• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode Pembelajaran Enrichment Model Renzulli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X 1 Sma An-Najah Dalam Mata Pelajaran Sosiologi Pada Pokok Bahasan Interaksi Sosial

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode Pembelajaran Enrichment Model Renzulli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X 1 Sma An-Najah Dalam Mata Pelajaran Sosiologi Pada Pokok Bahasan Interaksi Sosial"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI SOSIAL

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan IPS Konsentrasi Sosiologi-Antropologi

Oleh : Rino Anggara NIM : 108015000081

JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

NIM Jurusan

Angkatan Tahun Alamat

10801s000081

Pendidikan IPS (Sosiologi) 2008

Kornplek Lapan BlokB.No.33 RT 008 RW 0M Ket. Sukamulya Kec. Rumpin.Ifub. Bogor

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul s.penernpan Metode pembelaj aran Enrlchment Model Renzulli untuk Meningkatkan Hasil Belajar si$rya Kolas X I Sma An-Najah Dalam Matn Pelajaran sosiologi pada pokok Bahasan Interalai sosiel. adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama : Dr. Ulfah Fqiarini, M, Si NIP : 19670828 199303 2006

Demikian $urat pErnyataan ini saya buat dongan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila ternyata skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

(3)

disusun oleh Rino Anggara Nomor Induk Mahasiswa 108015000081 diajukan kepada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqosah pada tanggal 10 Mei 2013 di hadapan dewan penguji, Karena itu,'penulis berhak memperoleh gelar sadana SI (S.Pd) dalam Program Pendididkan llmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Jakarta,2t Mei 2013 Panitia Ujian Munaqosah ']

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Drs. Nurochim..MM

NIP. 19590715 198403 1 003

Seketaris (Sekretaris Jurusan/Prodi) Dr. Ilyan Purwanto. M.Pd

NIP. r9730424 200801 I 012

Penguji I

Pr, hyan Plrrwant$r, M.Pd NIP. 19730424 200801 | 012 Penguji II

*n,nisq Wi4darti. M.Sc Nrp. 19820802 201101 2005

I

^ A - t ^

ryrr/.?..1s*za----t2./p,{tsp

Tanggal
(4)

Education Faculty of Tarbiyah and Teaching Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah. 2013.

The main issues examined in this study is the result of learning high school sociology class X.1 An-Najah Rumpin, Bogor taught using learning model Enrichtment Renzulli Model. The purpose in this study to determine or prove the presence or absence of an increase in student learning outcomes X1 grade school An-Najah Rumpin Bogor series to solve problems. This method is used to determine the application of learning models Renzulli Enrichment Model to improve student learning outcomes X1 grade school An-Najah Rumpin Bogor, students who studied consisted of 24 people. Instrument used is the observation sheets, field notes, questionnaires and tests (pre-test and post-test). The data obtained from the instrument were analyzed using descriptive analysis of each cycle and by using N-Gain anatara to see the difference in pre-test to post-test in each cycle, to see the difference in learning outcomes at each cycle.

The findings of this research show that the increase in learning outcomes High School class of An-Najah a chat, Bogor is seen in a series of cycles I and II. In the first cycle the average value for the Pre test 66.67 on the second cycle is more improved than the Pre Test Cycle I, which only amounted to 58.95. After the Post test at the end of the cycle the data obtained are average results Post Test Cycle II is more improved than the 86.46 cycle I at 69.79 with a highest score of 95 and a low of 70. Students have reached a value of 75 and only 1 KKM students who earn below the KKM. or can be said to reach 91% success. If calculated using the formula N-Gain the ability of students has increased by 0.59 from the first cycle of 0.25 or entry into the medium category. The results of the second cycle has reached 70% went on to become the most important element in improving the learning outcomes of Sociology class X.1 An-Najah school Rumpin, Bogor. Due to the use of Renzulli Learning Enrichment Model is trying to make the students to think critically and creatively in solving problems and adding insight to better student must support the achievement of the expected learning outcomes.

(5)

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah. 2013.

Permasalahan utama yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai hasil belajar Sosiologi kelas X.1 SMA An-Najah Rumpin, Bogor yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Enrichtment Model Renzulli. Tujuan

dalam penelitian ini untuk untuk mengambarkan usaha yang dilakukan dalam membantu peningkatan hasil belajar siswa melalui enrichment model Renzulli..

Metode ini digunakan untuk mengetahui proses penerapan model pembelajaran

Enrichment Model Renzulli untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X1

SMA An-Najah Rumpin Bogor, siswa yang diteliti terdiri dari 24 orang. Instrumen yang dipakai adalah lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, dan Tes (pre test dan post test). Data yang diperoleh dari instrumen

penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dari setiap siklus dan dengan menggunakan N-Gain untuk melihat selisih antara pre test dengan post test pada

setiap siklus, untuk melihat perbedaan hasil belajar pada setiap siklus.

Temuan hasil penelitian ini menunjukan bahwa terjadinya peningkatan hasil belajar X.1 SMA An-Najah Rumpin, Bogor, ini terlihat dalam rangkaian siklus I dan II. Pada siklus I Nilai rata-rata untuk Pretest pada siklus II adalah

66,67 lebih meningkat dibandingkan Pre Test Siklus I yang hanya sebesar 58.95.

Setelah dilakukan Post test pada akhir siklus data yang diperoleh adalah nilai

rata-rata hasil Post Test siklus II adalah 86.46 lebih meningkat dibandingkan Siklus I

sebesar 69,79 dengan nilai tertinggi 95 dan nilai terendah 70 .Siswa telah mencapai nilai KKM 75 dan hanya 1 orang siswa yang mendapatkan dibawah KKM. Atau dapat dikatakan keberhasilan mencapai 91%. Jika dihitung menggunakan rumusan N-Gain kemampuan siswa mengalami peningkatan sebesar 0.59 dari siklus I sebesar 0,25 atau masuk ke dalam kategori rendah. Hasil dari siklus II sudah mencapai 70% selanjutnya menjadi unsur terpenting dalam peningkatan hasil belajar Sosiologi kelas X.1 SMA An-Najah Rumpin, Bogor. Karena dengan penggunaan pembelajaran Enrichment Model Renzulli ini

berusaha untuk membuat siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah serta menambahkan wawasan kepada siswa yang lebih baik tentunya mendukung dalam tercapainya hasil belajar yang diharapkan

(6)
(7)

dan Maha Penyayang atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Enrichment Model Renzulli Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X

1 Sma An-Najah Dalam Mata Pelajaran Sosiologi Pada Pokok Bahasan

Interaksi Sosial . Pembelajaran Di SMA An-Najah Rumpin Bogor”. Shalawat

dan salam semoga selalu tercurah pada baginda alam, Rasululloh dan junjungan Nabi besar Muhammad Saw, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak menerima saran, petunjuk, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar serta tepat pada waktu dan prosedurnya.

2. Orang tua penulis Bapak Anton Sugiarmanto dan Ibu Nur Aeni yang telah memberikan segalanya bagi peneliti hingga peneliti dapat diselesaikan dengan baik. Semua pengorbanannya tidak akan dapat penulis dibalas oleh apapun..

3. Bapak Drs. H. Nurochim, MM selaku ketua jurusan Pendidikan IPS dan Ibu Dr. Ulfah Fajarini, M.Si pembimbing skripsi yang telah mengarahkan dan membimbing peneliti sampai terselesaikannya skripsi ini.

4. Seluruh dosen yang telah mengajarkan berbagai ilmu kepada penulis. Semoga Allah membalas dengan karunianya.

5. Bpk. Munawar, S.E selaku Kepala sekolah SMA An-Najah. Terima kasih untuk bantuan dan kerjasamanya selama penelitian.

6. Teman-teman satu perjuangan dan satu almamater PIPS angkatan 2008, sahabat-sahabat penulis dikampus yang telah memperindah masa-masa

(8)

selalu memberikan bantuan dalam bentuk apapun dan memberikan motivasi bagi peneliti sehingga sekripsi ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca, khususnya kepada penulis sebagai calon guru.

Bogor, 9 April 2013

Penulis

(9)

vi

ABSTRACK ... i

ABSTRAKSI ... ii

LEMBAR PENGESAHANPEMBIMBING ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Enrichhment Model Renzulli Dan Penerapannya Dalam Pembelajaran Sosiologi ... 7

1. Model Enrichment Secara Umum ... 7

2. Strategi Penerapan Enrichtment ... 17

3. Keunggulan Dan Kelemahan Enrichment ... 18

B. Hakikat Belajar Dan Hasil Belajar ... 20

1. Pengertian Belajar ... 20

2. Prinsip – Prinsip Belajar ... 21

3. Tujuan Belajar ... 22

4. Hubungan Belajar Dan Berfikir...24

(10)

D. Hakikat Sosiologi ... 27

E. Hakikat Interaksi Sosial ... 31

F. Kerangka Berfikir... 38

G. Hipotesis Tindakan... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 41

B. Metode Penelitian dan Desain Penelitian ... 41

C. Subyek Penelitian ... 49

D. Peran Dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian ... 49

E. Tahap Intervensi Tindakan ... 50

F. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan ... 53

G. Data Dan Sumber Data... 53

H. Instrumen Pengumpulan Data ... 53

I.Tekhnik Pengumpulan Data ... 56

J.Teknik Pemeriksa Keterpecayaan ( Trusworthiness ) Studi ... 57

K. Analisis Data Dan Interpretasi Hasil Analisis ... 63

L. Tindak Lanjut/Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 63

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

A.Pendahuluan Penelitian ... 65

B.Interrpretasi Hasil Belajar ... 67

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 67

a. Tahap Perencana Tindakan Siklus I ... 67

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 68

c. Tahap Observasi ... 71

1). Catatan Lapangan ... 71

2). Wawancara ... 72

3). Hasil Belajar ... 73

d. Tahap Refleksi ... 75

2. Penelitian Siklus II ... 76

(11)

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 77

c. Tahap Observasi ... 77

1). Catatan Lapangan ... 77

2). Wawancara ... 78

3). Hasil Belajar ... 79

d. Tahap Refleksi ... 81

C. Pembahasan Hasil Temuan ... 82

D. Keterbatasan Peneliti ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 84

A.Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)
[image:12.595.120.487.124.252.2]

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Soal………...58

Tabel 3.2 Hasil Uji Reliabilitas Soal...60

Tabel 3.3 Uji Tingkat Kesukaran……….61

Tabel 3.4 Daya Pembeda………. 62

Tabel 4.1 Pre Test dan Post TestSiklus I……… 73

Tabel 4.2 Pre Test dan Post TestSiklus II………...79

(13)

Gambar 2.1: The Enrichment Triad Model………...12

Gambar 2.2:The Three Ring Conception of Giftedness………13

Gambar 2.3 : The School Wide Enrichment Model………...14

Bagan 3.1 : Model Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Mc Taggrat..45

Bagan 3.2 : Prosedur Penelitian Enrichment Model Renzulli………48

(14)

Lampiran 1 Profil Sekolah

Lampiran2 Rencana Pelaksanaan Pembelajarn (RPP) Siklus I Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajarn (RPP) Siklus II Lampiran 4 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Lampiran5 Skor Uji Coba Instrumen Menggunakan ANATEST

Lampiran6 ValiditasSoal Lampiran7 ReliabilitasTes Lampiran8 Tingkat Kesukaran

Lampiran9 Daya Pembeda

Lampiran10 Soal Siklus I Lampiran11 Soal Siklus II

Lampiran12 Lembar Pengamatan Siswa Siklus I Lampiran13 Lembar Pengamata Siswa Siklus II

Lampiran14 Lembar Pengaktivitas Guru Dalam Prose Belajar Mengajar Siklus I

Lampiran15 Lembar Pengaktivitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Siklus II

Lampiran16 Catatan Lapangan Siklus I Lampiran17 Catatan Lapangan Siklus II Lampiran18 Profil Penulis

Lampiran19 Surat Balasan Penelitian Dari sekolah

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang dimaksudkan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Adapun yang dimaksudkan sebagai tujuan yang telah ditetapkan adalah tujuan pendidikan yang telah terdapat pada kurikulum. Tujuan pendidikan pada dasarnya untuk mengantarkan peserta didik menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik yang bersifat intelektual, moral maupun sosial. Tujuannya adalah supaya peserta didik dapat hidup mandiri sebagai individu dan makhluk sosial.1

1 Nana Sudjana.

Perencanaan Pengajaran.( Bandung: Rosada Karya. 2007 ).Hal 58.

(16)

Menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan itu maka siswa berinteraksi dengan lingkungan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar menempatkan guru sebagai figure yang penting untuk mendukung dan membimbing peserta didik supaya berhasil dalam menempuh pendidikannya.2 Pendapat ini senada dengan Tim Pengembangan MKDK Kurikulum dan pembelajaran yang menyatakan bahwa guru menempati posisi kunci dan strategis dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mengarahkan siswa dapat mencapai tujuan secara optimal.3 Selain itu terdapat pendapat yang sama dari Mulyasa yang menyatakan bahwa guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan yang sesuai dengan potensi – potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.4

Penjelasan sebelumnya memberi suatu pengertian bahwa guru adalah individu yang bertanggung jawab dalam mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa. Dalam usaha mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa. Maka pendidik harus mampu melihat potensi masing-masing individu. Hal ini sangat senada dengan pendapat mulyasa yang menyatakan bahwa guru perlu memperhatikan peserta didik secara individual. Antara satu yang lain memiliki perbedaan yang mendasar penjelasan itu menghidari supaya pendidik selayaknya dapat memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuahan anak. Kebutuhan anak yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah kebutuhan anak unggulan yang terdapat di X SMA AN-NAJAH Rumpin Bogor umumnya pada kelas X mata pelajaran sosiologi bab interaksi sosial. Adapun yang menjadi alasan adalah bahwa model pembelajaran yang biasa digunakan oleh pendidik dianggap tidak sesuai.

Peneliti mulai menganalisis penyebab hal itu dengan melakukan beberapa kali observasi ke dalam kelas. Maka ditemukan satu permasalahan yang paling mendasar

2Asef Umar Fakhrudin,

Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: DIVA Perss, 2009. Hal 71

3 S. Nasution

. Asas – Asas Kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara.2011.Hal 57.

4 Mulyasa.

(17)

yaitu siswa kurang dilibatkan dalam pembelajaran karena pendidik selalu memposisikan diri sebagai pusat informasi. Model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik adalah metode ceramah. Metode ini menyebabkan posisi pendidik sebagai pusat informasi dengan kata lain dikenal dengan istilah transfer of knowledge.

Akibat dari penggunaan model itu adalah sebagian besar peserta didik banyak yang melakukan kesibukan sendiri pada saat pelajaran sedang berlangsung, bahkan ada yang sibuk memainkan ponsel atau pun berbicara sendiri. Dalam kelas X kadang-kadang hampir dari 50% dari siswa melakukan hal tersebut.

Masalah lain adalah pendidik hanya menuntut siswa menggunakan buku teks, sedangkan disisi lain peserta didik dapat menggunakan sumber lain sebagai bahan rujukan dalam pembelajaran sosiologi. Salah satu sumber yang dimaksud adalah media elektronik yaitu internet, fasilitas itu sendiri telah disediakan oleh sekolah jadi pada intinya adalah bagaimana pendidik memanfaatkan fasilitas tersebut dalam memudahkan siswa dalam pembelajaran sosiologi.

Model ceramah bukanlah sesuatu model yang buruk untuk diterapkan di sekolah. Apalagi untuk pembelajaran sosiologi yang kaya akan keterangan yang sifatnya naratif deskriptif. Oleh karena itu sebagai pendidik sudah seharusnya mampu menggunakan model ceramah dengan baik dalam pembelajaran sosiologi. Selain itu pendidik harus mampu melibatkan siswa dalam pembelajaran sosiologi berlangsung di kelas. Saat ini zaman semakin maju dan teknologi semakin canggih. Akibatnya peserta didik semakin kritis dalam mencari informasi. Hal yang perlu dipahami adalah bahwa peserta didik yang mengenyam pendidikan di X1 SMA AN-NAJAH umumnya sudah terbiasa menggunakan internet.

Permasalah yang dihadapi adalah kurang mampunya guru mengelola pembelajaran sosiologi pada pokok bahasan interaksi sosial di kelas. Oleh karena itu peneliti menawarkan suatu model pembelajaran enrichment model renzulli.

Keberhasilan Renzulli dalam menerapkan model ini dijadikan peneliti sebagai bahan

(18)

dalam beberapa kali kesempatan sehingga akhirnya dapat diterima dan diterapkan secara fleksibel di berbagai sekolah di Amerika Serikat. Alasan lain yang turut menguatkan peneliti untuk melaksakan penelitian ini adalah bahwa enrichment model renzulli hanya di terapkan pada mata pelajaran sejaraha saja. Berdasarkan uraian di

atas peneliti mencoba untuk menerapkan metode Enrichment model Renzulli ini

pada mata pelajaran Sosiologi.

B.

Identifikasi Masalah

1. Menurunnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Sosiologi 2. Proses pembelajaran yang cendrung monoton

3. Kurangnya penanaman wawasan terhadap siswa dalam mata pelajaran Sosiologi.

4. Guru masih menggunakan metode konvensional yang kurang membangkitkan minat siswa.

5. Kurangnya guru dalam menggunakan teknologi

C.

Pembatasan Masalah

Pembahasan masalah dalam laporan penelitian ini terarah. Berdasarkan masalah yang dibahas akan dibatasi pada: penerapan metode pembelajaran enrichment model renzulli untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada Kelas X.1 SMA An-Najah

mata pelajaran Sosiologi pada pokok bahasan interaksi sosial.

D.

Rumusan Masalah

Ada pun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini berdasarkan dari pemaparan latar belakang sebelumnya adalah― bagaimana penerapan metode pembelajaran enrichment model renzulli untuk meningkatkan hasil belajar siswa
(19)

E.

Tujuan Penelitian

Secara garis besar yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengambarkan usaha yang dilakukan dalam membantu peningkatan hasil belajar siswa melalui enrichment model renzulli.

F.

Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Memperdalam wawasan ke ilmuan dan memberikan gambaran yang jelas mengenai enrichment model Renzulli dalam menunjang proses belajar

mengajar di kelas.

b.Sebagai kajian bagi penelitian lebih lanjut yang berminat dalam mengembangkan metode enrichment model Renzulli.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk sekolah, dapat dijadikan masukan dalam model–model pembelajaran di sekolah. Terutama karena model ini masih sangat baru, sehingga tidak menutup kemungkinan hanya dapat diterapkan dalam dalam pelajaran sosiologi dan sejarah saja. Model ini mungkin suatu saat dapat dikembangkan dalam pembelajaran lainnya.

b. Untuk guru, model ini sangat membantu terutama menghadapi siswa yang memiliki kemampuan tinggi dalam pembelajaran sosiologi, selain itu model ini dapat memperkaya pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Untuk siswa.dengan memakai model pembelajaran ini diharapkan mendapatkan informasi suasana pembelajaran yang aktif sehingga dapat memeberikan hasil belajar yang baik dan dapat menambah wawasan terhadap mata pelajaran sosiologi.

d. Untuk peneliti, sendiri adalah bahwa penerapan Enrichment model Renzulli

(20)

untuk diterapkan disekolah lain yang dianggap sesuai dengan enrichment

(21)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. ENCRICHMENT MODEL RENZULLI DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI .

1. Model Enrichment Secara Umum

Enrichment secara bahasa berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata dasar enrich

yang artinya ―memperkaya‖, mengacu pada penjelasan tersebut enrichment dapat

diartikan sebagai sebuah cara/langkah untuk memperkaya menambah sesuatu menjadi lebih. Enrichment adalah istilah yang lebih banyak digunakan untuk

mengacu pada sebuah program pengayaan. Dalam cakupan yang lebih luas

enrichment meliputi semua modifikasi dalam praktek-praktek bidang pendidikan

standar. Sedangkan dalam cakupan yang lebih sempit enrichment hanya dimaksudkan

untuk menyediakan sesuatu yang menarik hingga akhirnya dapat membangkitkan rasa

interest siswa terhadap proses belajar di kelas.

(22)

Pada umumnya program enrichment lebih ditekankan untuk membantu

mengembangkan kemampuan kognitif yang terdapat pada siswa serta meningkatkan proses afektif yang selama ini dialami siswa. Melalui enrichment disamping dapat

memberikan materi lebih, juga dapat memberi pengalaman baru bagi siswa, terutama terkait dengan penerapannya ke dalam pembelajaran yang mereka lakukan selama ini. Enrichment biasanya merupakan program penambahan/pengayaan suatu disiplin

tertentu atau materi pembelajaran tertentu di luar dari kurikulum secara normal dan biasanya program ini hanya diberikan di tingkat persekolahan, baik tingkat dasar maupun tingkat menengah. Enrichment dalam upaya untuk menambah pengetahuan

yang dimiliki siswa sesungguhnya berdasar pada beberapa prinsip, seperti yang digagas oleh Renzulli berikut ini :5

1. Each learner is unique, and therefore, all learning experiences must bev examined in ways that take into account the abilities, interests, and learning styles of the individual.

2. Learning is more effective when students enjoy what they are doing, and therefore, learning experiences should be constructed and assessed with as much concern for enjoyment as for other goals.

3. Learning is more meaningful and enjoyable when content (i.e. knowledge) and process (i.e. thinking skills, methods of inquiry) are learned within the context of a real and present problem; and therefore, attention should be given to opportunities to personalize student choice in problem selection, the relevance of the problem for individual students at the time the problem is being addressed, and authentic strategies for addressing the problem.

4. Some formal instruction may be used in enrichment learning and teaching, but a major goal of this approach to learning is to enhance knowledge and thinking skill acquisition that is gained through formal instruction with applications of knowledge and skills that result from students' own construction of meaning6.

5

http://www.org.id/EnrichmentRenzulli.com.html.

6

Abraham J. Tannebaum. Gifted Children Psychologi And Education Perspectives. ( New

(23)

Melihat dari kutipan di atas terdapat beberapa prinsip yang sangat diperhatikan

dalam enrichment. Adanya prinsip-prinsip ini menjadi awal pemikiran perlunya enrichment diterapkan pada setiap pembelajaran yang dilakukan di setiap tingkat

persekolahan. Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai prinsip-prinsip di atas, diantaranya; pertama, enrichment hadir berangkat dari pemikiran bahwa setiap

pelajar/siswa itu unik, artinya setiap siswa memiliki kekhasannya masing-masing. Begitu pula yang terjadi pada setiap pengalaman belajar yang telah mereka dapatkan, mereka memiliki pengalaman yang berbeda-beda secara individual. kedua, setiap

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa akan lebih efektif ketika siswa merasa nyaman dan senang dalam pembelajaran yang dilakukan, oleh karena itu setiap pengalaman belajar harus dapat memperhatikan setiap tujuan yang akan dicapai setiap siswa. ketiga, pembelajaran akan lebih bermakna ketika materi ajar dan

pelaksanaannya dikaitkan dengan kejadian nyata yang sedang terjadi. Selain itu untuk lebih memberikan rasa nyaman siswa diberikan kesempatan untuk mencari setiap masalah yang menarik bagi mereka. keempat setiap pengajaran pada umumnya bisa

saja dimasukan enrichment ke dalamnya.

Dalam penerapan enrichment, materi-materi yang diperoleh siswa biasanya

berasal dari luar kurikulum umum, yang jarang sekali didapatkan siswa dalam kehidupan pembelajaran di sekolah. Hal itu terjadi karena dalam pelaksanaannya

Enrichment sering kali dilakukan berupa kegiatan-kegiatan di luar lingkup sekolah.

Dengan pemberian materi melalui ―pengayaan‖ ini, tentunya akan menjadi pengalaman baru bagi setiap siswa, dan menjadi motivasi tersendiri bagi mereka karena mendapatkan materi yang tidak biasa. Penerapan enrichment merupakan

sebuah aktifitas yang baik dalam meningkatkan kepekaan guru dalam melihat setiap potensi yang dimiliki oleh setiap siswa, guru harus peka terhadap kebutuhan siswa dan keunggulannya. Dengan adanya penerapan enrichment maka guru dituntut untuk

(24)

oleh siswa sebagai sebuah petualangan yang menyenangkan. Seperti pendapat yang diungkap Hildreth dalam John Mcleod dan Arthur Croplay berikut ini,7

Educational enrichment for the exceptionally able involves giving them the opportunity to study in greater depth topics which are part of the curriculum of their actual grade ; for example, undertaking original research and solving problems which are beyond the interests and abilities a of the rest of the class, but do not necessarily require knowledge from higher grades. Enrichment has primarily been conceived of as being provided by the classroom teacher; for a teacher who exudes a zest for learning and welcomes the challenge of fostering a similar enthusiasm in an academically exceptional student, enrichment can be an exciting adventures.8

Dalam kutipan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa enrichment yang cukup

diperhitungkan dalam penerapannya adalah kreativitas yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, terutama dalam mengarahkan setiap siswa yang berbakat di sekolah. Pemahaman yang kurang dari seorang pendidik terhadap enrichment akan

memperlihatkan bahwa enrichment hanya gambaran menambah sesuatu pada

perkembangan anak yang sesungguhnya memiliki kemampuan cukup potensial.

Renzulli has criticized overreliance or excessive reliance on programs which are based on the popular but completely unsupported belief that the gifted person in process oriented rather than product oriented this view has undoubtedly resulted in gifted education’s overreliance on cute games an situational specific training activities that purport to develop creativity and other thinking skills. Renzulli himself has developed an integrated, progressive model for providing enrichment activities which has beenwidely adopted.9

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Tipe I dan Tipe II yaitu

General Exploratory activities dan Group Training activities diarahkan pada seluruh

siswa dan memberikan dasar-dasar pada seluruh siswa untuk mengembangkan segala potensinya. Pada fase ini dikembangkan berbagai strategi untuk menggali minat dan ketertarikan seluruh siswa pada suatu fokus materi tertentu serta membangun sebuah

7://www.ed.gov/pubs/toolsforSchool/enrich/gift/schoolwide_enrich_gifted.html

8 Abraham J. Tannebaum.

Gifted Children Psychologi And Education Perspectives. ( New York:

Micmillan Publishing. 2010 ). Hal 367

9

(25)

proses berpikir. Baru kemudian pada fase berikutnya Tipe III yaitu individual and small group investigations of real problems diberikan enrichment untuk siswa

kelompok unggulan dengan memfokuskan siswa pada kegiatan inkuiri dan mengembangkan pengalaman secara mandiri.10

Pada Tipe I merupakan fase dimana proses pemberian enrichment dirancang

untuk menggali setiap potensi yang dimiliki oleh siswa, potensi tersebut akan terkait dengan disiplin ilmu, topik kajian, kesempatan, yang kesemuanya jarang sekali di dapat di kelas, terlebih ketika menyangkut hobi yang selama ini siswa miliki. Penggalian setiap potensi tersebut yang pada dasarnya merupakan sesuatu yang tidak pernah mereka dapatkan di dalam kelas akan menjadi faktor tersendiri untuk menarik minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran.

Pada Tipe II merupakan fase selanjutnya yaitu untuk lebih mengembangkan pemikiran yang sedang siswa lakukan, sehingga pada akhirnya akan lebih memfokuskan kajian yang sedang dilakukan. Setelah Tipe II selesai diberikan maka akan berlanjut pada fase yang terakhir yaitu

Tipe III. Tipe III pada model enrichment ini siswa diberikan kesempatan untuk

bekerja secara mandiri dengan mengerahkan setiap potensinya masing-masing yang nantinya akan didapat manfaat seperti yang telah dipaparkan dalam kutipan di atas ini.

a. The Enrichment Triad Model

Model enrichment ini menurut Renzulli memiliki 2 tujuan utama yaitu Pertama,

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan ketertarikan mereka, dan Kedua, Membantu siswa untuk mengidentifikasi secara realistis, dapat

memecahkan problem sesuai dengan ketertarikan mereka serta mampu menghasilkan produk yang sesuai. Dalam Enrichment Triad Model aktifitas yang dialami siswa

10

(26)
[image:26.612.174.469.249.454.2]

dalam penerapannya terbagi menjadi Tiga tahapan, diantaranya adalah 1) Tipe I General Exploratory, 2) Tipe II Group Training Activities, 3) Tipe III Individual And Small Group Investigation of Real. Adapun bagan dari aktifitas yang terdapat dalam The Enrichment Triad Model dan penjelasaannya adalah sebagai berikut

Gambar 2.1: The Enrichment Triad Model

b. The Revolving Door Identification Model

Enrichment model ini sesungguhnya dirancang sebagai program untuk mengatasi

kelemahan-kelemahan program pembelajaran riset terhadap individu yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Hasil penelitian ini kemudian diiringi dengan judul The Three Ring Conception of Giftedness yang terdiri dari kemampuan di atas rata-rata,

(27)
[image:27.612.221.505.142.331.2]

Gambar 2.2: The Three Ring Conception of Giftedness

Menurut Moch. Shoeh komponen-komponen organisasi dan administrasi dari

The Revolving door identification model didasarkan pada 5 komponen yaitu :11

1)Penilaian terhadap keunggulan siswa yang termasuk kemampuan interes dan gaya belajar.

2)Paket kurikulum dimana paket ini merupakan modifikasi terhadap kurikulum sekolah agar sesuai untuk siswa-siswa berbakat.

3)Pengayaan Tipe I yang disebut aktivitas eksplorasi umum. Dalam tipe ini siswa diperkenalkan program yang berisi pengenalan topik pembelajaran berbagai bidang yang tidak terdapat dalam pembelajaran seperti biasa.

4)Pengayaan Tipe II, enrichment ini berisi program-program untuk

pengembangan kognitif dan afektif belajar untuk memperoleh keterampilan bagaimana belajar, keterampilan penelitian, menghubungkan dan keterampilan komunikasi.

5)Pengayaan Tipe III yang bernama investigasi problem-problem nyata secara individual dan kelompok kecil adalah penelitian yang dapat dilakukan secara

11 Gary A. Davis.

Anak Berbakat Dan Pendidikan Anak Berbakat, Terj. Ati Cahayani, (Jakarta:

(28)

individual maupun kelompok kecil terhadap satu masalah kongkrit yang spesifik

c. The School Wide Enrichment Model

The School Wide Enrichment Model merupakan model enrichment yang digagas

oleh Renzulli atas dasar pemikiran bahwa ‖sekolah adalah tempat untuk mengembangkan bakat‖. Jika setiap sekolah dapat ditempatkan sebagai fasilitas untuk mengembangkan bakat yang dimiliki oleh siswa, sangat dimungkinkan dapat menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan bagi setiap siswa, ketika sekolah dirasakan menyenangkan oleh siswa tentu saja dapat memotivasi siswa untuk memperoleh prestasi yang lebih baik. Sekolah menjadi tempat yang menyenangkan bagi siswa adalah tujuan dari lahirnya Untuk lebih jelasnya berikut ini akan ditampilkan bagan yang menunjukkan hubungan bagaimana komponen-komponen yang terdapat dalam 12.

Gambar 2.3 : The School Wide Enrichment Model

Dalam setiap penerapannya The Schooll Wide Enrichment Model memiliki tujuan

dan esensi tersendiri. Adapun penjelasan mengenai kedua hal tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :

12 Gary A. Davis.

Anak Berbakat Dan Pendidikan Anak Berbakat, Terj. Ati Cahayani, (Jakarta:

(29)

Tujuan utama The School Wide Enrichment Model dalam penerapannya model enrichment ini memiliki beberapa tujuan utama, seperti apa yang di utarakan oleh

Cony,tujuan tersebut diantaranya:

1. Meningkatkan belajar pada tingkat tinggi dan produktifitas kreatif dengan memberikan pengayaan dalam spektrum yang lebih luas.

2. Mengintregrasikan sebanyak mungkin layanan khusus keberbakatan dengan kurikulum yang umum dan membangun hubungan yang kooperatif daripada yang kompetitif antara pembelajaran anak berbakat dengan pembelajaran anak lainnya.

3. Meminimalkan kerawanan kepedulian tentang elitisme dan sikap negatif yang sering terungkap dalam kaitan dengan pembelajaran anak berbakat.

4. Memperluas kualitas pengayaan dan membangun radiasi keunggulan dalam semua aspek-aspek lingkungan sekolah.

Esensi dari model enrichment ini terdapat dalam tiga elemen yaitu The Total Talent Portfolios, Curriculum Modification Techniques dan Enrichment Learning And Teaching. Adapun penjelasan ketiga esensi tersebut adalahsebagai berikut:13

a) The Total Talent Portofolios

Siswa melengkapi instrumen dan kontribusi contoh pekerjaan terbaik mereka untuk mengembangkan kemampuan mereka dan menarik minat belajar. Dokumentasi kemampuan mereka, ketertarikan dan pilihan model belajar dibolehkan untuk menyediakan kepuasan pembantu kurikulum, di sini informasi fokus pada kemampuan lebih siswa dibandingkan kekurangan siswa dan digunakan sekolah untuk membantu dalam mengembangkan bakat siswa yang mana disesuaikan dengan sarana yang diberikan siswa. Untuk lebih jelasnya mengenai pemaparan di atas berikut akan ditampilkan tabel yang

13

Gary A. Davis. Anak Berbakat Dan Pendidikan Anak Berbakat, Terj. Ati Cahayani, (Jakarta:

(30)

dapat menggambarkan bagaimana The Total Talent Portfolios dapat

dikembangkan dan diterapkan pada setiap pembelajaran yang sedang dilakukan oleh setiap siswa.

b) Curriculum Modification Techniques

Model Sekolah pengayaan mendorong pada pengembangan dari tantangan kurikulum dan sekaligus dalam memajukan dan pengalamanpembelajaran

enrichment digunakan analisis buku teks, menyusun kurikulum mengisi

kekurangan dan penggolongan pengayaan dan percepatan aktivitas dan pengembangan dari dalam pelajaran fokus pada sifat yang mewakili tipe ide, dan perhatian siswa pada tugas penelitian tangan pertama).

c) Enrichment Learning And Teaching

Pengembangan dari program sekolah seharusnya mengikuti prinsip dari

Enrichment learning and teaching yaitu:

1. Setiap siswa adalah unik.

2. Pelajaran akan lebih efektif ketika siswa senang dengan apa yang mereka lakukan.

3. Pelajaran akan lebih berarti dan menyenangkan ketika isi dan proses pelajaran berisi konteks yang nyata dan merupakan permasalahan sekarang.

4. Beberapa pelajaran formal boleh digunakan, tetapi tujuan umum adalah untuk mempertinggi pengetahuan dan kemahiran pengetahuan berpikir siap untuk mengajar induktif dan 14aplikasi dari pengetahuan dan hasil pengetahuan dari siswa disusun lebih berarti.

14 Cony Semiawan,

Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. (Jakarta : PTGrasindo. 2007).

(31)

2. Strategi Penerapan Enrichment

Model Enrichment yang digagas oleh Joseph S Renzulli memiliki beberapa

solusi yang dapat diterapkan dalam pengajaran di kelas. Solusi yang diajukannya adalah berupa Out of Class Assigment dan Small Group Activities. Ada pun

penjelasan mengenai kedua solusi tersebut adalah sebagai berikut :

a). Penugasan di luar kelas (Out of Class Assigment)

Out of Class Assigment memiliki pengertian secara bahasa yaitu penugasan

di luar kelas. Terdapat beberapa keuntungan dari menggunakan Out of Class Assigment seperti yang diungkapkan Ivor K Davies dalam bukunya, pemberian

tugas di luar kelas dapat memberikan kesempatan siswa untuk15 :

1. Practice skills, as well as increase speed and accuracy. 2. Read, absorb and summarize what they have learned. 3. Act in an honest and persevering manner.

4. Manage time effectively.

5. Develop confidence in their own ability.

Penugasan di luar kelas dapat dikerjakan secara berkelompok atau pun secara individu. Akan tetapi jika berkelompok alangkah baiknya ketika menambah informasi tentang suatu masalah. 16

b). Kelompok Kecil (Small Group Activities)

Small Group memiliki pengertian secara bahasa yaitu kelompok kecil, akan

tetapi dalam penelitian kali ini yang dimaksud dengan Small Group adalah

aktivitas kelompok kecil ataupun kumpulan dari beberapa orang siswa. Dimana

16 Gary A. Davis.

Anak Berbakat Dan Pendidikan Anak Berbakat, Terj. Ati Cahayani,

(32)

siswa-siswi dikumpulkan dalam satu kelompok yang terdiri 3-8 orang. Penugasan di luar/dalam kelas yang dikerjakan dengan model Small Group

dapat mencapai keberhasilan, keberhasilan dari penugasan itu dapat terlihat dari adanya Task Commiment (tanggung jawab tugas). Menurut Renzulli kinerja

seseorang secara khusus dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dalam komitmen menyelesaikan tugasnya, komitmen dalam melaksanakan tugas itu dapat dilakukan melalui diskusi kelompok.17

3. Keunggulan dan Kelemahan Enrichment

Penerapan strategi pengajaran enrichment didasarkan atas beberapa pandangan. Pertama, model tersebut dirancang meliputi bukti penelitian yang mengindikasikan

bahwa intruksi pengajaran harus mempertimbangkan kemampuan yang berbeda – beda, latar belakang, minat, pengalaman, dan gaya belajar setiap anak. Kedua,

belajar akan lebih bermakna dan menyenangkan jika konten dan proses dipelajari sebuah masalah yang nyata terjadi dan ketika siswa menggunakan metode otentik untuk mengatasi masalah. Ketiga model tersebut mengembangkan penelitian yang

mengisyaratkan bahwa semua anak, termasuk siswa yang berprestasi rendah harus diberikan tantangan dan konten pembelajaran yang terakselerasi. Pengamalan belajar karenanya dirancang edengan tujuan untuk, menghubungkan dan memberikan stimulus dan kesenangan bagi semua siswa.

Berdasarkan ketiga pandangan di atas dalam penerapannya enrichment memiliki

kelemahan dan keunggulan. Beberapa keunggulannya adalah:

a. Kegiatan enrichment didasarkan pada kesenangan dan kebutuhan semua

siswa, hal ini berdampak terhadap perkembangan kreativitas siswa yang tinggi.

17 Cony Semiawan,

Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. (Jakarta : PTGrasindo. 2007).

(33)

b. Melalui kegiatan enrichment kecerdasan siswa di atas rata – rata dapat

meningkatkan dan dapat memberikan kesempatan yang lebih memperdalam konten yang menarik untuk kemudian menjadi keahlian atau keterampilan khusus.

c. Interaksi secara intensif dan interprasional antara siswa dan pengajar mengakibatkan hubungan emosional yang dekat, sehingga siswa lebih percaya diri dalam mengungkapkan gagasan.

d. Dapat memasukan satu fokus keterampilan yang lebih dan standar – standar yang tinggi kedalam kurikulum sendiri

e. Perinsip penggabungan kesempatan pengayaan dengan kurikulum yang berjalan, dan dengan kegiatan – kegiatan di dalam dan di luar sekolah lainnya

Kelemahannya:

Penerapan enrichment dalam kelas reguler memungkinkan kurangnya perhatian

pada siswa berkemampuan dibawah rata – rata.

a. Bagi siswa yang unggul menimbulkan egoisme tinggi dan menganggap siswa yang lainnya rendah, sehingga siswa unggul kurang memiliki sikap sosial yang positif.

b. Siswa yang kecerdasannya di atas rata – rata memerlukan motivasi dan pengakuan sebagaimana halnya siswa lainnya.

c. Memerlukan pengawasan yang lebih selama kegiatan enrichment

barlansung , sehingga membutuhkan tenaga lainnya disamping pengajar utama.

d. Membutuhkan biaya yang besar.

B.

Hakikat Belajar dan Hasil Belajar

(34)

Belajar merupakan kata yang paling sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Belajar menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan menuntut ilmu baik di lembaga pendidikan formal maupun informal. Banyak para ahli yang mendefinisikan tentang belajar, diantaranya :18

1. Wittig dalam bukunya Psycology of Learning yang mendefinisikan belajar

merupakan perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.19

2. Berbeda dengan Wittig, Chaplin dalam bukunya Dictionary of Psycology,

mengemukakan bahwa belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap akibat latihan dan pengalaman.20

3. Hintzman dalam bukunya The Psycology of Learning and Memory,

berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi organisme tersebut.21

4. Dan Skinner dalam bukunya Educational Psycology, mengemukakan

belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung secara progresif. Dari definisi belajar yang telah dikemukakan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang berlangsung secara progresif sebagai hasil dari sebuah pengalaman.

Secara umum belajar dapat diartikan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis jenjang

18 Aminuddin Rasyad

. Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta Timur: UHAMKA Press, 2003. Hal. 22

19 Muhibbin Syach,

Psikologi Belajar, ( Jakarta : Logos Wacana, 2001 ), hal.61

20

Ibid …, hal.60

(35)

pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

Belajar merupakan istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Disebabkan oleh kemampuan berubah, karena belajarlah maka manusia dapat berkembang. Kualitas hasil proses perkembangan manusia banyak tergantung pada

apa dan bagaimana belajar.

Dengan demikian dengan belajar akan menghasilkan hasil belajar yang dapat diidentifikasi dari adanya kemampuan melakukan sesuatu secara permanen, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama. Suatu proses belajar harus besifat praktis dan langsung, artinya jika seseorang ingin mempelajari sesuatu, maka dia sendirilah yang harus melakukannya, tanpa melalui perantara orang lain. Karena individu itu tidak pernah lepas hubungannya dengan lingkungan.

2.

Prinsip-Prinsip Belajar

Berdasarkan buku yang ditulis oleh Sumiati dan Asra yang berjudul Metode Pembelajaran, menjelaskan prinsip belajar diantaranya adalah: Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi.22 Maksudnya dalam suatu proses belajar,

banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai hasil belajar. yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep, kemampuan menerapkan konsep, kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respons yang positif terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu kegiatan tertentu.

22 Sumiati, dan Asra,

(36)

Kemudian Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman.23 Maksudnya

Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui pengalaman melakukan suatu kegiatan. Pemahaman itu sendiri bersifat abstrak. Sesuatu yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan-kegiatan yang nyata atau kongkret, sehingga orang yang bersangkutan memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang bersifat abstrak.

Lalu Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan.24 Maksudnya

dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan dimiliki setiap siswa. Tujuan belajar bukan berarti tujuan pembelajaran, karena tujuan pembelajaran merupakan tujuan dan harapan yang ingin dicapai guru dari kegiatan yang dilakukan. Berdasarkan prinsip-prinsip belajar yang telah dikemukakan secara gamblang diatas, dapat di tarik kesimpulan bahwa belajar diperoleh dari sebuah proses dari mengenal, mengerti hingga memahami. Belajar juga diperoleh dari sebuah pengalaman yang nantinya akan berakhir pada hasil belajar. Dengan belajar siswa dapat mengalami perubahan tingkah laku. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari keadaan sebelumnya.

3.

Tujuan Belajar

Dalam buku yang ditulis oleh J.J Hasibuan, dan Moedjiono yang berjudul Proses Belajar Mengajar.‖ Robert M Gagne mengelompokkan kondisi-kondisi belajar

(sistem lingkungan belajar) sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang ingin dicapai. Gagne mengemukakan delapan macam, yang kemudian disederhanakan menjadi lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar‖.25 Kelima macam kemampuan belajar tersebut antara lain:

23

Ibid, hal. 41

24 .Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain.

Strategi Belajar Mengajar.( Jakarta: Rineka Cipta.

2006.). Hal 38

25 .JJ.Hasibuan, dan.Moedjiono,

Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Remaja Rosdakarya,

(37)

Pertama, Keterampilan intelektual.26 Maksudnya adalah kecerdasan intelektual

yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik, setiap peserta didik memilki kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda, oleh karena itu tugas seorang guru adalah memahami masing-masing peserta didik, dan tidak membeda-bedakan masing-masing peserta didik.

Kedua, Strategi Kognitif ,Mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam

arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah. Masing-masing peserta didik diberikan anugerah berupa akal dan pikiran, bagaimana mengatur cara belajar dan berpikir seseorang adalah tergantung dari masing-masing peserta didik, dalam pendidikan formal di sekolah seorang guru hanyalah sebagai perantara dalam menghubungkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan ilmu yang di berikan.27

Ketiga, Informasi Verbal, Pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

Kemampuan ini umumnya dikenal dan tidak jarang. Yakni kemampuan siswa dalam menangkap informasi yang disampaikan oleh guru baik secara verbal maupun non verbal.28

Keempat, Keterampilan motorik yang diperoleh sekolah antara lain keterampilan

menulis, mengetik, dan sebagainya. Setelah seorang siswa berada di lingkungan pendidikan formal, dapat memiliki pengetahuan, karena semua di ajarkan oleh guru, dari jenjang pendidikan dasar, menengah, dan atas.29

26

Ibid., hal.4

27

Ibid., hal.4

28

Ibid., hal.4

29

(38)

Kelima, Sikap dan Nilai. Berhubungan dengan arah serta intensitas emosional

yang dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.30

Kelima macam hasil belajar tersebut di atas menyarankan, bahkan

mempersyaratkan kondisi-kondisi belajar tertentu sehingga dapat dijabarkan strategi-strategi belajar yang sesuai. Dan pada dasarnya akan menghasilkan tujuan yang diharapkan yakni keberhasilan dalam belajar.

4.

Hubungan Belajar dan Berpikir

Belajar dan berpikir merupakan 2 proses yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun demikian, keduanya merupakan proses-proses yang berbeda. Belajar adalah suatu proses terjadinya perubahan perilaku, tetapi berpikir tidak selalu menghasilkan perubahan perilaku.

Berpikir merupakan suatu proses mental yang kasat mata. Proses ini hanya dapat diamati dari perilaku yang nampak. Dengan kata lain, proses berpikir hanya dapat disimpulkan dari perilaku yang diperkirakan diarahkan oleh pikiran sebagai perilaku yang terorganisasi, bukan perilaku yang terjadi sembarangan.

Berpikir tidak dapat diamati langsung karena merupakan suatu representasi simbolis baik dari suatu objek, peristiwa, ide atau hubungan-hubungan antara hal-hal tersebut. Representasi simbolis dalam kerangka mental itu kemudian diolah sedemikian rupa sehingga terjadi suatu proses berpikir. Berpikir tidak selalu memecahkan suatu masalah, tetapi juga untuk memebentuk suatu konsep tertentu, serta menimbulkan ide-ide kreatif. Bila pengertian-pengertian diperoleh dari proses berpikir, dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang relative permanen, maka proses berpikir tersebut menimbulkan proses belajar.31

30 JJ.Hasibuan, dan .Moedjiono,

Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Remaja Rosdakarya,

2008 ), hal.4

31 Zikri Neni Iska,

Psikologi ( Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan ,( Jakarta : Kizi

(39)

Pada dasarnya belajar dan berpikir tidak dapat dipisahkan, belajar tidak akan terjadi tanpa adanya berpikir, begitupun sebaliknya. Jadi keduanya sama-sama saling berkaitan dan berhubungan.

5.

Hasil Belajar

Setelah melakukan aktivitas belajar, seseorang berhasil atau tidaknya mengalami suatu proses belajar, dapat diukur oleh hasil belajar. ‖Hasil belajar sangat penting untuk diidentifikasi agar kita dapat mengetahui seberapa besar perubahan yang dialami oleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar‖.32

Hasil belajar atau evaluasi hasil belajar merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran. ‖Keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa‖.33 Jadi hasil belajar adalah prestasi yang dapat dihasilkan oleh anak dalam usaha belajarnya, dalam tingkat yang sangat meggembirakan prestasi tersebut dapat dicapai dengan beberapa cara, dimana cara tersebut dapat ditempuh melalui beberapa usaha.

‖Dalam jurnal pendidikan dan kebudayaan, yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, hasil belajar tidak semata-mata didapatkan dengan sendirinya, tetapi melalui usaha yang dilakukan oleh seseorang, usaha yang dilakukan ada yang berasal dari dalam diri seseorang ,bahwa secara psikologis ada dua macam faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil belajar yakni faktor kognitif dan afektif siswa‖.34

Jika ditinjau dari faktor kognitif yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah (a) persepsi, (b) perhatian, (c) mendengarkan, (d) ingatan (e) kesiapan, (f) struktur kognitif, (g) intelegensi, (h) kreativitas, dan (i) gaya kognitif. Sedangkan jika ditinjau

33 Sumiati, dan Asra.

Meode Pembelajaran, (Bandun : Wacana Prima, 2008), hal. 20

34

(40)

dari factor afektif yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah (a) motivasi dan kebutuhan, (b) minat, (c) konsep diri, (d) aspirasi, (e) kecemasan, (f) sikap.35

Dengan demikian peranan faktor-faktor kognitif dan afektif tersebut sangat mempengaruhi dalam hasil belajar siswa dapat berbentuk pengaruh sendiri-sendiri maupun bersama-sama dan dapat secara langsung maupun tidak langsung, bahkan ada salah satu faktor yang mempengaruhi satu faktor yang mempengaruhi faktor lain.

C.

Penelitian Yang Relevan

Sebagai bahan rujukan peneliti dalam melakukan penelitian, seperti yang telah dilakukan beberapa peneliti sebelumnya, yaitu:

Inaidi Septiar, Penerapan Enrichment Model Renzulli Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas Xi Ips 4 Sma Pasundan 2 Bandung). Menyimpulkan bahwa siswa yang menerapkan metode Enrichment model Renzulli lebih baik

hasil belajarnya.36

D.

Hakikat Sosiologi

1. Pengertian Sosiologi

Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berart kawan, teman

sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan

diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie

35 Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen

Pebdidikan Nasional, Vol.IX Edisi Desember 2006. Hal. 897

36 Inaidi Septiar, Penerapan Enrichment Model Renzulli Sebagai Upaya

Meningkatkan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. (Penelitian Tindakan Kelas Di

(41)

Positive". Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi

dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.37

Masyarakat adalah sekelompok individu yang mempunyai hubungan, memiliki kepentingan bersama, dan memiliki budaya. Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.38

a. Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi. Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia. Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi. Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa). Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.

37 DoylePaulJhonson diterjemahkan Oleh RobrtM.Z Lawang‖

Teori Sosiologi Klasik Dan

Modern”:Jakarta,1980 PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 5.

(42)

b. Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis. Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.

c. Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan

memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.

d. Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang

menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.

e. Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang

berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.

f. Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.

2. Pokok Bahasan Sosiologi

Pokok bahasan sosiologi ada empat:

a. Fakta sosial sebagai cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang berada di

luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengendalikan individu tersebut.

(43)

b. Tindakan sosial sebagai tindakan yang dilakukan dengan

mempertimbangkan perilaku orang lain. Contoh, menanam bunga untuk kesenangan pribadi bukan merupakan tindakan sosial, tetapi menanam bunga untuk diikutsertakan dalam sebuah lomba sehingga mendapat perhatian orang lain, merupakan tindakan sosial.

c. Khayalan sosiologis sebagai cara untuk memahami apa yang terjadi di

masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Wright Mills, dengan khayalan sosiologi, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya. Alat untuk melakukan khayalan sosiologis adalah permasalahan (troubles) dan isu

(issues). Permasalahan pribadi individu merupakan ancaman terhadap

nilai-nilai pribadi. Isu merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu. Contoh, jika suatu daerah hanya memiliki satu orang yang menganggur, maka pengangguran itu adalah masalah. Masalah individual ini pemecahannya bisa lewat peningkatan keterampilan pribadi. Sementara jika di kota tersebut ada 12 juta penduduk yang menganggur dari 18 juta jiwa yang ada, maka pengangguran tersebut merupakan isu, yang pemecahannya menuntut kajian lebih luas lagi.

d. . Realitas sosial adalah penungkapan tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga oleh sosiolog dengan mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, dan pengamatan tabir secara jeli serta menghindari penilaian normatif.

3. Ciri-Ciri dan Hakikat Sosiologi

(44)

Menurut Harry M. Johnson, yang dikutip oleh Soerjono Soekanto, sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri, sebagai berikut.

a. Empiris, yaitu didasarkan pada observasi (pengamatan) dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulasi (menduga-duga).

b. Teoritis, yaitu selalu berusaha menyusun abstraksi dari hasil observasi yang konkret di lapangan, dan abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan menjalankan hubungan sebab akibat sehingga menjadi teori.

c. Komulatif, yaitu disusun atas dasar teori-teori yang sudah ada, kemudian diperbaiki, diperluas sehingga memperkuat teori-teori yang lama.

d. Nonetis, yaitu pembahasan suatu masalah tidak mempersoalkan baik atau buruk masalah tersebut, tetapi lebih bertujuan untuk menjelaskan masalah tersebut secara mendalam.

Hakikat sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sebagai berikut.

a. Sosiologi adalah ilmu sosial, bukan ilmu pengetahuan alam atau ilmu pasti (eksakta) karena yang dipelajari adalah gejala-gejala kemasyarakatan.

b. Sosiologi termasuk disiplin ilmu kategori, bukan merupakan disiplin ilmu normatif karena sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi, bukan apa yang seharusnya terjadi.

c. Sosiologi termasuk ilmu pengetahuan murni (pure science) dan dalam

perkembangannya sosiologi menjadi ilmu pengetahuan terapan (applied

science).

d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan abstrak dan bukan ilmu pengetahuan

(45)

e. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian dan pola-pola umum, serta mencari prinsip-prinsip dan hukum-hukum umum dari interaksi manusia, sifat, hakikat, bentuk, isi, dan struktur masyarakat manusia.

f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan rasional. Hal ini menyangkut metode yang digunakan.

g. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum, artinya sosiologi mempunyai

gejala-gejala umum yang ada pada interaksi antara manusia.

E. Hakikat Interaksi Sosial

1.

Pengertian Interaksi Sosial

Homans mendefinisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya.

Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain.‖ Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain‖.39

39

(46)

Pengertian Interaksi sosial menurut Bonner merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

Pengertian interkasi sosialmenurut beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi adalah hubungan timbal balik anatara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam

interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

2.

Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Syarat terjadinya interaksi sosial. terdiri atas kontak sosial dan komunikasi sosial. Kontak sosial tidak hanya dengan bersentuhan fisik. Dengan perkembangan tehnologi manusia dapat berhubungan tanpa bersentuhan, misalnya melalui telepon, telegrap dan lain-lain. Komunikasi dapat diartikan jika seseorang dapat memberi arti pada perilaku orang lain atau perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.

Proses interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat bersumber dari faktor imitasi, sugesti, simpati, identifikasi dan empati.

a. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk meniru sikap, tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik seseorang.

b. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh, atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir rasional.

(47)

d. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan serupa dengan orang lain yang ditiru (idolanya)

e. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang dialami oleh orang lain. Proses empati biasanya ikut serta merasakan penderitaan orang lain.

Jika proses interaksi sosial tidak terjadi secara maksimal akan menyebabkan terjadinya kehidupan yang terasing. Faktor yang menyebabkan kehidupan terasing misalnya sengaja dikucilkan dari lingkungannya, mengalami cacat, pengaruh perbedaan ras dan perbedaan budaya.

3. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk pertentangan atau pertikaian (conflict). Suatu pertikaian mungkin mendapatkan suatu penyelesaian. Mungkin

penyelesaian tersebut hanya akan dapat diterima untuk sernentara waktu, yang dinamakan akomodasi (accomodation); dan ini berarti bahwa kedua belah pihak

belum tentu puas sepenuhnya. _ Suatu keadaan dapat dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial.

a. Proses-proses yang Asosiatif 1. Kerja Sama (Cooperation)

Beberapa sosiolog menganggap baliwa kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang pokok. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

(48)

sama mungkin akan bertambah kuat apabila ada bahaya luar yang mengancam atau ada tindakan-tindakan luar yang menyinggung kesetiaan yang secara tradisional atau institusional telah tertanam di dalam kelompok, dalam diri seorang atau segolongan orang. Kerja sama dapat bersifat agresif apabila kelompok dalam jangka waktu yang lama mengalami kekecewaan sebagai akibat perasaan tidak puas karena keinginan-keinginan pokoknya tak dapat terpenuhi karena adanya rintangan-rintangan yang bersumber dari luar kelompok itu.

Dalam teori-teori sosiologi akan dapat dijumpai beberapa bentuk kerja sama yang biasa diberi nama kerja sama (cooperation). Kerja sama tersebut lebih lanjut

dibedakan lagi dengan kerja sama spontan (spontaneous cooperation), kerja sama

langsung (directed cooperation), kerja sama kontrak (contractual cooperation) dan

kerja sama tradisional (traditional cooperation). Kerja sama spontan adalah kerja

sama yang serta-merta. Kerja sama langsung merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, sedangkan kerja sama kontrak merupakan kerja sama atas dasar tertentu, dan kerja sama tradisional merupakan bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

2. Akomodasi (Accomodation)

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimban

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Soal………………………………………...58
Gambar  2.1: The Enrichment Triad Model
Gambar  2.2: The Three Ring Conception of Giftedness
Gambar 2.4: Bagan Kerangka Berfikir
+7

Referensi

Dokumen terkait

” Penerapan Pembelajaran melalui Pendekatan Kontekstual Kecakapan Hidup (Life Skills) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Ekonomi pokok bahasan Uang

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) ada tiga tahap dalam melaksanakan pembelajaran sosiologi yang berbasis CTL, yaitu tahap perencanaan

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa di dalam kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok atau tim yang masing-masing terdiri atas

pembelajaran TPS dan NHT, maka peneliti berusaha untuk meneliti dalam suatu penelitian berjudul “ studi komparasi hasil belajar antara model pembelajaran

Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester II yang akan dipilih untuk diberi perlakuan berupa penerapan metode pembelajaran berbasis portofolio pada

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DILENGKAPI MEDIA POWER POINT PADA MATERI POKOK

“ Penerapan Metode Proyek Dalam Meningkatkan Aspek Psikomotorik Anak Didik Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas VIII-B MTs Negeri Karang Ampel

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar dan interaksi sosial siswa pada materi Stoikiometri dengan menerapkan metode pembelajaran Problem