkait beberapa indikator lingkungan di daerahnya. Untuk kondisi kualitas udara, 34% responden menjawab kondisinya cukup baik. Untuk kualitas air, 34% responden menganggap kondisinya baik. Tutupan lahan cukup baik (dianggap oleh 43% responden), dan keanekaragaman hayati baik (39% responden). Sedangkan kondisi kesehatan masyarakat dianggap baik oleh 65% responden serta kondisi kesehatan lingkungan dianggap cukup baik oleh 45% responden.

Berdasarkan data tersebut, kondisi lingkungan di Provinsi Gorontalo dianggap cukup baik, menuju baik oleh sebagian besar responden. Hal ini berkesesuaian dengan besaran IKLH di Provinsi Gorontalo yang angkanya baik, di atas rata-rata IKLH Nasional. Dari semua indikator, yang diaggap paling baik adalah kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

Indikator kesehatan masyarakat dianggap baik bisa dikarenakan banyaknya program pemerintah yang telah dilakukan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan mengurangi angka kematian seperti telah dikemukakan pada bab sebelumnya. Upaya pemerintah ini dianggap responden telah berhasil menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak, meningkatkan status gizi masyarakat dan mengurangi angka kesakitan.

Sementara itu, tingginya responden yang beranggapan bahwa indeks kesehatan lingkungan telah baik dikarenakan penyediaan air bersih yang sudah menjangkau skup yang besar, sanitasi masyarakat yang sebagian besar sudah tersedia, juga perumahan permukian yang sebagian besar sudah memenuhi kriteria rumah sehat. Namun kondisi lingkungan ini belum merata di semua wilayah Gorontalo. Daerah pegunungan dan juga masyarakat yang tinggal di pinggir perairan (baik danau, sungai maupun laut) masih belum sepenuhnya dapat berperilaku hidup bersih dan sehat.3 Hal ini tentu perlu untuk

menjadi perhatian agar tiga indikator tambahan kualitas lingkungan dalam penelitian ini tidak menurunkan angka IKLH versi baru, tapi justru meningkatkan angka IKLH tersebut.

Adapun persepsi responden terkait pemenuhan kebutuhan dasar dapat dilihat pada Grafik 2. Berdasarkan grafik tersebut, terlihat bahwa mayoritas responden berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar di Provinsi Gorontalo sudah dilakukan dengan baik. Pemenuhan kebutuhan materi (berupa sandang, pangandan papan) mayoritas responden (58%) menganggap sudah dilakukan dengan baik, pemenuhan kebutuhan fisis sudah dilakukan dengan baik cenderung cukup baik, pemenuhan kebutuhan mental juga dipenuhi dengan baik (48%). Sedangkan pemenuhan kebutuhan spiritual telah dipenuhi dengan baik cenderung sangat baik.

(7)

7

Grafik 2. Persepsi Responden terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Kondisi ini dimungkinkan karena Provinsi Gorontalo merupakan provinsi yang relatif baru berdiri sehingga berbagai progam dan kegiatan telah dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Di samping itu keragaman budaya dan adat istiadat menjadi magnet utama yang membuat Gorontalo dinobatkan sebagai kota ke-9 dari 19 kota adat di Indonesia. Tak hanya itu, provinsi yang terletak di Pulau Sulawesi ini juga dijuluki sebagai kota 'Serambi Madinah'. Filosofi masyarakat Gorontalo adalah: 'Adati Hula-hula’a to Sara’a Hula-hula’a to Qur’an (ASQ). Atau dalam bahasa Indonesinya berartikan 'Adat bersendikan Sara, Sara bersendikan Kitabullah'. Dan diharapkan hal itu menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat para warganya. Nampaknya hal itu pula yang menyebabkan sebagian besar responden berpendapat bahwa kebutuhan mental dan spiritual masyarakat Gorontalo telah dipenuhi dengan baik cenderung sangat baik.

Gambaran pemenuhan dasar ini nampaknya tidak berkesesuaian dengan angka PDRB Gorontalo yang rendah, dan IPMnya relatif rendah juga (dalam skala nasional). Hal ini mengindikasikan bahwa walaupun secara ukuran ekonomi dan ukuran pembangunan manusia di Gorontalo angkanya masih rendah, namun masyarakat sendiri beranggapan bahwa kebutuhan-kebutuhan dasarnya sudah terpenuhi dengan baik.

Hasil Uji Korelasi

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan software SPSS, maka didapat korelasi antara kualitas lingkungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar adalah sebagai berikut:

Materi Fisik Mental Spiritual

Sangat baik 11% 11% 16% 38%

Baik 58% 39% 48% 47%

Cukup baik 25% 36% 28% 14%

Tidak baik 6% 14% 8% 1%

Sangat tidak baik 0% 1% 0% 0% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Sangat baik Baik Cukup baik Tidak baik Sangat tidak baik

(8)

8

Tabel 2. Hasil Uji Korelasi Kualitas Lingkungan terhadap Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Correlations IKLH KebDasar IKLH Pearson Correlation 1 .610** Sig. (2-tailed) .000 N 50 50 KebDasar Pearson Correlation .610** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan output di atas diketahui bahwa nilai signifikansinya <0.05, yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara kualitas Lingkungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antar masing-masing variabel adalah sebesar 0.610** dan mempunyai tanda bintang. Nilai korelasi > 0.5 menujukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antar variabel yang saling berhubungan.

Adapun output nilai korelasi antara gabungan masing-masing dimensi pada variabel X dengan variabel Y adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Korelasi antara Gabungan Dimensi pada Variabel Kualitas Lingkungan dengan Variabel Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Correlations IKLH KebDasar IKLH Pearson Correlation 1 .516** Sig. (2-tailed) .000 N 50 50 KebDasar Pearson Correlation .516** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai signifikansinya < 0.05, yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara gabungan masing-masing dimensi pada variabel Kualitas Lingkungan dengan variabel pemenuhan kebutuhan dasar. Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antar masing-masing variabel adalah sebesar 0.516** dan mempunyai tanda bintang. Nilai ini menujukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antar berbagai dimensi pada variabel X dengan variabel Y.

Selanjutnya dilakukan pula uji korelasi antara masing-masing dimensi pada Variabel X dengan variabel Y. Maka didapatkan hasil sebagai berikut:

(9)

9

Tabel 4. Korelasi antara Beberapa Dimensi pada Kualitas Lingkungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

N

o Dimensi Var. X Var. Y

Signifikans i Pearson Correlation Keterangan 1 Pencemaran udara Total seluruh dimensi pada variabel pemenuhan kebutuhan dasar 0.00 0.566** Berkorelasi kuat 2 Kualitas air 0.016 0.338* Berkorelasi 3 Tutupan lahan 0.019 0.334* Berkorelasi 4 Keanekaragaman hayati 0.011 0.362* Berkorelasi 5 Kesehatan masyarakat 0.346 13.6 Tidak berkorelasi 6 Kesehatan lingkungan 0.00 0.480* Berkorelasi

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hanya satu dimensi di variabel X yang tidak mempunyai korelasi dengan variabel Y yakni dimensi kesehatan masyarakat. Ditunjukkan dengan angka signifikansi 0.362 (> 0.05) dan nilai Pearson sebesar 13.6. Sedangkan dimensi lainnya pada variabel kualitas lingkungan berkorelasi dengan variabel Y pemenuhan kebutuhan dasar. Bahkan pencemaran udara dianggap berkorelasi kuat dengan pemenuhan kebutuhan dasar (nilai Pearson Correlation sebesar 0.566**).

Hasil uji statistik di atas dapat dimaknai, bahwa responden beranggapan kualitas udara sangat terkait sangat erat/berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati dan kesehatan lingkungan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar dalam angka yang positif. Hal tersebut berarti apabila dimensi-dimensi pada kualitas lingkungan tersebut naik, maka pemenuhan kebutuhan dasar juga naik.

Hal yang perlu dikaji lebih lanjut, tentang dimensi kesehatan masyarakat. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara dimensi tersebut dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Ini berarti naik-turunnya kualitas kesehatan masyarakat tidak akan berpengaruh terhadap terpenuhinya kebutuhan dasar. Namun sebagaimana diketahui bersama, bahwa kesehatan adalah faktor yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas hidup manusia. Bahkan capaian MDGs dan juga SDGs menempatkan unsur kesehatan menjadi aspek yang penting. Untuk menjawab permasalahan tersebut, nampaknya perlu dikaji lebih lanjut dengan penelitian yang lebih mendalam dengan metode yang berbeda.

Hasil Uji Regresi

Korelasi adalah hubungan dan regresi adalah pengaruh. Korelasi bisa berlaku bolak-balik, sebagai contoh A berhubungan dengan B demikian juga B berhubungan dengan A. Untuk regresi tidak bisa dibalik, artinya A berpengaruh terhadap B, tetapi tidak boleh dikatakan B berpengaruh terhadap A. Dengan demikian, tahapan berikutnya

(10)

10

yang dilakukan untuk mengkaji lebih dalam lagi hasil penelitian ini, adalah dengan menganalisis hasil kuesioner dengan uji regresi. Analisis regresi mempelajari bentuk hubungan antara satu atau lebih peubah/variabel bebas X (dalam penelitian ini adalah kualitas lingkungan) dengan satu peubah tak bebas Y (yaitu pemenuhan kebutuhan dasar).

Uji regresi linier berganda dilakukan mengingat variabel X terdiri dari beberapa dimensi, yakni X1, X2, s.d. X6. Hasil uji regresi dengan SPSS untuk masing-masing dimensi

pada variabel bebas X terhadap variabel tak bebas Y adalah sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Antara

Berbagai Dimensi X dengan Variabel Y

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .611a .373 .283 6.80050

a. Predictors: (Constant), ILingkungan, IUdara, IKHayati, ILahan, IKesmas, Iair

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1

Regression 1155.310 6 192.552 4.164 .002b

Residual 1942.364 42 46.247

Total 3097.673 48

a. Dependent Variable: KebDasar

b. Predictors: (Constant), ILingkungan, IUdara, IKHayati, ILahan, IKesmas, Iair

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 18.964 12.340 1.537 .132 Iudara 1.367 .805 .214 1.698 .097 Iair .072 .508 .022 .142 .888 Ilahan .696 .696 .136 .999 .323 IKHayati .952 .450 .268 2.115 .040 IKesmas -.420 .536 -.109 -.782 .438 ILingkungan 1.485 .624 .369 2.380 .022

Berdasarkan tabel di atas, nilai R yang merupakan nilai koefisien korelasi adalah sebesar 0.611. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwawa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori cukup kuat. Nilai Koefisien Determinasi (KD) adalah sebesar 0,373 yang menunjuk bahwa variabel bebas X memiliki pengaruh kontribusi sebesar 37,3% terhadap variabel Y. Sedangkan sisanya, sebesar 62,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dimensi-dimensi pada variabel X.

Selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig). Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi penelitian ini adalah sebesar 0.002. Apabila Sig< 0.05 maka model regresi adalah linier. Dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan dan memenuhi kriteria linieritas. Dengan

(11)

11

nilai F sebesar 4,164 dan Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara dimensi-dimensi pada kualitas lingkungan dengan pemenuhan dasar. Adapan model persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = 18,964 + 1,367X1 + 0,072X2 + 0,696X3 + 0,952X4 – 0,420X5 +1,485 X6

Dimana : X1 = Kualitas udara X4 = Keanekaragaman hayati

X2 = Kualitas air X5 = Kesehatan masyarakat

X3 = Tutupan lahan X6 = Kesehatan lingkungan

Berdasarkan persamaan di atas, hampir semua dimensi pada variabel X bernilai positif, kecuali X5 (kesehatan masyarakat). Hal ini berarti, apabila terjadi kenaikan

kualitas udara, kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati dan kesehatan lingkungan maka pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

Namun yang menjadi temuan pada uji statistik ini, adalah konstanta negatif pada dimensi X5 yakni kesehatan masyarakat. Model persamaan dapat diinterpretasikan

bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat, maka akan menyebabkan penurunan pemenuhan kebutuhan dasar. Hal ini tentu perlu interpretasi dan penelitian yang lebih mendalam. Karena menurut Hendrik L Blum ada 4 faktor yang mempengaruhi status derajat kesehatan masyarakat atau perorangan, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. Aspek lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, ilkim, perumahan, dan sebagainya. Sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.4

Untuk lebih memperkuat analisis penelitian, dilakukan pula uji regresi linier antara variabel X (kualitas lingkungan) dengan variabel Y (pemenuhan dasar). Hasil uji regresi dengan SPSS memberikan hasil sbb:

Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Antara Variabel X dengan Variabel Y

Model Summary

Mo

del R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .480a .230 .214 7.05012

a. Predictors: (Constant), Ilingkungan

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 713.021 1 713.021 14.345 .000b

Residual 2385.799 48 49.704

Total 3098.820 49

4 “Teori Blum tentang Kesehatan Masyarakat,” https://dokumen.tips/documents/teori-blum-tentang-kesehatan-masyarakat.html, diakses 21 Septembar 2017.

(12)

12

a. Dependent Variable: KebDasar b. Predictors: (Constant), Ilingkungan

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 34.742 5.685 6.111 .000

Ilingkungan 1.927 .509 .480 3.788 .000

a. Dependent Variable: KebDasar

Nilai R adalah sebesar 0.480 yang berarti masih ada hubungan antara dua variabel ini, walaupun hubungannya kurang begitu kuat. Berdasarkan koefisien determinasi, hanya sebesar 23% vaiabel kualitas lingkungan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Sisanya sebesar 77% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel kualitas lingkungan.

Signifikansi dari hubungan antara variabel X dan Y adalah sebesar 0.00 dengan nilai F sebesar 14,345, hal ini menunjukkan bahwa model regresi ini signifkasn dan terdapat hubungan antara kualitas lingkungan dengan kebutuhan dasar dengan model persamaan regresi sbb:

Y = 1,927 X + 34,742

Hal ini berarti setiap kenaikan hampir 2 kali kualitas lingkungan akan menaikkan satu kali pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian apabila kebutuhan dasar masyarakat ingin dipenuhi sebesar satu tingkat, maka kualitas lingkungan perlu untuk ditingkatkan sebanyak dua tingkat. Untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terdiri dari kebutuhan materi, fisik, mental dan spiritual, maka pemerintah perlu meningkatkan kualitas lingkungan yang terdiri dari kualitas udara, kualitas udara, tutupan lahan, keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan dengan skala dua kali lipatnya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Gorontalo dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakatnya sekaligus dalam upaya meningkatkan kesejahteraan secara merata bagi seluruh masyarakat Gorontalo.

(13)

13

PROVINSI BANTEN

Grafik 3. Persepsi Responden terkait IKLH

Persepsi responden terkait kondisi lingkungan di Provinsi Banten rata-rata baik dan cukup baik. Mayoritas responden berpendapat baik untuk indeks kualitas udara, kualitas air dan kesehatan masyarakat. Sedangkan indeks tutupan lahan, keanekaragaman hayati dan kesehatan lingkungan dipersepsikan cukup baik oleh responden.

Walaupun mayoritas responden menjawa seperti di atas, namun yang patut dicermati dari grafik tersebut adalah masih adanya responden yang berpendapat bahwa indeks lingkungan tidak baik, kisarannya sekirar 9% s.d. 22%. Hal ini patut menjadi perhatian karena dapat diasumsikan kondisi kualitas lingkungan belum merata dirasakan oleh masyarakat Banten. Hal ini diindikasikan oleh disparitas jawaban responden mulai dari sangat baik, baik , cukup baik, tidak baik, bahkan sangat tidak baik untuk beberapa indikator.

Adapun persepsi responden terkait pemenuhan kebutuhan dasar dapat dilihat pada tabel berikut:

IPU IPA IL IH IKM IKL Sangat baik 24% 21% 8% 25% 10% 9%

Baik 26% 39% 36% 31% 45% 29%

Cukup baik 25% 24% 41% 36% 30% 46% Tidak baik 22% 16% 14% 9% 14% 15% Sangat tidak baik 3% 1% 1% 0% 1% 0%

0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% 50% Sangat baik Baik Cukup baik Tidak baik Sangat tidak baik

(14)

14

Grafik 4. Persepsi Responden terkait Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Sebagian besar responden berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar di Provinsi Banten adalah baik dan cukup baik. Mayoritas responden berpendapat baik untuk pemenuhan materi dan spirituaL, dan cukup baik pada fisik dan mental. Hal ini dapat diasumsikan bahwa mayoritas responden sudah terpenuhi kebutuhan material dan spiritual, Keseimbangan antara material dan spiritual diharapkan menjadi modal dasar dalam pembangunan manusia.

Hasil Uji Korelasi

Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Antara Variabel X dengan Variabel Y Correlations IKLH KebDasar IKLH Pearson Correlation 1 .610** Sig. (2-tailed) .000 N 50 50 KebDasar Pearson Correlation .610** 1 Sig. (2-tailed) .000 N 50 50

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa nilai signifikansinya < 0.05, yang berarti terdapat korelasi yang signifikan antara gabungan masing-masing dimensi pada variabel Kualitas Lingkungan dengan variabel pemenuhan kebutuhan dasar. Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antar masing-masing variabel adalah sebesar 0.610** dan mempunyai tanda bintang. Nilai ini menujukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat dan signifikan antar berbagai dimensi pada variabel X dengan variabel Y.

Materi Fisik Mental Spiritual

Sangat baik 15% 12% 11% 35%

Baik 37% 26% 24% 37%

Cukup baik 28% 34% 42% 23%

Tidak baik 17% 25% 22% 4%

Sangat tidak baik 3% 2% 2% 1% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% 45% Sangat baik Baik Cukup baik Tidak baik Sangat tidak baik

(15)

15

Selanjutnya dilakukan pula uji korelasi antara masing-masing dimensi pada Variabel X dengan variabel Y. Maka didapatkan hasil sebagai berikut: (output hasil pengolahan data SPSS secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran C):

Tabel 8. Korelasi antara Beberapa Dimensi pada Kualitas Lingkungan dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

No Dimensi Var. X Var. Y Signifikansi

Pearson Correlatio

n Keterangan 1 Pencemaran udara Total

seluruh dimensi pada variabel pemenuhan kebutuhan dasar 0.00 0.566** Berkorelasi kuat 2 Kualitas air 0.001 0.469* Berkorelasi 3 Tutupan lahan 0.001 0.456* Berkorelasi 4 Keanekaragaman hayati 0.141 0.211 Tidak berkorelasi 5 Kesehatan masyarakat 0.005 0.395* Berkorelasi 6 Kesehatan lingkungan 0.00 0.487* Berkorelasi

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut terlihat bahwa semua indeks kualitas lingkungan berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar, kecuali indeks keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dimungkikan karena kurang tersosialisasikannya keanekaragaman hayati pada masyarakat, sehingga responden tidak memandanng bahwa keanekaragaman hayati tersebut berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Provinsi Banten mempunyai cagar alam yang cukup luas di beberapa tempat, namun nampaknya belum dianggap suatu hal yang urgent untuk diperhatikan oleh responden.

Hasil Uji Regresi

Hasil uji regressi terhadap kuesioner di Provinsi Banten adalah sbb: Tabel 9. Hasil Uji Regresi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .666a .444 .366 7.06520

a. Predictors: (Constant), IKL, IH, IPU, IKM, IPA, IL

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1711.570 6 285.262 5.715 .000b

Residual 2146.430 43 49.917

Total 3858.000 49

a. Dependent Variable: KebDasar

(16)

16

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 13.286 8.172 1.626 .111 IPU 1.703 .779 .326 2.185 .034 IPA .323 .486 .098 .665 .510 IL 1.083 1.036 .167 1.045 .302 IH .111 .484 .033 .230 .819 IKM .204 .330 .089 .618 .540 IKL .828 .638 .194 1.297 .201

a. Dependent Variable: KebDasar

Berdasarkan tabel di atas, nilai R yang merupakan nilai koefisien korelasi adalah sebesar 0.666. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwawa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori cukup kuat. Nilai Koefisien Determinasi (KD) adalah sebesar 0,444 yang menunjuk bahwa variabel bebas X memiliki pengaruh kontribusi sebesar 44,4% terhadap variabel Y. Sedangkan sisanya, sebesar 55,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar dimensi-dimensi pada variabel X.

Selanjutnya adalah menentukan taraf signifikansi atau linieritas dari regresi. Kriterianya dapat ditentukan berdasarkan uji F atau uji nilai Signifikansi (Sig). Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi penelitian ini adalah sebesar 0.002. Apabila Sig< 0.05 maka model regresi adalah linier. Dengan demikian model persamaan regresi berdasarkan data penelitian adalah signifikan dan memenuhi kriteria linieritas. Dengan nilai F sebesar 5,715 dan Ho ditolak, maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara dimensi-dimensi pada kualitas lingkungan dengan pemenuhan dasar. Adapan model persamaan regresinya adalah sebagai berikut:

Y = 13,286 + 1,703X1 + 0,323X2 +1,083X3 + 0,111X4 + 0,204X5 +0,828 X6

Dimana : X1 = Kualitas udara X4 = Keanekaragaman hayati

X2 = Kualitas air X5 = Kesehatan masyarakat

X3 = Tutupan lahan X6 = Kesehatan lingkungan

Berdasarkan persamaan di atas, semua dimensi pada variabel X bernilai positif, Hal ini berarti, apabila terjadi kenaikan kualitas udara, kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan maka pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

Indeks kualitas udara dan tutupan lahan mempunyai konstanta yang paling besar diantara indeks lainnya. Dengan demikian, kenaikan dari nilai tersebut akan berdampak lebih besar pada kenaikan pemenuhan dasar, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu udara yang bersih dan tutupan lahan yang luas dianggap responden paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya.

(17)

17

Selanjutnya dilakukan uji regresi antara IKLH dengan pemenuhan kebutuhan dasar di di Provinsi Banten dengan hasil sbb:

Tabel 10. Hasil Uji Regresi Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 .610a .372 .359 7.10647

a. Predictors: (Constant), IKLH

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 1433.910 1 1433.910 28.393 .000b

Residual 2424.090 48 50.502

Total 3858.000 49

a. Dependent Variable: KebDasar b. Predictors: (Constant), IKLH

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 10.299 7.741 1.330 .190

IKLH .554 .104 .610 5.329 .000

a. Dependent Variable: KebDasar

Nilai R adalah sebesar 0.0 yang berarti masih ada hubungan yang cukup kuat antara dua variabel ini. Berdasarkan koefisien determinasi, hanya sebesar 37% vaiabel kualitas lingkungan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Sisanya sebesar 63% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel kualitas lingkungan.

Signifikansi dari hubungan antara variabel X dan Y adalah sebesar 0.00 dengan nilai F sebesar 28,393, hal ini menunjukkan bahwa model regresi ini signifkasn dan terdapat hubungan antara kualitas lingkungan dengan kebutuhan dasar dengan model persamaan regresi sbb:

Y = 0,554, X + 10,229

Hal ini berarti setiap kenaikan sekitar setengah kali kualitas lingkungan akan menaikkan satu kali pemenuhan kebutuhan dasar. Dengan demikian apabila kebutuhan dasar masyarakat ingin dipenuhi sebesar satu tingkat, maka kualitas lingkungan perlu untuk ditingkatkan sebanyak setengah tingkat. Untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terdiri dari kebutuhan materi, fisik, mental dan spiritual, maka pemerintah perlu meningkatkan kualitas lingkungan yang terdiri dari kualitas udara, kualitas udara, tutupan lahan, keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan dengan skala dua kali lipatnya. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Pemerintah Banten dalam upaya memenuhi kebutuhan masyarakatnya sekaligus dalam upaya meningkatkan kesejahteraan secara merata bagi seluruh masyarakat Banten.

(18)

18

D. PENUTUP

Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mengukur keberlanjutan lingkungan adalah melalui pengukuran IKLH, dengan 3 indikator yang digunakan, yaitu IPU, IPA, dan ITH. Namun pengukuran IKLH melalui 3 indikator tersebut belum dapat menggambarkan keberlanjutan lingkungan hidup, karena ada beberapa parameter yang tidak masuk dalam pengukuran IKLH yang dapat menguatkan untuk menggambarkan keberlanjutan lingkungan hidup suatu wilayah. Parameter yang perlu ditambahkan adalah Indeks Keanekaragaman Hayati (IKH), Indeks Kesehatan Masyarakat (IKM), dan Indeks Kesehatan Lingkungan (IKL). Berdasarkan hasil penelitian, Indeks keanekaragaman hayati tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan karena belum tersedianya data keanekaragaman hayati baik flora dan fauna secara komprehensif untuk tingkat provinsi. Sedangkan perhitungan IKLH dengan menambahkan 2 indeks baru yakni kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan tidak merubah nilai IKLH versi lama secara signifikan di kedua lokasi penelitian.

1. Provinsi Gorontalo

Berdasarkan perhitungan kualitas lingkungan di Provinsi Gorontalo, menunjukkan bahwa nilai IKLH provinsi ini cukup tinggi dibanding rata-rata nasional, yakni sebesar 92,75%. Kualitas tertinggi ditempati indeks kualitas udara, tutupan lahan dan kemudian kualitas air. Kondisi udara di provinsi ini relatif bersih, karena sumber-sumber polutan seperti dari kendaraan bermotor maupun industri tidaklah banyak. Tutupan lahan pun relatif tinggi, walaupun kebaharuan data tidak selalu dilaksanakan secara periodik. Kualitas air cukup tinggi, walaupun tidak setinggi kualitas udara maupun tutupan lahan. Hal ini dikarenakan adanya pencemaran yang bersumber dari pengelolaan bahan galian tambang yang dilakukan masyarakat yang mencemari sungai. Sementara itu, indikator kualitas lingkungan lain yang ditambahkan pada penelitian ini yakni, kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan menunjukkan angka yang berbeda-beda. Kesehatan masyarakat ditunjukkan dengan trend angka kematian ibu yang fluktuatif (tahun 2011-2014 mengalami penurunan kemudian tahun 2015 mengalami kenaikan kembali). Sementara Angka Kematian Bayi cenderung menurun dari tahun 2011-2015. Jenis penyakit tertinggi di Gorontalo adalah Influenza dan Diare. Keduanya merupakan penyakit yang terkait erat dengan kondisi kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan.

Kondisi kualitas lingkungan di Gorontalo juga mempunyai permasalahan antara lain: rentan terhadap perubahan iklim dan degradasi lingkungan akibat pencemaran dan pengrusakan lingkungan. Dari segi kesehatan lingkungan, akses jamban keluarga sehat masih di posisi 58,6%, masih di bawah target nasional. Namun capaian akses air bersih sudah mencapai 72% (di atas target nasional). Rumah sehat menjangkau angka 63,11%, namun masih ada perilaku masyarakat yang belum berkesesuaian dengan pola hidup bersih dan sehat.

(19)

19

Tidak ada angka pasti yang menunjukkan besaran keanekaragaman hayati di Gorontalo. Karena tidak dilakukan perhitungan terhadap jumlah dan berbagai jenis flora dan fauna yang ada di provinsi ini. Permasalahan yang dihadapi antara lain perdagangan satwa, terutama jenis satwa endemik seperti Burung Maleo. Penetapan Gorontalo sebagai Provinsi Konservasi nampaknya menjadi tantangan tersendiri dan diharapkan menjadi pemacu untuk lebih melestarikan dan mengelola beberapa cagar alam dan kawasan suaka marga satwa yang ada di daerah itu secara lebih baik lagi.

Pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo. Pada tahun 2015, IPM Provinsi Gorontalo telah mencapai 65,86. Angka ini meningkat sebesar 0,69 poin dibandingkan dengan IPM Provinsi Gorontalo pada tahun 2014 yang sebesar 65,17. Pada tahun 2015, capaian pembangunan manusia di Provinsi Gorontalo berstatus “sedang”, masih sama dengan statusnya pada tahun 2014. IPM Provinsi Gorontalo pada tahun 2015 tumbuh sebesar 1,05 persen dibandingkan tahun 2014.

Berdasarkan pengolahan data kuesioner, responden berpendapat bahwa kualitas lingkungan cukup baik dan baik. Dari semua indikator, yang diaggap paling baik adalah kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan dan keanekaragaman hayati. mayoritas responden berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan dasar di Provinsi Gorontalo sudah dilakukan dengan baik. Sementara itu, pemenuhan kebutuhan materi (berupa sandang, pangandan papan) mayoritas responden menganggap sudah dilakukan dengan baik, pemenuhan kebutuhan fisik dan mental sudah dilakukan dengan baik, sedangkan pemenuhan kebutuhan spiritual telah dipenuhi dengan sangat baik

Berdasarkan uji statistik korelasi, menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara kualitas lingkungan (dengan berbagai dimensinya) dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Beberapa dimensi dari indikator kualitas lingkungan yang berpengaruh secara signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan dasar adalah: kualitas udara, kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati dan kesehatan lingkungan.

Sedangkan hasil uji regresi juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara variabel kualitas lingkungan terhadap variabel kebutuhan dasar. Dalam uji regresi linier berganda, kenaikan dimensi kesehatan masyarat dianggap menimbulkan efek penurunan angka pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan kenaikan dimensi-dimensi lainnya pada variabel kualitas lingkungan menyebabkan kenaikan pula pada nilai variabel kesehatan masyarakat. Secara umum, model persamaan regresi linier menunjukkan bahwa kenaikan dua kali lipat nilai kualitas lingkungan akan menyebabkan kenaikan satu kali lipat nilai pemenuhan kebutuhan dasar.

Dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan di Provinsi Gorontalo, monitoring terhadap berbagai pencemar perlu terus dilakukan. Monitoring terhadap pencemaran air dapat dilakukan secara kontinyu untuk dapat melakukan upaya preventif dan pencegahan di tingkat sumber. Demikian juga monitoring kualitas udara perlu terus dilakukan dengan sarana prasarana sampling yang sesuai dan tepat sasaran.

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan perlu terus dilakukan. Sosialisasi dengan target utama beberapa daerah dengan perilaku

(20)

20

masyarakat yang masih berperlilaku belun sesuai dengan pola hidup bersih dan sehat adalah prioritas utama.

Dalam upaya menjadikan Provinsi Gorontalo sebagai Provinsi Konservasi, identifikasi dan perhitungan terhadap jenis dan jumlah flora dan fauna, terutama yang endemik adalah menjadi penting. Penguatan lembaga pengelola sumber daya alam di Gorontalo ini juga perlu dilakuan agar keanekaragaman hayati tetap terjaga dan lestari.

Dimensi kesehatan masyarakat nampaknya perlu perhatian lebih dalam dan diteliti lebih lanjut, mengingat penelitian ini menunjukkan bahwa hanya dimensi ini yang tidak mempunyai pengaruh terhadap pemenuhan dasar, serta uji regresi menunjukkan bahwa peningkatan derajat kesehatan masyarakat justru menurunkan tingkat pemenuhan kebutuhan dasar.

2. Provinsi Banten

Sedangkan Provinsi Banten memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, demikian juga nilai investasinya. Namun beberapa permasalahan lingkungan kerap terjadi sepeti pencemaran udara karena padatnya transportasi maupun pencemaran air yang dikarenakan limbah domestik dan industri baik dari provinsi Banten sendiri maupun dari provinsi tetangga.

Berdasarkan hasil perhitungan statistik tersebut terlihat bahwa semua indeks kualitas lingkungan berkorelasi dengan pemenuhan kebutuhan dasar, kecuali indeks keanekaragaman hayati. Hal ini dapat dimungkikan karena kurang tersosialisasikannya keanekaragaman hayati pada masyarakat, sehingga responden tidak memandanng bahwa keanekaragaman hayati tersebut berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar. Provinsi Banten mempunyai cagar alam yang cukup luas di beberapa tempat, namun nampaknya belum dianggap suatu hal yang urgent untuk diperhatikan oleh responden.

Berdasarkan uji korelas didapatkan bahwa semua indeks kualitas lingkungan berpengaruh positif terhadap pemenuhan kebutuhan dasar. Hal ini berarti, apabila terjadi kenaikan kualitas udara, kualitas air, tutupan lahan, keanekaragaman hayati, kesehatan masyarakat, dan kesehatan lingkungan maka pemenuhan kebutuhan dasar akan meningkat, begitu juga sebaliknya.

Indeks kualitas udara dan tutupan lahan mempunyai konstanta yang paling besar diantara indeks lainnya. Dengan demikian, kenaikan dari nilai tersebut akan berdampak lebih besar pada kenaikan pemenuhan dasar, demikian juga sebaliknya. Oleh karena itu udara yang bersih dan tutupan lahan yang luas dianggap responden paling berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan dasarnya.

Gambar

Grafik 1. Persepsi Responden terhadap Kondisi Lingkungan
Tabel 3. Korelasi antara Gabungan Dimensi pada Variabel   Kualitas Lingkungan dengan Variabel Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Antara   Berbagai Dimensi X dengan Variabel Y
Tabel 6. Hasil Uji Korelasi Antara Variabel X dengan Variabel Y
+5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil analisis deskriptif terhadap tingkat kegigihan auditor eksternal untuk melakukan whistleblowing , diketahui bahwa tanggapan responden pada

Pengadaan ini dilaksanakan secara elektronik, dengan mengakses aplikasi Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada alamat website LPSE

Gambar 1.2 Grafik Penjualan Dealer Yamaha Jaya Abadi Motor

Saat Teduh adalah waktu khusus yang kita persiapkan dan sediakan untuk menjalin relasi (berkomunikasi, berbicara) dengan Tuhan, baik melalui doa, pembacaan

Tumbuhan Nepenthes yang ditemukan pada penelitian ini tumbuhnya memanjat dan adapulayang merambat di tanah pada habitat-habitat pegunungan dan tepi sungai, variasi warna

Berdasarkan estimasi Tabel 4 menunjukkan bahwa variabel Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) memiliki hasil signifikan dan negatif terhadap pertumbuhan