• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENILAI SIFAT TANAH UNTUK PRODUKSI TANAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MENILAI SIFAT TANAH UNTUK PRODUKSI TANAM"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari empat komponen yaitu mineral 45 %, air 25 %, udara 25 %, dan bahan organik 5 %. Dalam bidang pertanian ilmu tanah sangat penting untuk dipelajari dan diketahui, karena tanah merupakan salah satu komponen kehidupan makhluk hidup terutama tumbuhan. Tanah merupakan media tumbuh bagi tumbuhan yang ada di bumi ini, sebagai tempat berpijak manusia dan hewan, serta sebagai tempat hidup organisme tanah. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik apabila kondisi fisik, kimia, dan bioligi tanah baik. Tanaman yang tumbuh terjadi karena adanya interaksi antara tanah dan tumbuhan, dimana tanah menopang tumbuhan dan menyediakan segala kebutuhan tumbuhan. Tanaman memiliki akar yang berfungsi untuk menyerap unsur hara makro dan mikro, air, udara dari dalam tanah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang berperan penting dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman. Ilmu tanah yang dipelajari memiliki hubungan yang sangat erat dengan cabang ilmu lain seperti Pedologi, yaitu ilmu yang mempelajari berbagai aspek geologi tanah, mengenai pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan kimia), dan klasifikasi tanah. Edaphologi, yaitu ilmu yang mempelajari hubungan air, tanah, dan tanaman mengenai sifat fisika, kimia, dan biologi tanah.

(2)

perekonomian nasional. Dengan adanya peningkatan dan upaya menjaga kualitas teh tetap baik dengan pengembangan komoditas teh yang unggul merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan daya saing perekonomian.

Teh merupakan tanaman perkebunan yang berasal dari daerah sub tropis diduga berasal dari pegunungan Himalaya. Tanaman teh dapat tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi baik daerah tropis maupun sub tropis pada ketinggian 800 – 1200 Mdpal. Tanah yang cocok untuk tanaman teh adalah tanah yang subur dengan kemasaman tanah 4,5 – 6,0. Tanah yang baik untuk pertanaman teh yaitu tanah andisol, yaitu tanah yang berkembang dari bahan volkanik seperti abu volkan dari letusan gunung berapi, batuapung, sinder, lava, dan sebagainya. Permasalahan dalam pengembangan teh pada daerah tropis merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan. Masalah tersebut dapat berupa sifat tanah (fisik, kimia, dan biologi).

1. Kondisi cuaca

Terhambatnya kegiatan produksi, seringkali disebabkan oleh cuaca hujan. Jika hujan deras, para pekerja tidak dapat melakukan kegiatan produksi secara ptimal, khususnya pada pemetikan pucuk teh segar dilapangan. Hasil dari pemetikan the tersebut akan mengandung banyak air yang meneybabkan selisih timbangan dilapangan dan di pabrik.

2. Kondisi Iklim

Kondisi iklim yang tidak mendukung seringkali menjadi penyebab dalam produktivitas teh yang berfluktuasi dan cenderung menurun yaitu pada produksi pucuk dan the basah yang pada akhirnya berdampak pada teh jadi yang dihasilkan. Namun pada dasarnya faktor produksi dapat dibagi ke dalam dua jenis yaitu: 1. Fixed Input yaitu faktor-faktor yang tidak dapat dirubah dengan segera untuk memenuhi faktor-faktor produksi yang diminta oleh pasar. Misalnya : tanah, gedung mesin dan sebagainya.

(3)

Selain itu pengaruh terhadap produksi teh di daerah tropika yaitu mengenai lahan (tanah) terutama ditinjau dari sudut luas lahan dan tingkat kesuburannya. Namun pada umumnya lahan untuk perkebunan teh baik di pulau jawa atau sumatera kondisi tanah nya sudah mendukung baik dari segi kesuburan maupun luas lahannya. Mungkin lahan di daerah pulau jawa lebih subur dibanding pulau sumatera karena pulau jawa terdapat banyak pegunungan dan gunung berapai, dimana tanah yang baik untuk komoditas teh adalah tanah andisol yaitu tanah yang berasal dari letusan gunung berapi dari abu vulkanik. Selanjutnya faktor pemberian pupuk juga tidak kalah pentingnya dibanding kedua faktor produksi yang telah disebutkan diatas. Pemupukan pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kandungan unsur hara mikro dan makro dalam tanah untuk meningkatkan produksi tanaman, karena pupuk dianggap sebagai nutrisi bagi tanaman sehingga akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Penggunaan pupuk secara tepat dan teratur akan dapat meningkatkan hasil produksi baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui masalah produksi tanaman teh pada iklim tropis

(4)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi tanaman teh

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Theales

Famili : Theaceae Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis (L.)O.K

Tanaman teh merupakan tanaman perdu subtropis yang selalu berdaun hijau. Secara umum, lingkungan fisik yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan teh adalah keadaan iklim dan tanah. Tanaman teh tidak tahan terhadap kekeringan, yang dapat mengakibatkan produksi dan produktivitas tanaman teh menurun. Menurut tanaman Rahman et al (2010), klon jenis asam yang kebanyakan tanaman di daerah tropis mempunyai hasil ekonomis yang tinggi akan tetapi tidak toleran terhadap cuaca ekstrim. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan melakukan seleksi klon klon teh yang tahan terhadap cekaman kekeringan sehingga adanya perubahan iklim global tidak berpengaruh terhadap produktivitas tanaman teh.

2.2 Tekstur Tanah

(5)

dengan volume tanah dalam tiga fase yang dipisahkan yaitu berupa butiran padat, air dan udara (Das, 1998).

Tekstur tanah adalah perbandingan relative antara tiga golongan fraksi tanah, yaitu pasir, debu, dan lempung. Fraksi tanah dikelompokkan berdasarkan ukuran tertentu yang dapat berupa tanah kasar ataupun tanah yang halus. Pola sebaran tanah pada masing-masing horizon memberikan ciri yang tidak sama yaitu semakin dalam jeluk maka tekstur tanah yang dihasilkan akan semaikn halus (Rajamuddin, 2009).

Tekstur tanah menunjukkan perbandingan butirbutir pasir (diameter 2,00 -0,05 mm), debu (0,005 - 0,02 mm) dan liat (<0,002 mm) di dalam tanah. Tekstur tanah adalah sifat tanah yang sangat penting yang mempengaruhi sifat kimia, fisika dan biologi tanah yang berguna bagi penetrasi akar dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Oleh sebab itu, peranan tanah pada bidang pertanian sangatlah penting karena tanah merupakan media alami bagi tumbuhan untuk hidup dan berkembang (Nugroho, 2009).

2.3 Kadar Lengas Tanah

Lengas tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan luas daun tanaman, dimana cekaman lengas tanah 50% KL dan 150% KL akan menurunkan total luas daun per tanaman. Lengas tanah 100% KL menghasilkan total luas daun per tanaman lebih besar dan berbeda nyata dengan lengas tanah 50% KL Lengas tanah rendah menyebabkan absorbsi air dan unsur hara oleh akar tanaman terhambat dan mempengaruhi proses difusi CO2 ke dalam tanaman yang

(6)

2.4 Pori-Pori Tanah

Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah. Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitanya dengan perubahan sifat-sifat tanah, yaitu sifat-sifat fisik, biologis, dan sifat-sifat kimia tanah serta bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang sangat baik. Demikian pula dengan aerasi tanah yang menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat. Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya sekitar 3 – 5 %, tetapi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah (Tolaka et al,2013).

Meningkatnya total ruang pori tanah pada tanah yang diperlakukan dengan pengolahan tanah dan mulsa organik. Pengolahan tanah menyebabkan menurunnya kepadatan tanah, sementara bahan organik merupakan salah satu faktur yang dapat meningkatkan kegemburan tanah. Pengolahan tanah yang disertai pemberian bahan organik sebagai mulsa mampu menjaga kegemburan tanah psamment untuk tidak segera kembali memadat, karena mulsa yang diberikan selain mampu berfungsi untuk melindungi tanah dari proses pemadatan juga menggemburkan tanah. Keadaan ini sangat menguntungkan untuk kondisi perakaran tanaman (Adrinal, 2012).

(7)

BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan

3.1.1 Proses Pembentukan Tanah

Pembentukan tanah yang awalnya dari batuan induk dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti iklim, mikroorganisme, bahan organik, topografi, dan waktu. Iklim sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, karena iklim merupakan kondisi atmosfer dalam jangka waktu yang sangat lama dimana iklim terdiri dari curah hujan, temperatur, kelembapan, dan intensitas cahaya. Sedangkan mikroorganisme sangat berpengaruh terhadap pembentukan tanah dimana mikroorganisme berinteraksi dengan tanah dan bahan-bahan di dalamnya dimana mikroorganisme sebagai dekomposer bahan tersebut menjadi bahan organik tanah. Bahan organik tanah berasal dari dekomposisi mikroorganisme yang kemudian menjadi bahan penyusun tanah. Topografi atau tinggi rendahnya permukaan bumi menjadi sangat penting terhadap pembentukan tanah, karena apabila topografinya miring maka pembentukan tanah akan semakain sulit karena tanah mengalami erosi yang sangat cepat sehingga sulit membentuk lapisan tanah.

Faktor pembentukan tanah merupakan kedaaan atau kakas (force) lingkungan berdaya menggerakkan proses pembentukan tanah atau memungkinkan proses pembentukan tanah berjalan. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan tihapan : (1) mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk tanah menjadi bahan penysun tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah. Berikut faktr-faktor pembentuk tanah:

Faktor Lain

Vegetasi, hewan curah hujan, suhu

Organisme Iklim

Bahan Induk Topografi

Sifat Kimia & fisika Ketinggian Lereng,

Kedalaman air tanah

Waktu

Tingkat perkembangan tanah, (muda, dewasa, tua) Umur tanah (tahun)

(8)

Asal muasal proses pembentukan tanah diawali :

1) Perubahan/pelapukan batuan (fisik & kimia) batuan akan menjadi lunak & berubah komposisinya.

a. Pelapukan fisik

Pelapukan fisik merupakan proses mekanik yang menyebabkan bebatuan menjadi hancur terfragmentasi menjadi partikel-partikel yang lebih kecil. Proses ini dapat terjadi akibat perubahan suhu yang drastis misalnya penurunan dan peningkatan suhu yang menyebabkan fraksi penyusun tanah berkontraksi dan berekspansi sehingga menyebabkan batuan retak dan akhirnya pecah. Selain itu pelapukan dapat juga dilakukan oleh air dimana air masuk pada retakan-retakan tersebut kemudian membeku yang menyebabkan membesarnya retakan yang memicu hancurnya batuan induk tersebut. Akar tanaman yang mampu menembus retakan-retakan pada batuan induk juga dapat memicu pecahnya batuan induk menjadi partikel yang lebih kecil. Pelapukan batuan induk juga di akibatkan karena hantaman butiran-butiran air hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup lama. Pada intinya pelapukan fisika terjadi melalui pembekuan dan pencairan, pemanasan dan pendinginan menyebabkan ekspansi dan kontraksi difrensiasi yang dapat memecahkan mineral, pembasahan dan pengeringan yang dapat mengembangkan dan mengkerutkan tanah, dan aktivitas mikroorganisme.

b. Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi atau transformasi merupakan proses yang menyertai proses pelapukan fisik dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam komposisi kimiawi maupun komposisi mineral (dekomposisi) penyusun bebatuan. Melalui proses tersebut bagian permukaan fragmen dapat kehilangan sebagian mineral penyusunnya atau perubahan komposisi kimianya yang kemudian menyebabkan terbentuknya minerl-mineral sekunder. Mekanisme yang terjadi dalam transformasi kimiawi adalah pelarutan, hidratasi, hidrolisis, oksidasi, dan reduksi, serta karbonatasi. Proses pelarutan merupakan terlarutnya garam ke dalam air. atau NaCl + H2O  Na+ + Cl + H2O. Hidratasi merupakan proses terbentuknya mantel

(9)

air, maka bidang permukaan, rusuk dan sudut kristalnya akan dijenuhi molekul-molekul air dan membentuk lapisan air, yang berfungsi sebagai isolator mineral terhadap pengaruh dari luar. Hasil proses hidratasi menyebabkan mineral makin lunak, makin tinggi daya melarut dan makin besar pula volumenya sehingga meningkatkan kepekatan bahan induk untuk menglami proses genesis menjadi tanah. Hidrolisis, bebatuan hasil iosinasi air berfungsi selaku asam lemah menjadi ion H+ dan OH- namun

yang aktif hanya ion H+. Proses hidrolisis sederhana dapat berupa pertukarn

ion-ion alkali pada kisi-kisi kristal mineral oleh ion H+ yang menghasilkan

senyawa asam alumino-silikat atau asam ferro-silikat dan membebaskan hidroksida-alkali. Pada fase selanjutnya terjadi pemisahan asam silikat yang disertai modifikasi dari lapisan pada kisi-kisi kristalnya. Reaksi Oksidasi merupakan reaksi kimia yang menyebabkan berkurangnya elektron baik melalui penambahan oksigen maupun tanpa oksigen yang dominan karena udara mengandung oksigen. Proses oksidasi terhadap batuan umumnya terjadi lewat oksidasi senyawa besi (Fe) dan mangan (Mn) yang memiiki bentuk reduksi dan oksidasi. Transformasi bentuk reduksi-oksidasi kemudian memicu terjadinya pelapukan bebatuan secara kimiawi. Sedangkan reduksi merupakan proses kebalikan dari oksidasi, dimana terjadi pengambilan elktron yang mengakibatkan penambahan elektron baik melalui penambahan oksigen atau tanpa oksigen. Proses selanjutnya adalah karbonatasi, merupakan proses yang mengakibatkan bereaksinya asam karbonat dengan basa-basa membentuk basa karbonat. Asam karbonat terbentuk karena terdapat gas CO2 yang melimpah di dalam tanah akibat proses dekomposisi bahan organik tanah atau terbawa oleh air hujan. asam karbonat memiliki pengaruh besar terhadap pelapukan bebatuan terutama di daerah yang panas dan lembab.

2) Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah, karena masih menunjukkan struktur batuan induk…..(horizon C) 3) Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah

(10)

3.1.2 Produksi Tanaman Teh Derah Tropis

Tanaman teh berasal dari daerah sub tropis, tanaman teh cocok ditanam di daerah pegunungan. Garis besar syarat tumbuh untuk tanaman teh adalah kesesuaian iklim dan tanah. Faktor iklim yang harus diperhatikan seperti suhu udara yang baik berkisar 13 - 15 derajat C, kelembaban relatif pada siang hari yaitu >70%, curah hujan tahunan tidak kurang 2.000 mm, dengan bulan penanaman curah hujan kurang dari 60 mm tidak lebih 2 bulan. Dari segi penyinaran sinar matahari sangat mempengaruhi pertanaman teh. Makin banyak sinar matahari makin tinggi suhu, bila suhu mencapai 30 derajat C pertumbuhan tanaman teh akan terlambat. Pada ketinggian 400 – 800 mdpal kebun-kebun teh memerlukan pohon pelindung tetap atau sementara. Disamping itu perlu mulsa sekitar 20 ton/ha untuk menurunkan suhu tanah. Suhu tanah tinggi dapat merusak perakaran tanaman, terutama akar dibagian atas. Faktor iklim lain yang harus diperhatikan adalah tiupan angin yang terus menerus dapat menyebabkan daun rontok. Angin dapat mempengaruhi kelembaban udara serta berpengaruh pada penyebaran hama dan penyakit.

(11)

tidak normal pertumbuhan dan perkembangannyasehingga hasil tanaman mengalami penurunan. Sekitar 65 persen dari produksi teh Indonesia diekspor. Negara-negara utama tujuan ekspor adalah Jerman, Rusia, Inggris, dan Pakistan. Ekspor didominasi oleh perkebunan besar, baik milik negara maupun swasta, sedangkan sebagian besar petani lebih berorientasi pasar domestik (Indonesia memiliki tingkat konsumsi teh yang rendah per kapita).

3.1.3 Sifat Fisik Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis

(12)

Kapasitas simpanan tanah tergantung pada tekstur, kedalaman dan struktur tanah. Ketersediaan lengas tanah tergantung pada potensial air, distribusi akar dan suhu. Lengas tanah tersedia bagi akar dalam dua cara, yaitu : akar tumbuh ke dalam tanah atau lengas bergerak ke akar. Aktivitas akar tidak diketahui dengan baik karena seluruh informasi terbenam dalam tanah dan sangat sedikit usaha untuk menggalinya kecuali untuk mengukur panjang, kedalaman dan volume tanah yang ditempati. Sehingga kadar lengas sangat berperan dalam proses pertumbuhan perakaran tanaman teh.

Pada tanah tropika banyak memiliki retakan atau (ped) dalam kebanyakan horison. Akan tetapi, ped tropika ini kecil dan kadang-kadang tidak terlihat jelas batas-batasannya dan tidak membentuk agregat struktur seperti bongkahan. Di daerah tropika lebih banyak ditemukan tanah yang berwarna merah dan coklat, akan tetapi tanah hitam juga di temukan secara luas di daerah rendah. Faktor yang mepengaruhi warna tanah tropika adalah perbandigan silikon, besi dan humus yang terkandung oleh tanah tropika, untuk tanah merah dan dan coklat di sebabkan oleh adanya zat besi dan derajat oksidasi yang tinggi. Tanah hitam terbentuk dalam keadaaan anaerob di mana pori pori tanah tertutupi. Tanah hitam memiliki sifat lebih basa dari pada tanah merah yang kehilangan basanya karena terbawa air.

Menurut Satymidjaja (2000) jenis jenis tanah yang sesuai untuk ditanami teh berupa Andosol, Podsolik Merah Kuning, Latosol, Regosol, Litosol, dan Aluvial. Berikut ini klasifikasi tanah menurut Supraptoharjo dan Dudal (1961): 1. Tanah andisol merupakan tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous,

(13)

remah kelapisan bawah agak gumpal. Pada umumnya tanah andisol berwarna agak coklat kekelabuan hingga hitam. Bahan induk, bahan induknya abu atau tuf volkan dengan konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), kadang-kadang berpadas lunak, agak asam, kejenuhan basa tinggi dan daya absorpsi sedang, kelembaban tinggi. Tanah andisol mengandung bahan organik pada horison A sekitar 10-30 % sedangkan pH tanahnya adalah masam sampai netral (pH 4,5-6,0).

2. Tanah podzolik adalah tanah yang terbentuk di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan suhu udara rendah. Di Indonesia jenis tanah ini terdapat di daerah pegunungan. Umumnya, tanah ini berada di daerah yang memiliki iklim basah dengan curah hujan lebih dari 2500 mm per tahun. Tanah podzolik memiliki karakteristik kesuburan sedang, bercirikan warna merah atau kuning, memiliki tekstur yang lempung atau berpasir, memiliki pH rendah, serta memiliki kandungan unsur aluminum dan besi yang tinggi. Daya simpan unsur hara sangat rendah karena sifat lempungnya yang beraktivitas rendah. Kejenuhan unsur basa seperti K, Ca, dan Mg, rendah sehingga tidak memadai untuk tanaman semusim. Kadar bahan-bahan organik rendah dan hanya terdapat di permukaan tanah. Daya simpan air sangat rendah sehingga mudah mengalami kekeringan.

(14)

erosi. Regosol merupakan jenis tanah ini masih muda, belum mengalami diferensiasi horizon, tekstur pasir, struktur berbukit tunggal, konsistensi lepas-lepas, pH umumnya netral, kesuburan sedang, berasal dari bahan induk material vulkanik piroklastis atau pasir pantai. tanah regosol memiliki tekstur kasar dari bahan albik dan tidak dijumpai horison penciri lainnya kecuali okrik, hostol atau sulfuric dengan kadar pasir kurang dari 60 persen pada kedalaman antara 25 – 100 cm dari permukaan tanah. Penyebarannya di daerah lereng vulkanik muda dan di daerah pinggir pantai dan gumuk-gumuk pasir pantai.

3.1.3 Sifat Biologi Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis

Sifat biologi tanah adalah keadaan mahkluk hidup baik tumbuhan maupun hewan dari yang besar sampai yang sangat kecil (mikroorganisme). Sifat biologi tanah terutama populasi mikroorganisme merupakan parameter penting guna menduga produktivitas suatu lahan karena mikroorganisme tanah merupakan pemecah primer, sehingga perlu untuk mengetahui perbedaan sifat biologi tanah yang didekati dengan pengukuran respirasi tanah, populasi total bakteri, dan populasi total jamur pada beberapa tipe penggunaan lahan di tanah Andisol, Inceptisol, dan Vertisol.

(15)

Sedangkan jenis tanah yang tidak cocok untuk di tanami tanaman teh adalah jenis litosol.

 Total Mikroorganisme Tanah

Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah. Selanjutnya, jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain.

 Jumlah Fungi Tanah

Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah tanaman teh di daerah tropis. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi.

 Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat ( P )

Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapat melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan

(16)

 Total Respirasi Tanah

Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi ( mikroorganisme ) tanah merupakan cara pertama kali di gunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N. Hasil antara pH dan rata-rata jumlah mikroorganisme.

3.1.5 Sifat Kimia Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis

Tanah yang digunakan untuk perkebunan teh memiliki kesuburan yang cukup, namun mudah tercuci dan tererosi bentuk wilayah yang pada umunya miring. Kadar kation basah dan fosfor rendah, dan kadar nitrogen rendah. Pada tanaman teh menghendaki tanah yang masam dengan pH berkisar antara 4,5-6,0. Tiga unsur hara pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P, K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi daun. Daun yang rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki kesuburan tanah.

Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan tanah dalam menjerap dan dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin tinggi KTK, makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah itu. Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya perubahan pH tanah.

(17)

kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah.

C-organik penting untuk mikroorganisme, tidak hanya sebagai unsur hara, tetapi juga sebagai pengkondisi sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air tanah. Seringkali ada hubungan langsung antara persentase C-organik total dan karbon dari biomassa mikroba yang ditemukan dalam tanah pada zona iklim yang sama. C-organik juga berhubungan dengan aktivitas enzim tanah. Di perkebunan teh Gambung, C-organik tanah juga digunakan untuk menentukan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Dekomposisi bahan organik menghasilkan asam-asam organik dan apabila ditambahkan ke dalam tanah akan meningkatkan kandungan senyawa organik dalam tanah yang dicirikan dengan meningkatnya kandungan C-organik tanah.

3.1.6 Pengaruh Pemupukan Terhadap Tanah Perkebunan Teh Daerah Tropis

Salah satu usaha untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah adalah melalui pemupukan yang benar dan sesuai kebutuhan.

1. Pemberian Pupuk Unsur Hara Makro

Pemberian pupuk dengan kandungan unsur hara seperti N, P dan K perlu dilakukan untuk mengembalikan unsur hara yang hilang. Pupuk majemuk Phonska dengan kandungan N, P dan K, masing-masing 15-15-15.

(18)

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami daripada bahan pembenah buatan atau sintetis. Pada umumnya pupuk organik mencegah teerjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah (crusting) dan retakan tanah. Definisi yang dikemukakan oleh International Organization for Standardization (ISO) bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau bahan karbon , pada umumnya berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang berasal dari tumbuhan dan atau hewan. Pupuk organik yang sering digunakan adalah kompos. Kompos adalah pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa buangan makhluk hidup (tanaman maupun hewan). Pemberian bahan organik yang berasal dari hijauan dan limbah tebu, dapat meningkatkan ketersediaan P. Makanismenya dapat dijelaskan sebagai akibat dari proses mineralisasi bahan organik sisa tanaman yang menyebabkan terjadinya khelasi antara Fe dan Al pada tanah, masam organik. Proses ini menyebabkan Fe menjadi tidak aktif dalam menjerap P. Bahan organik juga meningkatkan KTK tanah, mengikat unsur N, P dan S dalam bentuk organik sehingga terhindar dari pencucian, melarutkan sejumlah unsur, meningkatkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah. 3. Penggunaan Pupuk Kandang

Menurut Adi dan Ferita (2010) menyatakan bahwa Pupuk kandang ayam relative lebih cepat terdekomposisi serta mempunyai kadar hara yang cukup pula jika dibandingkan dengan jumlah unit yang sama dengan pupuk kandang lainnya. Pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang khas yakni butiran-butiran yang agak sukar dipecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses dekomposisi dan penyediaan haranya.

BAB 5. PENUTUP 1.1 Kesimpulan

(19)

2. Tanah yang cocok untuk wilayah perkebunan teh adalah : andosol, aluvial, regosol, podsolik, litosol, dan latosol

3. Tanaman teh hidup pada tanah yang masam dengan pH berkisar antara 4,5-6,0. Tiga unsur hara pembatas (dalam jumlah yang kurang) dalam tanah adalah N, P, K. ketiga unsur tersebut diperlukan dalam usaha meningkatkan produksi daun. Daun yang rontok, baik dari daun teh, pupuk hijau dapat memperbaiki kesuburan tanah.

4. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara.

DAFTAR PUSTAKA

Adrinal, A. Saidi, Gusmini. 2012. Perbaikan Sifat Fisiko-Kimia Tanah Psamment Dengan Pemulsaan Organik Dan Olah Tanah Konservasi Pada Budidaya Jagung. Solum, 9(1) : 25-35.

Anshar, M., dkk. 2011. Pengaruh Lengas Tanah Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tiga Varietas Lokal Bawang Merah Pada Ketinggian Tempat Berbeda. Agroland. 18(1) : 8-14.

(20)

Arsa, I. W., Y. Setiyo, I. M. Nada, 2010. Kajian Relevansi Sifat Piskokimia Tanah Pada Kualitas Dan Produktifitas Kentang (Solanum Tuberosum L). Agroteknologi, 3(1) : 1-10.

Ewuaie, J. 1990. Ekologi Tropika. Bandung; ITB.

Das, B.M. 1988. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknik) Jilid I. Erlangga, Jakarta.

Dudal, dan Supraptoharjo. 1961. Klasifikasi Tanah Indonesia. Bogor: Pusat Penelitian Tanah (PPT).

Hermantoro. 2011. Prediksi Kadar Bahan Organik Tanah Dengan Pengolahan Citra Dan Jaringan Syaraf Tiruan Menggunakan Telepon Genggam. Jogyakarta; Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian.

Nugroho, Y. 2009. Analisis Sifat Fisik-Kimia dan Kesuburan Tanah Pada Lokasi Rencana Hutan Tanaman Industri PT Prima Multibuwana. Hutan Tropis Borneo. 10(27): 222-229.

Rajamuddin, U. 2009. Kajian Tingkat Perkembangan Tanah Pada Lahan Persawahan Di Desa Kaluku Tinggu Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Agroland. 16(1): 45-52.

Rahman, H., I.H. Khalil, F.M. Abbasi, Z.T. Khanzada, S.M.A. Shah, Z. Shah, dan H. Ahmad. 2010. Cytomorphological characterization of tea cultivars. Pakistan Journal Botani, 42 (1) : 485-495

Suharyatun, S., dkk. 2013. Sebaran Lengas Tanah Akibat Pembuatan Lorong Pengatus Dangkal Pada Tanah Sawah. Agritech. 33(3) : 1-7.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Aktivitas enzim xilanase dari isolat bakteri XJ20 memiliki tiga puncak dengan waktu berbeda (jam ke-6, jam ke-14 dan jam ke-20).. Pengujian pengaruh pH dan suhu dilakukan pada

Jadi, saat kita membaca – seperti yang kita baca dalam Matius 25:31, bahwa Kristus datang dengan “malaikat-malaikat”-Nya atau seperti yang kita baca dalam Wahyu 14:10 bahwa

Sebaliknya, hasil penelitian ini menemukan bahwa LNEGDefTax berpengaruh positif signifikan terhadap variabilitas RATING artinya tolak H 1B yang menyatakan bahwa

Diisi pada kolom yang disediakan dengan kode dan nama kantor pabean tempat disampaikannya Pemberitahuan Ekspor Barang dan dimuatnya barang yang akan diekspor ke sarana

belt loop miring pada produksi celana panjang terdiri dari faktor manusia (operator tidak mengikuti tanda pada waistband , dan operator mengalami kelelahan),

[r]

Untuk dapat menendang bola dengan baik pemain hares menguasai teknik dengan baik dimana tempat perkenaan bola dengan kaki tumpu yang tepat yaitu kaki tumpu diletakan di