• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENERAPAN STRATEGI PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVE DISCUSS EXPLAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENERAPAN STRATEGI PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVE DISCUSS EXPLAIN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

¹Mahasiswa PGSD UPI KampusCibiru

PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI

PENERAPAN STRATEGI

PREDICT DISCUSS EXPLAIN OBSERVE

DISCUSS EXPLAIN

NurrulHikmahFauziah¹, Novi Yanthi², YeniYuniarti³

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

nhikmahfaz@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan proses sains siswa kelas V di SD Negeri Bunisari. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran IPA. Desain penelitian ini adalah model Elliot yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Subyek penelitian ini yaitu siswa siswi kelas V SD Negeri Bunisari Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Data dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi, lembar catatan lapangan, kamera, dan lembar evaluasi keterampilan proses sains. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan strategi PDEODE dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi cahaya. Pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh yaitu 54,37, siklus II yaitu 61,25, dan siklus III yaitu 65,21. Adapun keterampilan proses sains yang diteliti yaitu keterampilan mengklasifikasi, mengobservasi, memprediksi, menginterpretasi, inferensi, dan berkomunikasi. Tiap-tiap keterampilan proses sains tersebut terlihat meningkat pada setiap siklusnya. Keterampilan proses sains yang paling tinggi peningkatannya yaitu keterampilan mengobservasi dan keterampilan proses sains yang paling rendah peningkatannya yaitu keterampilan inferensi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti merekomendasikan strategi PDEODE sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan proses sains.

Kata Kunci : Keterampilan Proses Sains, Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE)

(2)

PeningkatanKeterampilan Proses SainsMelaluiPenerapanStrategiPredict Discuss Explain Observe Discuss Explain| 2

SCIENCE PROCESS SKILLS ENHANCEMENT THROUGH PREDICT

DISCUSS EXPLAIN OBSERVE DISCUSS EXPLAIN STRATEGY

IMPLEMENTATION

ABSTRACT

Nurrul Hikmah Fauziah 1205278

This research is motivated by the lack of science process skills fifth grade students in SD Negeri Bunisari. It is caused by a lack of learning activities that engage students actively in learning science. The research design was a model Elliot consisting of three cycles and each cycle consisting of three acts. The subjects of this study are students of class V SD Negeri Bunisari Ngamprah District of West Bandung regency. The data in this study were obtained from the observation sheets, sheets of field notes, a camera, and an evaluation sheet science process skills. The results of this study concluded that the implementation of the strategy PDEODE can improve students' science process skills in light material. In the first cycle the average value obtained is 54,37, the second cycle is 61,25, and the third cycle is 65,21. As for the science process skills studied were classifying skills, observe, predict, interpret, inference, and communicate. Each science process skills are seen to increase in each cycle. Science process skills the highest increase is observed skill and science process skills are the lowest increase inference skills. Based on the research that has been done, the researchers recommend a strategy PDEODE as one alternative learning strategies in an effort to improve science process skills.

Keywords: Science Process Skills, Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE)

(3)

3 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

¹Mahasiswa PGSD UPI KampusCibiru PENDAHULUAN

Seiring dengan berkembangnya zaman, dunia pendidikan pun ikut berkembang. Hal ini dikarenakan kompetensi yang dibutuhkan pun ikut meningkat. Kompetensi lulusan yang dibutuhkan pada abad 21, yaitu berpikir kreatif dan inovatif, menyelesaikan masalah, mampu berkomunikasi dan bekerja sama, serta melek terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini sesuai dengan Permendikbud nomor 54 tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan pendidikan dasar dan menengah dalam aspek keterampilan, yaitu “memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya.”

Perkembangan dalam dunia pendidikan ditandai oleh adanya pembaharuan-pembaharuan dalam bidang pendidikan, contohnya kurikulum. Sekarang ini kurikulum nasional bertujuan agar anak dapat menyesuaikan diri pada perkembangan abad 21. Abad 21 disebut juga sebagai abad berpikir, sehingga manusia yang tidak mengikuti perkembangan zaman akan tertinggal dengan manusia yang mampu berpikir dan menyesuaikan diripada abad 21.Selain itu UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) mengemukakan tentang empat pilar pendidikan yang dapat mendukung pendidikan di abad 21, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together (dalam Jufri, 2013). Menurut pernyataan tersebut dijelaskan bahwa pendidikan seyogianya dapat membantu siswa agar memiliki pemahaman yang bermakna, memiliki keterampilan-keterampilan dalam pengalaman belajar, dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki, dan mampu bekerja sama serta berkomunikasi baik dengan teman

agar terciptanya hubungan saling ketergantungan positif dan dapat saling menghargai antar siswa.

Berdasarkan pendapat di atas pendidikan yang sesuai untuk menghadapi tantangan abad 21 yaitu pendidikan yang dalam kegiatan pembelajaran dapat melibatkan siswa aktif secara langsung, membantu siswa memecahkan masalah, serta dapat mengembangkan sikap mandiri, kerja sama, demokratis, saling menghargai, dan tanggung jawab.Pembelajaran di sekolah sebaiknya dilaksanakan dengan berorientasi pada siswa (student centered) agar belajar menjadi sebuah pengalaman penemuan bermakna bagi siswa.

Pencapaian kompetensi tersebut dapat dilaksanakan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan menggunakan pendekatan saintifik proses. Pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan melakukan percobaan agar dapat melibatkan siswa aktif secara langsung dan menempatkan siswa sebagai peneliti. Pembelajaran IPA akan bermakna bila dilakukan dengan pengalaman langsung siswa untuk mencari tahu tentang suatu konsep berdasarkan fenomena yang diamati. Pembelajaran IPA hendaknya didukung dengan praktik atau percobaan agar siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri.

Pembelajaran IPA bukan sekedar bertujuan untuk mengetahui tentang konsep-konsep IPA, tetapi juga tentang cara menemukan dan memahami konsep tersebut. Untuk menemukan konsep dan memahami konsep IPA dibutuhkan keahlian khusus seperti yang dimiliki oleh seorang ilmuwan, yaitu keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep dalam IPA.

(4)

PeningkatanKeterampilan Proses SainsMelaluiPenerapanStrategiPredict Discuss Explain Observe Discuss Explain| 4

Dalam keterampilan proses sains siswa dilatih untuk melakukan pengamatan, berpikir analitis, sampai menarik kesimpulan dan menyampaikan hasil percobaan. Keterampilan proses sains juga dibutuhkan agar siswa dapat berpikir kritis tentang suatu kejadian.Selain itu, keterampilan proses sains perlu dikembangkan agar siswa dapat melakukan penelitian untuk membuktikan konsep-konsep dalam IPA. Lebih jauh lagi, keterampilan proses dibutuhkan untuk mempelajari cara mencari tahu suatu informasi. Keterampilan proses ini sangat penting dikembangkan agar siswa mampu mencari, memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu, keterampilan proses sains perlu dilatih sebaik mungkin karena keterampilan proses sains merupakan keterampilan berpikir yang kompleks tentang fenomena-fenomena ilmiah.

Hal yang ditemui oleh penelitisaat melakukan observasi di SD Negeri Bunisari pada pembelajaran IPA di kelas V belum mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Walaupun dalam seminggu ada dua kali pertemuan pembelajaran IPA,namun kegiatan percobaan kurang dilakukan. Padahal pembelajaran IPA selayaknya didasari oleh tiga aspek, yaitu produk, proses, dan sikap. Jika salah satu dari ketiga aspek tersebut tidak muncul maka hakikat dalam pembelajaran IPA belumlah tercapai.Bukanlah pembelajaran IPA yang bermakna jika belajar tidak disertai dengan praktik atau percobaan. Akibatnya kemampuan berpikir siswa pun kurang dikembangkan karena siswa tidak terbiasa untuk melakukan penyelidikan dalam mempelajari suatu konsep dan mengembangkan pemahaman akan konsep tersebut. Sebaiknya justru

serangkaian penyelidikan atau eksperimen untuk menemukan suatu informasi atau konsep sains dengan suatu cara kerja yang sistematis.

Berdasarkan permasalahan yang ditemui, maka peneliti terdorong untuk melaksanakan upaya perbaikan proses pembelajaran melalui penelitian pada pembelajaran IPA dengan menerapkan strategi pembelajaran Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain (PDEODE). Pembelajaran dengan strategi PDEODE ini menetapkan siswa sebagai peneliti dalam kegiatan penyelidikan atau percobaan. Melalui kegiatan tersebut, siswa mencari tahu konsep sains melalui kegiatan eksperimen, menganalisis data dan menyampaikan hasil eksperimen. Pembelajaran strategi PDEODE dikemas dalam pembelajaran secara berkelompok, sehingga keterampilan proses sains mengkomunikasikan pun dapat dikembangkan.

Berdasarkan latar belakang masalah

di atas,

makarumusanmasalahdalampenelitianiniy aitu,

1. Bagaimanapenerapanpembelajaran IPA konsepcahaya di kelas V SDN Bunisaridenganstrategi PDEODE? 2. Bagaimanapeningkatanketerampilan

proses sainssiswapadapembelajaran IPA konsepcahaya di kelas V SDN Bunisaridenganpenerapanstrategi PDEODE?

METODE

Penelitian inidilaksanakan di kelas V SD Negeri Bunisari dengan jumlahsiswa24orang. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian

Tindakan Kelas

(PTK)denganmenggunakandesainmodel Elliot.

(5)

5 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

¹Mahasiswa PGSD UPI KampusCibiru masingsiklusterdiridaritigatindakan.Alasa npeneliti menggunakan model Elliot dikarenakan kompleksitas materi yang akan diteliti, yaitumengenaicahaya. Materi yang akan dibelajarkan tidak dapat dipaparkan dalam satu kali tindakan pada satu siklus.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi, lembarcatatan lapangan, kamera, danlembarevaluasi.Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu kualitatif, kuantitatif dan triangulasi. Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasi, lembarcatatan lapangan dan dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari lembarevaluasiketerampilan proses sains. Setelah itu peneliti melakukan triangulasi data dimana data kualitatif dan kuantitatif dibandingkandan dianalisis.

TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bunisari Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Sasaran dari penelitian ini yaitu siswa kelas V A yang berjumlah 24 orang, terdiri dari 15 orang siswa perempuan dan 9 orang siswa laki-laki. Penelitian ini dilakukan dengan adanya permasalahan kurangnya keterampilan proses sains siswa.

Siklus I

Pada tindakan 1 peneliti membahas mengenai sumber-sumber cahaya.Pada tindakan 2 peneliti membahas mengenai sifat cahaya merambat lurus, selanjutnya pada tindakan 3 peneliti membahas mengenai sifat cahaya dapat menembus benda bening. Pada setiap tindakan pembelajaran, peneliti menerapkan strategi PDEODE yang terdiri dari enam tahapan.

Dalamsetiapkegiatanpembelajaransiswadi haruskanmelakukankegiataneksperimente rhadapsuatukejadian.Alat dan bahan yang digunakan pada tindakan 1 yaitu dus dan kertas berwarna yang disediakan oleh

peneliti, serta pensil, pulpen, uang koin, dan penghapus yang disediakan oleh siswa.Alat dan bahan yang digunakanpadatindakan 2 yaitu, karton yang memiliki lubang kecil di tengahnya,

kertas HVS, dan

senter.Alatdanbahanpadatindakan 3 terdapat10 benda yaitu gelas kaca, karton hitam, karton merah muda, tisu, plastik bening, tempat makan plastik, buku, plastik gelap, kertas mika biru, dan kertas sampul. Selain itu, peneliti membagikan LKS sebagai pedoman kegiatan percobaan.

Berikut nilai keterampilan proses sains pada siklus I.

Tabel 4.2

Perolehan Nilai Keterampilan Proses Sains Siklus I Nilai Siswa (x) Frekuensi (f) (f.x) 40 2 80 45 3 135 50 4 200 55 4 220 60 5 300 65 2 130 70 1 70 80 1 80 85 2 170 Jumlah 24 1305 Rata-rata 54,37 Siklus II

Materi yang dibahas pada siklus II ini mengenai pemantulan cahaya. Pada tindakan 1 akan dibahas materi mengenai pemantulan cahaya pada cermin datar. Pada tindakan 2 materi yang dibahas mengenai pemantulan cahaya pada cermin cembung. Pada tindakan 3 materi yang dibahas mengenai pemantulan

cahaya pada cermin

cekung.Setiapkegiatanpembelajaransiswa melakukankegiatanekperimen di dalamkelompoknya.Alat dan bahan yang

(6)

PeningkatanKeterampilan Proses SainsMelaluiPenerapanStrategiPredict Discuss Explain Observe Discuss Explain| 6

digunakan pada tindakan I yaitu, cermin datar, kertas HVS, pulpen, dan penggaris.Padatindakan 2 dan 3 alat dan bahan yang digunakan pada tindakan 2 ini yaitu, sendok makan, pulpen, dan penggaris.Selain itu, peneliti membagikan LKS sebagai pedoman kegiatan percobaan.Berikut nilai keterampilan proses sains pada siklus II.

Tabel 4.4

Perolehan Nilai Keterampilan Proses Sains Siklus II Nilai Siswa (x) Frekuensi (f) (f.x) 40 2 80 45 3 135 55 6 330 60 3 180 65 3 195 70 2 140 75 2 150 80 1 80 90 2 180 Jumlah 24 1470 Rata-rata 61,25 Siklus III

Materi yang dibahas mengenai pembiasan cahaya pada tindakan 1, penguraian cahaya yang dibahas pada tindakan 2, dan membuat lup buatan yang akan dilaksanakan pada tindakan 3. Setiapkegiatanpembelajaransiswamelaku kankegiatanekperimen di dalamkelompoknya.Alat dan bahan yang digunakan pada tindakan I yaitu, gelas plastik bening, pensil, uang logam, dan air.Alat dan bahan yang digunakan pada tindakan 2 yaitu, baskom, cermin datar, kertas putih dan air.Alat dan bahan yang digunakan pada tindakan 3 ini yaitu, bohlam bekas, karet gelang, plastik, kertas yang berisi tulisan kecil dan air.

percobaan.Berikut nilai keterampilan proses sains pada siklus III.

Tabel 4.6

Perolehan Nilai Keterampilan Proses Sains Siklus III

Nilai Siswa (x) Frekuensi (f) (f.x) 45 2 90 50 2 100 55 1 55 60 3 180 65 5 325 70 4 280 75 5 375 80 2 160 Jumlah 24 1565 Rata-rata 65,21 Pembahasan

Penerapan strategi PDEODE (Predict Discuss Explain Observe Discuss Explain) dalam pembelajaran IPA materi cahaya dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa dengan beberapa kegiatan yang dilakukan. Pada tahapan predict, yaitu membuat prediksi kegiatan diawali dengan bertanya jawab seputar kegiatan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berupa pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan siswa untuk melakukan pengamatan terlebih dahulu berdasarkan demonstrasi yang dilakukan peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Bundu (2006, hlm. 119) yang menyatakan “prediksi adalah perkiraan yang didasarkan pada pernyataan rasional dari hasil observasi yang cermat dan model mental yang dikonstruksi untuk menjelaskan apa yang telah diamati.”

(7)

7 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

¹Mahasiswa PGSD UPI KampusCibiru Hal ini membuat peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai hubungan cahaya dengan penglihatan dan menyajikan fakta-fakta yang sudah tersedia yang mengarah pada pembuatan prediksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Widodo dkk (2010, hlm. 57) “untuk melatih siswa memprediksi guru perlu memunculkan sejumlah data yang menunjukkan keteraturan.”

Pada siklus I dan siklus II kegiatan diskusi kurang terlihat dan siswa tidak saling mengemukakan pendapatnya mengenai prediksi yang telah dibuat secara individu. Upaya yang dilakukan peneliti yaitu memancing kegiatan diskusi dengan mengajukan pertanyaan pada tiap-tiap kelompok. Hal tersebut dilakukan agar siswa mampu berpikir dan saling berkomunikasi dengan mengungkapkan pendapatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Widodo dkk (2010) yang menyatakan bahwa kerja kelompok dapat menjadi wahana bagi siswa dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi.

Pada siklus I kegiatan penyampaian laporan hasil diskusi kurang dimengerti oleh siswa lain, dikarenakan bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga penyampaian laporan tidak jelas. Upaya yang dilakukan peneliti yaitu meminta siswa membuat catatan hasil diskusi terlebih dahulu dengan bahasa yang tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Bundu (2006) guru dapat membantu mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan menganjurkan siswa menggunakan buku catatan dan menggunakan deskripsi singkat untuk menyampaikan laporan.

Pada tahap observe (pengamatan) siswa melakukan kegiatan pengamatan terhadap percobaan yang dilakukan. Kegiatan percobaan dimaksudkan agar siswa memperoleh pengetahuan atau

konsep melalui pengalaman langsung, sehingga keterampilan proses siswa dapat dikembangkan. Hal ini sejalan dengan Rustaman (2005, hlm. 86) yang menyatakan “keterampilan proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung”.

Pada tahap discuss II (berdiskusi) siswa kembali berdiskusi mengenai data hasil pengamatan yang didapatkan. Pada diskusi ini siswa dituntut untuk dapat menafsirkan hasil pengamatan dengan benar untuk selanjutnya dapat menarik suatu kesimpulan. Penafsiran harus dilakukan berdasarkan data yang diperoleh saat melakukan pengamatan terhadap suatu percobaan. seperti yang dikemukakan Bundu (2006, hlm. 30) yang menyatatakan “penafsiran yang dibuat adalah berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan saat itu.”

Pada tahap explain II (penjelasan) siswa kembali diminta untuk menyampaikan laporan hasil diskusi berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di depan kelas. Hal ini sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa dengan menjelaskan hasil percobaan yang dilakukan serta menyampaikan laporan secara sistematis dan jelas. Selain itu dalam meningkatkan keterampilan proses sains peneliti menyusun soal-soal evaluasi yang berkaitan dengan keterampilan proses sains yang diteliti sebagai alat untuk menilai sejauh mana keterampilan proses sains siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Rustaman (2005, hlm. 77) “….penilaiannya dapat secara tertulis (tes, laporan) dan secara penampilan atau kinerja pada saat kegiatan berlangsung atau secara khusus diadakan sebagai ujian sekolah”.

Adapun peningkatan nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa pada

(8)

PeningkatanKeterampilan Proses SainsMelaluiPenerapanStrategiPredict Discuss Explain Observe Discuss Explain| 8

setiap siklusnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-rata Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat dilihat bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa pada setiap siklus. Hal ini dikarenakan peneliti mencoba untuk melatih siswa dalam mengembangkan keterampilan proses sains saat kegiatan pembelajaran berlangsung dan pada setiap latihan yang diberikan berupa soal evaluasi.

Selanjutnya nilai rata-rata pada masing-masing aspek keterampilan proses sains siswa dapat dilihat pada diagram di bawah ini.

Gambar 4.2 Diagram Nilai Rata-rata Aspek Keterampilan Proses Sains Dari diagram di atas terlihat aspek-aspek keterampilan proses sains pada tiap siklusnya yang mengalami peningkatan, namun terdapat beberapa keterampilan proses sains yang menurun.Keterampilan proses sains yang paling tinggi

pembelajaran peneliti selalu melatih siswa untuk melakukan pengamatan pada setiap kegiatan percobaan yang dilakukan. Sehingga semakin sering siswa melakukan kegiatan observasi pada suatu kejadian atau fenomena maka keterampilannya pun akan meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat Bundu (2006, hlm.33) “makin banyak melakukan kegiatan observasi maka kemampuan keterampilan proses yang dimiliki akan berkembang dengan baik.” Sedangkan keterampilan proses sains yang paling rendah yaitu keterampilan inferensi. Hal ini dikarenakan siswa kurang dapat menyimpulkan suatu konsepberdasarkan data yang didapatkan dari hasil pengamatan terhadap kegiatan percobaan. Penarikan kesimpulan perlu diawali dengan menghubungkan data-data yang didapat dari kegiatan pengamatan secara tepat. Hal ini sejalan dengan pendapat Rauf dkk (2013) yang menyatakan bahwa keterampilan inferensi merupakan keterampilan yang terintegrasi dengan keterampilan interpretasi.

Dengan demikian pembelajaran dengan penerapan strategi PDEODE dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya (Gustiani, 2013; Artawan, Jampel, dan Riastini, 2014) dimana hasil penelitian membuktikan bahwa penerapan metode PDEODE memberi pengaruh terhadap keterampilan proses sains melalui kegiatan eksperimen.

KESIMPULAN

1. Penerapan strategi PDEODE dalam pembelajaran IPA konsep cahaya dilakukan melalui kegiatan 0 20 40 60 80 100 54,37 61,25 65,21

(9)

9 | A n t o l o g i U P I V o l u m e E d i s i N o . J u n i 2 0 1 6

¹Mahasiswa PGSD UPI KampusCibiru proses sains, yaitu dengan membuat prediksi, melakukan pengamatan, berdiskusi dan melaporkan hasil pengamatan.

2. Terdapat peningkatan keterampilan proses sains siswa kelas V SD Negeri Bunisari Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat dengan penerapan strategi PDEODE.Nilai rata-rata keterampilan proses sains pada siklus I sebesar 54,37 kemudian terdapat peningkatan pada siklus II menjadi 61,25 dan pada siklus III

meningkat kembali

menjadi65,21.Keterampilan proses sains yang menunjukkan peningkatan paling tinggi yaitu keterampilan observasi dan keterampilan proses sains yang menunjukkan peningkatan paling rendah yaitu keterampilan inferensi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2013). UU sisdiknas edisi terbaru. Bandung: Fokusindo.

Jufri, W. (2013). Belajar dan pembelajaran sains. Bandung: Pustaka Reka Cipta.

Bundu, P. (2006). Penilaian keterampilan proses dan sikap ilmiah dalam pembelajaran sains SD. Depdiknas. Widodo, A., Wuryastuti, S.,

&Yuliariatiningsih, M.S. (2010). Pendidikan IPA di sekolah dasar. Bandung: UPI Press.

Rustaman, N. (2005). Strategi belajar mengajar biologi. Malang: IKIP Malang.

Rauf, dkk. (2013). Inculcation of science process skills in a science classroom. Asian Social Science, 9 (8). hlm. 47-57.

Artawan, I.M., Jampel, I.N., & Riastini, P.N. (2014). Pengaruh model pembelajaran Predict-Discuss-

Explain-Observe-Discuss-Explainterhadap sikap ilmiah siswa. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 2 (1).

Gambar

Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-rata  Keterampilan Proses Sains Siswa  Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan  maka  dapat  dilihat  bahwa  terdapat peningkatan keterampilan proses  sains  siswa  pada  setiap  siklus

Referensi

Dokumen terkait

Implementasi user interfase berisi tentang listing program untuk pembuatan form – form yang mendukung sistem informasi persewaan perlengkapan pesta, yang disesuaikan

Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang menderita Diabetes Mellitus tipe 2 dan seluruh masyarakat yang tidak menderita Diabetes Melitus sebanyak 147 orang

Peningkatan rasa percaya secara bermakna ini kemungkinan disebabkan oleh adanya kegiatan dalam pelaksanaan terapi kelompok terapeutik yang berkaitan dengan peningkatan

Berdasarkan gambar di atas diperoleh komposisi hasil tangkapan Rajungan bubu lipat dengan dengan lama perendaman 9 jam yakni, Rajungan lebar karapas terbesar 13 cm

Kecelakaan PLTN Fukushima Daiichi unit 1~4 disebabkan kejadian eksternal yang tidak diperhitungkan sebelumnya baik dari segi lokasi tapak dan sistem catu daya

Koga adalah keterbatasan tempat untuk berjualan seperti kios, kurangnya modal yang... dimiliki para pedagang untuk mengembangkan usahanya, dan mahalnya

Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa (1) Peran orang tua dalam menumbuhkan keaktifan anak usia SD/MI dalam shalat lima waktu di Kelurahan Kertosari, Babadan, Ponorogo

Mengingat nilai yang terkandung pada kapal tenggelam beserta muatannya, berbagai program penelitian sebagai bagian dari pengelolaan tinggalan budaya bawah air telah